Oleh:
RAHMIAH RAHMAN
220015301030
2023
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu karakteristik perkembangan siswa di Sekolah Menengah Pertama
(SMP) dikutip dari artikel Prestasi Global-Modern Islamic School 2021 yakni
keinginan agar lingkungan bisa menerima mereka. Hal ini mengakibatkan siswa
bersikap konform yakni berusaha untuk berperilaku sesuai dengan yang lingkungan
inginkan atau dengan kata lain siswa cendurung akan memunculkan perilaku yang
diri dan akhirnya diterima dalam lingkungan. Namun, ini juga bisa berdampak buruk
karena keinginan untuk diterima tersebut terjadi seiring dengan perubahan emosi
siswa pada fase remaja yang bisa mengakibatkan siswa mengalami tekanan atau
bentuk strategi pertahanan harga diri yang disebut sebagai academic self-
handicapping (Urdan & Midgley dalam Vidyadhara & Sawitri, 2018). Ranah
akademik termasuk situasi yang paling berpotensi bagi kemunculan academic self-
handicapping, hal ini pun menjadi strategi pertahanan harga diri yang kerap
1
2
dilakukan oleh para peserta didik (Urdan & Midgley dalam Vidyadhara & Sawitri,
2018).
education”, yakni jika seorang siswa tidak mempersiapkan ujian dengan baik maka
mengeluh sakit, kurang tidur, ataupun mengerjakan perkerjaa lain yang dapat
dengan cara apapun. Ini seperti orang yang menciptakan atau berpura-pura adanya
faktor pengganggu dari luar dirinya dan kemudian dia menjadikan penyebab itu
sebagai alasan (Berglas dalam Lilla & Zlot, 2018). Jika orang tersebut mendapatkan
hasil yang tidak memuaskan, maka hal itu akan dimaklumi namun jika berhasil
mendapatkan nilai tinggi, maka ia menunjukkan dirinya lebih pintar dari yang ia kira
sebelumnya.
terjadi karena individu akan berusaha untuk memperoleh umpan balik yang baik dari
jumlah siswa kelas IX yaitu 23 siswa didapatkan skor rata-rata yakni 151,83 yang
berada
3
pada kategori sangat tinggi. Hasil analisis tersebut memperlihatkan bahwa academic
self-handicapping yang terjadi pada siswa di SMP Negeri 4 Parepare sudah sangat
perlu untuk ditangani. Jabaran hasil skala academic self handicapping siswa kelas IX
di SMP Negeri 4 Parepare yang yakni 70% atau 16 siswa memaklumi kegagalan
dengan merasa aman dan biasa saja saat mendapatkan nilai yang buruk, 82% atau 19
ujian, 56% atau 13 siswa sering menyalahkan hal lain saat merasa terbebani tentang
tugas maupun hasil ujian, serta 87% atau 20 siswa tidak memikirkan solusi saat
Bimbingan dan Konseling Ibu Elfira bahwa siswa kelas IX di SMP Negeri 4
Parepare ini sering menjadikan beberapa alasan seperti mereka tidak ada waktu
untuk mengerjakan tugas karena membantu orang tua dan terlambat datang ke
Sekolah karena tidak dibangunkan orang tuanya untuk berangkat ke Sekolah. Akan
hal ini dengan orang tua siswa, orang tua mengaku bahwa telah berulang kali
ke Sekolah namun anaknya tersebut lebih memilih untuk mengerjakan pekerjaan dan
fakta bahwa beberapa siswa ternyata mengaku takut jika pada akhirnya hasil yang
mereka dapatkan tetap saja tidak memuaskan sehingga mereka lebih memilih untuk
tidak terlalu berusaha lebih keras agar nantinya tidak begitu kecewa dan tidak
yang ia lakukan.
4
dirinya sendiri.
evaluasi negatif dari orang lain yang mungkin akan diterimanya saat menghadapi
akan lebih memilih untuk membuat hambatan untuk melindungi rasa harga diri
akan menghalangi perkembangan siswa karena pikiran irrasional dari academic self-
handicapping ini membuat siswa lebih fokus untuk menghindari emosi negatif
akibat kegagalan daripada fokus pada proses dan tujuan. Siswa pun menghabiskan
kesuksesan (Ferradas dkk dalam Vidyadhara & Sawitri, 2018). Untuk membantu
dan Konseling pada pendidikan dasar dan pendidikan menengah Tahun 2014 Nomor
111 Pasal 1 :
karena mengingat bahwa penerimaan sosial juga menjadi faktor yang sangat
konseling yang sesuai dengan permasalahan atau kebutuhan dari siswa yang menjadi
sasaran pelakasanaanya.
Dalam penelitian ini, sasaran pelaksanaan ialah siswa di SMP Negeri 4 Parepare
disputation.
6
irasional yang diidentifikasi oleh Ellis dalam Tiara (2019) adalah lari dari kesulitan
dan tanggung jawab lebih mudah daripada menghadapinya seperti halnya perilaku
dan mengarahkan mereka untuk mengantisipasi ancaman yang lebih besar yang
yang diperoleh dari guru BK bahwa beberapa layanan yang ia lakukan berkaitan
untuk menentang argument dan keyakinan awal para siswa yang terlihat tidak
rasional. Akan tetapi, pelaksanaan konseling yang dilakukan guru BK dalam upaya
disebabkan keterampilan dan pemahaman yang kurang. Untuk itu, berdasarkan hasil
Dengan teknik ini para siswa akan didorong dan dimodifikasi aspek
kognitifnya agar dapat berpikir dengan cara yang rasional dan logis sehingga siswa
dapat bertindak atau berperilaku sesuai sistem nilai yang diharapkan baik terhadap
7
Cognitive Disputation atau mengubah pikiran pikiran atau pernyataan diri negatif
dan kognisinya dengan emosi dan perilakunya, dan untuk mengidentifikasi persepsi
atau kognisinya yang salah yakni membatasi kemampuan diri, dan mengganti
persepsi atau kognisi tersebut dengan persepsi yang lebih meningkatkan diri.
bersumber pada pikiran negatif siswa. Dengan teknik ini peneliti melakukan proses
Parepare”.
B. Rumusan Masalah
cognitive disputation?
Parepare?
C. Tujuan Penelitian
SMPN 4 Parepare.
SMPN 4 Parepare.
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Kajian Teori
1. Academic Self-handicapping
a. Konsep Dasar Academic Self-handicapping
Istilah self-handicapping mengacu pada kondisi dimana individu yang
hambatan yang dipaksakan sendiri dalam situasi penting (Adlerian dkk, 2018).
diperkenalkan kembali pada tahun 1978 oleh Jones dan Berglas. Mereka berdua
Dalam lingkup pendidikan, Jones dan Berglas (Lilla & Zlot, 2018)
mendukung kelangsungan motivasi dan emosi positif, jika terjadi kegagalan atau
kesuksesan benar terjadi pada mereka (Weiner dalam Lilla & Zlot, 2018).
memperoleh citra diri positif dan pandangan positif orang lain tentang mereka.
10
11
melalui lensa teori kognitif sosial Bandura. Teori pembelajaran kognitif sosial
mengusulkan bahwa motivasi manusia dan tindakan serta usaha manusia sebagian
besar dipengaruhi oleh harapan. Oleh karena itu, mereka yang melihat sedikit
tugas.
& Zlot, 2018) pada sebuah jurnal berjudul “Perfectionism and Academic Self-
ujian dengan baik mka ia akan mengantisipasi nilai rendah dengan mulai
mengeluh sakit, kurang tidur, ataupun mengerjakan perkerjaa lain yang dapat
dengan cara apapun. Ini seperti orang yang menciptakan atau berpura-pura adanya
sebagai alasan (Berglas dalam Lilla & Zlot, 2018). Jika orang tersebut berhasil
mendapatkan nilai tinggi, maka ia menunjukkan dirinya lebih pintar dari yang ia
kira sebelumnya.
mendorong kurangnya tanggung jawab dan usaha, serta kesadaran diri. Akibatnya,
dengan menggunakan strategi ini orang tersebut tetap berusaha membentuk harga
diri yang diinginkan dalam kondisi berhasil maupun gagal (Hirt dalam Lilla &
Zlot, 2018).
12
tinjauan yakni :
2) Alasan academic self-handicapping yang dipicu oleh Trade off antara manfaat
jangka pendek dan jangka panjang seperti menghindari tanggung jawab yang
seharusnya dikerjakan.
terjadi.
dari dua jenis sumber yakni kemunculannya tergantung pada konteks situasional
1) Konsteks situasional
berpendapat bahwa hasil yang tidak pasti dari masa depan (lebih khusus,
handicapping . Berglas & Jones (Lilla & Zlot, 2018) Hal ini mungkin karena
individu menerima informasi yang jelas tentang tingkat kemampuan yang tinggi
13
namun tetap tidak pasti apakah mereka dapat mencapai keberhasilan dalam tugas-
situasi publik (Hirt dalam Lilla & Zlot, 2018). Hal ini dapat dijelaskan dengan
citra yang baik yang ingin ditampilkan oleh handicapper agar terlihat sebagai
2) Kualitas Pribadi
berpengaruh. Alter dan Forgas (Lilla & Zlot, 2018) menemukan bahwa
mempertahankan suasana hati yang positif dan oleh karena itu mereka
2. Cognitive disputation
siswa menjadi lebih rasional dengan cara mengarahkan siswa untuk mengeluarkan
(Niami, 2021).
14
Salah satu bentuk keyakinan irasional yang diidentifikasi oleh Ellis (Tiara
Putri dkk, 2019) adalah lari dari kesulitan dan tanggung jawab lebih mudah
seseorang.
kognitifnya agar dapat berpikir dengan cara yang rasional dan logis sehingga
siswa dapat bertindak atau berperilaku sesuai sistem nilai yang diharapkan baik
mengajak atau merayu sesuai dengan kajian mendasar tentang masalah yang
sedang terjadi sedangkan socratic dialogue bermakna sesi dimana para siswa
mereka secara aktif. Disput juga dapat dilakukan dengan teknik vicarious
atau contoh yang tetap diiringi dengan penjelasan verbal untuk memperjelas
membayangkan dirinya kembali pada situasi yang menjadi masalah. Teknik ini
respon yang dapat dilakukan. Ada beberapa jenis respons yang bisa digunakan
komunikasi siswa. Stimulus yang disampaikan itu dapat digunakan secara khusus
untuk merespons isi kognitif dari komunikasi. Isi kognitif itu berupa ide-ide yang
(Niami, 2021).
sebagainya)
siswa
berarti faktor sosial adalah faktor yang terkait erat dalam peningkatan
1) Tahap Pembukaan
setiap siswa dan menanyakan tempat tinggal, hobi dan kegiatan sehari-hari maka
2) Tahap Transisi
merasa nyaman dan tidak kaku pada saat melakukan konseling kelompok.
3) Tahap Inti
a) Tahap Pengajaran
logis dan irrasional (Disputing awal). Proses ini membantu siswa memahami
bagaimana dan mengapa dapat terjadi irrasional. Pada tahap ini siswa diajarkan
yang tetap diiringi dengan disput verbal untuk memperjelas kaitannya dengan
permasalahan.
b) Tahap Persuasif
Niami (2021) Menjelaskan bahwa pada tahap ini siswa dibantu untuk
yakin bahwa pemikiran dan perasaan negatif tersebut dapat ditantang dan
rasional para siswa. Konselor juga mendebat pikiran irasional siswa dengan
menggunakan pertanyaan untuk menantang validitas ide tentang diri, orang lain
c) Tahap Konfrontasi
ide-ide yang rasional serta mengenali reaksi yang muncul bila berhadapan
18
dengan situasi tersebut. Siswa perlu memahami rantai pikiran, perasaan serta
perilaku pada situasi yang membuat dia cenderung tidak mampu untuk
beradaptasi.
yang logis, realita dan pragmatis, teknik didactic presentation dapat digunakan
pada tahap ini. Dari hasil tersebut diharapkan konselor dapat membantu siswa
untuk memahami mengapa siswa memiliki pikiran negatif dan kesulitan dalam
terjebak pada masalah yang disebabkan oleh pemikiran irasional. Siswa perlu
bantuan peneliti, siswa diajak untuk terus berpikir positif dan menentang pikiran
negatifnya.
4) Tahap Akhir
saran dan saling memberi dukungan yang positif sebagai cara untuk
academic self-handicapping .
d) Konselor menutup dan memberikan apresiasi pada para siswa yang terlibat
METODE PENELITIAN
filsafat positivisme digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu,
terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan. Tujuan dari pendekatan
kuantitiatif adalah untuk mengukur dimensi yang hendak diteliti. Adapun dimensi
dan pengaruh perlakuan yang dimaksud akan diukur dalam penelitian ini yaitu
B. Desain Penelitian
Rancangan desain penelitian yang akan digunakan oleh peneliti yakni
22
\
23
sebagai berikut :
1. Academic Self-handicapping
siswa muncul dalam bentuk strategi pertahanan harga diri yang disebut sebagai
yang meliputi penghancuran diri berupa hambatan yang sengaja dibuat. Kedua,
alasan academic self-handicapping yang dipicu oleh trade off antara manfaat
jangka pendek dan jangka panjang. Kemudian yang ketiga yakni, waktu
dilaksanakan inti meliputi tahap pengajaran atau disputing awal pada siswa untuk
vicarious experiences yakni salah satu metode symbolic modeling yaitu proses
belajar dengan cara mengamati model secara simbolik yang tetap diiringi dengan
pada tahap inti ini peneliti juga persuasif dengan teknik socratic dialogue untuk
mengubah pikiran negatif menjadi positif melalui pertanyaan yang logis, realita
dan pragmatis, teknik didactic presentation dapat digunakan pada tahap ini..
mencakup populasi penelitian ini adalah siswa kelas IX SMPN 4 Parepare yang
2. Sampel
dengan teknik systematic ramdom sampling atau quasi random sampling, dimana
kemudian diambil sistematik dengan rumus N/n (Pandang & Anas, 2019) maka
12/6 yakni 2 maka subjek diambil berdasarkan daftar nama populasi ditiap
kelipatan 2.
pertimbangan group size Fur, S (Pandang & Anas, 2019) yang mengkategorikan
ukuran sampel kelompok pada rentan usia 12-19 tahun dengan jumlah anggota 6-
perimbangan arah ketentuan kelompok menurut Pandang & Anas (2019) yang
kelompok dapat berjalaan efektiv dan memenuhi asas dinamika kelompok yaitu
keadaan diri mereka sebenarnya. Data yang diperoleh dari skala adalah skor
tersusun dari tiga dimensi yang awalnya disusun oleh Urdan dan Migdley
(Hasiholan, 2019) antara lain: perilaku handicapping; alasan untuk perilaku; dan
yaitu Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Kurang Setuju (KS), Tidak Setuju (TS), dan
Sangat Tidak Setuju (STS). Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan
juga persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang kejadian atau gejala sosial
sebagai subjek objek penelitian. Dengan menggunakan skala Likert, maka variabel bisa
Deskriptor dalam hal ini dapat dijadikan untuk membuat butir instrumen berupa
pernyataan atau pertanyaan yang perlu dijawab oleh responden. Skala academic self-
handicapping yang digunakan ini memiliki 36 butir item yang terdiri dari 3 aspek
dan dikembangkan oleh Iindarda Sangkung Panggalo pada tahun 2019. Lebih
program SPSS 21.00 for windows. Kriteria yang digunakan adalah apabila nilai r
yang diperoleh < (lebih kecil atau kurang) dari 0,30 maka dapat dinyatakan tidak
sebanyak 12 item. Sehingga dari hasil uji validitas ini menyisakan 24 item
Item-item yang tidak valid tersebut digugurkan sehingga jumlah dari total
36 item tersisa 24 item yang dijadikan sebagai butir kuesioner penelitian karena
nilai yang diperoleh berada di bawah 0,30. Agar lebih jelasnya dapat dilihat pada
lampiran 4.
Suatu alat ukur dikatakan memiliki realibilitas yang baik apabila alat ukur
tersebut dapat memberikan skor yang relatif sama pada seorang responden, jika
responden tersebut mengisi angket pada waktu yang tidak bersamaan atau pada
Reliabiliy Statistic
Cronbach's Alpha Cronbach's Alpha Based N of Items
on Standardized Items
,745 ,745 36
\
28
Alpha yang diperoleh yaitu 0,745. Nilai tersebut berada di atas 0,60 yang berarti
skala yang disebar memiliki reliabilitas yang baik atau sangat kuat.
2. Observasi
bertujuan untuk menggambarkan sebuah obyek dan segala hal yang berhubungan
fenomena pada penelitian, dalam observasi partispan ini peneliti terlibat dengan
keseharian orang yang sedang diamati. Teknik observasi dalam penelitian ini
digunakan untuk mengungkapkan data siswa yang berkaitan dengan perilaku Self-
pernyataan. Kemudian diperoleh skor ideal tertinggi yaitu 120 (24 X 5 = 120),
berikut :
K = 1 + 3,3 log n
= 1 + 3,3 log 12
= 1 + 3,3 (1,079)
= 1 + 3,56
= 4,5
=4
Panjang Kelas
diketahui
R = (H-L) + 1
= (98-71) + 1
= 27 + 1
= 28
Maka
C = R/K
= 28/5
= 5,6
=6
\
30
Skor Kategori
24-47 Sangat Rendah
48-72 Rendah
73-96 Tinggi
97-120 Sangat Tinggi
Sumber: Hasil Kategorisasi self-handicapping
yang akan dianalisis harus berdistribusi normal dan homogen. Oleh karena itu
a. Uji Normalitas
Kriteria yang digunakan yaitu tolak H0 apabila signifikansi < tingkatan α yang
Tabel 3.5 Hasil Uji Normalitas Data Kelompok Eksperimen dan Kontrol
nilai signifikansi pada uji Shapiro-wilk > 0,05. Dari data tersebut diketahui
berdistribusi normal.
b. Uji Homogenitas
sebagai berikut :
Kriteria yang digunakan yaitu tolak H0 apabila signifikansi < tingkatan α yang
bahwa nilai signifikansi p > 0,05 yakni 0,010. Dari data tersebut diketahui bahwa
H0 diterima yang berarti memenuhi kritaria data dalam penelitian memiliki varian
kelompok eksperimen dan subjek pada kelompok kontrol (Pandang & Anas,
2019).
sample t- test. Analisis ini digunakan pada dua kelompok subjek yaitu kelompok
H0 = Tidak ada perbedaan tingkat self handicapping siswa sebelum dan sesudah
pemberian layanan konseling kelompok dengan teknik cognitive
disputation
H1 = Ada perbedaan tingkat self handicapping siswa sebelum dan sesudah
pemberian layanan konseling kelompok dengan teknik cognitive
disputation
Pengujian t-test menggunakan aplikasi JASP for windows. Kriteria yang digunakan untuk
pengujian hipotesis yaitu tolak H0 apabila nilai signifikansi lebih kecil dari nilai α = 0,05.
Adapun untuk mengetahui tingkat signifikan data penelitian, digunakan nilai probability Sig
dari uji t. kriteriannya yaitu dikatakan signifikan apabila nilai probability = 0,000 yang berarti
lebih kecil dari α (0,05) maka H0 ditolak.
DAFTAR PUSTAKA
Ayhan & Funda. 2019. Academic Self-handicapping Among University Students: The
Role of Procrastination, Test Anxiety, Self-Esteem, and Self-Compassion.
Turkey : Article reuse guidelines
Aprilias, N. & Wiyono, D.B. 2019. Keefektivan Konseling Rational Emotive Behaviour
Teknik Cognitive Disputation Untuk Mengurangi Tingkat Fanatisme Terhadap
Idonla Pada Siswa Penggemar K-Pop. Jurnal Konseling Indonesia. Volume 5
(Nomor 1). Halaman 12-20.
Elfira. 2021. Permasalahan Yang Dialami Siswa SMPN Parepare. Wawancara guru BK.
Parepare.
Thabroni, G. 2022. Metode Penelitian: Pengertian & Jenis Menurut Para Ahli.
https://serupa.id/metode-penelitian/ (diakses pada 2 Februari 2022)
Lilla & Zlot. 2018. The Theory of Self-handicapping: froms, Influencing Factors and
Measurement. Article in Ceskoslovenská Psychologie. h. 20-42.
Panggalao, AS. 2019. Academic Academic Self-handicapping Ditinjau Dari Jenis
Kelamin, Goal Orientation dan Self Compassion pada Mahasiswa Etnis
Toraja di Salatiga. Tesis. Semarang
Purba Pratiwi, B, dkk. 2021. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Yayasan Kita
dan Pendidikan).
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.