Waktu pertemuan : 100 menit Hari, Tanggal : Kamis, 24 November 2011 Pertemuan ke : 30
A. KOMPETENSI UMUM Setelah mengikuti perkuliahan 1 semester diharapkan mahasiswa bidan mampu memberikan asuhan yang bermutu tinggi, komprehensif pada bayi baru lahir sehat sampai dengan 1 bulan dan balita sehat (1 bulan-5 tahun) dengan benar tanpa bimbingan. B. KOMPETENSI KHUSUS Memberikan asuhan imunisasi pada neonatus, bayi dan balita. C. POKOK BAHASAN Pemberian Imunisasi D. SUB POKOK BAHASAN 1. Konsep Dasar Imunisasi 2. Imunisasi Dasar dan Imunisasi Ulangan E. KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR Tahap Kegiatan pengajar Kegiatan peserta didik Media dan alat pengajaran Pendahuluan 5 menit 1. Mengucapkan salam pembuka 2. Memeriksa daftar hadir 3. Kontrak waktu 4. Menyampaikan kompetensi 5. Menyampaikan ruang lingkup bahasan 6. Menyampaikan tujuan kompetensi 7. Memberikan motivasi 8. Mengajukan pertanyaan apersepsi
G. EVALUASI 1. Jenis evaluasi : Lisan 2. Jumlah evaluasi : 5 soal
Pertanyaan : 1. Hepatitis B dapat ditularkan melalui berbagai cara, yaitu : a. Melalui udara (percikan ludah) sewaktu bersin atau batuk dari penderita b. Melalui kotoran manusia yang terkontaminasi c. Melalui transfusi darah, hubungan seksual, dan penularan dari ibu ke bayi d. Melalui kotoran yang masuk ke dalam luka. e. Melalui kontak fisik dengan penderita
Penyajian 80 menit 9. Menjelaskan materi tentang : a. Konsep dasar imunisasi b. Imunisasi dasar c. Imunisasi ulangan 10. Mengajukan pertanyaan kepada peserta didik 11. Memberikan reward atas kemampuan peserta didik Menyimak
Menjawab Menyimak
LCD, laptop. Penutup 15 menit 12. Mengevaluasi kemampuan peserta didik 13. Menyimpulkan materi bersama pesrta 14. Merumuskan rencana tindak lanjut 15. Menyepakati kontrak yang akan datang 16. Menutup pembelajaran Menjawab
Berpartisipasi Menyimak Menyepakati
Menyimak
2. Imunisasi hepatitis B diberikan pertama kali pada saat bayi berusia a. 0-7 hari b. 14-28 hari c. 1-2 bulan d. 9 bulan e. 0-11 bulan 3. Pemberian imunisasi polio pada bayi untuk mencegah penyakit? a. TBC b. Penyakit saluran pernafasan, batuk rejan, dan tetanus c. Kelumpuhan kaki atau tangan d. Penyakit menular kulit/bercak-bercak merah e. Kanker hati 4. Konseling yang diberikan setelah pemberian imunisasi polio adalah a. Memberikan kompres hangat pada tempat penyuntikan yang mengalami pembengkakan b. Tidak mengobati pustul atau luka yang timbul di tempat penyuntikan c. Menunda untuk memberikan susu selama beberapa menit d. Memberikan obat penurun panas e. Memberikan obat anti alergi 5. Penyebab penyakit campak a. Virus hepatitis B b. Mycobacterium tuberculosa c. Clostridium tetani d. Virus myxovirus viridae measles e. Virus polio tipe 3
H. SUMBER CCUs SMT 3, Asuhan Bayi Baru Lahir FK-UI,Ilmu Kesehatan Anak 1 dan3 Depkes RI, Program Immunisasi
Jakarta, 24 November 2011 Dosen Pengajar,
(Rizki Hallifah Ashri, SST)
Pemberian Imunisasi A. KONSEP DASAR IMUNISASI Kegiatan imnisasi di Indonesia dimulai di Pulau Jawa dengan vaksin cacar dimulai pada tahun 1956. pada tahun 1972, Indonesia telah berhasil membasmi penyakit cacar. Selanjutnya mulai dikembangkan vaksinasi antara cacar dan BCG. Pelaksanaan vaksinasi ini ditetapkan secara nasional pada tahun 1973. Bulan April 1974, Indonesia resmi dinyatakan bebas cacar oleh WHO. Pada tahun (1971) juga dilakukan studi pencegahan terhadap Tetanus Neonatorum dengan memberikan suntikan Tetanus Toxoid (TT) pada wanita dewsa di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Tahun 1976 mulai dikembangkan imunisasi DPT di beberapa kecamatan yang didahului oleh Pulau Bangka di Sumatra Selatan. Tahun 1977 ditentukan sebagai fase persiapan Pengembagan Program Imunisasi (PPI). Tahun 1980 program imunisasi rutin terus dikembangkan dengan memberikan tujuh jenis antigen yaitu BCG, DPT, Polio, Campak, Hepatitis B, TT dan DT. Sepuluh tahun kemudian, tahun 1990 Indonesia berhasil mencapai UCI (Universal Child Immunization ) dan cakupan merata secara nasional pada tahun 1993. langkah selanjutnya untuk membasmi penyakit folio dan komitmen global tentang Eradikasi polio maka Indonesia melaksanakan Pekan Imunisasi Nasional selama 4 tahun mulai tahun 1995, 1996, 1997, 2002. selain PIN antara 1999 2002 juga telah dilakukan beberapa kali Pekan Imunaisasi Sub Nasional (Sub PIN). Jumlah sasaran yang diimunisasi makin bertambah banyak dengan adanya tambahan kegiatan imunisasi yang meliputi imunisasi pada anak Sekolah untuk DT dan TT yang dikenal dengan Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS). TT pada wanita usia subur (WUS), crash program pada balita maupun catch up campaign campak pada anak Sekolah yang dilanjutkan dengan BIAS Campak. Perkembangan kegiatan imunisasi semakin maju dengan adanya uniject (ADS-PID=Auto disable syringe Prefill Injection Device), yang mendukung pelaksanaan suntikan yang (safe injection) dan mampu menghemat vaksin karena uniject merupakan kemasan tanggal. Selanjutnya vaksin tetravalent, yaitu kombinasi vaksin DPT dan HB akan dikembangkan secara bertahap mulai tahun 2004 di 4 Propinsi (DIY, NTB, Jatim,
Bangka Belitung) dengan target sasaran 20%, tahun 2005 target sasaran 50% dan tahun 2006 target sasaran secara nasional terpenuhi. Vaksin merupakan unsur biologis yang mempunyai karakteristik tertentu dan memerlukan penanganan rantai vaksin secara khusus sejak diproduksi di pabrik hingga dipakai di unit pelayanan. Penyimpangan dari ketentuan yang ada dapat mengakibatkan kerusakan vaksin sehingga menurunkan atau bahkan menghilangkan potensi bahkan dapat memberikan kejadian ikutan pasca imunisasi (KIPI) bila diberikan kepada sasaran. Kerusakan vaksin akan mengakibatkan kerugian sumber daya yang tidak sedikit, baik dalam bentuk biaya vaksin, maupun biaya-biaya lain yang terpaksa dikeluarkan guna menanggulangi masalah KIPI atau kejadian luar biasa (KLB). Pemantauan suhu vaksin sangat penting dalam menetapkan secara cepat apakah vaksin masih layak digunakan atau tidak. Adanya berbagai alat dengan indikator yang sangat peka seperti Vaccine Vial Monitor (VVM), Freeze Watch atau Freeze- tag serta Time Temperature Monitor (TTM) sangat membantu petugas dalam memantau suhu penyimpanan dan pengiriman vaksin ini. Dengan menggunakan alat pantau ini, dalam berbagai studi diketahui bahwa telah terjadi berbagai kasus paparan terhadap suhu beku pada vaksin yang peka terhadap pembekuan seperti Hepatitis B, DPT, dan TT. Dengan adanya temuan ini maka telah dilakukan penyesuaian pengelolaan vaksin untuk mencegah pembekuan vaksin. Imunisasi adalah suatu cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu antigen, sehingga bila terpajan pada antigen yang serupa, tidak terjadi penyakit.
Imunisasi merupakan usaha memberikan kekebalan pada bayi dan anak dengan memasukan vaksin kedalam tubuh agar tubuh membuat zat anti untuk mencegah terhadap penyakit tertentu. Sedangkan yang dimaksud vaksin adalah bahan yang dipakai untuk merangsang pembentukan zat anti yang dimasukan kedalam tubuh.
Program imunisasi merupakan salah satu program prioritas yang dinilai sangat efektif untuk menurunkan angka kesakitan, kecacatan dan kematian bayi akibat penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi, yaitu Tuberkulosis, Difteri, Pertusis (batuk rejan/ batuk 100 hari),Tetanus, Hepatitis B, Polio dan Campak.
B. IMUNISASI DASAR DAN ULANGAN Imunisasi dasar sangat penting diberikan sewaktu bayi (usia 0 11 bulan) untuk memberikan kekebalan dari penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi. Tanpa imunisasi anak-anak mudah terserang berbagai penyakit, kecacatan dan kematian. (3)
Dalam handout ini akan dibahas mengenai indikasi, cara pemberian, dosis, kontra indikasi, dan efek samping pemberian imunisasi hepatitis B, polio dan campak.
a. BCG ( Bacillus Calmette Guerinne ) Indikasi : Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap tuberkulosa.
Kemasan : Kemasan dalam ampul, beku kering. 1 box berisi 10 ampul vaksin. Setiap 1 ampul vasin dengan 4 ml pelarut.
Cara pemberian dan dosis: Sebelum di suntikan vaksin BCG harus di larutkan terlebih dahulu. Melarutkan dengan menggunakan alat suntik steril ( ADS 5 ml ) Dosis pemberian : 0,05 ml, sebanyak 1 kali. Disuntikan secara intrakutan di daerah lengan kanan atas ( insero musculus deltoideus ), dengan menggunkan ADS 0,05 ml). Vaksin yang sudah di larutkan harus digunakan sebelum lewat 3 jam.
Kontraindikasi : Adanya penyakit kulit yang berat / menahun seperti : eksim, furunkulosis dan sebagainya. Mereka yang sedang menderita TBC.
Efek samping : Imunisasi BCG tidak menyebabkan raeksi yang bersifat umum seperti demam 1- 2 minggu kemudian akan timbul indurasi dan kemerdekaan di tempat suntikan yang berubah menjadi pustula kemudian pecah menjadi luka. Luka tidak perlu pengobatan, akan sembuh secara spontan dan meninggalkan tanda parut. Kadang kadang terjadi pembesaran kelenjar regional di ketiak dan atau leher, terasa padat, tidak dan tidak menimbulkan demam. Reaksi ini normal, tidak memerlukan pengobatan dan akan menghilang dengan sendiri. b. Hepatitis B Hepatitis B adalah penyakit peradangan atau infeksi hati pada manusia yang disebabkan oleh virus hepatitis B yang bisa menyebabkan kanker dan pengerasan hati (sirosis). Penularan penyakit adalah secara horizontal yaitu dari darah dan produknya melalui suntikan yang tidak aman melalui transfusi darah dan melalui hubungan seksual. Sedangkan penularan secara vertikal yaitu dari ibu ke bayi selama proses persalinan.
Imunisasi Hepatitis B
Vaksin hepatitis B diberikan untuk memberikan kekebalan aktif terhadap infeksi yang disebabkan oleh virus hepatitis B. Vaksin hepatitis B adalah vaksin virus recombinan yang telah diinaktivasikan dan bersifat non infection. Vaksin hepatitis B juga sering dikombinasikan dengan beberapa vaksin misalnya dengan vaksin DPT.
Cara pemberian dan dosis : Vaksin disuntikan dengan dosis 0,5 ml atau 1 buah HB PID Pemberian suntikan secara intra muskuler, sebaiknya pada anterolateral paha Pemberian sebanyak 3 dosis Dosis pertama diberikan pada usia 0-7 hari, dosis berikutnya dengan interval minimum 4 minggu.
Kontraindikasi:
Hipersensitif terhadap komponen vaksin. Sama halnya dengan vaksin-vaksin lain, vaksin ini tidak boleh diberikan kepada penderita infeksi berat yang disertai kejang.
Efeksamping : Reaksi lokal seperti rasa sakit, kemerahan dan pembengkakan disekitar tempat penyuntikan. Reaksi yang terjadi bersifat ringan dan biasanya hilang setelah 2 hari
c. DPT Deskripsi : Vaksin jerap DPT (Idifteri partusis tetanus) adalah vaksin yang terdiri dari toxoid difteri dan tetanus yang dimurnikan serta bakteri yang telah diinaktivasi.
Indikasi : Untuk pemberian kekebalan secara simultan terhadap difteri, pertusius dan tetanus.
Kemasan : Kemasan dalam vial. 1 box vaksin terdiri dari 10 vial. 1 vial berisi 10 dosis vaksin berbentuk cairan.
Cara penberian dan dosis sebelum di gunakan vaksin harus harus di kocok terlebih dahulu agar suspensi menjadi homogen di suntikan secara intramuskuler dengan dosis pemberian 0,5 ml sebanyak 3 dosis dosis pertama di berikan kepada umur 2 bulan, dosis selanjutnya di berikan dengan interval paling cepat 4 minggu ( 1 bulan ) di unit pelayanan statis, vasin DPT yang telah di buka hanya boleh digunakan selama 4 minggu, dengan ketentuan : 1. vaksin belum kadaluwarsa,
2. vaksin dismpan dalam suhu 2 o C 8 o C, 3. Tidak pernah terendam air 4. Sterilitasnya terjaga 5. WM masih dalam kondisi A atau B. Sedangkan di Posyandu vaksin yang sudah terbuka tidak boleh digunakan lagi untuk lari berikutnya.
Efek Samping : Gejala-gejala yang bersifat sementara seperti: lemas, demam, kemerahan pada tempat suntikan. Kadang-kadang terjadi gejala berat seperti demam tinggi, iritabilitas dan meracau yang biasanya terjada 24 jam setelah imunisasi.
Kontraindikasi : Gejala-gejala keabnormalan otak pada periode bayi baru lahir stau gejala serius keabnormalan pada saraf merupakan kontraindikasi pertusis. Anak yang mengalami gejala-gejala parah pada dosis pertama, komponen pertusis harus dihindarkan pada dosis kedua, dan untuk meneruskan imunisasinya dapat diberikan DT.
d. Poliomielitis Poliomielitis adalah penyakit pada susunan saraf pusat yang disebabkan oleh satu dari tiga virus yang berhubungan, yaitu virus polio tipe 1, 2, atau 3. Polio bisa menyebabkan nyeri otot dan kelumpuhan pada salah satu maupun kedua lengan/tungkai. Polio juga bisa menyebabkan kelumpuhan pada otot-otot pernafasan dan otot untuk menelan. Polio dapat ditularkan melalui kotoran manusia (tinja) yang terkontaminasi.
Imunisasi Polio Terdapat 2 macam vaksin polio: 1. IPV (Inactivated Polio Vaccine, Vaksin Salk), mengandung virus polio yang telah dimatikan dan diberikan melalui suntikan 2. OPV (Oral Polio Vaccine, Vaksin Sabin), mengandung vaksin hidup yang telah dilemahkan dan diberikan dalam bentuk pil atau cairan. Di Indonesia umumnya diberikan vaksin Sabin, bentuk trivalen (TOPV) efektif melawan semua bentuk polio.
Cara pemberian dan dosis : Diberikan secara oral, 1 dosis adalah 2 tetes Diberikan 4 kali (polio I,II, III, dan IV) dengan interval tidak kurang dari 4 minggu. Imunisasi polio ulangan diberikan 1 tahun setelah imunisasi polio IV, kemudian pada saat masuk SD (5-6 tahun) dan pada saat meninggalkan SD (12 tahun). Dosis pertama dan kedua diperlukan untuk menimbulkan respon kekebalan primer, sedangkan dosis ketiga dan keempat diperlukan untuk meningkatkan kekuatan antibodi sampai pada tingkat yang tertinggi.
Kontraindikasi : Pada individu yang menderita immune deficiency, tidak ada efek yang berbahaya yang timbul akibat pemberian polio pada anak yang sedang sakit.
Efek samping : Pada umumnya tidak terdapat efek samping. Efek samping berupa paralisis yang disebabkan oleh vaksin sangat jarang terjadi.
2. Campak Campak adalah penyakit yang disebabkan oleh virus myxovirus viridae measles. Disebarkan melalui udara (percikan ludah) sewaktu bersin atau batuk dari penderita. Gejala awal penyakit adalah demam, bercak kemerahan, batuk pilek, konjungtivitis,, selanjutnya timbul ruam pada muka dan leher, kemudian menyebar ke tubuh dan tangan serta kaki. Komplikasi campak adalah diare hebat, peradangan pada telinga dan infeksi saluran pernafasan.
Imunisasi campak Vaksin campak merupakan virus hidup yang dilemahkan. Setiap dosis (0,5 ml) mengandung tidak kurang dari 1000 infective unit virus strain CAM 70 dan tidak lebih dari 100 mcg residu kanamycin dan 30 mcg residu erythromycin. Imunisasi campak diberikan untuk memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit campak.
Cara pemberian dan dosis: Sebelum disuntikan vaksin campak terlebih dahulu harus dilarutkan dengan pelarut steril yang tersedia yang berisi 5 ml cairan pelarut. Dosis pemberian 0,5 ml disuntikan secara subkutan pada lengan kiri atas, pada usia 9-11 bulan
Kontra indikasi : Individu yang mengidap penyakit immune deficiency atau individu yang diduga menderita gangguan respon imun karena leukemia, limfoma.
Efek samping :
Hingga 15% pasien dapat mengalami demam ringan dan kemerahan selama 3 hari yang dapat terjadi setelah vaksinasi.
f. Peran Bidan Memberikan konseling mengenai pentingnya imunisasi bagi bayi. Memberikan imunisasi pada bayi sesuai dengan jadwal pemberian imunisasi dengan dosis dan cara pemberian yang benar. Memberitahukan efek samping dari pemberian imunisasi. Memberikan konseling setelah pemberian imunisasi. Menjadwalkan kunjungan ulang untuk pemberian imunisasi selanjutnya. Memastikan semua bayi di wilayah tempat kerja bidan mendapatkan imunisasi lengkap