Oleh:
Putu Jepri Suardi, S.Kep 19089142034
Telah disahkan dan diterima oleh Clinical Instruktur (CI) dan Clinical
Teacher (CT) Stase Keperawatan Maternitas sebagai syarat memperoleh nilai dari
Departement Keperawatan Maternitas Program Profesi Ners STIKes Buleleng.
...............................................................
Clinical Instructure (CI) Clinical Teacher (CT)
Ruang VK Delima Stase Keperawatan Maternitas
RSUD Kab. Karangasem STIKes BULELENG,
A. KONSEP DASAR
1. Definisi
Post partum adalah waktu yang diperlukan agar organ genitalia
interna ibu kembali menjadi normal secara anatomis dan fungsional yaitu
sekitar 6 minggu (Manuaba, 2007 dalam Marlina, 2012)
Masa nifas (puerperium) adalah masa pulih kembali mulai dari
persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti sebelum
hamil. Lama masa nifas ini 6-12 minggu (Ambarwati, 2010).
Masa nifas (puerperium) adalah masa setelah plasenta lahir dan
berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum
hamil. Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 (enam) minggu
(Saleha, 2009).
Dilihat dari beberapa pengertian diatas, maka dapat disimpulkan
bahwa, masa nifas (puerperium) adalah masa setelah plasenta dilahirkan,
yang berlangsung selama 6–12 minggu, dimana seluruh sistem dalam
tubuh akan kembali normal, seperti keadaan sebelum hamil.
2. Etiologi
Penyebab persalinan belum pasti diketahui,namun beberapa
teori menghubungkan dengan faktor hormonal, struktur rahim,sirkulasi
rahim,pengaruh tekanan pada saraf dan nutrisi (Hafifah, 2011).
2.1 Teori penurunan hormone
Sebelum partus mulai kira-kira 1-2 minggu, terjadi
penurunan hormone progesterone dan estrogen. Fungsi progesterone
sebagai
2
3. Klasifikasi
Klasifikasi post partum dikelompokkan menjadi beberapa
bagian Hadijono, 2008 yaitu:
3.1 Puerperium Dini
Merupakan masa pemulihan dimana ibu telah dibolehkan
berdiri dan berjalan-jalan. Dalam agama Islam puerperium dianggap
telah bersih dan boleh bekerja setelah lewat 40 hari.
3.2 Puerperium Intermedial
Merupakan masa pemulihan menyeluruh alat-alat genitalia
yang lamanya 6-8 minggu.
3
minggu pertama hanya dapat dilalui oleh 1 jari saja. Vagina saat
persalinan sangat diregang lambat laun mencapai ukuran normal dan
tonus otot kembali seperti biasa, pada minggu ke-3 post partum,
rugae mulai nampak kembali.
4.8 Perubahan pada Dinding Abdomen
Hari pertama post partum dinding perut melipat dan longgar
karena diregang begitu lama. Setelah 2 – 3 minggu dinding perut
akan kembali kuat, terdapat striae melipat, dastosis recti abdominalis
(pelebaran otot rectus/perut) akibat janin yang terlalu besar atau bayi
kembar.
4.9 Perubahan Sistem Urinaria
Fungsi ginjal normal, dinding kandung kemih
memperlihatkan oedema dan hiperemi karena desakan pada waktu
janin dilahirkan. Kadang-kadang oedema trigonum, menimbulkan
obstruksi dari uretra sehingga terjadi retensio urin. Pengaruh
laserasi/episiotomi yang menyebabkan refleks miksi menurun.
4.10 Perubahan Sistem Gastro Intestinal
Terjadi gangguan rangsangan BAB atau konstipasi 2 – 3
hari post partum. Penyebabnya karena penurunan tonus
pencernaan, enema, kekakuan perineum karena episiotomi, laserasi,
haemorroid dan takut jahitan lepas
4.11 Perubahan pada Mammae
Hari pertama bila mammae ditekan sudah mengeluarkan
colustrum. Hari ketiga produksi ASI sudah mulai dan jaringan
mammae menjadi tegang, membengkak, lebut, hangat dipermukaan
kulit (vasokongesti vaskuler).
4.12 Laktasi
Pada waktu dua hari pertama nifas keadaan buah dada sama
dengan kehamilan. Buah dada belum mengandung susu melainkan
colustrum yang dapat dikeluarkan dengan memijat areola mammae.
6
4.13 Temperatur
Temperatur pada post partum dapat mencapai 38 0C dan
normal kembali dalam 24 jam. Kenaikan suhu ini disebabkan
karena hilangnya cairan melalui vagina ataupun keringat, dan
infeksi yang disebabkan terkontaminasinya vagina.
4.14 Nadi
Umumnya denyut nadi pada masa nifas turun di bawah
normal. Penurunan ini akibat dari bertambahnya jumlah darah
kembali pada sirkulasi seiring lepasnya placenta. Bertambahnya
volume darah menaikkan tekanan darah sebagai mekanisme
kompensasi dari jantung dan akan normal pada akhir minggu
pertama.
4.15 Tekanan Darah
Keadaan tensi dengan sistole 140 dan diastole 90 mmHg
baik saat kehamilan ataupun post partum merupakan tanda-tanda
suatu keadaan yang harus diperhatikan secara serius.
5. Patofisiologi
Dalam masa post partum atau masa nifas, alat-alat genetalia
interna maupun eksterna akan berangsur-angsur pulih kembali seperti
keadaan sebelum hamil. Perubahan-perubahan alat genetal ini dalam
keseluruhannya disebut “involusi”. Disamping involusi terjadi
perubahan-perubahan penting lain yakni memokonsentrasi dan timbulnya
laktasi yang terakhir ini karena pengaruh lactogenik hormon dari kelenjar
hipofisis terhadap kelenjar-kelenjar mama.
Post Partum
Perubahan Fisiologis
8
Gangguan Gangguan mobilisasi
Resiko Defisit volume Perlukaan jalan lahir/ Sistem Perkemihan
cairan Laserasi
Gangguan
Perubahan Pola Pemenuhan ADL
Nyeri Akut Eliminasi BAK
Resiko Infeksi
8
10
7. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan post partum menurut Siswosudarmo,2008:
7.1 Pemerikasaan umum: tensi,nadi,keluhan dan sebagainya
7.2 Keadaan umum: TTV, selera makan dll
7.3 Payudara: air susu, putting
7.4 Dinding perut, perineum, kandung kemih, rectum
7.5 Sekres yang keluar atau lochea
7.6 Keadaan alat kandungan
8. Penatalaksanaan
Dalam menangani asuhan keperawatan pada ibu post partum
spontan, dilakukan berbagai macam penatalaksanaan, diantaranya:
8.1 Monitor TTV
Tekanan darah meningkat lebih dari 140/90 mungkin
menandakan preeklamsi suhu tubuh meningkat menandakan
terjadinya infeksi, stress, atau dehidrasi.
8.2 Pemberian Cairan Intravena
Untuk mencegah dehidrasi dan meningkatkan kemampuan
perdarahan darah dan menjaga agar jangan jatuh dalam keadaan
syok, maka cairan pengganti merupakan tindakan yang vital, seperti
Dextrose atau Ringer.
8.3 Pemberian Oksitosin
Segera setelah plasenta dilahirkan oksitosin (10 unit)
ditambahkan dengan cairan infuse atau diberikan secara
intramuskuler untuk membantu kontraksi uterus dan mengurangi
perdarahan post partum.
8.4 Obat Nyeri
Obat-obatan yang mengontrol rasa sakit termasuk sedative,
alaraktik, narkotik dan antagonis narkotik. Anastesi hilangnya
sensori, obat ini diberikan secara regional/ umum (Hamilton, 1995).
11
9. Komplikasi
Adapun komplikasi yang sering terjadi pada ibu dengan post
partum diantaranya adalah:
9.1 Perdarahan post pastum (keadaan kehilangan darah lebih dari 500
mL selama 24 jam pertama sesudah kelahiran bayi)
9.2 Infeksi
9.2.1 Endometritis (radang edometrium).
9.2.2 Miometritis atau metritis (radang otot-otot uterus).
9.2.3 Perimetritis (radang peritoneum disekitar uterus).
9.2.4 Caked breast / bendungan asi (payudara mengalami distensi,
menjdi keras dan berbenjol-benjol).
9.2.5 Mastitis (Mamae membesar dan nyeri dan pada suatu tempat,
kulit merah, membengkak sedikit, dan nyeri pada perabaan ;
Jika tidak ada pengobatan bisa terjadi abses).
9.2.6 Trombophlebitis (terbentuknya pembekuan darah dalam vena
varicose superficial yang menyebabkan stasis dan
hiperkoagulasi pada kehamilan dan nifas, yang ditandai
dengan kemerahan atau nyeri).
9.2.7 Luka perineum (Ditandai dengan : nyeri local, disuria,
temperatur naik 38,3 °C, nadi < 100x/ menit, edema,
peradangan dan kemerahan pada tepi, pus atau nanah warna
kehijauan, luka kecoklatan atau lembab, lukanya meluas).
9.3 Gangguan Psikologis
9.3.1 Depresi post partum
9.3.2 Post partum Blues
9.3.3 Post partum Psikosa
9.3.4 Gangguan involusi uterus
12
2. Diagnosa Keperawatan
2.1 Nyeri akut b/d agen injuri fisik (trauma jalan lahir, epiostomi)
2.2 Resiko infeksi b.d. episiotomi, laserasi jalan lahir, bantuan
pertolongan persalinan
2.3 Resiko defisit volume cairan b/d pengeluaran yang berlebihan;
perdarahan; diuresis; keringat berlebihan.
2.4 Perubahan pola eleminasi BAK (disuria) b/d trauma perineum dan
saluran kemih.
2.5 Gangguan pemenuhan ADL b/d kelemahan; kelelahan post partum.
3. Intervensi
Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Rencana Intervensi Rasional
Nyeri akut b/d agen injuri NOC : Pain Management
fisik (peregangan Pain Level,
perineum; luka Pain control, Lakukan pengkajian nyeri secara Mengetahui tingkat
episiotomi; involusi uteri; Comfort level komprehensif termasuk lokasi, pengalaman nyeri klien dan
hemoroid; pembengkakan Setelah dilakukan askep karakteristik, durasi, frekuensi, tindakan keperawatan yang akan
payudara). selama …x 24 jam, kualitas dan faktor presipitasi dilakukan untuk mengurangi
diharapkan nyeri berkurang (PQRST) nyeri
Observasi reaksi nonverbal dari
Kriteria Hasil : ketidaknyamanan Reaksi terhadap nyeri biasanya
Mampu mengontrol nyeri ditunjukkan dengan reaksi non
(tahu penyebab nyeri, Gunakan teknik komunikasi verbal tanpa disengaja.
mampu menggunakan terapeutik untuk mengetahui Mengetahui pengalaman nyeri
tehnik nonfarmakologi pengalaman nyeri pasien
untuk mengurangi nyeri, Ajarkan tentang teknik non
mencari bantuan) farmakologi Penanganan nyeri tidak
Melaporkan bahwa nyeri selamanya diberikan obat. Nafas
berkurang dengan dalam dapat membantu
menggunakan manajemen Evaluasi keefektifan kontrol nyeri mengurangi tingkat nyeri
nyeri Mengetahui keefektifan control
Mampu mengenali nyeri Kaji kontraksi uterus, proses nyeri
(skala, intensitas, frekuensi involusi uteri. Mengidentifikasi penyimpangan
dan tanda nyeri) dan kemajuan berdasarkan
Menyatakan rasa nyaman Anjurkan pasien untuk involusi uteri.
setelah nyeri berkurang membasahi perineum dengan air Mengurangi ketegangan pada
hangat sebelum berkemih. luka perineum.
16
Tanda vital dalam rentang Anjurkan dan latih pasien cara
normal merawat payudara secara teratur. Melatih ibu mengurangi
Jelaskan pada ibu tetang teknik bendungan ASI dan
merawat luka perineum dan memperlancar pengeluaran ASI.
mengganti PAD secara teratur Mencegah infeksi dan kontrol
setiap 3 kali sehari atau setiap kali nyeri pada luka perineum.
lochea keluar banyak.
Kolaborasi dokter tentang
pemberian analgesik Mengurangi intensitas nyeri
denagn menekan rangsnag nyeri
pada nosiseptor.
Resiko infeksi b/d trauma Setelah dilakukan askep Pantau: vital sign, tanda infeksi. Mengidentifikasi penyimpangan
jalan lahir. selama.… x 24 jam, Infeksi dan kemajuan sesuai intervensi
tidak terjadi. yang dilakukan.
Kaji pengeluaran lochea, warna, Mengidentifikasi kelainan
Kriteria Hasil: tanda infeksi bau dan jumlah. pengeluaran lochea secara dini.
tidak ada, luka episiotomi Kaji luka perineum, keadaan Keadaan luka perineum
kering dan bersih, takut jahitan. berdekatan dengan daerah basah
berkemih dan BAB tidak ada. mengakibatkan kecenderungan
luka untuk mudah terkena infeksi.
Anjurkan pasien membasuh vulva Mencegah infeksi secara dini.
setiap habis berkemih dengan
cara yang benar dan mengganti
PAD setiap 3 kali perhari atau
setiap kali pengeluaran lochea
banyak.
17
Pertahnakan teknik septik aseptik Mencegah kontaminasi silang
dalam merawat pasien (merawat terhadap infeksi.
luka perineum, merawat
payudara, merawat bayi).
Resiko defisit volume NOC: Fluid Management
cairan b/d pengeluaran Fluid balance
yang berlebihan; Hydration Obs Tanda-tanda vital setiap 4 Mengidentifikasi penyimpangan
perdarahan; diuresis; Setelah dilakukan askep jam. indikasi kemajuan atau
keringat berlebihan. selama …x 24 jam, Pasien penyimpangan dari hasil yang
dapat mendemostrasikan diharapkan.
status cairan membaik. Pertahankan catatan intake dan Menjaga status balance cairan
output yang akurat klien
Kriteria Hasil: tidak ada Monitor status hidrasi Mengetahui faktor resiko
manifestasi dehidrasi, resolusi (kelembaban membran mukosa, terjadinya dehidrasi pada klien.
oedema, haluaran urine di nadi adekuat, tekanan darah
atas 30 ml/jam, kulit ortostatik ), jika diperlukan
kenyal/turgor kulit baik, tidak Lakukan terapi IV Memenuhi kebutuhan cairan
terjadi perdarahan. tubuh klien yang hilang akibat
perdarahan.
Beritahu dokter bila: haluaran Temuan-temuan ini menandakan
urine < 30 ml/jam, haus, hipovolemia dan perlunya
takikardia, gelisah, TD di bawah peningkatan cairan.
rentang normal, urine gelap atau
encer gelap.
Konsultasi dokter bila manifestasi Mencegah pasien jatuh ke dalam
kelebihan cairan terjadi. kondisi kelebihan cairan yang
beresiko terjadinya oedem paru
18
dan komplikasi lainnya.
Pantau: cairan masuk dan cairan Mengidentifikasi keseimbangan
keluar setiap 8 jam. cairan pasien secara adekuat dan
teratur.
Perubahan pola eleminasi Setelah dilakukan askep Kaji haluaran urine, keluhan serta Mengidentifikasi penyimpangan
BAK (disuria) b/d trauma selama …x 24 jam, Pola keteraturan pola berkemih. dalam pola berkemih pasien.
perineum dan saluran eleminasi (BAK) pasien Anjurkan pasien melakukan Ambulasi dini memberikan
kemih. teratur. ambulasi dini. rangsangan untuk pengeluaran
urine dan pengosongan bladder.
Kriteria Hasil: eleminasi Anjurkan pasien untuk Membasahi bladder dengan air
BAK lancar, disuria tidak membasahi perineum dengan air hangat dapat mengurangi
ada, bladder kosong, keluhan hangat sebelum berkemih. ketegangan akibat adanya luka
kencing tidak ada. pada bladder.
Anjurkan pasien untuk berkemih Menerapkan pola berkemih
secara teratur. secara teratur akan melatih
pengosongan bladder secara
teratur.
Anjurkan pasien untuk minum Minum banyak mempercepat
2500-3000 ml/24 jam. filtrasi pada glomerolus dan
mempercepat pengeluaran urine.
Kolaborasi untuk melakukan Kateterisasi memabnatu
kateterisasi bila pasien kesulitan pengeluaran urine untuk
berkemih. mencegah stasis urine.
19
Gangguan pemenuhan Setelah dilakukan askep Kaji toleransi pasien terhadap Parameter menunjukkan respon
ADL b/d immobilisasi; selama …x 24 jam, ADL dan aktifitas menggunakan parameter fisiologis pasien terhadap stres
kelemahan. kebutuhan beraktifitas pasien berikut: nadi 20/mnt di atas frek aktifitas dan indikator derajat
terpenuhi secara adekuat. nadi istirahat, catat peningaktan penagruh kelebihan kerja jantung.
TD, dispnea, nyeri dada,
Kriteria Hasil: kelelahan berat, kelemahan,
Menunjukkan peningkatan berkeringat, pusing atau pinsan.
dalam beraktifitas. Tingkatkan istirahat, batasi Menurunkan kerja miokard/
Kelemahan dan kelelahan aktifitas pada dasar nyeri/respon komsumsi oksigen , menurunkan
berkurang. hemodinamik, berikan aktifitas resiko komplikasi.
Kebutuhan ADL terpenuhi senggang yang tidak berat.
secara mandiri atau dengan Kaji kesiapan untuk Stabilitas fisiologis pada istirahat
bantuan. meningkatkan aktifitas contoh: penting untuk menunjukkan
Frekuensi jantung/irama penurunan kelemahan/kelelahan, tingkat aktifitas individu.
dan TD dalam batas normal. TD stabil/frek nadi, peningaktan
perhatian pada aktifitas dan
perawatan diri.
Dorong memajukan aktifitas/ Komsumsi oksigen miokardia
toleransi perawatan diri. selama berbagai aktifitas dapat
meningkatkan jumlah oksigen
yang ada. Kemajuan aktifitas
bertahap mencegah peningkatan
tiba-tiba pada kerja jantung.
Anjurkan keluarga untuk Teknik penghematan energi
membantu pemenuhan kebutuhan menurunkan penggunaan energi
ADL pasien. dan membantu keseimbangan
suplai dan kebutuhan oksigen.
20
Jelaskan pola peningkatan Aktifitas yang maju memberikan
bertahap dari aktifitas, contoh: kontrol jantung, meningaktkan
posisi duduk ditempat tidur bila regangan dan mencegah aktifitas
tidak pusing dan tidak ada nyeri, berlebihan.
bangun dari tempat tidur, belajar
berdiri dst.
21
21
4. Evaluasi
4.1 Diagnosa 1 :
4.1.1 Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu
menggunakan tehnik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri,
mencari bantuan)
4.1.2 Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan
manajemen nyeri
4.1.3 Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda
nyeri)
4.1.4 Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang
4.1.5 Tanda vital dalam rentang normal
4.2 Diagnosa 2 :
4.2.1 Tidak ada tanda infeksi
4.2.2 Luka episiotomi kering dan bersih
4.2.3 Tidak ada rasa cemas untuk berkemih dan BAB.
4.3 Diagnosa 3 :
4.3.1 Tidak ada manifestasi dehidrasi, resolusi oedema
4.3.2 Haluaran urine di atas 30 ml/jam
4.3.3 Kulit kenyal/turgor kulit baik
4.3.4 Tidak terjadi perdarahan
4.4 Diagnosa 4 :
4.4.1 Eleminasi BAK lancar,
4.4.2 Tidak ada disuria, bladder kosong
4.4.3 Tidak ada keluhan kencing.
4.5 Diagnosa 5 :
4.5.1 Menunjukkan peningkatan dalam beraktifitas.
4.5.2 Kelemahan dan kelelahan berkurang.
4.5.3 Kebutuhan ADL terpenuhi secara mandiri atau dengan
bantuan.
4.5.4 Frekuensi jantung/irama dan TD dalam batas normal.
DAFTAR PUSTAKA
Marlina, Meri. 2012. Pengaruh Inisiasi Menyusui Dini Terhadap Tinggi Fundus
Uteri Pada Post Partum di Rumah Sakit Ibu dan Anak Banda Aceh.
KTI (tidak di terbitkan). Banda Aceh : Program Studi Diploma III
Kebidanan. Banda Aceh
Saleha, S. 2009. Asuhan kebidanan pada masa nifas. Jakarta: Salemba medika