ANAMNESA
DD hemiparese :
- SOL (Abses, tumor, tuberkuloma) " Perlahan
- Stroke " Tiba-tiba
- Infeksi " Riwayat demam, tanda-tanda infeksi
- Trauma " Riwayat trauma
Riwayat keluarga :
- Faktor herediter : Diwariskan (bapak, ibu, kakek, nenek)
- Faktor familier : Dialami keluarga (kakak, adik)
STATUS NEUROLOGI
Sensorium :
• Kuantitatif :
§ Skala Koma Glasgow
Visual ú Spontan 4
ú Atas panggilan 3
ú Terhadap nyeri 2
ú Tidak ada reaksi 1
Verbal ú Orientasi baik 5
ú Bicara kacau 4
ú Bicara tidak jelas 3
ú Mengerang 2
ú Tidak mengucapkan kata 1
Motorik ú Menurut perintah 6
§ Derajat kesadaran
1. Compos mentis
- Orientasi baik
- Sikap awas waspada
2. Apatis
- Tidak peduli lingkungan
- Diajak bicara " spontan, gerakan spontan (+)
3. Somnolence
- Mengantuk
- Bangun dengan rangsangan suara
- Gerakan spontan dan bicara spontan
4. Sopor
- Tidur nyenyak
- Memberi respon dengan rangsangan nyeri yang kuat
5. Koma
- Tidur nyenyak sekali
- Gerakan spontan (-)
- Gangguan miksi dan defekasi (+)
• Kualitatif :
Fungsi luhur : Fungsi yang ada dengan proses pembelajaran/perkembangan.
Cth : menulis, membaca.
Kranium :
• Bentuk : Bulat / lonjong
• Fontanela : Terbuka / tertutup (paling lama tertutup sempurna dalam 18 bulan)
• Palpasi : Pulsasi A. temporalis, A. carotis
• Perkusi : Pada hidrocephalus anak-anak " Cracked Pot Sign
• Auskultasi : Desah arteri (A. frontalis, A.temporalis) " pd peny. pemb.darah
• Transiluminasi : Dilakukan di ruang gelap, menggunakan senter dengan ujung karet agar cahaya
tidak menyebar. Senter ditempelkan di kranium, jika terdapat cairan/perdarahan
" akan meneruskan sinar.
Perangsangan meningeal :
• Kaku kuduk : - Pasien berbaring, pemeriksa di sebelah kanan pasien
- Lakukan rotasi kepala (kiri dan kanan) " meningismus (+)/(-)
- Tangan kiri pemeriksa diletakkan di bawah kepala, tangan kanan di dada pasien
- Kepala difleksikan sehingga menyentuh dada " tahanan (+)/(-)
Membedakan meningismus dengan kaku kuduk :
" Mengangkat bahu pasien, jika kepala jatuh ke belakang " kaku kuduk
Jika kepala tertarik " meningismus
Peningkatan TIK :
• Sakit kepala : - Terus menerus
- Nyeri kepala hebat seluruh kepala
- Tidak berkurang dengan analgetik
- Bertambah berat dengan batuk/bersin
- Lebih berat pada pagi hari
Nervus Cranialis
Nervus I (Olfaktorius)
Fungsi : Penciuman
Syarat : - CM & kooperatif
- Tidak menggunakan bahan yang merangsang
- Menggunakan bahan yang familier oleh pasien (spt: kopi, jeruk, the)
- Tidak ada penyakit hidung (cth: polip, rhinitis)
Cara pemeriksaan :
- Kedua mata ditutup
- Pemeriksaan dilakukan satu per satu pada hidung.
Pusat penciuman & pengecapan : Lobus temporalis girus uncinatus " kerusakan
" terjadi uncinate fit (halusinasi penciuman)
Pada epilepsi lobus temporalis
Nervus II (Opticus)
Fungsi : Penglihatan
Scotoma : Bintik/bercak hitam (bintik yang tidak dapat dilihat) pada lapangan pandang.
" Scotoma (+) : Pasien mengeluh ada bintik hitam
" Scotoma (-) : Pada pemeriksaan pasien baru mengeluh
Hemianopsia : Kehilangan separuh lapangan pandang.
- Homonim
- Heteronim
Refleks ancaman :
Gerakan tangan/benda mengarah ke mata (seperti mengancam) " kedipan.
Afferen : N. II, Efferen : N. VII, Inti : Pons
Nistagmus : Gerakan bolak balik mata yang involunter dan ritmis, dengan 1 komponen cepat ke 1 arah dan
1 komponen lambat ke arah yang berlawanan.
- Fisiologis " dengan test Kalori (COWS : cold opposite warm similar)
- Patologis
Rima palpebra : N : 7 mm
Deviasi konjugae : Mata selalu dilirikkan ke satu arah, tidak dapat dilirikkan ke arah lain.
- Lesi kortikal : - Lesi iritatif " mata dilirikkan ke arah kontralateral
- Lesi paralitik " mata dilirikkan ke arah ipsilateral
- Lesi pons : Sebaliknya
Strabismus :
- Divergen : Kedua mata melirik ke arah lateral
- Konvergen : Kedua mata melirik ke arah medial
Nervus V (Trigeminus)
V1. Ophtalmicus : Kelopak mata
V2. Maxillaris : Sinus, rongga hidung, selaput lendir, langit-langit
V3. Mandibularis : Lidah, selaput lendir di rahang
Motorik
Membuka dan menutup mulut
- Meraba M. masseter & M. temporalis " perhatikan tonusnya
Sensorik
Kulit
Selaput lendir
Refleks kornea
- Kornea mata disentuh dengan kapas yang ujungnya runcing dari arah lateral.
- Respon : Mengedipkan mata
- Aff : N. V1, Eff : N. VII, Inti : Pons
Refleks masseter
- Pasien membuka mulut sedikit
- Jari pemeriksa di tengah dagu, lalu diketukkan dengan palu refleks
" Mulut digerakkan sedikit atau tidak sama sekali (Normal)
" Mulut tertutup rapat (Hiperrefleks : (+))
- Aff : N. V3, Eff : N. V, Inti : Pons
Refleks bersin
- Mukosa hidung dirangsang
- Aff : N. V, Eff : N. V, VII, IX, X, Inti : Pons, medula oblongata
Motorik
Mimik
Kerut kening : Pasien mengikuti jari pemeriksa yang digerakkan ke atas pasien
Menutup mata
Meniup sekuatnya : Pasien menggembungkan mulutnya, dan tangan pemeriksa menekan pipi
pasien. Udara keluar lewat bagian yang lemah.
Memperlihatkan gigi:Mulut tertarik ke arah yang sehat
Tertawa
Sensorik
Pengecapan 2/3 depan lidah : Manis, asam, asin (gula, garam) " dilakukan bergiliran diselingi istirahat.
Lidah tidak boleh digerakkan pada saat dilakukan pemeriksaan.
Produksi kelenjar ludah : Mulut kering atau tidak
Hiperakusis : Merasa nyeri jika mendengar suara akibat intensitas suara yang
diterima lebih kuat.
Prebiaskusis " pada orang tua
Refleks stapedial : Pasien menggunakan stetoskop, lalu stetoskop diketuk.
Bell’s Palsy :Kelumpuhan N. VII perifer yang timbul akut, penyebabnya belum diketahui.
Sebagian besar sembuh, beberapa dengan gejala sisa : kontraktur, sinkinesia, spasme
spontan.
Bell’s Phenomen : Karena tidak bisa menutup mata, bola mata diputar ke belakang.
Auditorius
Pendengaran : Test berbisik
Ruang kedap suara (6 x 6 m), mendengar detak arloji
Rinne test : Membandingkan konduksi tulang dan udara.
Hantaran udara lebih baik daripada tulang.
- Garpu tala dibunyikan dan pangkalnya diletakkan pada tulang mastoid
- Jika getaran hilang, didekatkan ke telinga " masih terdengar (normal)
Vestibularis
Nistagmus
Reaksi kalori : - Kepala penderita diangkat ke belakang sebanyak 60º.
- Air dingin 30º, air hangat 44º disemprotkan ke liang telinga.
- Perhatikan nistagmus (gerakan ke arah air hangat)
Nistagmus ke arah air hangat.
Vertigo : Perasaan penderita berputar thd ruangan atau ruangan berputar terhadap
dirinya.
Tinnitus : Terdengarnya suara bising tanpa adanya sumber bising.
Nervus IX (Glossopharyngeus)
Nervus X (Vagus)
Penderita membuka mulut, dengan senter diperhatikan palatum molle, uvula dan arcus pharynx pada saat
istirahat dan bersuara (aaaaaa).
Palatum molle : Arcus pharynx tidak terangkat pada yang lemah saat bersuara.
Uvula : Terdorong ke arah yang sehat.
Disfagia : Tidak bisa menelan makanan/minuman.
Disartria : Tidak mampu mengucapkan kata dengan baik (ular melingkar).
Suara sengau (palatum molle tidak dapat menutup tuba eustachius ketika berbicara)
Disfonia : Suara serak atau lemah. Akibat kelumpuhan N. recurrent laryngeus.
Refleks muntah : Pemeriksa meraba dinding belakang pharynx dengan kapas lidi
Respon : muntah. Bandingkan kiri dengan kanan.
Aff : N. IX, X, Eff : N. V, IX, X, Inti : Medula oblongata
Pengecapan 1/3 belakang lidah
M. Sternocleidomastoideus
- Pasien menoleh ke salah satu arah, penderita menahan gerakan menoleh tersebut.
- Membandingkan kekuatan otot kiri dan kanan.
Lidah :
Tremor
Atrofi Lesi LMN
Fasikulasi
Sistem Motorik
Trofi
Tonus otot
Kekuatan otot
0 : Tidak ada kontraksi
1 : Terlihat kontraksi setempat otot tanpa terlihat adanya gerakan
2 : Ada gerakan jika gaya gravitasi dihilangkan (tidak mampu melawan gaya gravitasi)
3 : Bisa melawan gravitasi tapi tidak mampu melawan tahanan ringan
4 : Bisa melawan tahanan ringan dari pemeriksa
5 : Mampu melawan tahanan optimal dari pemeriksa (normal)
Tes Sensibilitas
Eksteroseptif
Nyeri : - Dipakai jarum dengan ujung tajam dan tumpul
- Dimulai pada daerah yang kurang peka
- Pada daerah hiperalgesia diperiksa paling kemudian
Refleks Patologis
Babinski : Penggoresan dari tumit sampai jempol kaki.
" Dorsofleksi jempol dan jari lainnya fanning.
Chaddock : Penggoresan malleolus lateralis menuju jempol kaki.
" Respon babinski
Oppenheim : Mengurut dengan kuat tibia dan otot tibialis anterior, dari atas ke bawah.
" Respon babinski
Gordon : Pencubitan otot betis (gastrocnemius).
" Respon babinski
Schaefer : Mencubit tendon achilles.
" Respon babinski
Gonda : Penekukan jari ke 4 dari kaki secara maksimal dan dilepaskan tiba-tiba.
" Babinski
Hoffman : Pangkal jari tengah pasien dipegang, lalu ujung kuku jari tengah dipetik.
" Fleksi jari-jari (claw hand)
Trommer : Pangkal jari tengah pasien dipegang, lalu tapak jari tengah dicolek.
" Fleksi jari-jari
Klonus lutut : Patella ditekan kuat ke arah distal. Tungkai lurus/ekstensi.
" Gerakan cepat turun naik dari patella
Klonus kaki : Satu tangan pemeriksa memegang ujung kaki pasien dan tangan yang lain memegang
poplitea, lutut setengah fleksi dan tungkai abduksi.
Kaki dorsofleksi kan dengan cepat dan kuat, dan dipertahankan.
" Fleksi dan ekstensi kaki bergantian, ritmis dan kontinu
Refleks Primitive
Refleks sucking : Bibir disentuh " Gerakan bibir seperti menetek
Aff : N. V, IX Eff : N. V, VII, IX, X, XII dan N. spinal
Refleks snout : Bibir atas diketuk (tendon otot orbicularis oris)
" Kontraksi otot orbikularis oris
Koordinasi
Lenggang
Vegetatif
Vasomotorik : Pembuluh darah " digores merah.
Sudomotorik : Berkeringat
Pilo-erektor : Merinding " tangan pemeriksa setelah memegang es, lalu memegang pasien
Miksi
Defekasi
Potensi dan libido
Vertebra
Bentuk : Normal
Scoliosis : Deviasi lateral kuravatura vertebra
Hiperlordosis : Cekungan anterior pd kurvatura lumbal dan cervikal tulang vertebra bila
dilihat dari samping
Kifosis : Kelengkungan torakal tulang vertebra yang berlebihan
Gejala-Gejala Cerebellar
Ataxia : Gangguan gerakan jalan yang tidak teratur oleh karena impuls proprioseptif tidak
dapat diintegrasikan (gangguan koordinasi gerakan).
Disartria : Gangguan kata-kata
Tremor : Intention tremor : Irreguler, bertambah kasar bila tangan menuju suatu arah atau
sasaran.
Nistagmus : Test kalori
Fenomena rebound : Tidak mampu menghentikan gerakan tepat pada waktunya.
Penderita memfleksi kan tangan, dan disuruh menahan tahanan oleh pemeriksa,
lalu pemeriksa melepaskan tangannya dengan tiba-tiba.
" Ditahan oleh otot-otot triceps " Normal
Vertigo : Ganggaun orientasi di ruangan dimana perasaan dirinya bergerak berputar
terhadap ruangan sekitarnya atau ruangan sekitarnya bergerak terhadap dirinya.
Test romberg
Gejala-Gejala Ekstrapiramidal
Tremor : Resting tremor/Parkinson tremor
Rigiditas : Hipertonus otot-otot
Bradikinesia : Gerakan melambat
Fungsi Luhur
Kesadaran kualitatif
Ingatan baru
Ingatan lama
Orientasi - Diri
- Tempat
- Waktu
- Situasi
Inteligensia - Normal
- Terganggu
Daya pertimbangan - Baik
- Kurang
Reaksi emosi - Normal
- Terganggu
Afasia : Gangguan berbahasa (gangguan dalam memproduksi atau memahami bahasa).
Ekspresif : Motorik : Area Broca
Reseptif : Area Wernicke
Agnosia : Ketidakmampuan mengenali benda-benda yang telah dikenali sebelumnya.
Agnosia visual : Tidak mampu mengenali objek secara visual.
Agnosia jari : Ketidakmampuan mengidentifikasi jarinya atau jari orang lain.
" Pasien menutup mata, pemeriksa memegang salah satu jari pasien, dan
pasien membuka matan dan menunjukkan jari yg diraba tadi.
Akalkulia : Ketidakmampuan berhitung
Disorientasi kanan kiri :
Anosognosia : Menyangkal adanya gangguan fungsi tubuh.
Sindroma Gertsmann : - Agraphia
- Akalkulia
- Agnosia jari-jari
- Disorientasi kanan kiri