Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

MASA NIFAS ( POST PARTUM)

A. Pengertian
Masa nifas adalah masa pulih kembali dimulai dari persalinan sampai alat-alat
kandungan kembali seperti pra hamil, lamanya 6-8 minggu. Masa puerperium atau masa
nifas mulai setelah partus selesai, dan berakhir setelah kira-kira 6 minggu. Akan tetapi,
seluruh alat genital baru pulih kembali seperti sebelum ada kehamilan dalam 3 bulan
(Handayani, 2011).
Masa nifas (peurperium) adalah masa pulih kembali mulai dari bersalin selesai
sampai alat kandung kembali seperti semula/pra hamil dan lamanya berlangsung yaitu 6
minggu.Masa nifas (puerperium) adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan
sampai alat-alat kandungan kembali seperti pra hamil, lama masa nifas ini yaitu 6-8
minggu. Jadi masa nifas adalah masa setelah melahirkan sampai alat kandungan kembali
seperti semula atau seperti sebelum hamil.

B. Periode Nifas
1. Puerpenium dini, yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan
berjalan-jalan.
2. Puerpenium intermedial yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang lamanya
6-8 minggu.
3. Remote puerpenium adalah waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna
terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi. Waktu
untuk sehat sempurna bisa berminggu-minggu, bulanan atau tahunan.
C. Perubahan Fisiologis Dan Psikologis
1. Uterus :
a). Proses Involusi
Yaitu proses kembalinya uterus ke keadaan sebelum hamil setelah melahirkan.
Proses ini dimulai setelah placenta lahir pada proses ini terjadi proses autolisis
yaitu proses perusakan secara langsung terhadap jaringan hipertropi (pembesaran
sel yang ada) selama hamil.
Kontraksi hormon oksitosin yang dilepas dari kelenjar hipofisis posterior,
memperkuat dan mengatur kontraksi uterus, mengkompresi pembuluh darah
Tempat placenta.
Proses involusi daerah implantasi placenta 2-3 hari pelepasan jaringan nekrotik, 7
hari post partum ke bentuk lapisan basal, 15 hari post partum regenerasi
endometrium kecuali pada bekas placenta. 6 minggu post partum perkembangan
sel-sel epitel endometrium.
b). Lochea
Yaitu Rabas (cairan) uterus yang keluar setelah bayi lahir.
Jenis dan karakteristik lokia :
- Lochea rubra (Cruenta ): berisi darah segar dan sisa – sisa selaput ketuban, sel-
sel desidua, verniks kaseosa, lanugo, dam mekonium, selama 2 hari post
partum.
- Lochea Sanguinolenta : berwarna kuning berisi darah dan lendir, hari 3 – 7 post
partum.
- Lochea serosa : berwarna kuning cairan tidak berdarah lagi, pada hari ke 7 - 14
post partum
- Lochea alba : cairan putih, setelah 2 minggu
- Lochea purulenta : terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah berbau busuk.
- Lochea stasis : lochia tidak lancer keluarnya.
c). Serviks
Setelah melahirkan serviks menjadi lunak, edematosa, tipis dan rapuh, sedikit
laserase.
1. Vagina dan Perineum
Vagina yang semula sangat tegang akan kembali secara bertahap ke ukuran
sebelum hamil (6-8 minggu setelah bayi lahir). Rugae akan mulai terlihat sekitar
minggu ke- 4 dan pada umumnya rugae akan memipih secara permanen. Proses
penyembuhan luka episiotomi sama dengan operasi lain dan luka episiotomy sembuh
sebelum minggu ke-6.
2. Topangan Otot Panggul
Struktur penopang uterus dan vagina bisa mengalami cedera sewaktu melahirkan
dan masalah ginekologis dapat timbul dikemudian hari karena jaringan dasar. Sistem
Endoktrin
- Hormon Plasenta
- Hormon Hifofisis Abdomen
- Setelah persalinan dinding perut longgar sehingga masih seperti orang hamil.
- Dalam 2 minggu dinding abdomen akan rileks.
- Dalam 6 minggu akan pulih seperti sebelum hamil.
3. Sistem Urinaria
- Fungsi ginjal menurun saat postpartum dan kembali normal dalam waktu 1 bulan.
- Adanya odema trigonium yang menimbulkan obstruksi uretra sehingga terjadi
retensi urin.
- Diaforesis merupakan salah satu mekanisme tubuh untuk mengurangi cairan yang
teretansi dalam tubuh, terjadi selama 2 hari setelah melahirkan.
4. Sistem Pencernaan
Pada masa awal post partum dapat terjadi penurunan tonus dan motilitas otot traktus
cerna, penurunan bising usus, rasa mual, konstipasi, rasa haus dan lapar.
5. Payudara
Setelah bayi lahir dengan cepat terjadi penurunan konsentrasi hormon yang
enstimualsi perkembangan payudara, sebagian hormon-hormon ini kembali ke kadar
Sebelum hamil yang ditentukan oleh ibu menyusui atau tidak. Ketika bayi menghisap
puting, reflek saraf merangsang lobus posterior kelenjar pituitary untuk mensekresi
hormon oksitasin. Ketika ASI di hisap maka sel-sel laktasi terangsang untuk
Menghasilkan ASI yang lebih banyak.
6. Sistem Kardiovaskuler
- Denyut jantung volume sekuncup dan curah jantung meningkat segera setelah
melakukan persalinan (lebih tinggi selama 30-60 menit).
- Curah jantung normal 8-10 minggu setelah melahirkan.
- Tanda-tanda vital setelah melahirkan dalam batas normal, bila temperatur
selama 24 jam pertama meningkat sampai 38 derajat (keadaan ini sebagai akibat
dehidrasi denyut nadi), tekanan darah sedikit berubah atau menetap, dan evaluasi
rutin perlu dilakukan selama 48 jam pertama.
7. Sistem Neurologi
Perubahan neurologis pada masa postpartum lebih
8. Sistem Muskuloskletal
- Adaptasi sistem muskuloskeletal yang terjadi selama hamil secara langsung
kembali pada masa postpartum.
- Adaptasi ini mencakup antara lain : relaksasi, mobilitas dan perubahan pusat
berat akibat pembesaran rahim
9. Sistem Integumen
- Kloasma yang muncul pada masa hamil bisa menghilang
- hiperpegmentasi di areola dan linea nigra tidak menghilang seluruhnya atau
dapat menetap,
- kulit yang menegang pada payudara, abdomen, paha dan panggul mungkin
memudar, tetapi tidak menghilang
- Rambut halus yang tumbuh pada saat hamil akan menghilang.
- Olaporesis perubahan yang paling jelas terlihat pada sistem integumen.
10. Sistem kekebalan
a). Psikologis
Periode ini di ekspresikan oleh Reva Rubin yang terjadi tiga tahap, yaitu :
- Taking In Periode (1-2 hari setelah persalinan)
- Taking Hold Periode (3-4 hari setelah persalinan)
- Periode Letting Go (umumnya setelah ibu kembali ke rumah)
2. Perawatan Pasca Persalinan
1. Mobilisasi
Karena lelah sehabis bersalin, ibu harus istirahat, tidur terlentang selama 8 jam
pasca persalinan. Kemudian boleh miring-miring ke kanan dan kiri untuk mencegah
terjadinya thrombosis dan tromboemboli. Pada hari ke-2 diperbolehkan duduk, hari ke-3
jalan-jalan dan hari 4-5 sudah diperbolehkan pulang.
2. Diet
Makanan harus bermutu, beergizi dan cukup kalori, sebaiknya makan-makanan
yang mengandung protein, banyak cairan, sayur-sayuran dan buah-buahan.
3. Miksi
Hendaknya kencing dilakukan sendiri akan secepatnya. Bila kandung kemih
penuh dan sulit tenang, sebaiknya dilakukan kateterisasi. Dengan melakukan mobilisasi
secepatnya tak jarang kesulitan miksi dapat diatasi.
4. Defekasi
Buang air besar, harus dilakukan 3-4 hari pasca persalinan. Bila terjadi obstipasi
dan timbul koprostase hingga skibala tertimbun di rectum, mungkin terjadi febris.
Lakukan klisma atau berikan laksan peroral ataupu perektal. Dengan melakukan
mobilasasi sedini mungkin tidak jarang kesulitan defekasi dapat diatasi.
5. Perawatan payudara
- Dimulai sejak wanita hamil supaya putting susu lemas, tidak keras dan kering
sebagai persiapan untuk menyusui bayi
- Jika putting rata. Sejak hamil ibu dapat menarik-narik puting susu. Ibu harus tetap
menyusui agar putting selalu sering tertarik.
- Putting Lecet. Putting lecet dapat disebabkan cara menyusui atau perawatan
payudara yang tidak benar dan infeksi monilia. Penatalaksanaan dengan tehink
menyusui yang benar, putting harus kering saat menyusui, putting diberi lanolin,
monilia diterapi dan menyusui pada payudara yang tidak lecet. Bila lecetnya luas
menyusui di tunda 24-48 jam dan ASI dikeluarkan dengan tangan atau dipompa.
- Payudara bengkak. Payudara bengkak disebabkan pengeluaran ASI yang tidak lancar
karena bayi tidak cukup sering menyusui atau terlalu cepat disapih.
Penatalaksanaanya dengan menyusui lebih sering, kompres hangat. Susu dikeluarkan
dengan pompa dan pemberian analgesic.
- Mastitis, Payudara tampak edema, kemerahan dan nyeri yang biasanya terjadi
beberapa minggu setelah melahirkan. Penetalaksanaan dengan kompres
hangat/dingin, pemberian antibiotic dan analgesic, menyusui tidak dihentikan.
- Abses payudara. Pada payudara dengan abses ASI dipompa, abses di insisi, diberikan
antibiotic dan analgesic.
- Bayi yang tidak suka menyusui. Keadaan ini dapat disebabkan pancaran ASI yang
terlalu kuat sehingga mulut bayi terlalu penuh, bingung putting pada bayi yang
menyusui diselang seling dengan susu botol, putting rata dan terlalu kecil atau bayi
mengantuk. Pancaran ASI yang terlalu kuat diatasi dengan menyusui lebih sering,
memijat payudara sebelum menyusui, serta menyusui dengan terlentang dengan bayi
ditaruh diatas payudara. Pada bayi dengan bingung putting, hindari dengan
pemakaian dot botol dan gunakan sendok atau pipet untuk memberikan pengganti
ASI. Pada bayi mengantuk yang sudah waktunya diberikan ASI, usahakan agar bayi
terbangun.
- Dianjurkan sekali supaya ibu menyusukan bayinya karena sangat baik untuk
kesehatan bayinya.
6. Laktasi
Disamping ASI merupakan makanan utama bayi yang tidak ada bandingannya,
menyusui bayi sangat baik untuk menjelmakan rasa kasih sayang antara ibu dan anak.
Setelah partus, pengaruh menekan dari estrogen dan progesterone terhadap hipofisis
hilang. Timbul pengaruh lactogen hormone (prolaktin) kembali dan pengaruh oksitosin
mengakibatkan miopitelium kelenjar susu berkontraksi, sehingga terjadi pengeluaran air
susu. Umumnya produksi ASI berlangsung betul pada hari ke-2-3 pp. Pada hari pertama,
air susu mengandung kolostrum yang merupakan cairan kuning lebih kental daripada
susu, mengandung banyak protein dan globulin.
7. Perasaan mulas sesudah partus akibat kontraksi uterus kadang sangat menggangu selama 2-
3 hari pasca persalinan dan biasanya lebih sering pada multipara dibanding primipara.
Perasaan mulas lebih terasa saat menyusui, dapat pula timbul bila masih ada sisa selaput
ketuban , sisa plasenta atau gumpalan darah dalam kavum uteri. Pasien dapat diberikan
analgesic atau sedative.
8. Latihan senam dapat diberikan mulai hari ke 2 misalnya:
- Ibu terlentang lalu kedua kaki ditekuk, kedua tangan diatruh di atas dan menekan
perut. Lakukan pernafasan dada lalu pernafasan perut.
- Dengan posisi yang sama, angkat bokong lalu taruh kembali.
- Kedua kaki diluruskan dan disilangkan, lalu kencangkan otot seperti menahan miksi
dan defekasi.
- Duduklah pada kursi, perlahan bunbgkukkan badan sambil tangan berusaha
menyentuh tumit.
9. Dianjurkan untuk mengambilan cuti hamil
10. Pemeriksaan pasca persalinan
- Pemeriksaan umum : TD, nadi, keluhan, dll
- Keadaan umum : suhu, selera makan, dll
- Payudara : ASI, putting susu
- Dinding perut : perineum, kandung kemih, rectum
- Sekret yang keluar misalnya lochea, flour albus
11. Nasehat untuk ibu post natal
- Sebaiknya bayi disusui
- Bawakan bayi untuk imunisasi
- Lakukanlah KB
- Fisioterapi post natal sangat baik bila diberikan
Ibu diharapkan kembali memeriksakan diri pada 6 minggu pasca persalinan.
Pemeriksaan dilakukan untuk melihat keadaan umum, keadaan payudara dan
putingnya, dinding perut apakah ada hernia, keadaan perineum, kandung kemih
apakah ada rektokel, tonus otot spingter ani, dan adanya flour albus. Kelainan yang
dapat ditemukan selama nifas ialah infeksi nifas, perdarahan pasca persalinan dan
eklamsia puerpurale.
3. Komplikasi
1. Atonia Uterus
Atonia uterus adalah hipotonia yang jelas pada uterus, normalnya pemisahandan
ekspulsi plasenta difasitilasi oleh kontraksi uterus, yang juga mencegah perdarahan
dari tempat penempelan plasenta. Kompus merupakan badan dari jalinan berkas otot
polos yang kuat, yang dilalui oleh banyak pembuluh darah besar ibu..
2. Perdarahan Postpartum (PPM)
Perdarahan berlebih bisa terjadi selama periode pemisahan plasenta hingga
ekspulsi atau pengeluarannya.umumnya perdarahan tersebut akibat dari pemisahan
plasenta yangtidak lengkap, maniplasi fundus yang tidak tepat, atau tarikan
berlebihan pada tali pusat. Setelah plasenta dikeluarkan, kehilangan darah berlebih
atau persisten biasanya merupakan akibat dari atonia uterus atau inverse uterus ke
dalam vagina.
3. Infeksi pasca persalinan (post partum)
4. Rupture uteri
5. Trauma perineum
4. Pemeriksaan Penunjang
1. Golongan darah : menentukan Rh, ABO dan percocokan silang
2. Jumlah darah lengkap : menunjukkan penurunan Hb/Ht dan peningkatan jumlah sel
darah putih (SDP). (Hb saat tidak hamil:12-16gr/dl, saat hamil: 10-14gr/dl. Ht saat
tidak hamil:37%-47%, saat hamil:32%-42%. Total SDP saat tidak hamil 4.500-
10.000/mm3. saat hamil 5.000-15.000)
3. Kultur uterus dan vagina : mengesampingkan infeksi pasca partum
4. Urinalisis : memastikan kerusakan kandung kemih
5. Profil koagulasi : peningkatan degradasi, kadar produk fibrin/produk split fibrin
(FDP/FSP), penurunan kadar fibrinogen : masa tromboplastin partial diaktivasi, masa
tromboplastin partial (APT/PTT), masa protrombin memanjang pada KID
6. Sonografi : menentukan adanya jaringan plasenta yang tertahan
5. Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul:
1. Nyeri akut b/d agen injuri fisik (trauma jalan lahir, epiostomi)
2. Perubahan pola eleminasi BAK (disuria) b/d trauma perineum dan saluran kemih.
3. Perubahan pola eleminasi BAB (konstipasi) b/d kurangnya mobilisasi; diet yang
tidak seimbang; trauma persalinan.
4. Gangguan rasa nyaman (nyeri) b/d peregangan perineum; luka episiotomi; involusi
uteri; hemoroid; pembengkakan payudara.
5. Gangguan pemenuhan ADL b/d kelemahan; kelelahan post partum.
6. Resiko defisit volume cairan b/d pengeluaran yang berlebihan; perdarahan; diuresis;
keringat berlebihan.
7. Resiko infeksi b/d trauma jalan lahir.
8. Resiko gangguan proses parenting b/d kurangnya pengetahuan tentang cara merawat
bayi.
9. Resiko infeksi b.d. episiotomi, laserasi jalan lahir, bantuan pertolongan persalinan
10. Menyusui tidak efektif berhubungan dengan kurangnya pengetahuan
Pathway

Persalinan

Postpartum

Sistem Sistem Sistem


Kardiovaskuler Urinaria Reproduksi

Pembekuan Penurunan TD Kepala menekan Perineum Uterus


Darah karena perdarahan muskulo spingter
VU Trauma jar. Kontraksi
(episiotomi)
Tromboemboli Hipotensi Syaraf sensitive
Ortostatik Involusi
Uteri
Inkontinensia uri Nyeri
Jantung Paru Otak Risti infeksi Afterpains

Emboli Stroke Kerusakan Nyeri


Paru integritas
Kulit

Gangguan pertukaran
Gas Gangguan perfusi
Jar. Serebral

Nyeri akut

Risiko injuri
RENCANA KEPERAWATAN
Diagnosa Tujuan dan Kriteria Rencana Intervensi Rasional
Keperawatan Hasil
Nyeri akut b/d NOC : Pain Management
agen injuri fisik  Pain Level,
(peregangan   Pain control, 1. Lakukan pengkajian 1. Mengetahui tingkat
perineum; luka   Comfort level Setelah nyeri secara pengalaman nyeri klien
episiotomi; dilakukan askep komprehensif termasuk dan tindakan
involusi uteri; selama …x 24 jam, lokasi, karakteristik, keperawatan yang akan
hemoroid; diharapkan nyeri durasi, frekuensi,
dilakukan untuk
pembengkakan berkurang kualitas dan faktor
payudara). Kriteria Hasil : presipitasi (PQRST) mengurangi nyeri
1. Mampu
mengontrol nyeri 2. Observasi reaksi 2. Reaksi terhadap nyeri
(tahu penyebab nonverbal dari biasanya ditunjukkan
nyeri, mampu ketidaknyamanan dengan reaksi non
menggunakan tehnik verbal tanpa disengaja.
nonfarmakologi 3. Gunakan teknik
untuk mengurangi komunikasi terapeutik 3. Mengetahui
nyeri, mencari untuk mengetahui
bantuan) pengalaman nyeri
pengalaman nyeri pasien
2. Melaporkan
bahwa nyeri 4. Ajarkan tentang 4. Penanganan nyeri tidak
berkurang dengan teknik non farmakologi selamanya diberikan
menggunakan obat. Nafas dalam
manajemen nyeri
5. Evaluasi keefektifan dapat membantu
3. Mampu mengenali
kontrol nyeri mengurangi tingkat
nyeri (skala,
intensitas, frekuensi nyeri
dan tanda nyeri) 6. Motivasi untuk
meningkatkan asupan 5.  Mengetahui
4. Menyatakan rasa
nyaman setelah nyeri nutrisi yang bergizi. keefektifan control
berkurang nyeri
5. Tanda vital dalam 7. Tingkatkan istirahat
rentang normal 6. Mengurangi rasa nyeri
TD : 120-140 /80 – 90 8. Latih mobilisasi Menentukan intervensi
mmHg miring kanan miring kiri
keperawatan sesuai
RR : 16 – 24 x/mnt jika kondisi klien mulai
N   : 80- 100 x mnt membaik skala nyeri
   T    : 36,5o C – 37,5
o
C 9. Kaji kontraksi uterus, 7. Mengidentifikasi
proses involusi uteri. penyimpangan dan
kemajuan berdasarkan
10. Anjurkan pasien involusi uteri.
untuk membasahi
perineum dengan air 8. Mengurangi
hangat sebelum
berkemih. ketegangan pada luka
perineum.
11. Anjurkan dan latih 9. Melatih ibu
pasien cara merawat
mengurangi
payudara secara teratur
bendungan ASI dan
memperlancar
pengeluaran ASI.

10. Mencegah infeksi dan


kontrol nyeri pada luka
perineum.

11. Mengurangi intensitas


nyeri denagn menekan
rangsnag nyeri pada
nosiseptor.

Resiko defisit   Fluid balance Fluid management Mengidentifikasi


volume cairan   Hydration penyimpangan indikasi
b/d pengeluaranseSetelah dilakukan 1. Obs Tanda-tanda vital kemajuan atau
yang berlebihan; askep selama …x 24 setiap 4 jam. penyimpangan dari hasil
perdarahan; jam, Pasien dapat yang diharapkan.
diuresis; mendemostrasikan 2. Obs Warna urine.                  Memenuhi
keringat status cairan Status umum setiap 8 kebutuhan cairan tubuh
berlebihan. membaik. jam. klien
Kriteria evaluasi:                  Menjaga status
1. tak ada manifestasi 3. Pertahankan catatan balance cairan klien
dehidrasi, resolusi intake dan output yang
oedema, haluaran akurat
urine di atas 30
ml/jam, kulit 4. Monitor status hidrasi (                  Memenuhi
kenyal/turgor kulit kelembaban membran kebutuhan cairan tubuh
baik. mukosa, nadi adekuat, klien
tekanan darah                  Memenuhi
ortostatik ), jika kebutuhan cairan tubuh
diperlukan klien

5. Monitor masukan       Temuan-temuan ini


makanan / cairan dan menandakan hipovolemia
hitung intake kalori dan perlunya
harian peningkatan cairan.
6. Lakukan terapi IV
      Mencegah pasien jatuh
7. Dorong masukan oral ke dalam kondisi
kelebihan cairan yang
8. Beritahu dokter bila: beresiko terjadinya
haluaran urine < 30 oedem paru.
ml/jam, haus,
      Mengidentifikasi
takikardia, gelisah, TD
keseimbangan cairan
di bawah rentang
pasien secara adekuat
normal, urine gelap
dan teratur.
atau encer gelap.

Perubahan pola Setelah dilakukan Kaji haluaran urine, Mengidentifikasi


eleminasi BAK askep selama …x 24 keluhan serta keteraturan penyimpangan dalam
(disuria) b/d jam, Pola eleminasi pola berkemih. pola berkemih pasien.
trauma (BAK) pasien teratur.
perineum dan Kriteria hasil: 2.Anjurkan pasien 2. Ambulasi dini
saluran kemih. eleminasi BAK melakukan ambulasi memberikan rangsangan
lancar, disuria tidak dini. untuk pengeluaran urine
ada, bladder kosong, dan pengosongan bladder
keluhan kencing tidak
ada. 3.Anjurkan pasien untuk ..
membasahi perineum 1. Menerapkan pola
dengan air hangat berkemih secara teratur
sebelum berkemih. akan melatih
pengosongan bladder
4.Anjurkan pasien untuk secara teratur.
berkemih secara
teratur. 2. Minum banyak
mempercepat filtrasi
5.Anjurkan pasien untuk pada glomerolus dan
minum 2500-3000 mempercepat
ml/24 jam pengeluaran urine.

6.Kolaborasi untuk 3. Kateterisasi


melakukan memabnatu pengeluaran
kateterisasi bila urine untuk mencegah
pasien kesulitan stasis urine.
berkemih.
Perubahan pola Setelah dilakukan Kaji pola BAB, Mengidentifikasi
eleminasi BAB askep selama …x 24 kesulitan BAB, warna, penyimpangan serta
(konstipasi) b/d jam, Pola eleminasi bau, konsistensi dan kemajuan dalam pola
kurangnya (BAB) teratur. jumlah. eleminasi (BAB).
mobilisasi; diet Kriteria hasil: pola
yang tidak eleminasi teratur, 2. Anjurkan ambulasi 2. Ambulasi dini
seimbang; feses lunak dan warna dini. merangsang
trauma khas feses, bau khas pengosongan rektum
persalinan. feses, tidak ada 1. Anjurkan pasien untuk secara lebih cepat.
kesulitan BAB, tidak minum banyak 2500-
ada feses bercampur 3000 ml/24 jam. 3. Cairan dalam jumlah
darah dan lendir, cukup mencegah
konstipasi tidak ada. 2. Kaji bising usus setiap terjadinya penyerapan
8 jam. cairan dalam rektum
yang dapat menyebabkan
3. Pantau berat badan feses menjadi keras.
setiap hari.
5. Bising usus
4. Anjurkan pasien mengidentifikasikan
makan banyak serat pencernaan dalam
seperti buah-buahan dan kondisi baik.
sayur-sayuran hijau.
6. Mengidentifiakis
adanya penurunan BB
secara dini.

7. Meningkatkan
pengosongan feses
dalam rektum.
Gangguan Setelah dilakukan Kaji toleransi pasien  Parameter
pemenuhan askep selama …x 24 terhadap aktifitas menunjukkan respon
ADL b/d jam, ADL dan menggunakan parameter fisiologis pasien terhadap
immobilisasi; kebutuhan beraktifitas berikut: nadi 20/mnt di stres aktifitas dan
kelemahan. pasien terpenuhi atas frek nadi istirahat, indikator derajat
secara adekuat. catat peningaktan TD, penagruh kelebihan kerja
Kriteria hasil: dispnea, nyeri dada, jnatung.
-   Menunjukkan kelelahan berat,
peningkatan dalam kelemahan, berkeringat, 2. Menurunkan kerja
beraktifitas. pusing atau pinsan. miokard/komsumsi
-   Kelemahan dan oksigen , menurunkan
kelelahan berkurang. 2. Tingkatkan istirahat, resiko komplikasi.
-   Kebutuhan ADL batasi aktifitas pada dasar
terpenuhi secara nyeri/respon 3. Stabilitas fisiologis
mandiri atau dengan hemodinamik, berikan pada istirahat penting
bantuan. aktifitas senggang yang untuk menunjukkan
-   frekuensi tidak berat. tingkat aktifitas individu.
jantung/irama dan Td
dalam batas normal. 3. Kaji kesiapan untuk 4. Komsumsi oksigen
-   kulit hangat, merah meningkatkan aktifitas miokardia selama
muda dan kering contoh: penurunan berbagai aktifitas dapat
kelemahan/kelelahan, TD meningkatkan jumlah
stabil/frek nadi, oksigen yang ada.
peningaktan perhatian Kemajuan aktifitas
pada aktifitas dan bertahap mencegah
perawatan diri. peningkatan tiba-tiba
4. Dorong memajukan pada kerja jantung.
aktifitas/toleransi
perawatan diri. 5. Teknik penghematan
energi menurunkan
5. Anjurkan keluarga penggunaan energi dan
untuk membantu membantu keseimbangan
pemenuhan kebutuhan suplai dan kebutuhan
ADL pasien. oksigen.

6. Jelaskan pola 6. Aktifitas yang maju


peningkatan bertahap dari memberikan kontrol
aktifitas, contoh: posisi jantung, meningaktkan
duduk ditempat tidur bila regangan dan mencegah
tidak pusing dan tidak aktifitas berlebihan.
ada nyeri, bangun dari
tempat tidur, belajar
berdiri dst.

Resiko infeksi Setelah dilakukan Pantau: vital sign, Mengidentifikasi


b/d trauma jalan askep selama …x 24 tanda infeksi. penyimpangan dan
lahir. jam, Infeksi tidak kemajuan sesuai
terjadi. 2. Kaji pengeluaran intervensi yang
Kriteria hasil: tanda lochea, warna, bau dan dilakukan.
infeksi tidak ada, luka jumlah.
episiotomi kering dan 2. Mengidentifikasi
bersih, takut berkemih 3. Kaji luka perineum, kelainan pengeluaran
dan BAB tidak ada. keadaan jahitan. lochea secara dini.

4. Anjurkan pasien 3. Keadaan luka


membasuh vulva setiap perineum berdekatan
habis berkemih dengan dengan daerah basah
cara yang benar dan mengakibatkan
mengganti PAD setiap 3 kecenderunagn luka
kali perhari atau setiap untuk selalu kotor dan
kali pengeluaran lochea mudah terkena infeksi.
banyak.
4. Mencegah infeksi
5. Pertahnakan teknik secara dini.
septik aseptik dalam
merawat pasien (merawat 5. Mencegah kontaminasi
luka perineum, merawat silang terhadap infeksi.
payudara, merawat bayi).

Resiko Setelah dilakukan Beri kesempatan ibu Meningkatkan


gangguan proses askep selama …x 24 untuk melakuakn kemandirian ibu dalam
parenting b/d jam, Gangguan proses perawatan bayi secara perawatan bayi.
kurangnya parenting tidak ada. mandiri.
pengetahuan Kriteria hasil: ibu 2. Keterlibatan
tentang cara dapat merawat bayi 2. Libatkan suami dalam bapak/suami dalam
merawat bayi. secara mandiri perawatan bayi. perawatan bayi akan
(memandikan, membantu meningkatkan
menyusui). 3. Latih ibu untuk keterikatan batih ibu
perawatan payudara dengan bayi.
secara mandiri dan
teratur. 3. Perawatan payudara
secara teratur akan
4. Motivasi ibu untuk mempertahankan
meningkatkan intake produksi ASI secara
cairan dan diet TKTP. kontinyu sehingga
kebutuhan bayi akan ASI
5. Lakukan rawat gabung tercukupi.
sesegera mungkin bila
tidak terdapat komplikasi 4. Meningkatkan
pada ibu atau bayi. produksi ASI.

5. Meningkatkan
hubungan ibu dan bayi
sedini mungkin.

Menyusui tidak Setelah diberikan Health education: 1. Agar pasien


tindakan keperawatan 1. Berikan informasi menetahui manfaat
efektif
selama 3x24 jam mengenai : ASI ekslusif.
berhubungan klien menunjukkan - Fisiologi 2. Dengan perawatan
respon breast feeding menyusui payudara dapat
dengan
adekuat dengan - Keuntungan menjaga kesehatan
kurangnya indikator: menyusui payudara.
- klien - Perawatan 3. Produksi ASI akan
pengetahuan
mengungkapkan payudara lebih banyak yang
puas dengan - Kebutuhan diit keluar.
kebutuhan untuk khusus 4. Dengan motivasi
menyusui - Faktor-faktor yang pasien akan trus
- klien mampu menghambat semangat
mendemonstrasika proses menyusui memberikan ASI
n perawatan 2. Demonstrasikan kepada
payudara breast care dan pantau anaknyameskipun
kemampuan klien belum
untuk melakukan biasakeluarlebih
secara teratur. banyak.
5. Agar pasien
3. Ajarkan cara memahami tenyang
mengeluarkan ASI bendungan ASI.
dengan benar, cara
menyimpan, cara
transportasi sehingga
bisa diterima oleh bayi
4. Berikan dukungan dan
semangat pada ibu
untuk melaksanakan
pemberian Asi
eksklusif
5. Berikan penjelasan
tentang tanda dan
gejala bendungan
payudara, infeksi
payudara

Anda mungkin juga menyukai