Anda di halaman 1dari 12

[15/9 10.16] Ni Wayan santika yanti: 1.

Definisi

Konsep diri adalah semua ide, pikiran, perasaan, kepercayaan, serta pendirian yang diketahui

individu tentang dirinya dan memengaruhi individu dalam berhubungan dengan orang lain.

Konsep diri belum muncul saat bayi, tetapi mulai berkembang secara bertahap. Bayi mampu

mengenal dan membedakan dirinya dengan orang lain serta mempunyai pengalaman dalam

berhubungan dengan orang lain. Konsep diri dipelajari melalui pengalaman pribadi setiap

individu, hubungan dengan orang lain, dan interaksi dengan dunia di luar dirinya. Memahami

konsep diri penting bagi perawat karena asuhan keperawatan diberikan secara utuh bukan

hanya penyakit tetapi menghadapi individu yang mempunyai pandangan, nilai dan pendapat

tertentu tentang dirinya.

Harga diri rendah menurut Keliat (2010) adalah kondisi seseorang yang

menilai keberadaan dirinya lebih rendah dibandingkan orang lain yang

berpikir adalah hal negatif diri sendiri sebagai individu yanggagal, tidak

mampu, dan tidak berprestasi. Harga diri rendah adalah perasaan tidak

berharga,tidak berarti,dan rendah diri yang berkepanjangan akibat evaluasi

negative terhadap diri sendiri dan kemampuan diri.Gangguan harga diri dapat

di jabarkan sebagai perasaan yang negative terhadap diri sendiri, hilang

kepercayaan diri, serta merasa gagal mencapai keinginan.

Menurut Keliat (2007), harga diri rendah dapat digambarkan sebagai

perasaan yang negatif terhadap diri sendiri dan dirinya gagal mencapai

keinginan.
Berdasarkan berbagai pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa

gangguan harga diri rendah adalah gangguan konsep diri dimana harga diri

merasa gagal mencapai keinginan, perasaan tentang diri yang negatif dan

merasa dirinya lebih rendah dibandingkan orang lain. Gangguan harga diri

rendah merupakan masalah bagi banyak orang dan diekspresikan melalui

tingkat kecemasan yang sedang sampai berat. Umumnya disertai oleh

evaluasi diri yang negatif membenci diri sendiri dan menolak diri sendiri.

2. Klasifikasi

Gangguan diri atau harga diri rendah dapat terjadi secara :

a. Situasional Yaitu terjadi trauma yang tiba-tiba, misalnya harus

dioperasi, kecelakaan,dicerai suami, putus sekolah, putus hubungan

kerja. Pada pasien yang dirawat dapat terjadi harga diri rendah karena

prifasi yang kurang diperhatikan. Pemeriksaan fisik yang

sembarangan, pemasangan alat yang tidak sopan, harapan akan

struktur, bentuk dan fungsi tubuh yang tidak tercapai karena

dirawat/penyakit, perlakuan petugas yang tidak menghargai.

(Makhripah & Iskandar, 2012).

b. Kronik Yaitu perasaan negative terhadap diri telah berlangsung

lama,yaitu sebelum sakit/dirawat. Pasien mempunyai cara berfikir

yang negativ. Kejadian sakit dan dirawat akan menambah persepsi

negativ terhadap dirinya.

Kondisi ini mengakibatkan respons yang maladaptive, kondisi ini

dapat ditemukan pada pasien gangguan fisik yang kronis atau pada
pasien gangguan jiwa. (Makhripah & Iskandar, 2012).

[15/9 10.23] Ni Wayan santika yanti: 3. Rentang respon

4. Tanda dan Gejala

a. Mengkritik diri sendiri/orang lain.

b. Produktivitas menurun.

c. Gangguan berhubungan.

d. Merasa diri paling penting.

e. Destruktif pada orang lain.

f. Merasa tidak mampu.

g. Merasa bersalah dan khawatir.

h. Mudah tersinggung/marah.

i. Perasaan negatif terhadap tubuh.

j. Ketegangan peran.

k. Pesimis menghadapi hidup.

l. Keluhan fisik.

m. Penolakan kemampuan diri.

n. Pandangan hidup bertentangan.

o. Destruktif terhadap diri.

p. Menarik diri secara sosial.

q. Penyalahgunaan zat.

r. Menarik diri dari realitas.

s.lebih banyak menunduk

t. klien merasa malu

[15/9 10.29] Ni Wayan santika yanti: 5.pohon masalah

6. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan Medis

Struktur otak yang mungkin mengalami gangguan pada kasus harga diri
rendah kronis adalah :

A. Sistem limbik yaitu pusat emosi dilihat dari emosi pada klien

dengan harga diri rendah yang kadang berubah seperti sedih dan

merasa tidak berguna atau gagal terus menerus. Adapun jenis alat

untuk mengetahui gangguan struktur otak yang dapat digunakan

yaitu :

1. Elektroencephalogram (EEG) suatu pemeriksaan yang

bertujuan memberikan informasi penting tentang kerja dan

fungsi otak.

2. CT Scan untuk mendapatkan gambaran otak tiga dimensi.

3. Single Photon Emision Tomography (SPECT) melihat wilayah

otak dan tanda-tanda abnormalitas pada otak dan

menggambarkan perubahan aliran darah yang terjadi.

B. Magnetic Resonance Imaging (MRI) suatu teknik radiologi dengan

menggunakan magnet, gelombang radio dan komputer untuk

mendapatkan gambaran struktur tubuh atau otak dan dapat

mendeteksi perubahan yang kecil sekalipun dalam struktur tubuh

atau otak.

[15/9 10.36] Ni Wayan santika yanti: 7. Askep teori

PENGKAJIAN

Faktor Predisposisi

1. Citra tubuh

a. Kehilangan/kerusakan bagian tubuh (anatomi dan fungsi).

b. Perubahan ukuran, bentuk, dan penampilan tubuh (akibat tumbuh kembang atau

penyakit).

c. Proses penyakit dan dampaknya terhadap struktur dan fungsi tubuh.

d. Proses pengobatan, seperti radiasi dan kemoterapi.

2. Harga diri

a. Penolakan.

b. Kurang penghargaan.
c. Pola asuh overprotektif, otoriter, tidak konsisten, terlalu dituruti, terlalu dituntut.

d. Persaingan antara keluarga.

e. Kesalahan dan kegagalan berulang.

f. Tidak mampu mencapai standar.

3. Ideal diri

a. Cita-cita yang terlalu tinggi.

b. Harapan yang tidak sesuai dengan kenyataan.

c. Ideal diri samar atau tidak jelas.

4. Peran

a. Stereotipe peran seks.

b. Tuntutan peran kerja.

c. Harapan peran kultural.

5. Identitas diri

a. Ketidakpercayaan orang tua.

b. Tekanan dari teman sebaya.

c. Perubahan struktur sosial.

Faktor Presipitasi

1. Trauma.

2. Ketegangan peran.

3. Transisi peran perkembangan.

4. Transisi peran situasi.

5. Transisi peran sehat-sakit.

Perilaku

1. Citra tubuh

a. Menolak menyentuh atau melihat bagian tubuh tertentu.

b. Menolak bercermin.

c. Tidak mau mendiskusikan keterbatasan atau cacat tubuh.

d. Menolak usaha rehabilitasi.

e. Usaha pengobatan mandiri yang tidak tepat.

f. Menyangkal cacat tubuh.


2. Harga diri rendah

a. Mengkritik diri sendiri/orang lain.

b. Produktivitas menurun.

c. Gangguan berhubungan.

d. Merasa diri paling penting.

e. Destruktif pada orang lain.

f. Merasa tidak mampu.

g. Merasa bersalah dan khawatir.

h. Mudah tersinggung/marah.

i. Perasaan negatif terhadap tubuh.

j. Ketegangan peran.

k. Pesimis menghadapi hidup.

l. Keluhan fisik.

m. Penolakan kemampuan diri.

n. Pandangan hidup bertentangan.

o. Destruktif terhadap diri.

p. Menarik diri secara sosial.

q. Penyalahgunaan zat.

r. Menarik diri dari realitas.

3. Kerancuan identitas

a. Tidak ada kode moral.

b. Kepribadian yang bertentangan.

c. Hubungan interpersonal yang eksploitatif.

d. Perasaan hampa.

e. Perasaan mengambang tentang diri.

f. Kerancuan gender.

g. Tingkat ansietas tinggi.

h. Tidak mampu empati terhadap orang lain.

i. Masalah estimasi.
4. Depersonalisas

Afektif

• Kehilangan identitas.

• Perasaan terpisah dari

diri.

• Perasaan tidak realistis.

• Rasa terisolasi yang kuat.

• Kurang rasa

berkesinambungan.

• Tidak mampu mencari

kesenangan.

Perseptual

• Halusinasi dengar dan

lihat.

• Bingung tentang

seksualitas diri.

• Sulit membedakan

diri dari orang lain.

• Gangguan citra tubuh.

• Dunia seperti dalam

mimpi.

Kognitif
• Bingung.

• Disorientasi waktu.

• Gangguan berpikir.

• Gangguan daya ingat.

• Gangguan penilaian.

• Kepribadian ganda.

Perilaku

• Pasif.

• Komunikasi tidak

sesuai.

• Kurang spontanitas.

• Kehilangan kendali

terhadap impuls.

• Tidak mampu

memutuskan.

• Menarik diri secara

sosial.

Mekanisme Koping

1. Pertahanan jangka pendek

a. Aktivitas yang dapat memberikan pelarian sementara dari krisis, seperti kerja keras,

nonton, dan lain-lain.

b. Aktivitas yang dapat memberikan identitas pengganti sementara, seperti ikut

kegiatan sosial, politik, agama, dan lain-lain.

c. Aktivitas yang sementara dapat menguatkan perasaan diri, seperti kompetisi

pencapaian akademik.

d. Aktivitas yang mewakili upaya jarak pendek untuk membuat masalah identitas

menjadi kurang berarti dalam kehidupan, seperti penyalahgunaan obat.


2. Pertahanan jangka panjang

a. Penutupan identitas

Adopsi identitas prematur yang diinginkan oleh orang yang penting bagi individu

tanpa memperhatikan keinginan, aspirasi, dan potensi diri individu.

b. Identitas negatif

Asumsi identitas yang tidak wajar untuk dapat diterima oleh nilai-nilai harapan

masyarakat.

3. Mekanisme pertahanan ego

a. Fantasi

b. Disosiasi

c. Isolasi

d. Proyeksi

e. Displacement

f. Marah/amuk pada diri sendiri

[15/9 10.38] Ni Wayan santika yanti: Daftar Diagnosis

1. Isolasi sosial: menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah.

2. Risiko perilaku kekerasan berhubungan dengan harga diri rendah.

3. Gangguan konsep diri: citra tubuh berhubungan dengan koping keluarga inefektif.

4. Gangguan konsep diri: identitas personal berhubungan dengan perubahan penampilan

peran.

RENCANA INTERVENSI

Rencana intervensi keperawatan disesuaikan dengan diagnosis yang ditemukan. Pada

rencana intervensi berikut memberikan gambaran pada gangguan konsep diri, yaitu harga

diri rendah.

Tindakan Keperawatan pada Pasien

1. Tujuan

a. Pasien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki.


b. Pasien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan.

c. Pasien dapat menetapkan/memilih kegiatan yang sesuai kemampuan.

d. Pasien dapat melatih kegiatan yang sudah dipilih, sesuai kemampuan.

e. Pasien dapat merencanakan kegiatan yang sudah dilatihnya.

2. Tindakan keperawatan

a. Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang masih dimiliki pasien.

1) Mendiskusikan bahwa pasien masih memiliki sejumlah kemampuan dan aspek

positif seperti kegiatan pasien di rumah, serta adanya keluarga dan lingkungan

terdekat pasien.

2) Beri pujian yang realistik/nyata dan hindarkan setiap kali bertemu dengan pasien

penilaian yang negatif.

b. Membantu pasien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan.

1) Mendiskusikan dengan pasien kemampuan yang masih dapat digunakan saat ini

setelah mengalami bencana.

2) Bantu pasien menyebutkannya dan memberi penguatan terhadap kemampuan

diri yang diungkapkan pasien.

3) Perlihatkan respons yang kondusif dan menjadi pendengar yang aktif.

c. Membantu pasien dapat memilih/menetapkan kegiatan sesuai dengan

kemampuan.

1) Mendiskusikan dengan pasien beberapa aktivitas yang dapat dilakukan dan

dipilih sebagai kegiatan yang akan pasien lakukan sehari-hari.

2) Bantu pasien menetapkan aktivitas yang dapat pasien lakukan secara mandiri,

aktivitas yang memerlukan bantuan minimal dari keluarga, dan aktivitas yang

perlu bantuan penuh dari keluarga atau lingkungan terdekat pasien. Berikan

contoh cara pelaksanaan aktivitas yang dapat dilakukan pasien. Susun bersama

pasien dan buat daftar aktivitas atau kegiatan sehari-hari pasien.

d. Melatih kegiatan pasien yang sudah dipilih sesuai kemampuan.

1) Mendiskusikan dengan pasien untuk menetapkan urutan kegiatan (yang sudah

dipilih pasien) yang akan dilatihkan.

2) Bersama pasien dan keluarga memperagakan beberapa kegiatan yang akan

dilakukan pasien.
3) Berikan dukungan dan pujian yang nyata setiap kemajuan yang diperlihatkan

pasien.

e. Membantu pasien dapat merencanakan kegiatan sesuai kemampuannya.

1) Memberi kesempatan pada pasien untuk mencoba kegiatan yang telah

dilatihkan.

2) Beri pujian atas aktivitas/kegiatan yang dapat dilakukan pasien setiap hari.

3) Tingkatkan kegiatan sesuai dengan tingkat toleransi dan perubahan setiap

aktivitas.

4) Susun daftar aktivitas yang sudah dilatihkan bersama pasien dan keluarga.

5) Berikan kesempatan mengungkapkan perasaanya setelah pelaksanaan

kegiatan.

6) Yakinkan bahwa keluarga mendukung setiap aktivitas yang dilakukan pasien.

Tindakan Keperawatan pada Keluarga

1. Tujuan

a. Keluarga dapat membantu pasien mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki.

b. Keluarga memfasilitasi aktivitas pasien yang sesuai kemampuan.

c. Keluarga memotivasi pasien untuk melakukan kegiatan sesuai dengan latihan yang

dilakukan.

d. Keluarga mampu menilai perkembangan perubahan kemampuan pasien.

2. Tindakan keperawatan

a. Diskusi dengan keluarga kemampuan yang dimiliki pasien.

b. Anjurkan memotivasi pasien agar menunjukkan kemampuan yang dimiliki.

c. Anjurkan keluarga untuk memotivasi pasien dalam melakukan kegiatan yang sudah

dilatihkan pasien dengan perawat.

d. Ajarkan keluarga cara mengamati perkembangan perubahan perilaku pasien.

EVALUASI

1. Kemampuan yang diharapkan dari pasien.


a. Pasien dapat mengungkapkan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki pasien.

b. Pasien dapat membuat rencana kegiatan harian.

c. Pasien dapat melakukan kegiatan sesuai kemampuan yang dimiliki.

2. Kemampuan yang diharapkan dari keluarga.

a. Keluarga membantu pasien dalam melakukan aktivitas.

b. Keluarga memberikan pujian pada pasien terhadap kemampuannya melakukan

aktivitas.

Anda mungkin juga menyukai