Anda di halaman 1dari 78

Serius

Mengenal Allah

Cetakan I, Maret 2012


Cetakan II, Mei 2012

Penulis
Abdullah Gymnastiar
Editor
Rashid Satari
Desainer/Layouter
Agus Anwar

Diterbitkan oleh
SMS Tauhiid
Jl. Gegerkalong Girang No. 30F Bandung
Telp. 022-2002282, Hp. 0821 2002 2002
www.smstauhiid.com
Pengantar Penerbit
Ilmu tentang Allah Swt adalah ilmu
paling agung di antara ilmu-ilmu yang
ada. Betapa tidak, pengetahuan manu-
sia tentang Allah bisa mengantarkan
hidupnya kepada kebahagiaan yang
hakiki, yaitu kebahagiaan dunia dan
akhirat.
Manusia dilanda gelisah, gundah
gulana, dihantui rasa was-was, khawatir
dan takut dalam menjalani kehidupan
dunia ini. Padahal yang mereka gelisah-
kan itu sesungguhnya tidaklah serumit
kegelisahaan yang mereka ciptakan
sendiri. Manusia dilanda perasaan-per-
asaan seperti ini karena tidak meng­e­
nal dengan baik dan benar siapa Dzat
Pencipta mereka.

3
Herannya, manusia begitu berse-
mangat dan rela mengorbankan apa
saja dan berapa saja demi memiliki ilmu
tentang keduniaan. Namun, mereka
begitu berat untuk memperkaya diri
mereka dengan ilmu tentang Allah.
Bahkan meski ilmu tentang-Nya itu
bisa mereka dapatkan secara mudah
dan tanpa biaya.
Mengenal Allah Swt secara sung-
guh-sungguh akan mengantarkan kita
pada pengetahuan tentang hakikat ke-
hidupan. Sehingga kita pun mengerti
apa, bagaimana dan harus seperti apa
kita menjalani hidup ini. Mengenal-Nya
secara serius akan mendatangkan rasa
tenang dan tentram pada diri kita secara
luar biasa.
Bandung, Mei 2012
Penerbit

4 Serius, Mengenal Allah


Daftar Isi

Pengantar Penerbit — 3
1. Ayat dan Surat Teragung
Bercerita Tentang Allah — 10
2. Tiga Tingkatan
Mengenal Allah — 22
3. Keutamaan Serius
Mengenal Allah — 31
4. Agar Serius
Mengenal Allah — 66

5
Serius
Mengenal Allah

S egala puji hanya milik Allah Swt


Dia-lah Dzat Yang telah mencipta-
kan langit dan bumi, sempurna dengan
segala isinya. Dia-lah Dzat Yang telah
menciptakan manusia, sempurna de­
ngan organ tubuh dan fungsi-fungsi­
nya. Dia-lah Dzat Yang menghidupkan
dan mematikan makhluk. Dia-lah Dzat
yang menjamin rezeki kita. Dia-lah
Dzat Yang memiliki langit, bumi dan
seisinya. Dia-lah Dzat Yang menutupi
segala aib atau kejelekan kita. Dia-lah
Dzat Yang memiliki neraka dan surga.

6 Serius, Mengenal Allah


Tiada yang lebih penting daripa-
da Allah Swt. Meski anehnya manu-
sia ke­rap kali hanya memberikan sisa
kepada-Nya. Ingat kepada Allah Swt,
hanya sisa dari ingatan-ingatan kita
pada urusan-urusan duniawi. Sujud
kepada Allah Swt, hanyalah sisa dari
pekerjaan dunia. Sujud kepada-Nya
ternyata masih kalah spesial diban­
ding­kan urusan-urusan dunia. Sedekah
hanyalah sisa dari uang jajan dan be-
lanja. Membaca Al Quran pun hanya
sisa dari membaca majalah, novel, in-
ternet dan koran. Mengingat dan me-
nyebut nama Allah Swt, hanyalah sisa
dari mengingat dan menyebut nama
teman, nama kekasih, nama orang.
Padahal langit, bumi, apa yang ada
di antara keduanya beserta segala isinya
adalah milik Allah Swt. Namun, ironis-
nya kita mempelajari ilmu tentang Allah
Swt pun hanyalah sisa dari aktifitas kita

7
belajar ilmu-ilmu keduniawian. Perhati-
kanlah diri kita yang pontang-panting
belajar ilmu matematika, fisika, bahasa,
manajemen bisnis dan lain sebagainya
hingga perguruan tinggi bahkan ditam-
bah pula dengan bimbingan belajar.
Begitu seriusnya kita mempelajari ilmu-
ilmu tersebut. Namun, kita tidak seserius
itu belajar ilmu untuk mengerti ke-Esa-
an Allah Swt.
Inilah sumber masalah kita. Kita
belum mengenal Allah Swt dengan
baik dan benar. Inilah kemudian yang
menyebabkan timbulnya rangkaian
masalah di dalam hidup kita. Hidup tidak
tenang, gelisah dan penuh kekhawati-
ran. Inilah akibat jika belum me­ngenal
Allah Swt dengan baik dan benar.
Sedangkan jika kita mengenal
­Allah Swt dengan baik dan benar,
maka kita akan menjalani hidup jauh
lebih nyaman. Memang kegelisahan

8 Serius, Mengenal Allah


dan kekhawatiran akan tetap muncul
wewaktu-waktu, karena itu adalah
bagian dari kemanusiawian kita. Akan
tetapi kegelisahan dan kekhawatiran
itu bukan karena urusan keduniaan.
Melainkan gelisah dan khawatir tidak
bisa dekat dengan Allah Swt. Gelisah
dan khawatir jika tidak bisa pulang
kembali kepada keridhaan-Nya.
Inilah masalah besar kita. Kita tidak
serius mengenal Allah Swt. Kita lebih
serius kepada uang, lebih serius kepa-
da gelar, lebih serius kepada pangkat,
lebih serius kepada orang, daripada
serius kepada Allah Swt, Sang Pemilik
semesta alam. Belajar tentang Allah
Swt tidak serius. Ingin lebih dekat de­
ngan Allah Swt juga tidak serius. Inilah
sumber segala masalah di dalam hidup
kita.

9
1
Ayat dan Surat
Teragung Bercerita
Tentang Allah

S etiap rasul dan nabi diutus oleh


­Allah Swt, misi pertamanya adalah
untuk memperkenalkan Allah Swt. Ada-
pun misi kedua adalah menjelaskan ja-
lan pengabdian supaya dekat dengan
Allah Swt. Kemudian misi ketiga adalah
untuk menjelaskan buah dari ketaatan
dan buah dari kemaksiatan terhadap-
Nya. Demikian juga dengan Al Quran,
Allah Swt menghadirkan kitab suci ini
di tengah-tengah kita adalah untuk

10 Serius, Mengenal Allah


menjelaskan ketiga hal tersebut. Yaitu
menjelaskan tentang Allah Swt, jalan
untuk mendekat kepada-Nya, serta
buah dari ketaatan dan kemaksiatan
terhadap-Nya.
Jika kita mencari tahu, ayat apakah
yang paling mulia di dalam Al Quran,
maka Rasulullah Saw memberi jawa-
bannya yaitu Ayat Kursi. Allah Swt
berfirman,

çäèù  4 ã•ø  ø è Î  Î   

3 Çö
 Î  Ï  ¡ Î ç© ×ö  ×Å

4 ÏÏøÎ Î
Î ÿç Ï ßô Ï©  

( öߍù   óÎ Ï ÷  ÷ 


 ã ÷ 

4  Î
Î ÿÏÏ ù Ï ô Ïi&óÎ
äÅã 

  ( ö
 Ï  ¡ ç•Åöä   Å

ƒ„……† ށ Ï ø   ͂ ø  è 4 €ßÝøρçßä­

11
Artinya: “Allah, tidak ada Tuhan (yang
berhak disembah) melainkan Dia yang
hidup kekal lagi terus menerus mengu-
rus (makhluk-Nya); tidak mengantuk dan
tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang di
langit dan di bumi. Tiada yang dapat
memberi syafa’at di sisi Allah tanpa izin-
Nya. Allah mengetahui apa-apa yang
di hadapan mereka dan di belakang
mereka, dan mereka tidak mengetahui
apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa
yang dikehendaki-Nya. Kursi Allah meli-
puti langit dan bumi. Dan Allah tidak
merasa berat memelihara keduanya, dan
Allah Maha Tinggi lagi Maha besar.” (QS.
Al Baqarah [2]: 255).
Keterangan ini sebagaimana hadits
yang bersumber dari Ubay bin Ka’b RA
Yaitu ketika ia berkata, “Rasulullah Saw
bersabda, “Wahai Abul Mundzir (gelar/
panggilan untuk Ubay), tahukah engkau
ayat mana di dalam kitab Allah yang
paling agung?”
12 Serius, Mengenal Allah
Aku menjawab, “Allah dan Rasul-Nya
lebih tahu.” Lalu beliau bertanya lagi,
“Wahai Abul Mundzir, tahukah engkau
ayat mana di kitab Allah yang paling
agung?” Aku pun menjawab,

     


      
Maka beliau menepuk dadaku dan
berkata, “Demi Allah, selamat atas ilmu
(yang diberikan Allah kepadamu) wahai
Abul Mundzir.” (HR. Muslim).
Seluruh bagian dari Ayat Kursi ini
menjelaskan tentang siapa dan bagai­
mana Allah Swt. Ayat ini kemudian di­
sebut oleh Rasullah Saw sebagai ayat
paling agung atau paling mulia di antara
ayat-ayat di dalam Al Quran.
Secara lahiriyah ayat Kursi memiliki
beberapa makna. Pertama, menjelaskan
nama zat Allah Swt. Kedua, menjelaskan
nama-nama, dzat dan perbuatan A ­ llah
Swt. Ketiga, menjelaskan kekayaan Allah
13
yang meliputi langit dan bumi. Keem-
pat, menjelaskan pertolongan Allah dan
orang-orang yang diizinkan untuk mem-
beri syafaat dan pertolongan. Kelima,
menjelaskan ilmu Allah tentang hal-hal
yang nampak dan yang rahasia. Keenam,
menjelaskan kekuasaan Allah yang meli-
puti langit dan bumi. Ketujuh, menjelas-
kan bahwa ­Allah tidak berat memelihara
langit dan bumi. Kemudian ayat ini men-
jelaskan dua nama Allah yang sifatnya
perbuatan. Dari makna lahiriyahnya saja
kita dapat memahami betapa luar biasa
kandungan makna Ayat Kursi.
Uraian di dalam Ayat Kursi saja su-
dah cukup menjadikan ayat ini ayat
yang agung. Ayat Kursi merupakan sa-
tu-satunya ayat yang dalam redaksinya
ditemukan delapan belas kali kata yang
menunjuk kepada Allah Swt. Tujuh be-
las diantaranya tertulis secara jelas dan

14 Serius, Mengenal Allah


satu lagi secara tersirat. Perhatikanlah
terjemahan di bawah ini:
“Allah (1) Tidak ada Tuhan yang berhak
disembah melainkan Dia (2) Yang Maha
Hidup (3) Maha Kekal (4), (Tuhan) Tuhan
yang terus-menerus mengurus makhluk-
Nya (5) (makhluk-Nya). Dia (6) tidak me­
ngantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya
(7) apa yang ada di langit dan apa yang
ada di bumi; Tiada yang dapat memberi
syafaat di sisi Allah (8) tanpa izin-Nya (9).
Allah (10) mengetahui apa-apa yang di-
hadapan mereka dan di belakang mereka,
dan mereka tidak mengetahui sesuatu
dari ilmu Allah (11), melainkan apa yang
dikehendaki-nya (12). Kursi (pengetahuan/
kekuasaan)-Nya (13) meliputi langit dan
bumi. Allah (14) tidak merasa berat me-
melihara keduanya dan Allah (15) Maha
Tinggi (16) lagi Maha Besar (17).
Sedangkan kalimat yang menunjuk
kepada Allah Swt secara tersirat adalah

15
kalimat “hifzuhumaa”. Kelimat ini me-
nyiratkan bahwasanya Allah Swt tidak
pernah lelah memelihara keduanya
(langit dan bumi). (Tafsir Al Misbah,
Quraish Shihab, vol. I: 664).
Demikianlah, ayat paling mulia dan
paling agung di dalam Al Quran berisi
tentang Allah Swt. Kemudian apabi-
la kita mencari tahu surat apakah di
dalam Al Quran yang paling agung dan
paling mulia, maka mari kita simak ke­
terangan berikut ini.
Sebuah keterangan datang dari Abu
Sa’id Rafi’Ibnul Mu’alla RA. Beliau meny-
ampaikan, Rasulullah Saw pernah berkata
kepadaku, “Maukah engkau aku ajari se-
buah surat paling agung di dalam Al Quran
sebelum engkau keluar dari masjid nanti?”
Lalu beliau berjalan sembari menggan-
deng tanganku. Tatkala kami sudah ham-
pir keluar maka aku pun berkata, “Wahai
Rasulullah, engkau tadi telah berkata, “Aku

16 Serius, Mengenal Allah


akan mengajarimu sebuah surat paling
agung dalam Al Quran?” Kemudian, beliau
bersabda, “(Surat itu adalah) Alhamdulil-
laahi Rabbil ‘alamiin (surat Al Fatihah), itu-
lah As Sab’ul Matsaani (tujuh ayat yang
sering diulang-ulang dalam shalat) serta Al
Quran Al ‘Adhim yang diberikan kepadaku.”
(HR. Bukhari).
Kita tentu sudah sangat hafal de­ngan
surat ini. Apalagi setidaknya surat ini kita
baca lima kali sehari yaitu di dalam sha-
lat fardhu yang kita laksanakan. Belum
ditambah dengan shalat-shalat sunnat
yang kita tunaikan. Mari kita telaah surat
Al Fatihah, apa saja isinya.
Ayat pertama, lafadz Basmallah, di-
ucapkan dalam setiap awal ketika ingin
melakukan amal kebaikan. Terkandung
di dalamnya pujian dan pengagungan
kepada Allah Swt sebagai Dzat Yang
Maha Pengasih dan Maha Penyayang:
Ar Rahmân dan Ar Rahîm.

17
Ayat kedua, secara keseluruhan
ayat, berisi pujian kepada Allah dan
ungkapan rasa terima kasih (syukur)
kepada-Nya, Dzat Yang Menguasai dan
Memiliki keseluruhan alam semesta.
Ayat ketiga, ayat ini juga merupa-
kan pujian kepada Allah Swt sebagai
Dzat Yang Maha Pengasih dan Maha
Penyayang.
Ayat keempat, berisi tentang peng­
agungan Allah Swt sebagai Dzat Yang
Merajai hari pembalasan.
Ayat kelima, berisi tentang keikhla-
san, kepasrahan, totalitas terhadap
Allah. Tidak ada Dzat lain yang patut
disembah dan dimintai pertolongan
kecuali Allah Swt.
Ayat keenam, diawali dengan kata
“ihdi” yang dalam bahasa arab terma­
suk dalam bentuk fi’il amar (kata kerja
perintah). Namun, dalam ayat ini meru-
pakan kalimat permohonan atau per-

18 Serius, Mengenal Allah


mintaan kepada Allah Swt, “Tunjukilah
kami kepada jalan yang lurus”.
Ayat ketujuh, merupakan sambu­
ngan atau penjelas dari ayat sebe­
lumnya tentang jalan yang lurus. Yaitu
jalan yang Allah beri nikmat, bukan jalan
orang-orang yang Allah murkai dan bu-
kan pula jalan orang-orang yang sesat.
Secara tersirat, ayat ketujuh ini juga me-
negaskan bahwasanya Allah Swt adalah
Dzat Yang Maha Memberi nikmat dan
Maha Memberi pembalasan atas setiap
perbuatan hamba-hamba-Nya.
Selain Ayat Kursi dan surat Al Fati-
hah, masih ada juga surat lain yang de-
rajatnya sangat tinggi dibandingkan
surat-surat yang lainnya. Yaitu surat Al
Ikhlas yang derajatnya sama dengan
sepertiga isi Al Quran. Lantas apakah isi
surat Al Ikhlas itu? Allah Swt berfirman,

         

         19


         

         

   

Artinya: “Katakanlah, “Dia-lah Allah,


yang Maha Esa. Allah adalah Tuhan yang
bergantung kepada-Nya segala sesuatu.
Dia tiada beranak dan tidak pula diper-
anakkan. Dan tidak ada sesuatu apapun
yang setara dengan Dia.” (QS. Al Ikhlas
[112]: 1-4).
Al Quran itu menceritakan banyak
sekali tentang Allah Swt. Ayat yang pa­
ling agung dan paling mulia mencerita-
kan tentang Allah Swt. Surat yang paling
agung dan paling mulia, juga menceri-
takan tentang Allah Swt. Demikian juga
dengan surat yang derajatnya sama de­
ngan sepertiga isi Al Quran yaitu surat Al
Ikhlas, menceritakan tentang Allah Swt.
Jadi, sungguh sangat mengherankan
apabila kita tidak sungguh-sungguh
20 Serius, Mengenal Allah
mencari tahu siapa dan bagaimanakah
Allah Swt.
Belum lagi apabila kita merenungi
rukun Islam. Poin pertama di dalam
rukun Islam adalah kalimat syahadat,
“Asyhadu anlaa ilaaha illallaah” yang
artinya adalah “Aku bersaksi bahwa
sesungguhnya tiada tuhan selain Allah.”
Bagaimana mungkin kita bisa menjiwai
kalimat syahadat ini jika kita tidak benar-
benar mengenal Allah Swt dengan baik.
Bisa jadi ternyata selama ini sya-
hadat yang kita ucapkan itu hanya
sebatas pada lisan saja. Tidak meresap
ke dalam hati. Karena kita belum sung-
guh-sungguh untuk mengenal Allah
Swt. Seseorang akan baik dan benar
syahadatnya jikalau ia bersungguh-
sungguh untuk mengenal Allah Swt.
Bagaimana pula dengan rukun
iman, siapakah yang pertama wajib kita
imani? Jawabannya adalah Allah Swt.

21
2
Tiga Tingkatan
Mengenal Allah

K ita kembali kepada rukun iman.


Iman kepada Allah Swt menem-
pati posisi pertama. Bagaimanakah
mungkin kita bisa mengimani, meya-
kini Allah Swt apabila kita tidak me­
ngenal-Nya dengan baik.

1. ‘Ilmul Yaqin
Pada umumnya, kita mengenal Allah
Swt secara ‘ilmul yaqin. Kita tahu nama
Allah Swt, kita tahu Dia ada. Akan teta-
pi kita tidak tahu bagaimana dan di
mana Dia. Kita tahu Allah Swt Dzat

22 Serius, Mengenal Allah


Yang Memberi rezeki, akan tetapi sam-
bil kita ketakutan tidak mendapatkan
rezeki-Nya.
Ilustrasi tentang hal ini adalah se­
perti orang yang tinggal di kampung
pedalaman, di mana di sana tidak ada
listrik dan tidak ada televisi. Kemudian
dia shalat menghadap kiblat. Ketika ia
ditanya mengapa shalat menghadap
kiblat, maka ia menjawab bahwa di ki-
blat ada Ka’bah. Akan tetapi, ia tidak
pernah tahu, di mana, bagaimana
Ka’bah itu. Ia pun tidak tahu mengapa
ia harus shalat menghadap Ka’bah. Ia
percaya bahwa shalat harus mengha-
dap kiblat karena kepercayaan yang
sudah turun-temurun dari orang tua
dan para pendahulunya.

2. ‘Ainul Yaqin
Kepercayaan terhadap kiblat dan
Ka’bah akan beda dengan orang yang

23
memiliki keyakinan secara ‘ainul yakin.
Yaitu orang yang pernah melihat ben-
tuk atau wujud Ka’bah dari perantara
media televisi, dari gambar foto orang
yang pulang dari ibadah haji atau dari
perantara lainnya. Orang yang sudah
melihat bentuk Ka’bah dengan cara
seperti ini akan memiliki tingkat keyaki-
nan yang lebih tinggi lagi dari orang
yang pertama tadi yang hanya meya-
kini adanya Ka’bah dari informasi mulut
ke mulut atau turun-temurun.
Orang yang sudah melihat bentuk
Ka’bah meski tidak secara langsung,
akan memiliki tingkat keyakinan yang
lebih mantap. Ia akan mampu meng-
gambarkan bahwa Ka’bah berbentuk
kotak, diselubungi oleh kain hitam,
berada di tengah-tengah bangunan
masjid yang besar dan luas. Ia tidak
akan bisa dibohongi bahwa Ka’bah
berbentuk segitiga. Ia pun tidak bisa

24 Serius, Mengenal Allah


dibohongi bahwa Ka’bah diselubungi
kain berwarna-warni. Inilah ‘Ainul yakin,
yaitu meyakini dengan melihat.
3. Haqqul Yaqin
Ada lagi tingkatan keyakinan yang
lebih tinggi lagi dari ‘Ilmul yakin dan
‘Ainul yakin, yaitu Haqqul yakin. Keyaki-
nan yang berdasarkan pengamatan
atau pengalaman secara langsung.
Kalau berkaitan dengan Ka’bah, maka
orang yang memiliki keyakinan secara
Haqqul yaqin adalah orang yang baru
pulang beribadah haji atau umrah. Dia
sudah pernah melakukan Thawaf, su-
dah pernah melambaikan tangannya
kepada jarak dekat bahkan menyen-
tuh dindingnya. Ia pun bahkan sempat
mencium Hajar Aswad. Ia pun sudah
merasakan bagaimana rasanya haru
biru menyelubungi jiwanya kala per-
tama kali menatap Ka’bah yang berdiri
kokoh di hadapannya.
25
Pengalaman-pengalaman tersebut
jelas tidak dirasakan oleh orang yang
hanya mempercayai adanya Ka’bah
karena melihat di televisi atau di gam-
bar foto. Pengalaman-pengalaman
tersebut juga akan lebih tidak dirasa-
kan lagi oleh orang-orang yang hanya
mempercayai keberadaan Ka’bah se-
cara turun-temurun dari orang tua dan
para pendahulunya saja.
Demikianlah ilustrasi tentang bagai­
mana manusia mengenal atau meyakini
Allah Swt. Orang yang hanya meyakini
­Allah Swt karena berdasarkan pesan
orang tua dan para pendahulunya, maka
ia hanya akan meyakini-Nya secara ala
kadarnya saja. Bila ia ditanya tentang
Allah Swt, ia hanya menjawab bahwa ia
tahu Allah dan bahwa Allah ada di la­ngit.
Tidak lebih dari itu. Itupun diucapkan
dengan nada ucapan yang berintonasi
tidak pasti atau penuh keraguan.

26 Serius, Mengenal Allah


Beda dengan orang yang memiliki
keyakinan terhadap Allah Swt secara‘Ai-
nul yaqin. Orang yang memiliki keyaki-
nan seperti ini ketika melihat alam di
sekitarnya, mampu memaknai bahwa
semua itu adalah ciptaan Allah Swt. Ke-
tika melihat bentuk serangga, ia bisa
sedemikian refleks memaknai bahwa
demikian sempurna Allah Swt mencip-
takannya. Begitu juga ketika ia melihat
bentuk tanaman,rembulan, hujan dan
halilintar, ia bisa menghayati tentang
Dzat Pencipta-Nya. Sehingga dengan
demikian, ia memiliki keyakinan yang
lebih kokoh terhadap Allah Swt.
Ada satu cerita nyata yang dialami
seorang ibu yang sedang berada di
tanah suci untuk menunaikan ibadah
umrah. Ibu ini melihat sekawanan
burung merpati yang jumlahnya be-
gitu banyak. Kemudian ibu tersebut
berkata, “Ya Allah, ini burung merpati

27
banyak sekali, bagaimana dengan ko-
toran-kotorannya?!” Baru saja ibu itu
selesai mengucapkan kalimat itu, tiba-
tiba ada kotoran merpati jatuh tepat
di gamis yang sedang ia kenakan.
Betapa terkejutnya sang ibu de­
ngan kejadian tersebut. Rasa terke-
jutnya itu bukan disebabkan kotoran
merpati yang menodai gamisnya,
me­lainkan karena betapa Allah Swt
mengetahui isi hati sang ibu. Dengan
kejadian tersebut, maka semakin ber-
tambahlah keyakinan ibu tersebut ter-
hadap Allah Swt, karena telah merasa-
kan langsung kehadiran Allah-Nya. Ibu
itu telah benar-benar merasakan bah-
wasanya segala gerak-gerik dan apa
yang ada di dalam hatinya itu sungguh
diketahui oleh Allah Swt.
Saudaraku, orang yang memiliki
keyakinan terhadap Allah Swt secara
Haqqul yaqin, akan jauh lebih tentram.

28 Serius, Mengenal Allah


Saat ia melihat sesama manusia, ia
tidak akan berpikir mengenai per-
bedaan bentuk fisik dan warna kulit
kecuali meyakini bahwa semuanya itu
adalah didesain oleh Allah Swt.
Orang yang sudah Haqqul yaqin
terhadap Allah Swt, hidupnya hanya
akan disibukkan oleh urusan-urusan
yang berkaitan dengan keridhaan
Allah Swt saja. Ia tidak akan pernah
khawatir, takut dan ragu lagi pada uru-
san rezeki. Karena bagaimana ia tidak
yakin pada rezeki Allah Swt jika triliu-
nan makhluk yang ada di jagat raya ini
saja dicukupkan rezekinya oleh A ­ llah
Swt. Satu ikan paus yang beratnya
54 ton tercukupi rezekinya, padahal
dalam satu hari saja ia membutuhkan
asupan makanan setidaknya sebesar
tiga ton. Tidak ada ceritanya ada ikan
paus kelaparan kemudian kurus ke­
ring. Subhanallah!

29
Orang yang Haqqul yaqin terhadap
Allah Swt tidak akan pernah khawatir
atau takut seandainya ia tidak mem-
peroleh rezeki. Apa yang ia khawatir-
kan adalah seandainya ia tidak yakin
terhadap Allah Swt. Dia takut sekali
jika ia berburuk sangka terhadap Al-
lah Swt. Dia takut tidak berhati-hati
ketika menjemput rezeki yang telah
Allah Swt siapkan untuk­nya. Dia san-
gat takut tidak bersyukur ketika Allah
Swt memberi rezeki kepadanya. Dia
takut tidak bersabar ketika Allah Swt
menahan sementara jatah rezekinya.

30 Serius, Mengenal Allah


3
Keutamaan
Serius Mengenal Allah

S audaraku, bukankah kita ini sudah


cukup lama berada di dunia. Seki-
an tahun atau sekian puluh tahun kita
tumbuh dan berkembang. Makanan
tercukupi, minuman pun demikian.
Pakaian punya, tempat tinggal ada
meski mungkin belum menjadi hak
miliknya. Sekian lamanya rezeki kita
dicukupkan. Lantas, masihkah kita
pantas berprasangka buruk bahwa
rezeki kita tak akan cukup? Masih­
kah kita patut untuk ragu dan curiga
bahwa Allah Swt tak akan mencukup­
kan rezeki kita?

31
Ada seseorang yang tidak akan
lama lagi memasuki masa pensiun.
Meski masa pensiun itu belum tiba,
namun ia sudah gusar dan gelisah. Ia
khawatir di masa pensiunnya nanti ia
tidak lagi bisa memenuhi nafkah kelu-
arganya. Ia takut tidak bisa lagi mem-
biayai kuliah anaknya. Ia gelisah jika
ia tidak bisa lagi melanjutkan cicilan-
cicilannya. Ia berpikir bahwa dahulu
ketika penghasilannya pas-pasan saja
sudah terasa berat, apalagi nanti ke-
tika masa pensiun itu datang.
Berbagai kekhawatiran dan kegeli-
sahan ini ia rasakan ketika masa pensiun
belum benar-benar datang. Sudah de-
mikian besar kegelisahannya, apalagi
nanti ketika masa pensiun itu tiba. Pa-
dahal jika ia mau melihat ke belakang,
berapa puluh tahun ia hidup di masa
lalu, dan rezekinya tetap tercukupi.
Makan setiap hari, minum tak pernah

32 Serius, Mengenal Allah


sulit, tepat tinggal untuk berteduh ada,
pakaian punya, dan anak-anaknya juga
menjalani kehidupan seperti biasanya.
Padahal jika mengukur kepada gaji,
tidak akan cukup ia membiayai kesemua
itu. Namun, Allah Swt telah mencukupi
rezekinya dan menutupi kekurangan-
kekurangannya. Rezeki dari Allah Swt
tidak tergantung kepada gaji bulanan-
nya. Rezeki dari A ­ llah Swt senantiasa
datang kepadanya kapan saja dan dari
jalan yang tiada pernah ia sangka-sang-
ka. Malah, bukankah lebih banyak orang
yang tidak memiliki gaji bulanan tapi
tetap saja hidup dan sehat.
Orang yang Haqqul yakin terhadap
Allah Swt, ia yakin bahwa dunia ini de­
ngan segala isinya adalah milik Allah, se-
dangkan ia hanyalah tinggal sebentar
saja di dunia. Ia pun meyakini bahwa du-
nia ini tidak akan pernah dibawa kemana-
mana. Jika ia mati pun, dunia tak akan

33
pernah ia bawa sedikitpun. Ia meyakini
bahwasanya dunia ini kecil belaka.
Sebagaimana firman Allah Swt da­
lam salah satu hadits qudsi, Rasulu­llah
Saw pernah bersabda, “Seandainya du-
nia itu ada nilainya di sisi Allah bahkan
seberat sayap nyamuk sekalipun, tentu
Dia tidak akan sudi memberi minum
pada orang kafir meskipun seteguk air.”
(HR Tirmidzi).
Hadits ini memberi makna bahwa
dunia ini sungguh tidak ada harganya.
Hadits ini juga menjelaskan bahwa
rezeki dan kebahagiaan dunia diberikan
juga oleh Allah pada orang kafir mau-
pun fasik, bahkan sering diberikan lebih
banyak kepada mereka dibanding yang
diberikan kepada orang-orang sholeh.
Ini menunjukan saking tidak ada artinya
nilai dunia dibandingkan akhirat.
Siapa sih yang mau sayap seekor
nya­muk? Bahkan diberi secara gra-

34 Serius, Mengenal Allah


tis pun kita tidak akan mau. Namun
sungguh mengherankan, tidak sedikit
di antara manusia yang mati-matian be-
rebut sayap nyamuk tersebut, bahkan
sampai menggadaikan kebahagiaan
akhirat sekalipun. Tidak sedikit orang
yang saling berebut sayap nyamuk itu
dan melupakan betapa tidak terhing-
ganya keberuntungan yang Allah Swt
janjikan di akhirat.
Mau berapa juta triliun pun uang
yang dikejar, mau berapa gudang pun
emas berlian yang digali, sungguh itu
bisa dengan mudah Allah Swt tum­
pahkan kepada mereka. Namun, mau
dibawa kemanakah semua itu? Pada
akhirnya tetap akan mati, tanpa mem-
bawa sepeser pun dari harta kekayaan-
nya. Jasadnya kemudian dikubur di
dalam tanah lalu hancur lebur diurai
belatung dan serangga.

35
Orang yang Haqqul yaqin terhadap
Allah Swt akan jauh berbeda dengan
orang yang hanya mengenal Allah Swt
secara ala kadarnya saja. Ketika meli-
hat orang lain memiliki kekayaan me-
limpah ruah, orang yang Haqqul yaqin
akan berpikir bahwa orang itu sedang
dititipi harta berlebih oleh Allah Swt.
Sedangan orang yang pada Allah yakin
secara ala kadarnya, akan dibakar rasa
iri dengki di dalam jiwanya. Hatinya
panas, jantungnya berdetak kencang
karena berharap-harap harta kekayaan
itu berpindah kepadanya.
Ketika orang yang Haqqul yakin
terhadap Allah Swt memiliki harta ke-
kayaan melimpah ruah, maka ia akan
berpikir bahwa semua harta miliknya
itu hanyalah titipan Allah Swt. Ia akan
dengan penuh semangat berderma,
bersedekah, mengelolanya demi me-
raih ridha Allah Swt. Ia lakukan hal itu

36 Serius, Mengenal Allah


karena yakin bahwa semua kekayaan-
nya adalah fitnah atau ujian.
Beda dengan orang yang hanya
mengenal Allah Swt secara biasa-bi-
asa saja. Ketika kekayaan dunia ada di
dalam genggaman tangannya, maka
ia merasa sudah menjadi manusia
yang hebat yang dengan kekuatan-
nya bisa menghimpun harta kekayaan
sedemikian banyak. Ia juga malah akan
semakin berambisi untuk mengumpul-
kan lebih banyak lagi harta kekayaan
demi meninggikan prestisenya di ha-
dapan orang lain.
Bagi orang yang tidak sungguh-
sungguh mengenal Allah Swt, maka
dunia baginya bagaikan air laut. Ketika
ia haus, ia akan meminumnya. Akan
tetapi rasa hausnya sama sekali tidak
menghilang atau berkurang. Rasa
hausnya justru malah semakin ber-
tambah. Ketika ia semakin banyak

37
meminum air laut, maka semakin be-
sar kerugian yang diperoleh tubuhnya.
Padahal Rasulullah Saw menegas-
kan bahwa dunia ini bagaikan setetes
saja dari air lautan. Dalam salah satu ha-
ditsnya, Rasulullah Saw bersabda, “Demi
Allah, dunia ini dibanding akhirat ibarat
seseorang yang mencelupkan jarinya ke
laut. Air yang tersisa di jarinya ketika di-
angkat itulah nilai dunia.” (HR Muslim).
Saudaraku, kenalilah Allah Swt
dengan serius atau sungguh-sung-
guh agar kita benar-benar memaha-
mi tujuan kehadiran kita di dunia ini.
Kenalilah Allah Swt dengan baik dan
benar sehingga kita mengerti betul
terhadap firman-Nya yang berbunyi,

            

38 Serius, Mengenal Allah


Artinya: “Dan aku tidak mencipta-
kan jin dan manusia melainkan supaya
mereka mengabdi kepada-Ku.” (QS.
Adz Dzariyat [51]: 56).
Allah Swt memberikan petunjuk ke-
pada kita bahwasanya kita diciptakan
dan dihadirkan di dunia ini dengan tu-
juan untuk mengenal Allah Swt dan un-
tuk mengabdi kepada-Nya. Kita dicip­
takan oleh Allah Swt untuk beribadah
kepada-Nya sesuai dengan kapasitas
kita masing-masing, sesuai dengan ka-
pling masing-masing. Tunaikan ibadah
tersebut dengan ikhlas, sebagai bekal
kita pulang kembali kepada-Nya. Itu
saja hakikat kehadiran kita di dunia.
Apabila kita taat dan patuh kepada
Allah Swt dalam mengarungi kehidupan
di dunia, maka kita akan dibim­bing oleh-
Nya untuk menjemput dan bertemu
dengan rezeki kita serta berjumpa de­
ngan takdir terbaik kita. Sudahlah, tidak

39
perlu macam-macam kita menjalani
dunia ini. Jalani hidup dengan lurus
mengikuti jalur yang sudah dijelaskan
oleh Allah Swt secara terang-benderang.
Tidak perlu meragukan kebenaran-Nya.
Bukankah saat kita masih berwujud ja-
nin pun Allah Swt Yang mengurus segala
kebutuhan kita, mencukupi rezeki kita.
Demikian juga ketika kita lahir
ke dunia, Allah Swt telah mendesain
semuanya sehingga kebutuhan dan
rezeki kita selalu terpenuhi. Termasuk
ketika kita kemudian tumbuh semakin
besar, sebenarnya Allah Swt tetap men-
cukupkan rezeki dan kebutuhan kita.
Hanya saja, semakin besar, kita semakin
dipusingkan dengan tingkah polah
sendiri yang selalu ambisius memiliki
lebih dari apa yang sebenarnya kita
butuhkan. Kita digelisahkan oleh ke-
inginan-keinginan atau cita-cita yang
semu karena dorongan hawa nafsu.

40 Serius, Mengenal Allah


Jika yang dicita-citakan kita ada-
lah Allah Swt, maka hidup di dunia ini
tidak akan terasa ribet. Hidup di dunia
menjadi terasa berat dan memusing-
kan itu dikarenakan diri kita sendiri
yang membuat hidup ini jadi berat.
Kita sendiri yang membuat hidup ini
terasa memusingkan. Itu dipicu karena
kita terlalu besar memiliki keinginan-
keinginan yang sangat rendah yaitu
kesenangan-kesenangan duniawi saja.
Jika cita-cita kita adalah kebaha-
giaan di akhirat, maka sesungguhnya
kebahagiaan dunia akan mengikuti.
Jika cita-cita kita adalah akhirat dan kita
berusaha dengan segala daya upaya
untuk meraihnya maka kesenangan
dunia akan datang kepada kita. Jika
kemudian kita mendapatkan takdir
kaya raya, maka kita akan jadi orang
kaya yang shaleh dan dermawan. Ke-
muliaan kita tidak akan muncul dari

41
seberapa besar harta kekayaan yang
kita miliki, akan tetapi mucul dari cara
kita menyikapi harta kekayaan itu. Jika
kita terkenal, maka kita terkenal karena
kejujurannya, kedermawanannya, rasa
empatinya kepada sesama dan ter­kenal
karena sikap rendah hati dan ketawa­
dhuannya. Jika kita dikenal orang, itu
karena penyikapan kita terhadap harta
kekayaan, bukan karena besarnya har-
ta kekayaan kita itu. Ini adalah dua hal
yang sangat berbeda jauh.
Jika seseorang mencita-citakan
Allah Swt, kemudian dunia datang ke-
pada genggaman tangannya. Misal­
kan ia bertemu takdir menjadi seorang
menteri, maka ia akan menjadi menteri
yang amanah dan bertanggungjawab
terhadap tugas yang diembannya.
Tidak melakukan korupsi, tak berbuat
manipulasi, tak ada sogok, suap untuk
proyek-proyek negara.

42 Serius, Mengenal Allah


Demikian juga jika misalnya ia ber-
temu takdir menjadi presiden. Maka, ia
akan menjadi pemimpin yang amanah
dan bijaksana. Ia jadikan dirinya seba-
gai abdi bagi rakyat yang dipimpin-
nya. Ia jadikan dirinya sebagai pelayan
untuk rakyatnya. Ia temui rakyatnya
dan ia dengarkan keluh kesah serta
pemikiran-pemikiran mereka. Ia pun
menjadi pemimpin yang dicintai, di­
bela dan dijaga rakyatnya.
Demikianlah orang yang menjadi-
kan Allah Swt sebagai cita-citanya dan
sungguh-sungguh mencintai-Nya. Jika
kaya raya, maka bukan harta kekayaan-
nya yang membuat ia dikenal orang,
melainkan caranya menyikapi harta
kekayaannya itu. Jika ia menduduki
jabatan penting, maka bukan jabatan-
nya itu yang menjadikan ia dikenal
orang, melainkan karena caranya me-
nyikapi jabatannya itu.

43
Jika sungguh-sungguh mengenal
Allah Swt, kita akan berbeda melihat
diri sendiri. Kita akan bersikap de­ngan
penuh kehati-hatian, tidak mau makan
dan minum yang haram, serta meng-
hindari hal-hal yang syubhat. Orang
yang sungguh-sungguh ingin kenal
dengan Allah Swt tidak akan mau men-
konsumsi makanan atau minuman
yang bisa merusak tubuhnya. Karena
ia yakin sepenuh hati bahwa tubuhnya
itu adalah titipan Allah Swt dan kelak
akan dimintai pertanggungjawaban
bagaimana tubuhnya itu diperlakukan.
Bukankah kelak anggota tubuh
juga akan memberikan kesaksiannya
secara jujur tentang apa yang sudah
dilakukannya?! Tangan akan bersaksi
secara jujur tentang apa saja yang telah
diperbuatnya. Kaki akan bersaksi ten-
tang kemana saja ia melangkah.

44 Serius, Mengenal Allah


Sesungguhnya Allah Swt me­
ngetahui segala hal yang kita perbuat
dengan anggota badan kita. Dari hal
yang paling remeh-temeh hingga yang
besar. Bagaimana mungkin Allah Swt
tidak mengetahui apa yang kita laku-
kan, padahal Dia sungguh sangat dekat
dengan kita. Di dalam Al Quran, Allah
Swt berfirman,

     

          


  

Artinya: “Dan Sesungguhnya Kami


telah menciptakan manusia dan me­­­nge­
tahui apa yang dibisikkan oleh hatinya,
dan Kami lebih dekat kepadanya dari-
pada urat lehernya.” (QS. Qaaf [50]: 16).
Orang yang sungguh-sungguh
dalam mengenal Allah Swt, saat di­
timpa sakit ia tidak akan berkeluh kesah

45
karena ia yakin bahwa sesungguhnya
Allah Swt telah mengukur sakit terse-
but agar sesuai dengan kadar kemam-
puannya menanggung sakit itu. Ia akan
me­minta kepada Allah Swt agar dirinya
bisa melalui sakit itu dengan baik. Ia me­
minta kepada Allah Swt karena ia yakin
bahwa tubuhnya itu milik Allah Swt.
Betul ia berikhtiar menyembuhkan diri
dengan berobat, namun tetap hanya
kepada ­Allah Swt ia memasrahkan ke­
sembuhan dirinya. Karena hanyalah
­Allah Swt Yang Kuasa memberikan ke­
sembuhan kepadanya.
Bukankah banyak kasus terjadi di
mana seseorang yang ditimpa sakit ke-
mudian ia berobat hingga ke luar negeri,
menghabiskan biaya yang sangat besar,
namun jika Allah Swt tidak berkehendak
pada kesembuhannya, maka ia tidak
akan sembuh. Namun, banyak juga ke-

46 Serius, Mengenal Allah


jadian di mana seseorang menderita
penyakit berat, lalu ia berobat secara
sederhana kemudian sembuh dengan
begitu mudahnya. Demikianlah apabila
Allah Swt berkehendak.
Jika Allah Swt berkehendak, obat
semahal apapun bisa saja tidak mujarab.
Jika Allah Swt berkehendak, dzikir me-
nyebut nama-Nya bisa menjadi peng-
hilang rasa sakit yang sangat mujarab.
Ingatkah kita pada kisah salah seorang
sahabat Rasulullah Saw, tepatnya anak
dari sahabat beliau Saw. Yaitu‘Urwah bin
Zubair, putra dari Zubair bin Awwam,
salah seorang sahabat Rasulullah Saw
yang termasuk dari sepuluh sahabat
yang dijanjikan surga. Kakeknya adalah
Abu Bakar Ash Siddiq RA.
‘Urwah bin Zubair tumbuh di te­
ngah keluarga terhormat. Akan tetapi
ada hal lain yang jauh lebih mem-
buatnya menjadi seseorang yang di-

47
hormati. Yaitu bahwa beliau adalah
seseorang yang dermawan, ‘alim, ula-
ma fiqh terkemuka di kota Madinah.
Kedalaman ilmunya dikenal hingga
negeri-negeri lain di luar Madinah.
Suatu ketika, ‘Urwah bin Zubair di-
undang ke Damaskus oleh kekhalifahan
Walid bin Abdul Malik (khalifah ke enam
dari Bani Umayyah, pada zamannya
kekuasaan Islam mencapai puncaknya).
‘Urwah bin Zubair memenuhi unda­ngan
tersebut bersama putra sulungnya. Ter­
nyata di Damaskus, Allah Swt berkehendak
menguji‘Urwah bin Zubair de­ngan ujian
berat, ujian yang tidak akan ada orang
yang mampu bertahan menghadapinya
kecuali orang yang hatinya penuh dengan
keyakinan kepada Allah Swt.
Putra sulung ‘Urwah bin Zubair me­
ninggal dunia setelah terkena tenda­
ngan kuda saat ia bermain-main dengan
kuda-kuda milik khalifah Al Walid. Tidak

48 Serius, Mengenal Allah


lama setelah kematian putranya itu, ‘Ur-
wah bin Zubair terkena penyakit tumor
ganas pada betisnya. Penyakit yang apa-
bila dibiarkan akan cepat menggerogoti
seluruh jaringan vital pada tubuhnya
dan bisa mengakibatkan kematian.
Para tenaga medis yang didatang­
kan oleh khalifah ketika itu berke­
simpulan bahwa betisnya itu harus
diamputasi. ‘Urwah bin Zubair me­
nerima keputusan itu. Akan tetapi saat
mendengar bahwa ia harus meminum
sesuatu yang memabukkan agar ia tak
merasakan sakit, maka ia pun menolak.
Ia menolak sesuatu yang haram masuk
ke dalam tubuhnya hanya untuk meng-
hilangkan rasa sakit itu.
Ia pun menolak ketika khalifah men-
datangkan berapa orang untuk mena-
han badan dan tangannya agar tidak
meronta saat amputasi dilakukan. Bagi
‘Urwah bin Zubair, rasa sakit itu bisa ia

49
tahan dengan cara berdzikir menyebut
asma Allah Swt. Suatu hal yang hanya
bisa dilakukan oleh orang-orang yang
memiliki tingkat keyakinan luar biasa
kepada Allah Swt. Benar saja, amputasi
itupun dilakukan. Ketika alat-alat bedah
menyayat kulit, daging dan memotong
tulangnya, ia tiada henti mengucap “Lâ
ilâha illallâh, wallâhu Akbar” hingga
betisnya itu putus dari tubuhnya.
Jika Allah Swt menghendaki, ba­
caan surat Al Fatihah pun bisa me-
nyembuhkan orang yang terkena
se­ngatan kalajengking. Suatu ketika
ada sahabat yang memberikan kabar
kepada Rasulullah Saw bahwasanya
dirinya berhasil menyembuhkan se-
orang pemimpin suku yang disengat
oleh kalajengking, dengan bacaan su-
rat Al Fatihah. Kemudian, Rasulullah
Saw bersabda, “Tahukah engkau bahwa

50 Serius, Mengenal Allah


surat Al Fatihah adalah ruqyah?” (HR.
Bukhari Muslim).
Orang yang sungguh-sungguh
mengenal Allah Swt akan sangat me­
ngenal dirinya. Bahwa kelebihan yang
ada pada dirinya adalah pemberian dan
titipan Allah Swt, bukan untuk dijadi-
kan bahan kesombongan. Orang yang
sungguh-sungguh mengenal Allah Swt
akan sedemikian rupa menjaga kebu-
garan fisiknya. Jika kemudian tubuhnya
sehat, kuat, bersih, dan gagah, itu tidak
dimaksudkan untuk sombong di hada-
pan manusia. Bukan pula untuk men-
dapat penilaian orang lain. Semua itu
ia lakukan semata-mata adalah karena
demi menjaga apa yang dititipkan Allah
Swt kepadanya.
Tidak ada yang pantas kita som-
bongkan dari penampilan kita ini.
Segagah dan setampan apapun fisik
yang kita miliki, sesungguhnya sangat

51
mudah bagi Allah Swt untuk mengam-
bilnya. Misal, ada orang berjalan de­
ngan agak menahan nafasnya hanya
karena ingin terlihat bidang dadanya,
ingin terlihat gagah di mata orang
lain. Mudah saja bagi Allah Swt untuk
menghentikan nafasnya saat itu juga
dan akhirnya ia meninggal dunia dalam
keadaan sombong. Naudzubillah.
Orang yang sungguh-sungguh
mengenal Allah Swt, selain ia akan
mengenal dirinya dengan baik, ia juga
akan mengenal orang lain dengan baik.
Ia akan meyakini dengan baik bahwa
orang lain pun adalah ciptaan Allah
Swt. Ia meyakini bahwa setiap orang
bisa dipanggil kembali kepada-Nya ka-
pan saja dan di mana saja. Ia meyakini
bahwa orang yang ia cintai bukanlah
miliknya melainkan milik Allah Swt.
Seseorang yang yakin dengan sung-
guh-sungguh terhadap Allah Swt akan

52 Serius, Mengenal Allah


meyakini bahwa manusia diciptakan
oleh Allah Swt. Manusia diurus pula
oleh Allah. Kita tidak pernah tahu akan
se­perti apa garis takdir seseorang. Jika
Allah Swt berkehendak, bisa saja sese-
orang yang hari ini beragama non Islam,
tiba-tiba besok mendatangi seorang
ulama dan menyatakan keinginannya
untuk memeluk Islam. Hal seperti ini
bukanlah kejadian yang mustahil, bah-
kan justru banyak terjadi. Demikianlah
apabila Allah Swt berkehendak mem-
berikan hidayah kepada hamba-Nya.
Sesungguhnya kasih sayang ­Allah
kepada manusia jauh melampaui ke-
mampuan imajinasi manusia memba­
yangkan kasih sayang-Nya. Mungkin
ada seseorang yang hidupnya bergeli-
mang dengan dosa, tapi jika ada amal
perbuatannya yang baik kemudian itu
menyebabkan datangnya petunjuk
Allah Swt kepada dia, maka sangat

53
mungkin bagi Allah Swt untuk mene­
rima taubatnya dan mengampuni dosa-
dosanya. Jika ada seseorang yang saat
ini agamanya non Islam, bukan tidak
mungkin kemudian Allah Swt membe­
rinya hidayah kemudian ia pun meme-
luk Islam dan bahkan ke-Islamannya
jauh lebih kuat dibandingkan mereka
yang sudah memeluk Islam sejak kecil.
Mari kita tengok kembali sejarah Is-
lam. Tentu kita tidak asing saat mende­
ngar nama Khalid bin Walid. Ia awalnya
adalah seorang panglima perang bagi
pasukan kaum kafir Mekkah. Namun ke-
mudian, ia memeluk Islam dan menjadi
panglima perang pasukan kaum mus-
limin. Hal ini terjadi tentu saja karena
Allah Swt menghendaki Khalid bin Walid
mendapat hidayah kebenaran sehingga
teguhlah hatinya untuk beriman kepada
Allah Swt.

54 Serius, Mengenal Allah


Orang yang sungguh-sungguh
mengenal Allah Swt tidak akan berat
untuk berbagi, memberi, berderma.
Karena ia yakin bahwa apa yang di-
berikannya itu adalah milik Allah dan
ia pun yakin bahwa siapa yang diberi
olehnya itu adalah sama-sama makhluk
Allah Swt. Termasuk kepada hewan
dan tanaman. Orang yang sungguh-
sungguh dalam mengenal Allah, tidak
akan betah melihat tanaman di dalam
pot yang mulai mengering. Ia akan
terpanggil untuk segera mengambil
air dan menyi­raminya. Atau, ketika ia
tengah makan, lalu ada seekor kucing
mengeong di bawah meja makannya,
ia tidak akan menendangnya melain-
kan memberi kucing itu makanan.
Saudaraku, mari kita lirik ke dunia
kerja. Ketika seseorang melamar peker-
jaan, ia mengajukan surat lamaran leng-
kap kepada direksi perusahaan. Mari

55
kita bertanya, siapa yang telah men-
ciptakan orang-orang dan para direksi
di perusahaan itu? Siapa yang menak-
dirkan mereka berada di posisi-posisi
itu? Jawabannya adalah Allah Swt. Lalu,
siapakah yang berkehendak memutus-
kan diterima atau tidaknya lamaran
tersebut? Jawabannya tentu saja Allah
Swt. Adapun orang-orang di direksi atau
bagian penerimaan karyawan itu hanya
berperan dalam pembubuhan tanda
tangan saja. Hakikatnya Allah Swt yang
menghendaki semua itu terjadi.
Ketika lamarannya tidak diterima,
orang yang sungguh-sungguh dalam
mengenal Allah Swt tidak akan meng-
gerutu apalagi bersikap putus asa. Ka-
rena ia sangat yakin bahwa Allah Swt
senantiasa memperhatikannya. Ia yakin
bahwa Allah akan memperhitungkan
ikhtiar yang sedang ia lakukan. Bagi­
nya, bukan masalah pada diterima atau

56 Serius, Mengenal Allah


tidaknya surat lamaran pekerjaannya.
Karena yang terpenting baginya ada-
lah ikhtiar yang tidak boleh berhenti,
karena pada ikhtiarlah terletaknya nilai
ibadah dan penghambaan kepada
­Allah. Adapun hasil, sepenuhnya men-
jadi otoritas Allah Swt. Baginya, tidak
diterimanya ia di suatu perusahaan itu
bukanlah sebuah bencana. Bencana
itu adalah apabila ia berputus asa dan
tidak yakin bahwasanya Allah Swt Yang
Maha Kuasa atas setiap kejadian.
Makanya tidak aneh bila kita melihat
ada orang yang berupaya sedemikian
rupa melamar pekerjaan ke berbagai
tempat, namun belum juga ada yang
menerimanya. Namun, ada juga yang
baru saja satu kali me­ngirimkan surat
lamaran, ia langsung diterima. Bahkan
ada yang tiba-tiba diminta untuk ber-
gabung di suatu perusahaan dengan
pendapatan yang dijanjikan besar. Jika

57
dipandang oleh hawa nafsu maka hal
ini seperti sebuah ketidakadilan. Na-
mun, bagi orang yang serius dalam
mengenal Allah, akan bisa melihat
betapa ada pelajaran agung di balik
semua itu. Allah Swt adalah Dzat Yang
Maha Berkehendak.
Dalam kasus lain, ketika seseorang
menjalin hubungan dengan lawan
jenis atau sering diistilahkan dengan
pacaran. Ada yang berpacaran sekian
tahun lamanya, akan tetapi kemudian
hubungannya harus kandas di tengah
jalan. Malah ada juga yang lebih drama-
tis lagi, hubungannya batal ketika surat
undangan pernikahan sudah disebar.
Namun, ada juga yang hanya kenal
hanya beberapa hari, kemudian yakin
dan melangsungkan pernikahan de­
ngan lancar.
Jika hal seperti ini dipandang de­
ngan hawa nafsu, orang yang hubun-

58 Serius, Mengenal Allah


gannya putus setelah sekian lama
pacaran, boleh jadi akan disesaki rasa
sedih, merana, seolah-olah telah langit
runtuh menimpa dirinya dan memus-
nahkan segala harapannya. Namun, jika
peristiwa seperti itu dialami oleh orang
yang serius ingin mengenal Allah, maka
yang terpikir di dalam benaknya adalah
bahwa Allah Swt Maha Tahu apa yang
terbaik untuk hamba-Nya. Ia pun akan
berpikir bahwa Allah Swt telah me-
nyelamatkannya dari hubungan yang
sebenarnya tiada bermanfaat karena
berpacaran telah membuatnya lalai ke-
pada Allah Swt. Mungkin ia pun sempat
merasa sedih, namun baginya kesedi-
han itu hanya ekspresi sesaat terhadap
satu peristiwa. Ia akan kembali bangkit
karena yakin bahwa Allah Swt punya
rencana yang lebih indah untuknya.
Ketika diterpa hinaan dan makian,
orang yang mengenal Allah secara ala

59
kadarnya saja akan cenderung naik
pitam, balas memaki bahkan tidak se-
gan untuk melakukan kekerasan de­
ngan tangannya. Beda dengan orang
yang mengenal Allah secara serius. Ia
akan menjadikan hinaan itu sebagai te-
guran Allah Swt pada dirinya. Ia yakin
bahwa dengan hinaan dan makian itu,
Allah sedang mengingatkan dirinya
bahwa Allah menutupi kekurangan dan
kejelekan-kejelekan dirinya sehingga
makian tersebut hanyalah sedikit saja
dari kejelekan dirinya yang sebenarnya.
Ia justru akan bersyukur kepada Allah
karena Allah telah menutupi kejelekan-
kejelekan dirinya yang lebih banyak
daripada yang diketahui oleh orang lain.
Dihina, dicaci, dimaki, dijelek-jele-
kan oleh orang lain itu bukanlah hal
yang berbahaya. Hal yang berbahaya
adalah apabila kita menghina, men-
caci, memaki, menjelek-jelekan atau

60 Serius, Mengenal Allah


berbuat yang menimbulkan keburukan
bagi orang lain.
Orang yang mengenal Allah se-
cara serius akan berintrospeksi dan
memperbaiki diri ketika ia mendapat
hinaan atau makian dari orang lain. Bu-
kan berharap agar cacian itu berhenti.
Karena jika yang ia harapkan adalah
berhentinya cacian itu, itu menanda-
kan bahwa ia tidak ikhlas menghadapi
ujian tersebut. Ketika berharap cacian
itu berhenti, itu menandakan bahwa
kita terbawa pada jebakan syaitan dan
tidak lagi berpegang kepada Allah.
Ikhlaslah menghadapi situasi seperti
ini, karena sungguh, setiap perbuatan
ada perhitungannya di sisi Allah. Hanya
Allah Yang Maha Mengetahui.
Orang yang serius mengenal ­Allah
Swt akan mengenal banyak hal. Ia akan
mengenal tentang dirinya sendiri, kenal
pada seluk beluk rezeki, kenal pada haki-

61
kat musibah dan ujian, kenal pada ke-
hidupan, kenal pada alam lingkungan,
kenal pada binatang, tumbuhan. Ia akan
mengerti bagaimana memposisikan diri
dan bersikap pada kesemuanya itu.
Sedangkan orang yang tidak me­
ngenal Allah dengan serius, maka ia
akan kebingunan terhadap semua itu.
Bahkan jangankan untuk mengenal
sesuatu yang lain di luar dirinya, men-
genal dirinya sendiri pun ia tidak mam-
pu. Mau cari uang, ia bingung. Setelah
punya pekerjaan pun ia tetap bingung.
Mencari jodoh, ia bingung. Mengatasi
kekecewaan di dalam diri, ia pun bin-
gung. Ia dihantui dengan rasa was-was,
gelisah, takut, khawatir ketika mengha-
dapi berbagai hal dan berbagai situasi.
Inilah pentingnya kita serius dalam
mengenal Allah Swt. Karena hanya
dengan serius mengenal-Nya, kita akan
mengerti hakikat diri kita, dari mana,

62 Serius, Mengenal Allah


mau kemana dan apa tujuan hadirnya
kita di dunia. Oleh karena itulah me­
ngapa yang dinamakan ilmu fikih yang
terbesar (Al Fiqh Al Akbar) adalah ilmu
mengenal Allah Swt.
Di dalam salah satu haditsnya, Ra-
sulullah Saw bersabda, “Barangsiapa
yang dikehendaki kebaikan oleh Allah,
maka Dia akan membuatnya memiliki
pemahaman mendalam tentang agama
(Islam). (HR. Bukhari).
Adapun karunia terbesar yang
diberikan Allah Swt kepada manusia
adalah kemampuan untuk mengenal-
Nya dengan baik dan benar. Dari sa­
nalah kemudian akan lahir kekhusyu-
an dalam shalat, kesungguhan dalam
kerja, keikhlasan dalam amal, tawadhu,
zuhud. Orang yang kenal Allah secara
serius akan tahu bahwa tidak ada satu
alasanpun bagi dirinya untuk bersikap
sombong.

63
Orang yang serius dalam menge-
nal Allah Swt, meyakini bahwa tidak
sepantasnya ia bergantung kepada
sesama manusia, tidak berharap ke-
pada makhluk. Ia hanya berserah diri
kepada Allah Swt. Ia yakin bahwasanya
segala apapun yang ia miliki atau apa-
pun yang datang kepadanya adalah
berasal dari Allah Swt. Di dalam Al
Quran Allah Swt berfirman,

 
          

     


 

Artinya: “Dan apa saja nikmat yang


ada pada kamu, maka dari Allah (da-
tangnya), dan bila kamu ditimpa oleh
kemudharatan, maka hanya kepada-
Nya-lah kamu meminta pertolongan.”
(QS. An Nahl [16]: 53).

64 Serius, Mengenal Allah


Saudaraku, jika kita sangat serius
mengejar prestasi sekolah, prestasi
di kampus, serius belajar agar lulus
dalam ujian semester, serius bimbel
agar lulus ujian nasional, serius lati-
han agar interview saat melamar kerja
berjalan lancar, serius berusaha ingin
kenal dengan orang yang kita sukai,
maka mengapa kita tidak serius untuk
mengenal Allah Swt. Bukankah setiap
prestasi dan keberhasilan kita dalam
berbagai macam urusan itu di dalam
kekuasaan dan kehendak-Nya.

65
4
Agar Serius
Mengenal Allah

1. Taubat

Manusia tidak pernah luput dari ke-


salahan dan dosa. Oleh karenanya
langkah pertama yang perlu dilakukan
oleh kita apabila ingin benar-benar
mengenal Allah Swt, adalah dengan
bertaubat, memohon ampunan-Nya
atas segala kesalahan dan kemaksia-
tan yang pernah kita lakukan.
Selama hati kita masih dipengaruhi
rasa angkuh sehingga enggan me­ngakui
kesalahan dan dosa, maka selama itu

66 Serius, Mengenal Allah


pula kita tidak akan bisa benar-benar
mengenal Allah Swt. Karena mengenal-
Nya secara serius hanya bisa dilakukan
dengan dorongan hati yang halus dan
tunduk secara total kepada-Nya.
Dalam satu riwayat disebutkan
bahwa suatu ketika Imam Syafi’i
duduk di hadapan Imam Malik. Ke-
tika itu Imam Malik takjub pada kele-
bihan yang dimiliki Imam Syafi’i. Imam
Malik berkata kepadanya, “Allah telah
menganugerahkan cahaya keutamaan
di dalam hatimu. Maka janganlah eng-
kau memadamkannya dengan gelapnya
kemaksiatan.”
Namun suatu hari, ketika Imam
Syafi’i sedang berjalan menuju rumah
gurunya, Waki’ Ibn Al Jarah, beliau
sempat melihat tumit seorang wani-
ta. Seketika itu pula hafalannya kacau.
Padahal Imam Syafi’i sangat dikenal
karena kekuatan hafalannya yang

67
sama persis dengan apa yang tertulis.
Mengetahui hal itu, Imam Waki’ pun
mengingatkan Imam Syafi’i tentang
nasihat Imam Malik.
Imam Syafi’i pun mengungkapkan
penyesalannya. Beliau mengatakan,
“Aku mengadu kepada Waki’ tentang
buruknya hafalanku. Maka, ia menasi-
hatiku agar aku meninggalkan maksiat.
Ia juga mengingatkanku bahwa ilmu
adalah cahaya. Dan cahaya Allah tak-
kan diberikan kepada pelaku maksiat.”
(Dr. Khalid Abu Syadi, Alangkah Bu-
ruknya Dosa, hlm. 13-14)
Di dalam Al Quran, Allah Swt ber-
firman,

Artinya: “..dan bertaubatlah kamu


sekalian kepada Allah, hai orang-orang

68 Serius, Mengenal Allah


yang beriman supaya kamu beruntung.”
(QS. An Nuur [24]: 31).
Taubat adalah kembalinya seorang
hamba kepada Allah Swt dengan jalan
menunaikan ketaatan terhadap-Nya
serta menjauhi segala bentuk kemak-
siatan dan kekufuran. Jadi, di dalam
taubat itu terdapat tiga komponen,
yaitu kembali kepada Allah Swt, me­
nunaikan perintah-Nya, serta men-
jauhi apa yang dilarang-Nya.
Mohon ampunlah kepada Allah
Swt. Taubatlah kepada-Nya dengan
sungguh-sungguh. Taubat membuat
hati semakin bening dan tenang. Se-
makin kita banyak bertaubat, maka
semakin dekatlah kita dengan-Nya.
Semakin dekat kita dengan Allah Swt,
maka semakin kuat kita mengenal-
Nya. Semakin kuat kita mengenal-Nya,
maka semakin teranglah langkah kita
di jalan yang diridhai-Nya.

69
2. Tekad kuat
Saudaraku, jika kita ingin serius me­
ngenal Allah Swt, tekadkanlah di dalam
hati bahwa kita benar-benar ingin me­
ngenal dan mendekati-Nya. Sampaikan
dengan setulus hati bahwa kita ingin
dekat dengan-Nya. Sesungguhnya
­Allah Swt Maha Mengetahui apa yang
ada di dalam hati hamba-hamba-Nya.
Allah Swt berfirman di dalam Al Quran,

 OgqUr Nd  JS w R bq† P 

ÇÑÉÈ bq3 ƒ Nk‰9 Z= 


 r ’?

Artinya: “Apakah mereka mengira,


bahwa Kami tidak mendengar rahasia
dan bisikan-bisikan mereka? Sebenarnya
(kami mendengar), dan utusan-utusan
(malaikat-malaikat) Kami selalu men-
catat di sisi mereka.” (QS. Az Zukhruf
[43]: 80).

70 Serius, Mengenal Allah


Di dalam ayat-Nya yang lain Allah
Swt berfirman,
     

           


Artinya: “Dan sesungguhnya Kami
telah menciptakan manusia dan menge­
tahui apa yang dibisikkan oleh hatinya,
dan Kami lebih dekat kepadanya dari-
pada urat lehernya.” (QS. Qaaf [50]: 16).
3. Korbankan uang, tenaga
dan waktu
Setiap cita-cita memerlukan pengorba-
nan. Saat seorang pemuda mengejar
gadis pujaannya, ia akan berkorban saja
demi mendapatkan hatinya. Ketika se-
orang remaja mengidolakan seorang
artis, ia rela merogoh kocek hanya un-
tuk membeli segala pernak-pernik yang
berkaitan dengan artis idolanya itu. Ke-

71
tika seseorang loyal kepada tim sepak
bola tertentu, ia setia nonton meski me-
nyita waktu tidur malamnya, ia membeli
aksesori-aksesorinya, bahkan ada yang
berangkat ke Eropa —misalnya— demi
menyaksikan pertandingannya.
Apabila untuk urusan-urusan yang
semu saja manusia bisa sedemikian
pontang-pantingnya melakukan pe­
ngorbanan, maka untuk urusan yang
hakiki, yang agung, sudah semestinya
melakukan pengorbanan yang lebih be-
sar lagi. Untuk menguasai ilmu matema-
tika, ilmu arsitektur, ilmu administrasi,
ilmu bisnis dan lain sebagainya kita bisa
sedemikian berkorban. Bahkan ada
yang mempelajarinya hingga di negara
nun jauh dari tanah kelahirannya. Lan-
tas mengapa untuk mempelajari ilmu
tentang Allah kita betapa sulitnya. Seka-
lipun ada pengajian-pengajian, betapa
berat kaki kita melangkah untuk meng-

72 Serius, Mengenal Allah


hadirinya. Padahal pengajian-pengajian
tersebut diselenggarakan secara gratis.
Jangan merasa rugi untuk mengor-
bankan uang, tenaga dan waktu apabila
semua itu demi pengetahuan tentang
Allah Swt. Sungguh, pengetahuan ten-
tang-Nya, mengenal-Nya, hidayah-Nya,
tidak pernah bisa ternilai oleh apapun
juga.
Allah Swt menyaksikan segala apa
yang kita lakukan. Allah mengetahui
setiap apa yang kita korbankan. Satu
langkah saja kita bergerak untuk me­
ngenal Allah, maka Dia akan mendekat
kepada kita seribu langkah. Dalam
sebuah hadits qudsi, Allah Swt berfir-
man, “Jika seorang hamba mendekati-
Ku sejengkal, maka Aku mendekatinya
satu hasta. Jika ia mendekati-Ku satu
hasta, Aku mendekatinya satu depa.”
(HR. Bukhari)

73
4. Berteman dengan orang yang
serius mengenal Allah
Rasulullah Saw pernah berpesan bahwa
untuk mengukur agama seseorang, li-
hatlah dengan siapa saja ia berteman.
Sungguh, teman itu memberikan banyak
pengaruh kepada kita, disadari ataupun
tidak. Oleh karena itulah kita dianjurkan
untuk lebih banyak berteman dengan
orang-orang yang memiliki kebaikan di
dalam hal keimanannya kepada Allah
Swt, karena hal itu akan memberikan
pengaruh yang baik kepada kita.
Rasulullah Saw bersabda, “Perumpa­
maan teman yang shalih dengan yang
buruk itu seperti penjual minyak wangi
dan tukang pandai besi. Berteman
dengan penjual minyak wangi akan
membuatmu harum karena kamu bisa
membeli minyak wangi darinya atau
sekurang-kurangnya mencium bau

74 Serius, Mengenal Allah


wanginya. Sementara berteman dengan
pandai besi akan membakar badan dan
bajumu atau kamu hanya akan menda-
patkan bau tidak sedap“. (HR.Bukhari).

5. Amalkan ilmu yang dimiliki


Jika ada keinginan kuat untuk menge-
nal Allah Swt secara serius, kita akan
berusaha mempelajari apa saja yang
berkaitan dengan ilmu tentang Allah
Swt. Bisa itu ilmu tentang thaharah/
bersuci, ilmu tentang shalat, tentang
dzikir, tentang tauhid dan lain seba-
gainya. Amalkanlah ilmu yang sudah
kita punyai itu meskipun baru sedikit.
Sungguh, kita tak pernah tahu kapan
ajal kematian akan menjemput kita.
Amalkanlah ilmu yang ada meskipun
banyaknya hanya sebutir debu. Karena
ilmu yang bermanfaat adalah salah satu
hal yang tidak akan putus pahalanya
meski kita sudah meninggal dunia.

75
Rasulullah Saw bersabda, “Jika se-
seorang meninggal dunia, maka terpu-
tuslah amalannya kecuali tiga perkara
(yaitu): sedekah jariyah, ilmu yang ber-
manfaat, atau do’a anak yang sholeh.”
(HR. Muslim).
Saudaraku, tiada ilmu yang lebih
mulia dan agung daripada ilmu tentang
Allah Swt. Pelajarilah segala hal tentang-
Nya. Dengan mengenal Allah secara
baik dan benar, kita akan mengenal
segala hal yang ada di dalam kehidupan
kita. Kita pun akan mengerti siapa, dari
mana dan akan kemana tujuan hidup
kita yang sesungguhnya.
Hanya dengan mengenal Allah se-
cara serius, kita bisa menjalani kehidu-
pan dunia ini dengan tentram, mantap,
penuh semangat dan rasa optimis.
Hanya dengan mengenal Allah secara
serius, maka Dia pun akan melimpahkan
petunjuk-Nya kepada kita dalam me­

76 Serius, Mengenal Allah


ngarungi jalan kehidupan yang penuh
dengan godaan menyesatkan.
Semoga kita termasuk kepada go­
longan hamba Allah yang senantiasa
giat untuk semakin menambah penge­
tahuan tentang-Nya. Untuk semakin
serius mengenal dan mencintai-Nya.
Amin. Wallahu’alam.[]

77
Bagi sahabat-sahabat yang ingin
berdonasi dan membantu dakwah
SMS Tauhiid | Tauhid TV
Bisa Melalui rekening
Mandiri 131.00.303030.87 an. SMS Tauhiid
BCA 777.1.221100 an SMS Tauhiid
Mohon konfirmasi apabila telah
melakukan transfer ke nomor
+6287825252626.
Jazakumullah Khoiron.

Anda mungkin juga menyukai