ILMU HADIS
ISBN :
978-602-72993-6-8
Editor :
Khoirunnisa Mutiarani, S.Pd.
Desain Cover :
Ganjar Budiansyah
Lay Out :
Insan Rabbani
Penerbit :
Insan Rabbani
Redaksi :
Jln. Cipedes No. 9
Bandung 40143
HP : 0852 2092 0536
Email: insanrabbanipress@gmail.com
Cetakan pertama, Januari 2016
Buku ini dipersembahkan dengan penuh kerendahan hati kepada:
Istri terkasih:
Ananda tercinta:
Terima kasih atas waktu, perhatian & kasih sayang mereka selama ini.
Terima kasih atas ilmu, bimbingan, motivasi, dan inspirasi mereka selama ini.
Semoga Allah memberkahi dan menempatkan mereka di tempat mulia yang dijanjikan-Nya
(surga)
~ Rizki Abdurahman ~
Panduan Dasar Ilmu Hadis
KATA PENGANTAR
Ilmu hadis merupakan salah satu ilmu yang penting untuk dipelajari.
Mengingat kedudukannya sebagai sumber hukum utama setelah al-Quran.
Pemahaman terhadap ilmu hadis yang benar dapat mengantarkan
seseorang untuk memahami sumber – sumber ajaran Islam langsung dari
sumbernya dengan baik, benar dan dapat dipertanggungjawabkan. Tanpa
memahami ilmu hadis yang benar, seseorang bisa terjerumus, keliru dan
bahkan tersesat dalam mengamalkan ajaran Islam.
Catatan kecil ini sengaja disusun oleh penulis sebagai bahan dasar
memahami ilmu hadis. Penyusunan ini didasarkan kepada perlunya
i
Panduan Dasar Ilmu Hadis
Ketiga, macam – macam hadis dilihat dari berbagai aspek, yaitu: 1) dari
segi penyandarannya: hadis qudsi, marfu‟, mauquf dan maqthu‟; 2) dari
segi kuantitas atau jumlah rawinya: hadis mutawatir dan ahad (masyhur,
„aziz dan gharib); dan 3) dari segi diterima dan ditolaknya: maqbul (shahih
& hasan) dan mardud (dha‟if).
Sebagai karya manusia, tentu saja tulisan singkat ini masih jauh dari
sempurna. Karena itu, kritik dan saran yang membangun dari para
pembaca dan ahli di bidang ilmu hadis sangat dinantikan keberadaannya
demi kesempurnaan di masa yang akan datang. Semoga Allah yang Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang menjadikan catatan ini sebagai bentuk
amal jariyyah berupa ilmin yuntafa‟u biihi bagi penulis kelak. Aamiin
Rizki Abdurahman
ii
Panduan Dasar Ilmu Hadis
DAFTAR ISI
iii
Panduan Dasar Ilmu Hadis
HADIS DHA‟IF
A. Pengertian Dha‟if ....................................................................................76
B. Perbedaan Tingkatan Dha‟if ...................................................................77
C. Sanad – sanad yang Paling Lemah .........................................................77
D. Contoh Hadis Dha‟if ...............................................................................78
E. Hukum Meriwayatkan Hadis Dha‟if ......................................................79
F. Hukum Mengamalkan Hadis Dha‟if ......................................................79
G. Beberapa Kitab tentang Hadis Dha‟if .....................................................80
H. Pembagian Hadis Dha‟if .........................................................................80
iv
Panduan Dasar Ilmu Hadis
v
Panduan Dasar Ilmu Hadis
DAFTAR PUSTAKA
BIOGRAFI PENULIS
vi
Panduan Dasar Ilmu Hadis
PENDAHULUAN
ثَ َم َّس ُك ْوا ِبِ َا، "ؿَوَ َْ ُ ِْك ث ُِسً َّ ِ ِْت َو ُس يَّ ِة امْ ُزوَ َفا ِء امْ َمِْ ِسً ّ ْ َِْي َّامص ِاش ِس ٍْ َن:كوهل ملسو هيلع هللا ىلص
،ُك ُم ْحسَ زَ ٍة ت ِْسؿَ ٌةَّ ُ َوا ََّّي ُ ُْك َو ُم ْحسَ ََث ِث ْ ُاْل ُم ْو ِز فَا َّن،َو َؾضُّ ْوا ؿَوَ ْْيَا ِِبميَّ َو ِاخ ِش
ّ ّ
.022-022 :4 :َُك ت ِْسؿَ ٍة ضَ ََل َ ٌَل" ٔبتو ذاوذ يف مزوم امس ية توفؼ ُّ ُ َو
: واجن ماخَ يف امس ية.20 /0 : حسن حصَح:وامرتمشي يف امـمل وكال
25
Sabda Nabi saw, “Hendaklah kalian berpegang teguh terhadap
sunnahku dan sunnah Khulafa Rasyidin yang diberi petunjuk.
Berpegang teguhlah terhadap sunnah itu dan gigitlah dengan gigi
gerham. Hati-hatilah kalian terhadap perkara yang baru, karena setiap
perkara yang baru itu bid‟ah dan setiap bid‟ah itu sesat”. Abu Dawud
dalam Luzum al-Sunnah dengan lafazhnya: 4: 200 – 201. Tirmidzi
dalam al-„Ilmu. Ia berkata, hasan shahih: 2/92. Ibnu Majah dalam al-
Sunnah: 15.
1
Panduan Dasar Ilmu Hadis
2
Panduan Dasar Ilmu Hadis
3
Panduan Dasar Ilmu Hadis
4
Panduan Dasar Ilmu Hadis
Nama-nama lain bagi ilmu hadis dirayah ini adalah mushtalah hadis,
ulum al-hadis, ushul al-hadis dan ilmu hadis.
b. Objek Kajian
5
Panduan Dasar Ilmu Hadis
c. Faidah
d. Tujuan
e. Keutamaan
Ilmu hadis riwayat merupakan ilmu yang paling mulia setelah ilmu al-
Quran, karena mengetahui ilmu hadis riwayat berarti mengetahui tata cara
mengikuti Nabi yang merupakan perintah Allah kepada kita untuk
mengikutinya, sebagaimana firman Allah dalam al-Nisa ayat 59.
اَّلل َو َب ِظَ ُـوا َّامص ُسو َل َو ُب ِوَل ْ َاْل ْم ِص ِم ٌْ ُ ِْك فَا ْنَ َّ ََّي َبُّيُّ َا َّ ِاَّل ٍَن ب ٓ َمٌُوا َب ِظَ ُـوا
ّْ
ون ِِب َّ َِّلل َوام ََ ْو ِم
َ ٌُول ا ْن ُن ْي ُ ُْت ث ُْؤ ِم ِ َّ َش ٍء فَ ُصذُّو ٍُ ا ََل
ِ اَّلل َو َّامص ُس ْ َ ثَيَ َاسؾ ُ ُْْت ِيف
ّ ّ
)52 :ْاْلٓ ِد ِص َر ِ َِل ذ ْ ٌَْي َو َب ْح َس ُن ثَبِ ِو ًًَل (امًساء
Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya),
dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat
tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan
Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan
hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik
akibatnya. (QS. Al-Nisa (4): 59)
6
Panduan Dasar Ilmu Hadis
a. Objek Kajian
Objek kajiannya adalah sanad dan matan dari segi perantara untuk
mengetahui yang diterima dan ditolak.
b. Faidah
c. Tujuan
7
Panduan Dasar Ilmu Hadis
َ َو َب ْى َزمْيَا ام َ َْ َم ا َِّّل ْن َص ِم ُخ َح ِ ّ َْي ِنويَّ ِاش َما ىُ ّ ِز َل اه َ ْ ِْي ْم َوم َ َـوَِّ ُْم ً َ َخ َفكَّ ُص
)44 :ون (اميحل
ّ
“Dan kami turunkan az Zikr (alquran) kepadamu, agar engkau
ّ
menerangkan kepada manusia apa yang telah diturunkan kepada
mereka dan agar mereka memikirkan.” (QS. Al-Nahl (16): 44)
Muhammad al Habsyi mengemukakan bahwa fungsi hadis bagi alquran
itu secara garis besar ada tiga, yaitu :
1. Sebagai penguat terhadap hukum yang terdapat dalam alquran.
2. Sebagai penjelas terhadap kandungan alquran.
3. Sebagai penetap hukum yang tidak terdapat di dalam alquran.
Sementara itu „Ajjaj al Khatib memaparkan tentang kedudukan hadis
bagi al-Quran secara rinci disertai contoh-contohnya yaitu sebagai berikut :
َّ َو َب ِكميُوا
امط ََل َت
”Dan hendaklah kalian menidirikan shalal”.
Dalam tinjauan ushul fikih perintah shalat pada ayat tersebut bersifat
mujmal (global). Oleh karena itu, hadis Nabi berfungsi untuk menjelaskan
kemujmalan perintah shalat itu dengan rincian ucapan dan perbuatan
beliau dalam pelaksanaan shalat yang terdapat dalam berbagai hadis. Di
antaranya dalam shalat Rasulullah membaca takbir sebagaimana
diterangkan dalam hadis riwayat Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah
9
Panduan Dasar Ilmu Hadis
10
Panduan Dasar Ilmu Hadis
11
Panduan Dasar Ilmu Hadis
ISTILAH – ISTILAH
DASAR DALAM
ILMU HADIS
A. Sunnah
1. Secara Bahasa
Sunnah secara bahasa adalah tingkah laku baik tingkah laku yang baik
ataupun tingkah laku yang jelek. Dalam hadis Rasul pernah bersabda:
ٍُ ََم ْن َس َّن ِيف ْاْل ْس ََل ِم ُس يَّ ًة َح َس يَ ًة فَ َ َُل َب ْح ُصَُا َو َب ْح ُص َم ْن َ َِع َل ِبِ َا ت َ ْـس
ْ ِ ّ
َ
َو َم ْن َس َّن ِيف اْل ْسَل ِم ُس يَّ ًة.َش ٌء ْ َ ِم ْن كَ ْ ِْي َب ْن ً ُ ْي َل َص ِم ْن ُب ُح ْو ِز ُْه
ّ
ِم ْن كَ ْ ِْي َب ْن ًُ ْي َل َص،ٍِ َس ُِ ّئَ ًة ََك َن ؿَوَ َْ َِ ِو ْس ُزَُا َو ِو ْس ُز َم ْن َ َِع َل ِبِ َا ِم ْن ت َ ْـ ِس
ِ َ َبد َْص َخ َُ ْاْل َما ُم ُم ْس ِ ٌمل ِيف.َش ٌء
.َِ حص َْ ِح ْ َ ِم ْن َب ْو َسا ِز ِ ُْه
ّ
“Barangsiapa yang membuat sunnah yang baik dalam Islam maka
baginya pahala sunnah itu dan pahala orang yang mengamalkan
sunnah itu setelahnya tanpa ada pengurangan sedikit pun dari pahala-
pahala mereka. Dan barangsiapa yang melakukan sunnah yang jelek
dalam Islam maka baginya dosa sunnah yang jelek itu dan dosa orang
yang melakukan sunnah jelek itu setelahnya tanpa ada pengurangan
sedikit pun dari dosa-dosa mereka”. Hadis ditakhrij oleh Imam Muslim
dalam shahihnya.
12
Panduan Dasar Ilmu Hadis
2. Secara Istilah
Jika dalam syara‟ disebutkan „sunnah‟, maka yang dimaksud adalah
perkara yang dilakukan, dilarang, dan dianjurkan oleh Rasul berupa
perbuatan dan ucapan. Oleh karena itu, dikatakan bahwa dalil syar‟i itu
adalah kitab dan sunnah, yaitu Alquran dan hadis.
13
Panduan Dasar Ilmu Hadis
14
Panduan Dasar Ilmu Hadis
(1) Hadis yang ditakhrij oleh Abu Daud dan Nasai dari Abu Sa'id al-Khudri,
bahwasanya ada dua orang (sahabat) yang sedang dalam perjalanan.
Ketika itu di hadapan mereka tidak ada air, sedangkan waktu shalat
sudah tiba. Maka keduanya pun bertayammum lalu shalat. Kemudian
pada waktu itu dua orang tersebut mendapatkan air, salah satu dari
mereka mengulangi shalat dan wudhu, sedangkan yang satu lagi tidak
mengulangi. Kemudian keduanya menghadap kepada Rasulallah saw
lalu mereka menerangkan tentang kejadian itu. Maka Rasul berkata
kepada sahabat yang tidak mengulangi, "Engkau mendapatkan
sunnah". Dan beliau berkata kepada yang mengulangi, "Kamu
mendapatkan dua pahala".
15
Panduan Dasar Ilmu Hadis
16
Panduan Dasar Ilmu Hadis
antara dalil yang menunjukan sunnah dengan makna ini yaitu sabda Nabi
saw:
ثَ َم َّس ُك ْوا ِبِ َا َو َؾضُّ ْوا،"ؿَوَ َْ ُ ِْك ث ُِسً َّ ِ ِْت َو ُس يَّ ِة امْ ُزوَ َفا ِء امْ َمِْ ِسً ّ ْ َِْي َّامص ِاش ِس ٍْ َن
.َِ ٌِ َ ً َبد َْص َخ َُ َبتُ ْو ذ َُاو َذ ِيف ُس.ؿَوَ ْْيَا ِِبميَّ َو ِاخ ِش
"Hendaklah kalian berpegang kepada sunnahku dan sunnah
khulafaurrasyidin yang diberi hidayah, yang diberi petunjuk. Gigitlah
(peganglah) oleh kalian sunnah itu dengan gigi gerham". Hadis ditakhri
oleh Abu Dawud dalam sunannya.
َو: كَامُ ْو.ًثَ ْف َ ِرت ُق ُب َّم ِ ِْت ؿَ َىل زَ ََل ٍج َو َس ْح ِـ ْ َْي ِف ْصكَ ًة ُُكَُِّا ِيف اميَّ ِاز اْلَّ َوا ِحسَ ت
ّ
ُس َ َُن ا ْج ِن َما َخ َِ َو.اِب
ْ ِ حص َ ْ َما َبَنَ ؿَوَ َْ َِ َو َب:هللا ؟ كَا َل ِ َم ْن ُ ُْه ََّي َز ُس ْو َل
.َُس َ َُن َب ِ ِْب ذ َُاوذ
"Umatku akan terpecah menjadi 73 golongan, semuanya berada di
neraka kecuali satu. Para sahabat bertanya, siapakah mereka itu ya
Rasulallah? Rasul menjawab, "Yaitu mereka yang berpegang kepadaku
dan kepada para sahabatku". Sunan Ibnu Majah dan Sunan Abu
Dawud.
17
Panduan Dasar Ilmu Hadis
َبد َْص َخ َُ امْ ُحزَا ِز ُّي َو ُم ْس ِ ٌمل.ٌَّم ْن َب ْحسَ َج ِيف َب ْم ِصَنَ ُ ََشا َما مَُْ َس ِمٌْ َُ فَِ َُو َزذ
.َِ َو َبتُ ْو ذ َُاو َذ َو ا ْج ُن َما َخ
"Barangsipa yang melakukan sesuatu yang baru dalam urusan kami
yang tidak bersumber dari kami maka sesuatu itu ditolak." Hadis
ditakhrij oleh Bukhari, Muslim, Abu Dawud, dan Ibnu Majah.
18
Panduan Dasar Ilmu Hadis
B. Hadis
Secara bahasa, hadis adalah sesuatu yang baru. Hadis itu adalah khabar
yang datang dari yang sedikit ataupun banyak. Bentuk jama' dari hadis
adalah ahadis.
19
Panduan Dasar Ilmu Hadis
ِ َّل َِب ِد ٌؽ ه َ ْف َس َم ؿَ َىل ب ٓ ََث ِز ِ ُْه ا ْن م َ ْم ًُ ْؤ ِمٌُوا ِبِ َ َشا امْ َح ِس
ًر َب َسفًا َ َّ فَوَ َـ
ّ
)6 :(امكِف
"Bisa jadi engkau binasakan dirimu, dengan duka cita, lantaran
perbuatan-perbuatan mereka, jika mereka tidak mau percaya kepada
omongan al-Quran ini". (QS. Al-Kahfi (18): 6)
Yang dimaksud dengan hadis pada ayat ini yaitu al-Quran al-Karim.
20
Panduan Dasar Ilmu Hadis
C. Khabar
Khabar dapat diartikan melalui dua tinjauan yaitu:
1. Secara Bahasa
Khabar adalah berita, bentuk jamaknya adalah akhbar.
2. Secara Istilah
Khabar dapat diartikan dengan tiga makna, yaitu:
.اُها َوا ِح ٌس ِا ْض ِع ََلح ًا َ ُ َ َب ْي ا َّن َم ْـي: ُ َُو ُم َصا ِذ ٌف ِنوْ َح ِسًْ ِر.ٔب
ّ
َو امز َُْب َما َخ َاء َؾ ْن. فَامْ َح ِسًْ ُر َما َخ َاء َؾ ِن اميَّ ِ ِ ّب ملسو هيلع هللا ىلص:ُ ُملَا ٍِ ٌص َهل.ة
َ ْ
ٍِ كَ ْ ِْي
َب ْي ا َّن امْ َح ِسًْ َر َما َخ َاء َؾ ِن اميَّ ِ ِ ّب ملسو هيلع هللا ىلص َو امْز َ َُْب َما َخ َاء:ٌَُْ َب َ َُّع ِم.ث
ّ
.ٍِ َؾ ْي َُ َب ْو َؾ ْن كَ ْ ِْي
a. Khabar adalah muradif bagi hadis, yaitu makna khabar dan hadis itu
sama saja.
b. Berbeda dengan hadis, kalau hadis datangnya dari Nabi saw sedangkan
khabar datang dari selain Nabi.
c. Khabar lebih umum dari hadis, hadis datang dari Nabi sedangkan
khabar datang dari Nabi atau yang lainnya.
Setiap hadis adalah khabar tetapi tidak setiap khabar adalah hadis.
D. Atsar
Atsar pun dapat diartikan melalui dua tinjauan, yaitu:
1. Secara bahasa
Atsar adalah sisa dari sesuatu.
2. Secara istilah
Atsar dapat diartikan dengan dua makna yaitu:
.اُها َوا ِح ٌس ْاض ِع ََلح ًا
َ ُ َ َب ْي َب َّن َم ْـي: ُ َُو ُم َصا ِذ ٌف ِنوْ َح ِسًْ ِر.ٔب
21
Panduan Dasar Ilmu Hadis
2. Sanad
Sanad dapat diartikan melalui dua tinjauan, yaitu:
.َِ َْ َشِل ِ َْل َّن امْ َح ِسًْ َر ٌ َْسد َ ٌِسُ امَ َْ َِ َو ً َ ْـ َخ ِمسُ ؿَو َ ِ َو ُ َِّس َي َن. ُ امْ ُم ْـ َخ َمس: مُ َل ًة.ٔب
ّ
. ِسوْ ِس َ َُل ّ ِامص َخ ِال امْ ُم ْو ِض َ َُل ِنوْ َم ْ ِْت: ْاض ِع ََل ًحا.ة
a. Sanad secara bahasa artinya yang disandarkan (mu‟tamad). Dinamai
seperti itu karena hadis bersandar dan berpegang kepadanya.
b. Secara istilah sanad adalah rangkaian orang-orang yang menyampaikan
matan.
Dalam pengertian lain, menurut al-Badr bin Jama‟ah dan al-Thibi,
sanad adalah:
22
Panduan Dasar Ilmu Hadis
3. Musnad
a. Secara bahasa musnad adalah isim maf‟ul dari asnada sysyaia ilaihi
artinya penisbahan dan penyandaran sesuatu.
b. Secara istilah musnad mempunyai tiga makna yaitu:
F. Matan
1. Secara Bahasa
Secara bahasa matan adalah sesuatu yang keras yang keluar dari
permukaan bumi.
2. Secara Istilah
.ََّض ِ َِجاهََتُ ُ ْم ِِب ّ ِمط َّح ِة ٌ امط َحات َ ُة ُُكُِّ ُْم ِز َل
ُّ ُ ْل ث،اث ؿُسُ ْو ٌل َّ َو
Sahabat seluruhnya tsiqat dan „adil. Ketidakjelasan mereka tidak
memadharatkan (menghalangi) keshahihannya.
2. Tabi‟i
3. Pengikut Tabi‟i
َِ َو ٌ ُْش َ َرت ُط ِم ُل ُد ْو ِل ِز َواً َ ِخ،ثَ ْح ُؽ امخَّا ِت ِـ ّ ِي ُ َُو َم ْن م َ ِل َي َتَ ِت ِـ ًَّا ِم َن امْ ُم ْؤ ِم ٌِ ْ َْي
.َنوه ُ َُ ِز َل ًة
Pengikut tabi‟i adalah orang – orang yang beriman yang mengikuti
tabi‟i. Syarat diterima riwayat tabi‟i adalah harus tsiqat.
4. Mukhadram
Sebagian ulama ada yang menghitung bahwa jumlah mereka itu sekitar
40 orang. Di antara mereka yang paling terkenal adalah: Ahnaf bin Qais,
Aswad bin Yazid, Sa‟ad bin Ayas, Abu Muslim al-Khaulani, Abdullah bin
24
Panduan Dasar Ilmu Hadis
„Akim, Amr bin Maimun, al-Najasyi raja Habsyah, Uwais bin „Amir al-Qarni,
Qaishar bin Salamah, dan Syuraih bin al-Harits al-Qadhi.
2. Musnid
َس َوا ٌء ََك َن ِؾ ْيسَ ٍُ ِؿ ْ ٌمل ِت َِ َب ْو،ٍِ امْ ُم ْس ِيسُ ُُ َو َم ْن ٍَ ْص ِوي امْ َح ِسًْ َر ِِب ْس يَا ِذ
ّ
.م َُْ َس َ ُهل ا َّْل ُم َج َّص ُذ ّ ِامص َواً َ ِة
ّ
Musnid adalah orang yang meriwayatkan hadis dengan sanadnya, baik
ia tahu tentang sanad itu ataupun semata-mata meriwayatkan.
3. Muhaddits
Muhaddits sebagaimana yang didefinisikan oleh Ibnu Sayyidinnas
yaitu
َم ِن ْاش َخ َل َل ِِبمْ َح ِسًْ ِر ِز َواً َ ًة َو ِذ َزاً َ ًة َو َ ََج َؽ ُز َّوا ًت َو َّاظوَ َؽ ؿَ َىل َن ِث ْ ٍْي ِم َن
رِل َح َّّت َؾ َص َف ِف ِْ َِ َد َّع َُ َو َ ِ َو ثَ َم َّ َّي يف،ٍِ ص ِ ْ ُّامص َّوا ِت َو ّ ِامص َوا ََّي ِث ِف َؾ
.َُ ْاش َتَ َ ِص ِف ِْ َِ ضَ ْح ُع
25
Panduan Dasar Ilmu Hadis
Orang yang menyibukan diri dalam urusan hadis riwayat dan dirayat,
mengumpulkan para rawi, meneliti kebanyakan para rawi-rawi dan
periwayatan-periwayatan di zamannya dan membedakan hal itu
sehingga diketahui tulisannya dan terkenal tentang kedhabtannya.
4. Al-Hafizh
Al-Hafizh lebih tinggai daripada muhaddits, yaitu sebagaimana
dinyatakan menurut para ulama hadis,
َم ْن ثَ َو َّس َؽ ِف امْ َح ِسًْ ِر َو فٌُُ ْوِه َِ ِ َب َْ ُر ٍَ ُك ْو َن َما ً َ ْـ ِصفُ َُ ِم َن ْ َاْل َحا ِذًْ ِر َو
َُ ُِؿوَ ِوَِا ٔب ْن َ َُث ِم َّما َْل ً َ ْـ ِصف
Al-Hafidz adalah orang yang luas dalam hadis dan bagian-bagiannya. Ia
banyak mengetahui hadis-hadis yang cacat (ilal) daripada hadis yang
tidak diketahuinya.
26
Panduan Dasar Ilmu Hadis
5. Al-Hujjah
Al-Hujjah menurut pengamatan Nuruddin 'Iter sama dengan al-Hafizh
dari segi kesempurnaan (itqan). Jika hafizh yang agung kesempurnaan dan
pendalamannya terhadap sanad-sanad dan matan-matan yang ia hafal
maka ia diberi gelar al-hujjah.
َِ َم ْن َ ْي َفغُ زَ ََلزَ ِمائ َ ِة َبمْ ِف َح ِسًْ ٍر َم َؽ َم ْـ ِصفَ ِة َب َسا ِه َْ ِس َُا َو ُم ُذ ْوِه
Orang yang hafal 300.000 hadis serta memahami sanad-sanad dan
matan-matannya.
6. Al-Hakim
.امْ َح ِاُكُ ُُ َو َم ْن َب َح َاط ِؿوْ ًما ِ َب ِم َْؽ ِ ْ َاْل َحا ِذًْ ِر َح َّّت َْل ً َ ُف ْوثُ َُ ِم ْنَا ا َّْل امَُْ ِس ْ َْي
ّ
Al-Hakim yaitu orang yang menguasai ilmu tentang seluruh hadis
sehingga tidak terlewatkan darinya kecuali sedikit.
َُ ُك َم ْن َس َح َل ُّ ُ َم ْن فَ َاق ِح ْف ًؼا َو اثْ َلاَنً َو ثَ َـ ُّملًا ِف ِؿ ْ ِمل ْ َاْل َحا ِذًْ ِر َو ِؿوَ ِوَِا
ّ
ِ.ِم َن امْ َم َصا ِث ِة ِ َب َْ ُر ٍَ ُك ْو ُن ِ ِْلثْ َلا ِه َِ َم ْص ِح ًـا ِنوْ ُح َّّك ِم َو امْ ُحفَّ ِاظ َو كَ ْ ِْي ُْه
Orang yang memiliki kelebihan dalam hafalan, kesempurnaan dan
kedalaman tentang ilmu hadis dan 'ilalnya, semua tingkatan-tingkatan
telah dilaluinya, kesempurnaannya itu sebagai tempat kembali para
ahli hukum, para hafidz dan yang lainnya.
27
Panduan Dasar Ilmu Hadis
28
Panduan Dasar Ilmu Hadis
HADIS DILIHAT
DARI SEGI
PENYANDARANNYA
A. Hadis Qudsi
1. Pengertian Hadis Qudsi
a. Secara Bahasa
b. Secara Istilah
. ُ َُو َما ه ُ ِل َل ام َ َْيَا َؾ ِن اميَّ ِ ِ ّب ملسو هيلع هللا ىلص َم َؽ ا ْس يَا ِذ ٍِ ا ََّّي ٍُ ا ََل َ ِزت ّ َِ َؾ َّز َو َخ َّل
ّ ّ ّ ّ
Hadis qudsi adalah hadis yang diriwayatkan kepada kita dari Nabi saw
di samping sanadnya itu kepada Nabi, juga kepada Allah.
a. Al-Quran lafadz dan maknanya dari Allah swt. Sedangkan hadis qudsi
maknanya dari Allah dan lafadznya dari Nabi saw.
29
Panduan Dasar Ilmu Hadis
حص َْ ِح َِ َؾ ْن َب ِ ِْب َر ّ ٍز زيض هللا ؾيَ َؾ ِن اميَّ ِ ِ ّب ضىل ِ َ َما َز َوا ٍُ ُم ْس ِ ٌمل ِيف
ََّي ِؾ َحا ِذ ْي ا ِ ّ ِْن:هللا ثَ َح َازكَ َو ثَ َـ َاَل َبه َّ َُ كَا َل
ِ هللا ؿوََ وسمل ِف ِْ َما ُز ِو َي َؾ ِن
ّ
ِ" ُم ْس ٌمل.... ِس َو َح َـوْ ُخ َُ تٌََُْ ُ ِْك ُم َح َّص ًما فَ ََل ث ََؼام َ ُم ْوا
ْ ِ امؼ ْ َمل ؿَ َىل ه َ ْف
ُّ َح َّص ْم ُت
.َِشخِ اميَّ ِو ِو ِّي
َْث
Hadis yang diriwayatkan oleh Muslim pada shahihnya dari Abu Dzar,
dari Nabi saw, tentang yang ia riwayatakan dari Allah SWT, bahwa Ia
berfirman, wahai hambaKu, sesungguhnya Aku mengharamkan
kezaliman terhadap diriku. Dan aku menjadikan kezaliman itu haram
di antara kalian, oleh karena itu janganlah kalian saling menzalimi.
Muslim dengan syarah Nawawi.
.هللا ملسو هيلع هللا ىلص ِف ِْ َما ٍَ ْص ِوًْ َِ َؾ ْن َ ِزت ّ َِ َؾ َّز َو َخ َّل
ِ كَا َل َز ُس ْو ُل
30
Panduan Dasar Ilmu Hadis
Karya paling populer yaitu امس ًِ َِّّ ُة ِِب ْ َْل َحا ِذًْ ِر امْ ُل ْس ِس ََّ ِة ُ َ ْاْل ِ ّ َتافkarya
َّ اث
Abdul Rauf al-Munawi. Pada kitab tersebut ia mengumpulkan 272 hadis.
ّ
B. Hadis Marfu‟
1. Pengertian Marfu‟
a. Secara Bahasa
Secara bahasa marfu' adalah isim maf'ul dari fi'il al-raf‟u yang
bermakna mengangkat. Kebalikan dari wadha‟a yang bermakna
menyimpan. Dinamai seperti itu, karena hadis tersebut disandarkan
kepada yang memiliki kedudukan yang tinggi, yaitu Nabi saw.
b. Secara Istilah
.َما ُب ِض َْ َف ا ََل اميَّ ِ ِ ّب ملسو هيلع هللا ىلص ِم ْن كَ ْولٍ َب ْو ِف ْـ ٍل َب ْو ثَ ْل ِصٍْ ٍص َب ْو ِض َف ٍة
ّ
31
Panduan Dasar Ilmu Hadis
32
Panduan Dasar Ilmu Hadis
ٍُ َّض ِت اميَّ ِ ِ ّب ملسو هيلع هللا ىلص َن َشا َو َْل ٍُ ْصوى ا ْى َّك ُز
َ ْ فُ ِـ َل ِ َب:ٍُ اِب َب ْو كَ ْ ُْي َّ َب ْن ً َ ُل ْو َل
ُّ ِ امط َح
ّ
.َِّل ِ َِل امْ ِف ْـ ِل
Seorang sahabat atau yang lainnya berkata, telah dilakukan dihadapan
Nabi saw demikian. Dan tidak ada riwayat bahwa Nabi mengingkari
perbuatan tersebut.
C. Hadis Mauquf
1. Pengertian Mauquf
a. Secara Bahasa
b. Secara Istilah
33
Panduan Dasar Ilmu Hadis
َح ِّسزُ ْوا اميَّ َاش ِت َما: َكَ ْو ُل َّامصا ِوي كَا َل ؿَ ِ ُّل ْج ُن َب ِِب َظا ِم ٍة زيض هللا ؾي
.ُهللا َو َز ُس ْو ُهل
ُ ً َ ْـ ِصفُ ْو َن َب حُ ِصًْسُ ْو َن َب ْن ٍُ َك َّش َة
Seorang rawi berkata, Ali bin Abi Thalib pernah berkata, "Ceritakanlah
kepada orang-orang sesuai dengan kadar pengetahuan mereka. Apakah
kalian ingin Allah dan Rasul-Nya didustakan.
34
Panduan Dasar Ilmu Hadis
.امس يَّ ِة ٕ َا َرا حَ َز َّو َح امْ ِح ْك َص ؿَ َىل امثَُّ َّ ِة َبكَا َم ِؾ ْيسَ َُا َس ْح َـ ًة
ُّ ِم َن
"Termasuk sunnah jika menikahkan gadis kepada laki – laki yang
sudah beristri maka ia tinggal bersamanya tujuh hari".
e. Seorang rawi berkata dalam suatu hadis ketika sahabat menyebut
sebagian empat kalimat sebagai berikut, yaitu: ia memarfukannya, ia
36
Panduan Dasar Ilmu Hadis
َم ْن َب ََت ا ْم َص َبثَ َُ ِم ْن ُذجُ ِصَُا ِيف كُ ُد ِوَِا َخا َء امْ َو َ َُل َب ْح َو َل:ََكه َِت اهْْيَ ُ ْو ُذ ثَ ُل ْو ُل
. اْلًٓ َة........ هللا ثَ َـ َاَل ِو َسا ُؤ ُ ُْك َح ْص ٌج مَ ُ ِْكُ فَبَ ْى َز َل
Orang-orang Yahudi berkata, barangsiapa yang mendatangi istri dari
duburnya pada qubulnya maka anaknya akan tileng. Maka Allah
menurunkan ayat, istri – istri kalian adalah ladang bagi kalian.
D. Hadis Maqthu‟
1. Pengertian Maqthu‟
a. Secara Bahasa
Secara bahasa, maqthu' adalah isim maf'ul dari qatha‟a yang bermakna
putus, kebalikan dari washala yang berarti bersambung.
37
Panduan Dasar Ilmu Hadis
b. Secara Istilah
ُ َُو َما و ُ ِس َة َب ْو ُب ْس ِيسَ ا ََل امخَّا ِت ِـ ّ ِي َب ْو َتَ ِتؽ ِ امخَّا ِت ِـ ّ ِي فَ َم ْن ذ ُْوه َ َُ ِم ْن كَ ْولٍ َب ْو
ّ
.ِف ْـ ٍل
Yaitu hadis yang disandarkan kepada tabi'in, tabi‟i tabi‟in, atau
sebawahnya berupa ucapan atau perbuatan.
.َُض ِ ّل َو ؿَوَ َْ َِ ت ِْس َؾ ُخ:َ ِامط ََل ِت َذوْ َف امْ ُم ْح َخ ِسع ِ ْ كَ ْو ُل امْ َح َس ِن امْ َح
َّ ص ِ ّي ِيف
Pernyataan Hasan Bisri tentang shalat di belakang ahli bid'ah, yaitu
shalatlah kamu, dan bid'ahnya itu tanggung jawabnya (imam).
38
Panduan Dasar Ilmu Hadis
Syafi'i berkata seperti itu dengan alasan bahwa istilah hadis pada saat
itu belum dibakukan. Adapun Thabrani menyebutkannya memandang
boleh dari istilah tersebut.
39
Panduan Dasar Ilmu Hadis
Hadis dilihat dari segi jumlah rawi secara garis besar terbagi kepada
dua, yaitu: mutawatir dan ahad. Mutawatir terbagi kepada dua, yaitu:
mutawatir lafzhi dan mutawatir ma‟nawi. Sedangkan ahad terbagi kepada
tiga, yaitu: masyhur, „aziz dan gharib. Pembahasan lebih rinci tentang
pembagian tersebut dapat disimak sebagai berikut:
A. Hadis Mutawatir
1. Pengertian
a. Secara Bahasa
Kata mutawatir adalah shigah isim fa‟il dari lafadz tawatur yang
bermakna tatabu‟ yang berarti berturut-turut.
b. Secara Istilah
.َما َز َوا ٍُ ؿَسَ ٌذ َن ِث ْ ٌْي ُ ِت َْ ُل امْ َـا َذ َت ث ََو ُاظ ُؤ ُ ُْه ؿَ َىل ْام َك ِش ِة
Mutawatir adalah hadis yang diriwayatkan oleh banyak orang yang
secara adat mustahil mereka sepakat untuk berdusta.
40
Panduan Dasar Ilmu Hadis
2. Syarat – syarat
Berdasarkan pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa suatu
hadis dikatakan mutawatir apabila memenuhi empat syarat, yaitu:
3. Hukum Mutawatir
Hukum mutawatir adalah memberi faidah ilmu dharuri, yaitu
keyakinan yang manusia butuh untuk membenarkannya secara pasti.
Hadis mutawatir itu seluruhnya maqbul (diterima), tidak perlu dibahas
tentang hal ihwal para rawinya.
4. Klasifikasi Mutawatir
Hadis mutawatir terbagi kepada dua yaitu: a) mutawatir lafzhi; dan b)
mutawatir ma‟nawi.
a. Mutawatir Lafzhi
Seperti hadis :
.َم ْن َن َّش َة ؿَ َ َّل ُمذَ َـ ِّمسً ا فَوْ ََد َ َد َّو ِب َم ْل َـسَ ٍُ ِم َن اميَّ ِاز
Barangsiapa yang berdusta atas namaku dengan sengaja maka
tunggulah tempat duduknya di neraka.
Hadis tersebut diriawayatkan oleh sekitar 70 sahabat.
b. Mutawatir Ma‟nawi
5. Keberadaan Mutawatir
Di antara hadis-hadis mutawatir yaitu hadis tentang telaga, mengusap
dua sarung kaki dan mengangkat kedua tangan ketika shalat. Jika kita
membandingkan antara hadis mutawatir dengan hadis ahad, maka yang
lebih banyak adalah hadis ahad.
42
Panduan Dasar Ilmu Hadis
No Judul Penyusun
1.
ْ َاْل ْسُ َُاز امْ ُم َخيَا ِث َص ُت ِيف ْ َاْل ْد َد ِاز امْ ُم َخ َوا ِح َص ِت Imam al-Suyuthi
2.
كَ ْع ُف ْ َاْل ْسَُا ِز Imam al-Suyuthi
3.
ِه َؼ ُم امْ ُم َخيَا ِث ِص ِم َن امْ َح ِسًْ ِر امْ ُم َخ َوا ِح ِص Muhammad bin Ja‟far al-
Kitani
B. Hadis Ahad
1. Pengertian Ahad
a. Secara Bahasa
Secara bahasa makna ahad adalah wahid (satu). Khabar wahid adalah
khabar yang diriwayatkan oleh seorang.
b. Secara Istilah
43
Panduan Dasar Ilmu Hadis
C. Hadis Masyhur
1. Pengertian
a. Secara Bahasa
Secara bahasa, kata masyhur adalah shigah isim maf‟ul dari „syahara‟,
contoh ungkapannya dalam bahasa Arab:
b. Secara Istilah
Maksudnya, hadis masyhur itu hadis yang pada sanadnya terdiri dari
tiga orang rawi atau lebih. Tiga orang atau lebih ini terdapat pada tiap
tingkatan sanad, yaitu dari awal sampai akhir sanad.
2. Contoh
Contoh hadis Masyhur ditakhrij oleh Bukhari, Muslim, Tirmidzi, Ibnu
Majah dan Ahmad, yaitu sebagai berikut:
44
Panduan Dasar Ilmu Hadis
3. Mustafidh
a. Secara Bahasa
Secara bahasa mustafidh adalah sighah isim fa‟il dari lafadz „istafadho‟.
Lafadz musytaq dari „fadho al-mau‟. Dinamai itu karena tersebarnya.
b. Secara Istilah
.هللا ملسو هيلع هللا ىلص كٌََ َت َشِ ًْصا ت َ ْـسَ ُّامص ُن ْوعِ ً َ ْس ُؾ ْو ؿَ َىل َز ْؿ ٍل َو َر ْن َو َان
ِ َب َّن َز ُس ْو َل
.امش َْز َِان َؾ ْن َبو َ ٍس َّ َُ َبد َْص َخ
45
Panduan Dasar Ilmu Hadis
Bahwasanya Rasulallah saw qunut selama satu bulan setelah ruku‟. Dia
mendo‟akan keburukan atas Ri‟il dan Dzakwan. Hadis ditakhrij oleh
Bukhari dan Muslim dari Anas.
b. Masyhur di kalangan ahli hadis, ulama, dan awam
.َِ َْ َ ُمذَّ َفقٌ ؿَو.ٍِ امْ ُم ْس ِ ُمل َم ْن َس ِ َمل امْ ُم ْس ِو ُم ْو َن ِم ْن ِم َسا ِه َِ َو ً َ ِس
Seorang muslim adalah orang – orang muslim yang lainnya selamat
dari lisan dan tangannya. Muttafaq „Alaih.
َّ َ .َِ َْ َُزِف َؽ َؾ ْن ُب َّم ِ ِْت امْر ََعبُ َو ام ًِ ّ ْس ََ ُان َو َما ْاس ُخ ْك ِصُ ُْوا ؿَو
حص َح َُ ا ْج ُن ِحدَّ َان
.َُو امْ َح ِاُك
Diangkat (terbebas dosa) atas umatku, kesalahan, lupa dan hal yang
tidak disukainya. Hadis dishahihkan oleh Ibnu Hibban dan al-Hakim.
e. Masyhur di kalangan ahli nahwu
46
Panduan Dasar Ilmu Hadis
6. Hukum Masyhur
Masyhur isthilahi dan masyhur ghair isthilahi tidak dapat
dikategorikan shahih atau tidak shahih, tetapi ada yang shahih, hasan,
dha‟if bahkan maudhu. Hal ini tergantung kepada terpenuhi atau tidaknya
syarat – syarat hadis shahih. Akan tetapi jika masyhur isthilahi itu
kualitasnya shahih, maka kekuatannya harus didahulukan daripada aziz
dan gharib.
No Judul Penyusun
1. امْ َم َل ِاضسُ امْ َح َس يَ ُة ِف ِْ َما ْاش َتُ ِ َص ؿَ َىل ْا َْلمْ ِس يَ ِة Imam al-Sakhawi
47
Panduan Dasar Ilmu Hadis
D. Hadis „Aziz
1. Pengertian
a. Secara Bahasa
Secara bahasa, kata „aziz‟ adalah sifat musyabahat dari kata „azza –
ya‟izzu yang artinya sedikit dan jarang, atau dari kata „azza – ya‟azzu yang
artinya kuat dan menjadi kuat. Dinamai „Aziz karena keadaan hadis itu
sedikit dan jarang, dan juga karena kuatnya dengan datangnya dari jalan
yang lain.
b. Secara Istilah
.امس يَ ِس ِ َب ْن َْل ً َ ِل َّل ُز َّواثُ َُ َؾ ِن ازْيَ ْ ِْي ِيف َ َِج َْؽ ِ َظ َح َل
َّ اث
„Aziz adalah hadis yang para rawinya tidak kurang dari dua orang yang
terdapat pada semua thabaqahnya.
2. Contoh „Aziz
Contohnya yaitu hadis yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim
dari Anas, dan Bukhari dari Abu Hurairah, bahwasanya Rasulallah saw
bersabda:
.َْل ً ُ ْؤ ِم ُن َب َحسُ ُ ُْك َح َّّت َب ُن ْو َن َب َح َّة ِامَ َْ َِ ِم ْن َو ِ ِاَل ٍِ َو َو َ َِل ٍِ َو اميَّ ِاش َب ْ ََج ِـ ْ َْي
48
Panduan Dasar Ilmu Hadis
E. Hadis Gharib
1. Pengertian
a. Secara Bahasa
b. Secara Istilah
49
Panduan Dasar Ilmu Hadis
3. Pembagian Gharib
Ditinjau dari tempat tafarrudnya (kesendiriannya), gharib terbagi
kepada dua bagian, yaitu gharib mutlak dan gharib nisbi.
a. Gharib Mutlak
Gharib mutlak atau fardu mutlak yaitu keghariban yang terdapat pada
asal sanadnya. Maksudnya, seorang rawi menyendiri dalam
periwayatannya yang terdapat pada asal sanad. Contoh hadisnya yaitu:
.اث
ِ ََّّاه َّ َما ْ َاْل ْ ََعا ُل ِِبم ِي
ّ
Seluruh amal hanyalah tergantung pada niatnya.
Umar bin Khatab tafarrud dalam hadis ini, dan ketafarudannya itu
terus sampai pada akhir sanad, dan sekelompok para rawi meriwayatkan
haidts itu dari yang tafarrud.
b. Gharib Nisbi
Gharib nisbi atau fardu nisbi yaitu keghariban yang terdapat pada
tengah sanad. Maksudnya, para rawi meriwayatkan dari asal sanad,
kemudian pada periwayatannya itu ada seorang rawi yang menyendiri dari
para rawi itu. Contoh hadisnya, Malik dari Zuhri dari Anas, bahwasanya
Nabi masuk Mekkah dan pada kepalanya ada mighfar. Pada periwayatan
tersebut Malik tafarrud dari Zuhri. Pada bagian ini dinamai gharib nisbi
karena tafarrudnya dinisbatkana kepada orang tertentu.
50
Panduan Dasar Ilmu Hadis
5. Pembagian Lain
Ada juga para ulama yang membagi gharib dari segi sanad atau matan,
yaitu :
a. Gharib matan dan isnad yaitu hadis yang periwayatan matannya ada
seorang rawi yang tafarrud.
b. Gharib isnad, matannya tidak gharib, seperti hadis yang matannya
diriwayatkan oleh sekelompok orang dari sahabat, lalu seorang rawi
infirad periwayatannya dari sahabat yang lain. Mengenai hal tersebut
imam Tirmidzi berkata, gharib melalui jalur ini.
51
Panduan Dasar Ilmu Hadis
52
Panduan Dasar Ilmu Hadis
HADIS MAQBUL
(YANG DITERIMA)
Pendahuluan
Secara garis besar, dilihat dari segi diterima dan ditolaknya, hadis
terbagi kepada dua bagian, yaitu: 1) Hadis Maqbul, yaitu hadis yang
diterima dan 2) Hadis Mardud, yaitu hadis yang ditolak.
b. Secara Istilah
َما اث ََّط َل َس يَسُ ٍُ ِتيَ ْل ِل امْ َـ ْس ِل امضَّ ا ِتطِ َؾ ْن ِمث ِ َِْل ا ََل ُم ٌَْتَ َا ٍُ ِم ْن كَ ْ ِْي ُش ُش ْو ٍر
ّ
.َو َْل ِؿ َّ ٍَل
53
Panduan Dasar Ilmu Hadis
1) Sanadnya Bersamabung
َح َّسزَيَا َب ْو َح َّسزَ ِ ّْن َب ْو َبذ َ َْْبَنَ َب ْو َبذ َ َْْب ِ ِْن َب ْو َبهْ َحبََنَ َب ْو َبهْ َحبَ ِ ِْن َب ْو َ َِس ْـ ُت َب ْو
.كَا َل ِ َْل َب ْو كَا َل مَيَا
b) Rawi menggunakan bentuk ungkapan yang memungkinkan mendengar
dan tidak mendengar. Seperti rawi berkata:
َو ؿَسَ َم،اِس ٌة ِيف اميَّ ْف ِس ثَ ْميَ ُح َضا ِحَبَ َا ؿَسَ َم ِف ْـ ِل ْام َك َدائِ ِص َ ِ ِه َُ َْئَ ٌة َز َِ
.َ َو ؿَسَ ِم ِف ْـ ٍل َما ُ ُْي ِص ُم امْ ُم ُص ْو َءت،امطلَائِ ِص
َّ ْص ِاز ؿَ َىل َ ْ ْاْل
ّ
54
Panduan Dasar Ilmu Hadis
سمل امْ َحا ِم ُف ام َـا ِك ُل َّ ِاَّلي ً ُ َؤ ِ ّذي امْ َف َصائِ َظ َو َ َْي َخ ًِ ُة ْام َك َدائِ َص
ُ ِ ام َـ ْس ُل ُ َُو امْ ُم
ِ وَج َْ ِل ام َـاذ
.َاث ِ َ وً َ َخبَذ َُّة ِت َم َح ِاس ِن ا َْل ْذ ََل ِق،امطلَائِ ِص َّ ص ؿَ َىل ُّ ِ ُ ً َو َْل
„Adil adalah muslim yang baligh dan berakal yang menunaikan
berbagai kewajiban dan menjauhi perbuatan dosa, tidak terus menerus
melakukan perbuatan dosa kecil, menghiasi dirinya dengan akhlak
yang baik dan kebiasaan yang bagus.
َُ ُ َُو ثَ ََلُّغُ َّامصا ِو ْي ِح ْ َْي َ َت َّم َ َُل َو فَِِ َم َُ ِم َما َ َِس َـ
Dhatb adalah seorang rawi sadar ketika menerima hadis dan dia
paham apa yang di dengar.
Dhabt tersebut dia jaga dari sejak menerima hadis sampai waktu
menyampaikan lagi. Dhbat yang dimiliki oleh seorang rawi terbagi kepada
dua kategori, yaitu:
a) Dhabt shadr, yaitu seorang rawi hafal dan mengetahui apa yang dia
riwayatkan ketika dia menceritakan dari hafalannya.
b) Dhabt kitab, yaitu seorang rawi menjaga tulisannya dari perubahan,
penggantian atau kekurangan ketika dia menceritakan dari tulisannya.
4) Tidak Syadz
55
Panduan Dasar Ilmu Hadis
5) Tidak „Illat
Maksudnya adalah bahwa hadis itu tidak ma‟lul. Illat adalah sebab
tersembunyi yang samar sehingga merusak pada keshahihan hadis padahal
hadis itu tampak selamat dari cacat.
a. Zuhri dari Salim dari bapaknya (Ibnu Umar), yang diriwayatkan dari
Ishaq bin Rahawaih dan Ahmad.
57
Panduan Dasar Ilmu Hadis
b. Ibnu Sirin dari ‟Abidah dari Ali, yang diriwayatkan dari Ibnu Madini
dan al-Fallas.
c. ‟Amasy dari Ibrahim dari Alqamah dari Abdullah bin Mas‟ud, hal itu
diriwayatkan dari Ibnu Ma‟in.
d. Zuhri dari Ali bin Husen dari bapaknya (Husen bin Ali) dari Ali, yang
diriwayatkan dari Abu Bakar bin Syaibah.
e. Malik dari Nafi‟ dari Ibnu Umar, yang diriwayatkan dari Bukhari.
f. Isma‟il bin Abi Khalid dari Qais bin Hazim dari Abu Bakar.
g. Zuhri dari Ubaidullah bin Abdullah bin „Utbah dari Ibnu „Abbas dari
Umar.
h. Zuhri dari „Ali bin al-Husain dari bapaknya dari „Ali.
i. Ja‟far bin Muhammad bin Ali bin Husain dari bapaknya dari kakeknya
dari Ali.
j. Yahya bin Sa‟id al-Qaththan dari Sufyan al-Tsauri dari Sulaiman al-
A‟masy dari Ibrahim al-Taimi dari al-Harits bin Suwaid dari Ali.
k. Hisyam bin Urwah dari bapaknya dari „Aisyah.
l. Aflah bin Humaid dari al-Qasim dari „Aisyah.
m. Sufyan al-Tsauri dari Ibrahim dari al-Aswad dari „Aisyah.
n. Abdurrahman bin al-Qasim dari bapaknya dari „Aisyah.
o. Yahya bin Sa‟id dari Ubaidullah bin Umar bin Hafsh bin „Ashim bin
Umar bin al-Khattab dari „Aisyah.
p. Zuhri dari Urwah bin Zubair dari „Aisyah.
Bukhari merupakan kitab hadis yang paling shahih dan paling banyak
faidahnya. Karena hadis-hadis Bukhari lebih ketat dalam ittishal
(ketersambungan) sanad serta para rawinya sangat tsiqat, dan juga Bukhari
memiliki istinbat-istinbat fiqih dan makna hukum yang tidak terdapat pada
Shahih Muslim. Keberadaan Shahih Bukhari lebih shahih dari pada Shahih
58
Panduan Dasar Ilmu Hadis
Muslim ini ditinjau dari keseluruhan, hanya saja terkadang ada sebagian
hadis Muslim yang lebih kuat dari Bukhari. Ada yang menyatakan bahwa
Shahih Muslim itu lebih shahih. Yang benar adalah pendapat pertama yang
menjelaskan bahwa Shahih Bukhari lebih shahih daripada Shahih Muslim.
ِ َ َش ٍء ِؾ ْي ِس ْي
.َِ َْ َ اه َّ َما َوضَ ْـ ُت َما َب ْ ََج ُـ ْوا ؿَو،حص َْ ٌح َوضَ ْـ ُخ َُ ُُِيَا ْ ُّ ُ مَُْ َس
َ ُك
ّ
Tidak ada sesuatu pun yang menurutku shahih yang aku simpan di
sini, hanya saja aku menyimpan hadis yang disepakati oleh ulama
hadis.
c. Apakah banyak atau sedikit hadis yang tidak dimuat Bukhari dan
Muslim ?
1) Al-Hafidz Ibnu Akhram berkata, “Bukhari dan Muslim tidak
meninggalkan hadis kecuali sedikit”, dan pendapat ini ditolak.
2) Yang benar adalah bahwa keduanya meninggalkan banyak hadis yang
shahih. Sungguh telah diriwayatkan dari Bukhari, ia berkata:
59
Panduan Dasar Ilmu Hadis
60
Panduan Dasar Ilmu Hadis
.امْ ُم ْس َخر َْص ُح ِ َْل ِِب جَ ْك ٍص ْ ِاْل ْ ََسا ِؿ ِ ِ ّل ؿَ َىل امْ ُحز َِاز ِ ّي
.امْ ُم ْس َخر َْص ُح ِ َْل ِِب َؾ َواه َة ْ َِاْل ْس ِف َصاًَُْ ِ ِ ّّن ؿَ َىل ُم ْس ِ ٍمل
ّ ِ ُ امْ ُم ْس َخر َْص ُح ِ َْل ِ ِْب ه ُ َـ ْ ٍْي ْ َاْل ْضَبَ َ ِاِن ؿَ َىل
.ُك ِم ْنُ َما
61
Panduan Dasar Ilmu Hadis
62
Panduan Dasar Ilmu Hadis
63
Panduan Dasar Ilmu Hadis
Dan yang dipandang sama dengan rincian tingkatan ini. Hadis shahih
terbagi kepada tujuh tingkatan, yaitu sebagai berikut:
a. Hadis yang paling tinggi tingkatannya, yaitu hadis yang disepakati oleh
Bukhari dan Muslim.
b. Hadis yang hanya diriwayatkan oleh Bukhari.
c. Hadis yang hanya diriwayatkan oleh Muslim.
d. Hadis yang sesuai dengan syarat Bukhari dan Muslim, akan tetapi
keduanya tidak mentakhrij hadis itu.
e. Hadis yang sesuai dengan syarat Bukhari, akan tetapi ia tidak
mentakhrij hadis itu.
f. Hadis yang sesuai dengan syarat Muslim, akan tetapi ia tidak
mentakhrij hadis itu.
g. Hadis yang dipandang shahih oleh para ulama selain keduanya, seperti
Ibnu Khuzaimah dan Ibnu Hibbah yang tidak memenuhi syarat
keduanya.
64
Panduan Dasar Ilmu Hadis
Pendapat yang paling baik tentang hal ini adalah bahwa yang dimaksud
dengan syarat Bukhari Muslim atau salah satu dari keduanya yaitu hadis
yang diriwayatkan oleh para rawi yang terdapat pada kitab Bukhari dan
Muslim atau salah satunya dengan memperhatikan cara yang ditetapkan
oleh keduanya dalam meriwayatkan dari rawi-rawi itu.
65
Panduan Dasar Ilmu Hadis
b. Secara Istilah
. َو ْاش َتُ ِ َص ِز َخ ُ ُاهل َو ؿَوَ َْ َِ َمسَ ُاز َب ْن َ َِث امْ َح ِسًْ ِر،َُُ َُو َما ُؾ ِص َف َمر َْص ُخ
Hadis yang diketahui tempat takhrijnya, terkenal para rawinya, dan
kebanyakan hadis mengacu kepadanya.
Definisi ini diterima oleh mayoritas ulama serta digunakan oleh
kebanyakan fuqaha.
2) Pengertian hasan versi Tirmidzi yaitu:
ُك َح ِسًْ ٍر ٍُ ْص َوى َْل ٍَ ُك ْو ُن ِيف ا ْس يَا ِذ ٍِ َم ْن ٍَُتَّ َ ُم ِِب ْم ِك ْش ِة َو َْل ٍَ ُك ْو ُنُّ ُ
ّ
ٌرِل فَِ َُو ِؾ ْيسَ َنَ َح ِسًْر َ ِ امْ َح ِسًْ ُر َشا ًرا َو ٍُ ْص َوى ِم ْن كَ ْ ِْي َو ْخَ َْن ِو
َ ٍ
.َح َس ٌن
Setiap hadis yang diriwayatkan pada sanadnya tidak ada rawi yang
tertuduh dusta, tidak syadz serta diriwayatkan melalui jalur lain
seperti itu. Maka menurut kami itu adalah hadis hasan.
66
Panduan Dasar Ilmu Hadis
امس يَ ِس كَ ْ ِْي ُم َـو َّ ٍل َو َْل َشا ٍر َّ ذ َ َُْب ْاْلٓ َحا ِذ ِتيَ ْل ٍل ؿَ ْسلٍ َتَ ِّم امضَّ ْحطِ ُمذَّ ِط ِل
.َِ امط ِح َْ ُح ِ ََّلا ِث َِ فَ ِا ْن د ََّف امضَّ ْحطُ فَامْ َح َس ُن ِ ََّلا ِث
َّ ُ َُو
Khabar ahad yang diriwayatkan oleh rawi yang ‟adil dhabit yang
bersambung sanadnya, tidak ada ‟illat dan tidak syadz adalah shahih li
dzatihi, jika khofif (ringan) dhabt maka disebut hasan li dzatihi.
Definisi yang terpilih tentang hasan yaitu definisi versi Ibnu Hajar.
Hasan menurut beliau adalah hadis yang bersambung sanadnya,
diriwayatkan oleh rawi adil yang khafif dhabtnya seperti itu sampai akhir,
tidak syadz, dan tidak ada illat.
2. Hukum Hasan
Hukum hasan dalam kehujjahannya seperti shahih, walaupun
kekuatannya di bawah shahih. Karena itu, semua ahli fiqih menjadikan
serta mengamalkan hadis hasan, dan juga dijadikan hujjah oleh mayoritas
ahli hadis dan ahli ushul kecuali orang yang keras menolaknya. Sebagian
ulama yang tasahhul menyamakan derajat hasan dengan shahih, seperti al-
Hakim, Ibnu Hibban dan Ibnu Khuzaimah, dengan ucapan mereka bahwa
hasan itu di bawah shahih yang jelas pada mulanya.
67
Panduan Dasar Ilmu Hadis
3. Contoh Hasan
َح َّسزَيَا كُذَ َْ َح ُة َح َّسزَيَا َح ْـ َف ُص ْج ُن ُسوَ َْ َم َان امضُّ َح ِـ ّ ِي:امرت ِم ِش ُّي كَا َل
ْ ّ ِ َُ َما َبد َْص َخ
:َؾ ْن َب ِ ِْب ِ َْع َص َان امْ َج ْو ِِن َؾ ْن َب ِ ِْب جَ ْك ِص ْج ِن َب ِ ِْب ُم ْو ََس ْ َاْل ْش َـ ِص ِ ّي كَا َل
ا َّن َبتْ َو َاة امْ َجيَّ ِة:هللا ملسو هيلع هللا ىلص
ِ كَا َل َز ُس ْو ُل:َّض ِت امْ َـسُ ِّو ً َ ُل ْو ُل
َ ْ َ َِس ْـ ُت َب ِِب ِ َب
ّ
. امْ َح ِسًْ َر... امس َُ ْو ِف ُّ َ ْت َت ِػ ََل ِل
Hadis yang ditakhrij oleh Tirmidzi, ia berkata : Qutaibah telah
menceritakan kepada kami, Ja‟far bin Sulaiman adh-Dhuba‟i telah
menceritakan kepada kami dari Abu Imran al-Jauni dari Abu Bakr bin
Abi Musa al-Asy‟arie, ia berkata, aku mendengar bapakku di hadapan
musuh, ia berkata, Rasulallah saw bersabda, “Sesungguhnya pintu-
pintu surga itu berada di bawah naungan pedang....al-Hadis.
Ini hadis hasan. Menurut Tirmidzi, ini hadis hasan gharib. Dikatakan
hadis hasan karena keempat rawi pada sanad tersebut tsiqat kecuali Ja‟far
bin Sulaiman adh-Dhaba‟i karena ia hasanul hadis. Dengan demikian, hadis
tersebut turun dari derajat shahih kepada hasan.
4. Tingkatan-tingkatan Hasan
Sebagaimana diketahui bahwa shahih memiliki beberapa tingkatan
yang berbeda antara sebagian shahih dengan sebagian yang lain. Demikian
pula halnya dengan hasan. Ad-Dzahabi membagi hasan kepada dua
tingkatan, yaitu sebagai berikut:
a. Tingkatan yang paling tertinggi yaitu Bahz bin Hakim dari bapaknya
dari kakeknya, Amr bin Syuaeb dari bapaknya dari kakeknya, dan Ibnu
Ishaq dari Taimi. Dan yang seperti itu berdasarkan pendapat adalah
shahih, yaitu tingkatan shahih yang paling rendah.
b. Kemudian setelah itu yang berbeda beda kehasanan dan
kedha‟ifannya, seperti hadis Harits bin Abdullah, ‟Ashim bin Dhamrah,
Hajjaj bin Arthah dan yang seperti mereka.
68
Panduan Dasar Ilmu Hadis
a. Jika hadis tersebut memiliki dua sanad atau lebih, maka makna
ungkapan ”hadis hasan shahih” itu adalah, hasan ditinjau dari satu
sanad, dan shahih ditinjau dari sanad lain.
b. Jika hadis itu memiliki satu sanad, maka maknanya adalah menurut
suatu kaum hadis itu hasan, sedangkan menurut kaum yang lain hadis
itu shahih.
69
Panduan Dasar Ilmu Hadis
70
Panduan Dasar Ilmu Hadis
b. Sunan Abu Daud, Abu Daud pernah menerangkan dalam suratnya yang
ditujukan kepada penduduk Mekkah, bahwa dalam kitabnya ia
menerangakan hadis shahih, yang serupa dan yang mendekati dengan
shahih. Jika pada kitabnya ada yang sangat lemah maka ia
menerangkan kelemahannya itu. Dan jika tidak disebutkan apapun
maka hadis itu shalih. Berdasarkan hal itu, jika kita mendapatkan
hadis dalam Sunan Abu Daud yang tidak dijelaskan kedha‟ifannya dan
tidak dipandang shahih oleh para ulama yang dijadikan pegangan,
maka hadis itu hasan menurut Abu Daud.
c. Sunan Daruquthni. Imam Daruquthni seringkali menyebutkan hadis
hasan pada kitab tersebut.
.ٌَُْ ُ َُو امْ َح َس ُن ِ ََّلا ِث َِ ا َرا ُز ِو َي ِم ْن َظ ِصًْ ٍق بٓد ََص ِمث ُ َُْل َب ْو َب ْك َوى ِم
ّ
Shahih li Ghairihi adalah hasan li dzatihi jika diriwayatkan dari jalan
yang lain sepertinya atau lebih kuat darinya.
Dinamai shahih li ghairihi karena keshahihannya tidak datang dari
dzat sanad itu, akan tetapi karena bergabungnya yang lain dengannya.
ِ َح ِسًْ ُر ُم َح َّم ِس ْج ِن َ َْع ٍصو َؾ ْن َب ِ ِْب َسوَ َم َة َؾ ْن َب ِِب ُ َُصٍْ َص َت َب َّن َز ُس ْو َل
هللا
.ُك َض ََل ٍت
ّ ِ ُ َ م َ ْو َْل َب ْن َب ُش َّق ؿَ َىل ُب َّم ِ ِْت َ َْل َم ْصلاُ ُ ْم ِِب ِ ّمس َو ِاك ِؾ ْيس: ملسو هيلع هللا ىلص كَا َل
Hadis Muhammad bin 'Amr dari Abu Salamah dari Abu Hurairah,
bahwasanya Rasulallah saw bersabda, "Kalaulah aku tidak
memberatkan atas umatku pasti aku akan perintahkan mereka untuk
bersiwak setiap kali shalat".
71
Panduan Dasar Ilmu Hadis
Ibnu Shalah berkata, "Muhammad bin Amr bin Alqamah termasuk rawi
yang masyhur jujur dan menjaga diri dari aib. Akan tetapi tidak termasuk
dari kalangan itqon (sempurna) sehingga sebagian ulama mendha‟ifkannya
dari segi jelek hafalannya. Sedangakan sebagian ulama lain memandang
tsiqah karena kejujuran dan kemuliannya. Maka hadisnya dari segi ini
hasan. Ketika hadis tersebut bergabung dengan beberapa jalur lain maka
hilanglah yang kita takutkan itu dari segi jelek hafalannya. Dan
terangkatlah kekurangan yang sedikit itu. Dengan demikian shahihlah
sanad tersebut dan disamakan dengan derajat shahih.
a. Jika diriwayatkan dari satu jalan atau lebih dengan catatan bahwa jalan
lain tersebut sepertinya atau lebih kuat darinya.
b. Sebab kedha‟ifan tersebut karena jeleknya hafalan rawi, terputusnya
sanad, atau jahalah rawi.
72
Panduan Dasar Ilmu Hadis
ِ اص ْج ِن ُؾ َح َْ ِس
هللا ِ ِ َامرت ِم ِش ُّي َو َح َّس يَ َُ ِم ْن َظ ِصًْ ِق ُش ْـ َح َة َؾ ْن ؿ ْ ّ ِ ٍُ َما َز َوا
هللا ْج ِن ؿَا ِم ِص ْج ِن َ ِزت َْ َـ َة َؾ ْن َب ِت َْ َِ َب َّن ا ْم َص َب ًت ِم ْن ت َ ِ ّْن فَ َز َاز َت ِ َؾ ْن َؾ ْح ِس
اِل ِ حَ َز َّو َح ْت ؿَ َىل ه َ ْـوَ ْ ِْي فَ َلا َل َز ُس ْو ُل
ِ ِ َب َز ِضُْ ِت ِم ْن ه َ ْف ِس ِم َو َم:هللا ملسو هيلع هللا ىلص
. فَبَ َخ َاس، ه َ َـ ْم:تَيَ ْـوَ ْ ِْي ؟ كَامَ ْت
Hadis yang diriwayatkan oleh Tirmidzi serta dipandang hasan oleh
beliau melalui jalan Syu'bah dari Ashim bin Ubaidillah dari Abdullah
bin Amir bin Rabi'ah dari bapaknya, bahwasanya seorang perempuan
dari Bani Fazaroh menikah dengan mahar dua sandal, lalu Rasulallah
saw bertanya, apakah engkau ridha atas dirimu dan hartamu dari dua
sandal ini ? Ia menjawab, ya, maka Rasul pun membolehkan.
Tirmidzi berkata, "Mengenai bab tersebut ada hadis dari Umar, Abu
Hurairah, Aisyah, dan Abu Hadrad. Ashim pada hadis tersebut dha‟if dari
segi hafalannya, dan sungguh Tirmidzi memandang hasan hadis tersebut
karena datangnya dari jalur yang lain.
73
Panduan Dasar Ilmu Hadis
HADIS MARDUD
(YANG DITOLAK)
74
Panduan Dasar Ilmu Hadis
75
Panduan Dasar Ilmu Hadis
HADIS DHA’IF
A. Pengertian Dha‟if
Secara bahasa dha‟if (lemah) adalah kebalikan dari kuat. Dha‟if itu ada
yang secara hissi dan ada yang secara ma'nawi. Yang dimaksud dha‟if disini
adalah dha‟if secara ma'nawi.
امط ِح َْ ِح َوامْ َح َس ِن ُ ُ َِ ُِ َُو َما َْل َْي َخمؽ ِف
ُ ش
َّ وط
Dha‟if adalah hadis yang tidak terkumpu padanya syarat – syarat hadis
shahih dan hasan.
Dengan demikian, untuk menilai suatu hadis dha‟if atau tidaknya
harus diperhatikan standar syarat - syarat hadis shahih dan hadis hasan
sebagaimana telah dijelaskan pada pembahasan sebelumnya.
1. Sanad yang paling lemah yang disandarkan kepada Abu Bakar Shiddiq
yaitu Shadaqah bin Musa ad-Daqiqi dari Farqad as-Sabkhi dari Marrah
Thayyib dari Abu Bakar.
2. Sanad yang paling lemah dari kalangan Syam, yaitu Muhammad bin
Qais al-Mashlub dari Ubaidillah bin Zahr dari Ali bin Yazid dari Qasim
dari Abu Umamah.
3. Sanad yang paling lemah yang disandarkan kepada Ibnu Abbas yaitu as-
Sudiy as-Shagir Muhammad bin Marwan dari al-Kalibi dari Abu Shalih
dari Ibnu Abbas. Al-Hafidz Ibnu Hajar berkata,"Ini adalah silsilah kadzib
bukan silsilah dzahab".
77
Panduan Dasar Ilmu Hadis
4. Sanad paling lemah Ahlu al-Bait, „Amr bin Syamr dari Jabir al-Ju‟fi dari
al-Haris al-A‟war.
5. Sanad paling lemah „Aisyah, tulisan menurut orang Bashrah, dari al-
Hadats bin Syabl dari Ummu Nu‟man.
6. Sanad paling lemah Ibnu Mas‟ud, Syarik dari Abi Fazarah dari Abu Zaid.
7. Sanad paling lemah Anas, Dawud bin al-Muhabbir dari Qahdzam dari
bapaknya dari Aban bin Abi „Ayyasy.
8. Sanad paling lemah orang – orang Mekkah, Abdullah bin Maimun al-
Qaddah dari Syihab bin Kharasy dari Ibrahim bin Yazid al-Khauri dari
Ikrimah dari Ibnu „Abbas.
9. Sanad paling lemah orang – orang Yaman, Hafsh bin Umar al-„Adani
dari al-Hakam bin Iban dari „Ikrimah dari Ibnu „Abbas.
10. Sanad paling lemah orang – orang Mesir, Ahmad bin Muhammad bin
al-Hajjaj bin Risydin dari bapaknya, dari kakeknya dari Qurrrah bin
„Abdurrahman dari setiap orang yang meriwayatkan darinya.
11. Sanad paling lemah dari orang – orang Khurasan, Abdurrahman bin
Malihah dari Nahsyil bin Sa‟id dari al-Dhahhak dari Ibnu „Abbas.
امرت ِم ِش ُّي ِم ْن َظ ِصًْ ِق " َح ِك ْ ِْي ْ ٔاْلث َْص ِم " َؾ ْن َب ِِب ثَ ِم َْ َم َة امُِْ َج َْ ِم ْي ْ ّ ِ َُ َما َبد َْص َخ
َم ْن َب ََت َحائِض ًا َب ِو ا ْم َص َب ًت ِيف ُذجُ ِصَُا َب ْو:َؾ ْن َب ِ ِْب ُ َُصٍْ َص َت َؾ ِن اميَّ ِ ِ ّب ملسو هيلع هللا ىلص كَا َل
.ََك ُِيًا فَ َل ْس َن َف َص ِت َما ُب ْى ِز َل ؿَ َىل ُم َح َّم ٍس
Hadis yang ditakhrij oleh Tirmidzi dari jalan Hakim al-Atsram dari Abi
Tamimah al-Hujaimi dari Abu Hurairah dari Nabi saw, ia bersabda,
"Barangsiapa yang mendatangi orang yang haidh atau wanita di
duburnya atau ia mendatangi dukun maka sungguh ia telah kufur
terhadap apa yang diturunkan kepada Muhammad".
Kemudian setelah mentakhrij hadis tersebut Tirmidzi berkata, "Kami
tidak mengetahui hadis ini melainkan hadis Hakim al-Atsram dari Abu
Tamimah al-Hujaimi dari Abu Hurairah". Kemudian Tirmidiz berkata,
Muhammad (Bukhari) memandang dha‟if terhadap hadis ini dari segi
sanadnya. Menurut Tirmidzi karena pada sanadnya ada Hakim al-Atsram,
dan para ulama memandang dha‟if padanya. Ibnu Hajar dalam Taqrib at-
Tahdzib berkata, padanya ada kelemahan.
78
Panduan Dasar Ilmu Hadis
79
Panduan Dasar Ilmu Hadis
80
Panduan Dasar Ilmu Hadis
HADIS DHA’IF
DISEBABKAN TERPUTUS
SANAD
Pendahuluan
Yang dimaksud dengan terputus pada sanad yaitu terputusnya rantaian
sanad karena putusnya seorang rawi atau lebih secara sengaja atau tidak
sengaja dari sebagian rawi dari awal sanad, akhir sanad atau pertengahan
sanad, baik putusnya itu secara jelas (zhahir) atau samar (khafiy).
Ditinjau dari segi jelas dan samarnya, putus sanad terbagi kepada dua
bagian, yaitu:
Pertama, terputus secara jelas. Terputus dari macam ini diketahui oleh
kalangan ulama dan yang lainnya yang menyibukan diri dalam ulumul
hadis. Terputusnya sanad dapat diketahui karena tidak bertemunya antara
rawi dengan gurunya. Hal itu terjadi karena ia tidak sezaman dengannya,
atau sezaman tetapi tidak berkumpul dengannya (dan tidak memiliki ijazah
dan wijadah). Oleh karena itu bagi pengkaji sanad-sanadnya mesti
mengetahui tarikh para rawi, karena tarikh tersebut menjelaskan tentang
kelahiran, kewafatan, waktu mencari ilmu, perjalanan, dan yang lainnya.
Para ulama hadis mengistilahkan nama hadis yang terputus secara jelas ini
dengan empat nama sesuai dengan tempat putus dan bilangan rawi yang
diputuskan. Nama-nama tersebut yaitu : Mu'allaq, Mursal, Mu‟dhal dan
Munqathi‟'.
Kedua, terputus secara samar. Terputus secara samar (khafiy) ini tidak
diketahui melainkan oleh para ulama pandai yang meneliti jalan-jalan dan
beberapa cacat pada sanad. Terputus secara samar ini ada dua nama, yaitu :
Mudallas dan Mursal Khafiy.
81
Panduan Dasar Ilmu Hadis
A. Mu‟allaq
1. Pengertian Mu'allaq
Secara bahasa, kata mu'allaq adalah bentuk isim maf'ul dari 'alaqo asy-
syaia bi asyai, yang artinya menggantungkan sesuatu dengan sesuatu dan
mengikatnya dengan sesuatu itu serta menjadikannya menjadi
menggantung. Sanad ini dinamai mu'allaq sebab bersambungnya dari arah
atas saja, serta terputusnya dari arah bawah. Maka jadilah seperti sesuatu
yang digantung pada atap atau sejenisnya.
2. Gambaran Mu'allaq
a. Semua sanad dibuang, kemudian umpamanya dikatakan "Rasulallah
saw bersabda demikian.”
b. Semua sanad dibuang kecuali sahabat atau sahabat dan tabi'in.
Untuk memperjelas gambaran sanad yang mu‟allaq dapat dilihat skema
berikut ini:
Nabi
Sahabat
-
Mukharrij
82
Panduan Dasar Ilmu Hadis
3. Contoh Mu'allaq
Contohnya yaitu:
َو كَااا َل َبتُا ْاو:َمااا َبد َْص َخ ا َُ امْ ُح َزااا ِز ُّي ِيف ُم َل َّس َم ا ِة َِب ِة َمااا ًُا ْاش َن ُص ِيف ام َف ْز ا ِش
. قَ َّعى اميَّ ِب ملسو هيلع هللا ىلص ُز ْن َحد َ ِْ َِ ِح ْ َْي َذ َذ َل ُؾثْ َم ُان: ُم ْو ََس
Hadis yang ditakhrij oleh Bukhari pada muqaddimah bab keterangan
tentang paha, "Abu Musa berkata : Nabi saw menutupi dua lututnya
ketika Utsman masuk".
.قَ َّعى اميَّ ِب ملسو هيلع هللا ىلص ُز ْن َحد َ ِْ َِ ِح ْ َْي َذ َذ َل ُؾثْ َم ُان
Bukhari
83
Panduan Dasar Ilmu Hadis
4. Hukum Mu'allaq
Hadis mu'allaq itu ditolak (mardud), karena salah satu dari syarat
diterimanya hilang, yaitu bersambung sanad. Hal itu dilakukan dengan
dibuangnya seorang rawi atau lebih pada sanadnya dan kita pun tidak tahu
tentang yang dibuang itu.
a. Jika Mu'allaq itu menggunakan shigah jazm (pasti) seperti lafadz – كَا َل
- اااَك َ َر َن
َ اااص – َح maka mu'allaq tersebut ditetapkan atas
disandarkan kepadanya. Akan tetapi hadis itu ada yang shahih, hasan
dan dha‟if. Akan tetapi tidak ada yang lemah karena keberadaannya
pada kitab yang dinama 'shahih'. Cara mengetahui shahih dari yang
selainnya dilakukan dengan cara membahas sanad hadis ini dan
menetapkan kelayakan padanya.
B. Mursal
1. Pengertian Mursal
Secara bahasa, kata mursal adalah bentuk isim maf'ul dari arsala yang
bermakna athlaqa yaitu melepaskan. Orang yang melepaskan (mursil)
seolah-olah menyebutkan isnad serta tidak mentaqyid isnad itu dengan
rawi yang dikenal.
84
Panduan Dasar Ilmu Hadis
2. Gambaran Mursal
Gambaran Mursal yaitu seorang tabi'i baik kecil atau besar berkata,
Rasulallah saw pernah bersabda demikian atau berbuat demikian atau
dilakukan suatu perbuatan di hadapan beliau demikian. Ini merupakan
bentuk mursal menurut ahli hadis. Untuk memperjelas gambaran mursal
dapat dilihat skema berikut ini:
Nabi
-
Tabi'in
Rawi
Rawi
Mukharrij
Pada skema tersebut, seorang tabi‟in menyebutkan riwayat dari Nabi.
Padahal tabi‟in itu tidak bertemu dengan Nabi. Seharusnya tabi‟in
menerima dari sahabat, dari Nabi.
3. Contoh Mursal
ٍ َح َّسزَ ِ ّْن محماسُ ْج ُان َزا ِفاؽ:حص َْ ِح َِ ِيف ِن َخ ِاة امْ ُح َُ ْوعِ كَا َلِ َ َما َبد َْص َخ َُ ُم ْس ِ ٌمل ِيف
زَيَا ُح َج ْ ٌْي زَيَا انو َّ َْ ُر َؾ ْن ُؾ َل ِْ ٍل َؾ ِن ا ْج ِن ِشِ ٍَاة َؾ ْن َس ِـ َْ ِس ْج ِان امْ ُم َساُ َّ ِة
.هللا ملسو هيلع هللا ىلص ُنَ َيي َؾ ِن امْ ُم َزاتَيَ ِة
ِ َب َّن َز ُس ْو َل
85
Panduan Dasar Ilmu Hadis
Sa'id bin Musayyab adalah tabi'i kabir, ia meriwayatkan hadis ini dari
Nabi saw tanpa menyebut perantara (sahabat) antaranya dan antara Nabi
saw. Ia menjatuhkan akhir isnad hadis ini, yaitu rawi setelah tabi'i.
.هللا ملسو هيلع هللا ىلص ُنَ َيي َؾ ِن امْ ُم َزاتَيَ ِة
ِ َب َّن َز ُس ْو َل
Rasulallah
Ibnu Syihab
'Uqail
Laits
Hujain
Muslim
86
Panduan Dasar Ilmu Hadis
5. Hukum Mursal
Pada asalnya mursal itu dha‟if yang mardud (ditolak) karena hilangnya
salah satu dari syarat maqbul yaitu bersambungnya sanad serta tidak
diketahuinya keberadaan rawi yang dibuang, karena adanya kemungkinan
bahwa yang dibuang itu bukan sahabat. Pada keadaan ini dimungkinakan
hadis itu dha‟if. Akan tetapi para ulama dari kalangan ahli hadis dan yang
lainnya berbeda pendapat mengenai hukum mursal dan kehujjahannya.
Karena mursal ini merupakan bentuk putusnya yang diperselisihkan di
akhir mana saja pada sanad. Karena biasanya yang terputus pada mursal itu
adalah sahabat, sedangkan sahabat itu semuanya adil, tidak memadaratkan
dengan tidak mengetahuinya.
Secara global, mengenai mursal ini para ulama terbagi kepada tiga
pendapat, yaitu sebagai berikut :
87
Panduan Dasar Ilmu Hadis
6. Mursal Shahabi
Mursal shahabi yaitu hadis yang diberitakan oleh sahabat mengenai
ucapan dan perbuatan Nabi saw yang tidak didengar atau disaksikan oleh
sahabat itu. Hal itu terjadi karena sahabat usianya masih kecil, Islamnya di
akhir atau tidak hadir. Ada banyak hadis yang termasuk kategori ini bagi
shigar sahabat, seperti Ibnu Abbas, Ibnu Zubair, dan yang lainnya.
88
Panduan Dasar Ilmu Hadis
Secara istilah:
.َما َس َلطَ ِم ْن ا ْس يَا ِذ ٍِ ازْيَ ِان فَبَ ْن َ ََث ؿَ َىل امخَّ َو ِاَل
ّ
Mu‟dhal adalah hadis yang pada sanadnya dibuang dua rawi secara
berurutran.
2. Contoh Mu‟dhal
Contoh mu‟dhal yaitu:
ٍ ِ َما َز َوا ٍُ امْ َح ِاُكُ ِيف " َم ْـ ِصفَ ِة ؿُوُ ْو ِم امْ َح ِسًْ ِر" ث َِس يَ ِس ٍِ ا ََل ام َل ْـيَ ِ ِ ّب َؾ ْان َم
ااِل
ّ
ِنوْ َم ْموُ ْاو ِك َظ َـا ُما َُ َو: هللا ملسو هيلع هللا ىلص
ِ كَاا َل َز ُس ْاو ُل: َبه َّ َُ تَوَّلَا َُ َب َّن َب َِب ُ َُصٍْ َاص َت كَاا َل
. َو َْل ٍُ ََكَّ ُف ِم َن امْ َـ َم ِل ا َّْل َما ًُ ِع َْ ُق.ِن ْس َوثُ َُ ِِبمْ َم ْـ ُص ْو ِف
ّ
Hadis yang diriwayatkan oleh Hakim pada Ma''rifat Ulumul Hadis
dengan sanadnya kepada Qa'nabi dari Malik bahwa ia menyampaikan
kepadanya bahwa Abu Hurairah berkata, Rasulallah saw pernah
bersabda, "Bagi hamba sahaya itu (mamluk) terdapat makanan,
minuman, dan pakaian dengan cara yang baik. Dan ia tidak dibebani
amal kecuali semampunya".
89
Panduan Dasar Ilmu Hadis
Abu Hurairah
Malik
3. Hukum Mu‟dhal
Mu‟dhal itu hadis dha‟if, keadaannya lebih jelek dari mursal dan
munqathi, karena banyaknya yang dibuang pada sanad. Hukum mu‟dhal
ini disepakati di kalangan para ulama.
90
Panduan Dasar Ilmu Hadis
D. Munqathi‟
1. Pengertian Munqathi‟
Secara bahasa, kata munqathi adalah bentuk isim fa'il dari lafadz al-
Inqitha' yang bermakna terputus, kebalikannaya itthishal yang bermakna
bersambung.
Secara istilah munqathi‟ adalah:
3. Contoh Munqathi‟
َما َز َوا ٍُ َؾ ْحسُ َّامص َّس ِاق َؾ ِن امث َّْو ِز ِ ّي َؾ ْن َب ِِب ِا ْْس ََاق َؾ ْان َسًْا ِس ْج ِان ًُْ َ ِْاؽ ٍ َؾ ْان
. ا ْٕن َوم َّ َْ ُخ ُم ْوَُا َب َِب جَ ْك ٍص فَ َل ِو ٌّي َب ِم ْ ٌْي:ُح َشًْ َف َة َم ْصفُ ْوؿ ًا
Hadis yang diriwayatkan oleh Abdurrazzaq dari Tsauri, dari Abu Ishaq,
dari Zaid bin Yutsai'y dari Hudzaifah secara marfu "jika kalian
mewalikannya kepada Abu Bakar, maka ia itu kuat dan amanat".
Pada sanad ini terputus seorang rawi di tengah sanad yaitu Syarik. Dia
terputus antara Tsauri dan Abu Ishaq, karena Tsauri tidak mendengar hadis
dari Abu Ishaq secara langsung, akan tetapi Tsauri mendengarnya dari
Syarik, dan Syarik mendengar hadis itu dari Abu Ishaq. Terputus ( inqitha')
ini tidak termasuk kategori mursal, mu'allaq, dan mu‟dhal, maka itulah
yang dinamakan munqathi‟.
92
Panduan Dasar Ilmu Hadis
Rasulallah
Hudzaifah
Abu Ishaq
Syarik
Tsauri
Abdurrazzaq
4. Hukum Munqathi‟
Berdasarkan kesepakatan para ulama, munqathi‟ itu dha‟if, karena
jahalahnya rawi yang dibuang.
E. Mudallas
1. Pengertian Tadlis
Mudallas adalah bentuk isim maf'ul dari lafadz tadlis. Secara bahasa,
tadlis adalah menyembunyikan cacat barang dari pembeli. Tadlis itu
bentuk musytaq dari lafadz ad-dals yang artinya gelap atau bercampur
gelap, hal itu diterangkan dalalm kamus. Seolah-olah seorang mudallis itu
menutupinya atas orang yang memahami hadis, ia menggelapkan
urusannya, maka jadilah hadis itu dinamai mudallas.
93
Panduan Dasar Ilmu Hadis
2. Pembagian Tadlis
Secara pokok, tadlis terbagi kepada dua bagian, yaitu tadlis isnad dan
tadlis syuyukh.
a. Tadlis Isnad
Para ulama mendefinisikan tadlis isnad dengan definisi yang berbeda
beda. Yang terpilih, paling shahih dan paling dalam menurut pandangan at-
Thahan, yaitu definisi yang dikemukakan oleh dua imam, yaitu Abu
Ahmad bin Amr al-Bazzar dan Abul Hasan bin al-Qaththan. Uraian dari
pembahsan tadlis isnad ini adalah sebagai berikut :
94
Panduan Dasar Ilmu Hadis
mengatakan ُ
َسـات – حاسزّن sehingga ia tidak termasuk orang yang
Pada contoh ini, Ibnu Uyainah menjatuhkan dua rawi antaranya dan
antara Zuhri.
b. Tadlis Taswiyyah
Pada hakikatnya, tadlis taswiyyah ini termasuk kepada macam dari
tadlis Isnad.
95
Panduan Dasar Ilmu Hadis
1) Baqiyyah bin Walid. Abu Mushir berkata, hadis-hadis Baqiyyah itu tidak
bersih, maka jadikanlah hadis-hadisnya itu palsu.
2) Al-Walid bin Muslim.
Contoh hadis dari Baqiyyah yaitu:
َس ْـ ُت َب ِِب ا َو َر َن َص امْ َحا ِسًْ َر َّ ِاَّل ْي: ِ َ اِت ِيف امْ ِـوَ ِل كَا َل ٍ َ َما َز َوا ٍُ ا ْج ُن َب ِِب َح
ٍ ْاة ْ َاْل َسا ِسي َؾ ْان َنَ ِفاؽ ٍ َُز َوا ٍُ ِا ْْس َُاق ْج ُن َزاُ ََوًْ َِ َؾ ْن ت َ ِلَِّ َة َحا َّسزَ ِ ّْن َبتُ ْاو َو
َؾ ِن ا ْج ِن ُ ََع َص َح ِسًْ ُر َْل َ ْت َمسُ ْوا ا ْس َاَل َم امْ َم ْاص ِء َح َّاّت ثَ ْـ ِصفُ ْاوا ُؾ ْلاسَ َت َز ِبًِا َِ ا
ّ
ُ َز َوى ُ ََشا ام َح ِسًْ َر ُؾ َح َْاس،َُ ُشا امْ َح ِسًْ ُر َ ُهل َب ْم ٌص كَ َّل َم ْن ً َ ْفَِ ُم:كَا َل َب ِ ِْب
ْ
96
Panduan Dasar Ilmu Hadis
هللا ْج ُن َ َْع ٍصو ( ِز َل ٌة ) َؾ ِن ِا ْْس ََاق ْج ِن َب ِِب فَ ْص َو َت (ضَ ِـ َْ ٌف) َؾ ْن َنَ ِفؽ ٍ ( ِز َل ٌة ِ
هللا ا ْج ُانِ ُ َو ُؾ َح َْاس. هللا ؿَوَ َْا َِ َو َس ّ َامل ُ اب َض َّاىل ّ ِ ِ َّ) َؾ ِن ا ْج ِان ُ ََع َاص َؾ ِان امي
فَ َكٌَّاا ٍُ ت َ ِلِّا ُة َو و َ َسا َح َُ ا ََل ْج ِان، َو ُ َُاو َب َسا ِس ٌّى،ْاة ٍ ُ ُن ْيَُ ُذ َُ َبت ُ ْو َو،َ َْع ٍصو
ّ
َ.ُ َح َّّت ا َرا حَ َصكَ ِا ْْس َُاق ْج ُن َب ِِب فَ ْص َو َت َْل ُّيُ ْ َخسَ ى هل،َُب َس ٍس َ َْك َْل ً َ ْف َع َن َهل
Hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim dalam al-'Ilal, ia berkata,
ّ
aku mendengar bapakku, dan ia menerangkan hadis yang diriwayatkan
oleh Ishaq bin Rahawaih dari Baqiyyah, Abu Wahab al-Asadi telah
menceritakan kepadaku dari Nafi' dari Ibnu Umar, yaitu hadis
"Janganlah kalian memuji keislaman seseorang sehingga kalian
mengenal ikatan akalnya". Bapakku berkata, hadis ini merupakan
perkara yang dipahami oleh sedikit orang. Hadis ini diriwayatkan oleh
Ubaidillah bin Amr (tsiqat) dari Ishaq bin Abi Farwah (dha‟if) dari Nafi'
(tsiqat) dari Ibnu Umar dari Nabi saw. Ibnu Amr kunyahnya adalah Abu
Wahab al-Asadi. Baqiyyah mengkunyahkan dan menasabkannya
kepada Bani Asad agar ia tidak dimengerti, sehingga jika ia
meninggalkan Ishaq bin Abi Farwah, ia tidak diberi petunjuk.
c. Tadlis Syuyukh
1) Pengertian Tadlis Syuyukh
Tadlis syuyukh yaitu seorang rawi meriwayatkan hadis dari gurunya
yang ia dengar darinya. Lalu ia menamai, mengkunyahi (menyebut dengan
nama Abu atau Ibnu), menasabi, dan mensifati gurunya dengan sesuatu
yang tidak dikenal agar gurunya itu tidak dikenal.
3. Hukum Tadlis
a. Hukum tadlis isnad itu dibenci sekali (makruh). Mayoritas para ulama
mencelanya. Syu'bah adalah salah seorang ulama yang sangat
mencelanya. Mengenai tadlis isnad ini Syu'bah berkata, tadlis isnad
merupakan saudara dusta (kidzb).
97
Panduan Dasar Ilmu Hadis
98
Panduan Dasar Ilmu Hadis
7. Cara Mengetahui
Tadlis dapat diketahui dengan salah satu di antara dua cara, yaitu:
a. Pemberitaan dari mudallis sendiri, misalnya jika ia ditanya,
sebagaimana yang dilakukan oleh Ibnu Uyainah.
b. Penjelasan dari salah satu ulama yang ahli dalam hal ini berdasarkan
pengetahuannya dari pembahasan dan penelusuran yang
dilakukannya.
99
Panduan Dasar Ilmu Hadis
F. Mursal Khafiy
1. Pengertian Mursal Khafiy
Secara bahasa mursal adalah bentuk isim maf'ul dari lafadz arsala yang
bermakna melepaskan. Orang yang memursalkan (mursil) seolah - olah
menyebut isnad dan tidak memaushulkannya. Khafiy adalah kebalikan dari
jalli (jelas) yaitu tersembunyi atau samar, karena mursal macam ini tidak
jelas, tidak dapat diketahui kecuali dengan penelitian.
َ َ ََب ْن ٍَ ْص ِو َي َ ََّع ْن م َ ِل َِ َُ َب ْو ؿ
ّ ِ اْص ٍُ َما مَ ْم ٌ َْس َم ْؽ ِمٌْ َُ ِتوَ ْفاغٍ َ ْي َخ ِما ُل
امسا َما َع َو
"كَ ْ َْي ٍُ نا"كال
Mursal khafiy yaitu seorang rawi meriwayatkan dari guru yang ia
bertemu atau sezaman dengannya hadis yang ia tidak dengar darinya
dengan menggunakan lafadz yang ihtimal sima dan yang lainnya
seperti lafadz كال
2. Contoh Mursal Khafiy
Contohnya yaitu:
َما َز َوا ٍُ ا ْج ُن َما َخ َِ ِم ْن َظ ِصًْ ِق ُ ََع ِص ْج ِن َؾ ْحا ِس امْ َـ ِزٍْا ِز َؾ ْان ُؾ ْل َدا َة ا ْج ِان ؿَاا ِم ٍص
.هللا َحا ِز َش امْ َح ْص ِش ُ َز ِح َم: َم ْصفُ ْوؿ ًا
Hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah dari jalur Umar bin Abdul
Aziz dari Uqbah bin Amir secara marfu' "Allah merahmati orang yang
menjaga waktu".
100
Panduan Dasar Ilmu Hadis
Baghdadi.
1. Pendahuluan
Pembahasan macam-macam mardud yang enam (mu‟allaq, mursal,
mu‟dhal, munqathi‟, mudallas dan mursal khafiy) yang sebab terputusnya
itu gugur pada sanad sudah selesai. Akan tetapi, ketika mu'an'an dan
muannan diperselisihkan, apakah keduanya itu termasuk muttashil atau
munqathi‟' maka ath-Thahan membahas keduanya pada macam mardud
yang disebabkan terputus pada sanad.
101
Panduan Dasar Ilmu Hadis
2. Pengertian Mu'an'an
Secara bahasa, mu'an'an adalah isim maf'ul dari lafadz 'an'ana yang
bermakna ucapan ؾان ؾان (dari dari). Secara istilah, mu'an'an adalah
3. Contoh Mu'an'an
َح َّسزَيَا ُؾثْ َم ُان ْج ُن َب ِ ِْب َشُْ َد َة زَيَا ُم َـا ِوً َ ُة ْج ُان ُِشَ اا ٍم:َما َز َوا ٍُ ا ْج ُن َما َخ ٍَ كَا َل
اان ْج ِان ُؾ ْاص َو َت َؾ ْان ُؾ ْاص َو َت َؾ ْان َ زَيَا ُس ْف َِ ُان َؾ ْان ُب َساا َم َة ْج ِان َسًْا ٍس َؾ ْان ُؾثْ َم
هللا َو َم ََلئِ َكذَا َُ ًُ َطاو ُّ ْو َن ؿَا َاىل ْ كَامَا.ؿَائِشَ ا َة
ِ ات كَااا َل َز ُسا ْاو ُل
َ ا َّن:هللا ملسو هيلع هللا ىلص
ّ
.امط ُف ْو ِف
ُّ َم َِا ِم ِن
Contohnya yaitu hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah, ia berkata,
Utsman bin Abi Syaibah telah menceritakan kepada kami, Mu'awiyyah
bin Hisyam telah menceritakan kepada kami, Sufyan telah meceritakan
kepada kami, dari Usamah bin Zaid dari Utsman bin Urwah dari
Urwah dari Aisyah, ia berkata, Rasulallah saw pernah bersabda,
"Sesungguhnya Allah dan para malaikat bershalawat kepada saf sebelah
kanan”.
102
Panduan Dasar Ilmu Hadis
dari jumhur ahli hadis, fiqih, dan ushul bahwa mu'an'an itu muttashil
dengan beberapa syarat. Mereka sepakat atas dua syarat padanya, dan
berbeda pendapat dalam syarat selain dari yang dua itu. Dua syarat
yang dimaksud, dan madzhab Imam Muslim memandang cukup pada
dua syarat tersebut, yaitu :
1) Rawi yang menggunakan lafadz mu'an'an itu tidak mudallis.
2) Adanya kemungkinan antara mu'an'in dan rawi yang dimu'an'ankan itu
bertemu.
Adapun syarat-syarat yang masih diperselisihkan sebagai tambahan
dari dua syarat di atas yaitu sebagai berikut :
5. Pengertian Muannan
Muannan adalah isim maf'ul dari lafadz ٔبىّان yang bermakna ia
6. Hukum Muannan
Menurut Ahmad dan sekelompok ulama, muannan itu munqathi‟'
sehingga kemuttashilannya itu jelas. Sementara itu jumhur berpendapat
bahwa ٔب ّن itu seperti ؾن. Penyebutannya itu dimungkinkan mendengar
(sima') dengan memenuhi syarat pada mu'an'an.
103
Panduan Dasar Ilmu Hadis
HADIS DHA’IF
DISEBABKAN CACAT
‘ADALAH
Hadis dha‟if yang disebabkan cacat pada „adalah berkaitan dengan sifat
„adalah cacat yang dimiliki rawi sehingga menjadikan hadisnya tertolak.
Sifat tersebut adalah : 1) Kidzb (berdusta); 2) Tuhmah bil kidzb (tertuduh
dusta); 3) Fasiq; 4) Bid'ah; dan 5) Jahalah (tidak dikenal).
A. Kidzb (Berdusta)
Yang dimaksud dusta di sini adalah seorang rawi melakukan
kebohongan dalam menjelaskan hadis Nabi dan kebohongannya itu telah
ditetapkan. Siapa saja rawi yang telah ditetapkan kebohongannya dalam
hadis nabi maka hadis yang diriwayatkannya disebut dengan hadis
maudhu‟, dan hadisnya tidak boleh diterima walaupun dia sudah
bertaubat. Di antara rawi yang terkenal dusta ini adalah Maisarah bin
Abdullah dan Nuh bin Maryam.
104
Panduan Dasar Ilmu Hadis
C. Fasiq
Yang dimaksud dengan rawi berbuat fasiq adalah seorang rawi yang
diketahui melakukan dosa besar atau rawi yang terus menerus melakukan
dosa yang kecil baik berupa perbuatan atau perkataan; secara rahasia
ataupun sembunyi – sembunyi. Periwayatan rawi tersebut tidak boleh
diterima. Jika dia melakukan taubat nasuha maka riwayatnya boleh
diterima.
D. Bid‟ah
Yang dimaksud dengan rawi yang berbuat bid‟ah yaitu seorang rawi
yang memiliki keyakinan baru yang bertentangan dengan ketetapan al-
Quran, sunnah, dan pokok – pokok syari‟at Islam. Bid‟ah dalam hal ini
terbagi kepada dua kategori, yaitu:
1. Bid‟ah yang membuat seseorang menjadi kufur; seperti seseorang yang
meyakini yang membuatnya menjadi kufur.
2. Bid‟ah yang fasiq, yang tidak menjadikan pelakukanya menjadi kufur.
105
Panduan Dasar Ilmu Hadis
MACAM – MACAM
HADIS DHA’IF YANG
DISEBABKAN CACAT
‘ADALAH
Macam – macam hadis dha‟if yang disebabkan cacat „adalah ada tiga,
yaitu: 1) maudhu‟; 2) matruk; dan 3) munkar.
A. Maudhu‟
Jika sebab celaan pada rawi itu adalah dusta atas nama Rasulallah saw
maka hadisnya dinamai maudhu'.
1. Pengertian Maudhu'
Secara bahasa maudhu' adalah bentuk isim maf'ul dari lafadz وضاؽ اميشاء
yang bermakna menjatuhkan sesuatu, dinamai seperti itu karena
tingkatannya terjatuh.
Secara istilah:
106
Panduan Dasar Ilmu Hadis
3. Tingkatan Maudhu'
Maudhu' merupakan hadis dha'if yang paling jahat dan paling jelek.
Sebagian ulama mengungkap maudhu' dengan bagian yang tersendiri dan
tidak termasuk macam hadis dha'if.
.َم ْن َحس ََّج َؾ ِ ّّن ِ َب ِسًْ ٍر ٍُ َصى َبه َّ َُ َن ِش ٌة فَِ َُو َب َحسُ ا ْم َّك ِرت ْ َِْي
"Barangsiapa yang menceritakan hadis dariku yang diketahui bahwa
hadis ia dusta maka ia termasuk salah satu dari pendusta".
107
Panduan Dasar Ilmu Hadis
dari seorang guru, lalu ia ditanya tentang kelahiran guru itu, lalu ia
menerangkan sejarah kewafatan guru itu sebelum kelahirannya, dan
tidak diketahui hadis itu kecuali darinya.
c. Keterangan (qarinah) pada rawi, seperti rawinya dari kalangan
rafidhah, dan hadis-hadis tentang keutamaan ahli bait.
d. Keterangan pada yang diriwayatkan (marwi), seperti lafadz pada hadis
itu rancu, bertentangan dengan kenyataan atau kejelasan al-Quran.
108
Panduan Dasar Ilmu Hadis
109
Panduan Dasar Ilmu Hadis
a. Ats-Tsa'labi;
b. Al-Wahidi;
c. Az-Zamakhsyari;
d. Al-Baidhawi;
e. Asy-Syaukani.
110
Panduan Dasar Ilmu Hadis
B. Matruk
Jika sebab tercelanya rawi itu dituduh dusta (sebab yang kedua) maka
hadisnya dinamai matruk.
1. Pengertian Matruk
Secara bahasa matruk adalah isim maf'ul dari kata at-Tark. Orang Arab
menamai telur yang sudah terkelupas bungkusnya dengan ungkapan "at-
Tarikah" makusdnya, yang ditinggalkan, tidak ada faidah. Sedangkan secara
istilah:
.ُ َُو امْ َح ِسًْ ُر َّ ِاَّل ْي ِيف ا ْس يَا ِذ ٍِ َزا ٍو ُمَتَّ َ ٌم ِِب ْم ِك ْش ِة
ّ
Matruk adalah hadis yang pada sanadnya ada rawi yang dituduh dusta.
3. Contoh Matruk
Contohnya yaitu:
Nasai, Daruquthuni dan yang lainnya berkata bahwa Amr bin Syamir
itu matrukul hadis (hadisnya ditinggalkan).
111
Panduan Dasar Ilmu Hadis
4. Tingkatan Matruk
Sebagaimana telah kita bahas bahwa hadis dhaif yang paling jelek
adalah maudhu', lalu matruk, munkar, mu'allal, mudraj, maqlub dan
mudhtarib. Hal tersebut berdasarkan tingkatan yang dikemukakan oleh
Ibnu Hajar.
C. Munkar
Jika sebab celaan pada rawi itu adalah sering salah, sering lalai, atau
fasiq maka hadisnya dinamai munkar.
1. Pengertian Munkar
Secara bahasa munkar adalah bentuk isim maf'ul dari lafadz inkar
(penolakan), kebalikannya adalah iqrar (pengakuan). Sedangkan secara
istilah, para ulama mendefinisikan munkar dengan definisi yang beraneka
ragam. Yang terkenal ada dua pengertian, yaitu:
Definisi pertama:
ُُا َاو امْ َح ا ِسًْ ُر َّ ِاَّل ْي ِيف ا ْس ا يَا ِذ ٍِ َزا ٍو فَ ُح ا َ كَوَ ُع ا َُ َب ْو َنا ُ َاَث ْث قَ ْفوَ ُخ ا َُ َب ْو َػَِا َاص
ّ
.َُِف ْس ُل
Hadis yang pada sanadnya ada rawi yang sering salah, sering lalai, atau
tampak kefasikannya.
Pengertian ini diterangkan oleh Ibnu Hajar, serta disandarkan oleh
beliau kepada yang lain. Pengertian ini sejalan dengan al-Baequni dalam
mandzumnya.
Definisi kedua:
.ُ َُو َما َز َوا ٍُ امضَّ ِـ َْ ُف ُمزَا ِمف ًا ِم َما َز َوا ٍُ ام ِث ّ َل ُة
Hadis yang diriwayatkan oleh rawi dha'if yang bertentangan dengan
periwayatan yang tsiqah.
Pengertian ini diterangkan oleh Ibnu Hajar serta dijadikan sandaran
olehnya. Pengertian tersebut merupakan tambahan bagi pengertian
pertama, yaitu adanya taqyid rawi dha'if yang menyalahi periwayatan yang
tsiqah.
112
Panduan Dasar Ilmu Hadis
3. Contoh Munkar
Contoh Munkar berdasarkan pengertian pertama yaitu:
اِئ َو ا ْج ُن َما َخ َة ِم ْن ِز َواً َ ِة َب ِ ِْب ُس َن ْ ٍْي َ ْي ََي ْج ِن محما ِس ْج ِان كَاُْ ٍس َؾ ْان ُّ ِ َما َز َوا ٍُ امً َّ َس
ُِشَ ا ِم ْج ِن ُؾ ْص َو َت َؾ ْن َب ِت َْ َِ َؾ ْن ؿَائِشَ َة َم ْصفُ ْوؿ ًا " ُ ُُك ْوا امْا َحوَ َح ِِبمخَّ ْما ِص فَاا َّن ا ْج َان ب ٓ َذ َم
ّ
" امش َْ َع ُان َّ ٕ َا َرا َب َُكَ َُ قَضَ َة
Hadis yang diriwayatkan oleh Nasai dan Ibnu Majah dari Abu Zukair
Yahya bin Muhammad bin Qais dari Hisyam bin Urwah dari bapaknya
dari Aisyah secara marfu' "Hendaklah kalian makan kurma mentah
bersama kurma matang, karena jika anak Adam memakannya maka
syetan akan marah.
Nasai berkata, "Ini adalah hadis munkar. Pada sanad tersebut Abu
Kuraiz tafarrud, dan ia itu adalah guru yang shaleh. Muslim mentakhrijnya
dalam mutaba'at, akan tetapi tidak diterima rawi yang dimungkinkan
ketafarudannya".
Hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim dari jalur Hubaib bin
Habib az-Ziyyat dari Abu Ishaq dari Aizar bin Huraits dari Ibnu Abbas
dari Nabi saw, beliau bersabda, " Barangsiapa yang mendirikan shalat,
menunaikan zakat, haji ke Baitullah, shaum, menghormat tamu, maka
ia akan masuk surga".
Abu Hatim berkata, "Hadis tersebut munkar, karena rawi tsiqot yang
lain meriwayatkannya dari Abu Ishaq secara mauquf, dan itu yang ma'ruf".
4. Tingkatan Munkar
Berdasarkan dua pengertian munkar tersebut, jelas bahwa munkar itu
termasuk macam hadis yang sangat dha'if, karena mungkin riwayatnya itu
dha'if yang disifati dengan sering salah, sering lalai atau fasiq. Mungkin
riwayatnya itu dha'if yang bertentangan dengan periwayatan yang tsiqah.
Kedua macam hadis tersebut dha'if yang sangat parah. Berdasarkan hal itu,
telah kita bahas pada pembahasan matruk bahwa munkar itu dha'if yang
sangat parah setelah tingkatan matruk.
114
Panduan Dasar Ilmu Hadis
HADIS DHA’IF
DISEBABKAN CACAT
DHABT
Hadis dha‟if yang disebabkan cacat pada dhabt berkaitan dengan sifat
dhabt cacat yang dimiliki rawi sehingga menjadikan hadisnya tertolak. Sifat
tersebut yaitu: 1) fuhsyu al-ghalath (banyak salah); 2) fuhsyu al-ghaflah wa
al-nisyan (banyak lalai dan lupa); 3) su‟u al-hifzhi (jelek hafalan); 4) waham
(ragu); 5) mukhalafah al-tsiqat (menyalahi rawi yang kuat).
115
Panduan Dasar Ilmu Hadis
Contoh:
امرت ِم ِش ُّي ِم ْن َظ ِصًْ ِق ِؿُْ ََس ْج ِن ًُ ْوو ُ َس َؾ ْن ُم َج ِ ٍاَل َؾ ْن َب ِِب امْ َاوذ َِّاك ْ ّ ِ ٍُ َما َز َوا
فَوَ َّما ىَ َزم َ ْت بًٓ ُة امْ َمائِاسَ ِت َسابَمْ ُت،َؾ ْن َب ِ ِْب َس ِـ َْ ٍس كَا َل ََك َن ِؾ ْيسَ َنَ َ َْخ ٌص ِم ََ ِد ْ ٍْي
.ٍُ َب ُْ ِصكُ ْو: فَ َلا َل ملسو هيلع هللا ىلص، اه َّ َُ ِم ََ ِد ْ ٍْي:هللا ملسو هيلع هللا ىلص فَ ُلوْ ُت ِ َز ُس ْو َل
ّ
Hadis yang diriwayatkan oleh Tirmidzi melalui jalur Isa bin Yunus dari
Mujalid dari Abi al-Wadak, dari Abu Sa‟id, ia berkata, “Kami memiliki
khomer milik anak yatim. Ketika turun surah al-Maidah, aku bertanya
kepada Rasulalallah, lalu aku berkata, sesungghnya khomer itu miliki
anak yatim. Rasulallah bersabda, tumpahkanlah oleh kalian khomer
itu.
Pada hadis tersebut terdapat seorang rawi yang bernama Mujalid bin
Sa‟id bin Umair. Para ahli hadis telah mendha‟ifkannya. Mereka
mensifatinya dengan banyak kesalahan. Akan tetapi Tirmidzi memandang
hasan terhadap hadis ini karena ada pada jalur yang lain dari Nabi.
1. Jelek Hafalan
Yang dimaksud jelek hafalan adalah keadaan seorang rawi yang dari
sejak awal jelek hafalannya. Keadaan ini berlangsung di setiap waktu dan
sepanjang umurnya. Menurut ahli hadis, rawi yang memiliki sifat ini tidak
di i‟tibar (telusuri) hadisnya jika hadis tersebut tidak diketahui kecuali
116
Panduan Dasar Ilmu Hadis
hanya melalui jalur dia. Jika hadisnya diketahui dari jalur yang lain, maka
boleh untuk i‟tibar.
Contohnya:
َو، َح َّسزَيَا َ ْي َاى ْج ُان َسا ْـ ٍس:امرت ِم ِش ُّي َؾ ْن محم ِس ْج ِن ثَشَ ا ٍز كَا َل ْ ّ ِ َز َوى ْاْل َما ُم
ِاص ّ
ُ ُ ِ
ِ َ َح َّسزَيَا ُش ْـ َحة َؾ ْن ؿ: كَام ْوا، َو محمسُ ْج ُن َح ْـ َف ٍص،َؾ ْحسُ َّامص ْْح ِن ْج ِن َمِْس ٍ ّي
هللا ْج ِان ؿَاا ِم ِص ْج ِان َ ِزت َْ َـا َة َؾ ْان َب ِت َْا َِ َب َّن
ِ َات َؾ ْحاس ُ َ َِس ْـ: كَا َل،هللا ِ ْج ِن ُؾ َح َْ ِس
:هللا ؿَوَ َْا َِ َو َس َّ َامل ِ اْي فَ َلاا َل َز ُس ْاو ُل ِ ْ َا ْم َص َب ًت ِم ْن ت َ ِّن فَ َز َاز َت حَ َز َّو َح ْت ؿَ َىل ه َ ْـو
.ٍُ فَبَ َخ َاس: كَا َل، ه َ َـ ْم:اِل ِتيَ ْـوَ ْ ِْي؟ كَامَ ْت ِ ِ َب َزضَ ُْ ِت ِم ْن ه َ ْف ِس ِم َو َم
Hadis yang diriwayatkan oleh imam Tirmidzi, dari Muhammad bin
Basyar, ia berkata, telah menceritakan kepada kami Yahya bin Sa‟id dan
Abdurrahman bin Mahdi, dan Muhammad bin Ja‟far. Mereka berkata,
telah menceritakan kepada kami Syu‟bah, dari „Ashim bin Ubaidillah,
dia berkata, aku mendengar Abdullah bin Amir bin Rabi‟ah, dari
bapaknya, bahwasanya seorang perempuan dari Bani Fazarah pernah
menikah dengan (mahar) dua sandal, Rasulallah bertanya, apakah
engkau ridha kamu diberi mahar dengan dua sandal? Dia menjawab,
ya. Maka Rasul pun membolehkannya.
Hadis ini dha‟if dengan isnad ini, karena pada hadis tersebut ada
seorang rawi yang bernama „Ashim bin Ubaidillah, dia itu dha‟if, karena
didha‟ifkan oleh mayoritas ulama hadis, dan mereka pun menshifatinya
bahwa dia adalah rawi yang jelek hafalan. Akan tetapi, imam Tirmidzi
memandang hasan terhadap hadis tersebut, karena datang dari jalur yang
lain. Tirmidzi mengatakan, terkait dengan bab ini, ada hadis dari Umar,
Abu Hurairah, Sahl bin Sa‟ad, Abu Sa‟id, Anas, „Aisyah, Jabir, dan Abu
Hadrad al-Aslami.
117
Panduan Dasar Ilmu Hadis
2. Mukhtalith
Rawi yang mukhtalith adalah rawi yang jelek hafalan karena faktor usia
yang tua, sakit, atau adanya suatu peristiwa, seperti kematian seorang
anak, harta, atau kitabnya dicuri. Rawi yang keadaannya seperti ini disebut
dengan mukhtalith. Diterima atau ditolaknya hadis mukhtalith ini ada
beberapa rincian sebagai berikut:
Contohnya:
،َز َوى ْاْل َما ُم َب ْ َْحسَ َؾ ْن َو ِن َْؽ ٍ َؾ ِن امْ َم ْس ُـ ْو ِذ ِ ّي َؾ ْن َؾ ْح ِس امْ َج َّحاا ِز ْج ِان َوائِ ٍال
ّ
َهللا ؿَوَ َْا َِ َو َس َّ َامل ٍَ ْصفا ُؽ َّ
ُ اب َضاىل َ َ َ َ
َّ ِ َّ بهَّا َُ َزبى امي:َح َّسزَ ِ ّْن ب ُْ ُل تَُْ ِ ِْت َؾ ْن ب ِ ِْب
َّ ًَسَ ًْ َِ َم َؽ امخَّ ْكد ْ َِْي ِت َو ًَضَ ُؽ ً َ ِم َْيَ َُ ؿَ َىل ٌ ََس ِاز ٍِ ِيف
.امط ََل ِت
118
Panduan Dasar Ilmu Hadis
Hadis ini dha‟if, karena Yazid bin Harun mendengar darinya (al-
Mas‟ud) setelah ikhtilath.
119
Panduan Dasar Ilmu Hadis
hadisnya tidak ditinggalkan. Keraguan ini terkadang terjadi pada isnad, dan
juga pada matan, juga terkadang pada isnad dan matan secara bersamaan.
َّض َح ِصٍْ ِص ْج ِن َح ِاس ٍم َؾ ْن ََثت ٍِت َؾ ْن َبو َ ٍاس ِ ْ َّامرت ِم ِش ُّي ِم ْن َظ ِصًْ ِق َب ِِب امي ْ ّ ِ ٍُ َز َوا
.امط ََل ُت فَ ََل ثَ ُل ْو ُم ْوا َح َّّت حَ ْص َو ِ ِْن
َّ ا َرا ُب ِك ِْ َم ِت:َؾ ِن اميَّ ِ ِ ّب ملسو هيلع هللا ىلص كَا َل
ّ
Yaitu hadis yang diriwayatkan oleh Tirmidzi dari jalur Abu al-Nadhr
Jarir bin Hazim dari Tsabit dari Anas dari Nabi saw, ia berkata, „Jika
shalat telah didirikan/ dikumandangkan iqamahkan maka janganlah
kalian berdiri sehingga melihatku.
120
Panduan Dasar Ilmu Hadis
َّ َما َز َوا ٍُ ا ْج ُن َؾ ْح ِس امْ َ ِّْب ِيف امخَّ ْمِِ َْ ِس َؾ ْن َب ْ َْحسَ ْج ِان فَا ْذ ٍح َو َؾ ْحا ِس
اماص ْ َْح ِن ْج ِان
َ ْي َى كَ َاْل َح َّسزَيَا َ ْْح َز ُت ْج ُن ُم َح َّم ٍس ْام ِكٌَ ِاِن كَا َل َح َّسزَيَا ا ْْس َُاق ْج ُن ا ْج َصا ُِ ْ َْي ْج ِن
ّ ّ
ااِل َؾ ِان ا ْج ِان ِشاِ ٍَاة ٌ ِ َخا ِج ٍص كَا َل َح َّسزَيَا َس ِـ َْسُ ْج ُن َب ِ ِْب َم ْص َ ََي كَا َل َحا َّسزَيَا َم
َْل:هللا ؿَوَ َْ ا َِ َو َسا َّ َامل كَااا َل
ُ هللا َضا َّاىل ِ ااِل َب َّن َز ُسا ْاو َل ٍ ِ َؾا ْان َبوَا ِاس ْجا ِان َما
ِ ثَ َحاقَضُ ا ْاوا َو َْل َ َت َاسااسُ ْوا َو َْل ثَااسَ اجَ ُص ْوا َو َْل ثَيَافَ ُسا ْاوا َو ُن ْوهُا ْاوا ِؾ َحااا َذ
هللا
. ٍاد َْواَنً َو َْل َ ِي ُّل ِم ُم ْس ِ ٍمل َب ْن ُّيَ ْ ُج َص َبذَا ٍُ فَ ْو َق زَ ََل ِج مَ ََال
ّ
Hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu Abdi al-Bar dalam al-Tamhid dari
Ahmad bin Fath dan Abdurrahman bin Yahya, mereka berdua berkata,
telah menceritakan kepada kami Hamzah bin Muhammad al-Kinani, ia
berkata, telah menceritakan kepada kami Ishaq bin Ibrahim bin Jabir,
ia berkata, telah menceritakan kepada kami Sa‟id bin Abi Maryam, ia
berkata, telah menceritakan kepada kami Malik dari Ibnu Syihab dari
Anas bin Malik, bahwasanya Rasulallah saw bersabda, “Janganlah
kalian saling membenci, janganlah kalian saling hasad, janganlah
kalian saling membelakangi dan janganlah kalian saling bersaing.
Jadilah kalian hamba – hamba Allah sebagai saudara. Tidak halal bagi
seorang muslim meninggalkan (bermusuhan) dengan saudaranya di
atas tiga hari”.
امؼا َّان َب ْن ا َش ُة امْ َح ا ِسًْ ِر َو َْل َ َت َّس ُسا ْاوا َو َْل َ َْ َّس ُسا ْاوا َو َْل َّ ا ََّّي ُ ُْك َو
َّ امؼا َّان فَاا َّن
ّ ّ
ِ ِ ُ َ َ َ َ َ َ
. ًثَيَاف ُس ْوا َو ْل َت َاسسُ ْوا َو ْل ثَ َحاقضُ ْوا َو ْل ثَسَ اجَ ُص ْوا َو ن ْوه ُْوا ؾ َحا َذ هللا اد َْواَن
ّ
121
Panduan Dasar Ilmu Hadis
َما َز َوا ٍُ ُم ْس ِ ٌمل ِيف امخَّ ْمَ ْ ِِّي َؾ ْن ُسُ ْ َِْي ْج ِان َح ْاص ٍة زَيَاا ا ْْس َُااق ْج ُان ِؿُْ ََسا زَيَاا ا ْجا ُن
ّ
ِ ٍ ِ
ُْس ْج ُن َسـ َْس َؾ ْان َسًْاس ْج ِان ُ ْ مَِِ َْ َـ َة كَا َل َن َخ َة ا َ ََّل ُم ْو ََس ْج ِن ُؾ ْل َد َة ً َ ُل ْو ُل َح َّسزَ ِ ّْن ث
ّ
ِ.هللا ملسو هيلع هللا ىلص ْاحذَ َج َم ِيف امْ َم ْس ِجس
ِ ََثت ٍِت َب َّن َز ُس ْو َل
Yaitu hadis yang diriwayatkan oleh Muslim dalam al-Tamyiz dari
Zuhair bin Harb, telah menceritakan kepada kami Ishaq bin „Isa, telah
menceritakan kepada kami Ibnu Lahi‟ah, dia berkata. Musa bin „Uqbah
telah menulis kepadaku, ia berkata, telah menceritakan kepada kami
Busr bin Sa‟id dari Zaid bin Tsabit, bahwasanya Rasulallah saw pernah
berbekam di masjid.
Hadis ini terdapat waham Ibnu Lahi‟ah pada isnad dan matannya.
Adapun waham dalam isnad pada ucapannya, “Musa bin „Uqbah telah
menceritakan kepada kami, ia berkata, Busr bin Sa‟id telah menceritakan
kepada kami”. Sesungguhnya Musa bin „Uqbah hanya mendengar hadis ini
dari Abu al-Nadhr, ia meriwayatkannya dari Busr bin Sa‟id. Adapun waham
dalam matan terdapat pada ucapan “dia berbekam”. Sedangkan hadis
shahih yang diriwayatkan dari rawi tsiqat menjelaskan memangku.
122
Panduan Dasar Ilmu Hadis
3. Hukum Waham
Jika telah diketahui waham dari hasil penelitian dan penelusuran
dalam hadis, maka hadisnya disebut hadis mu‟allal, dan dia termasuk hadis
yang ditolak kecuali jika diketahui dari jalur lain yang menguatkan. Waham
dalam isnad terkadang merusak isnad dan matan secara bersamaan.
Terkadang rusak dalam isnad saja, tanpa ada kecacatan dalam matan
sebagaimana pada contoh sebelumnya. Isnadnya mu‟allal, tidak shahih,
sedangkan matannya shahih.
Contohnya yaitu:
ْ ِ َ َااَل امْ ِحا َشا ِء َحا َّسزَ ِ ّْن َ ََّع ٌااز َم ْاو ََل ت
اّن ٍ ِ َما َز َوا ٍُ َب ْْحَسُ َؾ ْن ا ْ ََسا ِؾ َْا َل َؾ ْان ذ
ّ
ِ ث ُُاو ِ ّ َيف َز ُس ْاو ُل:ااش ً َ ُلا ْو ُل
هللا ملسو هيلع هللا ىلص َو ُ َُاو ا ْج ُان ٍ ُِ
ٍ َ َِس ْـ ُت ا ْج َن َؾ َّح:َاِش كَا َل
.َ َْخ ٍس َو ِس ِخّ ْ َْي َس يَ ًة
Hadis yang diriwayatkan oleh Ahmad dari Isma‟il, dari Khalid al-Hidza,
telah menceritakan kepadaku „Ammar maula Bani Hasyim, dia berkata,
aku mendengar Ibnu „Abbas berkata, Rasulallah wafat pada usia 65
tahun.
123
Panduan Dasar Ilmu Hadis
adalah salah satu rawi Muslim. Muslim mentakhrij hadis tersebut, karena
„Ammar termasuk rawi yang menyalahi yang tsiqat yang sifatnya jarang.
Contoh lain yang ditemukan adalah para ulama dan ahli hadis
mendha‟ifkan Muhammad bin „Umar al-Waqidi, padahal mereka tahu
bahwa beliau orang yang tahu tentang sejarah, luas ilmunya tentang sirah
dan perang. Hal itu terjadi karena banyak hadis yang diriwayatkan
menyalahi riwayat yang tsiqat.
Rawi yang lain adalah Yahya bin Abi Zakaria al-Ghasani al-Wasithi,
didha‟ifkan oleh para ahli hadis karena banyak menyalahi rawi – rawi yang
tsiqat. Ibnu Hibban berkata, tidak boleh meriwayatkan dari Yahya bin Abi
Zakaria al-Ghassani al-Wasithi, karena dia banyak meriwayatkan hadis –
hadis yang bertentangan dengan rawi tsiqat.
124
Panduan Dasar Ilmu Hadis
MACAM – MACAM
HADIS DHA’IF YANG
DISEBABKAN
BERTENTANGAN
DENGAN YANG KUAT
A. Mudraj
1. Pengertian Mudraj
Secara bahasa kata mudraj merupakan shigah isim maf‟ul dari kata
adraja – yudriju – idraj, yang artinya memasukan dan mencampurkan pada
sesuatu.
. َب ْو ُب ْذ ِذ َل ِيف َم ْذ ِي َِ َما مَُْ َس ِمٌْ َُ ت ََِل فَ ْط ٍل،ٍِ َما كُ ِ ّ َْي ِس ََ ُاق ا ْس يَا ِذ
ّ
Hadis yang berubah susunan sanadnya atau dimasukan pada matannya
sesuatu yang tidak ada pada matan itu tanpa adanya pemisah.
125
Panduan Dasar Ilmu Hadis
2. Pembagian Mudraj
Mudraj terbagi kepada dua, yaitu: a) mudraj al-isnad; dan b) mudraj al-
matan.
a. Mudraj al-Isnad
هللا ضىل هللا ِ كَا َل َز ُس ْو ُل:َح َّسزَيَا ْ َاْل ْ ََع ُ َؾ ْن َب ِ ِْب ُس ْف َِ َان َؾ ْن َخا ِج ٍص كَا َل
: فَوَ َّما ه ََؼ َص ا ََل ََثت ٍِت كَاا َل، " َو َس َك َت ِم ََ ْك ُذ َة اد ُ ْس َخ ْم ِ ْل.... ؿوََ وسمل
ّ
.َم ْن َن ُ ََث ْث َض ََلثُ َُ ِِبنو َّ َْ ِل َح ُس َن َو ْ ُِج َُ ِِبهنَّ َا ِز
“Telah bercerita kepada kami al-A‟masy dari Abu Sufyan dari Jabir, ia
berkata: Rasulullah bersabda... Dan dia diam agar orang yang diimlakan
menulis. Ketika la ia melihat Tsabit, ia berkata: „Barangsiapa
memperbanyak shalatnya di malam hari, maka pada siang hari
wajahnya menjadi indah.‟
126
Panduan Dasar Ilmu Hadis
Hal itu ditujukan kepada Tsabit karena kezuhudan dan sikap wara‟nya,
namun Tsabit mengira bahwa hal itu merupakan matan hadis. Lalu ia pun
menceritakannya.
b. Mudraj al-Matan
127
Panduan Dasar Ilmu Hadis
Kalimat:
َب ْس ِحل ُْوا امْ ُوضُ ْو َء
Sempurnakanlah wudlu kalian
Ini merupakan mudraj, yaitu perkataan Abu Hurairah yang tersisipkan.
Hal ini telah dijelaskan oleh Imam Bukhari dari Adam dari Syu‟bah dari
Muhammad bin Ziyad dari Abu Hurairah, yang berkata:
128
Panduan Dasar Ilmu Hadis
Perkataan:
" اخل.... ٍِ " َو َّ ِاَّل ْي ه َ ْف ِِس ِت ََ ِس
Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya,….sampai akhir.
Merupakan ucapan Abu Hurairah. Sebab tidak mungkin hal itu berasal
dari ucapan Nabi saw karena tidak mungkin beliau berandai-andai sebagai
budak, lagi pula ibunya sudah tidak ada meskipun beliau berbuat baik
kepadanya.
5. Hukum Idraj
Menurut kesepakatan ulama dari kalangan ahli hadis, fuqaha dan
selain mereka, idraj itu tidak boleh dilakukan. Pengecualiannya hanya
untuk menafsirkan lafadz-lafadz hadis yang asing, hal ini tidak dilarang.
Karena itu az-Zuhri dan imam-imam lain telah melakukannya.
129
Panduan Dasar Ilmu Hadis
1. Pengertian Maqlub
Menurut bahasa, kata “maqlub” adalah isim maf‟ul dari kata qalb yang
berarti membalikkan sesuatu dari bentuk yang semestinya. Dalam
penjelasan lain disebutkan bahwa maqlub secara bahasa adalah:
َِ اميش ِء َؾ ْن َو ْ ِِج
ْ َّ َ ْت ِوًْ ُل
Memindahkan sesuatu dari arahnya.
.ٍِ ِت َخ ْل ِس ْ ٍَي َب ْو ثَبِ ِذ ْ ٍْي َو َ َْن ِو،َِ اتْسَ ا ُل م َ ْفغٍ ِتبٓد ََص ِيف َس يَ ِس امْ َح ِسًْ ِر َب ْو َم ْذ ِي
ّ
Mengganti salah satu kata dari kata-kata yang terdapat pada sanad atau
matan hadis, dengan cara mendahulukan kata yang seharusnya
diakhirkan, mengakhirkan kata yang seharusnya didahulukan, atau
dengan cara yang semisalnya.
Dalam definisi lain dijelaskan:
َّ ُ َُو امْ َح ِسًْ ُر َّ ِاَّل ْي َبتْسَ َل ِف ِْا َِ َزا ِوًْا َِ َشاُْئ ًا تِابٓد ََص ِيف
ِ ْ امسا يَ ِس َب ْو ِيف امْ َم
اْت
َ َْعس ًا َب ْو َسِ ًْوا
Maqlub adalah hadis yang padanya rawi mengganti sesuatu dengan
yang lain pada sanad atau matan baik sengaja ataupun lupa.
130
Panduan Dasar Ilmu Hadis
2. Pembagian Maqlub
Hadis maqlub terbagi menjadi dua bagian, yaitu : a) Maqlub sanad dan
b) Maqlub matan.
a. Maqlub Sanad
Contohnya yaitu:
َح ِسًْ ٌر َز َوا ٍُ َ َّْحا ُذ اميَّ ِط َْ ِ ِ ّب َؾ ِن ْ َاْل ْ ََع ِ َؾ ْن َب ِِب َضا ِم ٍح َؾ ْن َب ِ ِْب ُ َُصٍْ َص َت
ِ ْ ا َرا م َ ِل ِْ ُ ُُت امْ ُم:َم ْصفُ ْوؿ ًا
.َش ِن ْ َْي ِيف َظ ِصًْ ٍق فَ ََل ثَ ْحسَ ُء ْو ُ ُْه ِِب َّمس ََل ِم
ّ
131
Panduan Dasar Ilmu Hadis
b. Maqlub Matan
Contohnya:
132
Panduan Dasar Ilmu Hadis
133
Panduan Dasar Ilmu Hadis
4. Hukum Pemaqluban
a. Jika pembalikan pada matan dan sanad hadis dilakukan bertujuan agar
sanad atau matannya tidak diketahui, maka perbuatan ini tidak
diperbolehkan karena perbuatan tersebut sama dengan mengubah
hadis. Sedangkan mengubah hadis adalah perbuatan para perawi
pendusta.
b. Jika dilakukan untuk menguji yang betujuan untuk mengetahui tingkat
kekuatan hafalan dan kelayakan seorang menjadi ahli hadis, maka hal
ini diperbolehkan. Kebolehan melakukan pembalikan ini harus
memenuhi syarat. Yaitu seorang perawi yang melakukan pembalikan
harus menjelaskan matan dan sanad tersebut sebelum ia
meninggalkan tempat.
134
Panduan Dasar Ilmu Hadis
135
Panduan Dasar Ilmu Hadis
Jika kedua syarat atau salah satu syarat itu tidak terpenuhi, maka
tambahannya diunggulkan (diprioritaskan) dan dapat diterima; dan sanad
yang hilang dari tambahan tadi dianggap munqathi‟ (terputus), akan tetapi
terputusnya itu tersembunyi. Inilah yang dinamakan dengan hadis mursal
khafi.
1. Pengertian Mudhtarib
Secara bahasa kata mudhtharib merupakan isim fa‟il dari kata
idhthirab, yang bermakna cacatnya suatu urusan dan rusaknya suatu
susunan. Asalnya dari ungkapan idhthirab al-mauj, yaitu banyaknya
pergerakan dan satu sama lain saling memukul.
Secara istilah, mudhtharib adalah:
.َما ُز ِو َي ؿَ َىل َب ْو ُخ ٍَ ُم ْر َخ ِو َف ٍة ُمد َ َسا ِوً َ ٍة ِيف امْ ُل َّو ِت
Hadis mudhtharib adalah hadis yang diriwayatkan dalam bentuk yang
berbeda-beda, yang masing-masing sama kuatnya.
136
Panduan Dasar Ilmu Hadis
Jika salah satu riwayat mampu ditarjih (dikuatkan) atas riwayat yang
lain, atau riwayat-riwayat tersebut mungkin untuk dikompromikan (di-
jama‟) dalam bentuk yang bisa diterima, maka hadis tersebut tidak
dinamakan hadis mudhtharib. Pada kondisi ini, kita mengamalkan riwayat
hadis yang rajih (yang kuat) jika tarjih bisa dilakukan, atau mengamalkan
seluruh riwayat hadis jika mungkin dilakukan kompromi terhadap semua
riwayat tersebut.
3. Pembagian Mudtharib
a. Mudhtharib Sanad
Contohnya yaitu:
ِ ََّي َز ُس ْو َل:َح ِسًْ ُر َب ِِب جَ ْك ٍص زيض هللا ؾيَ َبه َّ َُ كَا َل
،هللا َب َزاكَ ِشخْ َت
كَا َل" َش ََّخَ ْذّن ُ ٌْو ٌذ و ٔبدوالاا
137
Panduan Dasar Ilmu Hadis
b. Mudhtharib Matan
Contohnya yaitu:
138
Panduan Dasar Ilmu Hadis
1. Pengertian Mushahhaf
Menurut bahasa mushahhaf merupakan isim maf‟ul dari kata at-
tashhif, yang berarti kekeliruan pada halaman. Dari situ terdapat kata ash-
shahafiyu, yaitu orang yang keliru membaca halaman, kemudian sebagai
lafazh jadi berubah disebabkan kekeliruan membacanya.
Secara istilah mushahhaf adalah:
ُ ثَ ْلَ ْ ُِْي ْام َ َِك َم ِة ِيف امْ َح ِسًْ ِر ا ََل كَ ْ ِْي َما َز َواَُا ام ِث ّ َل
. اث مَ ْفؼ ًا َب ْو َم ْـ ًّن
Berubahnya kata di dalam hadis dengan kata selain yang diriwayatkan
ّ
oleh (rawi) tsiqah, baik lafadznya maupun maknanya.
139
Panduan Dasar Ilmu Hadis
3. Pembagian Mushahhaf
َض َّىل امَ َْيَا،ٍش ٌف َ َْن ُن ِم ْن ؿَ َ َزن ْ َ َ َْن ُن كَ ْو ٌم مَيَا: كَ ْو ُل َب ِ ِْب ُم ْو ََس امْ َـ َ ِزني
ّ
َّهللا ؿَوَ َْ َِ َو َس َمل ُ ِشِل َح ِسًْ َر َب َّن اميَّ ِ َّب َض َل ِ َز ُس ْو ُل
َ ِ هللا ملسو هيلع هللا ىلص ٍُ ِصًْسُ ت
َض ّىل ا ََل ؿَ َ َزنٍ " فَذَ َو َّ َُه َبه َّ َُ َض َّىل ا ََل كَ ِد َْوََتِ ِ ْم َو اه َّ َما امْ َـ َ َزن ُت ُُيَا امْ َح ْصت َ ُة
ّ ّ ّ
ّثُ ْي َط ُة ت َ ْ َْي ًَسَ ي امْ ُم َطىل
Perkataan Abu Musa al-„Anazi: “Kami adalah kaum yang memiliki
kemuliaan, dan kami juga memiliki anazah (tombak). Kemudian
Rasulullah saw. shalat (menghadap) kepada kami.” Ia mengira bahwa
maksud dari hadis tersebut adalah, Nabi saw. shalat bagi anazah, yaitu
menyangka bahwa Nabi saw. shalat bagi kabilah anazah. Padahal yang
dimaksud anazah disini adalah tombak yang ditancapkan di hadapan
yang shalat.
141
Panduan Dasar Ilmu Hadis
a. Jika tashhif yang dilakukan rawi itu sangat jarang maka hal itu tidak
merusak kedhabitannya, sebab ia selamat dari kesalahan, lagi pula
tashhif yang dilakukannya sedikit.
b. Jika yang dilakukannya itu banyak (sering), maka hal itu merusak
kedhabitannya; sekaligus menunjukkan (tingkatannya) yang
meringankan, dan ia tidak memiliki kelayakan dalam masalah ini.
142
Panduan Dasar Ilmu Hadis
HADIS DHA’IF
DISEBABKAN SYADZ
DAN ‘ILLAT
.ٌَُْ َما َز َوا ٍُ امْ َم ْل ُد ْو ُل ُمزَا ِمف ًا ِم َما ُ َُو َب ْو ََل ِم
“Hadis yang diriwayatkan oleh rawi yang maqbul (diterima) yang
menyelisihi riwayat rawi yang lebih utama darinya”
143
Panduan Dasar Ilmu Hadis
2. Terjadinya Syadz
Syadz terjadi pada dua tempat, yaitu: a) Syadz pada sanad; dan b) Syadz
pada matan
اِئ َو ا ْج ُن َما َخ َة ِم ْن َظ ِصًْ ِق ا ْج ِن ُؾ ٌَََُْ َة َ َْع َصو ْج ِن ُّ ِ امرت ِم ِش ُّي َو امً َّ َس
ْ ّ ِ ٍُ َما َز َوا
ِذًْيَا ٍز َؾ ْن َؾ ْو ََسََ َؾ ِن ا ْج ِن َؾ َّح ٍاش َب َّن َز ُخ ًَل ث ُُو ِ ّ َيف ؿَ َىل َؾِْ ِس َز ُس ْو ِل ضىل
َو َتَ ت َ َؽ ا ْج ُن ُؾ ٌَََُْ َة.َُهللا ؿوََ وسمل َو م َ ْم ًَسَ ْع َو ِاز ًَث اْلَّ َم ْو ََل ُُ َو َب ْؾ َخ َل
ّ
فَ َص َوا ٍُ َؾ ْن َع ِصو، َو ذَام َفِ ُْم َ َّْحا ُذ ْج ُن َسًْ ٍس،ٍُ ؿَ َىل َو ْض ِ َِل ا ْج ُن ُح َصًْ ٍج َو كَ ْ ُْي
ْ َ َ
. َس َة َو مَ ْم ً َ ْش ُن ِص ا ْج َن َؾ َّح ٍاشَ َ ْج ِن ِذًْيَ ٍاز َؾ ْن َؾ ْو
Hadis yang diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi, Nasa‟i dan Ibnu Majah
dari jalan Ibnu Uyainah dari Amr bin Dinar dari „Ausajah dari Ibnu
Abbas : “Bahwa ada seseorang pada zaman Rasulullah meninggal dan
tidak meninggalkan warisan kecuali satu budaknya yang telah ia
merdekakan” (HR. Abu Daud) Ibnu „Uyainah mengikuti Ibnu Juraij dan
yang lainnya juga meriwayatkan hadis ini secara maushul
(tersambung). Adapun Hammad bin Zaid meriwayatkan dengan
menyelisihi mereka. Dia meriwayatkan dari Amr bin Dinar dari
„Ausajah dan tidak menyebutkan Ibnu Abbas.
Oleh karena itu Abu Hatim menjelaskan : “Yang mahfudz adalah hadis
Ibnu Uyainah” Hammad bin Zaid adalah termasuk orang yang adil dan
dhabit (hafalannya kuat) namun walaupun begitu Abu Hatim lebih
menguatkan riwayat yang disebutkan oleh kebanyakan rawi yang lain.
b. Syadz pada Matan
امرت ِما ِش ُّي ِما ْان َحا ِسًْ ِر َؾ ْحا ِس امْ َوا ِحا ِس ا ْجا ِان ِس ََّي ٍذ َؾا ِان ْ ّ ِ َمااا َز َوا ٍُ َبتُا ْاو ذَا ُو َذ َو
ا َرا َض َّاىل َب َحاسُ ُ ُْك امْ َف ْج َاص:ْ َاْل ْ ََع ِ َؾ ْن َب ِِب َضا ِم ٍح َؾ ْان َب ِ ِْب ُ َُصٍْ َاص َت َم ْصفُ ْوؿا ًا
ّ
.َِ فَوْ ََضْ َع ِج ْؽ َؾ ْن ً َ ِم َْ ِي
Hadis yang diriwayatkan oleh Abu Daud dan Tirmidzi dari hadis Abdul
Wahid bin Ziyad dari A‟masy dari Abu Shalih dari Abu Hurairah secara
marfu‟ (disandarkan kepada Rasulullah Sallallahu 'Alahi Wasallam):
“Apabila salah satu diantara kalian shalat fajar, maka hendaklah ia
berbaring ke samping kanannya”
فَ ِا َّن اميَّ َاش اه َّ َما،كَا َل امْ َح ْْيَ ِل ُّي ذَام َ َف َؾ ْحسُ امْ َوا ِح ِس امْ َـسَ َذ ْام َك ِث ْ َْي ِيف ُ ََشا
ّ
َو اهْ َف َص َذ َؾ ْحسُ امْ َوا ِح ِس ِم ْن ت َ ْ َْي، َْل ِم ْن كَ ْو ِ ِهل.َز َو ْو ٍُ ِم ْن ِف ْـ ِل اميَّ ِ ِ ّب ملسو هيلع هللا ىلص
.ِحص ِاة ْ َاْل ْ ََع ِ ِبِ َشا انو َّ ْفغ َ ْ اث َبِ ِز َل
Imam Baihaqi menjelaskan bahwa dalam hadis ini, Abdul Wahid
menyelisihi riwayat orang banyak, karena orang-orang hanya
meriwayatkan dari perbuatan Nabi Sallallahu 'Alahi Wasallam dan
bukan dari perkataan beliau. Abdul Wahid menyendiri dengan lafadz
ini dibanding para rawi tsiqat dari para shabat A‟masy.
145
Panduan Dasar Ilmu Hadis
3. Mahfudz
Al-Mahfudz adalah lawan dari Syadz, yaitu:
Adapun contoh dari hadis mahfudz adalah dua contoh yang disebutkan
pada hadis Syadz namun dari jalan rawi yang lebih tsiqah, yaitu riwayat
yang menyelisihi riwayat yang syadz.
146
Panduan Dasar Ilmu Hadis
2. Pengertian „Illat
a. Yang termasuk jenis pertama: yaitu cacat karena rawinya dusta, atau
lupa, atau hafalannya buruk, atau sejenisnya. Imam Tirmidzi
menamakan nasakh sebagai „ilat.
b. Yang termasuk jenis kedua: yaitu cacat karena menyelisihi, yang tidak
merusak keshahihan hadis, seperti hadis mursal yang sampai kepada
rawi tsiqah. Dari sini sebagian ahli hadis mengatakan: “Di antara hadis
shahih adalah hadis shahih mu‟allal.”
147
Panduan Dasar Ilmu Hadis
a. Menyendirinya rawi;
b. Menyelisihi dengan rawi lain;
c. Indikasi-indikasi lain yang kemudian bergabung, sebagaimana yang
sudah dibahas pada topik sebelumnya.
148
Panduan Dasar Ilmu Hadis
a. „Ilat terjadi pada sanad –ini yang paling banyak- seperti sanadnya
mauquf atau mursal.
b. „Ilat juga bisa terjadi pada matan –ini sangat sedikit- seperti hadis yang
meniadakan bacaan basmalah di waktu shalat.
149
Panduan Dasar Ilmu Hadis
I’TIBAR, MUTABI’,
DAN SYAHID
َِ ُ َُو ثَدَدُّ ُؽ ُظ ُص ِق َح ِسًْ ٍر اهْ َف َص َذ ِج ِص َواً َ ِخ َِ َزا ٍو ِم َُ ْـ َص َف ُ َْل َش َاز َن َُ ِيف ِز َواً َ ِخ
.كَ ْ ُْي ٍُ َب ْو َْل
Menelusuri jalan – jalan hadis yang menyendiri seorang rawi dalam
periwayatannya untuk diketahui apakah yang lain ada yang
menyertainya dalam periwayatannya atau tidak ada.
150
Panduan Dasar Ilmu Hadis
َو ُ َْل، ُ َْل ثَ َف َّص َذ ِت َِ َزا ِوًْ َِ َب ْو َْل،َو ْا ِْل ْؾ ِخ َح ُاز ُ َُو اميَّ ْؼ ُص ِيف َح ِال امْ َح ِسًْ ِر
.ُ َُو َم ْـ ُص ْو ٌف َب ْو َْل
I‟tibar adalah meneliti tentang keberadaan hadis, apakah seorang rawi
menyendiri atau tidak dan apakah dia dikenal atau tidak.
2. Mutabi‟
Mutabi‟ disebut juga dengan istilah tabi‟. Secara bahasa artinya setuju.
Secara istilah:
ُ َُو امْ َح ِسًْ ُر َّ ِاَّل ْي ٌُشَ ِازكُ ِف ِْ َِ ُز َّواثُ َُ َز َوا ٍُ امْ َح ِسًْ ُر امْ َف ْص ُذ مَ ْفؼ ًا َو َم ْـ ًَن
.اِب َّ َم َؽ ْاْل ِ ّ َتا ِذ ِيف،ْفَ َلط
ّ ِ ِ امط َح
ّ
Mutabi‟ adalah hadis yang padanya ada beberapa rawi yang menyertai
para rawi yang hadisnya menyendiri baik secara lafadz dan makna atau
maknanya saja disertai kesamaan sahabat.
3. Syahid
Syahid merupakan bentuk isim fa‟il dari syahadah. Dinamai demikian
karena syahid itu menyaksikan bahwa hadis yang fardu (menyendiri) itu
ada asalnya dan syahid itu menguatkan hadis yang fardu itu, sebagaimana
halnya saksi yang menguatkan terdakwa.
Secara istilah:
،ُ َُو امْ َح ِسًْ ُر َّ ِاَّل ْي ٌُشَ ا ِزكُ ِف ِْ َِ ُز َّواثُ َُ ُز َّوا َت امْ َح ِسًْ ِر امْ َف ْص ِذ مَ ْفؼ ًا َو َم ْـ ًَن
.اِب َّ َم َؽ ْ ِاْل ْد ِذ ََل ِف ِيف،َْب ْو َم ْـ ًَن فَ َلط
ّ ِ ِ امط َح
151
Panduan Dasar Ilmu Hadis
Syahid adalah hadis yang padanya ada beberapa rawi yang menyertai
para rawi yang hadisnya menyendiri baik dari segi lafazh dan makna
atau maknanya saja dengan sahabat yang berbeda.
B. Hakikat I‟tibar
Ada yang memandang bahwa i‟tibar itu adalah bagian dari mutabi‟ dan
syahid. Padahal hakikat i‟tibar adalah tata cara untuk mencapai kepada
mutabi‟ dan syahid. Maksudnya cara meneliti dan menelusuri tabi‟ dan
syahid.
1. Tabi‟
اِب َب ْو َّ ََب ْن ُ ْت َط َل امْ ُمشَ َاز َن ُة ِم ُص َّوا ِت امْ َح ِسًْ ِر امْ َف ْص ِذ ِِبنو َّ ْفغِ َس َوا ٌء َّ َاتس
ُّ ِ امط َح
.ا ْد ُذ ِو َف
Tabi‟ adalah didapatkannya kesamaan rawi – rawi hadis yang fard
secara lafazh baik sahabatnya sama atau berbeda.
2. Syahid
اِب َّ ََب ْن ُ ْت َط َل امْ ُمشَ َاز َن ُة ِم ُص َّوا ِت امْ َح ِسًْ ِر امْ َف ْص ِذ ِِبمْ َم ْـ ََن َس َوا ٌء َّ َاتس
ُّ ِ امط َح
.َب ِو ا ْد ُذ ِو َف
Syahid adalah didapatkannya persamaan rawi – rawi hadis yang fardu
secara makna baik sahabatnya sama ataupun berbeda.
152
Panduan Dasar Ilmu Hadis
D. Mutaba‟ah
Secara bahasa mutaba‟ah bermakna menyepakati. Secara istilah,
mutaba‟ah artinya:
.َب ْن ٌُشَ ِازكَ َّامصا ِو ْي كَ ْ َْي ٍُ ِيف ِز َواً َ ِة امْ َح ِسًْ ِر
Seorang rawi menyamai yang lainnya dalam meriwayatkan hadis.
Mutaba‟ah terbagi kepada dua macam, yaitu:
1. Mutaba‟ah Taammah
2. Mutaba‟ah Qashirah
.ِه َب ْن ُ ْت َط َل امْ ُمشَ َاز َن ُة ِن َّوصا ِو ْي َبزْيَ َاء ْاْل ْس يَا ِذ
َ ِ َو
ّ
Mutaba‟ah qashirah adalah didapatkannya kesamaan rawi di tengah –
tengah sanad.
E. Contoh – contoh
Contoh mutba‟ah tammah, mutaba‟ah qashirah dan syahid yaitu:
هللا ْج ِن ِذًْيَ ٍاز َؾ ِن ا ْج ِن ُ ََع َص ِ اِل َؾ ْن َؾ ْح ِس ٍ ِ امشا ِف ِـ ُّي ِيف ْ ُاْل ِّم َؾ ْن َم
َّ ٍُ َما َز َوا
فَ ََل ث َُط ْو ُم ْوا َح َّّت،َش ْو َن ُ ْ امشِ ُْص ِج ْس ٌؽ َو ِؾ ِ َب َّن َز ُس ْو َل
َّ :هللا ملسو هيلع هللا ىلص كَا َل
. َو َْل ثُ ْف ِع ُص ْوا َح َّّت حَ َص ْو ٍُ فَ ِا ْن ُ َُّغ ؿَوَ َْ ُ ِْك فَبَ ْ ِّكوُ ْوا امْ ِـ َّس َت زَ ََل ِز ْ َْي،حَ َص ُوا امِْ ََِل َل
Hadis yang diriwayatkan oleh Syafi‟i dalam al-Umm dari Malik dari
Abdullah bin Dinar dari Ibnu Umar bahwasanya Rasulallah saw
bersabda, “Satu bulan itu 29 hari. Janganlah kalian shaum sehingga
kalian melihat hilal. Dan janganlah kalian berbuka sehingga kalian
melihat hilal. Jika mendung bagi kalian maka hendaklah sempurnakan
bilangan menjadi 30.
153
Panduan Dasar Ilmu Hadis
Hadis ini dengan lafazh ini dianggap oleh suatu kaum bahwa Syafi‟i
tafarrud dalam periwayatannya dari Malik. Oleh karena itu mereka
memandangnya sebagai hadis gharib. Karena para sahabat Malik, mereka
meriwayatkannya darinya dengan isnad ini dan dengan lafazh
1. Mutaba‟ah Tammah
Yaitu hadis yang diriwayatkan oleh Bukhari dari Abdullah bin
Maslamah al-Qa‟nabi dari Malik dengan isnad ini. Pada hadis itu ada lafazh:
.فَا ْن ُ َُّغ ؿَوَ َْ ُ ِْك فَبَ ْ ِّكوُ ْوا امْ ِـ َّس َت زَ ََل ِز ْ َْي
ّ
Jika mendung atas kalian hendaklah kalian sempurnakan bilangan
menjadi 30 hari.
2. Mutaba‟ah Qashirah
Yaitu hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu Khuzaimah dari jalur „Ashim
bin Muhammad dari bapaknya, Muhammad bin Zaid dari kakeknya,
Abdullah bin Umar dengan lafazh:
3. Syahid
Yaitu hadis yang diriwayatkan oleh Nasai dari riwayat Muhammad bin
Hunain dari Ibnu Abbas, dari Nabi saw, beliau bersabda,
.فَا ْن ُ َُّغ ؿَوَ َْ ُ ُِك فَبَ ْ ِّكوُ ْوا امْ ِـ َّس َت زَ ََل ِز ْ َْي
ّ
Jika mendung atas kalian hendaklah kalian sempurnakan menjadi 30
hari.
154
Panduan Dasar Ilmu Hadis
Pendahuluan
Para ulama Islam di bidang ilmu hadis sejak dulu sampai sekarang
menaruh perhatian besar terhadap hadis–hadis nabi. Mereka mencurahkan
segenap perhatian dan pemikirannya untuk mengafal, meriwayatkan,
mengumpulkan dan menyusun hadis di dalam berbagai kitab. Perhatian
mereka terhadap hadis semakin terbukti dengan disusunnya cabang –
cabang dari ilmu hadis baik yang berkaitan dengan riwayat, rawi ataupun
matan.
َم ْـ ََن ّ ِامص َواً َ ِة ِؾ ْيسَ امْ ُم َح ِّس ِز ْ َْي َ ْْح ُل امْ َح ِسًْ ِر َو ه َ ْل ُ َُل َو ا ْس يَا ُذ ٍُ ا ََل َم ْن
ّ ّ
.ُؾ ِز َي ام َ َْ َِ ِت ِط َْ َل ٍة ِم ْن ِض ََف ِ ْ َاْل َذا ِء
ّ
155
Panduan Dasar Ilmu Hadis
Para ahli hadis menyebutkan bahwa adab – adab yang harus dimiliki
oleh thalib hadis adalah sebagai berikut:
156
Panduan Dasar Ilmu Hadis
َ َِس ْـ ُت َو َح َّسزَيَا َو َح َّسزَ ِ ّْن َو َب ْذ َ َْبَنَ َو َذ َّ َْبَنَ َو َبهْ َحبََنَ َو َؾ ْن َو كَا َل َو
.َح ََك َو ا َّن فُ ًَلَنً كَا َل
ّ
157
Panduan Dasar Ilmu Hadis
كَ َص ِب ُث ؿَ َىل فُ ََل ٍن َب ْو كُ ِص َئ ؿَ َىل فُ ًَل ٍن َو َبَنَ َب ْ ََس ُؽ ُ ََّّ َب ْن ً َ ُل ْو َل َح َّسزَيَا فُ ََل ٌن
َِ َْ َِك َصا َء ًت ؿَو
c) Ungkapan ada dari tahammul ijazah atau munawalah
َب ْذ َ َْبَنَ فُ ََل ٌن ا َخ َاس ًت َب ْو ِف ِْ َما َب ْذ َ َْب ِ ِْن فُ ََل ٌن َب ْذ َ َْبَنَ ُمٌَ َاو َ ًَل
ّ
d) Ungkapan ada dari tahammul mukatabah
.َن َخ َة ا َ ََّل فُ ََل ٌن كَا َل َح َّسز َيَا فُ ََل ٌن َب ْو َب ْذ َ َْب ِ ِْن فُ ََل ٌن ُم َّكثَ َح ًة َب ْو ِن َخات َ ًة
ّ
e) Ungkapan ada daritahammul i‟lam
َب ْو َص ا َ ََّل فُ ََل ٌن َب ْو َب ْذ َ َْب ِ ِْن فُ ََل ٌن ِِبمْ َو ِض ََّ ِة َب ْو َو َخ ْس ُث ِف ِْ َما َب ْو َص ا َ ََّل
ّ ّ
َفُ ََل ٌن َح َّسزَ َُ ِج َك َشا َو َنشا
g) Ungkapan dari tahammul wijadah
َح َّسزَيَا فُ ََل ٌن َو َخ ْس ُث ِ َبطِّ َب ِ ِْب َح َّسزَيَا فُ ََل ٌن:َو َخ ْس ُث ِ َبطِّ فُ ََل ٍن
2) Meriwayakan hadis secara maknanya (riwayat bil makna)
Berdasarkan pendapat yang shahih diperbolehkan meriwayatkan hadis
secara maknanya saja. Kebolehan tersebut dengan catatan memperhatikan
beberapa syarat sebagai berikut:
a) Mengetahui bahasa Arab dan berbagai aspek khithabnya.
b) Mengetahui makna – maknanya dan kandungan fiqih di dalamnya.
c) Memahami sesuatu yang merusak makna dan tidak tidak dapat
merusak makna.
158
Panduan Dasar Ilmu Hadis
Sedangkan bagi orang yang tidak memenuhi syarat tersebut maka tidak
diperbolehkan meriwayatkan hadis dengan maknanya saja, tetapi harus
disertai dengna lafazhnya, karena dikhawatirkan akan merusak esensi
hadis nabi.
3) Meringkas hadis
Para jumhur ulama hadis membolehkan periwayatan hadis secara
ringkas dan membuang lafazh hadis lain dengan syarat bahwa lafazh hadis
yang dibuang tersebut tidak merusak penjelasan makna yang tidak
dibuang. Yang terkenal melakukan peringkasan hadis ini adalah imam
Bukhari dalam kitab shahihnya. Karena hadis yang dikutip secara ringkas
oleh beliau disesuaikan dengan istinbath, faidah dan hukum yang hendak
dijelaskan.
4) Memperhatikan tata bahasa Arab
Ulama hadis menegaskan dan sepakat bahwa bagi orang yang
mempelajari hadis harus mengetahui ilmu bahasa Arab. Di antara ulama
yang tegas mengatakan ini adalah al-Ashma‟i yang mengatakan,
sesungguhnya yang paling aku takuti dari thalib hadis adalah jika dia tidak
mengetahui nahwu akan masuk pada sabda Nabi:
َم ْن َن َّش َة ؿَ َ َّل ُمذَ َـ ِّمسً ا فَوْ ََد َ َد َّو ِب َم ْل َـسَ ٍُ ِم َن اميَّا ِز
Barangsiapa yang berdusta atas namaku maka hendaklah dia tungguh
tempat duduknya di neraka.
5) Memperhatikan sesuatu yang dibuang dalam tulisan
Ibnu Shalah dan mayoritas ulama hadis menjelaskan bahwa sesuai
kebiasaan, terjadi pembungan lafazh كال dan ٔبنserta yang seperti itu
antara para rawi karena adanya kesalahan. Karena itu hal ini harus menjadi
perhatian ketika dibaca secara lafazh.
e. Penulisan Hadis dan Cara Menjaganya
Pembahasan ini berkaitan dengan adab – adab yang harus diperhatikan
oleh para penulis hadis dan juga beberapa istilah dalam penulisan hadis.
159
Panduan Dasar Ilmu Hadis
160
Panduan Dasar Ilmu Hadis
6) Al-mudabbaj, yaitu dua orang sahabat yang satu sama lain saling
meriwayatkan hadis, dan riwayat al-aqran, yaitu para rawi yang saling
berdekatan usia dan isnadnya.
7) Rawi – rawi tua yang menerima hadis dari kalangan rawi – rawi muda.
8) Al-Sabiq dan al-Lahiq.
9) Riwayat bapak dari anak.
10) Riwayat anak dari bapak.
b. Ilmu tentang Nama – nama Rawi
Ilmu yang berkaitan dengan nama – nama rawi mencakup 13
pembahasan sebagai berikut:
1) Al-Mubahamat, yaitu para rawi yang namanya masih samar atau tidak
jelas.
2) Nama para rawi yang berbeda – beda atau memiliki beberapa sifat.
3) Isim dan kunyah.
4) Laqb bagi para muhadditsin.
5) Orang – orang yang dinasabkan kepada selain bapaknya.
6) Nasab yang berbeda dengan zhahirnya.
7) Para rawi dan ulama di kalangan hamba sahaya.
8) Tanah air dan negara para rawi.
9) Nama, kunyah dan laqab dengan satu sebuatan nama.
10) Nama dan nasab yang muttafaq dan muftaraq.
11) Nama dan nasab yang mu‟talaf dan mukhtalaf
12) Al-Mutasyabih.
13) Al-Musytabih al-Maqlub.
قَ ِصًْ ُة امْ َح ِسًْ ِر ُُ َو َما َوكَ َؽ ِف ُم ُذ ْو ِن ْ َاْل َحا ِذًْ ِر ِم َن ْ َاْلمْ َف ِاظ امْ َلا ِمضَ ِة
.امْ َح ِـ َْسَ ِت َؾ ِن امْ َفِْ ِم
Gharib hadis adalah lafazh – lafazh yang tersemubunyi, yang sulit
dipahami yang terletak pada matan – matan hadis.
161
Panduan Dasar Ilmu Hadis
162
Panduan Dasar Ilmu Hadis
:ُا" َؾ ْن ِن َخا ِت َِ قَ ِصًْ ِة امْ َح ِسًْ ِر004" اس ْج ُن َس ََل ٍم ُ ِ َو كَا َل َبت ُ ْو ُؾ َح َْ ٍس امْ َل
."اِب ُشا ِيف َب ْزت َ ِـ ْ َْي َس يَ ًة َو ُُ َو ََك َن ُذ ََل َض َة ُ َْع ِص ْي ْ ِ "ا ِ ّ ِْن َ ََج ْـ ُت ِن َخ
ّ
Abu „Ubaid al-Qasim bin Salam (224 H) tentang kitabnya, yaitu gharib
al-hadis, “Sesungguhnya aku mengumpulkan (menyusun) kitabku ini
selama empat tahun, dan itu adalah ringkasan dari umurkku”.
Karena pentingnya ilmu ini, para sahabat, tabi‟in dan ahli ilmu serta
ulama setelahnya menaruh perhatian yang besar terhadap ilmu ini. Para
ulama menjelaskan tentang ilmu ini kepada para muridnya, memotivasi
mereka untuk mengetahui serta mendalaminya. Mereka pun menyusun
secara khusus bab – bab dan menyusun berbagai kitab.
164
Panduan Dasar Ilmu Hadis
2. َُ س امْ َح ِسًْ ِر َو َمً ْ ُس ْو ُذ ُ ِ ََن Al-Hafizh Abu Bakar Ahmab bin
Muhammad al-Atsram (261 H)
ِاس َو امْ َمً ْ ُس ْود ِ ِ َّْ ِاْل ْؾ ِخ َح ُاز ِيف امي Abu Bakar Muhammad bin Musa
4. al-Hazimi al-Hamdzani
ِم َن ْاْلٓ ََث ِز (548 – 584 H)
فَ َ ِّيًْ ُل،ُ َُو امْ ِـ ْ ُمل َّ ِاَّل ْي ً َ ْح َح ُر ِيف ْ َاْل َحا ِذًْ ِر ام َّ ِ ِْت َػا ُِ ُصُا ُمذَ َـ ِاز ٌض
ثَ َـ َازضُ َِا َب ْو ًُ ْوفَ ُق تَُْنَ َا
Ilmu yang membahas tentang hadis – hadis yang secara lahir terlihat
bertentangan. Kemudian hilanglah pertentangan tersebut atau
disesuaikan di antara hadis – hadis tersebut.
Selain nama tersebut, ilmu ini juga disebut oleh para ulama dengan
istilah musykil al-hadis, ikhtilaf al-hadis, ta‟wil al-hadis, talfiq al-hadis.
Maksud semua penamaan ini adalah sama.
165
Panduan Dasar Ilmu Hadis
Ilmu ini merupakan di antara ilmu hadis yang paling penting, karena
sangat dibutuhkan oleh para ahli hadis, fiqih dan ulama yang lainnya. Bagi
orang yang menggeluti ilmu ini mesti memiliki pemahaman yang tajam,
ilmu yang luas, dan pengetahuan yang memadai. Ilmu ini hanya bisa
dipelajari oleh orang yang mengkolaborasikan antara hadis dan fiqih.
Ilmu ini memiliki faidah yang sangat besar, yaitu dapat menjaga hadis,
memeliharanya dan memahaminya dengan pemahaman yang baik. Dengan
ilmu ini, dapat diketahui tentang umum dan khusus, muthlaq dan
muqayyad, dan hal – hal lain yang perlu diketahui. Karena seseorang tidak
dipandang cukup hanya dengan menghafal hadis dan mengumpulkan jalur
– jalur periwayatan, dan menjaga lafazh – lafazhnya saja tanpa memahami
dan mengetahui hukumnya.
Perhatian ulama terhadap ilmu ini sudah muncul sejak zaman sahabat.
Mereka berijtihad tentang banyak hukum, mereka mengumpulkan dan
menjelaskan maksud – maksudnya. Jejak ini diikuti oleh para ulama dari
masa ke masa. Mereka bekerja keras untuk mencocokan antara hadis –
hadis yang terlihatnya bertentangan. Mereka menghilangkan hal – hal yang
dipandang musykil dalam hadis itu.
1. ِا ْد ِذ ََل ُف امْ َح ِسًْ ِر Imam Muhammad bin Idris al-Syafi‟i
(150 – 204 H)
2. ثَبِ ِوًْ ُل ُم ْر َخ ِو ِف امْ َح ِسًْ ِر Imam al-Hafizh Abdullah bin Muslim
bin Qutaibah al-Dainuri (213 – 276 H)
3.
ك ْاْلٓ ََث ِز
ُ ِ ُم ْش Imam al-Muhaddits al-Faqih Abu Ja‟far
Ahmad bin Muhammad al-Thahawi
(239 – 321 H)
4.
َُ ُ ك امْ َح ِسًْ ِر َو ت َ ََاه
ُ ِ ُم ْش Imam al-Muhaddis Abu Bakr
Muhammad bin al-Hasan (Ibnu Furak)
al-Anshari al-Ashbahani (406 H)
166
Panduan Dasar Ilmu Hadis
Berkaitan dengan pentingnya ilmu ilal hadis ini, Abu Abdullah al-
Hakim al-Naisaburi berkata dalam ilal al-hadis, “Ilmu ilal hadis adalah ilmu
yang membahas tentang inti ilmu hadis yang tidak shahih dan tidak dhaif,
jarh dan ta‟dil.”
Illat pada hadis disebabkan pada beberapa aspek yang tidak dapat
dijarh, karena hadis yang dijarah itu sudah dipastikan hadis lemah. Illat
pada hadis banyak terdapat pada hadis – hadis yang rawinya tsiqat, mereka
meriwayatkan hadis yang ada pada illat. Lalu bagi orang yang membaca
hadis itu menjadi tersembunyi pengetahuannya, sehingga hadisnya
menjadi ma‟lul.
Untuk itu, maka para ulama menaruh perhatian yang besar terhadap
ilal hadis ini. Mereka bersemangat untuk mengumpulkan jalur – jalur
hadis, menemui para ulama yang hafizh, mendengar penjelasan mereka,
belajar dan menyodorkan hadisnya kepada mereka. Karena dengan cara
inilah untuk mengetahui hadis yang shahih dari hadis yang dha‟if,
membedakan hadis yang shahih dengan hadis dha‟if, memisahkan hadis
shahih dari hadis yang illat. Berkaitan dengan ini, Abdurrahman bin Mahdi
berkata, “Sungguh mengetahui illat hadis lebih aku cintai daripada menulis
20 hadis yang tidak ada padaku”.
167
Panduan Dasar Ilmu Hadis
Para ulama sepakat pentingnya ilmu ilal hadis ini, kedudukan dan
kedalamannya. Ibnu Shalah berkata, sesungguhnya mengetahui illat hadis
merupakan ilmu hadis yang paling mulia, mendalam dan agung”.
3. امْ ُم ْس يَسُ امْ ُم َـو َّ ُل Al-Hafizh Ya‟qub bin Syaibah al-Sadusi
al-Bashri (182 – 262 H)
168
Panduan Dasar Ilmu Hadis
169
Panduan Dasar Ilmu Hadis
Hasyim, Ahmad Umar. (Tanpa tahun). Qawa‟id Ushul al-Hadis. Beirut: Dar
al-Fikr
Iter, Nuruddin. (2007). Manhaj al-Naqd fi „Ulum al-Hadis. Beirut: Dar al-Fikr
al-Mu‟ashir
Sumber Internet:
https://alquranmulia.wordpress.com/2013/05/24/hadits-muallal/
http://alsofwah.or.id/cetakhadits.php?id=201
https://jacksite.wordpress.com/2007/07/04/ilmu-hadits-definisi-hadits-
maqlub/
https://alquranmulia.wordpress.com/2013/05/27/hadits-mudraj/
https://alquranmulia.wordpress.com/2013/06/11/hadits-al-mazid-fii-
muttashil-al-asanid/
https://alquranmulia.wordpress.com/2013/06/17/hadits-mushahhaf/
170
Panduan Dasar Ilmu Hadis
171
Panduan Dasar Ilmu Hadis
beraktifitas sebagai Direktur CV. Insan Rabbani dan Direktur Penerbit Insan
Rabbani,
Beberapa karya yang pernah ditulisnya antara lain: Studi Metodologi Tafsir
Ibnu Katsir (Karya Tulis di PPI 34 Cibegol, 2008), Dirasah al-Muqaranah
Baina al-Amr fi „Ilmi al-Balaghah wa Ushul al-Fiqh (Studi Perbandingan
antara Amr dalam Balaghah dan Ushul Fqih) (Skripsi Pendidikan Bahasa
Arab FPBS UPI Bandung, 2012), Al-Tahlil al-Dilali li al-Mushthalahat al-
Tarbawiyyah fi al-Lughah al-Indunisia al-Dakhilah min al-Lughah al-
„Arabiyyah wa Tadhminatuha li al-Ma‟ajim (Analisis Semantik Istilah –
istilah Pendidikan dalam Bahasa Indonesia yang diserap dari Bahasa Arab
dan Implikasinya terhadap Leksikografi) (Tesis Pendidikan Bahasa Arab
Pascasarjana UPI Bandung, 2014), Diktat Ilmu Nahwu dan Sharaf Dasar
untuk tingkat SMP, Ilmu Nahwu 1, Nahwu 2, Bahasa Arab Manhaj Insani
Tingkat Dasar, Dasar – dasar Ulumul Quran, Ilmu Faraidh dan Ilmu Ushul
Fiqih bersama Dedeng Rosidin (Insan Rabbani, 2015), Konsep Kajian Ilmu
Ma‟ani (Insan Rabbani, 2016).
172