mata anak anak, sudah sewajarnya bahwa objek yang dekat bisa difokuskan ke
retina dengan akomodasi. Pasien anak - anak jarang dicurigai mengalami disfungsi
akomodasi, walaupun kemungkinan karena dokter mata jarang memikirkan untuk
menilai akomodasi pada pasien anak. Kebanyakan dokter mata menilai amplitude
akomodasi dengan metode gradient tradisional (lensa minus) atau stimulus (titik
dekat) dan membatasi uji tersebut kepada dewasa dan anak dengan usia lebih tua.
Semakin diketahui bahwa anak anak tertentu dengan resiko insufisiensi
akomodasi; lebih dari setengah anak dengan trisomi 21 dan serebral palsi mengalami
BBL sudah dapat melihat,tapi untuk penglihatan jarak kurang dari 8 inci (20
cm) atau lebih jauh dari 18 inci (45 cm) penglihatan akan kabur dan tidak fokus. Pada
tahap ini bayi lebih mudah melihat wajah manusia dan objek yang terang seperti pola
hitam putih dan warna warna yang cerah.
BBL tidak dapat melihat secara detail. Diperkirakan bahwa visus pada 75%
BBL mencapai 20/300. Koordinasi mata pada BBL masih lemah dan belum bisa
memfiksasi sebuah objek pada kedua mata. BBL kurang dapat melihat pada malam
hari, ini disebabkan karena lensa lebih cembung dibanding lensa dewasa, selain itu
BBL belum memiliki cukup pigmen dalam fotoreseptor.
2. 3 8 minggu.
Pada tahap ini penglihatan mulai memperhatikanobjek yang bergerak terutama
yang berwarna cerah. Penglihatan binokuler mulai berkembang dan juga koordinasi
kedua mata mulai meningkat.
3. 2 3 Bulan
Mulai mengenal detail seperti pengenalan wajah dan mata.
4. 3 4 Bulan
Pada tahap ini mata mulai dapat melakukan akomodasi karena lensa mulai mendatar
dan otot siliaris mulai menguat. Penglihatan binokuler menjadi lebih baik, dan telah
dapat memfiksasi objek dengan kedua mata secara bersamaan. Selain itu bayi juga
telah dapat menggabungkan informasi visual dengan indera lainnya seperti suara dan
sentuhan.Mereka mulai menggengam benda yang mereka lihat dan melihat ke arah
suara yang mereka dengar. Pada tahap ini makula telah mulai matur.
5. 5 7 Bulan
Di usia ini koordinasi mata dan tangan mulai berkembang. Biasanya bayi telah
mampu untuk mempertahankan fiksasi mata pada benda yang diam untuk beberapa
detik. Visus pada usia 6 bulan telah mencapai 50/200 dan terus berkembang seiring
dengan perkembangan makula di retina. Pada tahap ini penglihatan malam mulai
sensitif sudah seperti penglihatan pada orang dewasa.
6. 8 9 Bulan
Usia 8 bulan makula telah matang dan penglihatan mulai jernih. Bayi juga mulai
menggunakan jari untuk menunjuk benda yang ada di lapangan penglihatan mereka.
7. 1 tahun
Pada usia 1 tahun visus telah mencapai 20/100. Fusi pada kedua mata juga telah
berkembang baik, tapi reflek tersebut masih mudah diganggu. Pada usia ini bayi
sudah dapat membedakan bentuk seperti kotak, bulat, dll.
8. 2 tahun
Visus balita usia 2 tahun telah mencapai visus 20/40. Balita usia ini sangat tetarik
dengan benda benda kecil.
9. 3 tahun
Visus
balita
tahun
rata
rata
20/300.
Kedua
mata
telah
mampu
teknik khusus sering harus digunakan, terutama untuk menguji bayi dan anak anak
usia pra sekolah, yang tidak bisa menggunakan standar yang sama dengan dewasa.
Bayi
Kesulitan utama dalam penilaian penglihatan bayi adalah mereka tidak bisa diuji
dengan peralatan standar yang digunakan oleh dewasa. Kesulitan kedua bahwa
penelitian telah menunjukkan bahwa bahkan penglihatan pada bayi normal sangat
inferior dibandingkan dengan dewasa normal. Sehingga, sandar dewasa tidak cocok
digunakan untuk bayi. Kesulitan ketiga dalam menentukan status visual bayi adalah
penglihatan mereka tidak statis; secara umum akan berkembang dengan cepat selama
tahun pertama setelah kelahiran. Pada bayi normal dan beresiko gangguan
penglihatan, waktu course perkembangan terukur pada penglihatan bergantung
kepada teknik penilaian yang digunakan dan aspek penglihatan yang dinilai.
Akhirnya, asesmen penglihatan pada bayi dilengkapi dengan fakta bahwa bukti
penglihatan normal dan abnormal pada satu usia tidak dapat memprediksi status
visual di usia selanjutnya. Oleh karena itu, perkembangan visual selama masa bayi
dapat dipengaruhi oleh factor lingkungan eksternal atau internal.
Karena system visual bayi belum matur dan kedinamisan perkembangan mata selama
bulan bulan pertama setelah kelahiran, program apapun untuk menilai status visual
bayi harus mengingat dua hal penting. Pertama, hasil penilaian visual harus
dibandingkan dengan dara normative dari bayi dengan usia yang sama, diuji dengan
menggunakan perangkat penilaian yang sama. Membandingkan hasil normal
berdasarkan data dewasa atau anak anak usial yang lebih tua atau dengan bayi yang
diuji dengan prosedur berbeda dapat menyebabkan kesalahan diagnosis gangguan
penglihatan. Kedua, hasil penilaian penglihatan yang dilakukan selama bayi tidak
pasti memprediksi status visual di kemudian hari. Seorang bayi dengan penglihatan
yang tampak normal pada kehidupan awalnya bisa saja kemudian menunjukkan
gangguan penglihatan jika system penglihatannya gagal untuk berkembang yang
biasanya terjadi antara masa bayi dan dewasa. Sama halnya, beberapa bayi yang
prosedur yang sudah dimodifikasi sehingga anak anak bisa merespon terhadap sikap
non-verbal.
Penilaian pada bayi
Fiksasi dan following
Pada kebanyakan praktek klinis, dokter mata menilai penglihatan bayi secara
kualitatif, berdasaran pada kemampuan menunjukkan fiksasi yang stabil pada suatu
target dan mengikuti target melalui pergerakan yang halus. Namun, kemampuan
untuk fiksasi dan mengikuti tidak selalu mengindikasikan ketajaman penglihatan
yang normal, karena banyak anak anak lainnya yang lebih tua dengan ketajaman
penglihatan 20/200 atau lebih buruk namun dapat memfiksasi dan mengikuti dengan
baik (Day,1990). Sama halnya, kegagalan untuk menunjukkan fiksasi normal dan
megikuti target langsung setelah kelahiran juga tidak selalu prediktif terhadap deficit
penglihatan di kemudian hari tetapi dapat menjadi indicator sederhana untuk maturasi
penglihatan yang terlambat (Fielder et al.,1985; Illingworth, 1961).
Visual Evoked Potensial
Visual Evoked Potensial (VEP, atau disebut juga visual evoked response atau VER)
merupakan suatu sinyal elektrik yang diperoleh dari oksipital korteks otak dalam
merespin stimulasi penglihatan. Hal ini tercatat melalui satu atau lebih electrode yang
ditempatkan pada scalp di atas korteks visual. Ketajaman penglihtatan dapat
diperkirakan dengan merekam respon VEP pada stimuli yang terpola, seperti fasealternatif, grating hitam putih, dimana keseluruan luminans target akan konstan
tetapi konfigurasi spasial pada pola akan berubah. Saat ukuran elemen pola
berkurang, amplitude VEP menurun, dengan hasil bahwa ketajaman visual dapat
diperkirakan saat grating terhalus atau terkecil yang menghasilkan VEP yang bisa
diukur. Data normative tersedia untuk ketajaman VEP pada bayi baru lahir hingga
usia 1 tahun (McCulloch et al., 1999; Norcia & Tyler,1985). Akan tetapi, penggunaan
VEP untuk pengukuran ketajaman penglihatan bayi telah terbatas pada sejumlah kecil
praktik klinis, yang disebabkan oleh mahalnya peralatan dan ekspertise teknik yang
dibutuhkan untuk melakukan tes tersebut.
Keuntungan menggunakan pola VEP untuk menilai ketajaman penglihatan
pada bayi :(1) pengukuran dapat dilakukan secara cepat dalam kurun waktu dimana
kebanyakan bayi masih kooperatif dan akan merespon stimuklus;(2) prosedur hanya
membutuhkan respon bayi yang minimal;(3) VEP dapat menjadi indicator yang baik
untuk fungsi macular, karena diperoleh dari area korteks visual yang menerima inpot
dari region macular; dan (4) data distribusi hasil penglihatan bayi normal pada usia
yang berbeda tersedia, sehingga memungkinkan untuk menginterpretasi skor
ketajaman penglihatan bayi dalam bentuk angka standar deviasi di bawah normal,
seperti yang terdapat pada regulasi SSA.
Terdapat beberapa keterbatasan pada pola VEP untuk menilai ketajaman penglihatan
pada bayi: (1) mahalnya peralatan uji dan tidak tersedia secara luas; (2) ekspertise
teknik dibutuhkan untuk melakukan prosedur dan menginterpretasikan respon; (3)
akan sulit untuk mendapatkan respon yang bisa diukur dari bayi dengan abnormalitas
okulomotorik seperti nistagmus dan abnormalitas neuromotor seperti serebral palsi;
yang dapat menyebabkan artifak otot yang mempertahankan sinyal penglihatan; dan
(4) bayi usia lebih dari 9 bulan akan menolak dipasangkan elektroda.
ke bayi beberapa kali, biasanya memutar kartu 180 untuk mengubah posisi kiri
kanan dari presentasi satu ke yang lain. Penguji yang tidak tahu lokasi kisi tiap kartu
melihat respon bayi melalui lubang intip dan memutuskan, berdasarkan pergerakan
mata bayi dan sikap melihat sebagai respon untuk kartu yang muncul berulang,
apakah bayi bisa menentukan lokasi kisi. Setelah itu, penguji akan melihat kartu
untuk mengkonfirmasi lokasi kisi. Ketajaman penglihatan bayi dinilai dari jeruji
paling halus yang dapat dilihatnya. Data normatd telah ditunjukkan untuk prosedur
ini untuk uji binokular dan monokular pada bayi baru lahir hingga 1 tahun serta anak
anak usia 3 hingga 4 tahun. Keuntungan prosedur ini adalah : (1) pengukuran bisa
dilakukan dengan cepat, (2) prosedur ini memudahkan penguji untuk berinteraksi
dengan bayi secara visual antara presentasi kartu yang membantu mempertahankan
ketertarikan bayi dalam prosedur pengujian;(3) prosedur dilakukan berdasarkan
pergerakan alami mata bti sebagai respon terhadap stimulus; (4) prosedur dapat
dilakukan dengan mudah; (5) biaya rendah; (6) prosedur dapat dilakukan dengan bayi
pada semua usia; (7) dengan modifikasi posisi kartu, prosedur dapat dilakukan untuk
menguji bayi engan gangguan okulomotorik seperti nistagmus dan (8) data tersedia
dengan distribusi hasil penglihatan bayi normal pada usia berbeda, sehingga
memungkinkan untuk menginterpretasi tajam penglihatan sesuai standar deviasi di
bawah normal seperti yang terdapat pada regulasi SSA.
Glasgow acuity card contains four of six letters (X, V, O, H, U, and Y),
with the four letters surrounded by a crowding bar. In the BVAT
crowded HOTV test, single letters (H, O, T, and V) are presented
surrounded by crowding bars, with logarithmic steps between letter
size presentations. The crowding bars surrounding the single letters in
the HOTV test help to prevent the overestimation of visual acuity that occurs in
certain types of visual abnormality, such as amblyopia, when
acuity is tested with single letters (Flom, 1991).
Another advantage of the HOTV and Lea symbols tests, as well as the
Glasgow acuity cards, is that a lap card is available for each test, so
that the child who is reluctant to identify the letters or symbols
verbally can identify the symbols by pointing to them on the lap card.
This same strategy can be used with neurodevelopmentally delayed
older children and adults whose cognitive or literacy skills prevent
them from being tested with standard adult letter acuity charts.
Success rates for 3- and 4-year-old children have been reported to be
poor for the tumbling E test (Friendly, 1978), higher for the HOTV
chart (Friendly, 1978; Hered et al., 1997), and highest for the Lea
symbols charts (Hered et al., 1997). Unfortunately, however, largescale normative data are not available for preschool-age children
tested with any of these logMAR tests, although published screening
recommendations state that children in this age range should be able
to identify optotypes on the 20/40 line (American Academy of
Pediatrics Committee on Practice and Ambulatory Medicine, Section
on Ophthalmology, 1996; Hartmann et al., 2000). Success rates for assessment of
recognition acuity in children less than
3 years of age are very low (McDonald, 1986), due to the inability of
young children to identify or match letters or symbols. In addition, it
is difficult to get children in this age range to sit still and cooperate for
electrophysiological (VEP) measurement of resolution (grating) acuity.
The only quantitative methods that have been used successfully for
assessing visual acuity in substantial numbers of children between
1 and 2 years of age are rapidly conducted forced-choice preferential
looking measures of resolution (grating) acuity, such as the Teller
acuity card procedure (McDonald et al., 1986). Normative data for
children between 1 and 4 years of age have been published by several
groups (Heersema & van Hof-van Duin, 1990; Courage & Adams,
1990; Mayer et al., 1995; Salomo & Ventura, 1995), making it
possible to interpret a childs visual acuity score in terms of number of
standard deviations below normal, as suggested in the current SSA
regulations.
INTROOO
In illiterate individuals or children unable to read letters,
acuity can be tested with tumbling Es8 (Fig. 24), Allen or
Lea figures9,10 (Fig. 25A), or HOTV letters11 (Fig. 25B,C).
In younger preverbal patients, assessment of fixing on and
following a light or toy by each eye separately in most
instances is sufficient. Caution should be applied when
examining small infants, since visual fixation normally may
be inconsistent or absent until 816 weeks of age.12 When
quantification of visual acuities is required in very young
children (for serial examinations, for instance), preferential
looking tests (Teller acuities13,14) may be used (Fig. 26).
These tests are based on the principle that a child would
rather look at objects with a pattern stimulus (alternating
black and white lines of specific widths) than at a homogeneous
field. The frequency of the smallest pattern that
the child seems to prefer is termed the grating acuity,
which can be converted to Snellen equivalents. Visual acuity
in a newborn is roughly 20/400 to 20/600, improves to approximately 20/60 by 12 months of age, and then
reaches
Vision assessment
Vision can be assessed no matter the age or cognitive ability of the patient if an
age-appropriate or cognitive-appropriate test is used. There are many parameters of
vision, such as visual acuity, color vision, contrast sensitivity, peripheral vision,
night (scotopic) vision, light (photopic) vision, and motion detection, but in general
the pediatricians assessment is limited to light responses, fixation responses, and
visual acuity, depending on the age and cognitive ability of the patient.
From a premature infant of 28 weeks postconceptual age, to a term infant up
to 4 weeks of age, vision assessment will be limited to a uniocular reaction to
light, either withdrawal, blinking, or pupil constriction. At 4 to 6 weeks of age, a
term infant will develop central fixation, followed within a few weeks by visual
following. Thus, in children from 4 weeks of age to approximately 2.5 years of
age, or in nonverbal older children, the pediatrician must assess the quality of
visual fixation, one eye at a time. Common notations for this assessment include
fix and follow (F & F), or central, steady, and maintained (CSM) fixation. The
visual fixation pattern must be judged as to age-appropriateness, a process
learned from the experience of examining many children in this age range.
For instance, a normal 6-week-old will look at a face or light for just a few
seconds before shifting focus. One-year-olds will consistently gaze at an
interesting object, attentively follow the object as it is moved into peripheral
gaze, and reach for the object. Thus, some notation as to the quality of the
fixation should be recorded in the medical chart, addressing the age-appropriateness
of the childs fixation.
At about 2.5 years of age, most normally developing children will cooperate for
visual acuity testing, provided an age-appropriate test is utilized. Figure 1 reviews
some of the visual acuity tests that are commercially available. In general, the most
sophisticated test that the child is capable of performing should be used. Picture
cards can be used with the typical 2.5- to 3-year-old. Three-year-old children (or the
older child too shy to talk) can play the matching game HOTV, commercially
available from optical equipment distributors. For children who are 4 years old, try
the tumbling C or E game. The childs ability to advance to Snellen numbers or
letters depends on the educational milieu within the home, but most developmentally
normal children should be ready at 5 to 6 years of age. The visual acuity tests
are best administered with a wall chart at a 10- to 20-foot distance, with the chart
properly calibrated.
When space for at least a 10-foot lane to measure visual acuity is unavailable,
many pediatricians turn to a tabletop visual acuity instrument, such as the Titmus
Vision Screener or the Topcon Screenoscope. Rather than requiring the child to
look across a room or down a hallway, these compact devices optically simulate
the proper testing distance. A visual acuity with all the symbols mentioned can be reliably obtained,
either monocularly or binocularly, provided the child cooperates
with the testing by viewing into the device. Most of these tabletop instruments
include additional features to test other vision parameters, such as color
vision, visual field, and binocular vision. (eye exam in pedis office)
Occasionally, avoidance movements can be demonstrated when the good eye is occluded.
The patient may attempt to maneuver around the occluder when the good eye is
occluded but not when the poorly seeing eye is covered. A child with poor vision in the
right eye, for example, might be noted to "fIX and follow" (F and F) more poorly using that
eye and to object to occlusion of the left eye.
The visual acuity of preschool-aged and older children can be tested using the illiterate
E test (the E-game), letters, numbers, or symbols, all generically referred to as optotypes.
Ch ildren being tested with the E-game are asked to point their hand or fingers in
the direction of the E. This test can be difficult to use because of developmental status and
confusion of right versus left even among children with good acuity. Visual acuity testing
with Snellen letters or numbers requires the child to narne each letter or number, whereas
visual acuity testing with the HOTV test or with LEA symbols can be done by matching,
a cognitively easier task. Whenever possible, a line of optotypes or single optotypes surrounded
by contour interaction bars ("crowding bars") should be used to prevent the overestimation
of visual acuity of an amblyopic eye that often occurs with isolated optotypes
(see Chapter 5, Fig 5-2). Isolated optotypes should be used only if the ch ild cannot be
tested with any other class of optotype; Allen pictures do not provide any contour interaction,
and their overall size and the width of their underlying components fail to conform
to accepted parameters of optotype design.
In addition to recording the resuits, the clinician should identify the type of test
used in order to facilitate comparisons with measurements taken at other times. Most
pediatric ophthalmologists consider Snellen acuity most reliable, followed by HOTV,
LEA symbols, the illiterate E test, Allen pictures, and fixation behavior. The most reliable
test that the child can perform should be used. Preferential looking techniques
using Teller acuity cards can be a useful adjunctive test for comparing visual ac uity between
fellow eyes in infants and preverbal children. The Cardiff Acuity Test, which uses
vanishing optotypes and preferential looking techniques, is popular in Europe. (AAO)