Anda di halaman 1dari 26

IMAN KEPADA ALLAH

KELOMPOK 1
1. MAHARDIKA ZENAR A. (01918143903)
2. CHETIZA FATIAYAHYA S. (01918143917)
3. KHALISA KHAIRINA (01918143916)
4. NABILA NURUL ALYSA (01918143908)
5. PIPIT AMALIA K. (01918143901)
6. FARIDA NURUL HAQ (01918143897)
B. Tauhidullah SWT

Berasal dari kata tauhid yang berarti Esa / satu.


Tauhid dibagi menjadi 3 tingkatan yaitu :
1. Tauhid Rububiyah ( Mengimani Allah sebagai
satu-satunya Rabb)
2. Tauhid Mulkiyah ( Mengimani Allah sebagai satu-
satunya Malik )
3. Tauhid Ilahiyah ( Mengimani Allah sebagai satu-
satunya Ilah)
1. Tauhid rububiyah

Tauhid Rububiyah berarti mencipta,


memberi rezeki, memelihara dan mengelola.

Seperti yang kita ketahui pada ayat


“Alhamdu lillahi rabbil ‘alamin” bahwa segala
puji hanyalah untuk Allah SWT yang mencipta,
memberi rezeki, memelihara, mengelola dan
memiliki manusia.
2. Tauhid Mulkiyah

Kata "Malik" yang berarti "Si pemilik sesuatu" pada hakikatnya adalah
raja dari sesuatu yang dimilikinya itu.
Dalam hal ini Allah SWT adalah Malik ( Raja ) dan alam semesta
adalah mamluk ( Hamba ). Bila kita mengimani bahwa Allah SWT
adalah satu-satunya raja yang menguasai alam semesta, maka kita
harus mengakui bahwa Allah SWT adalah pemimpin ( Wali ), Penguasa
yang menentukan ( Hakim ) dan Yang Menjadi Tujuan ( Ghayah ). Hal
itu logis sebagai konsekuensi dari pengakuan kita bahwa Allah SWT
adalah Raja. Bukanlah Raja kalau tidak memimpin dan bukanlah
pemimpin kalau tidak punya wewenang untuk menentukan sesuatu.
Ringkasnya Tauhid Mulkiyah adalah mengimani Allah SWT sebagai
satu-satunya Malik yang mencakup pengertian sebagai Wali, Hakim
dan Ghayah
3. Tauhid Ilahiyah

Kata “Illah” berakar dari kata a-la-ba(alif-lam-ba)


yang artinya tenteram, tenang, lindungan, cinta dan
sembah ('abada).
C. Makna "LA ILAHA ILLALLAH"

Seperti yang sudah diuraikan pada sebelumnya


bahwa kata “Illah” mempunyai pengertian yang
sangat luas, maka kata inilah yang dipilih Allah SWT
untuk kalimat “taiyyabah” yaitu : La ilaahailallah
Dengan demikian kalimat Tauhid ini mengandung
pengertian sesungguhnya tiada Tuhan yang benar-
benar berhak disebut Tuhan selain Allah SWT.
D. HAKIKAT DAN DAMPAK DUA KALIMAT
SYAHADAT
Iqrar La ilaha illallah harus diikuti dengan iqrar Muhammad Rasulullah
yang dikenal sebagai dua kalimat syahadat.
Kata Asyhadu secara etimologis berakar dari kata syaba-da
mempunyai 3 pengertian :
1. Musyabadah (menyaksikan)
2. Syabadah (kesaksian)
3. Half (sumpah)
Ketiga pengertian tersebut dipakai dalam Al-Qur’an QS Al-
Muthaffifin:21, Al-Thalaq:2, dan Al-Munafiqun:1.
Iqrar La ilaha illallah dan muhammad rasulullah bila dipahami secara
benar, akan memberikan dampak positif yang besar kepada setiap
pribadi muslim yaitu Cinta dan Ridha kepada Allah dan Rasulnya.
Kalau inti dari syahadah yang pertama adalah beribadah hanya
kepada Allah SWT, maka inti syahadah ke-2 yaitu menjadikan
Rasulullah SAW sebagai titik pusat keteladanan (uswah hasanah)
baik hubungan dengan ALLAH SWT maupun dengan manusia.
Abdullah Nasih’ ulwan membagi cinta (Al-Mahabbah) kepada 3
tingkatan:
1. Al-Mahabbatul Ula, mencintai Allah, Rasul, dan Jihad fii
sabilillah
2. Al-Mahabbatul Wustha, mencintai segala sesuatu yang lebih
dicintai oleh Allah dan Rasulnya dengan cara yang diizinkan
3. Al-Mahabbatul Adna, mencintai anak-anak, ibu-bapak, kerabat,
harta benda, dan sebagainya melebihi cinta kepada Allah, Rasul,
dan Jihad fi sabilillah
Disamping cinta, seorang muslim yang
mengikrarkan dua kalimat syahadat akan memiliki
sikap ridha lahir batin.
Sebagai dampak dari syahadatain, tiga unsur
pokok yang dimiliki manusia: Hati, akal, dan jasad
akan mendapatkan shibghah (Celupan, identitas).
Artinya hati, akal dan jasad seseorang akan
mendapatkan keyakinan yang benar & seterusnya
akan melahirkan niat yang ikhlas, akalnya lahir
pikiran-pikiran yang islami, dan jasadnya lahir amal
shaleh.
E. HAL-HAL YANG MEMBATALKAN DUA KALIMAT SYAHADAT

Banyak orang beranggapan bahwa setelah mengucapkan dia kalimat syahadat,


maka tidak ada satu pun perbuatan yang bisa membatalkan keislaman seseorang.
Namun ternyata, menurut Sa'id Hawwa ada beberapa sikap yang dapat
membatalkan keislaman seseorang. Hal-hal itu adalah sebagai berikut :
1. Bertawakal bukan kepada Allah. (Q.S Al-Ma'idah : 23)
2. Tidak mengakui bahwa semua nikmat datangnya dari Allah (Q.S Luqman : 20)
3. Beramal dengan tujuan selain kepada Allah (Riya')
4. Menentukan syari'at kepada selain Allah
5. Taat secara mutlak selain kepada Allah
6. Tidak menegakkan hukum Allah
7. Membenci islam, baik sebagian atau seluruhnya
8. Mencintai kehidupan dunia melebihi kehidupan akhirat
9. Memperolok-olok Al-Qur'an dan Sunnah
10. Menghalalkan yang diharamkan dan sebaliknya
11. Tidak beriman dengan seluruh nash-nash dalam al-
quran
12. Mengangkat orang kafir dan munafik sebagai
pemimpin
13. Tidak beradab dalam bergaul sesuai adab Rasulullah
14. Menyenangi kesyirikan
15. Membeda-bedakan makna tersirat Al-Qur’an
dengan makna tersuratnya
16. Memungkiri salah satu asma, sifat, dan af'al Allah.
17. Memungkiri sifat Rasulullah
18. Beribadah kepada selain Allah
19. Mengkafiri orang islam
20. Melakukan syirik kecil
F. AL-ASMA WAS SHIFAT

Al-Asma artinya Nama-nama


As-shifat artinya sifat-sifat
Al-Asma was shifat artinya nama-nama dan sifat-sifat yang
menunjukkan kesempurnaan Allah SWT.

Metode untuk mengimani al-Asma was shifat :


1. Itsbat, yaitu mengimani bahwa Allah memiliki nama-nama
dan sifat-sifat yang menunjukkan segala kesempurnaan-Nya
2. Nafsu, yaitu menafikkan atau menolak nama-nama dan
sifat-sifat yang mengurangi, bahkan menghilangkan
kesempurnaan Allah
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam
mengimani al-Asma was shifat:
1. Tidak memberi nama kepada Allah dengan nama
yang tidak ada di dalam Al-Qur’an.
2. Jangan menyamakan nama dan sifat Allah dengan
nama dan sifat makhluk mana pun
3. Tidak mempertanyakan al-Asma was shifat Allah
4. Meyakini bahwa Allah memiliki 99 nama atau
Asma al-husna
5. Meyakini bahwa Allah juga memiliki nama yang
dirangkaikan dalam do’a atau ismullah al-ahzam
G. ILMU ALLAH
Mengatakan bahwa cara beriman atau meyakini ilmu Allah Swt. itu
adalah sebagai berikut:
‫ يعلم االشياء كلها ظاهرها‬:‫ وانه بكل شيئ عليم‬،‫هو ان نعتقد أن الله تعالى موصوف بالعلم‬
‫وباطنها ويعلم عدد حبات الرمل وعدد قطرات المطر واوراق الشجر ويعلم السر واخفى‬
.‫ بل يعلم األشياء فى األزل قبل وجودها‬،‫والتخفى عليه خافية وعلمه ليس بمكتسب‬
• Yakni kita meyakini bahwa Allah ta’ala itu disifati dengan sifat “ilmu”
(mengetahui). Dia Maha Mengetahui segala sesuatu. Dia mengetahui
semua hal, baik zahir maupun batinnya. Dia mengetahui jumlah
butiran pasir, tetesan hujan, dan dedaunan pohon. Dia pun tahu
yang rahasia dan samar, karena yang samar baginya menjadi tidak
samar. IlmuNya tidaklah perlu diusahakan, bahkan Dia mengetahui
segala sesuatu di zaman azali sebelum semuanya wujud/ada.
Berdasarkan penjelasan Syekh Thahir tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Kita wajib meyakini bahwa Allah Swt. itu memiliki sifat Al-Ilmu/ mengetahui.
2. Ilmu Allah Swt. itu meliputi segala sesuatu, baik yang nampak maupun yang
tidak nampak. Baik yang zahir maupun yang bathin. Baik pengetahuan secara
global maupun terperinci. Bahkan Allah Swt. dapat mengetahui jumlah butiran-
butiran pasir, tetesan-tetesan hujan yang turun dari langit, dan mengetahui
jumlah daun-daun yang ada di pohon.
3. Ilmu Allah Swt. itu dapat menembus sekat-sekat rahasia yang sangat
tersembunyi dan samar sekalipun, karena bagi Allah Swt. tidak ada yang samar,
semuanya tampak jelas di dalam pengetahuanNya.
4. Ilmu Allah Swt. itu tidak perlu diusahakan dengan cara apapun. Berbeda
dengan makhlukNya yang harus diusahakan dengan belajar, mencari banyak
pengalaman serta percobaan.
5. Ilmu Allah Swt. itu sudah ada sejak zaman azali, sejak segala sesuatu yang ada
itu diadakan olehNya. Berbeda dengan ilmu manusia yang diawali dengan
ketidaktahuan, kemudian melalui proses pembelajaran, hingga ia berilmu
pengetahuan.
Allah Swt. di dalam Al-Qur’an berfirman:
‫الص ُد ْو ِر‬
ُّ ‫ات‬ َ ‫ن َوالل ّ ٰ ُه‬
ِ ‫علِيْمٌ ۢ ِب َذ‬ ۗ َ ‫الس ٰم ٰو ِت َوالْا َ ْر ِض َويَ ْعل َُم َما تُ ِس ُّر ْو َن َو َما تُ ْعلِن ُ ْو‬
َّ ‫يَ ْعل َُم َما ِفى‬
“Dia mengetahui apa yang di langit dan di bumi, dan
mengetahui apa yang kamu rahasiakan dan apa yang kamu
nyatakan. Dan Allah Maha Mengetahui segala isi hati.” (Q.S. At-
Taghabun/64: 4).

‫ح ِ ۗر َو َما تَ ْس ُق ُط ِم ْن َّو َر َق ٍة اِلَّا‬


ْ َ‫َو ِعن ْ َد ٗه َم َفا ِت ُح ال ْ َغي ْ ِب ل َا يَ ْعل َُم َهٓا اِلَّا ُه َوۗ َويَ ْعل َُم َما ِفى ال ْبَ ِ ّر َوال ْب‬
‫ت الْا َ ْر ِض َول َا َر ْط ٍب َّول َا يَا ِب ٍس اِلَّا ِف ْي ِكتٰ ٍب ُّم ِبيْ ٍن‬ ِ ‫يَ ْعل َُم َها َول َا َحبّ َ ٍة ِف ْي ُظل ُٰم‬
Dan kunci-kunci semua yang gaib ada pada-Nya; tidak ada yang
mengetahui selain Dia. Dia mengetahui apa yang ada di darat
dan di laut. Tidak ada sehelai daun pun yang gugur yang tidak
diketahui-Nya. Tidak ada sebutir biji pun dalam kegelapan bumi
dan tidak pula sesuatu yang basah atau yang kering, yang tidak
tertulis dalam Kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh).(Q.S.
Al-An’am/6: 59)
Lalu ketika kita mengetahui bahwa Allah Swt. itu
pengetahuanNya meliputi segalanya, lantas apakah
kita tetap akan berani berbuat maksiat kepadaNya?
Masihkah kita tidak sadar bahwa Dia selalu
mengetahui gerak gerik, tindakan, serta ucapan
kita? Sekali lagi, Dia Maha Mengetahui yang tampak
maupun yang samar dari makhlukNya. Wa Allahu
A’lam bis Shawab.
Beberapa ayat yang lain yang menjelaskan
tentang ilmu Allah:
1. QS AL KAHF:109

Katakanlah: Sekiranya lautan menjadi tinta untuk


(menulis) kalimat-kalimat Tuhanku, sungguh
habislah lautan itu sebelum habis (ditulis) kalimat-
kalimat Tuhanku, meskipun Kami datangkan
tambahan sebanyak itu (pula)“.
2. QS LUQMAN:16

(Luqman berkata): “Hai anakku, sesungguhnya jika


ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan
berada dalam batu atau di langit atau di dalam
bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya
(membalasinya). Sesungguhnya Allah Maha Halus
lagi Maha Mengetahui.
3. QS LUQMAN:27

Dan seandainya pohon-pohon di bumi menjadi


pena dan laut (menjadi tinta), ditambahkan
kepadanya tujuh laut (lagi) sesudah (kering)nya,
niscaya tidak akan habis-habisnya (dituliskan)
kalimat Allah. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa
lagi Maha Bijaksana
H. Ma’iyyatullah

Ma’iyyah berasal dari kata ma’a yang berarti keberamaan. Sehingga


ma’iyyatullah berarti kebersamaan Allah SWT. Ma’iyyatullah terbagi
menjadi dua, yaitu:

1. Al Maiyyah Al ‘ammah (kebersamaan yang umum)


Berarti Allah SWT selalu bersama seluruh manusia, baik yang mukmin
maupun kafir, yang taat maupun durhaka, yang tua maupun muda. Allah
SWT mampu mengawasi setiap tingkah laku manusia karena Allah SWT
mempunyai sifat Yang Maha Melihat, Maha Mendengar, dan Maha
Mengetahui.

Seperti contoh, Allah memberikan kemuliaan rahmat-Nya berupa rizki,


nyawa, kepada seluruh manuia tanpa membedakan mukmin dan kafir atau
taat dan durhakanya. 
2. Al Ma’iyyah Al khashah (Kebersamaan Allah secara Khusus)
Banyak orang yang tidak bersyukur atas nikmat yang Alah SWT
berikan, bahkan ada yang menyombongkan diri kepada sesama
manusia bahkan kepada Allah SWT. Orang yang seperti ini tidak
akan mendapat dukungan dan pertolongan dari Allah SWT, baik
di dunia maupun di akherat.

Ma’iyyah Khashah bersifat muqqayad (terbatas dan khusus


mencakup orang-orang yang beriman dan beramal shalih).

Keyakinan terhadap ma’iyyatullah, baik ma’iyyah ‘ammah atau


ma’iyyah khashah harus tertanam dalam diri manusia. Sehingga
kita akan terbentuk menjadi pribadi muslim yang taat dan yakin
dengan pertolonganNya, dan inilah al-falah (kemenangan) yang
sesungguhnya.
1. SYIRIK BESAR
“Menjadikan bagi Allah sekutu yang berdoa kepadanya seperti berdoa
kepada Allah, takut, harap, dan cinta kepadanya seperti kepada Allah
melakukan satu bentuk ibadah kepadanya seperti ibadah kepada Allah”
(kitab Al-Qaul as-Saudid, as-Sa’adi).
Syirik besar ada yang zhabirun jaliyun (tampak nyata) seperti
menyembah berhala, matahari, bulan, benda-benda tertentu dan lain-
lain. Dan ada yang bathinun khafiyun (tersembunyi) seperti berdoa
kepada orang yang sudah meninggal, meminta pertolongan kepadanya
untuk dikabulkan keinginan atau minta disembuhkan dari penyakit dan
lain sebagainya.
Disebut khafiyun (tersembunyi) karena yang berdoa tidak pernah
mengakui bahwa ia meminta kepada orang mati, ia hanya menganggap
orang mati tersebut hanyalah sebagai perantara supaya doanya
dikabulkan oleh Allah SWT.
Bukan berarti Allah menutup pintu tobat bagi
orang syirik, sebab Allah akan mengampuni dosa
apa pun kalau orang yang bersangkutan bertobat
sungguh-sungguh kepada-Nya (QS. az-Zumar:53).
Akan tetapi, bila seorang musyrik tidak bertobat
sebelum meninggal dunia, pintu keampunan sudah
tertutup baginya dan akhirat nanti dia akan
dimasukkan oleh Allah ke dalam neraka (QS. Al-
Maidah:72).
2. SYIRIK KECIL
“Semua perkataan dan perbuatan yang akan membawa seseorang kepada
kemusyrikan” (QS. As-Sa’adi:30).
Termasuk dosa besar yang dikhawatirkan akan mengantarkan pelakunya kepada
syirik besar.
Diantara amal perbuatan yang termasuk syirik kecil adalah:
a. Bersumpah dengan selain Allah
b. Memakai aximat (untuk menolak bahaya atau memurahkan rezeki)
c. Menggunakan mantra-mantra untuk menolak kejahatan, pengobatan, dan
sebagainya
d. Sihir
e. Ramalan atau perbintangan (astrologi)
f. Bernadzar kepada selain Allah
g. Menyembelih binatang atau mempersembahka korban bukan kepada Allah SWT
h.
RIYA
Riya pada hakikatnya adalah melakukan sesuatu
karena ingin dilihat atau dipuji orang lain. Rasulullah
SAW menggambarkan bahwa di akhirat nanti ada
beberapa orang yang dicap oleh Allah SWT sebagai
pendusta. Amalan orang-orang tersebut ditolak
Allah dan mereka dimasukkan ke dalam neraka

Anda mungkin juga menyukai