Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN

PRAKTIK PROFESI NERS KEPERAWATAN MATERNITAS


ASUHAN KEPERAWATAN POSTPARTUM

DISUSUN OLEH :

RAGIL PRASOJO

NIM : ST 162132

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA
TAHUN AKADEMIK 2016/2017
LAPORAN PENDAHULUAN
POST PARTUM

TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Post partum adalah masa atau waktu sejak bayi dilahirkan dan
plasenta keluar lepas dari rahim, sampai enam minggu berikutnya, disertai
dengan pulihnya kembali organ-organ yang berkaitan dengan kandungan,
yang mengalami perubahan seperti perlukaan dan lain sebagainya
berkaitan saat melahirkan (Suherni, 2009)
Post partum adalah masa sesudah persalinan dapat juga disebut
masa nifas (puerperium) yaitu masa sesudah persalinan yang diperlukan
untuk pulihnya kembali alat kandungan yang lamanya 6 minggu. Post
partum adalah masa 6 minggu sejak bayi lahir sampai organ-organ
reproduksi sampai kembali ke keadaan normal sebelum hamil (Bobak,
2010).

B. Tanda dan Gejala


1. Sistem reproduksi :
- Proses involusi : proses kembalinya uterus ke keadaan
sebelum hamil setelah melahirkan, proses ini dimulai
segera setelah plasenta keluar akibat kontraksi otot-otot
polos uterus.
- Kontraksi : intensitas kontraksi uterus meningkat secara
bermakna segera setelah bayi lahir.
- Tempat plasenta : segera setelah plasenta dan ketuban
dikeluarkan, kontraksi vaskular dan trombus menurunkan
tempat plasenta ke suatu area yang meninggi dan bernodul
tidak teratur.
- Lochea : rabas uterus yang keluar setelah bayi lahir, mula-
mula berwarna merah, kemudian menjadi merah tua atau
merah coklat

1
- Serviks : serviks menjadi lunak segera setelah ibu
melahirkan 18 jam pasca partum, serviks memendek dan
konsistensinya menjadi lebih padat dan kembali ke bentuk
semula.
- Vagina dan perineum : vagina yang semula sangat teregang
akan kembali secara bertahap ke ukuran sebelum hamill, 6-
8 minggu setelah bayi lahir.
2. Sistem Endokrin
- Hormon plasenta : penurunan hormon human plasental
lactogen, esterogen dan kortisol, serta placental enzyme
insulinase membalik efek diabetagenik kehamilan.
Sehingga kadar gula darah menurun secara bermakna pada
masa puerperium
- Hormon hipofisis : waktu dimulainya ovulasi dan
menstruasi pada wanita menyusui dan tidak menyusui
berbeda.
3. Abdomnen : diperlukan sekitar 6 minggu untuk dinding abdomen
kembali ke keadaan sebelum hamil
4. Sistem urinarius : fungsi ginjal kembali normal dalam waktu satu
bulan setelah wanita melahirkan.
5. Sistem cerna :
- Nafsu makan : setelah benar-benar pulih dari efek
analgesia, anestesia, dan keletihan, ibu merasa sangat lapar
- Mortilitas : secara khas, penurunan tonus dan motilitas otot
traktus cerna menetap selam waktu yang singkat setelah
bayi lahir.
- Defekasi : buang air besar secara spontan bisa tertunda
selama dua sampai tiga hari setelah ibu melahirkan
6. Payudara : konsentrasi hormon yang menstimulasai perkembangan
payu dara selama wanita hamil (esterogen, progesteron, human
chorionic gonadotropin, prolaktin, krotison, dan insulin) menurun
dengan cepat setelah bayi lahir

2
7. Sistem kardiovaskuler : perubahan volume darah tergantung pada
beberapa faktor misalnya kehilangan darah selama melahirkan dan
mobilisasi serta pengeluaran cairan ekstravaskuler

C. Adaptasi Fisiologis dan Psikologis


1. Perubahan fisiologis masa post partum
- Perubahan Sistem Reproduksi
Perubahan uterus terjadi kontraksi uterus yang meningkat
setelah bayi keluar. Hal ini menyebabkan iskemia pada
lokasi perlekatan plasenta (plasental site) sehingga jaringan
perlekatan antara plasenta dan dinding uterus, mengalami
nekrosis dan lepas. Ukuran uterus mengecil kembali
(setelah 2 hari pasca persalinan, setinggi sekitar umbilikus,
setelah 2 minggu masuk panggul, setelah 4 minggu kembali
pada ukuran sebelum hamil). Perubahan vagina dan
perineum Pada minggu ketiga, vagina mengecil dan timbul
rugae (lipatan-lipatan atau kerutan-kerutan) kembali.
Terjadi robekan perineum pada hampir semua persalinan
pertama dan tidak jarang juga pada persalinan berikutnya.
Bila ada laserasi jalan lahir atau luka bekas episiotomy
lakukanlah penjahitan dan perawatan dengan baik (Suherni,
2009).
- Perubahan pada Sistem Pencernaan
Sering terjadi konstipasi pada ibu setelah melahirkan. Hal
ini umumnya karena makan padat dan kurangnya berserat
selama persalinan. Seorang wanita dapat merasa lapar dan
siap menyantap makanannya dua jam setelah persalinan.
Kalsium sangat penting untuk gigi pada kehamilan dan
masa nifas, dimana pada masa ini terjadi penurunan
konsentrasi ion kalsium karena meningkatnya kebutuhan
kalsium pada ibu, terutama pada bayi yang dikandungnya

3
untuk proses pertumbuhan juga pada ibu dalam masa
laktasi (Saleha, 2009).
- Perubahan Perkemihan
Saluran kencing kembali normal dalam waktu 2-8 minggu,
tergantung pada keadaan/status sebelum persalinan,
lamanya partus kala II dilalui, besarnya tekanan kepala
yang menekan pada saat persalinan. Disamping itu, dari
hasil pemeriksaan sistokopik segera setelah persalinan tidak
menunjukkan adanya edema dan hyperemia diding kandung
kemih, akan tetapi sering terjadi exstravasasi
(extravasation, artinya keluarnya darah dari pembuluh-
pembuluh darah di dalam badan) kemukosa. (Suherni,
2009).
- Perubahan dalam Sistem Endokrin
Selama proses kehamilan dan persalinan terdapat
perubahan pada sistem endokrin, terutama pada hormon-
hormon yang berperan dalam proses tersebut. Oksitosin
diseklerasikan dari kelenjer otak bagian belakang. Selama
tahap ketiga persalinan, hormon oksitosin berperan dalam
pelepasan plasenta dan mempertahankan kontraksi,
sehingga mencegah perdarahan. Isapan bayi dapat
merangsang produksi ASI dan sekresi oksitosin. Hal
tersebut membantu uterus kembali ke bentuk normal.
- Perubahan Tanda- tanda Vital
Selama 24 jam pertama, suhu mungkin meningkat menjadi
38C, sebagai akibat meningkatnya kerja otot, dehidrasi dan
perubahan hormonal jika terjadi peningkatan suhu 38C
yang menetap 2 hari setelah 24 jam melahirkan, maka perlu
dipikirkan adanya infeksi seperti sepsis puerperalis (infeksi
selama post partum), infeksi saluran kemih, endometritis
(peradangan endometrium), pembengkakan payudara, dan
lain-lain.

4
Dalam periode waktu 6-7 jam sesudah melahirkan, sering
ditemukan adanya bradikardia 50-70 kali permenit
(normalnya 80-100 kali permenit) dan dapat berlangsung
sampai 6-10 hari setelah melahirkan. Takhikardia kurang
sering terjadi, bila terjadi berhubungan dengan peningkatan
kehilangan darah dan proses persalinan yang lama.
Selama beberapa jam setelah melahirkan, ibu dapat
mengalami hipotensi orthostatik (penurunan 20 mmHg)
yang ditandai dengan adanya pusing segera setelah berdiri,
yang dapat terjadi hingga 46 jam pertama. Hasil
pengukuran tekanan darah seharusnya tetap stabil setelah
melahirkan. Peningkatan tekanan sisitolik 30 mmHg dan
penambahan diastolik 15 mmHg yang disertai dengan sakit
kepala dan gangguan penglihatan, bisa menandakan ibu
mengalami preeklamsia dan ibu perlu dievaluasi lebih
lanjut. Fungsi pernafasan ibu kembali ke fungsi seperti saat
sebelum hamil pada bulan ke enam setelah melahirkan
(Maryunani, 2009).
2. Adaptasi psikologis ibu post partum
- Fase taking in yaitu periode ketergantungan. Periode ini
berlangsung dari hari pertama sampai hari kedua setelah
melahirkan. Pada fase ini, ibu sedang berfokus terutama
pada dirinya sendiri. Ibu akan berulang kali menceritakan
proses persalinan yang dialaminya dari awal sampai akhir.
- Fase taking hold yaitu periode yang berlangsung antara 3-
10 hari setelah melahirkan. Pada fase ini ibu timbul rasa
khawatir akan ketidakmampuan dan rasa tanggung
jawabnyadalam merawat bayi. Ibu mempunyai perasaan
sangat sensitif sehingga mudah tersinggung dan gampang
marah. Kita perlu berhati-hati menjaga komunikasi dengan
ibu. Dukungan moril sangat diperlukan untuk
menumbuhkan kepercayaan diri ibu. Bagi petugas

5
kesehatan pada fase ini merupakan kesempatan yang baik
untuk memberikan berbagai penyuluhan dan pendidikan
kesehatan yang diperlukan ibu nifas.
- Fase letting go yaitu periode menerima tanggung jawab
akan peran barunya. Fase ini berlangsung 10 hari setelah
melahirkan. Ibu sudah mulai menyesuaikan diri dengan
ketergantungan bayinya. Ibu memahami bahwa bayi butuh
disusui sehingga siap terjaga untuk memenuhi kebutuhan
bayinya. Keinginan untuk merawat diri dan bayinya sudah
meningkat pada fase ini. Ibu akan percaya diri dalam
menjalani peran barunya.

D. Patofisiologi dan Pathway


Patofisiologi
Involusi uterus dimana proses kembalinya uterus ke keadaan
sebelum hamil setelah melahirkan, proses ini dimulai segera setelah
plasenta keluar akibat kontraksi otot-otot polos uterus. Pada akhir tahap
ketiga persalinan, uterus berada di garis tengah, kira-kira 2 cm di bawah
umbilicus dengan bagian fundus bersandar pada promontorium sakralis.
Dalam waktu 12 jam, tinggi fundus mencapai kurang lebih 1 cm di atas
umbilikus. Fundus turun kira-kira 1 smpai 2 cm setiap 24 jam. Pada hari
pasca partum keenam fundus normal akan berada di pertengahan antara
umbilikus dan simpisis pubis. Uterus pada waktu hamil penuh beratnya 11
kali berat sebelum hamil, berinvolusi menjadi kira kira 500 gr 1 minggu
setelah melahirkan dan 350 gr 2 minggu setelah lahir. Satu minggu setelah
melahirkan uterus berada di dalam panggul. Pada minggu keenam,
beratnya menjadi 50-60 gr. Peningkatan esterogen dan progesteron
bertabggung jawab untuk pertumbuhan masif uterus selama hamil. Pada
masa pasca partum penurunan kadar hormone menyebapkan terjadinya
autolisis, perusakan secara langsung jaringan hipertrofi yang berlebihan.
Sel-sel tambahan yang terbentuk selama masa hamil menetap. Inilah
penyebap ukuran uterus sedikit lebih besar setelah hamil.

6
Intensitas kontraksi uterus meningkat secara bermakna segera
setelah bayi lahir, diduga terjadi sebagai respon terhadap penurunan
volume intrauterin yang sangat besar. Homeostasis pasca partum dicapai
terutama akibat kompresi pembuluh darah intramiometrium, bukan oleh
agregasi trombosit dan pembentukan bekuan. Hormon oksigen yang
dilepas dari kelenjar hipofisis memperkuat dan mengatur kontraksi uterus,
mengopresi pembuluh darah dan membantu hemostasis. Salama 1-2 jam
pertama pasca partum intensitas kontraksi uterus bisa berkurang dan
menjadi tidak teratur. Untuk mempertahankan kontraksi uterus, suntikan
oksitosin secara intravena atau intramuskuler diberikan segera setelah
plasenta lahir. Ibu yang merencanakan menyusui bayinya, dianjurkan
membiarkan bayinya di payudara segera setelah lahir karena isapan bayi
pada payudara merangsang pelepasan oksitosin.
Dalam menjalani adaptasi setelah melahirkan, ibu akan mengalami
fase-fase sebagai berikut :(1). Fase taking in yaitu periode ketergantungan.
Periode ini berlangsung dari hari pertama sampai hari kedua setelah
melahirkan. Pada fase ini, ibu sedang berfokus terutama pada dirinya
sendiri. Ibu akan berulang kali menceritakan proses persalinan yang
dialaminya dari awal sampai akhir.(2). Fase taking hold yaitu periode yang
berlangsung antara3-10 hari setelah melahirkan. Pada fase ini ibu timbul
rasa khawatir akan ketidakmampuan dan rasa tanggung jawabnyadalam
merawat bayi. Ibu mempunyai perasaan sangat sensitif sehingga mudah
tersinggung dan gampang marah. Kita perlu berhati-hati menjaga
komunikasi dengan ibu. Dukungan moril sangat diperlukan untuk
menumbuhkan kepercayaan diri ibu. Bagi petugas kesehatan pada fase ini
merupakan kesempatan yang baik untuk memberikan berbagai penyuluhan
dan pendidikan kesehatan yang diperlukan ibu nifas.(3). Fase letting go
yaitu periode menerima tanggung jawab akan peran barunya.

7
Pathway

Post Partum

Perubahan fisiologi

Vagina dan Perineum distensi kandung kemih laktasi

Ruptur jaringan bengkak dan memar di uretra struktur dan karakter


payudara ibu

Trauma mekanis penurunan sensitivitas dan sensasi hormon esterogen

kandung kemih

Nyeri akut prolaktin meningkat


Gangguan eliminasi
BAK pembentukan ASI

penyempitan pada
duktus intiverus

Ketidakefektifan menyusui

pembuluh darah rusak Imunitas menurun

perdarahan Invasi bakteri

Resiko kekurangan volume Resiko tinggi infeksi


cairan

8
E. Penatalaksanaan Medis dan Keperawatan
Penanganan ruptur perineum diantaranya dapat dilakukan dengan cara
melakukan penjahitan luka lapis demi lapis, dan memperhatikan jangan
sampai terjadi ruang kosong terbuka kearah vagina yang biasanya dapat
dimasuki bekuan-bekuan darah yang akan menyebabkan tidak baiknya
penyembuhan luka. Selain itu dapat dilakukan dengan cara memberikan
antibiotik yang cukup (Moctar, 1998)
Prinsip yang harus diperhatikan dalam menangani ruptur perineum adalah:
1. Bila seorang ibu bersalin mengalami perdarahan setelah anak lahir,
segera memeriksa perdarahan tersebut berasal dari retensio
plasenta lahir tidak lengkap.
2. Bila plasenta telah lahir lengkap dan kontraksi uterus baik, dapat
dipastikan bahwa perdarahan tersebut berasal dari perlukaan pada
jalan lahir.
Penatalaksanaan ibu post partum lainnya yaitu :
1 Monitoring TTV
2 Pemberian cairan intravena : mencegah dehidrasi dan menjaga agar
tidak terjadi syok
3 Pemberian oksitosin : segera setelah plasenta dilahirkan oksitosin
(10 unit) ditambahkan dengan cairan infuse atau diberikan secara
intramuskuler untuk membantu kontraksi uterus dan mengurangi
perdarahan
4 Obat nyeri : Obat-obatan yang mengontrol rasa sakit termasuk
sedative, alaraktik, narkotik dan antagonis narkotik. Anastesi
hilangnya sensori, obat ini diberikan secara regional/ umum
(Hamilton, 1995)

F. Komplikasi
1 Perdarahan dtandai dengan : kehilangan darah lebih dai 500 cc,
sistolik atau diastolik tekanan darah menurun sekitar 30 mmHg, Hb
turun sampai 3 gram %. Disebabkan oleh : atonia uteri, laserasi
jalan lahir, retensio plasenta, sisa plasenta atau selaput janin yang

9
menghalangi kontraksi, rupture uteri, inversio uteri (Wikenjosastro,
2000).
2 Infeksi puerperalis : inveksi saluran reproduksi selama masa
postpartum
3 Endometritis : infeksi dalam uterus paling banyak disebabkan oleh
infeksi puerperalis. Bakteri vagina, pembedahan caesaria, ruptur
membrane memiliki resiko tinggi terjadinya endometritis
4 Mastitis : infeksi pada payudara. Bakteri masuk melalui fisura atau
pecahnya puting susu akibat kesalahan tehnik menyusui, di awali
dengan pembengkakan, mastitis umumnya di awali pada bulan
pertama post partum
5 Infeksi saluran kemih : Insiden mencapai 2-4 % wanita post
partum, pembedahan meningkatkan resiko infeksi saluran kemih.
Organisme terbanyak adalah Entamoba coli dan bakterigram
negatif lainnya
6 Tromboplebitis dan thrombosis : semasa hamil dan masa awal post
partum, faktor koagulasi dan meningkatnya status vena
menyebabkan relaksasi sistem vaskuler akibatnya terjadi
tromboplebitis
7 Emboli : partikel berbahaya karena masuk ke pembuluh darah kecil
8 Post partum depresi : ibu bingung dan merasa takut pada dirinya.
Ditandai dengan kurang konsentrasi, kesepian tidak aman, perasaan
obsepsi cemas, kehilangan kontrol, dan lainnya. Wanita juga
mengeluh bingung, nyeri kepala, ganguan makan, dysmenor,
kesulitan menyusui, tidak tertarik pada sex, kehilanagan semangat
(Novak. 1999).

G. Asuhan Keperawatan pada Ibu Post Partum


1 Pengkajian
- Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan : bagaimana
keadaan ibu saat ini? ; bagaimana perasaa ibu setelah
melahirkan?

10
- Pola nutrisi dan metabolik : apakah klien merasa kehausan
setelah melahirkan? ; apakah klien merasa lapar setelah
melahirkan? ; apakah klien kehilangan nafsu makan atau
merasa mual? ; apakah ibu mengalami penurunan BB
setelah melahirka?
- Pola aktivitas setelah melahirkan : apakah ibu tampak
kelelahan atau keletihan? ; apakah ibu toleransi terhadap
aktivitas sedang atau ringan? ; apakah ibu tampak
mengantuk?
- Pola eliminasi : apakah ada diuresis setelah persalinan? ;
adakah nyeri dalam BAB pasca persalinan?
- Neuro sensori : apakah ibu merasa tidak nyaman? ; apakah
ibu merasakan nyeri? Jika ia kaji PQRST ; apakah nyerinya
menggangu aktivitas dan istirahatnya?
- Pola persepsi dan konsep diri : bagaimana pandangan ibu
terhadap dirinya saat ini? ; adakah permasalahan yang
berhubungan dengan perubahan penampilan tubuhnya saat
ini?
- Pemeriksaan fisik : TTV ; pengkajian tanda-tanda anemia;
pengkajian tanda-tanda edema atau tromboflebitis ;
pemeriksaan reflek ; kaji adanya varises ;
- Payudara : pengkajian daerah areola (pecah, pendek, rata) ;
kaji adanya abses ; kaji adanya nyeri tekan ; observasi
adanya pembengkakan atau ASI terhenti ; kaji pengeluaran
ASI
- Abdomen atau uterus : observasi posisi uterus atau tiggi
fundus uteri ; kaji adanya kontraksi uterus ; observasi
ukuran kandung kemih
- Vulva atau perineum : observasi pengeluaran lokhea ;
observasi penjahitan laserasi atau luka episiotomy ; kaji
adanya pembengkakan ; kaji adanya luka; kaji adanya
hemoroid

11
- Pemeriksaan penunjang meliputi pemeriksaan darah dan
urin

2. Diagnosa Keperawatan yang mungkin Muncul


a Nyeri berhubungan dengan involusi uterus, nyeri setelah
melahirkan.
b Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan laserasi dan
proses persalinan
c Resiko menyusui tidak efektif berhubungan dengan kurang
pengetahuan cara perawatan payudara bagi ibu menyusui
d Gangguan pola eliminasi bowel berhubungan dengan
adanya konstipasi
e Resiko tinggi kekurangan volume cairan dan elektrolit
berhubungan dengan kehilangan darah dan intake ke oral
f Gangguan pola tidur berhubungan dengan respon hormonal
psikologis, proses persalinan dan proses melelahkan

3. Tujuan, Kriteria Hasil (NOC) dan Intervensi (NIC)


a. Nyeri berhubungan dengan involusi uterus, nyeri setelah
melahirkan
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24
jam diharapkan nyeri berkurang
NOC : Pain control
Kriteria Hasil :
- Klien mengatakan nyeri berkurang
- Klien terlihat rileks, ekspresi wajah tidak tegang
- Tanda-tanda vital dalam batas normal
Intervensi (NIC)
Pain management
Kaji karakteristik nyeri klien dengan PQRST
Rasional : untuk menentukan jenis skala dan tempat
terasa nyeri

12
Kaji faktor-faktor yang mempengaruhi reaksi klien
terhadap nyeri
Rasional : sebagai salah satu dasar untuk memberikan
tindakan
Berikan posisi yang nyaman, tidak bising, ruangan
tenang
Rasional : membantu klien relaks dan mengurangi
nyeri
Biarkan klien melakukan aktivitas yang disukai dan
alihkan perhatian klien pada hal lain
Rasional : beraktivitas sesuai kesenangan dapat
mengalihkan perhatian klien dari rasa nyeri
Kolaborasi pemberian analgetik
Rasional : untuk menekan atau mengurangi nyeri
b. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan laserasi dan proses
persalinan
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24
jam diharapkan pasien tidak terjadi infeksi
NOC : Knowledge : infection control
Kriteria hasil :
- Klien menyertakan perawatan bagi dirinya
- Luka bersih dan tidak infeksi
- Vital sign dalam batas normal
Intervensi (NIC) : Infection control
Pantau vital sign
Rasional : peningkatan suhu dapat mengidentifikasi
adnya infeksi
Kaji daerah luka
Rasioal : menentukan adakah tanda peradangan
Kaji pengetahuan pasien mengenai cara perawatan ibu
post partum

13
Rasional : pasien mengetahui cara perawatan vulva
bagi dirinya
Ajarkan perawatan vulva bagi pasien
Rasional : pasien mengetahui cara perawatan vulva
bagi dirinya
Anjurkan pasien mencuci tangan sebelum memegang
daerah luka
Rasional : mencegah terjadinya infeksi
c. Resiko menyusui tidak efektif berhubungan dengan kurang
pengetahuan cara perawatan payudara bagi ibu menyusui
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24
jam, diharapkan pasien mengetahui cara perawatan payudara
bagi ibu menyusui
NOC : Knowledge : Breastfeeding and breastcare
Kriteria hasil :
- Klien mengetahui cara perawatan payudara bagi ibu
menyusui
- Asi keluar
- Payudara bersih
- Payudara tidak bengkak dan tidak nyeri
- Bayi mau menetek
Intervensi (NIC): Breast examination , breastfeeding
assistence
Kaji pengetahuan pasien mengenai laktasi dan
perawatan payudara
Rasional : mengetahui tingkat pengetahuan pasien dan
untuk menentukan intervensi selanjutnya.
Ajarkan cara merawat payudara dan lakukan cara brest
care
Rasional : meningkatkan pengetahuan pasien dan
mencegah terjadinya bengkak pada payudara

14
Jelaskan mengenai manfaat menyusui dan mengenai
gizi waktu menyusui
Rasional : memberikan pengetahuan bagi ibu mengenai
manfaat ASI bagi bayi
Jelaskan cara menyusui yang benar
Rasional : mencegah terjadinya aspirasi pada bayi
d. Resiko tinggi kekurangan volume cairan dan elektrolit
berhubungan dengan kehilangan darah dan intake ke oral
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24
jam diharapkan kebutuhan cairan terpenuhi
NOC: Hydration, fluid balance
Kriteria hasil :
- Menyatakan pemahaman faktor penyebap dan perilaku
yang perlu untuk memenuhi kebutuhan cairan, seperti
banyak minum air putih dan pemberian cairan lewat IV.
- Menunjukkan perubahan keseimbangan cairan,
dibuktikan oleh haluaran urine adekuat, tanda-tanda
vital stabil, membran mukosa lembab, turgor kulit baik
Intervensi (NIC) : Fluid management
Mengkaji keadaan umum pasien dan tanda-tanda vital
Rasional : menetapkan data dasar pasien untuk
mengetahui penyimpangan dari keadaan normal
Mengobservasi kemungkinan adanya tanda-tanda syok
Rasional : agar segera dilakukan rehidrasi maksimal
jika terdapat tanda- tanda syok
Memberikan cairan intravaskuler sesuai program
Rasional : pemberian cairan IV sangat penting bagi
pasien yang mengalami difisit volume cairan dengan
keadaan umum yang buruk karena cairan IV langsung
masuk ke pembuluh darah.

15
e. Gangguan pola tidur berhubungan dengan respon hormonal
psikologis, proses persalinan, kelelahan
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24
jam diharapkan istirahat tidur terpenuhi
NOC : Comfort level, rest : extent and pattern
Kriteria hasil : Mengidentifikaasikan penilaian untuk
mengakomodasi perubahan yang diperlukan dengan kebutuhan
terhadap anggota keluarga baru, dan melaporkan peningkatan
rasa sejahtera istirahat
Intervensi (NIC) : Sleep enhancement
Kaji tingkat kelelahan dan kebutuhan untuk istirahat.
Catat lama persalinan dan jenis kelahiran
Rasional : persalinan/ kelahiran yang lama dan sulit
khususnya bila terjadi malam meningkatkan tingkat
kelelahan
Kaji faktor-faktor bila ada yang mempengaruhi istirahat
Rasional : membantu meningkatkan istirahar, tidur dan
relaksasi, menurunkan rangsang
Berikan informasi tentang kebutuhan untuk tidur /
istirahat setelah kembali ke rumah

16
DAFTAR PUSTAKA

Amin Huda Nurarif, dkk. (2015). Asuhan Keperawatan berdasarkan diagnosa


medis dan NANDA NIC-NOC. Jogjakarta : Mediaction
Bobak, Lowdermilk & Jansen. (2007). Buku Ajar Keperawatan Maternitas
(terjemahan ed.4), Jakarta: EGC
Bobak. (2010). Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Jakarta : EGC
Docterman et all. (2016). Nursing Intervention Classifications (NIC). Edisi
keenam. Elsevier Singapore Pte Ltd Academic.

Maryunani, Anik. (2009). Asuhan Pada Ibu Dalam Masa Nifas (Postpartum).
Jakarta: CV. Trans Info Media.
Maas et all. (2016). Nursing Out Comes (NOC). Edisi Kelima. Elsevier Singapore
Pte Ltd Academic.

Nanda International (2012). Diagnosis Keperawatan: definisi & Klasifikasi. 2015-


2017. Edisi 10. Jakarta : EGC

Saleha, Sitti. (2009). Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: Penerbit
Salemba Medika
Suherni. (2009). Perawatan Masa Nifas. Yogyakarta: Penerbit Fitramaya.
Wilkinson, Judith.M. (2009). Buku Saku Diagnosis Keperawatan (Edisi 7).
Jakarta : EGC

17

Anda mungkin juga menyukai