Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN JIWA

(Pada Kasus No.8)

Disusun Oleh:

Nama : Ni Wayan Santika Yanti

Nim : 17061009

Kelas :B

Semester : VII (7)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS KATOLIK DE LA SALLE MANADO

TAHUN 2020
1. Definisi
Konsep diri adalah semua ide, pikiran, perasaan, kepercayaan, serta pendirian
yang diketahui individu tentang dirinya dan memengaruhi individu dalam berhubungan
dengan orang lain. Konsep diri belum muncul saat bayi, tetapi mulai berkembang secara
bertahap. Bayi mampu mengenal dan membedakan dirinya dengan orang lain serta
mempunyai pengalaman dalam berhubungan dengan orang lain. Konsep diri dipelajari
melalui pengalaman pribadi setiap individu, hubungan dengan orang lain, dan interaksi
dengan dunia di luar dirinya. Memahami konsep diri penting bagi perawat karena asuhan
keperawatan diberikan secara utuh bukan hanya penyakit tetapi menghadapi individu
yang mempunyai pandangan, nilai dan pendapat tertentu tentang dirinya.
Harga diri rendah menurut Keliat (2010) adalah kondisi seseorang yang menilai
keberadaan dirinya lebih rendah dibandingkan orang lain yang berpikir adalah hal negatif
diri sendiri sebagai individu yang gagal, tidak mampu, dan tidak berprestasi. Harga diri
rendah adalah perasaan tidak berharga,tidak berarti,dan rendah diri yang berkepanjangan
akibat evaluasi negative terhadap diri sendiri dan kemampuan diri.Gangguan harga diri
dapat di jabarkan sebagai perasaan yang negative terhadap diri sendiri, hilang
kepercayaan diri, serta merasa gagal mencapai keinginan.
Menurut Keliat (2007), harga diri rendah dapat digambarkan sebagai perasaan
yang negatif terhadap diri sendiri dan dirinya gagal mencapai keinginan.
Berdasarkan berbagai pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa gangguan harga
diri rendah adalah gangguan konsep diri dimana harga diri merasa gagal mencapai
keinginan, perasaan tentang diri yang negatif dan merasa dirinya lebih rendah
dibandingkan orang lain. Gangguan harga diri rendah merupakan masalah bagi banyak
orang dan diekspresikan melalui tingkat kecemasan yang sedang sampai berat. Umumnya
disertai oleh evaluasi diri yang negatif membenci diri sendiri dan menolak diri sendiri.
2. Klasifikasi
Gangguan diri atau harga diri rendah dapat terjadi secara :
a) Situasional Yaitu terjadi trauma yang tiba-tiba, misalnya harus dioperasi,
kecelakaan,dicerai suami, putus sekolah, putus hubungan kerja. Pada pasien yang
dirawat dapat terjadi harga diri rendah karena prifasi yang kurang diperhatikan.
Pemeriksaan fisik yang sembarangan, pemasangan alat yang tidak sopan, harapan
akan struktur, bentuk dan fungsi tubuh yang tidak tercapai karena
dirawat/penyakit, perlakuan petugas yang tidak menghargai. (Makhripah &
Iskandar, 2012).
b) Kronik Yaitu perasaan negative terhadap diri telah berlangsung lama,yaitu
sebelum sakit/dirawat. Pasien mempunyai cara berfikir yang negativ. Kejadian
sakit dan dirawat akan menambah persepsi negativ terhadap dirinya.Kondisi ini
mengakibatkan respons yang maladaptive, kondisi ini dapat ditemukan pada
pasien gangguan fisik yang kronis atau pada pasien gangguan jiwa. (Makhripah &
Iskandar, 2012).
3. Rentang Respon
Konsep diri seseorang terletak pada suatu rentang respons antara ujung adaptif dan ujung
maladaptive, yaitu aktualisasi diri, konsep diri positif, harga diri rendah, kekacauan
identitas, dan depersonalisasi.

Adaptif Maladaptif

Aktualisasi Diri Konsep Diri Harga Diri Kerancauan Depersonalisasi


Positif Rendah Identitas

Rentang Respons konsep diri yang paling adaptif adalah aktualisasi diri. Menurut
Maslow karakteristik aktualisasi diri meliputi :
1) Realistic
2) Cepat menyesuaikan diri dengan orang lain
3) Persepsi yang akurat dan tegas
4) Dugaan yang benar terhadap kebenaran/kesalahan
5) Akurat dalam memperbaiki masa yang akan datang
6) Mengerti seni, music, politik, filosofi
7) Rendah
8) Mempunyai dedikasi untuk bekerja
9) Kreatif, fleksibel, spontan, dan mengakui kesalahan
10) Terbuka dengan ide-ide baru
11) Percaya diri dan menghargai diri
12) Kepribadian yang dewasa
13) Dapat mengambil keputusan
14) Berfokus pada masalah
15) Menerima diri seperti apa adanya
16) Memiliki etika yang kuat
17) Mampu memperbaiki kegagalan

4. Tanda dan Gejala


a) Mengkritik diri sendiri/orang lain.
b) Produktivitas menurun.
c) Gangguan berhubungan.
d) Merasa diri paling penting
e) Destruktif pada orang lain
f) Merasa tidak mampu
g) Merasa bersalah dan khawatir
h) Mudah tersinggung/marah
i) Perasaan negatif terhadap tubuh
j) Ketegangan peran
k) Pesimis menghadapi hidup
l) Keluhan fisik
m) Penolakan kemampuan diri
n) Pandangan hidup bertentangan
o) Destruktif terhadap diri
p) Menarik diri secara social
q) Penyalahgunaan zat
r) Menarik diri dari realitas
s) lebih banyak menunduk
t) klien merasa malu

5. Pohon Masalah

Resiko Tinggi Perilaku Kekerasan

Harga Diri Rendah

Koping Individu Tidak Efektif

6. Penatalaksanaan
a. Struktur otak yang mungkin mengalami gangguan pada kasus harga diri rendah
kronis adalah : Sistem limbik yaitu pusat emosi dilihat dari emosi pada klien
dengan harga diri rendah yang kadang berubah seperti sedih dan merasa tidak
berguna atau gagal terus menerus. Adapun jenis alat untuk mengetahui gangguan
struktur otak yang dapat digunakan yaitu :
a) Elektroencephalogram (EEG) suatu pemeriksaan yang bertujuan
memberikan informasi penting tentang kerja dan fungsi otak.
b) CT Scan untuk mendapatkan gambaran otak tiga dimensi.
c) Single Photon Emision Tomography (SPECT) melihat wilayah otak dan
tanda-tanda abnormalitas pada otak dan menggambarkan perubahan aliran
darah yang terjadi.
b. Magnetic Resonance Imaging (MRI) suatu teknik radiologi dengan menggunakan
magnet, gelombang radio dan komputer untuk mendapatkan gambaran struktur
tubuh atau otak dan dapat mendeteksi perubahan yang kecil sekalipun dalam
struktur tubuh atau otak

7. Askep Teori
1. Pengkajian
a) Faktor Predisposisi
 Citra tubuh
 Kehilangan/kerusakan bagian tubuh (anatomi dan fungsi)
 Perubahan ukuran, bentuk, dan penampilan tubuh (akibat tumbuh
kembang atau penyakit)
 Proses penyakit dan dampaknya terhadap struktur dan fungsi
tubuh
 Proses pengobatan, seperti radiasi dan kemoterapi.
 Harga diri
 Penolakan
 Kurang penghargaan
 Pola asuh overprotektif, otoriter, tidak konsisten, terlalu dituruti,
terlalu dituntut
 Persaingan antara keluarga
 Kesalahan dan kegagalan berulang
 Tidak mampu mencapai standar
 Ideal diri
 Cita-cita yang terlalu tinggi
 Harapan yang tidak sesuai dengan kenyataan
 Ideal diri samar atau tidak jelas
 Peran
 Stereotipe peran seks
 Tuntutan peran kerja
 Harapan peran kultural
 Identitas diri
 Ketidakpercayaan orang tua
 Tekanan dari teman sebaya
 Perubahan struktur sosial.
b) Faktor Presipitasi
 Trauma
 Ketegangan peran
 Transisi peran perkembangan
 Transisi peran situasi
 Transisi peran sehat-sakit

c) Perilaku
 Citra tubuh
 Menolak menyentuh atau melihat bagian tubuh tertentu
 Menolak bercermin
 Tidak mau mendiskusikan keterbatasan atau cacat tubuh
 Menolak usaha rehabilitasi
 Usaha pengobatan mandiri yang tidak tepat
 Menyangkal cacat tubu
 Harga diri rendah
 Mengkritik diri sendiri/orang lain
 Produktivitas menurun
 Gangguan berhubungan
 Merasa diri paling penting
 Destruktif pada orang lain
 Merasa tidak mampu
 Merasa bersalah dan khawatir
 Mudah tersinggung/marah
 Perasaan negatif terhadap tubuh
 Ketegangan peran
 Pesimis menghadapi hidup
 Keluhan fisik
 Penolakan kemampuan diri
 Pandangan hidup bertentangan
 Destruktif terhadap diri
 Menarik diri secara social
 Penyalahgunaan zat
 Menarik diri dari realitas
 Kerancuan identitas
 Tidak ada kode moral
 Kepribadian yang bertentangan
 Hubungan interpersonal yang eksploitatif
 Perasaan hampa
 Perasaan mengambang tentang diri
 Kerancuan gender
 Tingkat ansietas tinggi
 Tidak mampu empati terhadap orang lain
 Masalah estimasi

 Depersonalisas
Afektif :
 Kehilangan identitas
 Perasaan terpisah dari diri
 Perasaan tidak realistis
 Rasa terisolasi yang kuat
 Kurang rasa berkesinambungan
 Tidak mampu mencari kesenangan.
Perseptual :
 Halusinasi dengar dan lihat
 Bingung tentang seksualitas diri
 Sulit membedakan diri dari orang lain
 Gangguan citra tubuh
 Dunia seperti dalam mimpi
Kognitif :
 Bingung
 Disorientasi waktu
 Gangguan berpikir
 Gangguan daya ingat
 Gangguan penilaian
 Kepribadian ganda
Perilaku :
 Pasif
 Komunikasi tidak sesuai
 Kurang spontanitaitas Kehilangan kendali terhadap impuls
 Tidak mampu memutuskan
 Menarik diri secara social

d) Mekanisme Koping
 Pertahanan jangka pendek
 Aktivitas yang dapat memberikan pelarian sementara dari
krisis, seperti kerja keras, nonton, dan lain-lain
 Aktivitas yang dapat memberikan identitas pengganti
sementara, seperti ikut kegiatan sosial, politik, agama, dan
lain-lain
 Aktivitas yang sementara dapat menguatkan perasaan diri,
seperti kompetisi pencapaian akademik
 Aktivitas yang mewakili upaya jarak pendek untuk
membuat masalah identitas menjadi kurang berarti dalam
kehidupan, seperti penyalahgunaan obat.
 Pertahanan jangka panjang
 Penutupan identitas
Adopsi identitas prematur yang diinginkan oleh orang yang
penting bagi individu tanpa memperhatikan keinginan,
aspirasi, dan potensi diri individu
 Identitas negative
Asumsi identitas yang tidak wajar untuk dapat diterima
oleh nilai-nilai harapan masyarakat

 Mekanisme pertahanan ego


 Fantasi
 Disosiasi
 Isolasi
 Proyeksi
 Displacement
 Marah/amuk pada diri sendiri
2. Daftar Diagnosis
Harga diri rendah berhubungan dengan koping individu tidak efektif
3. Rencana Intervensi
Rencana intervensi keperawatan disesuaikan dengan diagnosis yang ditemukan.
Pada rencana intervensi berikut memberikan gambaran pada gangguan konsep
diri, yaitu harga diri rendah
1) Tindakan Keperawatan pada Pasien
a) Tujuan
 Pasien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang
dimilikI
 Pasien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan
 Pasien dapat menetapkan/memilih kegiatan yang sesuai kemampua
 Pasien dapat melatih kegiatan yang sudah dipilih, sesuai
kemampua
 Pasien dapat merencanakan kegiatan yang sudah dilatihnya
b) Tindakan keperawatan
 Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang masih
dimiliki pasien
 Mendiskusikan bahwa pasien masih memiliki sejumlah
kemampuan dan aspek positif seperti kegiatan pasien di
rumah, serta adanya keluarga dan lingkungan terdekat
pasien
 Beri pujian yang realistik/nyata dan hindarkan setiap kali
bertemu dengan pasien penilaian yang negative

 Membantu pasien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan


 Mendiskusikan dengan pasien kemampuan yang masih
dapat digunakan saat ini setelah mengalami bencana
 Bantu pasien menyebutkannya dan memberi penguatan
terhadap kemampuan diri yang diungkapkan pasien.
 Perlihatkan respons yang kondusif dan menjadi pendengar
yang aktif
 Membantu pasien dapat memilih/menetapkan kegiatan sesuai
dengan kemampuan
 Mendiskusikan dengan pasien beberapa aktivitas yang
dapat dilakukan dan dipilih sebagai kegiatan yang akan
pasien lakukan sehari-hari
 Bantu pasien menetapkan aktivitas yang dapat pasien
lakukan secara mandiri, aktivitas yang memerlukan
bantuan minimal dari keluarga, dan aktivitas yang perlu
bantuan penuh dari keluarga atau lingkungan terdekat
pasien. Berikan contoh cara pelaksanaan aktivitas yang
dapat dilakukan pasien. Susun bersama pasien dan buat
daftar aktivitas atau kegiatan sehari-hari pasien.
 Melatih kegiatan pasien yang sudah dipilih sesuai kemampuan
 Mendiskusikan dengan pasien untuk menetapkan urutan
kegiatan (yang sudah dipilih pasien) yang akan dilatihkan
 Bersama pasien dan keluarga memperagakan beberapa
kegiatan yang akan dilakukan pasien
 Berikan dukungan dan pujian yang nyata setiap kemajuan
yang diperlihatkan pasien
 Membantu pasien dapat merencanakan kegiatan sesuai
kemampuannya
 Memberi kesempatan pada pasien untuk mencoba kegiatan
yang telah dilatihkan
 Beri pujian atas aktivitas/kegiatan yang dapat dilakukan
pasien setiap hari
 Tingkatkan kegiatan sesuai dengan tingkat toleransi dan
perubahan setiap aktivitas
 Susun daftar aktivitas yang sudah dilatihkan bersama
pasien dan keluarga
 Berikan kesempatan mengungkapkan perasaanya setelah
pelaksanaan kegiatan
 Yakinkan bahwa keluarga mendukung setiap aktivitas yang
dilakukan pasien

4. Tindakan Keperawatan pada Keluarga


1) Tujuan
a) Keluarga dapat membantu pasien mengidentifikasi kemampuan yang
dimiliki
b) Keluarga memfasilitasi aktivitas pasien yang sesuai kemampuan
c) Keluarga memotivasi pasien untuk melakukan kegiatan sesuai dengan
latihan yang dilakukan
d) Keluarga mampu menilai perkembangan perubahan kemampuan pasien.
2) Tindakan keperawatan
a) Diskusi dengan keluarga kemampuan yang dimiliki pasien
b) Anjurkan memotivasi pasien agar menunjukkan kemampuan yang
dimiliki
c) Anjurkan keluarga untuk memotivasi pasien dalam melakukan kegiatan
yang sudah dilatihkan pasien dengan perawat
d) Ajarkan keluarga cara mengamati perkembangan perubahan perilaku
pasien.
5. Evaluasi
1) Kemampuan yang diharapkan dari pasien
a) Pasien dapat mengungkapkan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
pasien
b) Pasien dapat membuat rencana kegiatan harian
c) Pasien dapat melakukan kegiatan sesuai kemampuan yang dimiliki
2) Kemampuan yang diharapkan dari keluarga
d) Keluarga membantu pasien dalam melakukan aktivitas
e) Keluarga memberikan pujian pada pasien terhadap kemampuannya
melakukan aktivitas

6. SP
1) BHSP
2) Identifikasi aspek positif dan kemampuan yang dimiliki
3) Menilai kemampuan yang dimiliki dan Menetapkan jadwal kegiatan harian
4) Melakukan kegiatan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki
5) menggunakan obat dengan prinsip 6 benar obat

Asuhan Keperawatan

A. Klasifikasi Data

Data Subjektif Data Objektif


1. Klien mengatakan merasa malu dan 1. Klien terlihat murung dan tidak
tidak berguna karena tidak bisa berinteraksi dengan siapapun
menyelesaikan kuliah tepat waktu 2. Klien tampak lebih banyak
seperti teman-temannya yang lain menunduk
2. Klien mengatakan merasa gagal 3. Setiap kali diajak bicara klien akan
membuat orangtuanya bangga dan menangis
mengatakan tidak ada artinya lagi
dirinya hidup di dunia ini
3. Ibu klien juga mengatakan pernah
memergoki klien sedang mencoba
meminum cairan rancun serangga
sebelum masuk di rawat di RSJ
B. Analisa Data

Data (Sign & Symptoms) Penyebab Masalah


(Etiologi) (Problem)
Harga diri Rendah
DS : Resiko Tinggi Perilaku berhubungan dengan
1. Klien mengatakan Kekerasan koping individu tidak
merasa malu dan efektif
tidak berguna
karena tidak bisa Harga Diri Rendah
menyelesaikan
kuliah tepat waktu
seperti teman- Koping Individu Tidak
temannya yang lain Efektif
2. Klien mengatakan
merasa gagal
membuat
orangtuanya bangga
dan mengatakan
tidak ada artinya
lagi dirinya hidup di
dunia ini
3. Ibu klien juga
mengatakan pernah
memergoki klien
sedang mencoba
meminum cairan
rancun serangga
sebelum masuk di
rawat di RSJ
DO :
1. Klien terlihat
murung dan tidak
berinteraksi dengan
siapapun
2. Klien tampak lebih
banyak menunduk
3. Setiap kali diajak
bicara klien akan
menangis
C. Diagnosa
Harga diri rendah berhubungan dengan koping individu tidak efektif

D. Pohon Masalah

Resiko Tinggi Perilaku Kekerasan

Harga Diri Rendah

Koping Individu Tidak Efektif


E. Intervensi

No Dx Tujuan Kriteria hasil Intervensi Rasional

1. Harga diri TUM: Klien menunjukkan 1. Bina hubungan Bina


rendah Klien dapat tanda-tanda seperti : saling percaya: hubungan
berhubungan melakukan 1. Klien dapat a) Sapa klien saling
dengan koping hubungan social mengungkapk dengan ramah percaya
individu tidak secara bertahap an b) Perkenalkan yakni
efektif perasaannya diri dengan kemampuan
2. Ekspresi sopan perawat
wajah c) Tanya nama dalam
bersahabat lengkap klien membangun
TUK 1 : 3. Ada kontak dan nama dan
Klien dapat mata panggilan memelihara
membina 4. Menunjukkan yang disukai komunikasi
hubungan saling rasa senang d) Jelaskan yang baik
percaya 5. Mau berjabat tujuan juga
tangan pertemuan, membutuhka
6. Mau jujur, dan n rasa
menjawab menempati kebersamaan
salam janji dan percaya
7. Klien mau e) Tunjukkan dalam
duduk sikap empati berhubungan
berdampingan dan menerima .
8. Klien mau klien apa
mengutarakan adanya
masalah yang f) Beri perhatian
dihadapi pada klien
2. Beri
kesempatan
untuk
mengungkapk
an perasaan
tentang
penyakit yang
dideritanya
3. sediakan
waktu
untuk
menden
garkan
klien
4. Katakan
a pada
klien
bahwa ia
adalah
seorang
yang
berharga
dan
bertangg
ung
jawab
serta
mampu
mendoro
ng
dirinya
sendiri

F. Implementasi

TUK 1 : Membiina hubungan saling percaya:


Klien dapat membina hubungan saling a) Menyapa klien dengan ramah
percaya b) Memperkenalkan diri dengan sopan
c) Menanyakan nama lengkap klien
dan nama panggilan yang disukai
d) Menjelaskan tujuan pertemuan,
jujur, dan menempati janji
e) Menunjukkan sikap empati dan
menerima klien apa adanya
f) memberi perhatian pada klien

Memberi kesempatan untuk


mengungkapkan perasaan tentang penyakit
yang dideritanya
a) Menyediakan waktu untuk
mendengarkan klien
b) Mengatakan pada klien bahwa ia
adalah seorang yang berharga dan
bertanggung jawab serta mampu
mendorong dirinya sendiri
G. Evaluasi

TUK 1 : S : selamat pagi juga nama lengkap saya


Klien dapat membina hubungan saling biasa di spa Nn.
percaya O : klien mampu menjawab sapaan,
mampu menyebutkan nama lengkap,
klien berjabat tangan dengan perawat
A : Bina hubungan saling percaya
P : Lanjut strategi pelaksanaan

Strategi Pelaksanaan Harga Diri Rendah

Pertemuan : ke 1 (satu)

A. Proses Keperawatan
1. Kondisi klien
Klien tenang, mampu menjawab pertanyaan
2. Diagnosa keperawatan
Harga Diri Rendah
3. Tujuan khusus
Membina hubungan saling percaya
4. Tindakan keperawatan
Membina Hubungan Saling Percaya dengan klien yakni : menanyakan identitas
lengkap klien dan kronologi lengkap keluarga klien, keadaan keluarga klien, alasan
klien masuk RSJ, dan memberi klien kesempatan untuk mengungkapkan perasaan
tentang penyakit yang dideritanya.

B. Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan


1. Tujuan :
a) Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat
2. Fase Orientasi
a) Salam terapeutik: sapa klien dengan baik baik verbal maupun nonverbal,
perkenalkan diri dengan sopan, tanyakan nama lengkap klien dan nama
panggilan klien
b) Validasi/evaluasi : tanyakan perasaan klien, dan Tanya apakah klien tidur
nyenyak tadi malam
c) Kontrak :
 Topik : mengajak klien untuk berbincang-bincang untuk saling
mengenal
 Waktu : melakukan kontrak waktu dengan klien
 Tempat : Menanyakan tempat yang nyaman pada klien
3. Fase kerja
Pada tahap kerja, dimana tahap ini dilakukan tindakan keperawatan untuk
mencapai tujuan yang direncanakan kepada klien. Seperti, Membina Hubungan
Saling Percaya dengan klien yakni : menanyakan identitas lengkap klien dan
kronologi lengkap keluarga klien, keadaan keluarga klien, alasan klien masuk
RSJ, dan memberi klien kesempatan untuk mengungkapkan perasaan tentang
penyakit yang dideritanya
4. Terminasi
b) Mengakhiri kontrak
Mengakhiri kegiatan berbincang-bincang hari ini, dan memberikan pujian
pada klien karena sudah mau mendengarkan dan menjawab pertanyaan
dengan baik.
c) Evaluasi subjektif : menanyakan perasaan klien setelah berbincang-
bincang
d) Evaluasi objektif : klien mau menjawab pertanyaan perawat dan sesekali
melihat perawat
e) Rencana tindak lanjut : mengajak klien untuk melakukan rencana
kegiatan selanjutnya
f) Kontrak
 Topic: mengajak pasien untuk bertemu besok untuk membicarakan
tentang keluarga, kemampuan, serta kelebihan dan kekurangan
yang dimiliki
 Waktu : melakukan kontrak waktu dengan klien. (sekitar jam 10
pagi)
 Tempat : menanyakan klien tempat yang nyaman untuk dilakukan
berbincang-bincang

Daftar Pustaka
Yusuf, Ah dkk.2016.Keperawatan Kesehatan Jiwa.Jakarta Selatan : Salemba Medika.

Nurhalima.2016.Praktikum Keperawatan Jiwa.Jakarta : Kemenkes RI

Nurarif, Ami Huda.2016.Buku Keperawatan Praktis.Jogjakarta:Mediaction.

Anda mungkin juga menyukai