TINJUAN TEORI
1. Pengertian Nifas
- Masa nifas ( puerperium) adlah masa yang dimulai seterlah partus selesai, dan berakhir
setelah kira-kira 6 minggu, akan tetapi seluruh alat kandungan / alat genetalia baru pulih kembali
seperti sebelum ada kehamilan dalam 3 bulan (Ilmu Kebidanan, 1999, 237 ).
- Nifas adalah masa sesudah persalinan yang diperlukan untuk pulihnya kembali alat
kandungan yang lamanya 6 minggu (Obstetri Fisiologi : hal 315).
- Nifas adalah masa pulihnya kembali, mulai dari persalinan selesai, sampai alat-alat
kandungan kembali seperti sebelum hamil lamanya 6 8 minggu.
asuhan masa nifas diperlukan karena merupakan masa kritis antara ibu dan bayinya, yaitu :
1. Puerperium dini
Yaitu : kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan. Dalam agama Islam
, dianggap telah bersih dan boleh bekerja setelah 40 hari.
2. Puerperium interval
Yaitu : waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama bila selama hamil atau
waktu persalinan mempunyai komplikasi, waktu untuk sehat, sempurna bisa berminggu-minggu,
bulanan dan tahunan.
- Perubahan fisik
- Laktasi / pengeluaranASI
- Perubahan psikis
Involusi
TFU
Berat Uterus
Bayi lahir
Uri lahir
1 minggu
2 minggu
6 minggu
8 minggu
Setinggi pusat
Pertengahan shymfisis-pusat
Bertambah kecil
Sebesar normal
1000 garam
750 gram
500 gram
350 gram
50 gram
30 gram
b. Bekas implantasi uri : plecenta bed mengecil karena kontraksi dan menonjol ke cavum
uteri dengan diameter 7,5 cm , 2 minggu 3,5 cm , pada minggu ke-6 2,4 cm dan akhirnya pulih.
c. Luka-luka : pada jalan lahir bila tidak terjadi akan sembuh 6-7 hari.
d. Rasa sakit : yang disebut after pains ( merian atau mules-mules) disebabkan kontraksi
rahim, biasanya berlangsung 2-4 hari pasca persalinan perlu diberikan pengertia pada ibu
mengenai hal ini dan bila terlalu menggangu dapat deberikan obat-obat anti sakit da anti mules.
e. Lochea : cairan secret yang berasal dari cavum uteri dan vagina dalam masa nifas.
- Lochea Rubra ( Cruenta) : waktu keluarnya selama 2 hari posr partum. Konsistensi cair,
warna merah, baunya biasanya / khas, berisi darah segar, dan sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel
decidua, verniks kaseosa, lanugo dan mekonium.
- Lochea Sanguinolenta : waktu keluarnya hari ke 3-7 post partum, konsistensi lebih
kental dan bercampur lendir, warnanya coklat, baunya biasa dan khas.
- Lochea Serosa : waktu keluarnya hari 7-14 post partum konsistensi cair dan tidak
bercampur darah, warnya kuning, baunya khas atau biasa.
- Lochea Alba : waktu keluarnya saat setelah 2 minggu, cairannya putih karena banyak
leukosit terspat di dalamnya.
- Lochea Purulenta : keluarnya jika terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah, berbau
busuk, warna kehijau-hijauan.
f. Serviks : setelah persalinan, bentuk serviks agak mengangah seperti corong berwarna
merah kehitaman, konsisternsinya lunak, kadang-kadang terdapat perlukaan-perlukaan kecil,
setelah bayi lahir, tangan masih bisa masuk rongga rahim, setelah 2 jam dapat dilalui oleh 2-3
jari da setelah 7 hari hanya dapat dilalui 1 jari..
h. Saluran kencing :
- Kadang-kadang oedem dari triganum menimbulkan obstruksi dari uretra sehingga retensio
urine.
- Kandung kemih dalam puerperium kurang sensitif dan kapasitas bertambah sehingga
kandung kemih atau terjadi urine residu.
- Urine residu dan trauma pada dinding kandung kemih pada waktu persalinan memudahkan
terjadinya infeksi.
Karena lelah sehabis bersalin , tidur terlentang , sekma 8 jam pasca persalinan, kemudian boleh
miring-miring untuk mencegah trombosisdan trombo emboli, lalu duduk-duduk, jalan-jalan,
aktifitas ini tergantung pada komplikasi persalinan , nifas dan sembuhnya luka.
b. Diet
Makanan harus bergizi , cukup kalori dan yang mengandung protein , banyak cairan yang di
butuhkan 2,5 L / hari , konsumsi sayuran , buah-buahan.
Beberapa wanita mengalami kesulitan BAB dan BAK pada hari pertama setelah melahirkan.
Untuk BAK, ibu nifas harus berusaha kencing sendiri, setelah 2 jam post partum, bila tidak bisa
dengan alami, dan kandung kemih penuh sebaiknya dilakukan keterisasi. BAB harus dilakukan
3-4 hari pasca persalinan, bila masih sulit BAB dan terjadi obstipasi apalagi berak keras dapat
diberikan laxan per oral atau per rektal. Jika masih belum bisa dilakukan huknah.
Perawatan mamae dilakukan / telah dimulai sejak wanita hamil supaya puting susu lemas, tidak
kering, sebagai persiapan untuk menyusui bayinya. Bila bayi meninggal laktasi harus dihentikan
dengan cara :
- pemberian obat estrogen untuk supresi LH seperti tablet lynoral dan parlodel.
Dianjurkan seklai supaya ibu menyusukan bayinya karena sangat baik untuk kesehatan bayinya.
Berupa gerakan-gerakan yang berguna untuk mengencangkan otot-otot abdomen rahim yang
sudah menjadi longgar akibat melahirkan.
f. Laktasi
Fisiologi laktasi
Isapan bayi pada puting
Proses Laktasi
- Untuk kesehatan ibu, bayi dan keluarga sebaiknya melakukan KB untuk mengatur jumlah
anak.
Tahap I : Taking In
- Terjadi pada hari ke 3-hari ke 10, merasa khawatir akan ketidak mampuan dan rasa
tanggung jawab dalam merawat Banyinya .
- Memerlukan dukungan yang lebih dari suami dan keluarga untuk menerima penyuluhan
dalam merawat diri dan banyinya.
- Menerima tanggung jawab dan peran barunya menjadi ibu. Terjadi setelah 10 hari pasca
persalinan.
- Sudah mulai menyesuaikan diri ketergantungan bayinya.
- bila petugas kesehatan yang menolong persalinan, harus tinggal dengan ibu 2 jam pertama
sampai ibu stabil
TINJAUAN PUSTAKA
RETENSIO URIN
A. DEFINISI
Retensio urin adalah ketidak mampuan untuk mengosongkan kandung kemih secara spontan.
Gejala yang ada meliputi tidak adanya mkemampuan sensasi untuk mengosongkan kandung
kemih ketika buang air kecil, nyeri abdomen bawah atau tidak bisa berkemih sama sekali.
Retensio urin dapat terjadi secara akut maupun kronik.
Retensio urin akut dapat didefinisakan sebagai rasa nyeri mendadak yang timbul akibat tidak
bisa berkemih selama 24 jam, membutuhkan pertolongan kateter dengan reduksi urin keluar
kurang 50% dari kapasitas sistometer.
Retensio urin kronik lebih sulit untuk didefinisikan. Kandung kemih yang normal kosong secara
sempurna, pada retensio urin kronik terjadi kegagalan pengosongan kandung kemih.
Menurut Stanto, retensio urin adalah tidak bisa berkemih selama 24 jam yang membutuhkan
pertolongan kateter, karena tidak dapat mengeluarkan urin lebih dari 50% kapasitas kandung
kemih pada saat berkemih. Biasanya berkemih spontan harus sudah terlaksana dalam 6 jam
sesudah meahirkan. Apabila setelah 6 jam pasien tidak dapat berkemih dinamakan retensio urin
post partum.
B. ISIDENSI
Insiden retensio akut pada wanita sekitar 0,07% per 1000 populasi wanita, dimana lebih dari
setengahnya terjadi setelah pembedahan atau post dupartum. Penelitian di Amerika tahun 1991
mencatat kejadian retensio urin post partum 1,7% sampai 17,9% Yip dkk tahun 1997 mencatat
kejadian retensio urin post partum di laporkan 14,8% dan 25,7%. Dalam kemampuan berkemih
pasca oprasi, retensio urin dialami oleh 15,0% penderita mengalami histerektomi vaginalais,
dibandingkan 4,8% pasca histerektomi total abdominalis, sedangkan penderita yang menjalani
histerektomi vaginalis dengan kolporafia 29% mengalami retensio urin.
C. ETIOLOGI
Secara umum, retensio urin post partum dapat disebakan oleh trauma intra partum, reflek kejang
sfingter uretra, hipotonia selama hamil dan nifas, ibu dalam posisi tidur terlentang, peradangan,
psikogenik dan umur yang tua.
D. PATOFISIOLOGI
Pada keadaan post partum, kapasitas kandung kemih meningkat, tonus menurun, kurang sensitif
terhadap tekanan intra vesikal, serta capatnya pengisisan kandung kemih karena penggunaan
oksitosin yang anti diuretik, menyebabkan peregangan kandung kemih secara berlebihan.
Kapasitas kandung kemih bertahan sekitar 200 cc.
Retensio urin post partum dapat terjadi akibat edema periurethra, laserari obstetrik, atau
desensitifitas vesika urinaria oleh anestesi epidural. Pada persalinan dengan tindakan bedah
obsteri sering di jumpai retensio urin post partum. Luka pada daerah perineum yang luas,
hematoma, trauma saluran kemih bagian bawah, dan rasa sakit akan mengakibatkan retensio uri.
Rasa nyeri yang hebat pada perlukaan jalan lahir akan mengakibatkan otot dasar panggul
mengadakan kontraksi juga sfingter uretra eksterna sehingga pasien tidak sadar menahan proses
berkemih.
Edema uretra dan trigonum yang disertai ekstravasasi darah di sub mukosa dinding kandung
kemih menyebabkan retensio urin. Hal ini bisa disebabkan karena penekanan kepala janin pada
dasarpanggul terutama partus kala II yang terlalu lama. Lama persalinan lebih dari atau sama
dengan 800 menit berhubungan dengan retensio urin post partum. Hal lain yang menjadi
penyebab edema uretra dan trigonom adalah trauma kateteritasi yang berulang-ulang dan kasar,
dan infeksi saluran kemih yang akan menimbulkan kontraksi otot detrusor yang tidak adekuat.
Pemakaian anastesi dan analgesik pada persalinan seksio sesaria dapat menyebabkan
terganggunya kontrol persyarafan kandung kemih dan uretra.
E. DIAGNOSA
Diagnosa retensio post partum umumnya mudah ditegakkan dari anamnesis. Sesuai dengan
definisinya yaitu ketidak mampuan berkemih secara spontan dalam 24 jam post partum dengan
atau tanpa rasa nyeri di suprasimpisis atau keinginan berkemih dengan atau tanpa disertai
kegelisaan tapi tidak dapat berkemih secara sepontan sehingga memerlukan upaya untuk
mengatasi gangguan.
Pemeriksaan klinik pada pasien dengan retensio urin akan memberikan informasi adanya massa
yang keras atau tidak keras pada sekitar pelvis dengan perkusi yang pekak. Vesika urinaria
mungkin dapat teraba transabdominal jika isinya berkisar antara 150-300cc. Pemeriksaan
bimanual biasanya dapat meraba vesika urinaria bila terisi lebih dari 200 cc.
Pemeriksaan spesimen urin porsi tengah dilakukan secara mikroskopik, kultur dan sensitifitas,
mengingat infeksi traktus urinarius dapat mengakibatkan retensio urin akut. Infeksi traktus
urinarius yang berulang dapat merupakan komplikasi dari gangguan miksi yang lama dan
merupakan salah satu indikasi untuk melakukan manajemen aktif guna menghindari kerusakan
lebih lanjut pada traktus urinarius bagian atas.
Pemeriksaan uroflowmetri merupakan pemeriksaan myang paling simpel untuk melihat adanya
gangguan miksi. Pada pasien normal akan terlihat gambaran seperti bel dengan flow rate>15-20
cc/detik untuk volume urin paling sedikit 150 cc. Pada pasien dengan gangguan miksi terdapat
penurunan peak flow rate dan pemanjangan waktu miksi.
Residu urin adalah sisa volume urin dalam kandung kemih setelah penderita berkemih setelah
penderita berkemih spontan. Pada pasien post partum spontan dan seksio sesarea, setelah kateter
di lepas, bila setelah 4 jam tidak dapat berkemih spontan,dilakukan pengukuran volume residu
urin, retensio urin terjadi bila volume residu > 200 cc
- Cytometri/video cystourethrography
- Cystourethroscopy
Terapi yang tepat untuk pasien dengan retensio urin akut tidak hanya untuk mengurangi gejala
tetapi juga untuk mencegah kerusakan lebih lanjut pada fungsi vesika urinaria. Peregangan yang
berlebihan pada vesika urinaria dapat menyebabkan dilatasi dari traktus urogenitalia bagian atas
yang selanjutnya dapat mempengaruhi fungsi ginjal. Karena itu tujuan utama kasus ini adalah
membuat drainase vesika urinaria. Tindakan drainase mungkin dapat diawali dengan
pemasangan kateter transurethral. Kateter harus ditinggalkan sampai pasien bisa buang air kecil
spontan. Pada beberapa pasien dengan retensio urin akut mungkin hanya membutuhkan
pemasangan kateter satu kali, tetapi pada pasien lain (khususnya post oprasi) membutuhkan
pemasangan kateter dalam jangka waktu yang lama.
Untuk menghilangkan gejala overdistensi vesika urinaria biasanya kateter dipasang dan ditinggal
selama paling sedikit 24 jam untuk mengosongkan vesika urinaria. Jika kateter sudah dilepas
harus segera di nilai apakah pasien sudah buang air kecil secara spontan. Bila pasien tidak bisa
buang air kecil secara spontan setelah 4 jam, kateter harus dipasang kembali dan volume residu
urin harus di ukur. Apabila volume residu urin > 200 cc atau 100 cc pada post operasi
ginekologi, kateter harus di pasang kembali.
Pada retensio urin digunakan obat-obatan yang dapat meningkatkan kontraksi kandung kemih
dan yang menurunkan resistensi uretra.
Biasanya digunakan obat kolinergik, yaitu obat-obatan yang kerjanya menyerupai asetilkolin.
Asetilkolin sendiri tidak digunakan dalam klinik mengingat efeknya difus/non spesifik dan
sangat cepat dimetabolisir sehingga eeknya sangat pendek. Obat kolinergik bekerja di ganglion
atau di organ akhir (end organ) tetapi lebih banyak di sinaps organ akhir, yaitu yang disebut
dengan efek muskarinik. Obat obatan tersebut antara lain : betenekhol, karbakhol, metakholin
dan furtretonium.
Prostagladin telah terbukti dapat mempengaruhi kerja otot-otot detrusor. Desmond menyatakan
bahwa pengaruh prostaglandin terhadap kandung kemih adalah meningkatkan sensitifitas
kandung kemih, meningkatkan tonus dan kontraktilitas otot detrusor, dan juga dapat
dipergunakan untuk mengembalikan otot-otot ini jika terganggu kemampuannya dalam
menaggapi stimulusi berkemih normal.
Selama pemasanggan kateter menetap ini pasien disuruh minum banyakkurang dari 3000 ml
selama 24 jam, mobilisasi dan di periksa urinalisis. Selanjutnya di lakukan kateter buka tutup
tiap 6 jam kecuali jika ada perasaan Pasien ingin berkemih kateter dibuka. Apabila tidak ada rasa
ingin berkemih selama 6 jam maka keteter di buka dan di ukur volumenya. Proses buka tutup
kateter ini dilakukan selama 24 jam dan pasien tetap minum banyakberkisar 3000 ml/24 jam.
Setelah itu kateter di lepas dan pasien inum biasa 50-100 ml/jam. Diharapkan dalam waktu 6 jam
pasien dapat berkemih sponta. Bila tidak bisa pasien dikateter intemitten untuk mengetahui
volume urin sisa. Bila volume urin sisa kurang dari 200 ml pasien boleh pulang. Tetapi apabila
volume urin sisa lebih dari 200 ml dan kurang dari 500 ml maka dilakukan katetrisasi intermitten
pasien disuruh minum biasa (50-100 ml/jam).
DAFTAR PUSTAKA
1. Van der Linden EF. Acute Urinary in women (comment). Ned Tjidschr Geneeskd. 1998,
142 (28) : 1603-6
2. Saultz J.W. postpatum urinary retention. Abstracs T Am Board mFAm Pract 1991, 4(5)
341-4
3. Yip SK. Urinary retention in the postpartum period. The Relationship betwwen obstetric
factor and post partum residual bladder volume. Abstrak Acta Obtet Gynecol Scand 1997; 76 :
667-72
4. Mutia PE. Kapasitas kandung kemih post partum (tesis). Jakarta, 1996
5. Pribakti B. Retensio Urin Kronik Post Partum. Laporan Kasus, Medika No.11, November
2003:731-5
6. Susilawati ID. Diagnosis dan Penatalaksanaan Retensio Urin. Makalah Ilmih, Bagian
Obstetri dan Ginekologi FK UI, Jakarta, 2001
Mochtar, Rustam, Prof. Dr. MPH. 1998. Sinopsis Obstetri. EGC: Jakarta
Sifudin, prof. dr. Abdul Bari, SpOG. MPH. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.
2001. Jakarta. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Pra Wiharjo
Munuaba, Prof. dr. Ida Bagus Gede, SpOG. Ilm Kebidanan, Penyakit Kandungan dan KB
untuk Pendidikan Bidan. 1988. Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran EGC.
BAB III
ASUHAN KEBIDANAN
A. SUBYEKTIF
1. Identitas Pasien
Nama pasien : Ny Y
Umur : 31 Tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT
Alamat : Kesamben
Nama suami : Tn S
Umur : 33 Tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SMP
Alamat : Kesamben
2. Status Perkawinan
Kawin ke :1
3. Keluhan Utama
Ibu menggatakan cemas dengan keadaannya karena sampai saat ini masih terpasang kateter di
karenakan tidak bisa BAK secara spontan.
4. Riwayat kebidanan
- Riwayat Haid
Menarche : 12 Tahun
Siklus : 28 hari/teratur
Lamanya : 7 Hari
Banyaknya : 1 kotek
Bau : Anyir
Flour Albus : -
- Riwayat kehamilan
Hamil ke II ANC 14x pernah mendapatkan imunisasi TT 5x, keluahan dan terapi yang di dapat
selama kehamilan :
Terapi : fe kalk
- Riwayat persalinan
Ibu menggatakan rujukan dari bidan tanggal 29-10-2012 dengan kala II memanjang, sampai di
PONEK RSUD Jombang di lakukan tindakan VE. Bayi lahir tanggal 29-10 2012 keadaan bayi
baik BB : 3600 gram PB : 50 cm komplikasi tidak ada, Plasenta lahir spontan. Ibu di pindah di
ruang melati dan boleh pulang selama 4 hari di rumah ibu menggatakan tidak bisa BAK,
badannya lemas dan panas. Tanggal 2-11-2012 hari ke 12 masa nifas ibu di rujuk oleh bidan
dengan diagnosa sementara retensio urin sampai di RSUD Jombang di ruang PONEK di pasang
kateter dan di kirim ke ruang Melati.
5. Riwayat kesehatan
Ibu menggatakan bahwa ibu tidak pernah sakit lalu masuk rumah sakit, ibu menggatakan selama
ini hanya sakit batuk, pilek, demam dan ibu tidak pernah menderita penyakit menular seperti
(HIV/AIDS, Hepatitis ,TBC) penyakit menahun seperti (jantung), penyakit menurun seperti
(Hipertensi, kencing manis)
Ibu menggatakan bahwa di keluarganya tidak ada yang menderita penyakit menular seperti
(HIV/AIDS,Hepatitis,TBC) Penyakit menurun seperti (Hipertensi Kencing manis) Penyakit
menahun seperti (Jnatung)
6. Riwayat KB
Ibu mengatakan sebelum persalinan ini menggunakan alat kontrasepsi KB suntik 3 bulan selama
7 tahun dan berhenti untuk mendapatkan anak yang ke 2 ini sesuai program / sesuai yang di
rencanakan. Tidak ada keluhan selama menggunakan alat kontrasepsi KB suntik 3 bulan ini.
Riwayat KB yang akan datang ibu menggatakan akan mengunakan alat kontrasepsi KB suntik.
7. Keadaan Psikologi
Ibu cemas karana jauh dari anaknya yang sekarang ada di rumah, dan ibu cemas dengan
keadaannya sekarang karena masih belum bisa BAK secara spontan masih dengan bantuan
kateter.
Ibu dan suami sama-sama dari suku jawa, bahasa yang di gunakan sehari-hari adalah bahasa
jawa. Hubungan ibu dan suami serta keluarga baik-baik saja hal ini terbukti saat ibu dalam masa
perawatan suami dan keluarga menungu pasien dan melayani kebutuhannya. Dalam keluarga
tidak ada pantangan dalam hal mengkonsumsi makanan dan ibu mengatakan tidak pernah minum
jamu.
a. Pola Nutrisi
- Saat hamil : makan :3-4 x/hari dengan porsi sedang menu : nasi, sayur dan lauk
b. Pola Aktivitas
c. Pola Eliminasi
Saat hamil : 5-9 x/hari warna kuning jernih dan bau khas
Saat MRS : terpasang dower kateter urin tampung 250 cc dalam 4 jam.
Tidur malam : lamanya 8-9 jam/hari (dari jam 21.00 s/d 05.00 WIB)
- Saat MRS :
Ibu mengatakan susah tidur selama perawatan, ibu hanya tidur 3-4 jam saja (ketika malam) 1-2
jam (tidur siang)
Keramas : 2x/hari
- Saat MRS : ibu hanya diseka air 2x/hari dan belumb bisa untuk keramas.
Ibu dan keluarga kepercayaanya yang di anut adalah Agama Isla, adat dan kebiasaan
dilingkungan, keluarga dan rumah masih mengikuti adat jawa.
B. OBJEKTIF
1. Pemeriksaan Umum
kesadaran : composmentis
N : 80x/menit
S : 36,5 0c
RR : 24x/menit
2. Pemeriksaan fisik
a. Inspeksi
Hidung : simetris, bersih tidak ada polip, tidak tampak adanya sekret, tidak tampak nafas cuping
hidung.
Leher : simetris, tidak tampak pembesaran kelenjar tiroid dan vena jagularis
Mamae : simetris tampak adanya hiperpigmentasi areola puting susu menonjol tidak ada bekas
lecet dan keluar ASI
Abdomen : tidak ada bekas luka oprasi tidak ada infeksi pada perut
Genetalia : tampak terpasang dower kateter, tampak pengeluaran lochea sanguiolenta tidak
tampak varises dan odema rambut pubis sedikit.
Ekstermitas :
Atas :simetris tidak ada varises tidak ada odema gerakan aktif , trpasang infus pada tangan kiri
b. Palpasi
Leher : tidak teraba adanya benjola, tidak teraba adanya perbesaran kelenjar tiroid dan
bendungan vena jagularis.
Ketiak : tidak ada pembesaran kelenjar limfe
Mamae : tidak teraba adanya masa tidak ada nyeri tekan ASI sudah keluar.
Ekstremitas:
c. Auskultasi
d. Perkusi
Tgl : 08-11-2012
Hasil
Normal
Hematologi
Cell DYN
Hemoglobin
Leokosit
Hematokrit
Eritrosit
Trombosit
Urinalisis
PH
Protein
Glukosa
Bilirubin
Urobilin
Sedimen
Leokosit
Eritrosit
Silinder
Epitel
Kristal
Lain-lain
10,6
9.700
33,9
4.130.000
274.000
Negatif
Negatif
Negatif
Normal
5-6
1-3
11,4-17,7 g/dl
4700-10300 /cmm
37-48 %
150000-350000 cmm
5,5 7
Negatif
Negatif
Negatif
Normal
-
1-2 /LP
C. ASSASMENT
DS : Ibu mengatakan ini merupakan persalinan yang ke II dengan VE dan sampai saat ini masih
merasa cemas dengan keadaannya yang masih belum bisa BAK secara sepontan.
DO :
Kesadaran : Composmentis
TTV :
TD : 120/70 mmHg
N : 80 x/menit
RR : 24 x/menit
S : 36,5 0 c
Kontraksi : Baik
Lochea : sanguiolenta
Fluxus :-
Masala :
- Cemas karena adanya retensio urin
Kebutuhan :
- Mobilisasi
- Diet TKTP
- Bledder training
D. PENATALAKSANAAN
Melakukan pendekatan terapeutik dengan cara memperkenalkan diri terlebih dahulu dan
menanyakan data ibu, menjelaskan kepada ibu tentang yang akan di lakukan dan tujuanya,
menanyakan kepada ibu tentang keluhan yang di rasakan saat ini.
Respon : ibu mengungkapkan segala apa yang di rasakan/ keluhannya dan ibu merasa lega
karena merasa di perhatikan oleh petugas kesehatan.
TD : 120/70 mmHg
N : 80 x/menit
RR : 24 x/menit
S : 36,5 0 c
Lochea : sanguiolenta.
Fluxsus : -
Kontraksi : baik
Bendungan ASI : -
Respon : ibu bersedia untuk dilakukan observasi diatas dan menanyakan hasilnya dalam keadaan
normal atau tidak.
Melakukan kolaborasi dengan team medis untuk pemeberian terapi dan obat-obatan, diantaranya
terapi yang di berikan adalah :
Menjelaskan kepada ibu tentang hal-hal penting yang terjadi pada masa nifas diantaranya adalah
terjadinya involusi yaitu penggembalian alat-alat reproduksi seperti kekeadaan sebelum hamil,
keluar darah yang di sebit lochea dan menyusui.
Respon : ibu memperhatikan penjelasan yang di berikan petugas mkesehatan dan mengerti apa
yang di jelaskan.
Menjelaskan kepada ibu tentang personal hygine seperti cebok dengan menggunakan sabun.
Respon : ibu mengerti apa yang telah di jelaskan oleh petugas kesehatan
Menjelaskan kepada ibu tentang kebutuhan nutrisi pada masa nifas yaitu makan dengan menu
seimbang, tidak boleh tarak, diet TKTP, minum air minimal 8 gelas / hari
Respon : ibu bertanya tentang diet TKTP dan ibu mengerti apa yang di jelaskan oleh petugas
kesehatan
02.00 di tutup
06.00 di buka
Respon : ibu menanyakan kenapa di lakukan tidakan buka tutup kateter dan ibu mengerti
penjelasan dari petugas kesehatan.
Respon : ibu mengikuti gerakan senam yang di contohkan oleh petugas kesehatan.
Mengajari ibu untuk memerah ASI dan menjelaskan cara menyimpan ASI
CATATAN PERKEMBANGAN
S: ibu mengatakan tidak ada keluhan ( tidak bisa BAK secara sepontan)
N : 82 x/menit
S : 36.8 0 c
RR : 24 x/menit
Fluxsus : -
P : Terapi :
Nonflamin 3x1
Fe 1x1
Diet TKTP
Lepas kateter
Fisioterapi
Observasi TTV
S: ibu mengatakan tidak ada keluhan ( tidak bisa BAK secara sepontan)
N : 84 x/menit
S : 36.6 0 c
RR : 24 x/menit
P : Terapi :
Nonflamin 3x1
Fe 1x1
Diet TKTP
Bleeder training
Personal hygine
Fisioterapi
Observasi TTV
S: ibu mengatakan tidak ada keluhan ( tidak bisa BAK secara sepontan)
N : 86 x/menit
S : 36 0 c
RR : 24 x/menit
Fluxsus : -
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Masa nifas adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan selesai sampai alat alat
kandungan kembali seperti prahamil lamanya 6 8 minggu.
Pada masa nifas banyak sekali terjadi perubahan pada diri ibu, perubahan mencakup fisiologis
dan psikologis, perubahan tersebut akan berjalan baik baik saja secara normal tanpa komplikasi
bila respon ibu itu sendiri juga baik sehingga suatu keadaan tergantung pada individu sendiri.
Jika seorang ibu pada masa nifas respon kurang baik juga kebiasaan kurang sehat, masa nifas
tidak akan berjalan normal.
Setelah penulis mempelajari beberapa teori yang ada serta melaksanakan pengkajian dan
pemeriksaan pada ibu nifas Ny. N, pada ibu nifas Ny. N P20002 Post sctio Caesarea dengan
SVH+USO hari ke-2 di pavilyun Melati RSUD Jombang maka dapat kami simpulkan bahwa
perawatan yang di berikan Ny. N telah sesaat dengan teori yang ada. Karena perawatan ibu
nifas mengutamakan kondisi ibu agar selalu baik, serta di harapkan Ny. N melewati masa nifas
secara normal tanpa komplikasi.
SARAN
Bagi Institusi
- Untuk mahasiswa
Mahasiswa hendaknya selalu berusaha memberikan asuhan kebidanan yang baik bagi klien
dan keluarga dalam upaya meningkatkan SDM menuju bidan professional.
ASUHAN KEBIDANAN
unipdu .jpg
Oleh :
NIM : 7210043
JOMBANG
2012