Anda di halaman 1dari 12

BABI

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Timbunan abses pada daerah otak mempunyai daerah spesifik, pada daerah cerebrum 75 %
dan cerebellum 25 % sebagian abses 1/5 memepunyai focus banyak. Pasien dengan abses otak 30 %
s/d 60 % meninggal dunia dan mereka yang hidup menderita berbagai macam gejala sisa termasuk
paralise dan kejang-kejang.
Abses otak hampir semua sekunder dari focus infeksi dimana saja dalam tubuh, seperti
kelanjutan dari infeksi telinga tengah, sinus, infeksi mastoid. Bakteri bisa masuk kedalam ruang
cranial langsung melalui tulang, duramater, melewati ruang subarachoroid dan ruang subdural dan
melewati vena. Tempat infeksi utama adalah:
 Telinga
 sinus mastoid
 Paru-paru
 jantung
 organpelvis
 gigi
 Kulit
Tiga macam organisme yang paling sering menjadi penyebab ialah streptokok, stafilokok
dan pneumokok. Abses otak seing timbul pada anak-anak remaja, dewasa muda tapibisa terjadi
pada semua tingkat usia.
Komplikasi dari infeksi telinga hampir setengah dari jumlah penyebab abses otak. Abses
sering dijumpai pada lobus frontalis. abses yang berasal dari infeksi dietmoid, frontal dan sinus
sphenoid sering dijumpai pada lobus frontal. Dari sinus sphenoid dapat menyebar ke lobus
temporal. Jika pembuluh darah abses itu multiple dan dijumpai pada substantia alba. penetrasi
cedera kepala, patah tulang kepala dan remuk dan osteomyelitis dari tulang kepala menjurus kepada
pembentukan abses otak.
Abses otak dapat terjadi tanpa trauma, yakni secara hematogen. Abses karena trauma
biasanya terjadi perkontinuitatem akibat robeknya durameter. Abses otak akan memberikan gejala
infeksi umum ,kenaikan TIK serta tanda fokal.
Terapi abses dibagian tubuh manapun pada dasarnya sama yaitu pengaliran .Khususnya
untukl daerah otak diberikan antibiotic yang sesuai selama enam minggu.
Untuk mencegah abses otak perlu dilakukan pengobatan yang tepat pada otitis media,
mastoiditis, sinusitis, infeksi gigi dan infeksi sistemik.
B Tujuan
Setelah mengikuti pembelajaran ini diharapkan kepada mahasiswa/I dapat memahami proses
abses otak dan pelaksanaan keperawatan pada perawatan pasien abses otak.
C. Sistematika penulisan
 Bab I : Pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, tujuan, dan sistematik penulisan
 Bab II : Konsep medis terdiri dari pengertian, etiologi, patogenesis, patofisiologi, manisfestasi
klinis, tes diaknostik, komplikasi dan penatalaksanaan
 Bab III : Asuhan keperawatan klien dengan abses otak terdiri dari pengkajian, diagnosa
keperawatan , intervensi dan evaluasi.
 Bab IV : Penutup, terdiri dari kesimpulan dan saran
BAB II
KONSEP MEDIS
A. Pengertian
Abses otak adalah infeksi purulen diotak yang ditanmdai dengan terbentuknya pus diarea
ekstradural, subdulal, intradural.
Abses otak adalah abses yang mengenai otak sebagai akibat penjalaran infeksi
(misalnya;otitis media) dari tempat berdekatan atau melalui darah
Abses otak merupakan kumpulan dari unsur-unsur infeksius dalam jaringan otak, ini dapat
melalui invasi otak langsung dari trauma intara cranial atau pembedahan : melalui penyebaran
infeksi dari daerah lain seperti sinus, telinga dan gigi ( infeksi sinus paranasal, otitis media, sepsis
gigi ) : atau melalui penyebaran infeksi dari organ lain (abses paru-paru, endokarditis infektif) : dan
dapat menjadi komplikasi yang berhubungan dengan beberapa bentuk meningitis. abses otak adlaah
komplikasi yang meningkat pada pasien yang system imunnya disupresi baik karena terapi atau
penyakit.
B. Etiologi
Tiga macam organisme yang paling sering menjadi penyebab ialah :
 Streptococcus
 Staphylococcus
 Streptococcus pneumonia
C. Patogenesis
Abses otak dapat terjadi melalui
1. Secara langsung : Melalui luka bakar
2. Secara Tidak langsung : Penjalaran dari infeksi berdekatan seperti : Mastoiditis, otitis,
sinutitis, paru, jantung.
3. Cedera kepala yang terinfeksi
4. Otak local, Lalu terinfeksi dan terjadi proses inflamasi setempat → nekrosi jaringan
D Patofisiologi
Bakteri
(langsung – tidak langsung)
paru, jantung, telinga, mastoid, kulit

Vena serebral

Otak local terinfeksi

proses inflamasi setempat

nekrosis jaringan

Pus

E. Manisfestasi klinis
(menyerupai proses desak ruang)
 Nyeri kepala
 Peningkatan TIK
 Kesadaran menurun ( Dengan GCS)
 Respon pupil, awal normal kemudian dilatasi terhadap respon cahaya
 Funduscopy papil edem
F. Tes Diagnostik
 Ct Scan
 Radiografi
G. Komplikasi
 Perdarahan intracranial
 Epilepsi
 Infeksi
 Peningkatan TIK
 Trombosis pada vena

H. Penatalaksanaan
Sasaran penetalaksaan adalah menghilangkan abses. abses otak diobati dengan terapi
antimikroba dan irisan pembedahan atau aspirasi. Pengobatan antimikroba diberikan untuk
menghilangkan organisme sebagai penyebab atau menurunkan perkembangan virus. Dosis besar
melalui intravena biasanya ditentukan praoperatif untuk menembus jaringan otak dan abses otak.
Terapi diteruskan pada pascaoperasi, Kortikosteroid dapat diberikan intuk menolong menurunkan
radang edma serebral jika pasien memperlihatkan adanya peningkatan deficit neurologik.
Obat-obat antikonvulsan (fenitoin,fenobarbital) dapat diberikan sebagai profilaksis
mencegah terjadinya kejang. Abses yang luas dapat diobati dengan terapi antimikroba yang tepat.
dengan pemantauan ketat melalui pengamatan dengan CT.
Setelah pengobatan abses otak, deficit neurologik dapat terjadi berupa hemiparesis kejang,
gangguan penglihatan dan kelumpuhan saraf cranial karena kemungkinan adanya gangguan
jaringan otak. serangan ulang biasanya terjadi dengan angka kematian yang tinggi.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA KLIEN DENGAN ABSES OTAK
A. Pengakajian
Pertanyaan untuk mengumpulkan data dari pasien dengan abses otak sama seperti pasien
dengan meningitis
Data Subjektif :
1. Pengertian pasein mengenai proses dan kemungkinan penyebab
2. Salah satu riwayat infeksi seperti saluran pernafasan atas
3. Usaha-usaha untuk mengurangi gejala
4. Tedapat rasa tidak nyaman termasuk sakit kepala atau kaku kuduk
5. Timbulnya serangan pertama
6. Adanya kesulitan berfikir
7. Adanya kelemahan otot, parau atau inkoordinasi
Data Objektif
1. Prilaku tanda-tanda yang memperlihatkan ketidakmampuan atau disorientasi
2. Perubahan kemampuan dalam melaksanakan aktivitas sehari-hari
3. Terdapat banormalitas pada pemeriksaan fisik yang berhubungan dengan pengkajian
neurologis
4. Suhu
5. Muntah
6. Nadi dan tekanan darah
7. Respirasi
8. Terdapat abnormalitas pada hasil CT
9. Iritasi meninges
10. Adanya kejang-kejang
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin timbul dengan pasien abses otak adalah sbb :
1. Potensial Infeksi b/d penekanan respons inflamasi (akibat obat)
2. Perubahan dalam persepsi sensorik b/d atau deficit neurologist
3. Gangguan mobilitas fisik b/d penurunan kekuatan atau ketahanan
4. Ansietas b/d ancaman kematian atau perubahan dalam status kesehatan
5. Trauma b/d keterlibatan area local(kejang local)
C. Rencana tindakan atau intervensi

No Dx Kep Tujuan/Kriteria hasil Intervensi


1 I Tujuan: Mandiri :  Pada fase awal
 Mecegah infeksi sekunder dan  Berikan tindakan isolasi sebagai tindakan ensefalitis lainn
komplikasi pencegahan organismenya di
Kriteria hasil:  pertahankan teknik asertif dan teknik cuci diberikan untuk
 Mencapai masa penyembuhan tepat tangan yang tepat baik pasien, pengunjung orang lain
waktu maupun staf. pantau dan batasi  Menurunkan re
 tanpa bukti penyebaran pengunjung atau staf sesuai kebutuhan mengontrol pe
infeksiendogenatau ketelibatan  Pantau suhu secara teratur. catat pemajanan pada
orang lain munculnya tanda-tanda klinis dari proses mengalami infek
infeksi  Terapi obat bias
lebih 5 hari set
tanda-tanda klin
terus-menerus m
meningkosemia
berminggu/bulan
pathogen/sepsis

2 II Tujuan : Mandiri :  Mencermikan a


 Trauma dapat teratasi dan pasien  Pantau adanya kejang /kerutan pada memerlukan eva
dapat tenang kembali tangan, kaki dan mulut atau otot wajah untuk mencegah
Kriteria hasil : yang lain  Melindungi pa
 Tidakmengalamikejang/penyerta  Berikan keamanan pada pasien dengan memasukan jalan
atau cedera lain memberikan bantalan pada penghalang rahangnya relak
tempat tidur, pertahankan penghalang giginya mengatu
tempat tidur tetap terpasang dan pasang  Menurunkan res
jalan nafas buatan sinkope atau atak
 Pertahankan tirah baring selama fase akut.  Merupakan indik
Pindakan/gerakan dengan bantuan sesuai kejang. Catatan
membaiknya keadaan pernafasan dan s
Kolaborasi : pengkitan TIK
 Berikan obat sesuai indikasi seperti
fenikonin (dilatin), diazepam (valium),
fenobarbital (luminal)

3. III Tujuan : mandiri:


 Mobilitas fisik tidak terganggu  periksa kembli kemampuan dan keadaan  mengidentifikasi
Kriteria hasil : secara fungsional pada kerusakan yang fungsional dan
 Melakukankembali/mempertahankan terjadi. akan dilakukan.
posisi fungsi optimal,dibuktikan  kaji derajat imobilisasi px dengan  pasien mampu
oleh tak adanya kontraktur footdrof menggunakan skala ketergantungan (0-4) bantuan / perala
 mempertahankan/meningkatkan dan  letakkan pasien pada posisi tertentu untk bantuan sedang/
fungsi bagian tubuh yang sakit dan menghindari kerusakan karena tekanan. 2 ) memerlukan b
atau kompensasi ubah posisi pasien secara teratur dan buat alat khusus (nila
 Mendemontrasikan teknik prilaku sedikit perubahan posisis antara waktu pemberi asuhan
yang memungkinkan dilakukannya perubahan tersebut. sama-sama mem
kembali aktivitas  pertahankan kesejajaran tubuh secara dengan nilai 2-4
fungsional seperti bokong, kaki, tangan. terjadinya bahaya
pantau selama penemptan alat dan/ tanda  perubahan posis
penekanan dari otot tersebut. terhadap BB da
 sokong kepala dan badan, tangan dan bagian tubuh. jik
lengan, kaki dan paha ketika pasien berada Pasien harus diu
pad kursi roda. Beri pengalas pada kursi dari daerah yang
dengan busa atau balon air dan bantu terbatas.
pasien untuk memindahkan berat  penggunaan sepa
badannya dengan periode waktu yang “kulit domba T-b
teratur. Bidai tangan be
 berikan/ bantu untuk melakukan latihan deformitas tanga
rentanggerak optimal. Penggu
 Instruksikan/ bantu pasien dengan program bantal pasir dap
latihan dan penggunaan alat mobilisasi. abnormal pad bo
Tingkatkan aktivitas dan partisifasi dalam  mempertahankan
merawat diri sendiri sesuai kemampuan. tubuh yang nor
 berikan perawatan kulit dengan cermat, kerusakan kuit pa
masase dengan pelembab dang anti linen/  mempertahankan
pakaian yang basah dan pertahankan linen normal ekstremit
tersebut tetap bersih dan bebas dari statis.
kerutan ( juga tetap tegang).  proses penyembu
 berikan perawatan mata, air mata buatan; trauma kepala
tutup mata sesuai kebutuhan. meruipakan bagi
pemulihan ter
perencanaan dan
meningkatkan k
suatu program te

 Meningkatkan si
resiko terjadinya
 Melindungi
kekeringan.Pasie
melindungi mata
tetap tertutup

 Memberikan per
4. IV Tujuan : Mandiri dan pola tidur/ba
 Memulihkan kembali kesadaran dan  Gunakan penerangan siangatau malam hari  Menurunkan p
fungsi persepsi  Berikan kesempatan yang lebih banyak perubahan kemam
Kriteria hasil : untuk berkomunikasi dengan melakukan  Agitasi, ganggu
 Melakukankembali/mempertahankan aktivitas keseimbangan d
tingkat kesadaran dan fungsi  Berikan keamanan terhadap pasien, seperti resiko terjadi trau
persepsi memberi bantalan penmgalas kepada  Pasien dapat me
 Mengakui perubahan dalam penghalang tempat tidur, membntu saat rasa control, k
kemampuan dan adanya keterlibatan berjalan, melindungi dari benda kompensasi ter
residu tajam/panas. Catat adanya penurunan dialaminya
 mendemontrasikan perubahan persepsi pada catatan dan letakan pada  Pendekatan anta
prilaku/gaya hidup untuk tempat tidur pasien piñata laksanaa
mengkompensasi/defist hasil  Temukan cara lain untuk menanggulangi kombinasi kema
penurunan persepsi sensorik ini seperti yang unik denga
mengatur hidup, membuat catatan pribadi, fungsi fisik, kogn
mengenal, daerah tubuh yang terkena,
makanan yang menguntungkan terhadap
pneglihatan : Menggambarkan bagian
tubuh yang terkena trauma
Kolaborasi
 Rujuk pada ahli fisiotrapi, terapi okupasi,
terapi wicara, dan terapi kognitif
 Tingkah laku ya
5. V Tujuan : Mandiri gangguan lobus
 Rasa takut dan cemas hilang  Biarkan pasien/keluarga mengetahui sangat menganca
/berkurang bahwa perilaku yang tidak sesuai/ tidak ansietas dan san
Kriteria hasil ; seperti biasanya berhubungan dengan berdaya atau k
 Mengakui dan mendiskusikan rasa gangguan serebral dan keterbatasan diri sendiri
takut yang biasa  Memperhatikan
 mengungkapkan keakuratan  Lindungi pripasi pasien jika terjadi kejang peningkatan akan
pengetahuan tentang situasi  Berikan penjelasan pada pasien/keluarga dari rasa malu
jika tidak kerusakan otak itu menjadi
permanent maka kejang kan hilang  kejang dapat di
 tampak rileks dan melaporkan bersamaan dengan adanya proses penjelasan tenta
ansietas berkurang sampai pada penyembuhan pada penyaklit
tingkat yandiatasi meningkatakan p
D. Evaluasi
 Tidak terjadinya infeksi
 Persepsi sensori normal
 Menigkatnya kekuatan mobilitas fisik
 Ansietas Hilang
 Tidak terjadinya Trauma pada area lokal
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan

Abses otak adalah infeksi purulen diotak yang ditandai terbentuknya pus diarea
ekstradural, subdural dan intradural
Abses otak merupakan unusr-unsur infeksius dalam jarungan otak ini dpat terjadi
melalui infasi otak langsung dari teuma intra cranial atau pembedahan melalui penyebaran infeksi
dari daerah lain seperti sinus, teling, dan gigi ( infeksi sinus faranasal, otitis media, sepsis gigi) atau
melalui penyebaran infeksi dari organ lai (abses paru, endokarditis infektif) dan dapat
menjadikomplikasi berhubungan dengan beberapa bentuk meningitis.Abses otak adalah komplikasi
yang menigkat pada pasien yang sisitem imunya disekresi baik karena terapi atau penyakit

B. Saran
 Setiap mahasiswa/I memahami dan mengerti tentang abses otak
 Dalam melaksanakan tindakan keperawatan perawat diharapakan mampu untuk mengambil
keputusan yang cepat dan tepat dalam mengahadapi pasien yang sesuai dengan ASKEP
DAFTAR PUSTAKA

 Doenges E, Marilynn (1999), rencana Asuhan Keperawatan, penerbit buku kedokteran EGC,
Jakarta
 Diane C (1996), Keperawatan Medikal Bedah, Penerbit buku kedokteran EGC, Jakarta
 Brunner,Suddarth, Keperawatan Medikal Bedah III, Penerbit buku kedokteran EGC, Jakarta
 Mt susan (1998), Standar perawatan pasien vol 3, Penerbit buku kedokteran : EGC J akarta

Anda mungkin juga menyukai