Anda di halaman 1dari 26

Laporan Pendahuluan

ASUHAN KEPERAWATAN MATERNITAS PADA MASA POST


PARTUM DI RUANG VK DELIMA
RSUD KABUPATEN KARANGASEM

Oleh:
Putu Jepri Suardi, S.Kep 19089142034

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BULELENG


PROGRAM PROFESI NERS
2019
Lembar Pengesahan
Laporan Pendahuluan
Asuhan Keperawatan Maternitas Pada Masa Post Partum Di Ruang VK Delima
RSUD Kabupaten Karangasem

Telah disahkan dan diterima oleh Clinical Instruktur (CI) dan Clinical
Teacher (CT) Stase Keperawatan Maternitas sebagai syarat memperoleh nilai dari
Departement Keperawatan Maternitas Program Profesi Ners STIKes Buleleng.

...............................................................
Clinical Instructure (CI) Clinical Teacher (CT)
Ruang VK Delima Stase Keperawatan Maternitas
RSUD Kab. Karangasem STIKes BULELENG,

Ns. Ni Wayan Astrianing, S.Kep Ns. Made Martini, S.Kep., M.Kep


NIP. 199803041998032004 NIK. 20161020092
LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN MATERNITAS PADA MASA POST


PARTUM DI RUANG VK DELIMA
RSUD KABUPATEN KARANGASEM

A. KONSEP DASAR
1. Definisi
Post partum adalah waktu yang diperlukan agar organ genitalia
interna ibu kembali menjadi normal secara anatomis dan fungsional yaitu
sekitar 6 minggu (Manuaba, 2007 dalam Marlina, 2012)
Masa nifas (puerperium) adalah masa pulih kembali mulai dari
persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti sebelum
hamil. Lama masa nifas ini 6-12 minggu (Ambarwati, 2010).
Masa nifas (puerperium) adalah masa setelah plasenta lahir dan
berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum
hamil. Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 (enam) minggu
(Saleha, 2009).
Dilihat dari beberapa pengertian diatas, maka dapat disimpulkan
bahwa, masa nifas (puerperium) adalah masa setelah plasenta dilahirkan,
yang berlangsung selama 6–12 minggu, dimana seluruh sistem dalam
tubuh akan kembali normal, seperti keadaan sebelum hamil.
2. Etiologi
Penyebab persalinan belum pasti diketahui,namun beberapa
teori menghubungkan dengan faktor hormonal, struktur rahim,sirkulasi
rahim,pengaruh tekanan pada saraf dan nutrisi (Hafifah, 2011).
2.1 Teori penurunan hormone
Sebelum partus mulai kira-kira 1-2 minggu, terjadi
penurunan hormone progesterone dan estrogen. Fungsi progesterone
sebagai
2

penenang otot-otot polos rahim dan akan menyebabkan kekejangan


pembuluh darah sehingga timbul his bila progesterone turun.
2.2 Teori placenta menjadi tua
Turunnya kadar hormone estrogen dan progesterone
menyebabkan kekejangan pembuluh darah yang menimbulkan
kontraksi rahim.
2.3 Teori distensi rahim
Rahim yang menjadi besar dan merenggang menyebabkan
iskemik otot-otot rahim sehingga mengganggu sirkulasi utero-
plasenta.
2.4 Teori iritasi mekanik
Di belakang servik terlihat ganglion servikale (fleksus
franterrhauss). Bila ganglion ini digeser dan ditekan misalnya oleh
kepala janin akan timbul kontraksi uterus.
2.5 Induksi partus
Dapat pula ditimbulkan dengan jalan gagang laminaria yang
dimasukan dalam kanalis servikalis dengan tujuan merangsang
pleksus frankenhauser, amniotomi pemecahan ketuban, dan oksitosin
drip yaitu pemberian oksitosin menurut tetesan perinfus.

3. Klasifikasi
Klasifikasi post partum dikelompokkan menjadi beberapa
bagian Hadijono, 2008 yaitu:
3.1 Puerperium Dini
Merupakan masa pemulihan dimana ibu telah dibolehkan
berdiri dan berjalan-jalan. Dalam agama Islam puerperium dianggap
telah bersih dan boleh bekerja setelah lewat 40 hari.
3.2 Puerperium Intermedial
Merupakan masa pemulihan menyeluruh alat-alat genitalia
yang lamanya 6-8 minggu.
3

3.3 Remote Puerperium


Merupakan waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat
sempurna terutama bila ibu selama hamil atau waktu persalinan
mempunyai komplikasi. Waktu untuk sehat sempurna bisa
berminggu-minggu, bulanan, atau tahunan.

4. Tanda Dan Gejala


Manifestasi klinis post partum menurut Ambarwati, 2010 dapat
dilihat dari perubahan fisik ibu nifas antara lain:
4.1 Involusi Uterus
Adalah proses kembalinya alat kandungan uterus dan jalan
lahir setelah bayi dilahirkan sehingga mencapai keadaan seperti
sebelum hamil. Setelah plasenta lahir, uterus merupakan alat yang
keras, karena kontraksi ini menyebabkan rasa nyeri/mules-mules
yang disebut after pain post partum terjadi pada hari ke – 2-3 hari.
4.2 Kontraksi Uterus
Intensistas kontraksi uterus meningkat setelah melahirkan
berguna untuk mengurangi volume cairan intra uteri. Setelah 1 – 2
jam post partum, kontraksi menurun stabil berurutan, kontraksi
uterus menjepit pembuluh darah pada uteri sehingga perdarahan
setelah plasenta lahir dapat berhenti.
4.3 After Pain
Terjadi karena pengaruh kontraksi uterus, normal sampai
hari ke -3. After pain meningkat karena adanya sisa plasenta pada
cavum uteri, dan gumpalan darah (stoll cell) dalam cavum uteri .
4.4 Endometrium
Pelepasan plasenta dan selaput janin dari dinding rahim
terjadi pada stratum spunglosum, bagian atas setelah 2 – 3 hari
tampak bahwa lapisan atas dari stratum sponglosum yang tinggal
menjadi nekrosis keluar dari lochia. Epitelisasi endometrium siap
dalam 10 hari, dan setelah 8 minggu endometrium tumbuh kembali.
4

Epitelisasi tempat plasenta + 3 minggu tidak menimbulkan


jaringan parut, tetapi endometrium baru, tumbuh di bawah
permukaan dari pinggir luka.
4.5 Ovarium
Selama hamil tidak terjadi pematangan sel telur. Masa nifa
terjadi pematangan sel telur, ovulasi tidak dibuahi terjadi mentruasi,
ibu menyusui mentruasinya terlambat karena pengaruh hormon
prolaktin.
4.6 Lochia
Adalah cairan yang dikeluarkan dari uterus melalui vagina
dalam masa nifas, sifat lochia alkalis sehingga memudahkan kuman
penyakit berkembang biak. Jumlah lebih banyak dari pengeluaran
darah dan lendir waktu menstruasi, berbau anyir, tetapi tidak busuk.
Lochia dibagi dalam beberapa jenis :
4.6.1 Lochia Rubra
Pada hari 1 – 2 berwarna merah, berisi lapisan decidua, sisa-
sisa chorion, liguor amni, rambut lanugo, verniks caseosa sel
darah merah.
4.6.2 Lochia Sanguinolenta
Dikeluarkan hari ke 3 – 7 warna merah kecoklatan bercampur
lendir, banyak serum selaput lendir, leukosit, dan kuman
penyakit yang mati.
4.6.3 Lochia Serosa
Dikeluarkan hari ke 7 – 10, setelah satu minggu berwarna
agak kuning cair dan tidak berdarah lagi.
4.6.4 Lochia Alba
Setelah 2 minggu, berwarna putih jernih, berisi selaput lendir,
mengandung leukosit, sel epitel, mukosa serviks dan kuman
penyakit yang telah mati.
4.7 Serviks dan Vagina
Beberapa hari setelah persalinan, osteum externum dapat
dilalui oleh 2 jari dan pinggirnya tidak rata (retak-retak). Pada akhir
5

minggu pertama hanya dapat dilalui oleh 1 jari saja. Vagina saat
persalinan sangat diregang lambat laun mencapai ukuran normal dan
tonus otot kembali seperti biasa, pada minggu ke-3 post partum,
rugae mulai nampak kembali.
4.8 Perubahan pada Dinding Abdomen
Hari pertama post partum dinding perut melipat dan longgar
karena diregang begitu lama. Setelah 2 – 3 minggu dinding perut
akan kembali kuat, terdapat striae melipat, dastosis recti abdominalis
(pelebaran otot rectus/perut) akibat janin yang terlalu besar atau bayi
kembar.
4.9 Perubahan Sistem Urinaria
Fungsi ginjal normal, dinding kandung kemih
memperlihatkan oedema dan hiperemi karena desakan pada waktu
janin dilahirkan. Kadang-kadang oedema trigonum, menimbulkan
obstruksi dari uretra sehingga terjadi retensio urin. Pengaruh
laserasi/episiotomi yang menyebabkan refleks miksi menurun.
4.10 Perubahan Sistem Gastro Intestinal
Terjadi gangguan rangsangan BAB atau konstipasi 2 – 3
hari post partum. Penyebabnya karena penurunan tonus
pencernaan, enema, kekakuan perineum karena episiotomi, laserasi,
haemorroid dan takut jahitan lepas
4.11 Perubahan pada Mammae
Hari pertama bila mammae ditekan sudah mengeluarkan
colustrum. Hari ketiga produksi ASI sudah mulai dan jaringan
mammae menjadi tegang, membengkak, lebut, hangat dipermukaan
kulit (vasokongesti vaskuler).
4.12 Laktasi
Pada waktu dua hari pertama nifas keadaan buah dada sama
dengan kehamilan. Buah dada belum mengandung susu melainkan
colustrum yang dapat dikeluarkan dengan memijat areola mammae.
6

4.13 Temperatur
Temperatur pada post partum dapat mencapai 38 0C dan
normal kembali dalam 24 jam. Kenaikan suhu ini disebabkan
karena hilangnya cairan melalui vagina ataupun keringat, dan
infeksi yang disebabkan terkontaminasinya vagina.
4.14 Nadi
Umumnya denyut nadi pada masa nifas turun di bawah
normal. Penurunan ini akibat dari bertambahnya jumlah darah
kembali pada sirkulasi seiring lepasnya placenta. Bertambahnya
volume darah menaikkan tekanan darah sebagai mekanisme
kompensasi dari jantung dan akan normal pada akhir minggu
pertama.
4.15 Tekanan Darah
Keadaan tensi dengan sistole 140 dan diastole 90 mmHg
baik saat kehamilan ataupun post partum merupakan tanda-tanda
suatu keadaan yang harus diperhatikan secara serius.

5. Patofisiologi
Dalam masa post partum atau masa nifas, alat-alat genetalia
interna maupun eksterna akan berangsur-angsur pulih kembali seperti
keadaan sebelum hamil. Perubahan-perubahan alat genetal ini dalam
keseluruhannya disebut “involusi”. Disamping involusi terjadi
perubahan-perubahan penting lain yakni memokonsentrasi dan timbulnya
laktasi yang terakhir ini karena pengaruh lactogenik hormon dari kelenjar
hipofisis terhadap kelenjar-kelenjar mama.

Otot-otot uterus berkontraksi segera post psrtum, pembuluh-


pembuluh darah yang ada antara nyaman otot-otot uretus akan terjepit.
Proses ini akan menghentikan pendarahan setelah plasenta lahir.
Perubahan-perubahan yang terdapat pada serviks ialah segera post
partum bentuk serviks agak menganga seperticorong, bentuk ini
disebabkan oleh korpus uteri terbentuk semacam cincin. Peruabahan-
7

perubahan yang terdapat pada endometrium ialah timbulnya trombosis,


degenerasi dan nekrosis ditempat implantasi plasenta pada hari pertama
endometrium yang kira-kira setebal 2-5 mm itu mempunyai permukaan
yang kasar akibat pelepasan desidua dan selaput janin regenerasi
endometrium terjadi dari sisa-sisa sel desidua basalis yang memakai
waktu 2 sampai 3 minggu. Ligamen-ligamen dan diafragma palvis serta
fasia yang merenggang sewaktu kehamilan dan pertu setelah janin lahir
berangsur-angsur kembali seperti sedia kala.
6. Web Of Caution (WOC)

Post Partum

Perubahan Fisiologis

Sistem Cardiovaskular Sistem Reproduksi Sistem Pencernaan Ekstremitas

Kehilangan darah saat Servik Vulva/Vagina Trauma Perineum Kelemahan


melahirkan

8
Gangguan Gangguan mobilisasi
Resiko Defisit volume Perlukaan jalan lahir/ Sistem Perkemihan
cairan Laserasi
Gangguan
Perubahan Pola Pemenuhan ADL
Nyeri Akut Eliminasi BAK

Resiko Infeksi

8
10

7. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan post partum menurut Siswosudarmo,2008:
7.1 Pemerikasaan umum: tensi,nadi,keluhan dan sebagainya
7.2 Keadaan umum: TTV, selera makan dll
7.3 Payudara: air susu, putting
7.4 Dinding perut, perineum, kandung kemih, rectum
7.5 Sekres yang keluar atau lochea
7.6 Keadaan alat kandungan

8. Penatalaksanaan
Dalam menangani asuhan keperawatan pada ibu post partum
spontan, dilakukan berbagai macam penatalaksanaan, diantaranya:
8.1 Monitor TTV
Tekanan darah meningkat lebih dari 140/90 mungkin
menandakan preeklamsi suhu tubuh meningkat menandakan
terjadinya infeksi, stress, atau dehidrasi.
8.2 Pemberian Cairan Intravena
Untuk mencegah dehidrasi dan meningkatkan kemampuan
perdarahan darah dan menjaga agar jangan jatuh dalam keadaan
syok, maka cairan pengganti merupakan tindakan yang vital, seperti
Dextrose atau Ringer.
8.3 Pemberian Oksitosin
Segera setelah plasenta dilahirkan oksitosin (10 unit)
ditambahkan dengan cairan infuse atau diberikan secara
intramuskuler untuk membantu kontraksi uterus dan mengurangi
perdarahan post partum.
8.4 Obat Nyeri
Obat-obatan yang mengontrol rasa sakit termasuk sedative,
alaraktik, narkotik dan antagonis narkotik. Anastesi hilangnya
sensori, obat ini diberikan secara regional/ umum (Hamilton, 1995).
11

9. Komplikasi
Adapun komplikasi yang sering terjadi pada ibu dengan post
partum diantaranya adalah:
9.1 Perdarahan post pastum (keadaan kehilangan darah lebih dari 500
mL selama 24 jam pertama sesudah kelahiran bayi)
9.2 Infeksi
9.2.1 Endometritis (radang edometrium).
9.2.2 Miometritis atau metritis (radang otot-otot uterus).
9.2.3 Perimetritis (radang peritoneum disekitar uterus).
9.2.4 Caked breast / bendungan asi (payudara mengalami distensi,
menjdi keras dan berbenjol-benjol).
9.2.5 Mastitis (Mamae membesar dan nyeri dan pada suatu tempat,
kulit merah, membengkak sedikit, dan nyeri pada perabaan ; 
Jika tidak ada pengobatan bisa terjadi abses).
9.2.6 Trombophlebitis (terbentuknya pembekuan darah dalam vena
varicose superficial yang menyebabkan stasis dan
hiperkoagulasi pada kehamilan dan nifas, yang ditandai
dengan kemerahan atau nyeri).
9.2.7 Luka perineum (Ditandai dengan : nyeri local, disuria,
temperatur naik 38,3 °C, nadi < 100x/ menit, edema,
peradangan dan kemerahan pada tepi, pus atau nanah warna
kehijauan, luka kecoklatan atau lembab, lukanya meluas).
9.3 Gangguan Psikologis
9.3.1 Depresi post partum
9.3.2 Post partum Blues
9.3.3 Post partum Psikosa
9.3.4 Gangguan involusi uterus
12

B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


1. Pengkajian Fokus
1.1 Identitas
Meliputi identitas klien, yang terdiri dari nama, umur, alamat, status
perkawinan. Terdapat juga identitas penanggung, misal suami.
1.2 Status Kesehatan Saat Ini
Meliputi keluhan saat MRS dan keluhan utama saat ini.
1.3 Riwayat Obstetri
Meliputi riwayat menstruasi, riwayat kehamilan, persalinan, nifas
yang lalu.
1.4 Riwayat Persalinan dan Kelahiran Saat Ini
Meliputi :
1.4.1 Tipe persalinan
1.4.2 Lama persalinan (kala I, kala II, kala III, kala IV)
1.4.3 Penggunaan analgesik dan anastesi
1.4.4 Apakah terdapat masalah dalam persalinan.
1.4.5 Kesanggupan dan pengetahuan dalam perawatan bayi, seperti
breast care, perineal care, nutrisi, senam nifas, KB, menyusui
1.5 Keadaan Bayi
Meliputi BB, PB, apakah ada kelainan atau tidak.
1.6 Riwayat Keluarga Berencana
Apakah klien melaksanakan KB
1.6.1 Bila ya, jenis kontrasepsi apa yang digunakan.
1.6.2 Sudah berapa lama menggunakan kontrasepsi.
1.6.3 Apakah terdapat masalah dalam penggunaan kontrasepsi.
1.7 Riwayat Kesehatan
1.7.1 Penyakit yang pernah dialami klien.
1.7.2 Pengobatan yang pernah didapat.
1.7.3 Apakah ada riwayat penyakit keluarga seperti penyakit
diabetes mellitus, penyakit jantung, penyakit hipertensi.
13

1.8 Kebutuhan Dasar Khusus


1.8.1 Pola nutrisi.
Nafsu makan meningkat, Kehilangan rata-rata berat badan 5,5
kg.
1.8.2 Pola eliminasi/sistem urogenital.
a. Konstipasi, tidak mampu berkemih, retensi urine.
b. Edema pada kandung kemih, urethra dan meatus urinarius
terjadi karena trauma.
c. Pada fungsi ginjal: proteinuria, diuresis mulai 12 jam.
d. Fungsi kembali normal dalam 4 minggu.
1.8.3 Pola personal hygiene.
Bagaimana frekuensi personal hygiene klien, seperti mandi,
oral hygiene, maupun cusi rambut.
1.8.4 Pola istirahat dan tidur.
Kurang tidur, mengantuk.
1.8.5 Pola aktivitas dan latihan.
Terganggu karena nyeri.
1.8.6 Pola kebiasaan yang mempengaruhi kesehatan
Apakah klien merokok, minum-minuman keras, ataupun
ketergantungan obat.
1.8.7 Seksualitas/reproduksi
Ketakutan melakukan hubungan seksual karena nyeri.
1.9 Pemeriksaan Fisik
1.9.1 Keadaan Umum
a. GCS                                              
b. Tingkat Kesadaran                      
c. Tanda-Tanda Vital
d. Berat Badan
e. Tinggi Badan
14

1.9.2 Head To Toe


a. Kepala
Memeriksa apakah terjadi edema pada wajah.
b. Wajah
Memeriksa apakah konjungtiva pucat, apakah skelera
ikterus
c. Leher
Hiperpigmentasi perlahan berkurang, memeriksa dan
meraba leher untuk mengetahui apakah kelejar tiroid
membesar, pembuluh limfe, pelebaran vena jugularis.
d. Thorak
1) Payudara
Terdapat perubahan payudara, payudara membesar.
Putting mudah erektil, produksi colostrums 48 jam,
memeriksa payudara jika terdapat massa, atau
pembesaran pembuluh limfe.
2) Jantung
Volume darah : menurun karena kehilangan darah dan
kembali normal 3-4 minggu
e. Abdomen
1) Memeriksa bising usus pada empat kuadran.
2) Memeriksa fundus uteri, konsistensi, kekuatan kontraksi,
posisi, tinggi fundus.
3) Terjadi relaksasi pada otot abdomen karena terjadi
tarikan saat hamil. Diastasis rekti 2-4 cm, kembali
normal 6-8 minggu post partum.
4) Terdapat linea gravidarum, strie alba, albican.
f. Genetalia
Uterus: memeriksa apakah kondisi uterus sudah kembali
dalam kondisi normal.
Lochea: memeriksa lochea : tipe, jumlah, bau, komposisi :
jaringan endometrial, darah, limfe.
15

Serviks: segera setelah lahir terjadi edema, bentuk distensi


untuk beberapa hari, struktur internal kembali dalam 2
minggu, struktur eksternal melebar dan tampak bercelah.
Vagina: kembali mendekati ukuran seperti tidak hamil,
dalam 6 sampai 8 minggu, bentuk ramping lebar, produksi
mukus normal dengan ovulasi.
g. Ekstremitas
Memeriksa apakah tangan dan kaki edema, pucat pada kuku
jari, hangat, adanya nyeri dan kemerahan, apakah ada
varises, memeriksa homans sign (nyeri saat kaki dorsofleksi
pasif).

2. Diagnosa Keperawatan
2.1 Nyeri akut b/d agen injuri fisik (trauma jalan lahir, epiostomi)
2.2 Resiko infeksi b.d. episiotomi, laserasi jalan lahir, bantuan
pertolongan persalinan
2.3 Resiko defisit volume cairan b/d pengeluaran yang berlebihan;
perdarahan; diuresis; keringat berlebihan.
2.4 Perubahan pola eleminasi BAK (disuria) b/d trauma perineum dan
saluran kemih.
2.5 Gangguan pemenuhan ADL b/d kelemahan; kelelahan post partum.
3. Intervensi
Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Rencana Intervensi Rasional
Nyeri akut b/d agen injuri NOC : Pain Management
fisik (peregangan  Pain Level,
perineum; luka  Pain control,  Lakukan pengkajian nyeri secara   Mengetahui tingkat
episiotomi; involusi uteri;  Comfort level komprehensif termasuk lokasi, pengalaman nyeri klien dan
hemoroid; pembengkakan Setelah dilakukan askep karakteristik, durasi, frekuensi, tindakan keperawatan yang akan
payudara). selama …x 24 jam, kualitas dan faktor presipitasi dilakukan untuk mengurangi
diharapkan nyeri berkurang (PQRST) nyeri
 Observasi reaksi nonverbal dari
Kriteria Hasil : ketidaknyamanan   Reaksi terhadap nyeri biasanya
 Mampu mengontrol nyeri ditunjukkan dengan reaksi non
(tahu penyebab nyeri,  Gunakan teknik komunikasi verbal tanpa disengaja.
mampu menggunakan terapeutik untuk mengetahui   Mengetahui pengalaman nyeri
tehnik nonfarmakologi pengalaman nyeri pasien
untuk mengurangi nyeri,  Ajarkan tentang teknik non
mencari bantuan) farmakologi  Penanganan nyeri tidak
 Melaporkan bahwa nyeri selamanya diberikan obat. Nafas
berkurang dengan dalam dapat membantu
menggunakan manajemen  Evaluasi keefektifan kontrol nyeri mengurangi tingkat nyeri
nyeri  Mengetahui keefektifan control
 Mampu mengenali nyeri  Kaji kontraksi uterus, proses nyeri
(skala, intensitas, frekuensi involusi uteri.  Mengidentifikasi penyimpangan
dan tanda nyeri) dan kemajuan berdasarkan
 Menyatakan rasa nyaman  Anjurkan pasien untuk involusi uteri.
setelah nyeri berkurang membasahi perineum dengan air  Mengurangi ketegangan pada
hangat sebelum berkemih. luka perineum.

16
 Tanda vital dalam rentang  Anjurkan dan latih pasien cara
normal merawat payudara secara teratur.  Melatih ibu mengurangi
 Jelaskan pada ibu tetang teknik bendungan ASI dan
merawat luka perineum dan memperlancar pengeluaran ASI.
mengganti PAD secara teratur  Mencegah infeksi dan kontrol
setiap 3 kali sehari atau setiap kali nyeri pada luka perineum.
lochea keluar banyak.
 Kolaborasi dokter tentang
pemberian analgesik  Mengurangi intensitas nyeri
denagn menekan rangsnag nyeri
pada nosiseptor.
Resiko infeksi b/d trauma Setelah dilakukan askep  Pantau: vital sign, tanda infeksi.  Mengidentifikasi penyimpangan
jalan lahir. selama.… x 24 jam, Infeksi dan kemajuan sesuai intervensi
tidak terjadi. yang dilakukan.
 Kaji pengeluaran lochea, warna,  Mengidentifikasi kelainan
Kriteria Hasil: tanda infeksi bau dan jumlah. pengeluaran lochea secara dini.
tidak ada, luka episiotomi  Kaji luka perineum, keadaan  Keadaan luka perineum
kering dan bersih, takut jahitan. berdekatan dengan daerah basah
berkemih dan BAB tidak ada. mengakibatkan kecenderungan
luka untuk mudah terkena infeksi.
 Anjurkan pasien membasuh vulva  Mencegah infeksi secara dini.
setiap habis berkemih dengan
cara yang benar dan mengganti
PAD setiap 3 kali perhari atau
setiap kali pengeluaran lochea
banyak.

17
 Pertahnakan teknik septik aseptik  Mencegah kontaminasi silang
dalam merawat pasien (merawat terhadap infeksi.
luka perineum, merawat
payudara, merawat bayi).
Resiko defisit volume NOC: Fluid Management
cairan b/d pengeluaran  Fluid balance
yang berlebihan;  Hydration  Obs Tanda-tanda vital setiap 4  Mengidentifikasi penyimpangan
perdarahan; diuresis; Setelah dilakukan askep jam. indikasi kemajuan atau
keringat berlebihan. selama …x 24 jam, Pasien penyimpangan dari hasil yang
dapat mendemostrasikan diharapkan.
status cairan membaik.  Pertahankan catatan intake dan  Menjaga status balance cairan
output yang akurat klien
Kriteria Hasil: tidak ada  Monitor status hidrasi  Mengetahui faktor resiko
manifestasi dehidrasi, resolusi (kelembaban membran mukosa, terjadinya dehidrasi pada klien.
oedema, haluaran urine di nadi adekuat, tekanan darah
atas 30 ml/jam, kulit ortostatik ), jika diperlukan
kenyal/turgor kulit baik, tidak  Lakukan terapi IV  Memenuhi kebutuhan cairan
terjadi perdarahan. tubuh klien yang hilang akibat
perdarahan.
 Beritahu dokter bila: haluaran  Temuan-temuan ini menandakan
urine < 30 ml/jam, haus, hipovolemia dan perlunya
takikardia, gelisah, TD di bawah peningkatan cairan.
rentang normal, urine gelap atau
encer gelap.
 Konsultasi dokter bila manifestasi  Mencegah pasien jatuh ke dalam
kelebihan cairan terjadi. kondisi kelebihan cairan yang
beresiko terjadinya oedem paru

18
dan komplikasi lainnya.
 Pantau: cairan masuk dan cairan  Mengidentifikasi keseimbangan
keluar setiap 8 jam. cairan pasien secara adekuat dan
teratur.

Perubahan pola eleminasi Setelah dilakukan askep  Kaji haluaran urine, keluhan serta  Mengidentifikasi penyimpangan
BAK (disuria) b/d trauma selama …x 24 jam, Pola keteraturan pola berkemih. dalam pola berkemih pasien.
perineum dan saluran eleminasi (BAK) pasien  Anjurkan pasien melakukan  Ambulasi dini memberikan
kemih. teratur. ambulasi dini. rangsangan untuk pengeluaran
urine dan pengosongan bladder.
Kriteria Hasil: eleminasi  Anjurkan pasien untuk  Membasahi bladder dengan air
BAK lancar, disuria tidak membasahi perineum dengan air hangat dapat mengurangi
ada, bladder kosong, keluhan hangat sebelum berkemih. ketegangan akibat adanya luka
kencing tidak ada. pada bladder.
 Anjurkan pasien untuk berkemih  Menerapkan pola berkemih
secara teratur. secara teratur akan melatih
pengosongan bladder secara
teratur.
 Anjurkan pasien untuk minum  Minum banyak mempercepat
2500-3000 ml/24 jam. filtrasi pada glomerolus dan
mempercepat pengeluaran urine.
 Kolaborasi untuk melakukan  Kateterisasi memabnatu
kateterisasi bila pasien kesulitan pengeluaran urine untuk
berkemih. mencegah stasis urine.

19
Gangguan pemenuhan Setelah dilakukan askep  Kaji toleransi pasien terhadap  Parameter menunjukkan respon
ADL b/d immobilisasi; selama …x 24 jam, ADL dan aktifitas menggunakan parameter fisiologis pasien terhadap stres
kelemahan. kebutuhan beraktifitas pasien berikut: nadi 20/mnt di atas frek aktifitas dan indikator derajat
terpenuhi secara adekuat. nadi istirahat, catat peningaktan penagruh kelebihan kerja jantung.
TD, dispnea, nyeri dada,
Kriteria Hasil: kelelahan berat, kelemahan,
 Menunjukkan peningkatan berkeringat, pusing atau pinsan.
dalam beraktifitas.  Tingkatkan istirahat, batasi  Menurunkan kerja miokard/
 Kelemahan dan kelelahan aktifitas pada dasar nyeri/respon komsumsi oksigen , menurunkan
berkurang. hemodinamik, berikan aktifitas resiko komplikasi.
 Kebutuhan ADL terpenuhi senggang yang tidak berat.
secara mandiri atau dengan  Kaji kesiapan untuk  Stabilitas fisiologis pada istirahat
bantuan. meningkatkan aktifitas contoh: penting untuk menunjukkan
 Frekuensi jantung/irama penurunan kelemahan/kelelahan, tingkat aktifitas individu.
dan TD dalam batas normal. TD stabil/frek nadi, peningaktan
perhatian pada aktifitas dan
perawatan diri.
 Dorong memajukan aktifitas/  Komsumsi oksigen miokardia
toleransi perawatan diri. selama berbagai aktifitas dapat
meningkatkan jumlah oksigen
yang ada. Kemajuan aktifitas
bertahap mencegah peningkatan
tiba-tiba pada kerja jantung.
 Anjurkan keluarga untuk  Teknik penghematan energi
membantu pemenuhan kebutuhan menurunkan penggunaan energi
ADL pasien. dan membantu keseimbangan
suplai dan kebutuhan oksigen.

20
 Jelaskan pola peningkatan  Aktifitas yang maju memberikan
bertahap dari aktifitas, contoh: kontrol jantung, meningaktkan
posisi duduk ditempat tidur bila regangan dan mencegah aktifitas
tidak pusing dan tidak ada nyeri, berlebihan.
bangun dari tempat tidur, belajar
berdiri dst.

21
21

4. Evaluasi
4.1 Diagnosa 1 :
4.1.1 Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu
menggunakan tehnik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri,
mencari bantuan)
4.1.2 Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan
manajemen nyeri
4.1.3 Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda
nyeri)
4.1.4 Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang
4.1.5 Tanda vital dalam rentang normal
4.2 Diagnosa 2 :
4.2.1 Tidak ada tanda infeksi
4.2.2 Luka episiotomi kering dan bersih
4.2.3 Tidak ada rasa cemas untuk berkemih dan BAB.
4.3 Diagnosa 3 :
4.3.1 Tidak ada manifestasi dehidrasi, resolusi oedema
4.3.2 Haluaran urine di atas 30 ml/jam
4.3.3 Kulit kenyal/turgor kulit baik
4.3.4 Tidak terjadi perdarahan
4.4 Diagnosa 4 :
4.4.1 Eleminasi BAK lancar,
4.4.2 Tidak ada disuria, bladder kosong
4.4.3 Tidak ada keluhan kencing.
4.5 Diagnosa 5 :
4.5.1 Menunjukkan peningkatan dalam beraktifitas.
4.5.2 Kelemahan dan kelelahan berkurang.
4.5.3 Kebutuhan ADL terpenuhi secara mandiri atau dengan
bantuan.
4.5.4 Frekuensi jantung/irama dan TD dalam batas normal.
DAFTAR PUSTAKA

Ambarwati. R.  2010. Asuhan kebidanan nifas. Yogyakarta: Nuha medika

Hadijono, Soerjo. 2008. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Bina Pustaka

Hafifah. 2011. Laporan Pendahuluan pada Pasien dengan Persalinan Normal.


Jakarta: EGC

Marlina, Meri. 2012. Pengaruh Inisiasi Menyusui Dini Terhadap Tinggi Fundus
Uteri Pada Post Partum di Rumah Sakit Ibu dan Anak Banda Aceh.
KTI (tidak di terbitkan). Banda Aceh : Program Studi Diploma III
Kebidanan. Banda Aceh

Mitayani. (2009). Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta: EGC

Saleha, S. 2009. Asuhan kebidanan pada masa nifas. Jakarta: Salemba medika

Siswosudarmo, Risanto. & Emilia. 2010. Obstetri Fisiologi. Yogyakarta : Pustaka


Cendekia.

Anda mungkin juga menyukai