Anda di halaman 1dari 23

I.

BATASAN KELUARGA

Burges (1963)

Burges memberikan pandangan tentang definisi keluarga yang berorientasi kepada tradisi, yaitu
(Setiawati,2008 : 13) :

Keluarga terdiri dari orang-orang yang disatukan oleh ikatan Perkawinan, darah, dan ikatan
adopsi.

Anggota sebuah keluarga biasanya hidup bersama-sama dalam satu rumah tangga, atau jika
mereka hidup secara terpisah mereka tetap menganggap rumah tangga tersebut sebagai rumah
mereka.

Anggota keluarga berinteraksi dan berkomunikasi satu sama lain dalm peran-peran sosial
keluarga seperti halnya peran sebagai suami istri, ayah dan ibu, peran sebagai anak laki-laki anak
perempuan.

Keluarga bersama-sama menggunakan kultur yang sama yaitu : kultur yang diambil dari
masyarakat dengan beberapa ciri unik tersendiri.

Sub Dit Kes. Mas Dep. Kes RI (1983)

Keluarga merupakan satu kelompok atau sekumpulan manusia yang hidup bersama sebagai satu
kesatuan unit masyarakat yang terkecil dan biasanya tidak selalu ada hubungan darah, ikatan
Perkawinan, atau ikatan lain. Mereka hidup bersama dalam satu rumah, dibawah asuhan seorang
kepala keluarga dan makan dari satu periuk (Setiawati, 2008 : 13).

Whall (1986)

Keluarga sebagai kelompok yang terdiri atas dua atau lebih individu yang dicirikan oleh istilah
khusus, yang mungkin saja memiliki atau tidak memiliki hubungan darah atau hukum yang
mencirikan orang tersebut ke dalam satu keluarga (Setiawati, 2008 : 13).
Dep. Kes RI (1988)

Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa
orang yang berkumpul serta tinggal di suatu tempat di bawah satu atap dalam keadaan saling
ketergantungan (Setiawati, 2008 : 13).

Silvicion G. Bailon dan Aracelis Maglaya (1989)

Keluarga adalah dua atau lebih dari individu yang tergabung karena hubungan darah, hubungan
Perkawinan, atau pengangkatan dan mereka hidup dalam satu rumah tangga, berinteraksi satu
sama lain di dalam peranannya masing-masing dan menciptakan serta mempertahankan suatu
kebudayaan (Setiawati, 2008 : 14)

Friedman (1988)

Keluarga merupakan kesatuan dari orang-orang yang terikat dalam Perkawinan, ada hubungan
darah, atau adopsi dan tinggal dalam satu rumah (Setiawati, 2008 : 14).

Stuart (ICN, 2001)

Lima hal penting yang ada pada definisi keluarga (Setiawati, 2008 : 14) :

Keluarga adalah suatu sistem atau unit.

Komitmen dan keterikatan antar anggota keluarga yang meliputi kewajiban di masa yang akan
datang.

Fungsi keluarga dalam pemberian perawatan meliputi perlindungan, pemberian nutrisi, dan
sosialisasi untuk seluruh anggota keluarga.
Anggota-anggota keluarga mungkin memiliki hubungan dan tinggal bersama atau mungkin
juga tidak ada hubungan dan tinggal terpisah.

Keluarga mungkin memiliki anak atau mungkin juga tidak.

II. STRUKTUR KELURGA

Menurut Friedman struktur keluarga terdiri atas:

a) Pola dan proses komunikasi

Pola interaksi keluarga yang berfungsi:

1) Bersifat terbuka dan jujur

2) Selalu menyelesaikan konflik keluarga

3) Berpikiran positif

4) Tidak mengulang-ulang isu dan pendapat sendiri

b) Struktur peran

Peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan sesuai dengan posisi social yang diberikan.

c) Struktur kekuatan

Kekuatan merupakan kemampuan (potensial dan aktual) dari individu untuk mengendalikan atau
mempengaruhi untuk merubah perilaku orang lain kearah positif.

Ada beberapa macam tipe struktur kekuatan:

1) Legitimate power

2) Referent power

3) Reward power

4) Coercive power

5) Affective power

d) Nilai nilai keluarga

Nilai merupakan suatu system, sikap dan kepercayaan yang secara sadar atau tidak,
mempersatukan anggota keluarga dalam satu budaya. Nilai keluarga juga merupakan suatu
pedoman bagi perkembangan norma dan peraturan.
Norma adalah pola perilaku yang baik, menurut masyarakat berdasarkan system nilai dalam
keluarga.

Budaya adalah kumpulan dari pola perilaku yang dapat dipelajari, dibagi, dan ditularkan dengan
tujuan untuk menyelesaikan masalah.

III. BENTUK-BENTUK KELUARGA

Tipe/Bentuk Keluarga

Keluarga merupakan salah satu bagian dari bidang garap dunia keperawatan, oleh karena itu
supaya perawat bisa memberikan asuhan keperawatan dengan tepat, perawat harus memahami
tipe keluarga yang ada..

A. Tradisional

1. The Nuclear family (keluarga inti) : Keluarga yang terdiri dari suami, istri dan anak

2. The dyad family : Keluarga yang terdiri dari suami dan istri (tanpa anak) yang hidup
bersama dalam satu rumah.

3. Keluarga usila : Keluarga yang terdiri dari suami dan istri yang sudah tua dengan anak
yang sudah memisahkan diri.

4. The childless family : Keluarga tanpa anak karena terlambat menikah dan untuk
mendapatkan anak terlambat waktunya yang disebabkan karena mengejar karier/pendidikan yang
terjadi pada wanita.

5. The extended family : Keluarga yang terdiri dari dari tiga generasi yang hidup bersama
dalam satu rumah, seperti nuclear family disertai: paman, tante, orang tua (kakek-nenek),
keponakan

6. The single parent family : Keluarga yang terdiri dari satu orang tua (ayah atau ibu) dengan
anak, hal ini terjadi biasanya melalui proses perceraian, kematian dan ditinggalkan (menyalahi
hokum pernikahan)

7. Commuter family : Kedua orang tua bekerja di kota yang berbeda, tetapi salah satu kota
tersebut sebagai tempat tinggal dan orang tua yang bekerja di luar kota bisa berkumpul pada
anggota keluarga pad saat weekend

8. Multigenerational family : Keluarga dengan beberapa generasi atau kelompok umur yang
tinggal bersama dalam satu rumah.

9. Kin-network family : Beberapa keluarga inti yang tinggal dalam satu rumah atau saling
berdekatan dan saling menggunakan barang-barang dan pelayanan yang sama (contoh: dapur,
kamar mandi, televisi, telepon,dll)
10. Blended family : Duda atau janda (karena perceraian) yang menikah kembali dan
membesarkan anak dari perkawinan sebelumnya.

11. The single adult living alone/single adult family : Keluarga yang terdiri dari orang dewasa
yang hidup sendiri karena pilihannya atau perpisahan (perceraian atau ditinggal mati)

B. Non-Tradisional

1. The unmarried teenage mother : Keluarga yang terdiri dari orang tua (terutama ibu) dengan
anak dari hubungan tanpa nikah

2. The stepparent family : Keluarga dengan orang tua tiri

3. Commune family : Beberapa pasangan keluarga (dengan anaknya) yang tidak ada
hubungan saudara yang hidup bersama dalam satu rumah, sumber dan fasilitas yang sama,
pengalaman yang sama, sosialisasi anak dengan melalui aktivitas kelompok/membesarkan anak
bersama.

4. The nonmarital heterosexsual cohabiting family : Keluarga yan ghidup bersamaberganti-


ganti pasangan tanpa melalui pernikahan

5. Gay and lesbian families : Seseorang yang mempunyai persamaan sex hidup bersama
sebagaimana marital pathners

6. Cohabitating couple : Orang dewasa yang hidup bersama diluar ikatan pernikahan karena
beberapa alasan tertentu

7. Group-marriage family : Beberapa orang dewasa yang menggunakan alat-alat rumah


tangga bersama, yang saling merasa telah saling menikah satu dengan yang lainnya, berbagi
sesuatu termasuk sexsual dan membesarkan anak.

8. Group network family : Keluarga inti yang dibatasi oleh set aturan/nilai-nilai, hidup
berdekatan satu sama lain dan saling menggunakan barang-barang rumah tangga bersama,
pelayanan, dan bertanggung jawab membesarkan anaknya

9. Foster family : Keluarga menerima anak yang tidak ada hubungan keluarga/saudara di
dalam waktu sementara, pada saat orang tua anak tersebut perlu mendapatkan bantuan untuk
menyatukan kembali keluarga yang aslinya.

10. Homeless family : Keluarga yang terbentuk dan tidak mempunyai perlindungan yang
permanen karena krisis personal yang dihubungkan dengan keadaan ekonomi dan atau problem
kesehatan mental.
11. Gang : Sebuah bentuk keluarga yang destruktif dari orang-orang muda yang mencari ikatan
emosional dan keluarga yang mempunyai perhatian tetapi berkembang dalam kekerasan dan
kriminal dalam kehidupannya.

IV. FUNGSI KELUARGA

Fungsi keluarga menurut Fridmman (1986)

a) Fungsi afektif

Fugsi afektif berhubungan erat dengan fungsi internal keluarga yang merupakan basis kekuatan
krluarga.fungsi aktif berguna untuk pemenuhan kebutuhan psikososial.

b) Fungsi sosialisasi

c) Fungsi reproduksi

Keluarga berfungsi untuk meneruskan keturunan dan menambah sumber daya manusia.

d) Fungsi ekonomi

Fungsi ekonomi merupakan fungsi keluarga untuk memenuhi kebutuhan seluruh anggota seperti
memenuhi kebutuhan makanan, pakaian, dan tempat tinggal.

e) Fungsi perawatan kesehatan

Keluarga juga berperan atau berfungsi untuk melaksanakan praktek asuhan kesehatan ,yaitu
untuk mencegah terjadinya gangguan kesehatan dan atau merawat anggota keluarga yang sakit.

Fungsi keluarga nenurut Allender(1998)

a) .Affection

1) Menciptakan suasana persaudaraan atau menjaga perasaan

2) Mengembangkan kehidupan sexual dan kebutuhan sexual.

b) Security and acceptance

1) Mempertahankan kebutuhan fisik

2) Menerima individu sebagai anggota keluarga

c) Identity and satisfaction

1) Mempertahankan motivasi

2) Mengembangkan peran dan self image


3) Mengidentifikasi tingkat social dan kepuasan aktifitas

d) Affiliation and companionship

1) Mengembangkan pola komunikasi

2) Mempertahankan hubungan yang harmonis

e) Socialization

1) Mengenal kultur (nilai dan prilaku)

2) Aturan atau pedoman hubungan internal dan eksternal

3) Melepas anggota

f) Controls

1) Mempertahankan control social

2) Adanya pembagian kerja

3) Penempatan dan menggunakan sumber daya yang ada

V. PERAN KELUARGA

a. Peran- peran formal

Peran- peran formal bersifat eksplisit yaitu setiap kandungan struktur peran kelurga.(5)

Berbagai peranan yang terdapat di dalam keluarga adalah sebagai berikut :

1) Peranan Ayah :

Ayah sebagai suami dari istri dan anak-anak, berperan sebagai pencari nafkah, pendidik,
pelindung dan pemberi rasa aman, sebagai kepala keluarga, sebagai anggota dari kelompok
sosialnya serta sebagai anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari
lingkungannya.(4)

2) Peranan Ibu :

Sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, ibu mempunyai peranan untuk mengurus rumah tangga,
sebagai pengasuh dan pendidik anak-anaknya, pelindung dan sebagai salah satu kelompok dari
peranan sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya, disamping itu juga ibu
dapat berperan sebagai pencari nafkah tambahan dalam keluarganya.(4)
3) Peran Anak :

Anak-anak melaksanakan peranan psikosial sesuai dengan tingkat perkembangannya baik fisik,
mental, sosial, dan spiritual(4)

b. Peran- peran informal

Peran- peran informal bersifat implisit biasanya tidak tampak ke permukaan dan dimainkan
hanya untuk memenuhi kebutuhan- kebutuhan emosional individu dan atau untuk menjaga
keseimbangan dalam keluarga.misalnya: pendorong, penguat, pendamai, pengharmonis.

VI. TAHAPAN & TUGAS PERKEMBANGAN KELUARGA

a. Tahap I : Keluarga Pemula

Perkawinan dari sepasang insan menandai bermulanya sebuah keluarga baru keluarga yang
menikah atau prokreasi dan perpindahan dari keluarga asal atau status lajang ke hubungan baru
yang intim. Tahap perkawinan atau pasangan menikah saat ini berlangsung lebih lmbat.
Misalnya, menurut data sensus Amerika Serikat tahun 1985, 75 persen pria dan 57 persen wanita
Amerika Serikat masih belum menikah pada usia 21 tahun, ini merupakan suatu pergeseran yang
berarti dari 55 persen dan 36 persen masing-masing dalam tahun 1970.

Tahap Pertama Siklus Kehidupan Keluarga Inti dengan Dua Orang Tua, dan Tugas-Tugas
Perkembangan yang bersamaan.

Tahap Siklus Kehidupan Keluarga

Tugas-Tugas Perkembangan Keluarga

Keluarga Pemula

1. Membangun perkawinan yang saling memuaskan.

2. Menghubungkan jaringan persaudaraan secara harmonis.

3. Keluarga berencana (keputusan tentang kedudukan sebagai orangtua)

b. Tahap II : Keluarga yang Sedang Mengasuh Anak


Tahap kedua dimulai dengan kelahiran anak pertama sehingga bayi berusia 30 bulan. Biasanya
orangtua tergetar hatinya dengan kelahiran pertama anak mereka, tapi agak takut juga.
Kekuatiran terhadap bayi biasanya berkurang setelah beberapa hari, karena ibu dan bayi tersebut
mulai saling mengenal. Akan tetapi kegembiraan yang tidak dibuat-buat ini berakhir ketika
seorang ibu baru tiba di rumah dengan bayinya setelah tinggai di rumah sakit untuk beberapa
waktu. Ibu dan ayah tiba-tiba berselisih dengan semua peran-peran mengasyikkan yang telah
dipercayakan kepada mereka. Peran tersebut pada mulanya sulit karena perasaan
ketidakadekuatan menjadi orangtua baru ; kurangnya bantuan dari keluarga dan teman-teman,
dan para profesional perawatan kesehatan yang bersifat membantu dan sering terbangun tengah
malam oleh bayi yang berlangsung 3 hingga 4 minggu. Ibu juga letih secara psikologis dan
fisiologis. Ia sering merasakan beban tugas sebagai ibu rumah tangga dan barangkali juga
bekerja, selain merawat bayi. Khususnya terasa sulit jika ibu menderita sakit atau mengalami
persalinan dan pelahiran yang lama dan sulit atau seksio besar.

Kedatangan bayi dalam rumah tangga menciptakan perubahan-perubahan bagi setiap anggota
keluarga dan setiap kumpulan hubungan. Orang asing telah masuk ke dalam kelompok ikatan
keluarga yang erat, dan tiba-tiba keseimbangan keluarga berubah setiap anggota keluarga
memangku peran yang baru dan memulai hubungan yang baru. Selain seorang bayi yang baru
saja dilahirkan, seorang ibu, seorang ayah, kakek nenekpun lahir. Istri sekarang harus
berhubungan dengan suami sebagai pasangan hidup dan juga sebagai ayah dan sebaliknya. Dan
dalam keluarga yang memiliki anak sebelumnya, pengaruh kehadiran seorang bayi sangat berarti
bagi saudaranya sama seperti pada pasangan yang menikah. Mengatakan pada seorang anak
untuk menyesuaikan diri dengan seorang adik laki-laki atau perempuan yang baru mungkin sama
dengan suami mengatakan pada istrinya bahwa ia membawa ke rumah seorang nyonya yang ia
cintai dan ia terima sama derajatnya (William dan Leanman, 1973). Ini merupakan suatu
perkembangan kritis bagi semua yang terlibat.

Oleh sebab itu, meskipun kedudukan sebagai orangtua menggambarkan tujuan yang teramat
penting bagi semua pasangan, kebanyakan pasangan menemukannya sebagai perubahan hidup
yang sangat sulit. Penyesuaian diri terhadap perkawinan biasanya tidak sesulit penyesuaian
terhadap menjadi orangtua. Meskipun bagi kebanyakan orang tua merupakan pengalaman penuh
arti dan menyenangkan, kedatangan bayi membutuhkan perubahan peran yang mendadak. Dua
faktor penting yang menambah kesukaran dalam menerima peran orangtua adalah bahwa
kebanyakan orang sekarang tidak disiapkan untuk menjadi orang tua dan banyak sekali mitos
berbahaya yang tidak realistis meromantiskan pengasuhan anak didalam masyarakat kami
(Fulcomer, 1977). Menjadi orangtua merupakan satu-satunya peran utama yang sedikit
dipersiapkan dan kesulitan dalam transisi peran mempengaruhi hubungan perkawinan dan
hubungan orangtua dan bayi secara merugikan.

Perubahan-perubahan sosial yang dramatis dalam masyarakat Amerika juga memiliki pengaruh
yang kuat pada orangtua baru. Banyaknya wanita yang bekerja di luar rumah dan memiliki
karier, naiknya angka perceraian dan masalah perkawinan, penggunaan alat kontrasepsi dan
aborsi yang sudah lazim, dan semakin meningkatnya biaya perawatan dan memiliki anak
merupakan faktor-faktor yang menyulitkan tahap siklus awal kehidupan pengasuh anak (Bradt,
1988 ; Miller dan Myers-Walls, 1983).

Tahap Kedua Siklus Kehidupan Keluarga Inti yang sedang mengasuh anak dan Tugas-Tugas
Perkembangan yang Bersamaan.

Tahap Siklus Kehidupan Keluarga

Tugas-Tugas Perkembangan Keluarga

Keluarga sedang mengasuh anak

1. Membentuk keluarga muda sebagai sebuah unit yang mantap (mengintegrasikan bayi baru
ke dalam keluarga).

2. Rekonsiliasi tugas-tugas perkembangan yang bertentangan dan kebutuhan anggota


keluarga.

3. Mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan.

4. Memperluas persahabatan dengan keluarga besar dengan menambahkan peran-peran


orangtua dan kakek dan nenek.

c. Tahap III : Keluarga dengan Anak Usia Prasekolah

Tahap ketiga siklus kehidupan keluarga dimulai ketika anak pertama berusia 2 tahun dan
berakhir ketika anak berusia 5 tahun. Sekarang, keluarga mungkin terdiri dari tiga hingga lima
orang, dengan posisi suami-ayah, istri-ibu, anak laki-laki-saudara, anak perempuan-saudari.
Keluarga lebih menjadi majemuk dan berbeda (Duvall dan Miller, 1985).

Kehidupan keluarga selama tahap ini penting dan menuntut bagi orangtua. Kedua orangtua
banyak menggunakan waktu mereka, karena kemungkinan besar ibu bekerja, baik bekerja paruh
waktu atau bekerja penuh. Namun, menyadari bahwa orangtua adalah arsitek keluarga,
merancang dan mengarahkan perkembangan keluarga (Satir, 1983), adalah penting bagi mereka
untuk memperkokoh kemitraan mereka secara singkat, agar perkawinan mereka tetap hidup dan
lestari.
Anak-anak usia prasekolah harus banyak belajar pada tahap ini, khususnya dalam hal
kemadirian. Mereka harus mencapai otonomi yang cukup dan mampu memenuhi kebutuhan
sendiri agar dapat menangani diri mereka sendiri tanpa campur tangan orangtua mereka dimana
saja. Pengalaman di kelompok bermain, taman kanak-kanak, Project Head Start, pusat perawatan
sehari, atau program-program sama lainnya merupakan cara yang baik untuk membantu
perkembangan semacam ini. Program-program prasekolah yang terstruktur sangat bermanfaat
dalam membantu orangtua dengan anak usia prasekolah yang berasal dari dalam kota dan
berpendapatan rendah. Peningkatan yang tajam dalam IQ dan keterampilan sosial telah
dilaporkan terjadi setelah anak menyelesaikan sekolah taman kanak-kanak selama 2 tahun (Kraft
et al, 1968).

Banyak sekali keluarga dengan orangtua tunggal berada dalam tahap siklus kehidupan ini. Dalam
tahun 1984, 50 persen keluarga kulit hitam dan 15 persen keluarga kulit putih di Amerika Serikat
dipimpin oleh satu orangtua, dan 88 persen dari keluarga ini dikepalai oleh ibu (Nortan and
Glick, 1986). Di kalangan keluarga dengan orangtua tunggal, ketegangan yang timbul dari peran
mengasuh anak untuk anak usia prasekolah, ditambah lagi dengan peran-peran lain adalah besar.
Pusat-pusat perawatan sehari bagi bayi dan anak usia prasekolah dengan kualitas yang layak dan
baik sulit ditemukan jika ditempatkan dikebanyakan kominitas. Ibu-ibu yang bekerja dan ibu-ibu
yang masih remaja secara khusus memerlukan fasilitas-fasilitas dan program-program perawatan
anak yang lebih baik (Adams dan Adams, 1990).

Tahap III Siklus Kehidupan Keluarga Inti dengan anak usia pra sekolah dan Tugas-Tugas
Perkembangan Keluarga yang Bersamaan.

Tahap Siklus Kehidupan Keluarga

Tugas-Tugas Perkembangan Keluarga

Keluarga dengan anak usia Prasekolah.

1. Memenuhi kebutuhan anggota keluarga seperti rumah, ruang bermain, privasi, keamanan.

2. Mensosialisasikan anak.

3. Mengintegrasi anak yang baru sementara tetap memenuhi kebutuhan anak-anak yang lain.

4. Mempertahankan hubungan yang sehat dalam keluarga (hubungan perkawinan dan


hubungan orangtua dan anak) dan di luar keluarga (keluarga besar dan komunitas).
d. Tahap IV : Keluarga dengan Anak Usia Sekolah

Tahap ini dimulai ketika anak pertama telah berusia 6 tahun dan mulai masuk sekolah dasar dan
berakhir pada usia 13 tahun, awal dari masa remaja. Keluarga biasanya mencapai jumlah anggota
maksimum, dan hubungan keluarga di akhir tahap ini (Duvall, 1977). Lagi-lagi tahun-tahun pada
masa ini merupakan tahun-tahun yang sibuk. Kini, anak-anak mempunyai keinginan dan
kegiatan-kegiatan masing-masing, disamping kegiatan-kegiatan wajib dari sekolah dan dalam
hidup, serta kegiatan-kegiatan orangtua sendiri. Setiap orang menjalani tugas-tugas
perkembangannya sendiri-sendiri, sama seperti keluarga berupaya memenuhi tugas-tugas
perkembangannya sendiri (Tabel 7). Menurut Erikson (1950), orangtua berjuang dengan tuntutan
ganda yaitu berupaya mencari kepuasan dalam mengasuh generasi berikutnya (tugas
perkembangan generasivitas) dan memperhatikan perkembangan mereka sendiri ; sementara
anak-anak usia sekolah bekerja untuk mengembangkan sense of industry kapasitas untuk
menikmati pekerjaan dan mencoba mengurangi atau menangkis perasaan rendah diri.

Tahap IV Siklus Kehidupan Keluarga Inti dengan anak usia sekolah, dan Tugas-Tugas
Perkembangan Keluarga yang Bersamaan.

Tahap Siklus Kehidupan Keluarga

Tugas-Tugas Perkembangan Keluarga

Keluarga dengan anak usia sekolah

1. Mensosialisasikan anak-anak, termasuk meningkatkan prestasi sekolah dan


mengembangkan hubungan dengan teman sebaya yang sehat.

2. Mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan.

3. Memenuhi kebutuhan kesehatan fisik anggota keluarga

e. Tahap V : Keluarga dengan Anak Remaja

Ketika anak pertama melewati umur 13 tahun, tahap kelima dari siklus kehidupan keluarga
dimulai. Tahap ini berlangsung selama 6 hingga 7 tahun, meskipun tahap ini dapat lebih singkat
jika anak meninggalkan keluarga lebih awal atau lebih lama jika anak masih tinggal di rumah
hingga 19 atau 20 tahun. Anak-anak lain dalam rumah biasanya masih dalam usia sekolah.
Tujuan keluarga yang terlalu enteng pada tahap ini yang melonggarkan ikatan keluarga
memungkinkan tanggungjawab dan kebebasan yang lebih besar bagi remaja dalam persiapan
menjadi dewasa muda (Duvall, 1977).

Preto (1988) dalam membahas tentang transformasi sistem keluarga dalam masa remaja,
menguraikan metamorfosis keluarga yang terjadi. Metamorfosis ini meliputi pergeseran yang
luar biasa pada pola-pola hubungan antar generasi, dan sementara pergeseran ini pada awalnya
ditandai dengan kematangan fisik remaja, pergeseran ini seringkali sejalan dan bertepatan
dengan perubahan pada orangtua karena mereka memasuki pertengahan hidup dan dengan
transformasi utama yang dihadapi oleh kakek nenek dalam usian tua

Tahap kehidupan keluarga ini mungkin yang paling sulit, atau sudah tentu yang paling banyak
diperbincangkan dan ditulis (Kidwell et al, 1983). Keluarga Amerika dipengaruhi oleh tugas-
tugas perkembangan remaja dan orangtua dan menciptakan konflik dan kekacauan yang luar
biasa yang tidak bisa dihindarkan. Tugas perkembangan remaja menghendaki pergerakan dari
ketergantungan dan kendali orangtua dan orang dewasa lainnya, melalui periode aktifitas dan
pengaruh kelompok teman sebaya yang kokoh hingga saat menerima peran-peran orang dewasa
(Adams, 1971).

Tantangan utama dalam bekerja dengan keluarga dengan anak remaja bergerak sekitar perubahan
perkembangan yang dialami oleh remaja dalam batasan perubahan kognitif, pembentukan
identitas, dan pertumbuhan biologis (Kidwell et al, 1983), serta konflik-konflik dan krisis yang
berdasarkan perkembangan. Adams (1971) menguraikan tiga aspek proses perkembangan remaja
yang menyita banyak perhatian, yakni emansipasi (otonomi yang meningkat), budaya orang
muda (perkembangan hubungan teman sebaya), kesenjangan antar generasi (perbedaan nilai-nilai
dan norma-norma antara orangtua dan remaja).

Tahap Siklus V Kehidupan Keluarga Inti dengan anak remaja danTugas-Tugas Perkembangan
Keluarga yang Bersamaan

Tahap Siklus Kehidupan Keluarga

Tugas-Tugas Perkembangan Keluarga

Keluarga dengan anak remaja

1. Menyeimbangkan kebebasan dan tanggungjawab ketika remaja menjadi dewasa dan


semakin mandiri.
2. Memfokuskan kembali hubungan perkawinan.

3. Berkomunikasi secara terbuka antara orangtua dan anak-anak.

f. Tahap VI : Keluarga yang Melepaskan Anak Usia Dewasa Muda

Permulaan dari fase kehidupan keluarga ini ditandai oleh anak pertama meninggalkan rumah
orangtua dengan rumah kosong, ketika anak-anak terakhir meninggalkan rumah. Tahap ini
dapat singkat atau agak panjang, tergantung pada berapa banyak anak yang ada dalam rumah
atau berapa banyak anak yang melum menikah yang masih tinggal di rumah setelah tamat dari
SMA dan perguruan tinggi. Meskipun tahap ini biasanya 6 atau 7 tahun, dalam tahun-tahun
belakangan ini, tahap ini berlangsung lebih lama dalam keluarga dengan dua orangtua,
mengingat anak-anak yang lebih tua baru meninggalkan orangtua setelah selesai sekolah dan
mulai bekerja. Motifnya adalah seringkali ekonomi-tingginya biaya hidup bila hidup sendiri.
Akan tetapi, trend yang meluas dikalangan dewasa muda, yang umumnya menunda perkawinan,
hidup terpisah dan mandiri dalam tatanan hidup mereka sendiri. Dari sebuah survey besar yang
dilakukan terhadap orang Kanada ditemukan bahwa anak-anak yang berkembangan dalam
keluarga dengan orangtua tiri dan keluarga dengan orangtua tunggal meninggalkan rumah lebih
dini dari pada mereka yang dibesarkan dalam keluarga dengan dua orangtua. Perbedaan ini tidak
dipandang karena dipengaruhi oleh faktor-faktor ekonomi, melainkan karena perbedaan orangtua
dan lingkungan keluarga (Mitchel et al, 1989).

Fase ini ditandai oleh tahun-tahun puncak persiapan dari dan oleh anak-anak untuk kehidupan
dewasa yang mandiri. Orangtua, karena mereka membiarkan anak mereka pergi, melepaskan 20
tahun peran sebagai orangtua dan kembali pada pasangan perkawinan mereka yang asli. Tugas-
tugas perkembangan menjadi penting karena keluarga tersebut berubah dari sebuah rumah
tangga dengan anak-anak ke sebuah rumah tangga yang hanya terdiri dari sepasang suami dan
isteri. Tujuan utama keluarga adalah reorganisasi keluarga menjadi sebuah unit yang tetap
berjalan sementara melepaskan anak-anak yang dewasa kedalam kehidupan mereka sendiri
(Duvall, 1977). Selama tahap ini pasangan tersebut mengambil peran sebagai kakek nenek-
perubahan lainnya dalam peran maupun dalam citra diri mereka.

Usia pertengahan awal, yang merupakan usia rata-rata di mana para orangtua melepaskan anak
mereka yang tertua ditandai sebagai masa kehidupan yang terperangkap ; terperangkap antara
tuntutan-tuntutan kaum muda dan harapan-harapan dari mereka yang lebih tua dan terperangkap
antara dunia kerja dan tuntutan yang bersaing dan keterlibatan keluarga, dimana seringkali
tampaknya tidak mungkin memenuhi tuntutan-tuntutan dari kedua bidang tersebut. Akan tetapi
studi-studi membuktikan bahwa mereka yang berusia pertengahan mungkin merasa tertekan atau
terjepit diantara kutub orangtua dan muda, paling tidak bagi individu-individu golongan kelas
menengah dan kelas atas, mereka senantiasa dapat mengapresiasikan bagaimana mereka dan
prestasi mereka : Mereka senantiasa mengetahui bahwa mereka adalah para pembuatan
keputusan negara ; mereka yang menggambarkan kualitas umum kehidupan dalam masyarakat
ini. Masyarakat tergantung kepada kepemimpinan dan produktifitas dari orang yang berasal dari
golongan usia pertengahan (Kerchoff, 1976).

Tugas-Tugas Perkembangan Keluarga.

Sebagaimana keluarga membantu anak tertua dalam melepaskan diri, orangtua juga membantu
anak mereka yang lebih kecil agar mandiri. Dan ketiga anak laki-laki atau perempuan yang
dilepas menikah, tugas keluarga adalah memperluas siklus keluarga dengan memasukkan
anggota keluarga yang baru lewat perkawinan dan menerima nilai-nilai dan gaya hidup dari
pasangan itu sendiri (Tabel 9)

Tahap VI Siklus Kehidupan Keluarga Inti yang melepaskan anak usia dewasa muda dan Tugas-
Tugas Perkembangan Keluarga yang Bersamaan

Tahap Siklus Kehidupan Keluarga

Tugas-Tugas Perkembangan Keluarga

Keluarga melepas anak dewasa muda

1. Memperluas siklus keluarga dengan memasukkan anggota keluarga baru yang didapatkan
melalui perkawinan anak-anak.

2. Melanjutkan untuk memperbaharui dan menyesuaikan kembali hubungan perkawinan.

3. Membantu orangtua lanjut usia dan sakit-sakitan dari suami maupun istri.

g. Tahap VII : Orangtua Usia Pertengahan

Tahap ketujuh dari siklus kehidupan keluarga, tahap usia pertengahan bagi orangtua, dimulai
ketika anak terakhir meninggalkan rumah dan berakhir pada saat pensiun atau kematian salah
satu pasangan. Tahap ini biasanya dimulai ketika orangtua memasuki usia 45-55 tahun dan
berakhir pada saat seorang pasangan pensiun, biasanya 16-18 tahun kemudian. Biasanya
pasangan suami istri dalam usia pertengahannya merupakan sebuah keluarga inti meskipun
masih berinteraksi dengan orangtua mereka yang lanjut usia dan anggota keluarga lain dari
keluarga asal mereka dan juga anggota keluarga dari hasil perkawinan keturunannya. Pasangan
postparental (pasangan yang anak-anaknya telah meninggalkan rumah) biasanya tidak terisolasi
lagi saat ini ; semakin banyak pasangan usia pertengahan hidup hingga menghabiskan sebagian
masa hidupnya dalam fase postparental, dengan hubungan ikatan keluarga hingga empat
generasi, yang merupakan hal yang biasa (Troll, 1971).

Tahun pertengahan meliputi perubahan-perubahan pada penyesuaian perkawinan (seringkali


lebih baik), pada distribusi kekuasaan antara suami dan isteri (lebih merata), dan pada peran
(diferensiasi peran perkawinan meningkat) (Leslie dan Korman, 1989). Bagi banyak keluarga
yang kepuasan maupun status ekonominya meningkat (Rollins dan Feldman, 1970), tahun-tahun
ini dipandang sebagai usia kehidupan yang paling baik. Misalnya, Olson, McCubbin, dkk (1983)
dalam sebuah survey besar, bersifat nasional dan representatif terhadap keluarga utuh kelas
menengah yang didominasi oleh kulit putih ditemukan bahwa kepuasan perkawinan dan
keluarga, serta kualitas hidup bertambah dan memuncak selama fase postparental. Keluarga-
keluarga usia pertengahan umumnya secara ekonomi lebih baik daripada tahap-tahap siklus
kehidupan lain (McCollough dan Rutenbergm 1988). Partisipasi kekuatan buruh yang meningkat
oleh wanita dan berpendapatan yang lebih tinggi dari pada periode sebelumnya oleh pria
bertanggungjawab untuk keamanan ekonomi yang dialami oleh kebanyakan keluarga usia
pertengahan. Kegiatan-kegiatan waktu luang dan persahabatan yang dinikmati satu sama lain
disebut faktor utama yang menimbulkan kebahagiaan. Kepuasan seksual juga memiliki korelasi
yang positif dengan komunikasi yang lebih baik dan kepuasan perkawinan (Levin dan Levin,
1975), meskipun para suami dengan usia pertengahan mungkin mengalami penurunan
kemampuan seksual. Komunikasi suami istri yang intim sangat penting untuk mempertahankan
pengertian dan keinginan satu sama lain dalam tahun-tahun ini.

Akan tetapi bagi sejumlah pasangan, tahun-tahun ini umumnya sulit dan berat, karena masalah-
masalah penuaan, hilangnya anak, dan adanya suatu perasaan dalam diri mereka bahwa mereka
gagal menjadi membesarkan anak dan usaha kerja. Selanjutnya, tidak jelas apa yang terjadi
dengan kepuasan perkawinan dan keluarga melewati siklus kehidupan berkeluarga. Beberapa
studi tentang kepuasan perkawinan memperlihatkan bahwa kepuasan perkawinan menurun tajam
setelah perkawinan berlangsung dan terus menurun hingga tahun pertengahan (Leslie dan
Korman).

Tahap VII Siklus Kehidupan Keluarga Inti dengan orang tua usia pertengahan dan Tugas-Tugas
Perkembangan Keluarga yang Bersamaan

Tahap Siklus Kehidupan Keluarga

Tugas-Tugas Perkembangan Keluarga

Orangtua usia pertengahan

1. Menyediakan lingkungan yang meningkatkan kesehatan.


2. Mempertahankan hubungan-hubungan yang memuaskan dan penuh arti dengan para
orangtua lansia dan anak-anak.

3. Memperkokoh hubungan perkawinan.

h. Tahap VIII : Keluarga dalam Masa Pensiun dan Lansia

Tahap terakhir siklus kehidupan keluarga dimulai dengan salah satu atau kedua pasangan
memasuki masa pensiun, terus berlangsung hingga salah satu pasangan meninggal, dan berakhir
dengan pasangan lain meninggal (Duvall dan Miller, 1985). Jumlah lansia-berusia 65 tahun atau
lebih di negara kami meningkat dengan pesat dalam dua dekade terakhir ini, dua kali lipat dari
sisa populasi. Pada tahun 1970, terdapat 19,9 juta orang berusia 65 tahun, jumlah ini merupakan
9,8 persen dari seluruh populasi. Menjelang tahun 1990, menurut angka-angka sensus, populasi
lansia berkembangan hingga angka 31,7 juta (12,7 persen dari total populasi). Menjelang tahun
2020, 17,2 persen penduduk negara ini berusia 65 tahun atau lebih (gambar 1). Informasi tentang
usia populasi menyatakan penduduk yang lebih tua populasi 85 tahun ke atas secara khusus
tumbuh dengan cepat. Populasi berumur di atas 85 tahun tumbuh hingga 2,2 juta jiwa pada tahun
1980. Diproyeksikan pada tahun 2020 populasi ini akan berjumlah hingga 7,1 juta jiwa (2,7
persen dari seluruh populasi). Akibat dari semakin majunya pencegahan penyakit dan perawatan
kesehatan, lebih banyak orang yang diharapkan dapat bertahan hidup hingga 10 dekade. Karena
bertambahnya populasi lansia, maka semakin mungkin orang-orang yang lebih tua akan memiliki
minimal 1 orangtua yang masih hidup (Biro Sensus Amerika, 1984)

Tahap VIII Siklus Kehidupan Keluarga Inti dengan keluarga dalam masa pensiun dan lansia, dan
Tugas-Tugas Perkembangan Keluarga yang Bersamaan

Tahap Siklus Kehidupan Keluarga

Tugas-Tugas Perkembangan Keluarga

Keluarga Lansia

1. Mempertahankan pengaturan hidup yang memuaskan.

2. Menyesuaikan terhadap pendapatan yang menurun.

3. Mempertahankan hubungan perkawinan.

4. Menyesuaikan diri terhadap kehilangan pasangan.


5. Mempertahankan ikatan keluarga antar generasi.

6. Meneruskan untuk memahami eksistensi mereka (penelaahan dan integrasi hidup).

VII. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESEHATAN KELUARGA

1. Faktor fisik

Ross, Mirowsaky, dan Goldstein (1990) memberikan gambaran bahwa ada hubungan positif
antara perkawinan dengan kesehatan fisik. Contoh dari hubungan tersebut antara lain : seorang
suami sebelum menikah terlihat kurus maka beberapa bulan kemudian setelah menikah akan
terlihat lebih gemuk, beberapa alasan dikemukakan bahwa dengan menikah suami ada yang
memperhatikan dan pola makan lebih teratur begitu sebaliknya dengan istri (Setiawati, 2008 :
21)

2. Faktor psikis

Terbentuknya keluarga akan menimbulkan dampak psikologis yang besar, perasaan nyaman
karena saling memperhatikan, saling memberikan penguatan atau dukungan. Suami akan merasa
tentram dan terarah setelah beristri, begitupun sebaliknya (Setiawati, 2008 : 22).

Berdasarkan riset ternyata tingkat kecemaasan istri lebih tinggi dibanding dengan suami, hal ini
dimungkinkan karena bertambahnya beban yang dialami istri setelah bersuami.

3. Faktor sosial

Status sosial memiliki dampak yang signifikan terhadap fungsi kesehatan sebuah keluarga.
Dalam sebuah keluarga ada kecenderungan semakin tinggi tingkat pendapatan yang diterima
semakin baik taraf kehidupannya. Tingginya pendapatan yang diterima akan berdampak pada
pemahaman tentang pentingnya kesehatan, jenis pelayanan kesehatan yang dipilih, dan
bagaimana berespon terhadap masalah kesehatan yang ditemukan dalam keluarga (Setiawati,
2008 : 22).

Status sosial ekonomi yang rendah memaksa keluarga untuk memarginalkan fungsi kesehatan
keluarganya, dengan alasan keluarganya akan mendahulukan kebutuhan dasarnya.

4. Faktor budaya

Faktor budaya terdiri dari (Setiawati, 2008 : 22-23) :

Keyakinan dan praktek kesehatan


Nilai-nilai keluarga

Peran dan pola komunikasi keluarga

Koping keluarga

b. INTERAKSI KELUARGA DALAM RENTANG SEHAT SAKIT

Interaksi antara sehat/sakit dan keluarga

Status sehat/sakit pada anggota keluarga dan keluarga saling mempengaruhi satu dengan yang
lainnya. Menurut Gilliss dkk. (1989) keluarga cenderung menjadi reaktor terhadap masalah
kesehatan dan menjadi faktor dalam menentukan masalah kesehatan anggota keluarga.

Menurut Suchulan (1965) dan Doberty dan Canphell (1988) yang disederhanakan oleh Marilyn
M. Friedman, ada 6 tahap interaksi antara sehat/sakit dan keluarga :

1. Tahap pencegahan sakit dan penurunan resiko

Keluarga dapat memainkan peran vital dalam upaya peningkatan kesehatan dan penurunan
resiko, misalnya mengubah gaya hidup dari kurang sehat ke arah lebih sehat (berhenti merokok,
latihan yang teratur, mengatur pola makan yang sehat), perawatan pra dan pasca-partum,
iunisasi, dan lain-lain.

2. Tahap gejala penyakit yang dialami oleh keluarga

Setelah gejala diketahui, diinterpretasikan keparahannya, penyebabnya, dan urgensinya,


beberapa masalah dapat ditentukan. Dalam berbagai studi Litman (1974) disimpulkan bahwa
keputusan tentang kesehatan keluarga dan tindakan penanggulanangannya banyak ditentukan
oleh ibu, yaitu 67%, sedangkan ayah hanya 15,7%. Tidak sedikit masalah kesehatan yang
ditemukan pada keluarga yang kacau/tertekan.

3. Tahap mencari perawatan

Apabila keluarga telah menyatakan anggota keluarganya sakit dan membutuhkan pertolongan,
setiap orang mulai mencari informasi tentang penyembuhan, kesehatan, dan validasi profesional
lainnya. Setelah informasi terkumpul keluarga melakukan perundingan untuk mencari
penyembuhan/perawatan di klinik, rumah sakit, di rumah, dan lain-lain.

4. Tahap kontak keluarga dengan institusi kesehatan

Setelah ada keputusan untuk mencari perawatan, dilakukan kontak dengan institusi kesehatan
baik profesional atau nonprofesional sesuai dengan tingkat kemampuan, misalnya kontak
langsung dengan peskesmas, rumah sakit, praktik dokter swasta, paranormal/dukun, dan lain-
lain.

5. Tahap respons sakit terhadap keluarga dan pasien

Setelah pasien menerima perawatan kesehatan dari praktisi, sudah tentu ia menyerahkan
beberapa hak istimewanya dan keputusannya kepada orang lain dan menerima peran baru
sebagai pasien ia harus mengikuti aturan atau nasehat dari tenaga profesional yang merawatnya
dengan harapan agar cepat sembuh. Oleh karena itu terjadi respons dari pihak keluarga dan
pasien terhadap perubahan tersebut

6. Tahap adaptasi terhadap penyakit dan pemulihan

Adanya suatu penyakit yang serius dan kronis pada diri seorang anggota keluarga biasanya
memiliki pengaruh yang mendalam pada sistem keluarga, khususnya pada sektor perannya dan
pelaksana fungsi keluarga. Untuk mengatsi hal tersebut, pasien/ keluarga harus mengadakan
penyesuaian atau adaptasi. Besarnya daya adaptasi yang di perlukan dipengaruhi oleh keseriusan
penyakitnya dan sentralitas pasien dalam unit keluarga (Sursman & Salter 1963). Apabila
keadaan serius (sangat tidak mampu/semakin buruk) atau pasien tersebut orang penting dalam
keluarga, pengaruh kondisinya pada keluarga semakin besar. (ALi Zaidin, 2009)

c. KELUARGA SEBAGAI SISTEM

Keluarga sebagai suatu sistem adalah Klg sebuah kelompok kecil yang terdiri dari individu yang
mempunyai hub yang erat satu dng yang lain saling ketergantungan dan diorganisir dalam satu
unit tunggal dalam rangka mencapai tujuan keluarga yang sejahtera

d. KELUARGA SEBAGAI UNIT PELAYANAN YANG DIRAWAT

Alasan Keluarga sebagai Unit Pelayanan (Rust B Freeman, 1981)

1. Keluarga sebagai unit utama masyarakat dan merupakan lambaga yang menyangkut
kehidupan masyarakat.

2. Keluarga sebagai suatu kelompok dapat menimbulkan, mencegah, mengambil atau


memperbaiki masalah-masalah kesehatan dalam kelompoknya

3. Masalah-masalah kesehatan dalam keluarga saling berkaitan, dan apabila salah satu anggota
keluarga mempunyai masalah kesehatan akan berpengaruh terhadap anggota keluarga lainnya

4. Dalam memelihara kesehatan anggota keluarga sebagai individu (pasien), keluarga tetap
berperan sebagai pengambilan keputusan dalam memelihara kesehatan para anggotanya

5. Keluarga merupakan perantara yang efektif dan mudah untuk berbagi upaya kesehatan
masyarakat
Keluarga Sebagai Pasien

Dalam melihat keluarga sebagai pasien ada beberapa karakteristik yang perlu diperhatikan oleh
perawat, diantara, diantarany adalah :

1. Setiap keluarga mempunyai cara yang unik dalam menghadapi masalah kesehatan para
anggotanya.

2. Memperhatikan perbedaan dari tiap-tiap keluarga, dari berbagai segi :

a. Pola komunikasi

b. Pengambilan keputusan

c. Sikap dan nalai-nilai dalam keluarga

d. Kebudayaan

e. Gaya hidup

3. Keluarga daerah perkotaan akan berbeda dengan keluarga daerah perdesaan

4. Kemadairian dari tiap-tiap keluarga

Siklus Penyakit dan Kemiskinan dalam Keluarga

Dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap keluarga, lebih ditekankan kepada keluarga-
keluarga dengan keadaan social perekonomian yang rendah. Keadaan social ekonomi yang
rendah pada umumnya berkaitan berkaitan erat dengan beebagai masalah kesehatan yang meraka
hadapi disebabkan karena ketidakmampuan dan ketidaktahuan dalam menagatasi masalah yang
meraka hadapi.

e. KRITERIA KESEJAHTERAAN KELUARGA DI INDONESIA

Kriteria dan tahapan kesejahteraan keluarga di Indonesia adalah sebagai berikut (Setiawati, 2008
: 26-27) :

1. Keluarga prasejahtera

Keluarga-keluarga yang belum dapat memenuhi kebutuhan dasar secara minimal, seperti
kebutuhan akan pengajaran, agama, sandang, pangan, dan kesehatan. Keluarga prasejahtera
belum dapat memenuhi salah satu atau lebih indikator keluarga sejahtera harapan.

2. Keluarga sejahtera tahap I.


Keluarga-keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasarnya secara minimal, tetapi belum
dapat memenuhi keseluruhan kebutuhan sosial psikologis seperti kebutuhan akan pendidikan,
keluarga berencana, interaksi dalam keluarga, interaksi dengan lingkungan tempat tinggal dan
transportasi.

3. Keluarga sejahtera tahap II

Keluarga-keluarga yang disamping dapat memenuhi kebutuhan dasarnya, juga telah


dapatmemenuhi seluruh kebutuhan sosial psikologisnya, akan tetapi belum dapat memenuhi
keseluruhan kebutuhan pengembangan seperti kebutuhan untuk menabung dan memperoleh
informasi.

4. Keluarga sejahtera tahap III

Keluarga-keluarga yang telah dapat memenuhi seluruh kebutuhan dasar, kebutuhan sosial
psikologis dan kebutuhan pengembangan, namun belum dapat memberikan sumbangan yang
maksimal terhadap masyarakat, seperti secara teratur memberikan sumbangan dalam bentuk
materi dan keuangan untuk kepentingan sosial kemasyarakatan serta peran serta secara aktif
dengan menjadi pengurus lembaga kemasyarakatan atau yayasan sosial, keagamaan, kesenian,
olah raga dan pendidikan.

5. Keluarga sejahtera tahap IV

Keluarga-keluarga yang telah dapat memenuhi seluruh kebutuhan baik yang bersifat dasar, sosial
psikologis, maupun pengembangan serta telah dapat pula memberikan sumbangan yang nyata
dan berkelanjutan bagi masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim.2010. Konsep Keluarga diakses melalui
http://www.scribd.com/doc/4857129/KONSEP-KELUARGA#fullscreen:on pada tanggal 9
November 2010

Akhmadi.2009. Konsep Keluarga diakses melalui http://www.rajawana.com/artikel/pendidikan-


umum/391-konsep-keluarga.html pada tanggal 9 November 2010

Says. 2010. Konsep Keluarga diakses melalui http://blog.ilmukeperawatan.com/konsep-


keluarga.html pada tanggal 9 November 2010.

Sam, Arianto.2008. Pengertian Keluarga diakses melalui


http://sobatbaru.blogspot.com/2008/12/pengertian-keluarga.html pada tanggai 9 November 2010.

Friedman, Marilyn M. 1998. Keperawatan Keluarga Teori dan Praktik edisi 3. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai