Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

 Latar Belakang

Tak kenal maka tak sayang, demikian bunyi pepatah. Banyak orang
mengenal Allah, akan tetapi pernahkah kita mengukur sejauh mana pengetahuan
dan pengenalan kita kepada-Nya? Cukupkah mengenalnya dengan mengetahui
dan menghafal nama-nama dan sifat-sifat-Nya? Mengetahui dan menghafalnya
merupakan sebagian dari pengenalan kita kepada Allah, akan tetapi ada yang lebih
penting, yaitu apa dan bagaimana sikap kita terkait dengan nama dan sifat itu.

Lalu bagaimana kita dapat mengenali Allah dengan sebenar benar nya?
Pengenalan yang sesungguhnya adalah apabila pengetahuan kita tentang sifat-sifat
dan nama-nama Allah itu kemudian di barengi dengan penyikapan yang benar dan
proporsional.

Mengenali Allah menjadi sangat penting karena banyak sekali dalil sangat
kuat yang telah membuktikan keberadaan,sifat-sifat, dan nama-nama-Nya, baik
dalil naqli, dalil aqli maupun dalil fitri yang tak terbantahkan. Kalau dalil-dalil
yang menunjukan keberadaan dan kekuasaan-Nya demikian banyak dan kuat,
berarti kita ketinggalan informasi bila masih belum mengenal-Nya.

Dan manfaat yang kita rasakan dengan mengenal Allah itu adalah di
akhirat, di mana kita akan mendapatkan surga dan keridhaan-Nya. Tidak ada suatu
kenikmatan yang sebanding apalagi melebihi kenikmatan di akhirat itu. Yaitu
ketika seorang hamba dimasukkan kedalam surga dan mendapatkan keridhaan
Allah swt. Semoga kita termasuk orang-oran yang mengenal Allah dengan baik,
supaya kehidupan kita lebih baik dan pada akhirnya kita mendapatkan kebaikan di
dunia dan akhirat di bawah naungan rahmat dan ridho-Nya, Amin

1
 . Rumusan Masalah

1.Bagaimana cara mengenal Allah ?

2.Apa saja hal-hal yang menghalangi makrifatullah ?

3.Apa bukti keberadaan Allah ?

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Cara Mengenal Allah

Makrifatullah adalah bahasa arab yang terdiri dari dua kata, yaitu Makrifat
dan Allah. Makrifat berarti mengetahui, mengenal. Mengengenal Allah yang di
ajarkan kepada Manusia adalah mengenal melalui hasil penciptaannya bukan
melalui zat Allah. Karena akal kita memiliki keterbatasan untuk memahami
seluruh ilmu yang ada di dunia ini, apalagi zat Allah.

Makrifatullah merupakan ilmu tertinggi yang harus di pahami oleh


manusia. Hakikat ilmua adalah memberikan keyakinan kepada orang yang
mendalamiya. Memahami makrifatullah juga akan mengeluarkan manusia dari
kegelapan, kebodohan, kepada cahaya yang terang yaitu keimanan. (Qs : Al-
luqman(31):18).

Apabila pengaruh positif dari mengenal Allah diketahui, tentu manusia


akan berlomba-lomba untuk mengenal-Nya lebih jauh. Karena itu, orang yang
beriman selalu berusaha mengenali tuhannya secara baik. Namun Allah itu
bersifat gaib dan tidak terjangkau oleh indra kita, sehingga upaya untuk
mengenal-Nya lebih jauh dari itu tidak dapat di lakukan secara baik, jika hanya
mengandalkan pengamatn indrawi. Lantaran kegaiban, kesempurnaan, dn
keagungan-Nya melalui ayat-ayat-Nya. Adapun ayat-ayat atau tanda-tanda
keberadaan, keagungan, dan kekuasaan Allah itu, secara global dapat di
klasifikasikan menjadi dua bagian yaitu ayat-ayat qauliyah (ucapan), berupa
firman-firman-Nya dalam kitab suci yan telah di wahyukan kepada para nabi dan
rosul, dan ayat-ayat kauniyah (fenomena alam), yaitu tanda-tanda kekuasaan-Nya
yang terbesar di alam semesta ini.

Menurut pendapat Syeikh Ahmad Arifin berpendapat bahwa setiap yang


ada pasti dapat di kenal, dan hanya yang tidak ada yang tidak bisa di kenal.
Karena Allah adalah zat yang wajib al-wujud yaitu zat yang wajib adanya,

3
tentulah Allah dapat di kenal, dan kewajiban pertama bagi setiap muslim adalah
mengenal kepada yang di sembahnya, barulah ia beruat ibadah sebagai mana
sabda nabi:

ِ‫َأ َو ُل ال ِّد ْي ِن َم ْع ِرفَةُ هللا‬


Artinya: “Pertama sekali di dalam Aganma adalah mengenal Allah”

Kenalilah dirimu sebagaimana sabda nabi Muhammad:

ُ‫س َده‬ َ َ‫ف َربَّهُ ف‬


َ ‫س َد َج‬ َ ‫سهُ فَقَ ْد َع َر‬
َ ‫ف َربَّهُ َو َمنْ َع َر‬ َ ‫ف نَ ْف‬
َ ‫َمنْ َع َر‬
Artinya: Barang siapa yang mengenal dirinya, maka ia akan mengenal
Tuhannya dan barang siapa mengenal Tuhannya maka binasalah (fana) dirinya.

Lalu dari mana yang wajib kita kenal? Sesungguhnya diri kita terbagi dua.
Sebagai firman Allah dalam surat Luqman ayat 20:

ً‫اطنَة‬ ْ ‫َوَأ‬
ِ َ‫سبَ َغ َعل ْي ُك ْم نِ َع َمهُ ظَ ِه َرةً َوب‬
Artinya: Dan Allah telah menyempurnakan bagimu nikmat zhahir dan
nikmat batin.

Jadi dari berdasarka ayat di atas, diri kita terbagi menjadi dua:

1. Diri zhahir yaitu diri yang dapat dilihat oleh mata dan bisa diraba oleh
tangan.
2. Diri batin yaitu yang tidak dapat di pandang oleh mata dan tidak dapat di
raba oleh tangan, tetapi dapat di rasakan oleh mata hati. Adapun dalil
mengenai terbaginya diri manusia karena sedmikian pentingnya peran diri
yang batin inidi dalam upaya untuk memperoleh pengenalan kepada Allah,
itulah sebabnya kenapa kita di suruh melihat kedalam diri (introspeksi diri)
sebagaimana firman Allah dalam surat az-zariyat 21:

4
ِ ‫س ُك ْم اَفَالَ تُ ْب‬
‫ص ُر ْو َن‬ ِ ُ‫َوفِى اَ ْنف‬

Artinya: Dan di dalam diri kamu apakah kamu tidak memperhatikannya.

Allah memerintahkan kepada manusia untuk memperhatikan kedalam dirinya di


sebabkan karena didalam diri manusia itu Allah telah menciptakan sebuah
mahligai yang mana di dalamnya Allah telah menanamkan rahasia-Nya.
Sebagaimana sabda nabi dalam hadist hudsi:

‫ص ْد ِر قَ ْلبًا َوفِى‬
َّ ‫ص ْد ًر َوفِى ال‬ َ ‫ص ِر‬ ْ َ‫ف اِ ْب ِن آ َد َم ق‬
ْ َ‫ص ًرا َوفِى ا ْلق‬ ِ ‫بَنَ ْيتُ فِى َج ْو‬
ِّ ‫س ًّرا َوفِى ال‬
‫س ِّر‬ ِ ‫اف لَبًّا َوفِى لَ ِّب‬
ِ ‫ش َغ‬ َ ‫ب فَُؤ ا ًد َوفِى ا ْلفَُؤ ا ِد‬
َّ ‫ش ْغافًا َوفِى ال‬ ِ ‫ا ْلقَ ْل‬
)‫َأنَا (الحديث القدسى‬
Artinya: “Aku jadikan dalam rongga anak adam itu mahligai dan dalam
mahligai itu ada dada dan dalam dada itu ada hati (qolbu) namanya dan dalam
hati(qolbu) ada mata hati (fuad) dan dalam mata hati (fuad) itu ada penutup mata
hati (saghaf) dan di balik penutup mata hati (saghaf) itu ada nur/cahaya
(labban), dan di dalam nur/cahaya (labban) ada rahasia (sirr) dan di dalam
rahasia (sirr) itulah Aku kata Allah”.(Hadist Qudsi).

Bagaimanakah maksud hadis ini? Tanyalah kepada Ahlinya, yaitu ahli


zikir, Sebagaimana firman Allah dalam surat An-nahl ayat 43:

ِّ ‫سَئلُ ْوا َأ ْه َل‬


‫الذ ْك ِر اِنْ ُك ْنتُ ْم الَتَ ْعلَ ُم ْو َن‬ َ ‫فَا‬
Artinya: Tanyalah kepada Ahli dzikrullah (Ahlu Sufi) kalau kamu benar-
benar tidak tahu.

Karena Allah itu ghaib, maka perkara ini termasuk, perkara yang dilarang
untuk menyampaikannya dan haram pula di paparkan kepada yang bukan ahlinya
(orang awam), sebagaimana dikatakan para sufi:

‫َوهَّلِل ِ َم َحا ِر ٌم فَالَ تَ ْهتَ ُك ْو َها‬

5
Artinya: Bagi Allah itu ada beberapa rahasia yang di haramkan
membukannya kepada yang bukan Ahlinya.

Oleh karena itu, agar kita dapat mengenal Allah, maka kita harus
mempunyai pembimbing rohani atau mursyid. Tentang ini Abu Ali ats-Tsaqafi
berkata,”Seandainya seseorang mempelajari jenis ilmu dan berguru kepada
banyak ulama, maka dia tidak sampai ketingkat para sufi kecuali dengan
melakukan latihan-latihan spiritual bersama seorang syeikh yang memiliki akhlak
luhur dan dapat memberinya nasehat-nasehat.

B. Hal-Hal yang Menghalangi Makrifatullah

Mengenal Allah atau makrifatullah akan sangat menentukan kesalehan dan


kebaikan seseoran di dunia maupun di akhirat. Kebaikan dan kesalehanya
berbanding lurus dengan tingkat pengenalanya kepada Allah itu. Semakin
mengenal Allah, semakin ssaleh dan semakin baik amal seseorang. Sebaliknya,
semakin buruk amal seseorang, itu menunjukan bahwa ia tidak mengenal tuhanya
dengan baik.

Imam Ibnu Qayyim dalam kitab Al-Fawa’id mengatakan bahwa apabila


seoran hamba telah bertekat untuk mengenal Allah, mendekat kepada-Nya, dan
mengikuti kehendaknya, ia akan digoda dan dihadang oleh berbagai tipu daya dan
penghalang, sehingga di awal perjalanannya, ia akan terhambat dan tertipu oleh
berbagai kesenangan, kekuasaan, kelezatan, pakaian, nafsu, dan sejenisnya.
Ulama yan sangat terkenal dengan karya-karya ilmiyah ini kemudian berkata:

“Bila dilihat dari sumber dan penyebabnya, hal-hal yang menghalangi


makrifatullah itu ada dua macam: Pertama, Syahwat, atau penyakit-penyakit

6
nafsu, yaitu penyakit-penyakit yang kaitannya dengan hati, seperti nafsu dan
kesenangan. Kedua: Syubuhat atau penyakit-penyakit intelektual, yaitu informasi-
informasi yang dan pikiran yan menimbulkan keraguan. Apabila seseorang
terjangkiti oleh penyakit-penyakit itu, akan sulit baginya untuk mengenal
tuhanya.”

Sesungguhnya Allah swt, sangat dekat dengan diri manusia, bahkan lebih
dekat dari urat lehernya, tetapi kenapa terasa jauh dan sulit untuk mengenalnya,
karena di dalam diri manusia ada dinding yang tebal, dan berikut ada hal-hal yang
mengalang-halangi kita mengenal Allah Antara lain:

1. Al kibr (Kesombongan), seperti yang telah di sebutkan di dalam Alqur’an


yaitu ( Qs : 25 : 21 )

 Sombong disini adalah sombong yang dapat menghalangi kita dari


makrifatullah yaitu ketika kita menolak kebenaran dan mremehkan orang
lain.

1. Penyakit syahwah (penyakit hati) yang mnghalangi pengenalan kita


kepada Allah adalah

Al-fisq (kefasikeran) lawan dari al-adalah (keadilan), al adala dan alfasiq


berkaitan dengan kredibitas moral. Orang yang adil dalam kortek ini
adalah orang yang tidak tercela. Orang fasiq adalah orang yang ternoda
kehormatan,
harga diri, kewibawaan serta kredibilitas moral dan sosialnya akibat
kemaksiatan yang ia lakukan

1. Taklid buta (sikap meniru tanpa berpikir), ( Qs :2:166-167)


2. Keras kepala dan menantang ( Qs: 22:8-9)
3. Bersandar pada panca indra ( Qs: 2-55)
4. Dusta ( Qs: 7:176)
5. Ragu-ragu ( Qs: 6:109-110).

7
 Tanda-tanda dan indikasi penyakit ini adalah apabila seseorang tidak
menampakkan identitas dan kepribadian yang jelas, apakah agama dan
keyakinannya, apakah ia muslim atau non-Muslim, karena tidak ada tanda-
tanda yang menunjukkan keyakinan dan keislaman.

1. Banyak berbuat maksiat atau (Al-Ma’ashi) lawan dari ketaatan.

 Orang yang bermaksiat adalah orang yang tidak melanggar batas-batas


hukum Allah. Namun bagaimana juga, Allah akan mengampuni dosanya
sebelum matahari belum terbit dari barat. Dia Allah swt. Maha pengampu
lagi maha
penyayang.

1. Yang terakhir adalah Al-jahl (kebodohan). Karena itu, islam memerangi


kebodohan dan menjunjung tinggi ilmu dan ulama (orang-orang yang
berilmu). Bahkan wahyu yang pertama kali turun adalah perintah untuk
melakukan hal yang dapat menghilangkan kebodohan.

Penyakit-penyakit intelektual bermula dari ketidaktahuan (kebodohan). Karena


itu, penyembuhannya adalah dengan menghilangkan firusnya, yaitu kebodohan.
Kalau penyakit-penyakit hati di berantas dengan jihad (memerangi hawa nafsu)
penyakit-penyakit intelektual di perangi dengan ilmu,membaca, belajar dan
mengaji. Semoga kita dapat memerangi nafsu kita dan tidak bosan untuk belajar
dan belajar lagi, membaca dan membaca lagi. Dengan itu iman kita akan menjadi
kuat dan kokoh.1[1]

Adanya Allah swt adalah suatu yang bersifat aksiomatik (sesuatu yang
kebenarannya telah di akui). Namun, di sini akan kemukakan dalil-dalil yang
menyatakan wujud (adanya) Allah swt, untuk memberikan pengertian secara

8
rasional. Mengimani wujud Allah swt ,wujud Allah telah di buktikan oleh fitrah,
akal, syara’ dan indera.

1.Dalil fitrah

Manusia diciptakan dengan fitrah bertuhan, sehingga kadangkala disadari


atau tidak naluri berketuhanannya itu akan bangkit. Firman Allah:

“Dan (ingatlah), ketika tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak adam


dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya
berfirman):”Bukanlah aku ini tuhanmu?”mereka menjawab:”Betul (Engkau tuhan
kami), kami menjadi saksi”. (al-A’raf:172). Dan sungguh jika kamu bertanya
kepada mereka, niscaya mereka menjawab:”Allah”, maka dari manakah mereka
dapat dipalingkan (dari penyembah Allah), (az-Zukhruf:87).

Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah, dan sesungguhnya kedua


orang tuanyalah yang menjadikannya yahudi, Nasrani atau Majusi (HR. Al
Bukhari). Ayat dan hadist tersebut menjelaskan kondisi fitrah manusia yang
bertuhan. Ketuhanan ini bisa difahami sebagai ketuhanan Islam, karena
pengakuannya bahwa Allah swt adalah Tuhan.

2.Dalil Inderawi

Bukti inderawi tentang wujud Allah swt dapat di jelaskan melalui dua
fenomena:

a. Fenomena pengabulan do’a

Kita dapat mendengar dan menyaksikan terkabulnya do’a orang-orang


yan berdo’a serta memohon pertolongan –Nya yang di berikan kepada
orang-orang yang mendapat musibah. Hal ini menunjukan pasti tentang
wujud Allah swt. Allah berfirman;

9
“Dan (ingatlah kisah Nuh), sebelum itu ketika dia berdoa, dan kami
memperkenankan do’anya,lalu kita selamatkan dia beserta keluarga dari
bencana yang besar.”(Al Anbiya:76).

Anas bin Malik Ra berkata,”Pernah ada seorang badui datang pada


hari jum’at. Pada waktu nabi saw tengah berkotbah. Lelaki itu berkata
“Hai Rasul Allah, harta benda kami telah habis, seluruh warga telah
kelaparan. Oleh karena itu memohonkanlah kepada Allah swt untuk
mengatasi kesulitan kami.” Rosulullah itu mengangkat kedua tangannya
dan berdoa. Dan Tiba-tiba awan mendung bertebaran bagaikan gunung-
gunung. Rosulullah belum turun dari mimbar, hujan turun membasahi
jenggotnya. Pada jum’at yang kedua, orang badui atau orang lain berdiri
dan berkata,”Hai Rosul Allah, bangunan kami hancur dan harta bendapun
tenggelam, doakanlah akan kami ini (agar selamat) kepada
Allah.”Rasulullah lalu mengangkat kedua tangan nya, seraya berdoa:’Ya
Robbku,turunkanlah hujan di sekeliling kami dan jangan Engkau turunkan
sebagai bencana bagi kami.”Akhirnya beliau tidak mengisyaratkan pada
suatu tempat kecuali menjadi terang (tanpa hujan).

3.Dalil Naqli

Dalil Naqli adalah dalil pembuktian akan keberadaan dengan merujuk


petunjuk kitab suci. Dengan fitrah manusia bisa mengakui adanya tuhan, dan
dengan akal pikiran juga manusia bisa membuktikannya, namun manusia perlu
memerlukan dalil naqli (Alqur’an dan Sunnah) untuk membimbing manusia
kejalan yang sesungguhnya. Dengan segala asma dan sifatnya, sebab akal dan
fitrah tidak bisa menjelaskan siapa tuhan yang sebenarnya itu.

Cukup banyak pembahasan tentang Allah swt dalam Alqur’an dan sunnah,
hanya saja di sini dikemukakan point tentingnya saja, yaitu:

a. Allah adalah Al-Awwal, yaitu tidak ada permulaan bagi wujud-Nya, dan
juga Al-Akhir, yaitu tidak ada akhir dari wujudnya:

10
‫ر َوالظَّا ِه ُر َو ْالبَا ِطنُ َوهُ َو بِ ُكلِّ َش ْي ٍء َعلِي ٌم‬eُ ‫ه َُو اَأْل َّو ُل َواآْل ِخ‬
Artinya:” Dialah yang awal dan yang Akhir, yang zdohir dan yang batin,
dan dia yang mengetahui segala sesuatu.(Qs: Al-Hadid(57)3).
b. Tidak ada satupun yang menyerupainya

ِ َ‫ْس َك ِم ْثلِ ِه َش ْي ٌء َوهُ َو ال َّس ِمي ُع ْالب‬


‫صي ُر‬ َ ‫لَي‬
Artinya:”Tidak ada satupun yang serupa dengan Dia, dan Dialah yang
maha mendengar lagi maha melihat.(Qs: Assyura(42)11).

4.Bukti Rasional

Bukti dan petunjuk yang menunjukan keberadaan Allah adalah petunjuk


rasional. Hal ini dapat di buktikan dengan teori sebab-akibat (kuasatitas). Teori itu
mengatakan bahwa segala apapun yang terjadi pasti ada penyebabnya. Logika
mengatakan disana ada penyebab pertama dan utama yang mulai sebab-sebab
akibat (causa prima) itu. Ia adalah sesuatu yang keberadaan nya bukan di
sebabkan oleh sesuatu yang lain. Zat yang seperti itulah, Tuhan dalam akidah
islam. Dan Dia-lah Allah yang Maha Esa, yang berdiri sendiri, tidak bergantung
kepada apa dan siapa pu, tidak beranak dan pila di peranakkan. Keyakinan bahwa
tuhan bersifat demikian, di kukuhkan oleh kitab suci,

Katakanlah ,”Dia-lah Allah, yang Maha Esa, Allah adalah tuhan yang bergantung
kepada-Nya segala sesuatu. Dia tidak beranak dan tidak pula di peranakan, dan
tidak ada seseorang pun yang setara dengan Dia.”(Al-Ikhlas[112]:1-4).

11
BAB III

PENUTUP

A.Kesimpulan

Kita bisa mengambil kesimpulan materi diatas, bahwa dalam mengenal


Allah, kita di tuntut menjadi seorang yang beramal sholeh. Allah sangat
menyayangi hambanya yang senantiasa selalu mengingat-Nya, Allah menjanjikan
surga, keridhoan, keberkahan, kemerekaan serta kemulyaan di dalam hidup kita.

Mengenal Allah yang benar adalah dengan menimbulkan rasa malu, cinta
dan rasa takut kepada-Nya. Yang disebut malu karena merasa membawa beban
dosa. Cinta yaitu rindu untuk menghadap Allah dan senang memperoleh pahala-
Nya. Dan takut kepada Allah adalah takut terkena siksa-Nya. Jika hal tersebut
telah timbul di dalam hati kita. Insya Allah kita telah mampu mengenal Allah
dengan cinta.

Untuk itu sebelum kita mengenal Allah alangkah baiknya kalau kita
membersihkan hati kita dari berbagai penyakit, yang membuat hati kita menjadi
petang atau gelap. Hanya dengan cara itulah kita bisa mengerti apa rahasia-rahasia
yang selama ini tidak kita ketahui, .

12
DAFTAR PUSTAKA

Jasiman, Lc.2002,Mengenal dan Memahami Islam,PT Era Adicitra Intermedia.

Ali Muakhir,2008,Mengenal Allah,PT Tiga Serangkai.

Gazalba,sidi,1972,Ilmu Islam l.Bulan Bintang.

http://sammaniyah.blogspot.co.id/2016/03/09bagaimanakah-cara-mengenal-
allah.html,

13

Anda mungkin juga menyukai