Syeikh Ahmad Arifin berpendapat bahwa setiap yang ada pasti dapat dikenal dan
hanya yang tidak ada yang tidak dapat dikenal. Karena Allah adalah zat yang wajib
al-wujud yaitu zat yang wajib adanya, tentulah Allah dapat dikenal, dan kewajiban
pertama bagi setiap muslim adalah terlebih dahulu mengenal kepada yang
disembahnya, barulah ia berbuat ibadah sebagimana sabda Nabi :
Artinya: Pertama sekali di dalam agama ialah mengenal Allah
Kenallah dirimu, sebagaimana sabda Nabi SAW
Artinya: Barangsiapa yang mengenal dirinya, maka ia akan mengenal Tuhannya,
dan barangsiapa yang mengenal Tuhannya maka binasalah (fana) dirinya.
Lalu diri mana yang wajib kita kenal? Sungguhnya diri kita terbagi dua
sebagaimana firman Allah dalam surat Luqman ayat 20 :
Artinya : Dan Allah telah menyempurnakan bagimu nikmat zahir dan nikmat
batin.
Jadi berdasarkan ayat di atas, diri kita sesungguhnya terbagi dua:
1.
Diri Zahir yaitu diri yang dapat dilihat oleh mata dan dapat diraba oleh
tangan.
2.
Diri batin yaitu yang tidak dapat dipandang oleh mata dan tidak dapat
diraba oleh tangan, tetapi dapat dirasakan oleh mata hati. Adapun dalil mengenai
terbaginya diri manusia
Karena sedemikian pentingnya peran diri yang batin ini di dalam upaya untuk
memperoleh pengenalan kepada Allah, itulah sebabnya kenapa kita disuruh melihat
ke dalam diri (introspeksi diri) sebagimana firman Allah dalam surat az-Zariat ayat
21:
Artinya: Tanyalah kepada ahli zikrullah (Ahlus Shufi) kalau kamu benar-benar
tidak tahu.
Karena Allah itu ghaib, maka perkara ini termasuk perkara yang dilarang
untuk menyampaikannya dan haram pula dipaparkan kepada yang bukan ahlinya
(orang awam), seabagimana dikatakan para sufi:
Artinya: Bagi Allah itu ada beberapa rahasia yang diharamkan membukakannya
kepada yang bukan ahlinyah.
Nabi juga ada bersabda :
Artinya: Telah memberikan kepadaku oleh Rasulullah SAW dua cangkir yang
berisikan ilmu pengetahuan, satu daripadanya akan saya tebarkan kepada kamu.
Akan tetapi yang lainnya bila saya tebarkan akan terputuslah sekalian ilmu
pengetahuan dengan memberikan isyarat kepada lehernya.
Artinya : Kerusakan dari ilmu pengetahuan ialah dengan lupa, dan menyebabkan
hilangnya ialah bila anda ajarkan kepada yang bukan ahlinya.
Jawab : Bila kita sebut nama hati, maka hati yang dimaksud di sini bukanlah hati
yang merah tua seperti hati ayam yang ada di sebelah kiri yang dekat jantung kita
itu. Tetapi hati ini adalah alam ghaib yang tak dapat dilihat oleh mata dan alat
panca indra karena ia termasuk alam ghaib (bersifat rohani). Tiap-tiap diri manusia
memiliki hati sanubari, baik manusia awam maupun manusia wali, begituja para
nabi dan rasul. Pada hati sanubari ini terdapat sifat-sifat jahat (penyakit hati),
seperti : hasad, dengki, loba, tamak, rakus, pemarah, bengis, takbur, ria, ujub,
sombong, dan lain-lain. Tetapi bilamana ia bersungguh-sungguh di dalam
tarekatnya di bawah bimbingan mursyidnya, maka lambat laun hati yang kotor dan
berpenyakit tadi akan bertukar bentuknya dari rupa yang hitam gelap pekat
menjadi bersih putih dengan mengikuti kegiatan suluk atau khalwat secara
kontinyu. Manakala hati yang hitam tadi telah berubah menjadi putih bersih,
barulah ia memberikan sinar. Hati yang putih bersih bersinar itulah yang dinamakan
hati Rohani (Qalbu) atau disebut juga dengan diri yang batin.
Seumpama kita bercermin di depan kaca, maka kita tidak akan dapat
melihat apa yang ada dibalik cermin selain muka kita, karena terhalang oleh cat
merah yang melekat disebaliknya. Tetapi bila cat merah itu kita kikis habis, maka
akan tampaklah di sebaliknya bermacam-macam dan berlapis-lapis cermin hingga
sampai menembus ke alam Nur, alam Jabarut, alam Lahut, hingga alam Hadrat Hak
Allah Taala.
Itulah sebabnya bila kita hanya baru sebatas mengenal hati sanubari saja,
maka yang kita lihat hanya diri kita saja, sebab ditahan oleh cat merah tadi, yaitu
sifat-sifat jahat seperti: takabbur, ria, ujub, dengki, hasad, pemarah, loba, tamak,
rakus, cinta dunia, dan berbagai penyakit hati lainnya. Tetapi bila mana cat merah
itu telah terkikis habis, barulah ia akan menyaksikan alam yang lebih tinggi dan
mengetahuilah ia segala rahasia termasuk dirinya dan hakikatnya dan juga alam
seluruhnya dan akhirnya mengenallah ia akan Tuhannya. Itulah sebabnya para waliwali Allah itu lahir dari para sufi yaitu orang-orang yang telah berhasil
membersihkan hatinya dengan bantuan mursyidnya pada zahir sedang pada
hakikatnya dengan qudrat dan iradat Allah Taala. Di sinilah terletak wajibnya
mengenal diri untuk jalan mengenal Allah.
Diposkan 1st January 2013 oleh Kalempau
7 Lihat komentar
Jan
1
ILMU HATI (ILMU TAREKAT)
Hati memegang peranan penting bagi manusia. Baik dan buruknya seseorang
ditentukan oleh hati sebagaimana Hadis Nabi:
...
Ingatlah bahwa di dalam tubuh itu ada segumpal darah, bila ia telah baik maka
baiklah sekalian badan.Dan bila ia rusak, maka rusaklah sekalian badan. Dan bila ia
rusak maka binasalah sekalian badan, itulah yang dikatakan hati.
Demikianlah pentingnya peranan hati bagi manusia, oleh sebab itu manusia
wajib menjaga kesucian hatinya. Adapun yang menjadi penyebab kotornya hati
manusia itu adalah disebabkan berbagai penyakit yang terdapat padanya
sebagaimana dijelaskan oleh firman Allah:
Menurut Syekh Muda Ahmad Arifin terdapat 6666 ayat Al-Quran dan 6666 urat di
dalam tubuh manusia, demikian halnya dengan hati manusia, ada 6666 penyakit di
dalam hati manusia. Dari sekian banyak penyakit yang ada di dalam hati manusia,
ada beberapa penyakit hati yang paling berbahaya, di antaranya: hawa nafsu, cinta
dunia, loba, tamak, rakus, pemarah, pengiri, dendam, hasad, munafiq, ria, ujub,
takabbur. Jadi bila tidak diobati, maka sambungan ayat mengatakan:
Beruntunglah orang yang mensucikan hatinya dan mengingat Tuhan-Nya, maka
didirikannya sembanhyang. (Q.S. 87 Al-Ala: 14-15)
Dari penjelasan surah Al-Ala di ayat 14 dan 15 di atas dapat diambil
kesimpulan bahwa ada tiga kewajiban yang dibebankan oleh Allah kepada manusia:
1. Kewajiban Mensucikan Hati
sebagai cermin yang hanya bisa menangkap cahaya ghaib (Allah) apabila tida
tertutup oleh kotoran-kotoran keduniaan. Sesungguhnya hanya orang-orang yang
telah mensucikan hatinyalah yang dapat mengenal Allah dan merekalah yang
disebut sebagai orang-orang yang beruntung.
Keempat, apa keuntungan yang diperoleh oleh orang yang telah
mensucikan hatinya? Menurut Syekh Muda Ahmad Arifin keuntungan yang diperoleh
oleh orang yang telah mensucikan hatinya adalah dapat mengenal Tuhannya. Itulah
sebabnya Allah berfirman:
Beruntunglah orang yang telah mensucikan hatinya dan merugilah orang yang
telah mengotorinya. (Q.S. 91 As-Syamsi: 9-10)
Itulah sebabnya pada ayat di atas Allah memuji orang-orang yang telah
mensucikan hatinya, sebab hanya orang-orang yang telah mensucikan hatinya yang
dapat mengenal Allah. Adapun orang-orang yang mengotorinya adalah orang-orang
yang merugi, karena sesungguhnya orang-orang yang hatinya kotor tidak akan
pernah dapat mengenal Tuhannya.
2. Kewajiban Mengingat Allah
Kewajiban yang kedua adalah mengingat Allah, sebab mustahil kita dapat
mengingat Allah kalau kita belum mengenal-Nya dan mustahil kita dapat mengenalNya kalau kita belum pernah berjumpa. Dan mustahil kita dapat berjumpa dengan
Allah tanpa terlebih dahulu menyertakan diri dan belajar kepada orang yang telah
dapat beserta Allah. Itulah sebabnya Nabi memerinthakan kepada kita agar
menyertakan diri kepada orang yang telah serta Allah sebagaimana sabda Nabi:
Sertakanlah kepada Allah, apabila kamu tidak dapat beserta Allah maka
sertakanlah dirimu kepada orang yang telah serta Allah, maka ia akan mengenalkan
kamu kepada Allah.
Berdasarkan Hadis di atas, maka kewajiban pertama bagi manusia adalah
mencari guru (wasilah) agar ia dapat memperoleh pengenalan kepada Tuhannya.
Setelah manusia itu dapat mengenal Allah maka kewajiban kedua baginya adalah
mengingat Tuhan-Nya.
3. Kewajiban Mengerjakan Shalat
Shalat merupakan tiang agama yang dilaksanakan apabila kita telah
melaksanakan kewajiban pertama dan kedua, sebab tujuan shalat adalah untuk
mengingat-Nya sebagaimana firman Allah:
Sesungguhnya Aku inilah Allah, tidak ada Tuhan selain Aku, maka sembahlah
Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku. (Q.S. 20 Thaha: 14)
Firman Allah di atas senada dengan firman Allah pada surat Al-Ala ayat
14 dan 15 yang telah diuraikan sebelumnya. Untuk mengetahui secara jelas
persamaan makna yang terdapat pada kedua ayat tersebut penulis akan
menguraikan kalimat perkalimat pada surat Thaha ayat 14 serta
membandingkannya dengan surat Al-Ala ayat 14.
Pertama, pada bagian awal surat Thaha ayat 14 Allah berfirman:
Sesungguhnya Aku ini Allah. Bila kita menganalisis firman Allah tersebut maka
dapatlah kita ketahui bahwa sesungguhnya Allah itu ingin dikenal. Firman Allah
pada surat Thaha tersebut senada dengan firman Allah pada surat Al-Ala ayat 14:
Beruntunglah orang-orang yang mensucikan hatinya. Makna beruntung pada ayat
ini adalah bahwa keuntungan yang diperoleh oleh orang-orang yang mensucikan
hatinya adalah dapat mengenal Allah. Bahkan bila kita analisis lebih jauh selain
memiliki persamaan makna, kedua ayat tersebut juga memiliki kaitan di mana ayat
yang satu berfungsi sebagai penjelas bagi yang lain. Pada surah Thaha Allah
berfirman: Sesungguhnya Aku ini Allah. Ayat tersebut mengintruksikan kepada
manusia kewajiban untuk mengenal Allah. Pada surah al-Ala ayat 14 Allah
berfirman: Beruntunglah orang-orang yang mensucikan hatinya. Pada ayat ini
Allah memuji orang-orang yang mensucikan hatinya, sebab hanya orang-orang
yang mensucikan hatinyalah yang dapat mengenal Allah dan merekalah yang
dinyatakan Allah sebagai orang-orang yang beruntung. Dari uraian singkat di atas
dapat disimpulkan bahwa firman Allah pada surat Thaha ayat 14 keduanya
mengindikasikan bahwa kewajiban pertama bagi manusia adalah terlebih dahulu
mensucikan hatinya agar ia dapat mengenal Tuhannya.
Kedua, pada bagian tengah surat Thaha Allah berfirman: Tiada Tuhan
selain Aku. Bila kita analisis firman Allah di atas, maka dapat kita ketahui bahwa
maksud yang terkandung di dalamnya adalah perintah untuk mengingat-Nya, sebab
kalimat Tiada Tuhan selain Allah, bermakna tidak ada yang boleh diingat selain
Allah. Firman Allah pada surat al-Ala ayat 15: Dan mengingat Tuhannya. Dari
uraian singkat di atas dapat disimpulkan bahwa kewajiban yang kedua bagi
manusia adalah mengingat Tuhannya.
Ketiga, pada bagian akhir surat Thaha Allah berfirman: Sembahlah Aku
dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku. Bila kita analisis pada ayat di atas
bahwa printah sembah datang setelah terlebih dahulu Allah memerintahkan untuk
mengenal dan mengingatnya. Perintah sembah tersebut diwujudkan dengan
mendirikan shalat yang tujuannya adalah untuk mengingat-Nya. Firman Allah
tersebut senada dengan firman Allah pada surat al-Ala ayat 15: Maka dirikanlah
shlalat. Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa kedua ayat tersebut sama-sama
mengindikasikan bahwa shalat merupakan kewajiban ketiga.
Dari penjelasan di atas dapatlah kita ketahui mengapa para sufi menaruh
perhatian besar terhadap hati (qalb) dan menempatkan shalat sebagai kewajiban
ketiga. Karena sesungguhnya perintah shalat itu diterima setelah terlebih dahulu
Jibril mensucikan hati Nabi Muhammad sebelum ia menghadap Allah. Sebab Allah
itu tidak dapat dilihat oleh mata kepala Nabi Muhammad tetapi hanya dapat dilihat
oleh mata hati Nabi Muhammad. Oleh sebab itu sebelum Nabi Muhammad
berjumpa dengan Allah, terlebih dahulu Jibril mensucikan hatinya, agar nur yang
ada di dalam mata hatinya itu dapat memancar, sebab dengan nur itulah Nabi
Muhammad dapat menyaksikan Allah. Itulah sebabnya di dalam surah al-Isra ayat
1 Allah menggunakan kalimat Maha Suci, sebab Allah itu Maha Suci dan hanya
dapat dilihat oleh hamba-hamba-Nya apabila mereka telah mensucikan hati
mereka.
Adapun makna Jibril mensucikan hati Nabi Muhammad menurut Syekh
Muda Ahmad Arifin pada hakikatnya adalah sesungguhnya Malaikat Jibril
menyampaikan pengenalan kepada Allah dalam istilah ilmu tarekat lazim disebut
dengan baiat. Praktik baiat yang diterima oleh Nabi dari gurunya Malaikat Jibril
diteruskan kepada Ali ibn Abi Thalib dan praktik seperti ini terus berlanjut dari guru
ke murid dalam rangkaian silsilah hingga saat ini. Praktik baiat yang diterapkan di
kalangan ahli tarekat sesungguhnya mengacu pada pola yang dilaksanakan oleh
Nabi. Jadi berdasarkan tradisi baiat inilah muncul istilah bahwa Barangsiapa yang
tidak mempunyai syekh maka gurunya adalah setan sebab Nabi sendiri tidak dapat
mengenal Allah tanpa berguru kepada Malaikat Jibril, apalagi kita sebagai manusia
biasa yang hina dan dhaif yang tidak mempunyai kedudukan apa-apa di sisi Allah
maka mustahil dapat mengenal Allah tanpa guru. Oleh sebab itu Nabi bersabda:
ilmu itu ada dua macam, adapun ilmu batin yang di dalam hati itu jauh lebih
bermanfaat.
Dari penjelasan Hadis di atas dapatlah kita ketahui bahwa tidak hanya
para sufi yang menaruh perhatian besar terhadap hati, bahkan Nabi sendiri lewat
Hadisnya secara tegas menyatakan keutamaan ilmu hatilah manusia dapat
mengenal Allah.
Menurut Syekh Ahmad Arifin kekeliruan umat Islam saat ini adalah tidak
mau mempelajari ilmu hati dan lebih mengutamakan ilmu syariat. Oleh sebab itu
menurutnya mayoritas umat Islam saat ini tidak mengenal yang mereka sembah
dan sesungguhnya mereka berada dalam kesesatan yang nyata sebagaimana
firman Allah:
Maka celakalah bagi orang yang hatinya tidak dapat mengingat Allah, mereka
itu dalam kesesatan yang nyata. (Q.S. 39 az-Zumar: 22)
Dzikir Hakikat : HUHUHU (DIA ALLAH) diucapkan dalam hati saja dengan
keadaan fana (hampa) melalui perantaraan tarikan Nafas ke dalam sampai ke perut,
usahakan perut tetap keras biarpun nafas telah keluar, dalam bahasa ilmu tenaga
dalam ini adalah metode pemusatan power lahiriah dari perut, dalam istilah cina yin
& yang ini adalah penyembuhan/pengobatan pada diri secara bathiniah dan
kesemuanya itu benar adanya karena pusat perut adalah sumber daya energi
kekuatan manusia secara lahiriah & bathiniah serta secara hakikat dzikirHU
sebenarnaya tempatnya pada pusat perut dengan perantaraan cahaya nafas yg
sangat berharga pada manusia.
Dzikir Marifat : HUAH-HUAH-HUAH atau HU-WAH (Dia ALLAH
Bersamaku) sebenarnya bunyi dzikir ini sudah perpaduan antara hakikat &
marifat, dzikir tersebut dilantunkan dalam hati saja dengan gerakan nafas HU
masuk kedalam AH keluar nafas, pada para sufi (wali Allah) ini adalah dzikir
kenikmatan, kecintaan ( Mahabbatullah) yang sangat luas faedah hidayahnya &
karomahnya sehinngga dapat menyingkap tabir rahasia2 Allah Swt pada gerakan
kehidupan ini.
Diposkan 1st January 2013 oleh Kalempau
1 Lihat komentar
Jan
1
KENALI JASAD, JIWA, RUH DAN HATI ANDA
Pada umumnya orang hanya mengetahui manusia itu hanya terdiri dari jasad dan
ruh. Mereka tidak memahami sesungguhnya manusia terdiri dari tiga unsur , iaitu:
Jasad, Jiwa dan Ruh.
Ini dapat dibuktikan dalam firman Allah Taala surah Shaad (38:71-73) yang
bermaksud:
Ingatlah ketika Tuhan MU berfirman kepada malaikat: Sesungguhnya Aku akan
menciptakan manusia dari tanah. Maka apabila telah Ku sempurnakan kejadiannya,
maka Ku tiupkan kepadanya Ruh Ku. Maka hendaklah kamu tunduk bersujud
kepadanya. Lalu seluruh malaikat itu bersujud semuannya.
Pada ayat yang lain pula, Allah menjelaskan tentang penciptaan jiwa (nafs).
Surah Asy Syams (91:7-10) . Firmanya yang bermaksud:
Dan demi nafs (jiwa) serta penyempurnaannya, maka Allah ilhamkan kepada nafs
itu jalan ketaqwaaan dan kefasikannya. Sesungguhnya beruntunglah orang yang
mensucikannya dan sesungguhnnya rugilah orang yang mengotorinya.
Selain itu, Allah juga berfirman dalam Al Quran tentang proses kejadian jasad
(jisim). Surah Al Mukminun (23:12-14):
Dan sesungguhnya Kami telah menciptkan manusia dari saripati dari tanah,
Kemudian jadilahlah saripati itu air mani yang disimpan dalam tempat yang kukuh
(rahim). Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah
itu kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulangtulang, lalu tulang-tulang ini Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan
dia makhluk berbentuk lain, maka maha suci Allah. Pencipta yang paling baik.
Jasad
Jasad atau jisim adalah angggota tubuh manusia terdiri dari mata, mulut, telinga,
tangan, kaki dan lain-lain. Ia dijadikan dari tanah liat yang termasuk dalam derejat
paling rendah. Keadaannya dan sifatnya dapat mecium, meraba, melihat. Dari jasad
ini timbullah kecenderungan dan keinginan yang disebut Syahwat. Ini dijelaskan
dalam Al Quran Surat Ali Imran, yang bermaksud:
Dijadikan indah pada pandangan manusia , merasa kecintaan apa-apa yang
dingininya (syahwat) iaitu wanita-wanita, anak-anak, harta yang bertimbun dari
jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatan ternakan dan sawah ladang, Itulah
kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah tempat sebaik-baik kembali.
Jiwa (Nafs)
Kebanyakan orang mengaitkannya dengan diri manusia atau jiwa. Padahal ianya
berkaitan dengan derejat atau kedudukan manusia yang paling rendah dan yang
paling tinggi. Jiwa ini memiliki dua jalan iaitu:
Menuju hawa nafsu (nafs sebagai hawa nafsu)
Menuju hakikat manusia (nafs sebagai diri manusia)
Hawa nafsu. Hawa nafsu lebih cenderung kepada sifat-sifat tercela, yang
menyesatkan dan menjauhkan dari Allah. Sebagaimana Allah Taala berfirman surah
(Shaad :26) yang bermaksud:
..... dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, kerana ia akan menyesatkan
kamu dari jalan Allah
Kaitan hati dan hawa nafsu.
Hati memainkan peranan yang sangat penting dalam diri manusia ia menjadi
sasaran utama kepada Syaitan. Syaitan sedaya upaya menutupi hati manusia dari
menerima Nur llahi. Sebagaimana sabda Rasulullah yang bermaksud:
Jikalau tidak kerana syaitan-syaitan itu menutupi hati anak Adam, pasti mereka
boleh milihat kerajaan langit Allah
Cara syaitan menutupi hati manusia itu dengan cara cara tertentu iaitu dengan
menghidupkan hawa nafsu tercela dan yang membawa ke arah maksiat. Semuanya
sudah tersedia berada adalam diri manusia, ianya dikenali dengan nafsu ammarah
bissu, nafsu sawiyah dan nafsu lawammah..
Para ahli tasawwuf mengatakan bahawa syaitan (anak iblis) memasuki hati
manusia melalui sembilan lubang anggota manusia iaitu dua lubang mata, dua
lubang hidung, kedua lubang kemaluan dan lubang mulut. Buta manusia bukan
buta biji matanya tetapi buta hatinya sebagaimana bukti yang dijelaskan dalam
Firman Allah dalam surah (Al Hajj :46) bermaksud:
Kerana sesungguhnya bukan mata yang buta, tetapi yang buta ialah hati di
dalam dada.
Mereka juga mengatakan yang membutakan hati ialah kejahilan atau tidak
memahami tentang hakikat perintah Allah SWT. Kejahilan yang tidak segera diubati
akan menjadi semakin bertimbun. Allah SWT berfirman dalam surah (Al Baqarah:29) yang bermaksud:
Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, padahal mereka
yang menipu diri sendiri, sedangkan mereka tidak menyedarinya.
Demikian bahayanya penyakit hati yang dihembuskan syaitan melalui hawa
nafsu manusia. Sehingga Rasulullah pernah berpesan setelah kembali dari perang
Badar. Beliau bersabda :
Musuhmu yangterbesar adalah nafsymu yang berada di antara kedua
lambungmu (Riwayat Al-Baihaki)
Jihad yang paling utama adalah jihad seseorang untuk dirinya dan hawa
nafsunya.(Riwayat Abnu An-Najari)
Diri Manusia
Nafs atau jiwa sebagai diri manusia adalah suatu yang paling berharga kerana ia
berkaitan dengan nilai hidup manusia dan nafs yang diberi rahmat dan redha oleh
Allah. Sebagaimana firmannya dalam surah (Al-Fajr : 27-30 ) yang bermaksud:
Hai jiwa yang tenang (Nafsu Mutmainnah), kembalilah kepada Tuhanmu dengan
hati yang tenang lagi diredhaiNya. Maka masuklah ke dalam golongan hambahambaKu, masuklah ke dalam syurgaKu.
Dan lagi dalam surah (Yusuf: 53) yang bermaksud:
Dan aku tidak membebaskan diriku dari kesalahan, kerana sesungguhnya nafsu
itu selalu menyuruh ke arah kejahatan, kecuali nafsu yang beri rahmat oleh
Tuhanku.
Berkaitan dengan sabda Rasulullah yang berbunyi:
Barang siapa yang mengenal dirinya , maka ia mengenal Tuhannya.
Hadis ini menyatakan syarat untuk mengenal Allah adalah mengenal diri. Diri
atau nafs di sini adalah nafs mutmainnah iaitu nafsu yang tidak terpengaruh oleh
goncangan hawa nafsu dan syahwat.
Setiap manusia mempunyai nafs yang berbeza. Ada nafs yang menuju jalan
cahaya ada nafs yang menuju jalan kegelapan.
Bagi nafs yang menuju kegelapan atau nafs tercela yang tidak sempurna
ketenangannya terutama ketika lupa kepada Allah disebut nafsu lawammah. Firman
Allah Taala dalam surah
(Al Qiyammah:2) yang bermaksud:
Dan aku bersumpah dengan jiwa yang amat tercela (nafsu lawammah)
Nafsu ini hanya dapat dikenali dan disaksikan dengan kemampuan tertentu
manusia iaitu dengan pancaran batin. Sebagaimana firman Allah dalam surah (AlAraaf:26) yang bermaksud:
Pakaian taqwa yang menjaga mu dari kejahatan itu adalah yang paling baik.
Ruh
Ruh mempunyai dua arah pengertian iaitu :
a. Sebagai nyawa
b. Sebagai suatu yang halus dari menusia (pemberi cahaya kepada jiwa)
Ruh sebagai nyawa kepada jasad atau tubuh . Ia ibarat sebuah lampu yang
menerangi ruang. Ruh adalah lampu, ruang adalah sebagai tubuh. Jika lampu
menyala maka ruangan menajdi terang. Jadi tubuh kita ini boleh hidup kerana ada
ruh (nyawa)
Manakala dalam pengertian yang kedua, Ruh sebagai sesuatu yang merasa,
mengerti dan mengetahui. Hal ini sangat berhubung dengan hati yang halus atau
hati ruhaniyyah yang disebut sebagai Latifah Rabaniyyah (hati erti kedua)
Dalam Al-Quran kata ruh disebut dengan sebutan Ruhul Amin, Ruhul Awwal dan
Ruhul Qudsiyah.
Ruhul Amin yang bermaksud adalah malaikat Jibrail. Firman Allah dalam surah
(Asy-Syu araa:192-193) yang bermaksud:
Dan sesungguhnya Al- Quran ini benar-benar diturunkan oleh Tuhan semesta
alam, Dia dibawa oleh Ar Ruh Al Amin (Jibrail)
Ruhul Awwal yang bermaksud nyawa atau sukma bagi tubuh manusia.
Sebagaimana firman Allah dalam surah (As-Sajdah:9) yang bermaksud:
Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan kedalam tubuhnya ruh Nya dan
dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati , tetapi kamu sedikit
sekali bersyukur
Ruh Qudsiyah yang bermaksud ruh yang datang dari Allah (bukan Jibrail), tetapi
yang menjdi penunjuk dan pengkhabar gembira bagi orang-orang beriman. Ini
adalah ruh yang disucikan dihadirat Allah. Ia bercahaya apabila nafsu mutmainnah
telah sempurna.
Hati
Hati merupakan raja bagi seluruh diri manusia dan tubuh. Perilaku dan perangai
seseorang merupakan cerminan hatinya. Dari hati inilah pintu dan jalan yang dapat
menghubungkan manusia dengan Allah. Dengan demikian untuk mengenal diri
harus dimulai dengan mengenal hati sendiri.
Hati mempunyai dua pengertian:
Hati jasmani iaitu sepotong daging yang terl;etak di dada sebelsah kiri, hati
jenis ini haiwan pun memilinya.
Hati Ruhaniyyah iaitu sesuatu yang halus. Hati yang merasa, mengerti,
mengetahui, dierpinta dituntut. Dinalai juga dengan Latifah Rabaniyyah.
Hati Ruhaniyyah inilah merupakan tempat iman dan tempat mengenal diri .
Sebagaimana firma Allah dalam surah (Ar-Rad:28) yang bermaksud:
Iaitu orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tanang dengan
mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah hati menjadi tenang.
Hadis qudsi yang bermaksud:
Tidak akan cukup menaggung untuk Ku bumi dan langitKU tetapi cukup bagiKu
hanyalah hati (qalb) hambaKu yang nukamin (Riwayat Ad Darimi)
Nafsu Mutmainnah
Bila hati manusia jauh dari goncangan yang disebabkan bisikan syaitan, hawa
nafsu dan syahwat , maka ia disebut nafs Mutmainnah, Apabila ia tunduk dan redha
kepada Allah sepenuhnya, maka ia disebut nafs mardhiyyah (nafs yang redha)
Namun jika manusia membiarkan hatinya berada dalam pengaruh hawa nafsu
dan syahwat, maka ia akan menjadi orang yang tersesat, lama kelamaan tergelicir
dan dimurkai Allah, Sebagaimana Firman Allah dalam surah (Jaastsiyah:23) yang
bermaksud:
Maka pernahkan kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai
Tuhannya dan Allah membiarkannya berdasarkan ilmu Nya dan Allah telah
mengunci mata pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas
penglihatannya?. Maka siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah Allah
membiarkannya sesat. Maka mengapa kamu tidak mengambil iktibarnya.
Ingat hawa nafsu dan syahwat bukan dibunuh atau dihilangkan, tetapi dikawal
oleh nafsu mutmainnah. Di mana ada saatnya hawa nafsu ini perlu dikeluarkan.
Sebagaimana firma Allah dalam surah (An Naziat:40-41) yang bermaksud:
Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan manahan
diri dari keinginan hawa nafsunya. Maka sesungguhnya syurgalah tempat
tinggalnya.
Nah, jika hati kita telah diselubungi oleh nafsu mutmainnah, maka nafsu
mutmainnah inmi menajdfi imam (penunjuk) bagi selruh tubuh dan dirinya,
sseeunggunya nafsu mutmainnah inilah disebit-sebut sebagai jati diri manusia
(hakikat dari manusia). Allah berfirma dalam surah (Al Araaf:172) yang bermaksud:
Dan Ingatlah, ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari
sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka seraya
berfirman : Bukakankan Aku ini Tuhanmu, mereka menjawab :Bahkan engkau
Tuhan kami, kami menjadi saksi. Kami lakukan demikaian agar di hari akhirat kelak
kamu tidak mengatakan: sesunggunya kami adalah oran-orang lalai terhadap
keesaaaan Mu.
Jika hati yang sakit, maka lupa terhadap perjanjian kita dengan Allah yang pernah
diucapkan seperti dalam surah Al Araaf ayat 172 di atas.
Tapi di antara sekian banyak manusia, ada yang yang berjaya menyihatkan
kembali jiwanya (nafsu mutmainnah). Apabila jiwa kita telah hidup, bercahaya, sihat
kembali, maka jiwa ini akan dapat melihat kerajaan langit Allah. Dalam hal ini bila
Ruhul Qudsiyah telah menyala dan bersinar , maka jadilah hatinya rumah Allah ,
orang-orang yang berjaya ini disebut Ahli Al- Bait. Sebagiamana firman Allah dalam
surah (Ali Imran:164) yang bermaksud:
Sesunggunya Allah telah memeberi kurnia kepada orang-orang yang beriman
ketika Allah mengutus di antara mereka seorang rasul dari kalangan mereka sendiri,
yang membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah, membersihakan jiwa mereka
dan mengajarakan mereka al kitab dan al hikmah. Dan sesungguhnya sebelum itu,
mereka adalagh benar-benar dalam kesesatan yang nyata.
Makrifat adalah nikmat yang teramat besar, bahkan kenikmatan syurga tiada
sebanding dengan nikmat menatap wajah Allah secara langsung. Itulah puncak dari
segala puncak kenikmatan dan kebahagiaan.
Rasulullah SAW sendiri menjanjikan hal ini dan baginda pernah menyebut
bahawa umatnya dapat melihat Allah SWT di saat fana maupun jaga (sadar).
KezahiraNya sangat nampak pada hamba. Hadis qudsi Al insanu syirri wa ana
syirrohu (Adapun insan itu Rahasiaku Dan Aku pun Rahasianya).
Firman Allah: Kuciptakan Adam dan anak cucunya seperti rupaku (Khalakal insanu
ala surati Rahman). Kesimpulannya insan itu terdiri daripada tiga unsur, iaitu Jasad,
Ruh/Nyawa dan Allah. Maka dengan itu hiduplah hamba.
Adapun Jasad, Nyawa, dan Allah taala, bagaikan sesuatu yang tidak dapat
dipisahkan antara satu dengan yang lain. Umpama langit, bumi, dan makhluk yang
tidak dapat dipisahkan antara satu dengan yang lain. Bagaimanapun pandangan
insan terhadap Tuhannya adalah berbeza-beza, mengikut tahap pencapaian ilmu
masing-masing.
Pada pandangan amnya, Allah Taala itu satu, dan hamba menyembahNya
bersama-sama dan beramai-ramai, tetapi sebenarnya (hakikatnya) bukan begitu.
Itu hanya sangkaan umum saja. Dari segi makrifat Allah SWT itu Esa pada wujud
hamba. Dalilinya, QS Al Qaf 50:16: Aku lebih dekat dari urat lehernya. QS Az
Zariyat51 :21: Dalam diri kamu mengapa tidak kamu perhatikan.
Masing-masing hamba sudah mutkak (esa dengan Tuhannya), satu persatu (esa)
diberi sesembahan (Allah di dalam diri), kenapa berpaling mencari Tuhan yang jauh,
ini sungguh melampaui batas (tidak makrifat).
Dalilnya, QS Al Hadid 57:4: Aku beserta hambaku di mana saja dia berada. Oleh
itu, janganlah risau dan takut Allah sentiasa bersama kita ke mana sahaja kita
pergi.
Sekarang, mari kita lihat pula bagaimana Nabi Musa melihat Tuhannya, seperti
mana yang diceritakan di dalam Al Quran. Allah SWT berfirman mengisahkan
permintaan Musa untuk melihatNya QS Al Araaf 7:143:
Dan tatkala Nabi Musa datang pada waktu yang kami telah tentukan itu, dan
Tuhannya berkata-kata dengannya, maka Nabi Musa (merayu dengan) berkata:
Wahai Tuhanku, perlihatkanlah kepadaku (Dzat-Mu Yang Maha Suci) supaya aku
dapat melihat-Mu. Allah berfirman: Kamu sekali-kali tidak dapat melihat-Ku,
(rahasianya: tidak ada siapa yang dapat melihat Allah, hanya Allah dapat
melihat Allah. Hamba terdinding daripada Allah, kerana selain wujud Allah, masih
ada Rasa wujud Hamba).
tetapi pandanglah ke gunung itu,
(Pada ketika Nabi Musa memandang gunung itu, begitu juga Allah Taala berpisah
sementara daripada jiwa Nabi Musa, maka Nabi Musa pengsan, bukannya
mendengar akan letusan gunung tersebut)
jika ia tetap berada di tempatnya (sebagaimana sediakala) nescaya kamu dapat
melihat-Ku.
( Engkau adalah aku, aku adalah engkau , apa yang disaksikan Nabi Musa
adalah menyaksikan dirinya di luar dirinya untuk sementara waktu, setelah Allah
bertajalli (menzahirkan kebesaran-Nya) kepada gunung itu, (maka) tajalinya itu
menjadikan gunung itu hancur lebur dan nabi Musa pun jatuh pengsan.)
Setelah Nabi Musa sedar, dan berkata: Maha Suci Engkau (wahai Tuhanku), aku
bertaubat kepada Engkau dan akulah orang yang pertama beriman (pada
zamanku)
Demikian sedikit paparan tentang Nabi Musa melihat Tuhannya. Dan jelaslah
Allah dapat dilihat tetapi bukannya dengan mata kasar, yang dilihat dengan mata
kasar itu adalah hijab, oleh itu jangan tersalah, hati-hati, kalau tersalah boleh
menjadi syirik dan kufur.
Maha Suci Allah Yang Maha Berkuasa, tiada daya sekalian makhluk melainkan
Allah.
Diposkan 1st January 2013 oleh Kalempau
2 Lihat komentar
Jan
1
RAHASIA MAKRIFAT: RAHASIANYA MENGENAL ZAT ALLAH DAN ZAT RASULULLAH
Ada pun makrifat itu rahsianya ialah mengenal Zat Allah dan Zat Rasulullah,oleh
kerana itulah makrifat dimulakan:1. Makrifat diri yang zahir.
2. Makrifat diri yang bathin.
3. Makrifat Tuhan.
APA GUNA MAKRIFAT?
Ada pun guna makrifat kerana mencari HAKIKAT iaitu mengenal yang Qadim dan
mengenal yang baharu sebagaimana kata:
"AWALUDDIN MAKRIFATULLAH"
Sesungguhnya hati ini sewaktu bayi sehingga aqil baliq diibaratkan bunga yang
sedang menguntum,tidak ada seekor ulat atau kumbang yang dapat
menjelajahnya! apabila dewasa (aqil baliq) maka hati itu ibaratkan bunga yang
sedang mengembang,maka masuklah ulat dan kumbang menjelajah bunga itu!
Sesungguhnya amalan makrifat dan zikir yang dibaiah itu adalah untuk
membersihkan hati agar dapat menguntum semula seperti hati kanak-kanak yang
suci-bersih!
Hati ini juga seperti satu bekas menyimpan gula yang tertutup rapat dan dijaga
dengan baik! sekiranya tutup itu tidak jaga dengan baik atau tutupnya sudah
rosak,maka masuklah semut hitam yang sememangnya gula itu makanannya!
PEPERANGAN
Peperangan yang lebih besar dari perang UHUD, KHANDAK dan lain-lain
peperangan ialah "Peperangan dalam diri sendiri (Hati)", setiap saat denyut jantung
ku ini, aku akan terus berperang.Sesungguhnya iblis itu menanti saat dan ketika
untuk merosakkan anak Adam !Sekiranya aku tidak ada bersenjata (zikir), nescaya
aku pasti kecundang!Keluar masuk nafas anak Adam adalah zikir! 6,666 sehari
semalam nafas keluar dan masuk, sekiranya anak Adam tidak bersenjata, pasti ia
kecundang!
Maka dari sumber amalan itulah terbit makrifat yang tinggi dan mempunyai
rahsia yang sulit.
API MA'RIFATULLAH
Syahdan, nama Allah itu tidak akan pernah dapat dihilangkan, sebab nama Allah
itu akan menjadikan Zikir bagi para Malaikat, Zikir para burung, Zikir para binatang
melata, Zikir tumbuh-tumbuhan dan Zikir dari Nasar yang 4 (tanah, air, angin dan
api) serta zikir segala makhluk yang ada pada 7 lapis langit dan 7 lapis bumi, juga
zikir makhluk yang berdiam diantara langit dan bumi. (buka..Al-Quran, Surah Atthalaq, ayat 1).
Adapun zikir para makhluk Allah yang kami sebutkan tadi tidaklah sama
logatnya, dan tidak sama pula bunyi dan bacaannya. Tidak sedikit para akhli Sufi
dan para wali-wali Allah yang telah mendengar akan bunyi zikir para makhluk itu,
sungguh sangat beraneka ragam bunyinya.
Dalam Kitab Taurat, nama Zat yang maha Esa itu ada 300 banyaknya yang ditulis
menurut bahasa Taurat, dalam Kitab Zabur juga ada 300 banyaknya nama Zat yang
maha esa itu yang ditulis dengan bahasa Zabur.
Dalam Kitab Injil juga ada 300 banyaknya nama Zat yang Esa itu yang ditulis
dengan bahasa Injil, dan dalam Kitab Al-Quran juga ada 99 nama Zat yang esa itu
ditulis dalam bahasa Arab. Jika kita berhitung maka dari keempat kitab itu yang
ditulis berdasarkan versinya, maka akan ada 999 nama bagi zat yang maha esa itu,
dari jumlah tersebut maka yang 998 nama itu, adalah nama dari Sifat Zat yang
maha Esa, sedangkan nama dari pada Zat yang maha esa itu hanya satu saja, yaitu
ALLAH .
Apa kiranya hikmah yang dapat kita ambil mengapa begitu banyak nama Allah,
Zat yang maha Esa itu bagi kita?
Maksudnya : Allah itu namaku dan Zatku, dan tidak akan pernah bercerai,
Namaku dan Zatku itu satu.
Allah Swt juga telah menurunkan 100 kitab kepada para nabi-nabinya, kemudian
ditambah 4 kitab lagi sehingga jumlah keseluruhan kitab yang telah diturunkan-Nya
berjumlah 104 buah kitab, dan yang 103 buah kitab itu rahasianya terhimpun
didalam Al-Qurannul karim, dan rahasia Al-Qurannul karim itu pun rahasianya
terletak pada kalimah ALLAH.
Begitu pula dengan kalimah La Ilaha Ilallah, jika ditulis dalam bahasa arab ada 12
huruf, dan jika digugurkan 8 huruf pada awal kalimah La Ilaha Ilallah, maka akan
tertinggal 4 huruf saja, yaitu Allah.
Mana kalimah ALLAH itu adalah sebuah nama saja, sekalipun digugurkan satu
persatu nilainya tidak akan pernah berkurang, bahkan akan mengandung mana
dan arti yang mendalam, dan mengandung rahasia penting bagi kehidupan kita
selaku umat manusia yang telah diciptakan oleh Allah Swt dalam bentuk yang
paling sempurna.
ALLAH jika diarabkan maka Ia akan berhuruf dasar Alif, Lam diawal, Lam diakhir
dan Ha. Seandai kata ingin kita melihat kesempurnaannya maka gugurkanlah satu
persatu atau huruf demi hurufnya.
Gugurkan huruf pertamanya, yaitu huruf Alif () , maka akan tersisa 3 huruf saja
dan bunyinya tidak Allah lagi tetapi akan berbunyi Lillah, artinya bagi Allah, dari
Allah, kepada Allahlah kembalinya segala makhluk.
Gugurkan huruf keduanya, yaitu huruf Lam awal () , maka akan tersisa 2 huruf
saja dan bunyinya tidak lillah lagi tetapi akan berbunyi Lahu.
Lahu Mafissamawati wal Ardi, artinya Bagi Allah segala apa saja yang ada pada
tujuh lapis langit dan tujuh lapis bumi.
Gugurkan huruf ketiganya, yaitu huruf Lam akhir ( ), maka akan tersisa 1 huruf
saja dan bunyinya tidak lahu lagi tetapi Hu, Huwal haiyul qayum, artinya Zat Allah
yang hidup dan berdiri sendirinya.
Qul Huwallahu Ahad., artinya Zat yang bersifat kesempurnaan yang dinamai
Allah. Yang dimaksud kalimah HU itu menjadi berbunyi AH, artinya Zat.
Bagi sufi, napas kita yang keluar masuk semasa kita masih hidup ini berisi amal
bathin, yaitu HU, kembali napas turun di isi dengan kalimah ALLAH, kebawah tiada
berbatas dan keatas tiada terhingga.
Ketahui pula olehmu, jika pada kalimah ALLAH itu kita gugurkan Lam ( ) pertama
dan Lam ( ) keduanya, maka tinggallah dua huruf yang awal dan huruf yang akhir
(dipangkal dan diakhir), yaitu huruf Alif dan huruf Ha (dibaca AH).
Kalimah ini (AH) tidak dibaca lagi dengan nafas yang keluar masuk dan tidak
dibaca lagi dengan nafas keatas atau kebawah tetapi hanya dibaca dengan titik.
Kalimah AH, jika dituliskan dengan huruf Arab, terdiri 2 huruf, artinya dalam
bahasa disebutkan INTAHA (Kesudahan dan keakhiran), seandai saja kita berjalan
mencari Allah tentu akan ada permulaannya dan tentunya juga akan ada
kesudahannya, akan tetapi kalau sudah sampai lafald Zikir AH, maka sampailah
perjalanan itu ketujuan yang dimaksudkan. (Silahkan bertanya kepada akhlinya)
Selanjutnya gugurkan Huruf Awalnya, yaitu huruf ALIF dan gugurkan huruf
akhirnya, yaitu huruf HA, maka akan tersisa 2 buah huruf ditengahnya yaitu huruf
LAM pertama (Lam Alif) dan huruf LAM kedua ( La Nafiah). Qaidah para sufi
menyatakan tujuannya adalah Jika berkata LA (Tidak ada Tuhan), ILLA (Ada Tuhan),
Nafi mengandung Isbat, Isbat mengandung Nafi tiada bercerai atau terpisah Nafi
dan Isbat itu.
Selanjutnya gugurkan huruf LAM kedua dan huruf HU, maka yang tertinggal juga
dua huruf, yaitu huruf Alif dan huruf Lam yang pertama, kedua huruf yang
tertinggal itu dinamai Alif Lam Latif dan kedua huruf itu menunjukkan Zat Allah,
maksudnya Marifat yang semarifatnya dalam artian yang mendalam, bahwa
kalimah Allah bukan NAKIRAH, kalimah Allah adalah Marifat, yakni Isyarat dari huruf
Alif dan Lam yang pertama pada awal kalimah ALLAH.
Gugurkan tiga huruf sekaligus, yaitu huruf LAM pertama, LAM kedua, dan HU
maka tinggallah huruf yang paling tunggal dari segala yang tunggal, yaitu huruf Alif
(Alif tunggal yang berdiri sendirinya).
Berilah tanda pada huruf Alif yang tunggal itu dengan tanda Atas, Bawah dan
depan, maka akan berbunyi : A.I.U dan setiap berbunyi A maka dipahamhan Ada
Zat Allah, begitu pula dengan bunyi I dan U, dipahamkan Ada Zat Allah dan jika
semua bunyi itu (A.I.U) dipahamkan Ada Zat Allah, berarti segala bunyi/suara
didalam alam, baik itu yang terbit atau datangnya dari alam Nasar yang empat
(Tanah, Air, Angin dan Api) maupun yang datangnya dan keluar dari mulut makhluk
Ada Zat Allah.
Penegasannya bunyi atau suara yang datang dan terbit dari apa saja
kesemuanya itu berbunyi ALLAH, nama dari Zat yang maha Esa sedangkan huruf
Alif itulah dasar (asal) dari huruf Arab yang banyaknya ada 28 huruf.
Dengan demikian maka jika kita melihat huruf Alif maka seakan-akan kita telah
melihat 28 huruf yang ada. Lihat dan perhatikan sebuah biji pada tumbuhtumbuhan, dari biji itulah asal usul segala urat, batang, daun, ranting, dahan dan
buahnya.
Pandang yang satu kepada yang banyak dan pandang yang banyak kepada yang
satu maka yang ada hanya satu saja yaitu satu Zat dan dari Zat itulah datangnya
Alam beserta isinya.
Al-Quran yang jumlah ayatnya 6666 ayat akan terhimpun kedalam Suratul
Fatekha, dan Suratul Fatekha itu akan terhimpun pada Basmallah, dan Basmallah
itupun akan terhimpun pada huruf BA, dan huruf BA akan terhimpun pada titiknya
(Nuktah). Jika kita tilik dengan jeli maka titik itulah yang akan menjadi segala huruf,
terlihat banyak padahal ia satu dan terlihat satu padahal ia banyak.
Selanjutnya Huruf-huruf lafald Allah yang telah digugurkan maka tinggallah
empat huruf yang ada diatas lafald Allah tadi, yaitu huruf TASYDID (bergigi tiga,
terdiri dari tiga huruf Alif) diatas Tasydid adalagi satu huruf Alif.
Keempat huruf Tasydid itu adalah isyarat bahwa Tuhan itu Ada, maka wajib bagi
kita untuk mentauhidkan Asma Allah, Afal Allah, Sifat Allah dan Zat Allah.
Langkah terakhir gugurkan keseluruhannya, maka yang akan tinggal adalah
kosong.
LA SAUTUN WALA HARFUN, artinya tidak ada huruf dan tiada suara, inilah kalam
Allah yang Qadim, tidak bercerai dan terpisah sifat dengan Zat.
Tarku Mayiwallah (meninggalkan selain Allah) Zat Allah saja yang ada.
La Maujuda Illallah (tidak ada yang ada hanya Allah).
Sembilan kali sudah kita menggugurkan kalimah Allah, seandainya juga belum
dapat dipahami maka tanyakanlah kepada akhlinya.
Memuat
Template Dynamic Views. Diberdayakan oleh Blogger.
Home
Tentang Kami
Kontak
Daftar Isi
Home
Pendidikan
Gaya Hidup
Blog
Lainnya
Search...
pengertian taqwa
04 Februari 2014
Popular Post
Barang siapa yang mengenal dirinya, niscaya dia akan mengenal Tuhannya
Hak dan Kewajiban Suami terhadap Istri dan Anak menurut Islam
Home Ahli Ilmu Islam Man Arofa Nafsahu Faqod Arofa Robbahu
Man Arofa Nafsahu Faqod Arofa Robbahu
BLOGGER
3 Comments
Senin, 02 September 2013
Sebaik baik dalam menjalankan Ibadah kepada Allah adalah dengan terlebih dahulu
mengenal Allah.Bersyukurlah kita yang dilahirkan dalam keadaan Islam sehingga
memudahkan kita dalam menjalankan makna kata Ke Esaan Allah SWT,dengan
didikan dari Orang Tua yg kita cintai dan dari pembelajaran ttg Agama Islam,kita
telah mendapat pengetahuan tentang pelaksanaan ibadah kepada Allah SWT...dan
berbahagialah kita sebagai pemeluk Agama yang sempurna yang telah
mendapatkan pengetahuan dan pelaksanaan Ibadah kepada Allah yang telah
disampaikan langsung oleh Allah kepada Rasulullah Muhammad SAW sehingga kita
tinggal meneruskannya.Di dalam Kitab Suci Umat Islam Al'quran telah begitu lugas
dan gamblang Allah telah menjelaskan tentang segala hal baik ttg kehidupan
bermasyarakat (Hablumminannash) maupun berhubungan dengan
Allah(Hablumminallah).
Tetapi sebagai manusia yang memiliki karunia yang sangat besar yang
membedakan kita dengan makhluk apapun di dunia ini yaitu Akal Fikiran dan Hati
Nurani maka sudah selayaknyalah kita belajar dan mengkaji makna yang
terkandung dalam Al'quran maupun Hadist Rasulullah SAW sehingga kita bisa
menjalankan Ibadah yang sebenar benar di terima Allah SWT.
Seperti tema yang kita bahas yaitu AWALLUDIN MA'RIFATULLAH yang berarti Awal
Agama Mengenal Allah maka sebagai manusia yang berakal sudah sepatutnya kita
mencoba tuk lebih dalam Mengenal Allah.
Mengutip perkataan Imam Al-Ghazali yang mengatakan : Ilmu tanpa amal adalah
gila dan pada masa yang sama, amalan tanpa ilmu merupakan suatu amalan yang
tidak akan berlaku dan sia- sia.
Banyak kalangan masyarakat yang saya jumpai yang sepertinya enggan tuk lebih
dalam mengenal Allah dengan berbagai alasan,salah satunya dengan mengatakan
bahwa semua sdh diatur dlm Al-quran dan Hadist dan sdh dijalankan oleh
Rasulullah,Sahabat dan para Ulama ,kita tinggal menjalankannya tanpa perlu tahu
lebih dalam lagi mengenai Allah..saya mengatakan bahwa mereka tidaklah salah
sebab bagi umat Islam yang hanya mengikuti Aturan Islam saja InsyaAllah sudah
dijamin Akhiratnya.Yang jadi permasalahan jika kita hanya mengikuti aturan yang
sdh ada dengan apa adanya ,APAKAH BISA MENJAMIN hingga akhir hayat nanti tetap
ber Iman kpd Allah dlm makna yang sebenarnya?? sebab dunia sekarang ini terlalu
banyak halangan dan rintangan bagi kita yang dengan sangat mudah menggeser
Akidah kita terhadap Allah dan Rasul Nya.Saya hanya menyarankan kepada kita
agar lebih meluangkan waktu sedikit dan menggunakan hati dan akal sedikit saja
tuk mencoba mengenal Allah sebagai dasar ke TAUHID an kita kepada Allah.
Kemudian timbul pertanyaan bagaimana MENGENAL ALLAH (Ma'rifatullah)
tersebut....saya bukanlah ahli Fiqih maupun ahli dalam Ilmu Ma'rifat tetapi sedikit
akan saya bagi pemahaman yg saya dapat dlm Mengenal Allah.Mengenal Allah
tidak akan pernah lepas dari konteks awal yaitu MENGENAL DIRI,seperti Hadist
Qudsi dan Hadist Rasullah di bawah ini:
1. MAN AROFA NAFSAHU FAQOD AROFA ROBBAHU : Barang siapa mengenal nafs
(diri) nya, maka dia mengenal Tuhan nya.
2. WA MAN AROFA ROBBAHU FAQOD JAHILAN NAFSAHU : Barang siapa mengenal
Tuhannya maka dia merasa bodoh.
3. MAN TOLABAL MAOLANA BIGOERI NAFSI FAQODDOLA DOLALAN BAIDA : Barang
siapa yang mencari Tuhan keluar dari dirinya sendiri maka dia akan tersesat
semakin jauh.
4. IQRO KITAB BAQO KAFA BINAFSIKA AL YAOMA ALAIKA HASBI : Bacalah kitab yang
kekal yang berada di dalam diri kalian sendiri.
5. ALLAHU BATHINUL INSAN, AL INSANU DHOHIRULLAAH : Allah itu bathinnya
manusia, manusia adalah dhohirnya (kenyataannya) Allah.
6. AL INSANU SIRI WA ANA SIRUHU : Rahasia kalian adalah rahasia-Ku.
7. DALAM SETIAP RONGGA ANAK ADAM AKU CIPTAKAN SUATU MAHLIGAI YANG
DISEBUT DADA, DI DALAM DADA ADA QOLBU, DALAM QOLBU ADA FUAD, DALAM
FUAD ADA SYAGOFA, DI DALAM SYAGOFA ADA SIR, DALAM SIR ADA AKU, TEMPAT
AKU MENYIMPAN RAHASIA.
8. LAA YARIFALLAAHU GHOIRULLAH : Yang mengenal Allah hanya Allah.
9. AROFTU ROBBI BI ROBBI : Aku mengenal Tuhan melalui Tuhan.
10. MAA AROFNAKA HAQQO MARIFATAKA : Aku tidak mengenal Engkau, kecuali
sampai sebatas pengetahuan yang Engkau perintahkan.
Jelas sekali dari Hadist tersebut di atas menggambarkan bahwa Untuk Lebih
Mengenal Allah maka kita haruslah Mengenal diri kita terlebuh dahulu. Mengenal
diri tersebut yaitu dengan jalan kita haruslah menggunakan dua sisi Karunia Allah
yaitu Fikiran dan Hati Nurani,kita haruslah mengetahui dan mengkaji awal mula
sewaktu kita didalam Rahim Ibu,bahkan sebelum kita ada didalam Rahim Ibu, kita
berada di mana,kemudian apa tujuan kita (manusia) diciptakan dan akan kembali
kemana kita setelah kita tiada...setelah kita mengenal diri kita lebih dalam barulah
kita bisa bersaksi dengan ke Imanan yang teguh "LAILAHAILALLAH
MUHAMMADURASULULLAH".
Mengenai cara yg lebih dalam tuk lebih mengenal diri dan mengenal Allah dapat
dilakukan dengan cara Bertafaqur spt yg telah saya jelaskan pada Entri yg
terdahulu yaitu Membuka Hijab..
Jika ada kesalahan saya mohon Ampun kepada Allah SWT sebab Dia lah sumber
dari segala kebenaran...semoga bisa bermanfaat bagi yang membutuhkannya...
dijelaskan oleh Imam al Ghazali dalam 7 aqabah tersebut. Detil dalam tiap-tiap
aqabah ini yang akan berbeda satu sama lain.
***
Secara sturkturisasi unsur, dalam Al Quran Allah mengatakan ada 3 unsur
pembentuk manusia:
1. Jasad, tubuh atau jasmani (al-jism)
2. Jiwa atau diri (an-nafs)
3. Ruh atau nyawa (ar-ruh)
Mengenal diri yang akan menjadi jembatan pengenalan kepada Tuhan, bukan
pengenalan kepada unsur jasad (al-jism), tetapi kepada unsur jiwa atau diri (annafs).
Jadi bukan pengenalan terhadap bagaimana bentuk mata, telinga, wajah, rambut,
tangan, kaki kita yang akan mengantarkan kepada pengenalan kepada Allah, tetapi
pengenalan kita kepada jiwa atau diri (an-nafs) yang mengantarkan kita mengenal
Allah Swt.
Jiwa atau diri (an-nafs) berbeda dengan ruh atau nyawa (ar-ruh). Kebanyakan orang
menyamakannya. Bahkan terkadang kata an-nafs diterjemahkan sebagai ruh.
Karenanya saya mengajak sahabat-sahabat untuk mencoba menelisik AQ dengan
mencermati kata dalam Arab-nya, untuk melihat spesifikasinya.
Lalu, kenapa pengenalan kita kepada unsur jiwa atau diri (an-nafs) akan
mengantarkan kita kepada Allah?
Karena sesungguhnya unsur pembentuk manusia yang dapat "mengenal" dan
"selalu bertemu" dengan Allah adalah unsur jiwa atau diri (an-nafs) ini. Saat
manusia belum lahir ke dunia, unsur jiwa atau diri (an-nafs) inilah yang melakukan
janji setia kepada Allah Swt dengan mengatakan: "balaa syahidna".
Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi
mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman):
"Bukankah Aku ini Tuhanmu?" Mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuhan kami), kami
menjadi saksi." (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak
mengatakan: "Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah
terhadap ini (keesaan Tuhan)" [QS Al Araaf (7):172]
Karenanya apabila kita mengenal jiwa atau diri (an-nafs), maka akan mengantarkan
kita mengenal Allah Swt.
Ketika seorang manusia meninggal dunia, kita sering mendengar kalimat: "Semoga
arwahnya diterima di sisi-Nya". Kata-kata ini sebenarnya kurang tepat, karena
mengandung beberapa kerancuan.
Kerancuan pertama adalah mengenai kata "arwah". Arwah adalah jamak dari kata
"ruh". Padalah, ruh seseorang adalah tunggal, bukan jamak. Kerancuan yang lain
adalah, ruh selalu dalam keadaan suci. Yang terkotori oleh dosa adalah jiwa.
Seharusnya yang didoakan adalah jiwa, bukan ruh seseorang.
Ketika seseorang meninggal dunia, maka ruh akan terlepas dari jasad. Ruh inilah
yang memberikan "energi" kepada jasad. Sehingga, ketika seseorang masih hidup,
jasadnya bisa dirasakan hangat dan tumbuh.
Sementara jika sudah meninggal, jasanya akan dingin karena energinya sudah tidak
ada. Ketika jasad dikuburkan, maka jasad akan kembali ke "kampung halamannya"
yaitu bumi. Jasad akan hancur. Sementara ruh kembali ke sisi-Nya, tetap dalam
keadaan suci sebagaimana pertama kali ia ditiupkan.
Sedangkan yang dialami oleh jiwa (an-nafs), tergantung dari kondisi ketika manusia
tersebut ketika masih hidup di alam dunia. Jiwa yang penuh dosa, akan mengalami
siksa kubur.
Siksa kubur disini dapat dilihat sebagai proses pembersihan. Sama seperti ketika
anak kecil yang habis bermain-main di lumpur. Untuk membersihkan badan si anak,
maka perlu dilakukan proses pembersihan melalui mandi. Jika perlu, badan sampai
disikat agat bersih.
Tetapi jiwa yang ketika di alam dunia sudah bersih bercahaya, maka ketika manusia
tersebut meninggal, sang jiwa hidup disisi Allah dan dapat berjalan-jalan di tengah
manusia sampai di kumpulkan kembali di padang mahsyar, namun manusia tidak
menyadarinya.
Dan apakah orang yang sudah mati kemudian dia Kami hidupkan dan Kami berikan
kepadanya cahaya yang terang, yang dengan cahaya itu dia dapat berjalan di
tengah-tengah masyarakat manusia, serupa dengan orang yang keadaannya
berada dalam gelap gulita yang sekali-kali tidak dapat keluar dari padanya?
Demikianlah Kami jadikan orang yang kafir itu memandang baik apa yang telah
mereka kerjakan. [QS Al Anam (6): 122]
Terdapat hadits berkaitan dengan situasi di padang mahsyar, diriwayatkan dari
Muadz bin Jabal:
Nabi Muhammad saw bersabda, "Wahai Muadz, sesungguhnya engkau bertanyakan
sesuatu yang sangat besar. Ada 12 kelompok umatku akan dihalau ke Padang
Mahsyar. Mereka semuanya itu Allah Maha Kuasa tukarkan, tidak seperti mereka
diri, maka seseorang akan sampai kepada pengenalan tentang kehadiran Alloh,
sebab esensi Nur Alloh, Nur Muhammad, Nur Insan adalah Wujud Qidam dan Baqo,
Wujud yang tidak terpisahkan oleh ruang dan waktu, karenanya pernyataan bahwa
tidak ada selain Alloh yang dapat mengenal Alloh, hal demikian tidak dapat
dicapai kecuali faqir melangkah dari bawah, yaitu dimulai dengan mengenal Roh Ku
atau Nur Insan.
Inilah adab perjalanan spiritual, sebab alam imajinasi tidak akan terlindungi oleh
awan mana kecuali perlindungan itu akan diberikan oleh yang bathin.
Perlindungan bathin adalah dari bathin yang terhampar di qolbu orang mumin,
disitu terbentang terowongan panjang yang tidak terlayani oleh transport modern,
kecuali ditempuh dengan sarana spiritual sehingga mampu mengenal yang terindah
dan tersimpan, yang mempunyai kemampuan sangat luar biasa, Inilah Roh Ku (Nur
Insan) yang hadir bersama Nur Muhammad dan Nur Alloh. Jadi sangat tidak
berakalnya manusia, kalau dia menempuh perjalanan spiritualnya keluar dari
dirinya, dia melaksanakan syariat tanpa memasuki hakekat.
Kitab Suci tidak membenarkan pengikutnya bersilang selisih, kalimat tauhid tidak
membenarkan pengikutnya bertengkar dan bermusuhan, sebab setiap pencari
hakekat wujud yang sejati telah berada didalam dirinya. Karena bahasa Alloh adalah
simbolis, disampaikan dengan kias mutasyabihat, maka yang mampu menerima
sinyal itu adalah kaca mata bathin setiap insane.
Keterbukaan itu dapat menuntun kepada wujud realitas terakhir yang disebut AlHaq.
Bukan hanya mengakui kata atau kalimat Illah atau Alloh dalam bentuk tulisan
atau imajinasi ciptaan rekayasa umat manusia, akan tetapi Iqro kedalam diri.
Kemanapun umat-Nya hendak menghadap, dimanapun ia berada, sedang apa dan
dalam keadaan bagaimanapun juga, tekadnya tidak lagi berubah, pendiriannya
teguh, imannya menjadi kokoh.
Kemudahan silih berganti, kemanapun menghadapkan mukanya, maka disitulah
wajah Alloh (Al-Baqoroh 2:115) demikianlah kebebasan hakekat telah diberikan
kepada umat yang berkehendak menerimanya.
Menginsyafi serta membuktikan tentang adanya kehidupan spiritualisme, hanya ada
pada umat manusia yang kritis didalam beragama, bahkan dizaman Nabi Ibrahim
kehidupan spiritualis sudah berkembang dan dipegang teguh oleh mayoritas umat,
meskipun agama belum ada, tetapi pengikutnya tunduk dan patuh, pasrah dan
menyerah kepada Alloh didalam bahasa arab disebut ISLAM, keikhlasan didalam
kehidupan, kejujuran berbuat itulah hakekat Islam, karena islam bertujuan kepada
Alloh, pasrah kepada Nya, maka islam tidak dimonopoli oleh salah satu suku atau
agama saja, begitu pula pengikut nabi-nabi terdahulu sebelum Nabi Muhammad
S.A.W, yang benar-benar pasrahnya kepada Alloh, akan diterima kembali disisi Nya
sesudah berpisah jasad dengan rohnya. Bagi perjalanan tasawuf hendaklah
berusaha untuk mencapai tujuan kepada Alloh, bukan untuk bertengkar didalam
perjalanan, dan tidak terpaku dengan titik koma bacaan, dan tulisan, Alloh tidak ada
didalam bacaan atau tulisan, Alloh berada pada yang membaca dan yang menulis,
apabila pelakunya mengerti tentang Alloh, itulah suatu tanda untuk sampai
ketujuan. Oleh sebab itu tasawuf hendaklah berusaha membuka dan membedah
penutup agar masuk menceburkan diri kedalam :
Dia yang tiada berawal, Dia yang tiada berakhir, Dia yang berWujud, dan Dia yang
lahir dan bathin. Sebenarnya Alloh disetiap waktu, dimana saja mampu
menampakkan diri-Nya kepada setiap umat manusia, tetapi kebanyakan umat
manusia tertutup dan terhijab oleh penglihatannya, maka itulah yang menjadi
penyebab utama kebutaan dan ketulian, penyebab itu pula yang hendak
disingkirkan oleh tasawuf.
Man Arofa Nafsahu faqod Arofa Rabbahu
Man Arofa Nafsahu faqod Arofa Rabbahu (Barangsiapa mengenal dirinya, maka ia
akan mengenal Tuhannya
===================
Assalamualaikum wr wb
Sahabatku,
DALAM Islam, Tuhan dimaknai sebagai sesuatu yang bersifat transenden. Dalam hal
ini, kaum sufi sepakat sepenuhnya. Mereka berkata Dengan rupa apa pun engkau
membayangkan Tuhan, Dia tetap berbeda dari bayanganmu. Namun, pada saat
yang sama, mer
eka juga meyakini bahwa Tuhan juga bersifat immanen, selalu ada di dalam semua
ciptaan-Nya. Bahkan, mustahil bagi manusia untuk mengetahui Tuhan, kecuali
melalui ciptaan-Nya. Menurut kaum sufi, ciptaan yang paling dekat dan paling
mudah untuk mengantar kepada pengenalan Tuhan adalah diri manusia sendiri.
Karena itulah dalam sebuah kata-kata hikmah (bagi sebagian ulama ini dikatakan
sebagai hadits dari Rasulullah SAW) bahwa : Man Arofa Nafsahu faqod Arofa
Rabbahu. Barangsiapa mengenal dirinya (nafsahu) maka ia akan mengenal
Tuhannya.
Sementara itu Imam Ali karamallahu wajhah mengatakan bahwa : Awwaluddina
Marifatullah. Awalnya beragama adalah mengenal Allah. Dengan demikian dapat
dilihat hubungannya, bahwa Mengenal diri (An-Nafs) merupakan awal dari seorang
beragama dengan haq dan pada ujungnya mengenal al-Haqq (Allah Swt).
Wallahualam bissawab.
ALIF (Alhamdulillah Its Friday). Selamat liburan panjang daqn berkumpul bersama
keluarga tercinta. Jangan lupa Hari Jumat baca Al Kahfi dan banyak-banyak
membaca Shalawat Nabi.
Allahumma shali ala sayyidina Muhammad wa ala ali sayyidina Muhammad.
Baraka Allah Fikum. Aamiin YRA
dalam dunia Tassawuf.ada yang bilang ini hadits,tapi ada yang mengatakan
ungkapan ini bukan hadits tetapi sebuah ungkapan ...hikmah biasa.Saya tidak akan
membahas pertentangan ini,biarlah ungkapan ini kita pahami untuk diambil
hikmahnya.
Dahulu ketika masih remaja,saya sering mendengar orang-orang berdiskusi tentang
Ma'rifatullah (Mengenal Allah) yang kebanyakan menggambarkan orang-orang yang
Ma'rifatullah itu sebagai orang yang sakti alias keramat."Orang yang ma'rifatullah
itu bisa jalan di atas air" atau "Orang yang ma'rifatullah itu kalo dibacok gak
mempan" juga bisa pergi ke tempat yang jauh dalam sekejap mata,berada di dua
tempat berbeda dalam waktu yang sama,dan berbagai peristiwa ajaib lainnya.
Tajk ada bantahan yang bisa saya beri kecuali menerima saja pendapat-pendapat
model begini.Ya,bagaimana mau membantah atau mengkritisi karena terlalu awam
dalam masalah ini dan tidak mau pusing memikirkan benar tidaknya. Pencarian jati
dirilah yang akhirnya menyeret saya untuk seakan-akan kembali mau tidak mau
untuk mencari apa sebenarnya ma'rifatullah.Saya yakin banyak juga diantara
sahabat yang mungkin sempat kepikiran mengenal hal ini,meski selintas.Atau
bahkan terus mencari jawabannya secara aktif. Mencari definisi-definisi dalam bukubuku tassawuf mungkin hanya akan memberikan "Kepahaman Definitif".
Maaf,ini istilah saya sendiri.Maksudnya definisinya kita temukan di buku,lalu bisa
kita hafal di luar kepala dan kalo ada yang nanya misalnya dalam sebuah
diskusi,maka akan kita beri jawabannya.tetapi sebenarnya tetap saja "Tak
paham".seperti halnya para intelektual agama menjelaskan tentang apa itu "Rasa
Khusyu" namun ternyata tak pernah mengalami "Khusyu".
Atau lebih dramais lagi seperti anak-anak kecil jaman sekarang yang fasih
menyanyikan lagu-lagu cinta,tapi tetap gak faham.Karena tidak merasakan jatuh
cinta sesungguhnya. Persoalan kita sebenarnya bukan pada tataran definisi tetapi
pada tataran Experience (pengalaman) rasa.Seperti halnya Khusyu' adalah
pengalaman rasa,maka ma'rifatullah juga begitu.Yaitu rasanya yang akrab (kenal )
dengan Allah.Kita bisa membandingkan saat kita menceritakan sosok Presiden SBY
sehari-hari saat sedang berada di rumah dengan cerita kita tentang sosok ayah kita
saat sedang di rumah.Kita hanya bisa menceritakan SBY barangkali berdasarkan
apa yang kita baca di koran atau melihat di TV.Tetapi bercerita tentang ayah
kita,maka akan terasa istimewa.Bukan hanya hapal tentang kebiasaab-nya tapi juga
bisa mencium bau keringatnya.Hal yang tidak bisa terjadi saat kita bercerita
tentang SBY.
Nah,lantas kalo memang Ma'rifatullah itu experience (pengalaman ) rasa untuk apa
dibahas di sini? Karena pasti tak nyambung tokh..? subhanallaah...sebagaimana
rasa khusyu' itu sebuah experience pribadi seorang hamba dengan Tuhannya saat
sholat yang sebenarnya hanya bersifat subjektif tetapi dalam hal ini Rasulullah SAW
pernah memberi sebuah ilustrasi dalam hadits dimana Beliau mengatakan bahwa
kalau khusyu' hati seseorang maka akan khusyu' badannya.
Dalam sebuah hadits,Rasulullah SAW pernah menanyakan kepada seseorang
apakah ia sudah sholat.Orang itu menjawab bahwa ia sudah sholat.Lalu Rasulullah
SAW mengatakan bahwa orang itu belum sholat dan kemudian Baginda SAW
menyuruh orang itu sholat.Setelah itu Baginda SAW menyakan lagi seperti di atas
dan jawaban orang itu bahwa ia sudah sholat.Namun Rasulullah tetap mengatakan
hak yang sama.Hingga berulang sebanyak tiga kali yang pada akhirnya Baginda
SAW menegaskan bahwa orang itu belum dinilai telah melakukan sholat ,karena
tidak Thuma,ninah (bersikap tenang) dalam sholatnya,yang barangkali dinilai tidak
khusyu'.
Tentang ma'rifatullah ada ilustrasi yang sederhana dan sangat gamblang dari sufi
besar As syaikh Abul Hasan As Syadzili yang lebih kurang ilustrasinya sebagai
berikut: Seseorang yang ma'rifatullah itu adalah orang yang melihat betapa hinanya
ia,sehingga terlihat di hadapannya kemuliaan tuhannya.seseorang yang menyadari
kelemahannya,lalu sadar bahwa Tuhannya lah Yang Maha Kuat.
Ia melihat kefaqiran dirinya,lalu sadar bahwa Tuhannya lah Yang Maha
kaya,sehingga ia bergantung kepada-Nya dalam setiap urusan. ahli-ahli ibadah atau
cendekiawan sekalipun kalo tak memiliki gambaran seperti hal di atas rasanya
bukanlah orang yang ma'rifatullah. ada sebuah lantunan do'a yang konon juga dari
Nabi SAW,yaitu : ALLAHUMA INNI DHO'IFUN FAQOWWINI WA INNI DZALILUN FA
A'IZZANI WA INNI FAQIRUN FA AGHNINI (YAA ALLAH SUNGGUH AKU LEMAH MAKA
KUATKANLAH AKU,DAN SUNGGUH AKU HINA MAKA MULIAKANLAH AKU,DAN
SUNGGUH AKU FAKIR MAKA KAYAKANLAH AKU). Kepada Allah saya mohon ampun
atas segala khilaf.Segala puji hanya bagi Allah semata.Salam dan sholawat semoga
senantiasa dilimpahkan-Nya kepada Nabi-Nya yang terpih.Allahu a'lam bisshowab
Pepatah mengatakan: Tak jumpa maka tak kenal, tak kenal maka tak cinta. Cinta
kepada Allah semata. Cinta kasih adalah rahasia Allah.
Dia menciptakan manusia dalam bayangan Rahman (hadist Rosululloh).
Bagaimana caranya kita mengenal Dzat Allah? Dimana? Kemana kita harus mencari
Dzat Allah? Apakah harus ke Mekkah ataukah ke negeri Cina? Apakah sedemikian
jauhnya Dzat Allah itu berada?
Bagi umat Islam sebagai bahan rujukannya adalah Al Quran dan hadist Rosulullah.
Kita semua tenggelam atau baqo' dalam Tuhan. Bila Jubah Allah itu bulat seperti
bola maka kita semua seperti berada di dalam bola yang kemanapun kita
menghadap baik kekiri, ke kanan, ke atas maupun kebawah disanalah Wajah Allah.
DIA ada dimana-mana namun dalam ke-Esa-an-NYA, DIA tidak kemana-mana.
Kita perhatikan mulai kita di lahirkan di muka bumi ini ,, , orang tua kita dengan
pelan-pelan mengajarkan atau membimbing tentang lingkungan sekeliling kita,
daya pandang kita keluar dari diri, kemudian daya dengar kita,,, bahkan daya raba
kita, semua di bimbing keluar dari dalam diri. Tidak pernah dibimbing untuk melihat
apa yang ada dalam diri kita, mendengar suara yang keluar dari dalam diri kita,
bahkan meraba apa yang ada dalam diri kita. Tentunya tidak menyalahkan kedua
orang tua kita, itu memang sudah seharusnya dilakukan, bahkan itu wajib di berikan
oleh setiap orang tua dalam rangka kiprahnya nanti dalam kehidupan
bermasyarakat.
Pernahkah memperhatikan diri sendiri,, mendengar diri sendiri, meraba diri sendiri.
SUSAH? pasti.. karena kebiasaan kita melihat, mendengar, meraba apa-apa yang di
luar dari diri kita.
Kita coba mengenal keesaan Allah melalui mengenal diri sendiri.. meneliti diri
tidak usah meneliti orang lain, karena orang lain jg sama manusiannya..
Manusai terdiri dari 3 bagian yaitu Jasmani, Jiwa dan Rohani.
Jasmani adalah wujud yang bisa dilihat oleh mata dan bisa di raba.. wujud dzahir
dari ujung rambut sampai ujung kaki dalam bentuk dan rupa yang berbeda-beda,
yang terbentuk dari sari pati makanan dan tumbuhan serta air melalui makanan
yang kita makan, sehingga terbentuklah tubuh manusia.
Jiwa terbagi menjadi 3 bagian yaitu : Ghodob, Sahwat, dan Natiqah