Anda di halaman 1dari 9

ANALISIS KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN BLENDED

LEARNINNG
Ahmad Fadillah1, Dian Nopitasari, Westi Bilda, Sigit Raharjo
fadielalgebra4@gmail.com, diannopitasari511@yahoo.com, westibilda24@gmail.com,
sigitraharjo42@gmail.com

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kemandirian belajar siswa pada pembelajaran
matematika pada materi trigonometri. Metode yang digunakan dalam penelitian ini ialah pendekatan
kualitatif dengan metode deskriptif. Partisipan dalam penelitian ini adalah siswa SMK Avicena
Kabupaten Tangerang yang berjumlah 25 partisipan. Teknik yang digunakan dalam mengumpulkan
data pada penelitian ini ialah dengan memberikan angket kemandirian belajar yang terdiri dari 25
pernyataan dengan 6 indikator. Teknik analisis data yang digunakan yaitu dengan rumus persentase
jawaban siswa dan dideskripsikan menggunakan kriteria penafsiran presentase jawaban. Hasil analisis
tiap indikator kemandirian belajar yaitu: 1) Tidak tergantung kepada orang lain 78%, 2) Kepercayaan
diri 74%, 3) Perilaku disiplin 70%, 4) Rasa tanggung jawab 80%, 5) Inisiatif belajar 72%, 6)
Pengendalian diri 76%. Hasil penelitian menunjukan bahwa rata-rata secara keseluruhan kemandirian
siswa dalam belajar sebesar 75% dengan kategori tinggi.
Kata Kunci: kemandirian belajar, blended learning
Pendahuluan
Perkembangan dan penyebaran covid-19 belum selesai, ditambah lagi dengan varian-varian
yang terus bermutasi, dan yang terbaru adalah varian omicron. Karim & Karim, (2021) varian Omicron
memiliki kecepatan penularan yang tinggi hingga mencapai 5 kali lipat dari varian sebelumnya
termasuk varian Delta. Susilawati et al., (2022) Varian Omicron memiliki kecepatan penularan yang
tinggi bahkan sampai lima kali lipat dari varian sebelumnya termasuk varian Delta. Meskipun
penyebarannya sangat tinggi, Tindakan vaksinasi dan menerapkan protokol kesehatan secara ketat
menjadi kunci utama dalam mencegah penularan varian baru Covid-19 ini.
Untuk mencegah semakin masifnya penyebaran varian omicron pemerintah Indonesia kembali
mengambil langkah dan kebijakan preventif yaitu dengan menginstruksikan kesemua intansi
pendidikan untuk melakukan pembelajaran secara tatap muka terbatas dengan memenuhi standar
protokol kesehatan atau dengan pembelajaran belended learning. Dwiyogo (Kurniawati et al., 2019)
Pembelajaran berbasis blended learning adalah pembelajaran yang mengkombinasikan cara
penyampaian pembelajaran melalui kegiatan tatap muka, pembelajaran berbasis komputer secara
offline, dan online. Capone et al., (2017) Blended learning merupakan metode baru dalam pembelajaran
yang meliputi pembelajaran tatap muka dan online yang meng kombinasikan pembelajaran secara
tradisional dengan aktifitas menggunakan media komputer melalui penggunaan tablet, smartphone,
maupun teknologi lainnya di mana hal ini akan lebih menarik minat siswa daripada pembelajaran tatap
muka saja ataupun pembelajaran online saja. Fadillah et al., (2020) Blended learning can affect not only
cognitive aspects, but also affective aspects, one of which is mathematical disposition. Mathematical
disposition is one of the factors that determines student learning success. Students need dispositions
that will make them more persistent in facing more challenging problems, to be responsible for their
own learning, and to develop good habits in mathematics. Mathematical learning basically adheres to:
the principle of lifelong learning, the principle of active student learning, and the principle of "learning
how to learn". The principle of active learning students, refers to the notion of learning as something
done by students, and not something done to students. Uwes (Al Aslamiyah et al., 2019) pembelajaran
blended adalah model pembelajaran yang menggabungkan dengan sedemikian rupa antara strategi
sinkron dan asinkron sebagai upaya untuk menciptakan pengalaman belajar seoptimal mungkin untuk
mencapai hasil pembelajaran yang diharapkan. Dimana blended learning memiliki tujuan untuk
mengoptimalkan kegiatan pembelajaran menjadi lebih baik, dan memfasilitasi karakteristik serta
kemandirian belajar mahasiswa. Blended learning tidak sepenuhnya menggantikan pembelajaran tatap
muka dengan menerapkan pembelajaran sepenuhnya secara online. Berdasarkan pendapat di atas, maka
dengan demikian dapat disimpulkan bahwa blended learning merupakan suatu bentuk pembelajaran
kombinasi antara pembelajaran tatap muka dengan pembelajaran online yang memanfaatkan peran
teknologi.
Keberhasilan belajar siswa khusus nya dalam pembelajaran matematika dapat dipengaruhi oleh
dua faktor yakni faktor internal dan faktor eksternal. Salah satu faktor internal yang mempengaruhi
keberhasilan belajar matematika siswa yaitu kemandirian belajar, oleh karena itu perlu dikembangkan
kemandirian belajar siswa dalam pembelajaran matematika (Rahayu & Aini, 2021). Kemampuan setiap
siswa bukan hanya sekedar ilmu pengetahuan yang menjadi dasar perkembangan teknologi, akan tetapi
kemampuan pada setiap siswa ada pada karakter pada setiap perorangan (Chotimah et al., 2018). Salah
satu karakter yang dapat dibentuk dengan metode pembelajaran yang tepat adalah karakter mandiri
siswa. kemandirian belajar diartikan sebagai suatu proses pembelajaran dalam diri seseorang dalam
mencapai tujuan tertentu yang dituntut aktif secara individu atau tidak bergantung kepada orang lain
termasuk guru (Fajriyah et al., 2019, Rustyanti, 2019). Kemandirian yang dimiliki siswa yaitu untuk
menumbuhkan rasa percaya diri yang sangat penting bagi siswa (Akbar et al., 2018).
Jonhson (Bungsu et al., 2019) pembelajaran mandiri memberi kebebasan kepada siswa untuk
menemukan bagaimana kehidupan akademik sesuai dengan kehidupan sehari-hari. Siswa mengatur dan
menyesuaikan tindakan mereka untuk mencapai tujuan yang di inginkan serta menganbil keputusan
sendiri dan bertanggung jawab atas keputusannya itu. Setiap individu mengambil inisiatif, tanpa
bantuan orang lain dalam hal menemukan kegiatan belajarnya seperti merumuskan tujuan belajar,
sumber belajar, kebutuhan belajar dan mengontrol sendiri proses pembelajarannya. Sumarmo
(Jumaisyaroh et al., 2015) Sehingga dengan demikian, peserta didik mengatur pembelajarannya sendiri
dengan mengaktifkan kognitif, afektif dan perilakunya yang ada pada dirinya sehingga tercapai tujuan
belajar yang diinginkan. Ada beberapa indikator yang dapat digunakan untuk mengukur kemandirian
belajar yaitu: 1) inisiatif belajar, 2) mendiagnosa kebutuhan belajar, 3) menetapkan target dan tujuan
belajar, 4) memonitor, mengatur dan mengontrol kemajuan belajar, 5) memandang kesulitan sebagai
tantangan, 6) memanfaatkan dan mencari sumber yang relevan, 7) memilih dan menerapkan strategi
belajar, 8) mengevaluasi proses dan hasil belajar dan 9) memiliki self -concept atau konsep diri. Hal ini
sejalan dengan pendapat (Amalia et al., 2021) yang menyatakan bahwa kemandirian belajar siswa dapat
dilihat dari: 1) siswa mempunyai inisiatif serta motivasi belajar dalam diri; 2) siswa mempunyai
kebiasaan dalam menelaah kebutuhan dalam belajar; 3) siswa mampu dalam memonitor, mengatur serta
mengontrol kegiatan belajar; 4) siswa dapat menetapkan sendiri tujuan atau target belajarnya; 5) siswa
dapat memandang bahwa kesulitan dalam belajar merupakn suatu tantangan; 6) siswa dapat
memanfaatkan dan mencari sumber yang relevan; 7) siswa dapat memilih dan menerapkan strategi
belajar; 8) mengevaluasi proses dan hasil belajar; 9) mempunyai selfefficacy/konsep diri/kemampuan
diri.
Beberapa penelitian sebelumnya yang relevan dengan penelitian ini antara lain: blended
learning dapat memengaruhi hasil belajar siswa (Wong et al., 2014), blended learning memberikan hasil
positif pada pemecahan masalah dan pemahaman konsep siswa pada suatu materi (Sudiarta & Sadra,
2016), blended learning meningkatkan hasil belajar siswa (Ceylan & Elitok Kesici, 2017), Blended
learning dapat meningkatkan kemandirian mahasiswa dalam belajar dan kemampuan berpikir kritis
mahasiswa (Sari, 2013), kemandirian belajar mahasiswa dalam pembelajaran online dimasa pandemi
Covid-19 cukup baik (Bilda & Fadillah, 2020). Adapun keterbaruan dalam penelitian ini terletak pada
penggunaan model pembelajaran Blended Learning untuk menganalisis dan mendeskripsikan
kemandirian belajar siswa pada materi trigonometri.
Metode
Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis dan menggambarkan kemandirian belajar siswa
pada pembelajaran matematika. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
kualitatif deskriptif. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini lebih menekankan pada studi
deskriptif untuk analisis data. Dalam penelitian ini menggunakan 25 siswa SMK Avicena di Kabupaten
Tangerang sebagai partisipan. Peran peneliti adalah sebagai instrumen utama dalam penelitian ini.
Instrumen dalam penelitian ini menggunakan instrumen non test yaitu angket kemandirian belajar
matematika yang terdiri dari 25 butir pernyataan yang mempunyai 4 pilihan jawaban yakni Sangat
Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS). Skala yang digunakan dalam
penelitian ini adalah skala Likert. Skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi
seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Pengumpulan data pada penelitian ini yaitu
dengan pemberian angket kemandirian belajar matematika pada siswa SMK Avicena di Kabupaten
Tangerang yang disebarkan dengan menggunakan bantuan google formulir. Angket kemandirian
belajar matematika siswa yang digunakan dalam penelitian terdiri dari 6 indikator. Teknik yang
digunakan untuk mengumpulkan data literasi digital adalah melalui angket menggunakan skala 1-5.
Skor yang diperoleh kemudian disesuaikan dengan kriteria pada tabel 1.
Tabel 1. Klasifikasi Hasil Skor Angket
Skor Angket Kategori
75 – 100 Tinggi
50 – 74,99 Sedang
25- 49,99 Kurang
0 – 24,99 Rendah

Hasil penelitian & Pembahasan


Pada penelitian ini, kegiatan belajar mengajar dilakukan secara blended learning. siswa
diberikan materi dan video pembelajaran yang sesuai dengan materi yang dibahas. Mahasiswa
diberikan kesempatan untuk berdiskusi, memberikan pendapat, menyampaikan argumen
terkait dengan materi yang dibahas atau bertanya tentang materi maupun permasalahan yang
belum dipahami. Dan mahasiswa juga diberikan kesempatan untuk mencari materi dari
berbagai sumber baik dari buku-buku maupun sumber online. jika terdapat mahasiswa
mengalami kekeliruan dalam memahami suatu konsep, maka siswa lain atau dosen dapat
langsung memperbaiki. Tahap selanjutnya adalah pemberian angket kemandirian belajar
kepada siswa. Angket yang diberikan diadaptasi dari (Rahayu & Aini, 2021) yang terdiri dari 6
indikator yaitu: 1) Tidak tergantung kepada orang lain, 2) Memiliki kepercayaan diri, 3) Perilaku
disiplin, 4) Memiliki rasa tanggung jawab, 5) Memiliki inisiatif belajar, 6) Memiliki mengendalikan
diri. Data skor dari hasil analisis penelitian dapat dilihat pada tabel 2.
Tabel 2. Analisis Kemandirian Belajar Siswa
No. Indikator Skor (%) Kategori
1 Tidak tergantung kepada orang lain 78 Tinggi
2 Memiliki kepercayaan diri 74 Sedang
3 Perilaku disiplin 70 Sedang
4 Memiliki rasa tanggung jawab 80 Tinggi
5 Memiliki inisiatif belajar 72 Sedang
6 Memiliki mengendalikan diri 76 Tinggi
Total 75 Tinggi

Dari hasil analisis Kemandirian Belajar siswa yang menerapkan blended learning cenderung
memiliki kecenderungan kemandirian belajar dalam kategori dengan skor keseluruhan 75% dengan
kategori tinggi. Secara keseluruhan, dampak blended learning terhadap kemandirian belajar siswa dapat
dikategorikan sangat positif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar siswa yang mengikuti
kegiatan belajar menggunakan blended learning mengakui bahwa proses belajarnya lebih mudah.
Blended learning memastikan bahwa siswa terlibat secara aktif dan mengelola pengalaman belajar
individu mereka. Pembelajaran model blended learning juga membantu memenuhi kebutuhan
pembelajar, karena sebagian besar pembelajar memiliki gaya belajar mereka sendiri, dan pembelajaran
blended lebih mungkin untuk memenuhi kebutuhan ini daripada pembelajaran di kelas konvensional.
tradisional. Menurut Setyosari (2014), kualitas pembelajaran pada umumnya
memanifestasikan dirinya dalam bentuk kualitas hasil yang berkaitan dengan pengalaman belajar dan
pengajaran.
Hasil analalisis data kemandirian belajar siswa pada indikator tidak bergantung kepada orang
lain sebesar 78% dengan kategori tinggi. Tidak bergantung kepada orang lain bukan berarti tidak ada
kegiatan kolaborasi dengan sesama siswa dalam kegiatan pembelajaran. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa sebagian besar siswa yang mengikuti blended learning sangat aktif dan tidak bergantung pada
orang lain. Sebagian besar siswa sudah mampu mengeksplorasi dan mencari sumber dan bahan belajar
sendiri. Tidak sepenuhnya bergantung kepada guru (teacher centered). Hal ini sejalan dengan pendapat
(Hockings et al., 2018) siswa yang tidak tergantung kepada orang lain akan berhasil dalam
pembelajaran. Siswa yang mandiri akan mampu merencanakan, menetapkan, serta mengevaluasi
belajar pada saat pembelajaran teori maupun praktik, sehingga siswa mampu meningkatkan kinerja
belajar dan mampu mencapai prestasi belajar yang baik.
Hasil analalisis data kemandirian belajar siswa pada indikator kepercayaan diri sebesar 74%
dengan kategori sedang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar siswa yang mengikuti
blended learning memiliki kepercayaan diri yang positif. Orang dengan kepercayaan diri yang positif
menunjukkan bahwa seseorang memiliki kemampuan atau kekuatan untuk mencapai tujuannya. Dalam
mengikuti kegiatan belajar offline dan online siswa terlihat antusias dan percaya diri ketika
meyampaikan pendapat dan argumennya baik ketika berdiskusi maupun ketika ada materi yang mereka
belum sepenuhnya mengerti. Hal ini sesuai dengan pendapat Hakim (Pratiwi & Laksmiwati, 2016)
kepercayaan diri merupakan suatu keyakinan seseorang terhadap segala sesuatu yang menjadi aspek
kelebihan yang dimiliki dan keyakinan tersebut membuatnya merasa mampu untuk mencapai berbagai
tujuan hidup dan dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Individu yang berada pada tingkat
kepercayaan diri yang tinggi, mampu menerapkan pikiran positif dalam dirinya untuk dapat mengelola
semua kebutuhan hidupnya, termasuk kebutuhan belajarnya. Siswa yang memiliki kepercayaan diri
tinggi, akan mampu mengelola belajarnya dengan baik, tanpa bergantung kepada orang lain.
Kedisiplinan merupakan suatu tanggung jawab dan kebiasaan yang harus dilakukan oleh setiap
orang. Dengan kedisiplinan dapat membantu orang-orang dalam mengatasi sebuah permasalahan
perilaku diri yang mendukung dalam sebuah proses pekerjaan ataupun aktivitas. Kedisiplinan
merupakan hal yang berhubungan dengan motivasi. Motivasi belajar dapat dikatakan sebagai dorongan
pada diri. Kedisiplinan dan motivasi belajar penting untuk dimiliki oleh siswa. Guru memiliki peran
aktif dalam menegendalikan berbagai perilaku yang tidak disiplin dan menanamkan kebiasaan siswa
dengan perilaku yang disiplin. Meningkatkan anjuran atau perintah untuk mentaati berbagai peraturan
serta memberi sanksi yang tegas bagi siswa yang melanggar kedisiplinan. Masalahnya siswa yang
berasal dari latar belakang lingkungan keluarga yang berbeda sehingga pemahaman dan keputusan
terhadap norma dan etika kedisiplinan tidak semuanya tertanam dengan baik dalam jiwa mereka,
apalagi siswa yang kurang mendapat perhatian dan pendidikan kedisiplinan dari orang tuanya.
Makurius et al., (2020) Kedisiplinan belajar merupakan suatu kondisi belajar yang tercipta dan
terbentuk melalui proses dari serangkaian sikap dan perilaku pribadi dan kelompok yang menunjukan
nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan, keteraturan dan ketertiban. Kedisiplinan belajar juga merupakan
salah satu syarat yang dapat menentukan keberhasilan seseorang dalam mencapai tujuannya. Anggraini
(2014) Kedisiplinan berperan sangat penting bagi siswa dalam meningkatkan hasil belajar mereka.
Adapun hasil analisis data yang dilakukan pada penelitian ini terkait dengan kemandirian belajar siswa
pada indikator perilaku disiplin sebesar 70% dengan kategori sedang. Hasil menunjukkan bahwa
sebagian besar siswa yang terlibat dalam pembelajaran blended learning memiliki perilaku disiplin yang
positif. Hal ini terlihat dari siswa yang mengikuti kegiatan belajar dan mengumpukan tugas yang
diberikan oleh guru tepat waktu. Meskipun ada beberapa siswa yang terlambat mengumpulkan tugas
dikarenakan terkendala jaringan internet kurang stabil. Hal ini sesuai dengan pendapat Yuliawan &
Nusantoro (2020) bahwa kedisiplinan siswa memberikan pengaruh yang signifikan terhadap
kemandirian belajar; Lestari & Miftakhul’Ulum (2020) menyatakan bahwa: 1) Hubungan kedisiplinan
dalam kegiatan belajar siswa dengan motivasi belajar siswa ketika berada di kelas memiliki hubungan
atau terkaitan dengan menunjukkan adanya kenaikan yang signifikan antara kedisiplinan siswa dari
rendah ke tinggi begitu juga dengan motivasi belajar siswa dari rendah ke tinggi, dan 2) Hubungan
kedisiplinan siswa pada motivasi intrinsik siswa memiliki hubungan atau keterkaitan dengan
menunjukkan adanya kenaikan yang signifikan antara kedisiplinan siswa dari rendah ketinggi begitu
juga dengan motivasi intrinsik siswa dari rendah ketinggi. Cahyono (2015) kedisiplinan belajar dapat
membuat siswa mampu mengendalikan diri dari gangguan atau hambatan dalam proses belajar dan
mengikuti kegiatan pembelajaran dengan baik. Kedisiplinan belajar siswa bertujuan sebagai alat bantu
mendapatkan diri, mencegah dan mengatasi masalah perihal kedisiplinan serta berupaya mewujudkan
keadaan nyaman, aman dan menyenangkan pada proses pembelajaran, maka peserta didik dapat
mematuhi aturan yang ditetapkan. Tu’u (2004) Fungsi kedisiplinan belajar: 1) Adanya kedisiplinan
yang terwujud akibat kesadaran diri yang memotivasi siswa dalam pembelajaran berhasil; 2) Tanpa
adanya kedisiplinan yang baik, kegiatan belajar di kelas akan kurang kondusif. Kedisiplinan
berkontribusi terhadap ketentraman kegiatan pembelajaran; 3). Mewujudkan harapan orang tua siswa
terhadap siswa yang dibiasakan penanaman kedisiplinan, norma, nilai kehidupan agar siswa menjadi
individu yang tertib dan disiplin. Dan 4). Kedisiplinan sebagai pengahantar menuju kesuksesan siswa
baik dalam belajar maupun masa depannya.
tanggung jawab merupakan prilaku yang harus dimiliki seorang individu untuk melaksanakan
tugas dan kewajibannya. Tanggung jawab juga dapat diartikan berkewajiban menanggung segala
sesuatu yang telah diperbuat dengan segala resiko yang harus diterima. tanggung jawab yaitu suatu
kesadaran yang harus dimiliki dalam melaksanakan apa yang menjadi kewajiban dan tugas sesuai
dengan peraturan yang telah ditentukan. Pendapat ini diperkuat oleh pendapat Rachmawati et al., (2021)
tanggung jawab adalah karakter dalam diri seseorang yang selalu berusaha menjalankan kewajiban
dengan sebaik mungkin dan terselesaikan tepat pada waktunya. Orang yang bertanggung jawab akan
melakukan sesuatu yang merupakan tugasnya tanpa keterpaksaan, hal ini sejalan dengan pendapat yang
dikemukakan oleh Musa et al., (2017) tanggung jawab adalah suatu keadaan dimana memiliki
kewajiban untuk melakukan sesuatu dengan sepenuh hati tanpa merasa terpaksa atau terbebani,
mengakui jika melakukan kesalahan serta menyelesaikan tugas hingga terselesaikan sampai tuntas.
Sikap ini berlaku baik pada diri sendiri, orang lain, alam, serta terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Hal ini
sejalan dengan pendapat Kartini & Maulana (2020) tanggung jawab yaitu sikap dan perilaku seseorang
untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan, baik terhadap diri sendiri,
masyarakat, lingkungan (alam, sosial, dan budaya) maupun negara dan Tuhan Yang Maha Esa.
Sedangkan pengertian tanggung jawab Apriani & Wangid (2015) tanggung jawab berarti berani, siap,
dan teguh hatinya dalam menerima putusan dan tindakan yang dilakukan secara sengaja atau tidak
sengaja.
Adapun hasil analisis data kemandirian belajar siswa pada indikator rasa tanggung jawab adalah
80% dengan kriteria tinggi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar siswa yang mengikuti
blended learning memiliki rasa tanggung jawab yang sangat positif. Seseorang dianggap bertanggung
jawab jika memiliki komitmen yang tinggi terhadap tugas dan pekerjaannya. Meskipun ada beberapa
siswa yang terlambata mengumpulkan tugas tetapi tetap antusias mengumpulkan tugas. Adapun Hasil
analalisis data kemandirian belajar indikator inisiatif belajar sebesar 72% dengan kriteria sedang.
Kesimpulannya, dapat dikatakan bahwa kemandirian belajar guru siswa dapat dikategorikan positif
untuk indikator inisiatif pribadi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar siswa yang
mengikuti blended learning bertindak secara sukarela dan positif mengikuti pembelajaran secara
antusias. Mereka yang memiliki inisiatif memiliki kemampuan untuk memunculkan sesuatu yang baru
dalam bentuk ide dan karya yang relatif berbeda untuk memecahkan masalah. Hal ini sependapat
dengan (Lepiyanto, 2011) bahwa Pendidikan karakter sangat perlu ditanamkan sedini mungkin untuk
mengantisipasi persoalan di masa depan yang semakin kompleks seperti semakin rendahnya perhatian
dan kepedulian anak terhadap lingkungan sekitar, tidak memiliki tanggungjawab, rendahnya
kepercayaan diri, dan lain-lain
Pengendalian diri siswa sangat berpengaruh untuk membentuk kepribadian seorang
siswa untuk melatih seorang individu agar bersikap positif, berpikir positif, bertindak atas nilai-
nilai internal, sadar akan tanggung jawab dll. Pengendalian diriyaitu sikap penting yang harus
dimiliki seseorang supaya mereka tidak selalu berperilaku negatif, sikap tersebut dapat
tertanam pada diri individu siswa sejak dini. Sikap ini diperlukan setiap siswa agar mereka
mampu mendisiplinkan dirinya dan mempunyai tanggung jawab. Banyak hal sederhana yang
menjadi faktor keberhasilan proses belajar namun kurang diperhatikan oleh siswa, salah
satunya adalah pengendalian dirisiswa. Freeman & Muraven (2010) menjelaskan tentang
pengendalian diri sebagai berikut: The strength model explains the mechanism of selfcontrol
with the metaphor of a skeletal muscle: the effort of exercising self-control consumes 2 limited
resources, which ultimately results in a temporary state of mental fatigue called egodepletion.
In addition to statebased manipulations of self-control, researchers have examined the capacity
for self-control from a trait-based perspective. Recentev idence suggests that theb ene fitsof
state- and traitbased self-control are additive. Menurut Chaplin (2012:111), pengendalian
diriadalah kemampuan untuk membimbing tingkah laku sendiri dalam artian kemampuan
seseorang untuk menekan atau merintangi impuls-impuls atau tingkah laku impuls.
Pengendalian diriini menyangkut seberapa kuat seseorang memegang nilai dan kepercayaan
untuk dijadikan acuan ketika bertindak atau mengambil suatu keputusan. Agar pengendalian
diri menjadi suatu kebiasaan yang positif bagi siswa, diperlukan sistem pembelajaran yang
mampu mengkomondir hal tersebut, salah satunya adalah dengan mengarahkan siswa untuk
mengontrol dirinya berdasarkan inisiatif sendiri. Oleh sebab itu seorang pendidik memiliki
peran yang sangat penting dalam membentuk kontrol diri siswa agar setiap kontrol diri berakhir
pada hasil yang diinginkan. Kasih & Sudarji (2012) pengendalian diri merupakan salah satu
kecakapan peserta didik sebagai kepekaannya membaca situasi diri dan lingkungan dimana ia
berada. Blegur (2020) menyatakan bahwa: 1) pengendalian diri akan membantu peserta didik
mengontrol dan mengelola faktor-faktor perilaku sesuai dengan situasi dan kondisi untuk
mengekspresikan diri saat bersosialisasI, dan 2) pengendalian diri juga sebagai kemampuan
peserta didik untuk menekan atau berfungsi mencegah tingkah laku yang menurut kata hati
atau semaunya. Marsela & Mamat (2019). Kemudian pengendalian diri juga merupakan
kemampuan individu untuk memodifikasi perilaku, kemampuan individu dalam mengelola
informasi yang diinginkan dan yang tidak diinginkan, dan kemampuan individu untuk memilih
salah satu tindakan berdasarkan sesuatu yang diyakini. Fallis, (2013) Pengendalian perilaku
adalah kemampuan menangani emosi diri sehingga berdampak positif pada pelaksanaan tugas,
peka terhadap kata hati, sanggup menunda kenikmatan sebelum tercapainya suatu sasaran, dan
mampu segera pulih dari tekanan emosi.
Hasil analisis data kemandirian belajar siswa pada indikator pengendalian diri sebesar
76% dengan kategori tinggi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar siswa yang
mengikuti blended learning mampu melakukan kontrol atau pengendalian diri sangat positif.
kemandirian belajar dapat terwujud jika pebelajar dapat mengontrol dirinya sendiri atas segala
sesuatu yang dikerjakannya, mengevaluasi dan juga merencanakan sesuatu dalam proses
belajarnya. Dhuha et al., (2020) semakin tinggi pengendalian dirimaka semakin tinggi motivasi
belajar seseorang; Fachrurrozi et al., (2018) Seorang siswa yang mempunyai kontrol diri yang
tinggi sangat memperhatikan cara yang tepat untuk berperilaku dalam situasional, bertanggung
jawab sesuai dengan tata tertib yang ada. Sebaliknya siswa yang mempunyai kontrol diri yang
rendah cenderung perilakunya menyimpang dari aturan-aturan yang ada. Sehingga dapat
dikatakan siswa yang memiliki kontrol diri yang rendah akan berperilaku dan bertindak kepada
hal-hal yang lebih menyenangkan dirinya meskipun tidak mematuhi aturan yang berlaku
disekolah

Kesimpulan & Saran


Hasil analisis tiap indikator kemandirian belajar yaitu: 1) Tidak tergantung kepada orang lain
78%, 2) Kepercayaan diri 74%, 3) Perilaku disiplin 70%, 4) Rasa tanggung jawab 80%, 5) Inisiatif
belajar 72%, 6) Pengendalian diri 76%. Hasil penelitian menunjukan bahwa rata-rata secara keseluruhan
kemandirian siswa dalam belajar sebesar 75% dengan kategori tinggi. Hal ini didukung oleh penelitian
yang dilakukan (Rijal & Bachtiar, 2015; Ulfa, 2021)terdapat hubungan yang positif antara kemandirian
belajar dengan hasil belajar.
Adapun saran terkait dengan penelitian ini dalah perlu adanya penelitian yang
berkelanjutan tentang pendidikan khususnya pendidikan dan pembelajaran matematika dimasa
pandemi covid-19.
Daftar pustaka
Akbar, G. A. M., Diniyah, A. N., Akbar, P., Nurjaman, A., & Bernard, M. (2018). Analisis
Kemampuan Kemampuan Penalaran Dan Self Confidence Siswa Sma Dalam Materi Peluang.
Journal On Education, 1(1).
Al Aslamiyah, T., Setyosari, P., & Praherdhiono, H. (2019). BLENDED LEARNING DAN
KEMANDIRIAN BELAJAR MAHASISWA TEKNOLOGI PENDIDIKAN. Jurnal Kajian
Teknologi Pendidikan, 2(2), 109–114. https://doi.org/10.17977/um038v2i22019p109
Amalia, P. R., Sukestiyarno, Y. L., & ... (2021). Problem-Solving Skill Based on Learning
Independence Through Assistance in Independent Learning with Entrepreneurial-nuanced
Modules. Unnes Journal of …, 11(1).
Anggraini, A. J. (2014). KEDISIPLINAN BELAJAR SISWA KELAS V SD NEGERI I PARANGTRITIS:
STUDI KASUS (Issue c). Universitas Negeri Yogyakarta.
Apriani, A.-N., & Wangid, M. N. (2015). PENGARUH SSP TEMATIK-INTEGRATIF TERHADAP
KARAKTER DISIPLIN DAN TANGGUNG JAWAB SISWA KELAS III SD. Jurnal Prima
Edukasia, 3(1). https://doi.org/10.21831/jpe.v3i1.4061
Bilda, W., & Fadillah, A. (2020). An Analysis of Students in Independent Learning of Analytic
Geometry During the COVID-19 Pandemic. JTAM (Jurnal Teori Dan Aplikasi Matematika),
4(2), 166–172. https://doi.org/10.31764/jtam.v4i2.2575
Blegur, J. (2020). Soft Skills untuk Prestasi Belajar: Disiplin Percaya diri Konsep diri akademik
Penetapan tujuan Tanggung jawab Komitmen Kontrol diri. In Scopindo Media Pustaka.
books.google.com.
Bungsu, T. kurniawan, Vilardi, M., Akbar, P., & Bernard, M. (2019). Pengaruh Kemandirian Belajar
Terhadap Hasil Belajar Matematika Di Smkn 1 Cihampelas. Journal on Education, 01(02).
Cahyono, C. (2015). PENGARUH KEDISIPLINAN TERHADAP PENINGKATAN PRESTASI
BELAJAR PESERTA DIDIK PADA MATA PELAJARAN PKN DI SMK PASUNDAN 1
SUBANG. Didaktik : Jurnal Ilmiah PGSD STKIP Subang, 1(2), 169–180.
https://doi.org/10.36989/didaktik.v1i2.23
Capone, R., De Caterina, P., & Mazza, G. A. G. (2017). BLENDED LEARNING, FLIPPED
CLASSROOM AND VIRTUAL ENVIRONMENT: CHALLENGES AND OPPORTUNITIES
FOR THE 21ST CENTURY STUDENTS. EDULEARN17 Proceedings, 1.
https://doi.org/10.21125/edulearn.2017.0985
Ceylan, V. K., & Elitok Kesici, A. (2017). Effect of blended learning to academic achievement.
Journal of Human Sciences, 14(1). https://doi.org/10.14687/jhs.v14i1.4141
Chotimah, S., Bernard, M., & Wulandari, S. M. (2018). Contextual approach using VBA learning
media to improve students’ mathematical displacement and disposition ability. Journal of
Physics: Conference Series, 948(1). https://doi.org/10.1088/1742-6596/948/1/012025
Dhuha, S. Al, Setiawati, O. R., Lestari, S. M. P., & Rukmono, P. (2020). A Kontrol Diri dengan
Motivasi Belajar SMA Negeri 1. Jurnal Ilmiah Kesehatan Sandi Husada, 11(1), 2654–4563.
https://doi.org/10.35816/jiskh.v11i1.238
Fachrurrozi, Firman, & Ibrahim, I. (2018). Hubungan kontrol diri dengan disiplin siswa dalam belajar.
Jurnal Neo Konseling, 1(1), 1–6.
Fadillah, A., Nopitasari, D., & Pradja, B. P. (2020). Blended Learning Model During the Covid-19
Pandemic: Analysis of Student’s’ Mathematical Disposition. JTAM (Jurnal Teori Dan Aplikasi
Matematika), 4(2), 173–181. https://doi.org/10.31764/jtam.v4i2.2582
Fajriyah, L., Nugraha, Y., Akbar, P., Bernard, M., Siliwangi, I., Terusan, J., Sudirman, J., Tengah, C.,
Cimahi, K., & Barat, J. (2019). PENGARUH KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA SMP
TERHADAP KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS. Journal on Education, 1(2).
Fallis, A. . (2013). Pengaruh Pengendalian Diri Dan Perilaku Belajar Terhadap Tingkat Pemahaman
Pengantar Akuntansi. Journal of Chemical Information and Modeling, 53(9), 1689–1699.
https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004
Freeman, N., & Muraven, M. (2010). Self-Control Depletion Leads to Increased Risk Taking. Social
Psychological and Personality Science, 1(2), 175–181.
https://doi.org/10.1177/1948550609360421
Hockings, C., Thomas, L., Ottaway, J., & Jones, R. (2018). Independent learning–what we do when
you’re not there. Teaching in Higher Education, 23(2).
https://doi.org/10.1080/13562517.2017.1332031
Jumaisyaroh, T., Napitupulu, E. E., & Hasratuddin, H. (2015). Peningkatan Kemampuan Berpikir
Kritis Matematis Dan Kemandirian Belajar Siswa Smp Melalui Pembelajaran Berbasis Masalah.
Kreano, Jurnal Matematika Kreatif-Inovatif, 5(2). https://doi.org/10.15294/kreano.v5i2.3325
Karim, S. S. A., & Karim, Q. A. (2021). Omicron SARS-CoV-2 variant: a new chapter in the
COVID-19 pandemic. In The Lancet (Vol. 398, Issue 10317). https://doi.org/10.1016/S0140-
6736(21)02758-6
Kartini, A., & Maulana, A. (2020). MODEL PENDIDIKAN KARAKTER DALAM KELUARGA.
An-Nisa’ : Jurnal Kajian Perempuan Dan Keislaman, 13(2), 231–253.
https://doi.org/10.35719/annisa.v13i2.32
Kasih, D., & Sudarji, S. (2012). Hubungan self efficacy terhadap kecemasan berbicara di depan
umum pada mahasiswa program studi psikologi Universitas Bunda Mulia. Jurnal Psibernetika,
5(2), 46–58.
Kurniawati, M., Santanapurba, H., & Kusumawati, E. (2019). PENERAPAN BLENDED
LEARNING MENGGUNAKAN MODEL FLIPPED CLASSROOM BERBANTUAN
GOOGLE CLASSROOM DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA SMP. EDU-MAT:
Jurnal Pendidikan Matematika, 7(1), 8–19. https://doi.org/10.20527/edumat.v7i1.6827
Lepiyanto, A. (2011). MEMBANGUN KARAKTER SISWA DALAM PEMBELAJARAN
BIOLOGI. BIOEDUKASI (Jurnal Pendidikan Biologi), 2(1).
https://doi.org/10.24127/bioedukasi.v2i1.201
Lestari, F. N., & Miftakhul’Ulum, W. (2020). Analisis Bentuk Kedisiplinan Siswa Dalam Mengikuti
Kegiatan Belajar Dengan Motivasi Belajar Siswa Kelas IV SDN I Gondosuli Gondang. JURNAL
PENDIDIKAN DASAR NUSANTARA, 5(2), 318–329. https://doi.org/10.29407/jpdn.v5i2.13554
Makurius, M., Seran, E. Y., & Suryameng. (2020). Analisis Kedisiplinan belajar Siswa Pada Masa
Pandemi Covid-19 di Kelas IV SDN 13 Pala KOta Tahun Pelajaran 2020/2021. Jurnal VOX
EDUCATION, 16.
Marsela, R. D., & Mamat, S. (2019). Konsep Diri : Definisi dan Faktor. Journal of Innovative
Counseling : Theory, Practice & Research, 3(2), 65–69.
Musa, S., Pangayow, W., & Kamuli, S. (2017). Pembinaan Karakter Tanggung jawab Melalui
Kegiatan Pramuka di SMP Negeri 1 Mananggu Kabupaten Boalemo. Journal Riset Dan
Pengembangan Pengetahuan, 2(2), 308–316.
Pratiwi, I. D., & Laksmiwati, H. (2016). Kepercayaan Diri dan Kemandirian Belajar Pada Siswa SMA
Negeri “X” Iffa Dian Pratiwi, dan Hermien Laksmiwati Program Studi Psikologi Universitas
Negeri Surabaya. Jurnal Psikologi Teori & Terapan, 7(1), 43–49.
https://doi.org/https://doi.org/10.26740/jptt.v7n1.p43-49
Rachmawati, D., Leksono, S. M., & Nulhakim, L. (2021). Analisis Literasi Lingkungan dalam Buku
Teks Pelajaran IPA SMP Kurikulum 2013. PENDIPA Journal of Science Education, 6(1), 88–
97. https://doi.org/10.33369/pendipa.6.1.88-97
Rahayu, I. F., & Aini, I. N. (2021). Analisis Kemandirian Belajar Dalam Pembelajaran Matematika
Pada Siswa SMP. Jurnal Pembelajaran Matematika Inovatif, 4(4).
Rijal, S., & Bachtiar, S. (2015). Hubungan antara Sikap, Kemandirian Belajar, dan Gaya Belajar
dengan Hasil Belajar Kognitif Siswa. JURNAL BIOEDUKATIKA, 3(2), 15–20.
https://doi.org/10.26555/bioedukatika.v3i2.4149
Rustyanti, N. dkk. (2019). Upaya Meningkatkan Disposisi dengan Pendekatan Open Ended pada
Siswa SMK Kelas X-RPL B. Journal on Education, 1(2).
Sari, A. R. (2013). STRATEGI BLENDED LEARNING UNTUK PENINGKATAN
KEMANDIRIAN BELAJAR DAN KEMAMPUAN CRITICAL THINKING MAHASISWA DI
ERA DIGITAL. Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, 11(2).
https://doi.org/10.21831/jpai.v11i2.1689
Sudiarta, I. G. P., & Sadra, I. W. (2016). PENGARUH MODEL BLENDED LEARNING
BERBANTUAN VIDEO ANIMASI TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH
DAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA. Jurnal Pendidikan Dan Pengajaran, 49(2).
https://doi.org/10.23887/jppundiksha.v49i2.9009
Susilawati, E., Khaira, I., & Afrida, W. (2022). EDUKASI KESADARAN SISWA TERHADAP
PENCEGAHAN PENYEBARAN VARIAN OMICRON DALAM PEMBELAJARAN TATAP
MUKA TERBATAS. JUKESHUM, 2(1), 90–95.
https://doi.org/https://doi.org/10.51771/jukeshum.v2i1.267
Tu’u, T. (2004). Peran Disiplin Pada Perilaku dan Prestasi Siswa, Jakarta: PT. In Gramedia Widia
Sarana Indonesia.
Ulfa, M. (2021). Blended Learning Berbasis Bimbel Online “Ruangguru” Dalam Meningkatkan
Kemandirian Belajar Dan Hasil Belajar Matematika Di Man 1 Aceh Besar. Intelektualita, 7(01).
Wong, L., Tatnall, A., & Burgess, S. (2014). A framework for investigating blended learning
effectiveness. Education and Training, 56(2). https://doi.org/10.1108/ET-04-2013-0049
Yuliawan, H., & Nusantoro, E. (2020). HUBUNGAN ANTARA KEYAKINAN DIRI DAN
PERILAKU DISIPLIN BELAJAR DENGAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA KELAS XI
SMK SE-KABUPATEN BOJA. JURNAL EDUKASI: Jurnal Bimbingan Konseling, 6(2), 124–
138. https://doi.org/10.22373/je.v6i2.6369

Anda mungkin juga menyukai