Anda di halaman 1dari 35

BAB II

TINJUAN TEORI

A. KONSEP DASAR NIFAS FISIOLOGIS

1. Pengertian Nifas

- Masa nifas ( puerperium) adlah masa yang dimulai seterlah partus selesai, dan berakhir
setelah kira-kira 6 minggu, akan tetapi seluruh alat kandungan / alat genetalia baru pulih kembali
seperti sebelum ada kehamilan dalam 3 bulan (Ilmu Kebidanan, 1999, 237 ).

- Nifas adalah masa sesudah persalinan yang diperlukan untuk pulihnya kembali alat
kandungan yang lamanya 6 minggu (Obstetri Fisiologi : hal 315).

- Nifas adalah masa pulihnya kembali, mulai dari persalinan selesai, sampai alat-alat
kandungan kembali seperti sebelum hamil lamanya 6 8 minggu.

2. Tujuan Asuhan Masa Nifas

asuhan masa nifas diperlukan karena merupakan masa kritis antara ibu dan bayinya, yaitu :

- Menjaga kesehatan ibu dan bayyinya baik fisik maupun psikis.

- Melakukan skrining yang komprehensif, mendeteksi masalah, mengobati atau merujuk


bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayi.

- Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan dini, nutrisi, KB,


menyusui, pemberian imunisasi kepada bayi dan perawatan bayi sehat.

3. Pembagian Masa Nifas

nifas dibagi dalam 3 periode , yaitu :

1. Puerperium dini

Yaitu : kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan. Dalam agama Islam
, dianggap telah bersih dan boleh bekerja setelah 40 hari.

2. Puerperium interval

Yaitu : kepulihan menyeluruh alat-alat genetal yang lamanya 6-8 minggu.


3. Remote puerperium

Yaitu : waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama bila selama hamil atau
waktu persalinan mempunyai komplikasi, waktu untuk sehat, sempurna bisa berminggu-minggu,
bulanan dan tahunan.

Pada masa nifas terjadi perubahan-perubahan fisiologis, yaitu :

- Perubahan fisik

- Involusi uterus dan pengeluran lochea

- Laktasi / pengeluaranASI

- Perubahan sistem tubuh lainnya

- Perubahan psikis

4. Involusi Alat-Alat Kandungan

a. Uterus : Secara berangsur-angsur menjadi kecil ( involusi ) sehingga akhirnya kembali


seperti keadaan semula

- Tinggi Fundus Uteri dan Berat Uterus menurut masa involusi :

Involusi

TFU

Berat Uterus

Bayi lahir

Uri lahir

1 minggu

2 minggu

6 minggu
8 minggu

Setinggi pusat

2 jari bawah pusat

Pertengahan shymfisis-pusat

Tidak teraba di atas shymfisis

Bertambah kecil

Sebesar normal

1000 garam

750 gram

500 gram

350 gram

50 gram

30 gram

b. Bekas implantasi uri : plecenta bed mengecil karena kontraksi dan menonjol ke cavum
uteri dengan diameter 7,5 cm , 2 minggu 3,5 cm , pada minggu ke-6 2,4 cm dan akhirnya pulih.

c. Luka-luka : pada jalan lahir bila tidak terjadi akan sembuh 6-7 hari.

d. Rasa sakit : yang disebut after pains ( merian atau mules-mules) disebabkan kontraksi
rahim, biasanya berlangsung 2-4 hari pasca persalinan perlu diberikan pengertia pada ibu
mengenai hal ini dan bila terlalu menggangu dapat deberikan obat-obat anti sakit da anti mules.

e. Lochea : cairan secret yang berasal dari cavum uteri dan vagina dalam masa nifas.

- Lochea Rubra ( Cruenta) : waktu keluarnya selama 2 hari posr partum. Konsistensi cair,
warna merah, baunya biasanya / khas, berisi darah segar, dan sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel
decidua, verniks kaseosa, lanugo dan mekonium.
- Lochea Sanguinolenta : waktu keluarnya hari ke 3-7 post partum, konsistensi lebih
kental dan bercampur lendir, warnanya coklat, baunya biasa dan khas.

- Lochea Serosa : waktu keluarnya hari 7-14 post partum konsistensi cair dan tidak
bercampur darah, warnya kuning, baunya khas atau biasa.

- Lochea Alba : waktu keluarnya saat setelah 2 minggu, cairannya putih karena banyak
leukosit terspat di dalamnya.

- Lochea Purulenta : keluarnya jika terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah, berbau
busuk, warna kehijau-hijauan.

- Lochrositosis : lochea tidak lancar keluarnya.

f. Serviks : setelah persalinan, bentuk serviks agak mengangah seperti corong berwarna
merah kehitaman, konsisternsinya lunak, kadang-kadang terdapat perlukaan-perlukaan kecil,
setelah bayi lahir, tangan masih bisa masuk rongga rahim, setelah 2 jam dapat dilalui oleh 2-3
jari da setelah 7 hari hanya dapat dilalui 1 jari..

g. Ligamen-ligamen : ligamen-ligamen dan diafragma pelvis yang meregang pada waktu


persalinan, setelah bayi lahir, setelah berangsur-angsur ciut dan pulih kembali sehingga tidak
jarang uterus jatuh ke belakang dan menjadi reterofleksi, karena ligamen rotundum menjadi
kendur setelah melahirkan. Kebiasaan wanita Indonesia berkeruk / berurut dimana saat dikeruk
tekanan infra abdomen bertambah tinggi, karena setelah melahirkan ligamenta fasia dan jaringan
penunjang menjadi kendor. Jika dilakukan keruk / urut. Banyak wanita kandungannya turun
atau terballik untuk memulihkan kembali sebaiknya dengan latihan-latihan dan gimnastik pasca
persalinan.

h. Saluran kencing :

- dinding kandung kemih memperlihatkan oedem dan hyperaemia.

- Kadang-kadang oedem dari triganum menimbulkan obstruksi dari uretra sehingga retensio
urine.

- Kandung kemih dalam puerperium kurang sensitif dan kapasitas bertambah sehingga
kandung kemih atau terjadi urine residu.

- Urine residu dan trauma pada dinding kandung kemih pada waktu persalinan memudahkan
terjadinya infeksi.

- Dilatasi ureter dan penyelum,normal kembali dalam waktu 2 minggu.

5. Perawatan Pasca Persalinan


a. Mobilisasi

Karena lelah sehabis bersalin , tidur terlentang , sekma 8 jam pasca persalinan, kemudian boleh
miring-miring untuk mencegah trombosisdan trombo emboli, lalu duduk-duduk, jalan-jalan,
aktifitas ini tergantung pada komplikasi persalinan , nifas dan sembuhnya luka.

b. Diet

Makanan harus bergizi , cukup kalori dan yang mengandung protein , banyak cairan yang di
butuhkan 2,5 L / hari , konsumsi sayuran , buah-buahan.

c. Eliminasi BAK dan BAB

Beberapa wanita mengalami kesulitan BAB dan BAK pada hari pertama setelah melahirkan.
Untuk BAK, ibu nifas harus berusaha kencing sendiri, setelah 2 jam post partum, bila tidak bisa
dengan alami, dan kandung kemih penuh sebaiknya dilakukan keterisasi. BAB harus dilakukan
3-4 hari pasca persalinan, bila masih sulit BAB dan terjadi obstipasi apalagi berak keras dapat
diberikan laxan per oral atau per rektal. Jika masih belum bisa dilakukan huknah.

d. Perawatan Payudara ( mamae )

Perawatan mamae dilakukan / telah dimulai sejak wanita hamil supaya puting susu lemas, tidak
kering, sebagai persiapan untuk menyusui bayinya. Bila bayi meninggal laktasi harus dihentikan
dengan cara :

- pembalutan mamae sampai tertekan

- pemberian obat estrogen untuk supresi LH seperti tablet lynoral dan parlodel.

Dianjurkan seklai supaya ibu menyusukan bayinya karena sangat baik untuk kesehatan bayinya.

e. Senam Masa Nifas

Berupa gerakan-gerakan yang berguna untuk mengencangkan otot-otot abdomen rahim yang
sudah menjadi longgar akibat melahirkan.

f. Laktasi

Fisiologi laktasi
Isapan bayi pada puting

Impuls saraf efferent

Stimulasi pada hipotalamus

Stimulasi hipofise anterior Stimulasi hipofise posterior

Pengeluaran prolaktin Pengeluaran oksitosin

Merangsang air susu kontraksi otot polos yang ada

di tingkat alveoli di dalam dinding alveolus dan

di dinding saluran sehingga

ASI di pompa keluar


Makin sering menyusui, pengosongan alveolus dan saluran makin baik, sehingga kemungkinan
terjadi bendungan susu makin kecil.

Proses Laktasi

Pemeriksaan Pasca Persalinan

- Pemeriksaan Umum: tekanan darah, nadi, keluhan, dsb

- Keadaan Umum : suhu badan, selera makan, lain-lain

- Payudara : ASI, puting susu

- Dinding perut, perineum, kandung kemih, rektum

- Sekret yng keluar, misalnya: lochea, flour albus

- Keadaan alat-alat kandungan.

g. Nasehat Untuk Post Natal.

- Sebaiknya bayi disusui

- Untuk kesehatan ibu, bayi dan keluarga sebaiknya melakukan KB untuk mengatur jumlah
anak.

- Fisioterapi Post natal sangat baik bila di berikan .

- Bawalah Bayi Anda untuk memperoleh Imunisasi.

6. Tanda Dan Bahaya Masa Nifas


- Perdarahan Yang hebat dan tiba-tiba meningkat dari vulva

- Pengeluaran dari Vagina Yang berbau busuk.

- Rasa nyeri di bagian bawah Abdomen .

- Sakit kepala terus-menerus, nyeri eprgastrium, pembengkakan di tangan.

- Demam, Muntah, Sulit BAB.

- Payudara tampak merah, panas, dan nyeri.

- Kehilangan nafsu makan untuk jangka waktu lama.

- Rasa nyeri dan bengkak pada kaki.

- Merasa sangat letih dan sesak nafas.

7. Tingkatan Psikologis Ibu Post Partum

Tahap I : Taking In

- Periode ketegangan yang berlangsung hari ke 1-2 setelah melahirkan

- Fokus perhatian ibu terutama pada dirinya sendiri.

- Ibu mudah tersinggung menjadi pasik terhalang lingkungan.

- Seiring menceritakan pengalaman melahirkannya secara berulang-ulang.

Tahap II : Taking Hold

- Terjadi pada hari ke 3-hari ke 10, merasa khawatir akan ketidak mampuan dan rasa
tanggung jawab dalam merawat Banyinya .

- Perasaanya sangat sensitif, mudah tersinggung jika komunikasinya kurang hati-hati.

- Memerlukan dukungan yang lebih dari suami dan keluarga untuk menerima penyuluhan
dalam merawat diri dan banyinya.

Tahap III : Letting go

- Menerima tanggung jawab dan peran barunya menjadi ibu. Terjadi setelah 10 hari pasca
persalinan.
- Sudah mulai menyesuaikan diri ketergantungan bayinya.

- Mempunyai keinginan untuk merawat diri dan bayinya sendiri.

8. Kunjungan Nifas Memenuhi Kebijakan Pemerintah

a. Kunjungan I 6-8 jam setelah melahirkan

- mencegah perdarahan karena antonia uteri

- mendeteksi penyebab lain perdarahan, rujuk bila berlanjut

- memberi konseling pada ibu dan keluarga bagaiman mencegah perdarahan

- pemberian ASI awal

- melakukan hubungan antara ibu dan bayi

- menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermi

- bila petugas kesehatan yang menolong persalinan, harus tinggal dengan ibu 2 jam pertama
sampai ibu stabil

b. Kunjungan II 6 hari setelah persalinan

- Memastikan involusi berjalan dengan normal

- Menilai adanya tanda-tanda infeksi

- Memastikan ibu menyusui dengan baik

- Membrikan konseling KB mandiri

- Memastikan ibu cukup cairan, makanan dan istirahat.

c. Kunjungan III 2 minggu setelah persalinan

- Memastikan involusi berjalan dengan normal

- Menilai adanya tanda-tanda infeksi

- Memastikan ibu menyusui dengan baik

- Membrikan konseling KB mandiri

- Memastikan ibu cukup cairan, makanan dan istirahat.


d. Kunjungan IV 6 minggu setelah persalinan

- Menanyakan kepada ibu tentang penyulit yang dialami

- Meberikan konseling KB secara dini.

TINJAUAN PUSTAKA

RETENSIO URIN

A. DEFINISI

Retensio urin adalah ketidak mampuan untuk mengosongkan kandung kemih secara spontan.
Gejala yang ada meliputi tidak adanya mkemampuan sensasi untuk mengosongkan kandung
kemih ketika buang air kecil, nyeri abdomen bawah atau tidak bisa berkemih sama sekali.
Retensio urin dapat terjadi secara akut maupun kronik.

Retensio urin akut dapat didefinisakan sebagai rasa nyeri mendadak yang timbul akibat tidak
bisa berkemih selama 24 jam, membutuhkan pertolongan kateter dengan reduksi urin keluar
kurang 50% dari kapasitas sistometer.

Retensio urin kronik lebih sulit untuk didefinisikan. Kandung kemih yang normal kosong secara
sempurna, pada retensio urin kronik terjadi kegagalan pengosongan kandung kemih.

Menurut Stanto, retensio urin adalah tidak bisa berkemih selama 24 jam yang membutuhkan
pertolongan kateter, karena tidak dapat mengeluarkan urin lebih dari 50% kapasitas kandung
kemih pada saat berkemih. Biasanya berkemih spontan harus sudah terlaksana dalam 6 jam
sesudah meahirkan. Apabila setelah 6 jam pasien tidak dapat berkemih dinamakan retensio urin
post partum.

B. ISIDENSI

Insiden retensio akut pada wanita sekitar 0,07% per 1000 populasi wanita, dimana lebih dari
setengahnya terjadi setelah pembedahan atau post dupartum. Penelitian di Amerika tahun 1991
mencatat kejadian retensio urin post partum 1,7% sampai 17,9% Yip dkk tahun 1997 mencatat
kejadian retensio urin post partum di laporkan 14,8% dan 25,7%. Dalam kemampuan berkemih
pasca oprasi, retensio urin dialami oleh 15,0% penderita mengalami histerektomi vaginalais,
dibandingkan 4,8% pasca histerektomi total abdominalis, sedangkan penderita yang menjalani
histerektomi vaginalis dengan kolporafia 29% mengalami retensio urin.

C. ETIOLOGI

Secara umum, retensio urin post partum dapat disebakan oleh trauma intra partum, reflek kejang
sfingter uretra, hipotonia selama hamil dan nifas, ibu dalam posisi tidur terlentang, peradangan,
psikogenik dan umur yang tua.

D. PATOFISIOLOGI

Kegagalan pengosongan kandung kemih disebabkan oleh karena menurunnya kontraktilitas


kandung kemih, meningkatnya tahanan keluar, atau keduanya. Kontraktilitas otot kandung kemih
dihasilkan karena adanya perubahan sementara atau permanen mekanisme neuomuskular yang
diperlukan untuk menimbulkan dan mempertahankan kontraksi detrusor normal atau bisa karena
mekanisme refleks sekunder terhadap rangsang nyeri khususnsiya di area pelvis dan perineum.
Penyebab non neurogenik termasuk kerusakan fungsi otot kandung kemih yang bisa disebabkan
karena peregangan berlebih, infeksi atau fibrosis.

Pada keadaan post partum, kapasitas kandung kemih meningkat, tonus menurun, kurang sensitif
terhadap tekanan intra vesikal, serta capatnya pengisisan kandung kemih karena penggunaan
oksitosin yang anti diuretik, menyebabkan peregangan kandung kemih secara berlebihan.
Kapasitas kandung kemih bertahan sekitar 200 cc.

Retensio urin post partum dapat terjadi akibat edema periurethra, laserari obstetrik, atau
desensitifitas vesika urinaria oleh anestesi epidural. Pada persalinan dengan tindakan bedah
obsteri sering di jumpai retensio urin post partum. Luka pada daerah perineum yang luas,
hematoma, trauma saluran kemih bagian bawah, dan rasa sakit akan mengakibatkan retensio uri.
Rasa nyeri yang hebat pada perlukaan jalan lahir akan mengakibatkan otot dasar panggul
mengadakan kontraksi juga sfingter uretra eksterna sehingga pasien tidak sadar menahan proses
berkemih.

Edema uretra dan trigonum yang disertai ekstravasasi darah di sub mukosa dinding kandung
kemih menyebabkan retensio urin. Hal ini bisa disebabkan karena penekanan kepala janin pada
dasarpanggul terutama partus kala II yang terlalu lama. Lama persalinan lebih dari atau sama
dengan 800 menit berhubungan dengan retensio urin post partum. Hal lain yang menjadi
penyebab edema uretra dan trigonom adalah trauma kateteritasi yang berulang-ulang dan kasar,
dan infeksi saluran kemih yang akan menimbulkan kontraksi otot detrusor yang tidak adekuat.
Pemakaian anastesi dan analgesik pada persalinan seksio sesaria dapat menyebabkan
terganggunya kontrol persyarafan kandung kemih dan uretra.
E. DIAGNOSA

Diagnosa retensio post partum umumnya mudah ditegakkan dari anamnesis. Sesuai dengan
definisinya yaitu ketidak mampuan berkemih secara spontan dalam 24 jam post partum dengan
atau tanpa rasa nyeri di suprasimpisis atau keinginan berkemih dengan atau tanpa disertai
kegelisaan tapi tidak dapat berkemih secara sepontan sehingga memerlukan upaya untuk
mengatasi gangguan.

Pemeriksaan klinik pada pasien dengan retensio urin akan memberikan informasi adanya massa
yang keras atau tidak keras pada sekitar pelvis dengan perkusi yang pekak. Vesika urinaria
mungkin dapat teraba transabdominal jika isinya berkisar antara 150-300cc. Pemeriksaan
bimanual biasanya dapat meraba vesika urinaria bila terisi lebih dari 200 cc.

Pemeriksaan spesimen urin porsi tengah dilakukan secara mikroskopik, kultur dan sensitifitas,
mengingat infeksi traktus urinarius dapat mengakibatkan retensio urin akut. Infeksi traktus
urinarius yang berulang dapat merupakan komplikasi dari gangguan miksi yang lama dan
merupakan salah satu indikasi untuk melakukan manajemen aktif guna menghindari kerusakan
lebih lanjut pada traktus urinarius bagian atas.

Pemeriksaan uroflowmetri merupakan pemeriksaan myang paling simpel untuk melihat adanya
gangguan miksi. Pada pasien normal akan terlihat gambaran seperti bel dengan flow rate>15-20
cc/detik untuk volume urin paling sedikit 150 cc. Pada pasien dengan gangguan miksi terdapat
penurunan peak flow rate dan pemanjangan waktu miksi.

Residu urin adalah sisa volume urin dalam kandung kemih setelah penderita berkemih setelah
penderita berkemih spontan. Pada pasien post partum spontan dan seksio sesarea, setelah kateter
di lepas, bila setelah 4 jam tidak dapat berkemih spontan,dilakukan pengukuran volume residu
urin, retensio urin terjadi bila volume residu > 200 cc

Pemeriksaan lain yang dapat dilakukan :

- Cytometri/video cystourethrography

- Cystourethroscopy

- Urethral pressure profilemetry

- Single fibre EMG


F. PENATALAKSANAAN

Terapi yang tepat untuk pasien dengan retensio urin akut tidak hanya untuk mengurangi gejala
tetapi juga untuk mencegah kerusakan lebih lanjut pada fungsi vesika urinaria. Peregangan yang
berlebihan pada vesika urinaria dapat menyebabkan dilatasi dari traktus urogenitalia bagian atas
yang selanjutnya dapat mempengaruhi fungsi ginjal. Karena itu tujuan utama kasus ini adalah
membuat drainase vesika urinaria. Tindakan drainase mungkin dapat diawali dengan
pemasangan kateter transurethral. Kateter harus ditinggalkan sampai pasien bisa buang air kecil
spontan. Pada beberapa pasien dengan retensio urin akut mungkin hanya membutuhkan
pemasangan kateter satu kali, tetapi pada pasien lain (khususnya post oprasi) membutuhkan
pemasangan kateter dalam jangka waktu yang lama.

Untuk menghilangkan gejala overdistensi vesika urinaria biasanya kateter dipasang dan ditinggal
selama paling sedikit 24 jam untuk mengosongkan vesika urinaria. Jika kateter sudah dilepas
harus segera di nilai apakah pasien sudah buang air kecil secara spontan. Bila pasien tidak bisa
buang air kecil secara spontan setelah 4 jam, kateter harus dipasang kembali dan volume residu
urin harus di ukur. Apabila volume residu urin > 200 cc atau 100 cc pada post operasi
ginekologi, kateter harus di pasang kembali.

Pada retensio urin digunakan obat-obatan yang dapat meningkatkan kontraksi kandung kemih
dan yang menurunkan resistensi uretra.

1. Obat yang kerjanya di sistem saraf parasimpatis

Biasanya digunakan obat kolinergik, yaitu obat-obatan yang kerjanya menyerupai asetilkolin.
Asetilkolin sendiri tidak digunakan dalam klinik mengingat efeknya difus/non spesifik dan
sangat cepat dimetabolisir sehingga eeknya sangat pendek. Obat kolinergik bekerja di ganglion
atau di organ akhir (end organ) tetapi lebih banyak di sinaps organ akhir, yaitu yang disebut
dengan efek muskarinik. Obat obatan tersebut antara lain : betenekhol, karbakhol, metakholin
dan furtretonium.

2. Obat yang bekerja pada sistem saraf simpatis

Obat yang menghambat (antagonis) reseptor diperlukan untuk menimbulkan kontraksi


kandung kemih, sedangkan obat antagonis di pergunakan untuk menimbulkan relaksasi uretra.
Yang telah digunakan secara klinis adalah antagonis , yaitu fenoksibemzamin. Penghambat
reseptor belum tersedia penggunaannya dalam klinik.

3. Obat yang bekerja langsung pada otot polos


Beberapa obat yang telah di coba adalah : barium klorida, histamin, ergotamin dan polipeptida
aktif, akan tetapi belum dapat digunakan secara klinis karena efeknya tidak spesifik.

Prostagladin telah terbukti dapat mempengaruhi kerja otot-otot detrusor. Desmond menyatakan
bahwa pengaruh prostaglandin terhadap kandung kemih adalah meningkatkan sensitifitas
kandung kemih, meningkatkan tonus dan kontraktilitas otot detrusor, dan juga dapat
dipergunakan untuk mengembalikan otot-otot ini jika terganggu kemampuannya dalam
menaggapi stimulusi berkemih normal.

Di Subbagian Uroginekkologi SMF Obstetri dan Ginekologi FK Unlam/RSUD Ulin


Banjarmasin, penatalaksanaan pasien dengan retensio urin post partum di bagi berdasarkan
jumlah volume urin yang retensi pada saat pasien datang di RS yaitu di bawah 500 ml antara
500-1000 ml dan lebih dari 2000 ml. Lama pemasangan kateter menetap terbuka adalah 1x24
jam pada volume urin 500-1000 ml, 2x24 jam pada volume urin 1000-2000 ml dan 3x24 jam
pada volume urin lebih dari 2000 ml. Bila volume urin kurang dari 500 ml dilakukan kateter
intermetten setiap 6 jam.

Selama pemasanggan kateter menetap ini pasien disuruh minum banyakkurang dari 3000 ml
selama 24 jam, mobilisasi dan di periksa urinalisis. Selanjutnya di lakukan kateter buka tutup
tiap 6 jam kecuali jika ada perasaan Pasien ingin berkemih kateter dibuka. Apabila tidak ada rasa
ingin berkemih selama 6 jam maka keteter di buka dan di ukur volumenya. Proses buka tutup
kateter ini dilakukan selama 24 jam dan pasien tetap minum banyakberkisar 3000 ml/24 jam.
Setelah itu kateter di lepas dan pasien inum biasa 50-100 ml/jam. Diharapkan dalam waktu 6 jam
pasien dapat berkemih sponta. Bila tidak bisa pasien dikateter intemitten untuk mengetahui
volume urin sisa. Bila volume urin sisa kurang dari 200 ml pasien boleh pulang. Tetapi apabila
volume urin sisa lebih dari 200 ml dan kurang dari 500 ml maka dilakukan katetrisasi intermitten
pasien disuruh minum biasa (50-100 ml/jam).

DAFTAR PUSTAKA
1. Van der Linden EF. Acute Urinary in women (comment). Ned Tjidschr Geneeskd. 1998,
142 (28) : 1603-6

2. Saultz J.W. postpatum urinary retention. Abstracs T Am Board mFAm Pract 1991, 4(5)
341-4

3. Yip SK. Urinary retention in the postpartum period. The Relationship betwwen obstetric
factor and post partum residual bladder volume. Abstrak Acta Obtet Gynecol Scand 1997; 76 :
667-72

4. Mutia PE. Kapasitas kandung kemih post partum (tesis). Jakarta, 1996

5. Pribakti B. Retensio Urin Kronik Post Partum. Laporan Kasus, Medika No.11, November
2003:731-5

6. Susilawati ID. Diagnosis dan Penatalaksanaan Retensio Urin. Makalah Ilmih, Bagian
Obstetri dan Ginekologi FK UI, Jakarta, 2001

Wiknjosastro, Hanifa. 1994. Ilmu Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka : Jakarta

Obstetric Fisiologi bagian obstetric dan Ginekolog FK UNPAD: Bandung

Mochtar, Rustam, Prof. Dr. MPH. 1998. Sinopsis Obstetri. EGC: Jakarta

Sifudin, prof. dr. Abdul Bari, SpOG. MPH. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.
2001. Jakarta. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Pra Wiharjo

Munuaba, Prof. dr. Ida Bagus Gede, SpOG. Ilm Kebidanan, Penyakit Kandungan dan KB
untuk Pendidikan Bidan. 1988. Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran EGC.
BAB III

ASUHAN KEBIDANAN

Ny Y Post Partum (VE) Hati Ke-16 Dengan Retensio Urin

Di Ruang Melati RSUD Jomabang

No. Reg : 14.68.84

Ruangan : Pav. Melati

Tgl Pengkajian : 6-11-2012

Tgl MRS : 2-11-2012

A. SUBYEKTIF

1. Identitas Pasien

Nama pasien : Ny Y

Umur : 31 Tahun

Agama : Islam

Suku/bangsa : Jawa/ Indonesia

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : IRT
Alamat : Kesamben

No. Register : 14.68.84

MRS Tanggal : 2-11-2012

Nama suami : Tn S

Umur : 33 Tahun

Agama : Islam

Suku/bangsa : Jawa/ Indonesia

Pendidikan : SMP

Pekerjaan : Pegawai Pabrik

Alamat : Kesamben

2. Status Perkawinan

Kawin ke :1

Lama kawin : 9 Tahun

Umur kawin : 20 Tahun

3. Keluhan Utama

Ibu menggatakan cemas dengan keadaannya karena sampai saat ini masih terpasang kateter di
karenakan tidak bisa BAK secara spontan.

4. Riwayat kebidanan

- Riwayat Haid

Menarche : 12 Tahun

Siklus : 28 hari/teratur
Lamanya : 7 Hari

Banyaknya : 1 kotek

Warna : hari ke1-4 warna kehitaman 3x ganti softek

Hari ke5-7warna kekuningan 2x ganti softek

Bau : Anyir

Flour Albus : -

- Riwayat kehamilan

Hamil ke II ANC 14x pernah mendapatkan imunisasi TT 5x, keluahan dan terapi yang di dapat
selama kehamilan :

Trimester I : 4x keluhan tidak ada

Terapi : Fe, Kalk

Trimester II : 5x mkeluhan tidak ada

Terapi : fe, Kalk

Trimester III : 5x keluhan mtidak ada

Terapi : fe kalk

- Riwayat persalinan

Ibu menggatakan rujukan dari bidan tanggal 29-10-2012 dengan kala II memanjang, sampai di
PONEK RSUD Jombang di lakukan tindakan VE. Bayi lahir tanggal 29-10 2012 keadaan bayi
baik BB : 3600 gram PB : 50 cm komplikasi tidak ada, Plasenta lahir spontan. Ibu di pindah di
ruang melati dan boleh pulang selama 4 hari di rumah ibu menggatakan tidak bisa BAK,
badannya lemas dan panas. Tanggal 2-11-2012 hari ke 12 masa nifas ibu di rujuk oleh bidan
dengan diagnosa sementara retensio urin sampai di RSUD Jombang di ruang PONEK di pasang
kateter dan di kirim ke ruang Melati.

5. Riwayat kesehatan

- Riwayat kesehatan yang lalu

Ibu menggatakan bahwa ibu tidak pernah sakit lalu masuk rumah sakit, ibu menggatakan selama
ini hanya sakit batuk, pilek, demam dan ibu tidak pernah menderita penyakit menular seperti
(HIV/AIDS, Hepatitis ,TBC) penyakit menahun seperti (jantung), penyakit menurun seperti
(Hipertensi, kencing manis)

- Riwayat kesehatan keluarga

Ibu menggatakan bahwa di keluarganya tidak ada yang menderita penyakit menular seperti
(HIV/AIDS,Hepatitis,TBC) Penyakit menurun seperti (Hipertensi Kencing manis) Penyakit
menahun seperti (Jnatung)

6. Riwayat KB

Ibu mengatakan sebelum persalinan ini menggunakan alat kontrasepsi KB suntik 3 bulan selama
7 tahun dan berhenti untuk mendapatkan anak yang ke 2 ini sesuai program / sesuai yang di
rencanakan. Tidak ada keluhan selama menggunakan alat kontrasepsi KB suntik 3 bulan ini.
Riwayat KB yang akan datang ibu menggatakan akan mengunakan alat kontrasepsi KB suntik.

7. Keadaan Psikologi

Ibu cemas karana jauh dari anaknya yang sekarang ada di rumah, dan ibu cemas dengan
keadaannya sekarang karena masih belum bisa BAK secara spontan masih dengan bantuan
kateter.

8. Latar Belakang Sosial Budaya

Ibu dan suami sama-sama dari suku jawa, bahasa yang di gunakan sehari-hari adalah bahasa
jawa. Hubungan ibu dan suami serta keluarga baik-baik saja hal ini terbukti saat ibu dalam masa
perawatan suami dan keluarga menungu pasien dan melayani kebutuhannya. Dalam keluarga
tidak ada pantangan dalam hal mengkonsumsi makanan dan ibu mengatakan tidak pernah minum
jamu.

9. Pola Kebiasaan Sehari-hari

a. Pola Nutrisi

- Sebelum hamil : makan 2x/hari denag porsi sedang

Menu : nasi, sayur dan lauk

Minum : 5-7 gelas air putih / hari

- Saat hamil : makan :3-4 x/hari dengan porsi sedang menu : nasi, sayur dan lauk

Minum : 6-9 gelas air putih / hari


- Saat MRS : pasien sudah poleh makan dengan menu :
nasi, ikan sayu dan buah. Minum 600 ml

b. Pola Aktivitas

- Sebelum hamil : ibu mengatakan mengerjakan pekerjaan


rumah seperti memasak, menyapu, mencuci baju

- Saat hamil : ibu hanya melakukan pekerjaan ringan


seperti menyapu dan memasak.

- Saat MRS : ibu hanya melakukan aktivitas ringan


seperti miring kanan kiri, duduk dan jalan

c. Pola Eliminasi

- BAB : sebelum hamil : 2x/hari konsistensi lembek

Saat hamil :1x/hari konsistensi lembek kadang keras

Saat MRS : 1x/hari konsistensi lembek

- BAK : Sebelum hamil : 4-5 x/hari


warna kuning jernih bau khas.

Saat hamil : 5-9 x/hari warna kuning jernih dan bau khas

Saat MRS : terpasang dower kateter urin tampung 250 cc dalam 4 jam.

d. Pola Istirahat dan Tidur

- Sebelum hamil dan saat hamil

Tidur malam : lamanya 8-9 jam/hari (dari jam 21.00 s/d 05.00 WIB)

Tidur siang : lamanya 2 jam/hari (dari jam 13.00 s/d 15.00)

- Saat MRS :

Ibu mengatakan susah tidur selama perawatan, ibu hanya tidur 3-4 jam saja (ketika malam) 1-2
jam (tidur siang)

e. Pola Hidup Bersih dan Sehat

- Sebelum dan saat hamil :


Mandi : 2x/hari

Gosok gigi : 2x/hari

Ganti baju : 2x/hari

Keramas : 2x/hari

- Saat MRS : ibu hanya diseka air 2x/hari dan belumb bisa untuk keramas.

f. Pola Tata Nilai dan Kepercayaan

Ibu dan keluarga kepercayaanya yang di anut adalah Agama Isla, adat dan kebiasaan
dilingkungan, keluarga dan rumah masih mengikuti adat jawa.

B. OBJEKTIF

1. Pemeriksaan Umum

kesadaran : composmentis

keadaan umum : cukup

BB/TB : 60 kg/ 149 cm

TTV : TD : 120/70 mmHg

N : 80x/menit

S : 36,5 0c

RR : 24x/menit

Kontraksi : baik, keras

TFU : pertengahan pusat simpisis


Lochea : sanguiolenta

Terpasang dower kateter denagn urin tampung 250 cc / 4 jam

Odema kaki kanan kiri

2. Pemeriksaan fisik

a. Inspeksi

Kepala : simetris, rambut lurus, hitam, kulit kepala bersih.

Muka : simetris tidak pucat tidak edema

Mata : simetris conjungtiva merah mudah seklera putih

Hidung : simetris, bersih tidak ada polip, tidak tampak adanya sekret, tidak tampak nafas cuping
hidung.

Telingga : tidak ada serumen, simetris

Leher : simetris, tidak tampak pembesaran kelenjar tiroid dan vena jagularis

Dada : simetris, tidak ada retraksi dada

Mamae : simetris tampak adanya hiperpigmentasi areola puting susu menonjol tidak ada bekas
lecet dan keluar ASI

Abdomen : tidak ada bekas luka oprasi tidak ada infeksi pada perut

Genetalia : tampak terpasang dower kateter, tampak pengeluaran lochea sanguiolenta tidak
tampak varises dan odema rambut pubis sedikit.

Anus : tidak tampak adanya hemoroid

Ekstermitas :

Atas :simetris tidak ada varises tidak ada odema gerakan aktif , trpasang infus pada tangan kiri

Bawah : simetris tidak ada varises, tampak odem kanan kiri

b. Palpasi

Kepala : tidak teraba adanya benjolan, tidak ada nyeri tekan

Leher : tidak teraba adanya benjola, tidak teraba adanya perbesaran kelenjar tiroid dan
bendungan vena jagularis.
Ketiak : tidak ada pembesaran kelenjar limfe

Mamae : tidak teraba adanya masa tidak ada nyeri tekan ASI sudah keluar.

Abdomen : TFU pertengahan pusat simpisis kontraksi uterus baik.

Ekstremitas:

Atas : tidak ada odema

Bawah : odem kaki +/+

c. Auskultasi

Dada : tidak ada whezing dan ronchi

Jantung : tidak terdengar adanya bunyi mur-mur jantung

Abdomen : terdengar bising usus

d. Perkusi

Reflek patela : positif/pisitif


3. Pemeriksaan Penunjang

Tgl : 08-11-2012

Hasil

Normal

Hematologi

Cell DYN

Hemoglobin

Leokosit

Hematokrit

Eritrosit

Trombosit

Urinalisis

PH

Protein
Glukosa

Bilirubin

Urobilin

Sedimen

Leokosit

Eritrosit

Silinder

Epitel

Kristal

Lain-lain

10,6

9.700

33,9

4.130.000

274.000

Negatif

Negatif

Negatif

Normal
5-6

1-3

11,4-17,7 g/dl

4700-10300 /cmm

37-48 %

L4,5-5,5 ; P4-5 jt/ul

150000-350000 cmm

5,5 7

Negatif

Negatif

Negatif

Normal
-

1-2 /LP

C. ASSASMENT

DX : Ny Y P20002 post partum (VE) hari Ke-16 denagn retensio urin

DS : Ibu mengatakan ini merupakan persalinan yang ke II dengan VE dan sampai saat ini masih
merasa cemas dengan keadaannya yang masih belum bisa BAK secara sepontan.

DO :

Keadaan Umum : Baik

Kesadaran : Composmentis

TTV :

TD : 120/70 mmHg

N : 80 x/menit

RR : 24 x/menit

S : 36,5 0 c

Kontraksi : Baik

TFU : pertengahan pusat simpisis

Lochea : sanguiolenta

Fluxus :-

Terpasang dower kateter denagn urin tampung 250 cc/4 jam

Odem tungkai kanan/kiri

Masala :
- Cemas karena adanya retensio urin

- Resiko bendungan asi

Kebutuhan :

- Observasi (TTV, perdarahan, urin tampung, kontraksi)

- Mobilisasi

- Diet TKTP

- Kolaborasi denganteam medis

- Bledder training

- Perawatan payudara ( cara memerah asi)

D. PENATALAKSANAAN

1. Tgl : 6-11-2012 jam : 20.00

Melakukan pendekatan terapeutik dengan cara memperkenalkan diri terlebih dahulu dan
menanyakan data ibu, menjelaskan kepada ibu tentang yang akan di lakukan dan tujuanya,
menanyakan kepada ibu tentang keluhan yang di rasakan saat ini.

Respon : ibu mengungkapkan segala apa yang di rasakan/ keluhannya dan ibu merasa lega
karena merasa di perhatikan oleh petugas kesehatan.

2. Tgl : 6-11-2012 jam : 20.00

Melakukan observasi TTV

TD : 120/70 mmHg

N : 80 x/menit

RR : 24 x/menit

S : 36,5 0 c

TFU : pertengahan pusat simpisis

Lochea : sanguiolenta.

Fluxsus : -
Kontraksi : baik

Bendungan ASI : -

Terpasang dower kateter dengan urin tampung 250 cc/4 jam

Odema kaki kanan/kiri

Respon : ibu bersedia untuk dilakukan observasi diatas dan menanyakan hasilnya dalam keadaan
normal atau tidak.

3. Tgl : 6-11-2012 jam : 20.00

Melakukan kolaborasi dengan team medis untuk pemeberian terapi dan obat-obatan, diantaranya
terapi yang di berikan adalah :

Injeksi ceftriaxon : jam 20.00

Oral : nonflamin : jam 22.00

Oral : asam mefenamat : jam 22.00

Respon : ibu meminum obat-obat yang diberikan tepat waktu

4. Tgl : 6-11-2012 jam : 20.05

Menjelaskan kepada ibu tentang hal-hal penting yang terjadi pada masa nifas diantaranya adalah
terjadinya involusi yaitu penggembalian alat-alat reproduksi seperti kekeadaan sebelum hamil,
keluar darah yang di sebit lochea dan menyusui.

Respon : ibu memperhatikan penjelasan yang di berikan petugas mkesehatan dan mengerti apa
yang di jelaskan.

5. Tgl : 6-11-2012 jam : 20.10

Menjelaskan kepada ibu tentang personal hygine seperti cebok dengan menggunakan sabun.

Respon : ibu mengerti apa yang telah di jelaskan oleh petugas kesehatan

6. Tgl : 6-11-2012 jam : 20.15

Menjelaskan kepada ibu tentang kebutuhan nutrisi pada masa nifas yaitu makan dengan menu
seimbang, tidak boleh tarak, diet TKTP, minum air minimal 8 gelas / hari

Respon : ibu bertanya tentang diet TKTP dan ibu mengerti apa yang di jelaskan oleh petugas
kesehatan

7. Tgl : 6-11-2012 jam : 21.00


Memberikan ibu kesempatan untuk istirahat

Respon : ibu istirahat

8. Tgl : 6-11-2012 jam : 22.00

Melakukan bleeder training ( buka tutup kateter setiap 4 jam )

Jam : 22.00 di buka

02.00 di tutup

06.00 di buka

Respon : ibu menanyakan kenapa di lakukan tidakan buka tutup kateter dan ibu mengerti
penjelasan dari petugas kesehatan.

9. Tgl : 7-11-2012 jam :08.00

Kolaborasi dengan team rehabilitasi untuk melakukan fisioterapi (sinar)

Respon : ibu mengikuti perawatan yang di berikan.

10. Tgl : 7-11-2012 jam :09.00

Mengajari ibu untuk melakukan senam kegel

Respon : ibu mengikuti gerakan senam yang di contohkan oleh petugas kesehatan.

11. Tgl : 7-11-2012 jam :10.00

Mengajari ibu untuk memerah ASI dan menjelaskan cara menyimpan ASI

Respon : ibu mengerti dan mempraktekkan nya langsung

CATATAN PERKEMBANGAN

1. Tanggal : 07-11-2012 jam : 13.00

S: ibu mengatakan tidak ada keluhan ( tidak bisa BAK secara sepontan)

O : TTV : TD : 120/80 mmHg

N : 82 x/menit

S : 36.8 0 c
RR : 24 x/menit

Keadaan umum : baik

Fluxsus : -

Odem kaki kakan/kiri

Tidak ada bendungan ASI

Terpasang dower kateter urin tampung 200 cc/4 jam

A : Ny Y P20002 hari ke 17 dengan retensio urin tidak terjadi bendungan ASI

P : Terapi :

Nonflamin 3x1

Asam mefenamat 3x1

Fe 1x1

Diet TKTP

Lepas kateter

Fisioterapi

Observasi TTV

Mengajari senam kegel

2. Tanggal : 08-11-2012 jam : 08.00

S: ibu mengatakan tidak ada keluhan ( tidak bisa BAK secara sepontan)

O : TTV : TD : 120/90 mmHg

N : 84 x/menit

S : 36.6 0 c

RR : 24 x/menit

Keadaan umum : baik


Fluxsus : -

Odem kaki kakan/kiri

Tidak ada bendungan ASI

Dower kateter terpasang lagi

A : Ny Y P20002 hari ke 18 dengan retensio urin tidak terjadi bendungan ASI

P : Terapi :

Nonflamin 3x1

Asam mefenamat 3x1

Fe 1x1

Diet TKTP

Bleeder training

Personal hygine

Fisioterapi

Observasi TTV

Mengajari senam kegel

3. Tanggal : 09-11-2012 jam : 08.00

S: ibu mengatakan tidak ada keluhan ( tidak bisa BAK secara sepontan)

O : TTV : TD : 120/80 mmHg

N : 86 x/menit

S : 36 0 c

RR : 24 x/menit

Keadaan umum : baik

Fluxsus : -

Odem kaki kakan/kiri

Tidak ada bendungan ASI


Terpasang Dower kateter

A : Ny Y P20002 hari ke 19 dengan retensio urin tidak terjadi bendungan ASI

P : kolaborasi dengan team reahbilitasi untuk fisioterapi (sinar)

Boleh pulang dengan membawa kateter

3 hari lagi kontrol ke reahabilitasi tanggal 12-11-2012 hari senin

BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Masa nifas adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan selesai sampai alat alat
kandungan kembali seperti prahamil lamanya 6 8 minggu.

Pada masa nifas banyak sekali terjadi perubahan pada diri ibu, perubahan mencakup fisiologis
dan psikologis, perubahan tersebut akan berjalan baik baik saja secara normal tanpa komplikasi
bila respon ibu itu sendiri juga baik sehingga suatu keadaan tergantung pada individu sendiri.
Jika seorang ibu pada masa nifas respon kurang baik juga kebiasaan kurang sehat, masa nifas
tidak akan berjalan normal.

Setelah penulis mempelajari beberapa teori yang ada serta melaksanakan pengkajian dan
pemeriksaan pada ibu nifas Ny. N, pada ibu nifas Ny. N P20002 Post sctio Caesarea dengan
SVH+USO hari ke-2 di pavilyun Melati RSUD Jombang maka dapat kami simpulkan bahwa
perawatan yang di berikan Ny. N telah sesaat dengan teori yang ada. Karena perawatan ibu
nifas mengutamakan kondisi ibu agar selalu baik, serta di harapkan Ny. N melewati masa nifas
secara normal tanpa komplikasi.

SARAN

Bagi Petugas Kesehatan

- Mampu memberikan asuhan secara menyeluruh

- Mampu menurunkan angka kematian ibu

Bagi Institusi

- Dapat menambah pengetahuan dan mengembangkan inspirasi pembaca


- Dapat menjadi dokumentasi bagi penulis

- Untuk mahasiswa

Mahasiswa hendaknya selalu berusaha memberikan asuhan kebidanan yang baik bagi klien
dan keluarga dalam upaya meningkatkan SDM menuju bidan professional.

ASUHAN KEBIDANAN

Ny Y Post Partum (VE) Hati Ke-16 Dengan Retensio Urin

Di Ruang Melati RSUD Jomabang

unipdu .jpg
Oleh :

NOVI KHOIROTUN NISAK

NIM : 7210043

PRODI D III KEBIDANAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS PESANTREN TINGGI DARUL ULUM

JOMBANG

2012

Anda mungkin juga menyukai