Diabetic Neuropathy
Diajukan untuk Memenuhi Tugas Kepanitraan
Ilmu Penyakit Saraf
Disusun oleh :
Lila Alfia Praditia 4151191002
Dwi Andriani Kusuma 4151191004
Ratna Dwi Puji 4151191009
I Brahmystha Valqy Anantha Putra 4151191415
Nada Shaumi Fauzia 4151191410
Deviacita Valleriani Purnomo 4151191420
Jovanka Brithney 4151191428
Syaima Nurul Rohmani 4151191435
R. Juag Syehna Sufi Atini 4151191439
Ken Dwi Pangesti 4151191441
B. Case Overview
Skenario Interpretasi
Neuropati perifer
Mengeluh sejak 2 bulan yang lalu merasa Sensoris
kesemutan di ujung jari kedua tangannya Simetris
Nyeri neuropatik akut
C. Anamnesis Lanjutan
Pertanyaan Tujuan
Apakah keluhan muncul berangsur-angsur
Progresifitas
atau gradual? Apakah ada perbaikan?
Apakah terdapat kelemahan pada anggota Gejala motorik
gerak? Jika ada, di mana lokasinya?
Apakah ada keluhan lemah badan (fatigue)?
Apakah terdapat keluhan sulit bangkit dari
posisi duduk?
Apakah ada keluhan gangguan aktivitas
sehari-hari?
Apakah terdapat keluhan baal? Apakah
seperti memakai sarung tangan?
Apakah terdapat keluhan nyeri yang
berlebihan?
Apakah terdapat keluhan seperti terbakar,
kesetrum, atau diikat?
Apakah terdapat keluhan menurunnya
Gejala sensorik
sensasi terhadap suhu?
Apakah terdapat keluhan menurunnya
sensasi terhadap nyeri?
Apakah keluhan terdapat di kedua sisi atau
hanya satu sisi?
Apakah keluhan juga dirasakan di kedua
kaki?
Apakah terdapat keluhan berkeringat
berlebihan?
Apakah terdapat keluhan sensasi seperti
melayang pada posisi tegak?
Apakah terdapat keluhan pernah tiba-tiba
pingsan? Gejala autonom
Apakah ada keluhan mulut terasa kering?
Apakah ada keluhan seperti mencret atau
sulit BAB?
Apakah ada keluhan sulit menahan BAK
(inkontinensia)?
Apakah terdapat riwayat penyakit serupa Faktor risiko
sebelumnya?
Apakah di keluarga ada yang pernah
mengalami keluhan serupa?
Apakah pasien sering melakukan aktivitas
fisik?
Bagaimana pola makan pasien? Apakah
selalu makan dengan gizi seimbang?
Apakah terdapat riwayat penyakit hipertensi,
diabetes mellitus, atau penyakit ginjal?
Kecurigaan gangguan metabolik
Jika ya, sejak kapan? Apakah berobat
dengan teratur?
Apakah terdapat Riwayat menderita kanker? Kecurigaan tumor pada saraf perifer
Apakah ada riwayat konsumsi alkohol?
Apakah pasien mengonsumsi obat-obatan Toksisitas
tertentu, seperti isoniazid (obat anti TB), Efek samping obat
amiodarone, hydralazine?
D. Pemeriksaan Fisik
Tekanan darah
Nadi
Respirasi
Suhu
BB dan TB
Turgor
Gizi
Kepala
Konjungtiva
Sklera
Leher
Thorax
Jantung
Paru-paru
Abdomen
Genital
Ekstremitas
Pemeriksaan neurologis
Rangsang meningen:
Kaku kuduk
Brudzinski I
Brudzinski II
Brudzinski III
Brudzinski IV
Kernig’s sign
Lasegue
Saraf kranial
Kekuatan lengan
Quadrisep femoris
Tibialis anterior
Refleks fisiologis
Tendo achilles
Refleks patologis
Babinsky
Chaddock
Gordon
Oppenheim
Schaeffer
• Sensorik
Sensibilitas jari telunjuk: sensitivitas
terhadap tusukan jarum
Sensibilitas ibu jari kaki: sensitivitas
terhadap tusukan jarum
Sensitivitas terhadap sentuhan
Persepsi getar
Sensitivitas terhadap posisi sendi
E. DD awal:
Peripheral neuropathy:
- Diabetic neuropathy
- Pernicious anemia
- Vitamin B6 intoxication
- Alcoholism
- Uremia
- Chemical toxins
- Nerve entrapment and compression of benign etiology
- Hepatitis
- Idiopathic
- Congenital/herediter
- Paraneoplastic
- Sifilis
- HIV/AIDS
- Medication (chemotherapy, isoniazid)
- Spine diasease (radiculopathy, stenosis, arteriovenous (AV) fistula)
F. DK:
Diabetic Neuropathy
G. Dasar diagnosis:
Penegakan neuropati diabetik dapat ditegakkan berdasarkan konsensus San
Antonio. Pada konsensus tersebut telah direkomendasikan bahwa paling sedikit 1
dari 5 kriteria dibawah ini:
a) Symptom scoring
b) Physical examination scoring
c) Quantitative Sensory Testing (QST)
d) Cardiovascular Autonomic Function Testing (cAFT)
e) Electro-diagnostic Studies (EDS)
A) Kekuatan otot
(1) quadrisep femoris (ekstensi sendi lutut);
(2) tibialis anterior (dorsofleksi kaki).
B) Refleks
(3) trisep surae/ tendo achiles.
C) Sensibilitas jari telunjuk
(4) sensitivitas terhadap tusukan jarum.
D) Sensibilitas ibujari kaki
(5) sensitivitas terhadap tusukan jarum;
(6) sensitivitas terhadap sentuhan;
(7) persepsi getar; dan
(8) sensitivitas terhadap posisi sendi.
Skoring
• Skor 0: normal
• Skor 1: defisit ringan atau sedang (kekuatan otot 3-4, refleks dan
sensitivitas menurun)
• Skor 2: defisit berat (kekuatan otot 0-2, refleks dari sensitivitas negatif/
tidak ada).
Nilai maksimal dari 4 macam pemeriksaan tersebut diatas adalah 16. Sedangkan
kriteria diagnostik untuk neuropati bila nilai > 3 dari 16 nilai tersebut.
Susunan saraf tepi (SST) terdiri dari saraf kranial dan saraf spinalis yang
merupakan garis komunikasi antara SSP dan tubuh. SST tersusun dari semua saraf
yang membawa pesan dari dan ke SSP.
• Secara fungsional sistem saraf perifer terbagi menjadi sistem aferen dan
sistem eferen.
• Saraf simpatis berasal dari area toraks dan lumbal pada medulla
spinalis
• Saraf parasimpatis berasal dari area otak dan sacral pada medulla
spinalis.
1. Saraf kranial
12 pasang saraf kranial muncul dari berbagai bagian batang otak. Beberapa
dari saraf tersebut hanya tersusun dari serabut sensorik, tetapi sebagian
besar tersusun dari serabut sensorik dan motorik.
2. Saraf spinal
Ada 31 pasang saraf spinal berawal dari korda melalui radiks dorsal (posterior)
dan ventral (anterior). Saraf spinal adalah saraf gabungan motorik dan sensorik,
membawa informasi ke korda melalui neuron aferen dan meninggalkan melalui
eferen.
J. Epidemiologi
Indonesia menempati urutan ke-4 terbesar dalam jumlah penderita diabetes
melitus didunia. Telah terbukti bahwa komplikasi kronis pada DM umumnya
terjadi akibat gangguan pembuluh darah (angiopati) dan kelainan pada saraf
(neuropati).
K. Faktor Risiko
Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi yaitu usia lanjut, faktor genetik,
dan lama menderita DM. Faktor risiko yang dapat dimodifikasi dan memegang
peranan penting yaitu faktor metabolik dan vaskular. Faktor metabolik terdiri dari
hiperglikemia, abnormalitas kadar insulin, dan defisiensi neurotropin. Faktor
vaskular contohnya merokok, riwayat penyakit kardiovaskular, hipertensi,
dislipidemia, obesitas, dan konsumsi alkohol yang tinggi. Dari semua faktor risiko
metabolik, yang paling berperan adalah hiperglikemia kronis.
L. Etiologi
3. Dislipidemia
Efek sistemik dari asam lemak bebas yaitu meningkatkan pelepasan sitokin
proinflamasi sehingga terjadi inflamasi pada serat saraf perifer.
4. Gangguan mikrovaskular
Gangguan mikrovaskular menyebabkan asupan nutrisi berkurang pada saraf
perifer, sehingga terjadi hipoksia pada saraf.
5. Inflamasi
Hiperglikemia menyebabkan penurunan sintesis transforming growth factorβ1
(TGF-β1) sebagai anti inflamasi dan meningkatkan sintesis nuclear factor kappa-
B (NF-κB) sebagai proinflamasi. Mekanisme inflamasi mengaktivasi NF-κB,
menginduksi sitokin pada sel neuron sehingga memicu makrofag menuju saraf
perifer yang pada akhirnya menimbulkan neuropati diabetikum.
M. Patofisiologi
N. Komplikasi
1. Charcot foot
2. Ulserasi
3. Claw toes
4. Gastroparesis
5. Disfungsi ereksi
N. Pemeriksaan penunjang Pemeriksaan elektrofisiologik
O. Laboratorium:
P. Tatalaksana
Farmakologi
Non Farmakologi
Invasif non-bedah
Blok saraf lokal. Bedah
Daftar Pustaka
1. Callaghan, B.C., Cheng, H.T., Stables, C.L., Smith, A.L., Feldman, E.L.2012.
Diabetic neuropathy: clinical manifestations and current treatments. Lancet
Neurology11: 521–534.
2. Dyck, P.J. 2009. Diabetic Neuropathies: The Nerve Damage of Diabetes. National
Institute of Diabetes and Digestive and Kidney Disease (NIDDK)1-12
3. Tesfaye, S.2011. Recent advances in the management of diabetic distal
symmetrical polyneuropathy. Journal of Diabetes Investigation2(1):33- 42.
4. Aslam, A., Singh, J., Rajbhandari, S. Review article: Pathogenesis of painful
Diabetic Neuropathy.2014. Hindawi publishing corporation. Pain research and
treatment 1-8.
5. Sherwood, S. (2016). Fisiologi Manusia dari Sel ke Sel. Edisi 8. Jakarta: EGC
Smeltzer, S., & Bare, B. (2008).
6. Penatalaksanaan Diabetes Mellitus. Jakarta: FKUI Sulistyowati, S., & Asnindari,
A. (2017). Pengaruh Senam Kaki terhadap Kadar Gula Darah Sewaktu pada
Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2 di Wilayah Kerja Puskesmas Cawas.
http://digilib.unisayogya.ac.id/2509/ pada tanggal 19 Maret 2018.
7. Tarwoto, T., Wartonah, W., Taufiq, I., & Mulyani, L. (2012). Keperawatan
Medikal Bedah Gangguan Sistem Endokrin. Jakarta: CV Trans Info Media
Vincent, A. M. (2016). Arbor A. Oxidative Stress in the Pathogenesis of Diabetic
Neuropathy. http://press.endocrine.org/doi/pdf/10.1210/er.2003-0019 Diperoleh
pada tanggal 10 Juli 2018.