Anda di halaman 1dari 14

KATA PENGANTAR

Puji Syukur ke Hadirat Allah SWT yang telah memberikan Taufiq Hidayah serta
Inayah-NYA kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan makalah ini. Tak lupa shalawat
serta salam selalu kita limpahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW beserta
keluarga sahabat karabat dan pengikut beliau hingga akhir zaman.

Pemakalah menyadari bahwa makalah ini bisa terwujud atas bantuan dan jasa
berbagai pihak, terutama terima kasih kepada: Dosen Pengampu Mata Kuliah Pendidikan
aqidah, Dra. Hj. Shapiah, M. pd.i yang telah membimbing dan memberikan masukan
terhadap pembuatan makalah ini.

Akhirnya penulis berharap, makalah ini bermanfaat bagi pemakalah dan pembaca
pada umumnya.

Banjarmasin, 14 September 2014

Pemakalah

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR …………………………………………………. 1

DATAR ISI …………………………………………………………….. 2

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ……………………………………. 3


B. Rumusan Masalah …………………………………………... 3
C. Tujuan Pembahsan ………………………………………….. 3

BAB II PEMBAHASAN

A. Tauhid Rububiyah …………………………………….……. 4


B. Tauhid Uluhiyah ……………………………………………. 7
C. Tauhid Asma’ Wa Sifah ……………………………………. 9
D. Tauhid Ubudiyah ...…………………………………………. 11

BAB III PENUTUP

A. Simpulan ……………………………………………………. 13
B. Pesan ……………………………………………………….. 13
C. Saran ....……………………………………………………... 13

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………. 15

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Pembahasan mengenai Tauhid merupakan hal yang paling urgen dalam Agama Islam,
dimana Tauhid mengambil peranan penting dalam membentuk pribadi-pribadi yang
tangguh, selain juga sebagai inti atau akar daripada ‘Aqidah Islamiyah. Kalimat Tauhid
atau lebih dikanal dengan kalimat Syahadat atau juga disebut Kalimah Thayyibah
(Laailaahaillallah) begitu masyhur di kalangan umat Islam. Dalam kesehariannya,
seorang muslim melafalkan kalimat tersebut dalam setiap shalat wajibnya yang lima
waktu.
Namun rupanya saat ini pembahasan masalah 'Aqidah menjadi sesuatu yang
terkesampingkan dalam kehidupan, kencenderungan masyarakat yang hedonis dengan
persaingan hidup yang begitu ketat, sehingga urusan-urusan dunia menjadi suatu hal yang
menyita perhatian manusia daripada hal-hal lainnya, termasuk masalah keberagamaan,
sehingga kita dapatkan banyak sekali penyimpangan demi penyimpangan yang terjadi di
tengah-tengah umat Islam, dengan keadaan yang semakin hari semakin buruk ini rupanya
lambat laun akan menyadarkan kita semua akan pentingnya peran agama Islam sebagai
agama paripurna yang tidak mengatur urusan ukhrawi saja, namun juga dalam mengatur
urusan-urusan duniawi, yang menjadikan 'aqidah sebagai landasan berfikirnya.
Diharapkan dari penulisan makalah ini, selain pengetahuan yang lebih luas tentang
Tauhid sebagai intisari peradaban yang telah mengantarkan umat Islam menuju kejayaan
demi kejayaan yang tidak pernah tertandingi.

B. Rumusan Masalah
1. Apa Itu Tauhid Rububiyah
2. Apa Itu Tauhid Uluhiyah
3. Apa Itu Tauhid Asma’ Wa Sifah
4. Apa Itu Tauhid Ubudiyah

C. Tujuan Pembahasan
Seperti kata pepatah “tak kenal maka tak cinta” nah kami berusaha mengenalkan
macam-macam tauhid ini Agar kita semua mengetahui tauhid rubiyah, uluhiyah, asma’
wa sifah dan ubudiyah supaya dapat menerapkan dalam kehidupan kita aamiin.

3
BAB II

PEMBAHASAN

A Tauhid Rububiyah

Makna tauhid rububiyah yaitu mengakui bahwasanya allah adalah rabb segala
sesuatu; penciptaan, pemilik, dan pengurusan, bahwasanya dia maha kuasa atas segala
sesuatu, dan dia tidak memiliki sekutu apapun1
firman allah dalam QS.anisaa ayat 36

         


      
       
          

sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. dan


berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang
miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, dan teman sejawat, Ibnu sabil dan
hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan
membangga-banggakan diri,

1. Penciptaan
Allah berfirman dalam Q.S.Ath Thuur ayat 35
        
Apakah mereka diciptakan tanpa sesuatupun ataukah mereka yang menciptakan (diri
mereka sendiri)?
Pengesaan allah dalam hal penciptaan artinya keyakinan manusia bahwa tidak
ada pencipta selain allah semata seperti firman allah Q.S.Az Zumar:
          
Allah menciptakan segala sesuatu dan Dia memelihara segala sesuatu.

1
Dr.Abdul Aziz Bin Muhammad Alu Abdul Lathif, PelajaranTauhid, (Jakarta: Darul Haq 1998), h;9

4
Ayat ini sangat jelas bahwa allah adalah pencipta segala-galanya baik yang
tampak maupun yang tidak tampak, baik yang manusia ketahui maupun yang manusia
tidak ketahui, sesungguhnya allah mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.

2. Kepemilikan
Pengesaan allah dalam hal kepemilikan artinya kita yakin bahwa tidak ada yang
memiliki apapun kecuali allah semata, allah berfirman dalam Q.S.Al Maidah ayat 120;
           

kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi dan apa yang ada di dalamnya; dan Dia
Maha Kuasa atas segala sesuatu.

Tapi ada juga kepemilikan manusia namun kepemilikan itu bersifat terbatas allah
berfirman dalam Q.S.Al Mukminun ayat 6;
          
kecuali terhadap isteri-isteri mereka atau budak yang mereka miliki[994]; Maka
Sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada terceIa.

3. Kepengurusan
Pengesaan allah dalam hal pengurusan maksudnya keyakinan manusia bahwa
tidak ada yang mampu mengurusi kecuali allah sebagai mana firmannya dalam
Q.S.Yunus ayat 31 dan 32:
        
        
          
         
    
31. Katakanlah: "Siapakah yang memberi rezki kepadamu dari langit dan bumi, atau
siapakah yang Kuasa (menciptakan) pendengaran dan penglihatan, dan siapakah yang
mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup
dan siapakah yang mengatur segala urusan?" Maka mereka akan menjawab: "Allah".
Maka Katakanlah "Mangapa kamu tidak bertakwa kepada-Nya)?"

5
32. Maka (Zat yang demikian) Itulah Allah Tuhan kamu yang sebenarnya; Maka tidak
ada sesudah kebenaran itu, melainkan kesesatan. Maka Bagaimanakah kamu
dipalingkan (dari kebenaran)?

Bahwasanya allah adalah yang memberi rizki kepada semua makhluk, tidak ada
satupun makhluk yang tidk mendapatkan rizki dari allah meskipun hanya binatang
melata2 seperti firman allah Q.S.huud ayat 6;
           
      
dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi
rezkinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat
penyimpanannya. semuanya tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh).

Telah jelas bahwa segala urusan adalah milik allah maka berarti tidaklah ada
pencipta selain allah, tidak ada yang memberi rizki selain allah, tidak ada yang
mengatur alam semesta ini selain allah semata dan tidaklah suatu atom bergerak
melainkan berdasarkan izin NYA, Hal ini mewajibkan ketergantungan hati kita kepada
allah semata senantiasa meminta, membutuhkan dan bergantung kepadaNYA, dialah
alah yang menciptakan kita, yang memberi dan memilik kita.3

B. Tauhid Uluhiyah
Kata uluhiyah berasal dari kata illah (yang disembah dan yang ditaati), Tauhid ini
juga bisa disebut tauhid ibadah karena dua pertimbangan : Pertama karena penisbatannya
kepada Allah, yang disebut tauhid uluhiyah. Kedua karena penisbatannya kepada makhluk,
yang disebut tauhid ibadah.Adapun maksudnya ialah pengesaan Allah dalam ibadah.
Yang berhak diibadahi hanya Allah4.Firman-Nya,
          
     
Demikianlah, karena Sesungguhnya Allah, Dia-lah yang hak[1185] dan Sesungguhnya apa
saja yang mereka seru selain dari Allah Itulah yang batil; dan Sesungguhnya Allah Dialah
yang Maha Tinggi lagi Maha besar, (Q.S.Lukman ayat 30)

2
Ibit, h;10
3
Ibit, h;12
4
Syaikh Muhammad Al-Utsaimin, Syarah Kitab Tauhid Jilid 2, ( Jatiwaringin: PT. Darul Falah, 2010), h:xxi-xxiii

6
Istilah ibadah dapat diperuntukkan bagi dua hal :

1. yang berarti ketundukkan kepada Allah Azza Wa Jalla , dengan cara maelaksanakan
perintah dan menjauhi larangan , karena dorongan cinta dan pengagungan .

2. artinya seperti dikatakan Syaikhul – Islam . Ibnu Taimiyah Rahimahullah , “ Kata benda
yang mencakup apapun yang dicintai Allah dan di Ridhai-Nya , baik berupa perkataan
maupun perbuatan ,yang dzahir maupun batin.”

Sebagai misal adalah shalat, Pelaksanaannya merupakan ibadah, yang berarti juga
merupakan ketundukkan, Shalat itu sendiri merupakan ibadah , yang sekaligus merupakan.

Pengesaan Allah dengan Tauhid ini hendaklah engkau menjadi hamba bagi Allah
semata, mengesakannya dalam ketundukan, kecintaan, pengagungan dan beribadah
kepada-Nya yang disyariatkan- Nya dengan sesuatu yang disyariatkan-Nya, Firman
Allah,

        


  

Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang
sebelummu, agar kamu bertakwa, (Al- Baqarah : 21)

Yang diesakan dalam penciptaan ialah yang berhak diibadahi.Sebab engkau terlalu
tolol jika engkau menjadikan makhluk yang baru dan fana sebagai Ilah yang ada
sembah ,yang pada hakikatnya ia tidak mendatangkan manfaat apapun bagimu,tidak
mampu mengadakan,menyiapkan dan mengulurkan.Engkau terlalu tolol sekiranya engkau
menghampiri kuburan seseorang yang tinggal tulang belulang, lalu engkau berdo’a dan
menyembahnya,padahal dia pun tidak mampu mendatangkan manfaat atau
menyingkirkan mudharat dari dirinya sendiri.Maka bagaimana mungkin dia berkuasa
melakukan hal yang sama bagi orang lain?

Banyak manusia yang kufur dan ingkar dalam hal tauhid ini.Karena itulah Allah
mengutus para rasul dan menurunkan kitab-kitab kepada mereka.Firman-Nya,

7
            
  

dan Kami tidak mengutus seorang Rasulpun sebelum kamu melainkan Kami wahyukan
kepadanya: "Bahwasanya tidak ada Tuhan (yang hak) melainkan Aku, Maka sembahlah
olehmu sekalian akan aku"( Al – Anbiyaa : 25 )

Namun begitu orang – orang yang mengikuti para rasul hanya sedikit.Sabda Rasulullah
Shallallahu Alaihi Wassalam,

“ Maka kulihat seorang nabi beserta segolongan orang,ada nabi beserta satu dan dua
orang,dan ada nabi yang tak seorang pun besertanya.“( Ditakhrij Al- Bukhari dan Muslim )

Catatan : Yang sangat mencengangkan , banyak penulis ilmu tauhid dari kalangan
muta’akhirin yang hanya memfokuskan pada tauhid rububiyah.Seakan – akan
mereka sedang berbicara dengan orang – orang yang mengingkari wujud Rabb
( meskipun memang ada yang mengingkari-Nya ). Tapi betapa banyak orang –
orang muslim yang terseret kepada syirik ibadah.

Karena itu harus ada perhatian yang lebih terfokus kepada jenis tauhid ini ( uluhiyah )
agara kita dapat mengeluarkan orang – orang muslim yang beriman kepada tauhid
ini,padahal mereka itu orang – orang musyrik ; sementara mereka tidak menyadarinya.

C. Tauhid Asma’ Wa Sifah

Arti dari tauhid Asma wa sifah atau asma dan sifat yaitu; pengesaan Allah Azza wa
Jalla dengan asma’ dan sifat yang menjadi milik-Nya.hal ini mencakup 2 hal;

1. Penetapan. Artinya kita harus menetapkan seluruh asma’dan sifat bagi


allah,sebagaimana yang Dia tetapkan bagi Diri-Nya dalam Kitab-Nya atau sunnah
Nabi-Nya atau sunnah Nabi-Nya shallallahu Alaihi wa Sallam.

2. Penafsiran permisalan,bahwa kita tidak menjadikan sesuatu yang semisal dengan allah
dalam asma’dan sifat-nya,seperti firman allah: ’’Tidak ada sesuatu pun yang serupa
dengan dia,dan Dialah yang Maha Mendengar lagi maha melihat.’’(Asy-Syura:11)).

Ayat ini Menunjukkan bahwa semua sifat allah tidak diserupai oleh siapa pun dari
makhluk.Meskipun ada persekutuan dalam dasar makna, tapi toh hakikatxa berbeda.

8
Siapa yang tidak menetapkan apa yang ditetapkan Allah bagi diri-Nya berarti dia
orang yang meniadakan,seperti yang ditidakan Fir’aun.siapa yang menetapkannya
dengan disertai penyerupaan,berarti dia serupa dengan orang-orang musyrik yang
menyembah selain allah di samping menyembah allah. Siapa yang menetapkannya
tanpa penyerupaan,berarti dia termsuk golongan muwahhidin

Karena jenis tauhid inlah ada sebagian umat islam yang tersesat, hingga mereka
terpecah menjadi beberapa golongan yang banyak.Diantara mereka ada yang
mengambil jalur peniadaan,sehingga mereka meniadakan dan menafikan sifat-sifat
allah,dan menyangka bahwanya ia telah mensucikan allah.Mereka sesat,karena orang
orang yang mensucikan pada hakikatnya meniadakan dari-Nya sifat-sifat kekurangan
dan aib.Dan mensucikan perkataaan-Nya,bukan dengan cara penyamaran dan
penyesatan.Jika seseorang berkata,’’Bahwasanya Allah tidak mempunyai
pendengaran,penglihatan,ilmu dan kekuasaan’’, ia tidak mensucikan sifat-sifat
allah,tapi justru melemparkan aib yang paling tinggi kepada-Nya,mensifati perkataan
dengan penyamaran dan penyesatan, karena seringkali allah mengulang dan
menetapkan dalam firman-Nya, ‫ سمئع بصير‬atau ‫عزئز حكي‬atau ‫غفو ر ر حيم‬

Dan diantara mereka ada orang-orang yang mengambil jalur penyerupaan,dengan


anggapan bahwa itu pula terjadi dalam pensifatan yang diberikan Allah terhadap Diri-
Nya,Mereka itu sesat, karena mereka tidak mensifati Allah sebagaimana
mestiya,dengan memberikan aib dan kekurangan kepada Nya.pasalnya,mereka
menjadikan Dzat yang sempurna dri segala sisi sama dengan yang kurang dari segala
sisi.5 jika Allah telah menetapkan-Nya dalam perkataan-Nya dan Dia ditiadakan dari
sifat-sifat tersebut,maka itu merupakan penyamaran.penyesatan dan pencelaan dalam
firman Allah Azza wa jalla.

Jika penyertaaan pengutamaan yang sempurna atas yang kurang bisa menurunkan
bobotnya,seperti yang dikatakan dalam pepatah,

‘’Tidakkah engkau tahu bahwa pedang dapat berkurang bobotnya,jika dikatakan


bahwa sesungguhnya pedang itu lebih tumpul dari pada tongkat’’ lalu bagaimana jika
yang sempurna disempurnakan dengan kurang? Tentu saja ini merupakan kejahatan
yang paling besar terhadap hak allah Azzza wa jalla. Meskipun orang-orang yang
meniadakan sifat-sifat Allah merupakan orang-orang yang kejhatanya paling
5
Syaikh Muhammad Al-Utsaimin, Syarah Kitab Tauhid Jilid 1, ( Jatiwaringin: PT. Darul Falah, 2010), h: xxiii

9
besar,masih banyak orang yang tidak memberikan sifat secara semestinya terhadap
Allah.

Yang harus kita lakukan ialah beriman kepada sifat yang diberikan Allah kepadDiri-
Nya didalam Kitab-Nya dan seperti yang disampaikan Rasul-Nya, tanpa ada:
pengubahan,peniadaan,tanya bagaimana bentuk dan penyerupaan.Seperti inilah yang
dikatakan Syaikhul-islam Ibnu Taimiyah dan para ulama lainnya.

Padahal hakikat Takwil mereka adalah pengubahan,yaitu mengalihkan lafazh dari


zhahirnya.dapat kami katakan,jika pengalihan ini ditunjukkan oleh dalil yang
shahih,maka itu berarti takwil menurut makna yang kalian kehendaki,tapi itu
merupakan tafsir.

Namun jika tidak ada dalil yang menunjukkanya,maka itu merupakan


pengubahan,mengubah kalimat dari tempatnya.mereka itulah orang-orang yang sesat
karena jalan ini,yang pada akhirnya mereka menetapkan sifat-sifat tapi dengan disertai
pengubahan dan pengalihan, sehingga mereka pun sesat, berlainan dengan jalan yang
ditempuh Ahlus-Sunnah wal-Jama’ah.

Atas dasar ini mereka tidak disifati sebagai kelompok Ahlus-Sunnah wal-
Jama’ah, karena tambahan sebutan mengharuskan adanya penisbatan. Sebutan Ahlus-
Sunnah ialah mereka yang menisbatkan diri kepada As- Sunnah, karena mereka
berpegang kepadanya.Sementara orang-orang yang sesat itu tidak berpegang kepada
As-Sunnah karena pengubahan yang mereka lakukan.

D. Tauhid Ubudiyah

Ubudiyah berasal dari kata kerja “abada” yang berarti mengabdikan diri (beribadah
kepada allah) artinya percaya bahwa hanya allah, tuhan yang patut disembah 6, allah
berfirman:

             
             
          
          
        
6
Muhammad Taqi Misbah, Monoteisme,( Jakarta:PT. Lentera Basritama, 1996), h; 27

10
Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia yang hidup kekal lagi terus
menerus mengurus (makhluk-Nya); tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa
yang di langit dan di bumi. tiada yang dapat memberi syafa'at di sisi Allah tanpa izin-Nya?
Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka
tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Kursi
Allah meliputi langit dan bumi. dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya, dan
Allah Maha Tinggi lagi Maha besar.(Al-baqarah; 255)

Penyembahan disini bukan bermaksud allah berhajat disembah hambanya, tetapi


penyembahan disini merupakan ketaatan dan kepatuhan antara hamba dengan tuhannya,
sesungguhnya allah tidak perlu kepada ibadah kita, sehingga walaupun kita bersikap kufur
dan ingkar terhadap nikmat yang diberikan allah, itu semua sama sekali tidak akan
mengurangi keagungan allah SWT.

Selogan allahu akbar (allah maha besar) membawa makna bahwa kebesaran dan
keluhuran adalah milik allah semata-mata, sementara manusia harus menghamba pada
allah saja, dan tidak kepada yang lain, kecuali bila allah memerintahkan untuk
menghormati yang lain, seperti dia memerintahkan kita untuk menghormati orang tua,7

7
Ibit, h:29

11
BAB III

PENUTUP

A. Simpulan
a. Tauhid Rububiyah
Yaitu mengakui bahwasanya allah adalah rabb segala sesuatu; penciptaan,
pemilik, dan pengurusan, bahwasanya dia maha kuasa atas segala sesuatu, dan dia
tidak memiliki sekutu
b. Tauhid Uluhiyah
Uluhiyah berasal dari kata illah (yang disembah dan yang ditaati)
c. Tauhid Asma’ wa sifah
Yaitu pengesaan Allah Azza wa Jalla dengan asma’ dan sifat yang menjadi
milik-Nya
d. Tauhid Ubudiyah
Ubudiyah berasal dari kata kerja “abada” yang berarti mengabdikan diri
(beribadah kepada allah) artinya percaya bahwa hanya allah, tuhan yang patut
disembah

B. Pesan
Semoga setelah mempelajari dan memahami pembahasan ini kita dapat mengambil
hikmah betapa pentingnya ajaran tauhid ini bagi umat islam dan merupakan faktor
terpenting untuk mengembalikan kejayaan islam pada umat ini, Untuk itu, kita sebagai
generasi penerus perjuangan Islam harus berusaha sekuat tenaga untuk
mengimplementasikan konsep tauhid dalam semua segi kehidupan kita. Pada akhirnya
kita berharap dan berdo'a kepada Allah SWT supaya mengembalikan kejayaan ummat ini
dengan konsep tauhid yang kita amalkan.

C. Saran
Pepatah Arab mengatakan “Manusia adalah tempatnya salah dan lupa”. Begitu pula
dengan penulisan makalah ini pastilah tak luput dari berbagai kesalahan dan kekurangan,
baik yang kami sengaja maupun yang tidak kami sengaja, Maka dari itu kami mohon
maaf yang sebesar-besarnya atas segala kekurangan yang ada dalam penulisan makalah
ini. Oleh karena itu pemakalah senantiasa menerima dengan lapang dada bimbingan dan
arahan serta saran dan kritik yang sifatnya membangun demi perbaikan karya-karya

12
berikutnya. Semoga dengan berbagai kekurangan yang ada itu tidak mengurangi nilai-
nilai dan dan manfaat makalah ini.

13
DAFTAR PUSTAKA

Dr.Abdul Aziz Bin Muhammad Alu Abdul Lathif, 1998. Pelajaran Tauhid. Darul Haq:
Jakarta
Muhammad Taqi Misbah, 1996. Monoteisme,PT. Lentera Basritama: Jakarta
Syaikh Muhammad Al-Utsaimin, 2010. Syarah Kitab Tauhid Jilid 1. PT. Darul Falah.
Jatiwaringin
Syaikh Muhammad Al-Utsaimin, 2010. Syarah Kitab Tauhid Jilid 2. PT. Darul Falah.
Jatiwaringin

14

Anda mungkin juga menyukai