Anda di halaman 1dari 15

KELOMPOK 8

Cecilia dewi (21340076P)


Veronica Lesti indriyani (21340082P)
Indri kurnia sari (21340095P)
Maidah Nurahmah (21340041P)
Indah suprihatin (21340077P)
Hotmantika (21340081P)
Putri sudeni (21340056P)
Ana tince wati (21340076P)
 Advokasi kesehatan adalah pendekatan
kepada para pimpinan atau pengambil
keputusan agar dapat memberi dukungan,
kemudahan, perlindungan pada upaya
pembangunan kesehatan
 Mempengaruhi peraturan dan kebijakan yang mendukung
pembudayaan perilaku hidup bersih dan sehat.
 Mempengaruhi pihak lain (program, sektor, LSM peduli
kesehatan,profesional) agar mendukung perilaku hidup
bersih dan sehat melalui kemitraan dan jaringan kerja.
 Meningkatkan kerjasama antara masyarakat dan pemerintah
khususnya kesehatan lingkungan di tempat-tempat umum.
 Menggalang dukungan lewat pendapat umum melalui media
komunikasi tentang program perilaku hidup bersih dan sehat.
 Seminar sehari.
 Orientasi.
 Lobby.
 Kampaye.
 Sarasehan (penyuluhan).
 Bentuk kegiatan lain yang sesuai.
PERMASALAHAN
Permasalahan utama pada mekanisme pelaporan Ibu Hamil (kohort
ibu dan kantong persalinan) saat ini sebagian besar masih dilakukan
secara manual (pelaporan rutin bulanan) dan berjenjang dari fasilitas
kesehatan di desa (bidan desa, bidan koordinator, poliklinik kesehatan
desa), puskesmas sampai dengan dinas kesehatan kabupaten/kota.
Sedangkan Dinas Kesehatan Provinsi melakukan perhbitungan Ibu
Hamil berdasarkan sasaran tahunan.  Keterlambatan mengenali
informasi tanda bahaya atau factor resiko ibu hamil dan merujuk atau
mendapatkan pertolongan di fasilitas pelayanan kesehatan berdampak
pada keselamatan ibu dan bayinya.
Penyebab tidak langsung kematian ibu disebabkan berbagai faktor,

antara lain kurangnya informasi tentang sosial ekonomi/kemiskinan,


pendidikan, kedudukan peranan wanita, sosial budaya dan
transportasi, yang berdampak pada “3 Terlambat dan 4 Terlalu”.
Tiga terlambat, antara lain: 1)Terlambat mengenali
tanda bahaya/ resiko dan mengambil keputusan.
2)Terlambat untuk mencapai fasiltas pelayanan
kesehatan. 3)Terlambat untuk mendapatkan
pertolongan di pelayanan kesehatan. Dan 4 Terlalu
yaitu Terlalu muda mempunyai anak (usia <20
tahun), Terlalu banyak melahirkan (>3 anak), Terlalu
rapat jarak kelahiran (<2 tahun) dan Terlalu tua (usia
>35 tahun )
Fase ini terdapat 2 terminologi yaitu Stop dan Tunda.
Stop hamil jika ibu dengan usia >35 tahun dan
sudah memiliki anak; faktor kesehatan tidak
memungkikan/ berbahaya bagi kesehatan. Tunda
jika usia <20 tahun dan kondisi kesehatan belum
optimal.
Ibu yang hamil dicatat oleh bidan desa, dengan bidan
koordinator (Bikor) atau Gasurkes (petugas surveilans
kesehatan) sebagai koordinator wilayah, dikawal atau
diperiksa oleh tenaga kesehatan (minimal 1 kali oleh
dokter) dan dapat diketahui atau dikenali faktor-
faktor resikonya. Ibu hamil dengan faktor risiko
tinggi (risti) diberikan tanda. Ke depan tanda bisa
berupa gelangisasi seperti gelang haji yang dapat
memuat informasi tentang data kesehatan ibu hamil
beserta faktor risikonya.
 Ibu hamil yang akan melahirkan dikawal
didampingi. Ibu dengan persalinan normal bersalin
di fasilitas kesehatan dasar standar, sedangkan ibu
hamil dengan resiko tinggi dirujuk ke Rumah Sakit
dan dipantau “diinceng” oleh PKK/ Dasa Wisma dan
Masyarakat.
 Ibu nifas diberikan asuhan keperawatan
pasca persalinan baik oleh
dokter/bidan/perawat dan dipantau oleh
PKK/Dasa Wisma dan Masyarakat. Sistem fase
keempat ini mencatat dan memonitor ibu
nifas dan bayi sampe 1000 Hari Pertama
Kelahiran,
Ibu hamil, masyarakat semakin peduli atas kesehatan dan
keselamatan ibu dan anak. Dengan mengerti, menyadari faktor
resiko tinggi dan faktor tak langsung lainnya, dapat menjaga
kesehatan dan keselamatannya, sehingga menjadi masyarakat
yang sehat, ber-pengetahuan, mandiri dan berdikari.
Meningkatnya derajat kesehatan masayarakat, dengan dapat
ditekannya angka kematian ibu dan bayi. Meningkatnya peserta
KB aktif, menurunnya dropout peserta KB dan un-met need KB.
Pelayanan kesehatan publik menjadi lebih baik dan meningkat.
 Mekanisme pencatatan dan pelaporan ibu hamil
atau cohort ibu secara umum masih dilakukan manual
melalui pelaporan rutin dan berjenjang dari fasilitas
kesehatan di desa, puskesmas sampai Dinas Kesehatan
Kabupaten/ Kota.
 Terdapat beberapa (2-3) kabupaten yang sudah memiliki
pencatatan ibu hamil (SIMPUS, cohort online atau aplikasi
ANC). Sedangkan Dinas Kesehatan Provinsi menghitung
sasaran ibu hamil berdasarkan angka prediksi.
 Melalui Program 5NG cukup  1 menit 1 ibu hamil terdeteksi,
hanya variable utama (NIK, nama ibu hamil, domisi, 15 faktor
risiko, HPHT, HPL) yang dicatat dan dilaporkan secara online,
mempunyai peran dan arti sangat vital untuk pengambilan
keputusan secara cepat dan tepat.
 Selamatkan Ibu dan Bayi melalui Program Jateng Gayeng
Nginceng Wong Meteng (5NG), merupakan embrio awal
langkah antisipatif, deteksi dini faktor risiko ibu hamil dan
menyiapkan baseline data kesehatan untuk program
kesehatan dan pemetaan derajat kesehatan masyarakat yang
berbasis pada tingkat desa/ kelurahan, antara lain:
 Mengembangkan pemetaan kohort ibu atau Pemantauan
Wilayah Setempat Kesehatan Ibu Anak (PWS-KIA) sehingga
deteksi dini terhadap ibu-bayi resiko tinggi dapat diketahui
secara dini dan dapat ditangani bersama secara langsung dan
lintas sektoral untuk untuk dapat menekan angka kasus
kematian ibu dan bayi.

Anda mungkin juga menyukai