Anda di halaman 1dari 16

STATUS NEUROLOGI

ANAMNESA
Misal : KU : Lemah lengan dan tungkai
- Tiba-tiba / perlahan
Tiba-tiba Perlahan
Trauma kepala SOL, infeksi

- Pada saat istirahat / aktivitas


Istirahat Aktivitas
Stroke Iskemik Stroke hemorrhagik

Riwayat penyakit mendukung dx :


- Hipertensi
- DM
- Merokok
- Jantung
- Hiperkolesterolemia

Abses : Riwayat infeksi (demam)


Tumor otak : Gangguan jiwa
Stroke : Pernah tidak stroke sebelumnya.
Jika pernah, lemah tungkai dan lengan yang mana?
- Pada lengan dan tungkai yang sama  Hemiparese recurrent
- Pada lengan dan tungkai yang berbeda  Hemiparese duplex

DD hemiparese :
- SOL (Abses, tumor, tuberkuloma)  Perlahan
- Stroke  Tiba-tiba
- Infeksi  Riwayat demam, tanda-tanda infeksi
- Trauma  Riwayat trauma

Riwayat keluarga :
- Faktor herediter : Diwariskan (bapak, ibu, kakek, nenek)
- Faktor familier : Dialami keluarga (kakak, adik)

STATUS NEUROLOGI

Sensorium :
 Kuantitatif :
 Skala Koma Glasgow
Visual  Spontan 4
 Atas panggilan 3
 Terhadap nyeri 2
 Tidak ada reaksi 1
Verbal  Orientasi baik 5
 Bicara kacau 4
1
 Bicara tidak jelas 3
 Mengerang 2
 Tidak mengucapkan kata 1
Motorik  Menurut perintah 6
 Mengetahui lokasi nyeri 5
 Reaksi menghindar 4
 Dekortikasi 3
 Deserebrasi 2
 Tidak ada reaksi 1

 Derajat kesadaran
1. Compos mentis
- Orientasi baik
- Sikap awas waspada
2. Apatis
- Tidak peduli lingkungan
- Diajak bicara  spontan, gerakan spontan (+)
3. Somnolence
- Mengantuk
- Bangun dengan rangsangan suara
- Gerakan spontan dan bicara spontan
4. Sopor
- Tidur nyenyak
- Memberi respon dengan rangsangan nyeri yang kuat
5. Koma
- Tidur nyenyak sekali
- Gerakan spontan (-)
- Gangguan miksi dan defekasi (+)

 Kualitatif :
Fungsi luhur : Fungsi yang ada dengan proses pembelajaran/perkembangan.
Cth : menulis, membaca.

Kranium :
 Bentuk : Bulat / lonjong
 Fontanela : Terbuka / tertutup (paling lama tertutup sempurna dalam 18 bulan)
 Palpasi : Pulsasi A. temporalis, A. carotis
 Perkusi : Pada hidrocephalus anak-anak  Cracked Pot Sign
 Auskultasi : Desah arteri (A. frontalis, A.temporalis)  pd peny. pemb.darah
 Transiluminasi : Dilakukan di ruang gelap, menggunakan senter dengan ujung karet agar
cahaya tidak menyebar. Senter ditempelkan di kranium, jika terdapat
cairan/perdarahan  akan meneruskan sinar.
2
Perangsangan meningeal :
 Kaku kuduk : - Pasien berbaring, pemeriksa di sebelah kanan pasien
- Lakukan rotasi kepala (kiri dan kanan)  meningismus (+)/(-)
- Tangan kiri pemeriksa diletakkan di bawah kepala, tangan kanan di
dada pasien
- Kepala difleksikan sehingga menyentuh dada  tahanan (+)/(-)
Membedakan meningismus dengan kaku kuduk :
 Mengangkat bahu pasien, jika kepala jatuh ke belakang  kaku kuduk
Jika kepala tertarik  meningismus

 Kernig’s Sign : - Pasien berbaring


- Tungkai difleksi maksimal pada sendi panggul
- Tungkai diekstensikan pada sendi lutut  sampai sudut 135º
- Jika < 135º atau nyeri (+)  Kernig’s sign (+)

 Brudzinski I : - Lakukan test kaku kuduk


- Fleksi bilateral tungkai  Brudzinski’s sign I (+)

 Brudzinski II : - Lakukan Kernig’s sign


- Tungkai kontralateral fleksi  Brudzinski’s sign II (+)

Yang menimbulkan perangsangan meningeal : Infeksi (meningitis), Stroke hemorrhagik


(PSA), Abses retropharynx.

Peningkatan TIK :
 Sakit kepala : - Terus menerus
- Nyeri kepala hebat seluruh kepala
- Tidak berkurang dengan analgetik
- Bertambah berat dengan batuk/bersin
- Lebih berat pada pagi hari
 Muntah : - Proyektil, tidak didahului oleh mual
 Kejang : - Fokal/umum, tonik/klonik
- Frekuensi & lama kejang

Nervus Cranialis
Nervus I (Olfaktorius)
Fungsi : Penciuman
Syarat : - CM & kooperatif
- Tidak menggunakan bahan yang merangsang
- Menggunakan bahan yang familier oleh pasien (spt: kopi, jeruk, the)
- Tidak ada penyakit hidung (cth: polip, rhinitis)

Cara pemeriksaan :
- Kedua mata ditutup
- Pemeriksaan dilakukan satu per satu pada hidung.
3
Normosmia : Kemampuan menghidu normal
Hiposmia : 
Anosmia : (-)
Hiperosmia : 
Parosmia : Salah mencium/mengartikan bau
Kakosmia : Mencium bau busuk

Pusat penciuman & pengecapan : Lobus temporalis girus uncinatus  kerusakan


 terjadi uncinate fit (halusinasi penciuman) Pada epilepsi lobus temporalis

Sindroma Foster Kennedy : - Papil atrofi ipsilateral


- Anosmia ipsilateral
- Papil edema kontralateral

Nervus II (Opticus)
Fungsi : Penglihatan

Visus : - Snellen chart 6/6 m = jarak pasien bisa melihat


- Hitung jari m/60 (m)
- Lambaian tangan m/300
- Cahaya senter m/
Lapangan pandang :
 Konfrontasi Donder
- Pemeriksa dan pasien duduk berhadapan dengan jarak 60 – 100 cm
- Mata pasien dan pemeriksa yang tidak diperiksa (mata yang berhadapan) harus
ditutup
- Pasien memfiksasi matanya pada mata pemeriksa
- Lalu pemeriksa menggerakkan jarinya dari arah lateral ke medial
- Pasien memberitahu jika mulai bisa melihat jari pemeriksa, dan dibandingkan
dengan pemeriksa
 Kampimetri
 Perimetri Untuk melihat scotoma

Scotoma : Bintik/bercak hitam (bintik yang tidak dapat dilihat) pada lapangan
pandang.
 Scotoma (+) : Pasien mengeluh ada bintik hitam
 Scotoma (-) : Pada pemeriksaan pasien baru mengeluh
Hemianopsia : Kehilangan separuh lapangan pandang.
- Homonim
- Heteronim

4
Fundus okuli : dengan funduskopi
Normal Edema Papil Atrofi Papil
Warna Jingga muda Hiperemia Pucat
Batas Tegas Tidak tegas Lebih jelas
Ekskavasio Cekung Dangkal/menghilang
Arteri Agak lurus Menyempit
Vena Berkelok-kelok Membesar Menyempit
Arteri : Vena 2:3 3:2
Papil : Tonjolan pada N. optikus

Refleks ancaman :
Gerakan tangan/benda mengarah ke mata (seperti mengancam)  kedipan.
Afferen : N. II, Efferen : N. VII, Inti : Pons

Nervus III (Occulomotorius) :


M. rectus med, sup, inf, M. oblique inf,
M. levator palpebra, M. spinchter pupil
Nervus IV (Trochlearis) : M. obliqus sup
Nervus VI (Abducens) : M. rectus lat

Fungsi : Pergerakan bola mata

Gerakan bola mata :


- Saccade : Mata secara refleks ditujukan ke suatu objek
- Pursuit : Mata mempertahankan melihat 1 benda yang bergerak

Nistagmus : Gerakan bolak balik mata yang involunter dan ritmis, dengan 1 komponen cepat
ke 1 arah dan 1 komponen lambat ke arah yang berlawanan.
- Fisiologis  dengan test Kalori (COWS : cold opposite warm similar)
- Patologis

Pupil : - Lebar : Isokor / anisokor (beda >2 mm) N :  3 mm


- Bentuk : Bulat / lonjong

Rima palpebra : N : 7 mm
5
Deviasi konjugae :Mata selalu dilirikkan ke satu arah, tidak dapat dilirikkan ke arah lain.
- Lesi kortikal : - Lesi iritatif  mata dilirikkan ke arah kontralateral
- Lesi paralitik  mata dilirikkan ke arah ipsilateral
- Lesi pons : Sebaliknya

Doll’s Eye Phenomen :


Dilakukan pada pasien dengan penurunan kesadaran.
Cara : - Pemeriksa berada di belakang pasien dgn kedua tangan di atas kepala pasien
dan kedua jempol membuka kelopak mata.
- Lalu kepala dirotasikan ke kanan dan kiri.
 (+) : Bola mata ke arah kontralateral posisi kepala dirotasikan.
 (-) : Bola mata mengikuti arah kepala dirotasikan.

Strabismus :
- Divergen : Kedua mata melirik ke arah lateral
- Konvergen : Kedua mata melirik ke arah medial

Sindroma Horner : - Miosis


- Ptosis
- Enopthalmus

Nervus V (Trigeminus)
V1.Ophtalmicus : Kelopak mata
V2.Maxillaris : Sinus, rongga hidung, selaput lendir, langit-langit
V3.Mandibularis : Lidah, selaput lendir di rahang

Fungsi : Perangsangan otot-otot mengunyah, sensasi sentuh, nyeri dan temperatur

Motorik
Membuka dan menutup mulut
- Meraba M. masseter & M. temporalis  perhatikan tonusnya
- Pada saat membuka mulut  rahang bawah terdorong ke arah yang lemah
Kekuatan otot
- Pasien menggigit tongue spatel, kemudian gerakkan rahang bawah ke samping
kiri dan kanan. Jika paresis kanan, rahang tidak bisa digerakkan ke kiri
- Lihat kedalaman gigitan
Winking Jaw Reflex
 Mata berkedip sebelah, mulut dibuka, rahang terdorong ke arah yang lemah

Sensorik
Kulit
Selaput lendir

Refleks kornea
6
- Kornea mata disentuh dengan kapas yang ujungnya runcing dari arah lateral.
- Respon : Mengedipkan mata
- Aff : N. V1, Eff : N. VII, Inti : Pons

Refleks masseter
- Pasien membuka mulut sedikit
- Jari pemeriksa di tengah dagu, lalu diketukkan dengan palu refleks
 Mulut digerakkan sedikit atau tidak sama sekali (Normal)
 Mulut tertutup rapat (Hiperrefleks : (+))
- Aff : N. V3, Eff : N. V, Inti : Pons

Refleks bersin
- Mukosa hidung dirangsang
- Aff : N. V, Eff : N. V, VII, IX, X, Inti : Pons, medula oblongata

Nervus VII (Fascialis)


Fungsi : Ekspresi wajah, kelenjar ludah dan air mata, pengecapan 2/3 depan lidah.

Motorik
Mimik
Kerut kening : Pasien mengikuti jari pemeriksa yang digerakkan ke atas pasien
Menutup mata
Meniup sekuatnya : Pasien menggembungkan mulutnya, dan tangan pemeriksa menekan
pipi pasien. Udara keluar lewat bagian yang lemah.
Memperlihatkan gigi:Mulut tertarik ke arah yang sehat
Tertawa

7
UMN LMN
 Kerut kening (+)  Kerut kening (-)
 Lagophtalmus (-)  Lagophtalmus (+)

Sensorik
Pengecapan 2/3 depan lidah : Manis, asam, asin (gula, garam)  dilakukan bergiliran
diselingi istirahat. Lidah tidak boleh digerakkan pada saat
dilakukan pemeriksaan.
Produksi kelenjar ludah : Mulut kering atau tidak
Hiperakusis : Merasa nyeri jika mendengar suara akibat intensitas suara yang
diterima lebih kuat.
Prebiaskusis  pada orang tua
Refleks stapedial : Pasien menggunakan stetoskop, lalu stetoskop diketuk.

Bell’s Palsy : Kelumpuhan N. VII perifer yang timbul akut, penyebabnya belum diketahui.
Sebagian besar sembuh, beberapa dengan gejala sisa : kontraktur, sinkinesia,
spasme spontan.
Bell’s Phenomen : Karena tidak bisa menutup mata, bola mata diputar ke belakang.

Nervus VIII (Vestibulocochlearis)


Fungsi : Pendengaran dan keseimbangan

Auditorius
Pendengaran :Test berbisik
Ruang kedap suara (6 x 6 m), mendengar detak arloji
Rinne test : Membandingkan konduksi tulang dan udara.
Hantaran udara lebih baik daripada tulang.
- Garpu tala dibunyikan dan pangkalnya diletakkan pada tulang mastoid
- Jika getaran hilang, didekatkan ke telinga  masih terdengar (normal)
Weber test : Garpu tala dibunyikan diletakkan pangkalnya pada pertengahan
kepala. Di dengar pada telinga mana bunyi terdengar lebih keras.
8
Schwabach test: Pendengaran penderita dibandingkan dengan pemeriksa.
Garpu tala dibunyikan, lalu didengarkan pada penderita sampai
penderita tidak mendengar lagi. Lalu didengarkan pada pemeriksa.

Vestibularis
Nistagmus
Reaksi kalori : - Kepala penderita diangkat ke belakang sebanyak 60º.
- Air dingin 30º, air hangat 44º disemprotkan ke liang telinga.
- Perhatikan nistagmus (gerakan ke arah air hangat)
Nistagmus ke arah air hangat.
Vertigo : Perasaan penderita berputar thd ruangan atau ruangan berputar
terhadap dirinya.
Tinnitus : Terdengarnya suara bising tanpa adanya sumber bising.

Nervus IX (Glossopharyngeus)
Nervus X (Vagus)
Penderita membuka mulut, dengan senter diperhatikan palatum molle, uvula dan arcus
pharynx pada saat istirahat dan bersuara (aaaaaa).

Palatum molle : Arcus pharynx tidak terangkat pada yang lemah saat bersuara.
Uvula : Terdorong ke arah yang sehat.
Disfagia : Tidak bisa menelan makanan/minuman.
Disartria : Tidak mampu mengucapkan kata dengan baik (ular melingkar).
Suara sengau (palatum molle tidak dapat menutup tuba eustachius
ketika berbicara)
Disfonia : Suara serak atau lemah. Akibat kelumpuhan N. recurrent laryngeus.
Refleks muntah : Pemeriksa meraba dinding belakang pharynx dengan kapas lidi
Respon : muntah. Bandingkan kiri dengan kanan.
Aff : N. IX, X, Eff : N. V, IX, X, Inti : Medula oblongata
Pengecapan 1/3 belakang lidah

9
Nervus XI (Accessorius)
Mengangkat bahu
Menilai kekuatan M. trapezius.
- Pemeriksa berdiri di belakang pasien, pasien dalam keadaan duduk.
- Tangan pemeriksa menekan kedua bahu pasien, pasien berusaha mengangkat bahu.
M. Sternocleidomastoideus
- Pasien menoleh ke salah satu arah, penderita menahan gerakan menoleh tersebut.
- Membandingkan kekuatan otot kiri dan kanan.
Nervus XII (Hypoglossus)
Fungsi : Mensyarafi otot-otot lidah.
Lidah :
Tremor
Atrofi Lesi LMN
Fasikulasi

Ujung lidah sewaktu istirahat : Jatuh ke arah yang lemah.


Ujung lidah sewaktu dijulurkan : Terdorong ke arah yang lemah.

Sistem Motorik
Trofi
Tonus otot
Kekuatan otot
0 : Tidak ada kontraksi
1 : Terlihat kontraksi setempat otot tanpa terlihat adanya gerakan
2 : Ada gerakan jika gaya gravitasi dihilangkan (tidak mampu melawan gaya
gravitasi)
3 : Bisa melawan gravitasi tapi tidak mampu melawan tahanan ringan
4 : Bisa melawan tahanan ringan dari pemeriksa
5 : Mampu melawan tahanan optimal dari pemeriksa (normal)

Gerakan spontan abnormal


Tremor : Gerakan ritmik 3 – 5 detik dalam keadaan istirahat terutama pada jari,
tangan, lengan dan dagu.
: Gerakan involunter secara bolak-balik dari suatu bagian anggota tubuh oleh
karena kontraksi otot antagonis secara silih berganti.
Khorea : Gerakan tidak teratur, terpaksa, cepat, menyentak, mengenai jari, tangan,
ekstremitas atau bagian lain tubuh.
Ballismus :Gerakan involunter kasar, menghinggapi bagian proksimal dan distal 
seperti membanting-bantingkan tubuh.
Mioklonus : Kontraksi otot involunter, tiba-tiba, terbatas tanpa melibatkan gerakan yang
berhubungan, pada ekstremitas, wajah, rongga mulut.
Atetosis : Gerakan-gerakan relatif lambat, berliku-liku irreguler pada tangan dan jari,
seperti main piano, bisa juga pada jari kaki.
Distonia : Gerakan involunter otot proksimal, perlahan-lahan, melilit  Mis: tortikolis
Spasmus : Kontraksi sekelompok otot yang besar, gerakan terbatas.
Tic : Gerakan singkat, berulang-ulang, stereotipik dan kompulsif pada segmen
tubuh yang relatif kecil.
10
Tes Sensibilitas
Eksteroseptif
Nyeri : - Dipakai jarum dengan ujung tajam dan tumpul
- Dimulai pada daerah yang kurang peka
- Pada daerah hiperalgesia diperiksa paling kemudian
 Analgesia : Tidak peka thd rasa nyeri
 Hipalgesia : Kemampuan membedakan rasa nyeri menurun
 Hiperalgesia : Kemampuan membedakan rasa nyeri berlebihan
Suhu : - Digunakan tabung berisi air panas (40 – 45ºC) atau air dingin (5 -
10ºC).
- Pada keadaan normal, kulit dapat membedakan perbedaan suhu 2
- 5ºC, dan pada ujung jari lebih peka lagi.
 Thermanestesia : Tidak merasakan suhu
 Therm hypastesia : Kurang merasakan suhu
 Therm hyperastesia : Lebih merasakan suhu
 Iso thermognosia : Semua suhu dirasakan sebagai panas
Raba : - Menggunakan kapas, rambut atau bulu (wool)
- Menggunakan alat seperti jangka yang disentuhkan pada bagian-
bagian yang diperiksa.
 Anastesia : Hilang rasa raba
 Hipestesia : Berkurang rasa raba
 Hiperestesia : Bertambah rasa raba
 Topognosis : Kemampuan untuk mengenali lokasi stimulasi
Proprioseptif
Rasa gerak : Kemampuan untuk merasakan rasa gerak baik aktif maupun pasif.
Rasa posisi : Kemampuan untuk mengatur posisi tubuh terhadap ruang sekitarnya.
- Menentukan arah gerakan, pemeriksa memegang sisi lateral
anggota gerak.
- Mis: Jari digerakkan ke atas – bawah/kanan – kiri, pasien
menentukan ke arah mana jari digerakkan.
Rasa getar : - Dengan menggunakan garpu tala ditempatkan pada tulang
menonjol.
- Mis: pergelangan tangan, lutut, tibia, siku, dll
 Pal anastesia : Menghilang
 Pal hipestesia: Menurun
Rasa tekanan

Fungsi kortikal untuk sensibilitas :


11
Stereognosis : Kemampuan untuk mengenali benda dengan meraba.
Pengenalan dua titik : Kemampuan membedakan jarak 2 stimulus secara
bersamaan.
Dengan menggunakan jangka, jarak > 3 mm.
Grafastesia : Kemampuan mengenal angka/huruf yang ditulis pada kulit.
 Agrafastesia : Tidak mampu
Barognosis : Kemampuan membedakan berat-berat benda pada 2 tangan.

Refleks
Refleks Fisiologis
Biceps : Lengan fleksi thd siku dgn siku 90º, penokokan tendon Biceps brachii.
 Fleksi lengan bawah pada siku.
Aff : N.Musculocutaneus Inti : C5 – 6 Eff: N. Musculocutaneus
Triceps : Lengan bawah sedikit fleksi thd lengan atas, penokokan tendon triceps
 Ekstensi lengan bawah pada siku
Aff : N. radialis Inti : C6 – 7 Eff : N. radialis
Radioperiost: Lengan bawah sedikit fleksi dan sedikit supinasi, penokokan prosesus
styloideus radialis.
 Fleksi lengan bawah dan supinasi tangan
Aff : N. radialis Inti : C6, 7, 8 Eff : N. radialis
KPR : Tungkai bawah fleksi pada lutut, penokokan tendon patella.
 Ekstensi tungkai bawah pada lutut
Aff : N. femoralis Inti : L2, 3, 4 Eff : N. femoralis

APR : Pergelangan kaki difleksikan (dorsofleksi), tendon Achilles diketuk.


 Plantarfleksi kaki
Aff : N. tibialis Inti : S1, 2 Eff : N. tibialis
Strumple: Tapak kaki digoreskan dari bawah ke atas.
 Plantarfleksi jari kaki
Dinding perut: Digoreskan pada tiap sisi perut, atas dan bawah, batas pusat, dari lateral ke
medial.
 Kontraksi otot

Refleks Patologis
Babinski : Penggoresan dari tumit sampai jempol kaki.
 Dorsofleksi jempol dan jari lainnya fanning.
Chaddock : Penggoresan malleolus lateralis menuju jempol kaki.
 Respon babinski
Oppenheim : Mengurut dengan kuat tibia dan otot tibialis anterior, dari atas ke bawah.
 Respon babinski
Gordon : Pencubitan otot betis (gastrocnemius).
 Respon babinski
Schaefer : Mencubit tendon achilles.
 Respon babinski
Gonda : Penekukan jari ke 4 dari kaki secara maksimal dan dilepaskan tiba-tiba.
12
 Babinski
Hoffman : Pangkal jari tengah pasien dipegang, lalu ujung kuku jari tengah
dipetik.
 Fleksi jari-jari (claw hand)
Trommer : Pangkal jari tengah pasien dipegang, lalu tapak jari tengah dicolek.
 Fleksi jari-jari
Klonus lutut : Patella ditekan kuat ke arah distal. Tungkai lurus/ekstensi.
 Gerakan cepat turun naik dari patella
Klonus kaki : Satu tangan pemeriksa memegang ujung kaki pasien dan tangan yang lain
memegang poplitea, lutut setengah fleksi dan tungkai abduksi.
Kaki dorsofleksi kan dengan cepat dan kuat, dan dipertahankan.
 Fleksi dan ekstensi kaki bergantian, ritmis dan kontinu

Refleks Primitive
Refleks sucking : Bibir disentuh  Gerakan bibir seperti menetek
Aff : N. V, IX Eff : N. V, VII, IX, X, XII dan N. spinal
Refleks snout : Bibir atas diketuk (tendon otot orbicularis oris)
 Kontraksi otot orbikularis oris
Koordinasi
Lenggang
Bicara : Berbicara spontan, pemahaman, mengulang, menamai.
Menulis : Mikrografia pada Parkinson’s disease
Percobaan apraksia : Ketidakmampuan dalam melakukan tindakan yang terampil
- Mengancing baju
- Menyisir rambut
- Mengikat tali sepatu
Mimik
Test telunjuk-telunjuk :Pasien merentangkan kedua lengannya ke samping sambil menutup
mata. Lalu mempertemukan jari-jarinya di tengah depan.
Test telunjuk-hidung : Pasien menunjuk telunjuk pemeriksa, lalu menunjuk
hidungnya.
Diadokhokinesia : Kemampuan melakukan gerakan yang bergantian secara cepat dan
teratur.
Test tumit-lutut : Pasien berbaring dan kedua tungkai diluruskan, lalu pasien
menempatkan tumit pada lutut kaki yang lain.
Test Romberg : Pasien berdiri tegak kedua kaki sejajar bersentuhan, mata
ditutup.
 Pasien tidak akan dapat mempertahankan posisinya  gangguan
vestibuler (+)

13
Vegetatif
Vasomotorik : Pembuluh darah  digores merah.
Sudomotorik : Berkeringat
Pilo-erektor : Merinding  tangan pemeriksa setelah memegang es, lalu memegang
pasien
Miksi
Defekasi
Potensi dan libido

Vertebra
Bentuk : Normal
Scoliosis : Deviasi lateral kuravatura vertebra
Hiperlordosis : Cekungan anterior pd kurvatura lumbal dan cervikal tulang
vertebra bila dilihat dari samping
Kifosis : Kelengkungan torakal tulang vertebra yang berlebihan

Tanda Perangsangan Radikuler


Perangsangan Radikuler : Nyeri yang dirasakan dari suatu radiks saraf dan menjalar
sepanjang peta dermatom yang disarafi radiks tersebut dan
terjadi karena adanya suatu iritasi radiks.
Laseque : Kaki difleksikan pada sendi panggul dengan sendi lutut tetap ekstensi.
 Tahanan dengan sudut < 60º
Cross Laseque : Lakukan test Laseque  nyeri pada kaki yang berlawanan.
Lhermitte : Kompresi kepala pada berbagai posisi.
- Pemeriksa berada di belakang pasien
- Kepala pasien ditekan dengan kedua tangan kebawah
- Kepala dimiringkan ke kiri lalu ditekan ke bawah, hal yang serupa juga
setelah kepala dimiringkan ke kanan, depan, dan belakang.
- Timbul nyeri radikuler yangmenjalar ke lengan  (+)
- Traction Test  Kebalikan Lhermitte, nyeri hilang.
Nafziger : Membendung vena jugularis sin – dex
Lalu pasien disuruh mengedan atau meniup dengan mulut tertutup  tekanan

 Nyeri (+)

Gejala-Gejala Cerebellar
Ataxia : Gangguan gerakan jalan yang tidak teratur oleh karena impuls proprioseptif
tidak dapat diintegrasikan (gangguan koordinasi gerakan).
Disartria : Gangguan kata-kata
Tremor : Intention tremor : Irreguler, bertambah kasar bila tangan menuju
suatu arah atau sasaran.
Nistagmus : Test kalori
Fenomena rebound : Tidak mampu menghentikan gerakan tepat pada waktunya.
Penderita memfleksi kan tangan, dan disuruh menahan tahanan oleh
pemeriksa, lalu pemeriksa melepaskan tangannya dengan tiba-tiba.
 Ditahan oleh otot-otot triceps  Normal

14
Vertigo : Gangguan orientasi di ruangan dimana perasaan dirinya bergerak
berputar terhadap ruangan sekitarnya atau ruangan sekitarnya bergerak
terhadap dirinya.
Test romberg

Gejala-Gejala Ekstrapiramidal
Tremor : Resting tremor/Parkinson tremor
Rigiditas : Hipertonus otot-otot
Bradikinesia : Gerakan melambat

Fungsi Luhur
Kesadaran kualitatif
Ingatan baru
Ingatan lama
Orientasi - Diri
- Tempat
- Waktu
- Situasi
Inteligensia - Normal
- Terganggu
Daya pertimbangan - Baik
- Kurang
Reaksi emosi - Normal
- Terganggu

Afasia : Gangguan berbahasa (gangguan dalam memproduksi atau memahami


bahasa).
Ekspresif : Motorik : Area Broca
Reseptif : Area Wernicke
Agnosia : Ketidakmampuan mengenali benda-benda yang telah dikenali sebelumnya.
Agnosia visual: Tidak mampu mengenali objek secara visual.
Agnosia jari : Ketidakmampuan mengidentifikasi jarinya atau jari orang lain.
 Pasien menutup mata, pemeriksa memegang salah satu jari pasien,
dan pasien membuka matan dan menunjukkan jari yg diraba tadi.
Akalkulia : Ketidakmampuan berhitung
Disorientasi kanan kiri :
Anosognosia : Menyangkal adanya gangguan fungsi tubuh.
Sindroma Gertsmann : - Agraphia
- Akalkulia
- Agnosia jari-jari
- Disorientasi kanan kiri

15
16

Anda mungkin juga menyukai