Anda di halaman 1dari 28

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Program Keluarga Berencana nasional bertujuan untuk meningkatkan
kesejahteraan ibu dan anak serta mewujudkan keluarga kecil yang berbahagia
sejahtera melalui pengendalian kelahiran dan pertumbuhan penduduk, dan
membantu usaha peningkatan perpanjangan harapan hidup, menurunnya tingkat
kematian bayi serta menurunnya kematian ibu karena kehamilan dan persalinan
(Hartanto,2002). Keluarga Berencana Nasional mempunyai arti penting dalam
pelaksanaan pembangunan dibidang kependudukan dan keluarga kecil berkualitas
sehingga harus dilaksanakan secara berkesinambungan (BKCS-KB Kota
Metro,2006).
Di Indonesia terdapat 66% PUS yang mengikuti Keluarga Berencana, hal
ini berarti ada sekitar 34% PUS di Indonesia yang tidak mengikuti Keluarga
Berencana. Kondisi tersebut bila tidak diintervensi, dikhawatirkan dalam
beberapa tahun kedepan Indonesia akan mengalami ledakan jumlah penduduk.
Saat ini baru 66% pasangan usia subur (PUS) di Indonesia yang mengikuti
program keluarga berencana (KB). Pemerintah telah menetapkan tiga skenario
untuk menekan pertambahan jumlah penduduk hingga 2015. Pertama, jika
peserta KB meningkat 1% setiap tahun, penduduk Indonesia hanya akan menjadi
237,8 juta jiwa. Kedua, bila peserta KB tetap konstan 60%, penduduk Indonesia
akan bertambah menjadi 255,5 juta jiwa. Ketiga, jika peserta KB menurun
menjadi 0,5% per tahun, jumlah penduduk Indonesia akan membengkak menjadi
264,4 juta jiwa.
Wanita saat akan menentukan kapan dan metode kontrasepsi apa yang
akan digunakan harus mempertimbangkan pengaruh metode kontrasepsi terhadap
fungsi reproduksi, salah satu alasan yang paling banyak disebutkan dalam
penghentian kontrasepsi adalah efek samping yang dirasakan. Menurut penelitian
yang dilakukan oleh WHO pada 5332 wanita yang telah mempunyai anak di 14
negara berkembang menunjukkan bahwa banyak wanita berhenti menggunakan

1|Page
kontrasepsi IUD, oral dan suntik dikarenakan mereka tidak dapat menerima
perubahan pola menstruasi.
Perasaan dan kepercayaan wanita mengenai tubuh dan seksualitasnya
tidak dapat dikesampingkan dalam pengambilan keputusan dalam menggunakan
kontrasepsi. Banyak wanita takut siklus normalnya berubah karena mereka takut
perdarahan yang lama dapat mengubah pola hubungan seksual dan juga dapat
membatasi aktivitas keagamaan maupun budaya. Dinamika seksual dan
kekuasaan antara pria dan wanita dapat menyebabkan penggunaan kontrasepsi
terasa canggung bagi wanita. Pendapat suami mengenai Keluarga Berencana
cukup kuat pengaruhnya untuk menentukan penggunaan metode keluarga
berencana oleh istri. Berbagai budaya mendukung kepercayaan bahwa pria
mempunyai hak akan fertilitas istri mereka. Di Papua Nugini dan Nigeria, wanita
tidak dapat membeli kontrasepsi tanpa persetujuan suami.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian pasangan usia subur?
2. Bagaimana cakupan pasangan usia subur?
3. Bagaimana rumus perhitungan pasangan usia subur?
4. Apa masalah yang di hadapi pasangan usia subur?
5. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasangan usia subur?
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan umum
Mengetahui asuhan keperawatan pada pasangan usia subur
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui pengertian pasangan usia subur
2. Mengetahui cakupan pasangan usia subur
3. Mengetahui rumus perhitungan pasangan usia subur
4. Mengetahui masalah yang di hadapi pasangan usia subur
5. Mengetahui asuhan keperawatan pada pasangan usia subur
1.4 Manfaat
1. Teoritis
Hasil makalah ini diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan khususnya
bahasan mengenai praktik pelayanan kesehatan pasangan usia subur, sehingga
dapat digunakan sebagai dasar dalam mencari referensi bagi mahasiswa dan

2|Page
sebagai pedoman untuk memberikan pengajaran/ pengembangan bagi
mahasiswa.
2. Praktis
a. Bagi Penulis
Penulis dapat menerapkan ilmu yang telah didapat, sehingga dapat
memberikan pendidikan yang berkualitas, yang akan diimplementasikan
dikemudian hari, khususnya dalam memberikan praktik pelayanan
pasangan usia subur.
b. Bagi masyarakat
Makalah ini diharapkan bermanfaat untuk menambah pengetahuan bagi
masyarakat khususnya bagi pasangan usia subur, agar mengetahui tentang
kontrasepsi berencana khususnya dalam member jarak ke kehamilan
selanjutnya.

3|Page
BAB 2

KONSEP TEORI
2.1 Definisi
Pasangan suami istri yang pada saat ini hidup bersama, baik bertempat
tinggal resmi dalam satu rumah ataupun tidak, dimana umur istrinya antara 15
tahun sampai dengan 44 tahun. Batasan umur yang digunakan disini adalah 15
sampai 44 tahun dan bukan 15–49 tahun. Hal ini tidak berarti berbeda dengan
perhitungan fertilitas yang menggunakan batasan 15–49, tetapi dalam kegiatan
keluarga berencana mereka yang berada pada kelompok 45–49 bukan merupakan
sasaran keluarga berencana lagi. Hal ini dilatarbelakangi oleh pemikiran bahwa
mereka yang berada pada kelompok umur 45–49 tahun, kemungkinan untuk
melahirkan lagi sudah sangat kecil sekali (Wirosuhardjo, 2004).
Pasangan usia subur berkisar antara usia 20-45 tahun dimana pasangan
(laki-laki dan perempuan) sudah cukup matang dalam segala hal terlebih organ
reproduksinya sudah berfungsi dengan baik. Ini dibedakan dengan perempuan
usia subur yang berstatus janda atau cerai. Pada masa ini pasangan usia subur
harus dapat menjaga dan memanfaatkan reprduksinya yaitu menekan angka
kelahiran dengan metode keluarga berencana sehingga jumlah dan interval
kehamilan dapat diperhitungkan untuk meningkatkan kualitas reproduksi dan
kualitas generasi yang akan datang. (Hanifah, Winkjosastro. 2007)
Pasangan Usia Subur (PUS) adalah pasangan suami istri yang istrinya
berumur antara 15 sampai dengan 49 tahun atau pasangan suami istri yang istri
berumur kurang dari 15 tahun dan sudah haid atau istri berumur lebih dari 50
tahun, tetapi masih haid (datang bulan) (Kurniawati, 2014). PUS yang menjadi
peserta KB adalah pasangan usia subur yang suami/istrinya sedang memakai atau
menggunakan salah satu alat atau cara kontrasepsi modern pada tahun
pelaksanaan pendataan keluarga. (BKKBN, 2011)
2.2 Cakupan pasangan usia subur
Pasangan Usia Subur adalah pasangan suami istri yang usia istrinya antara
15 – 49 tahun yang kemudian dibagi menjadi 3 (tiga ) kelompok yakni:
1. Dibawah usia 20 tahun
2. Antara 20 - 35 tahun
3. Usia diatas 35 tahun.
Berdasarkan pertimbangan fisik dan mental usia terbaik melahirkan
adalah antara 20 - 35 tahun, sehingga sangat dianjurkan bagi setiap wanita dapat
menikah diatas 20 tahun.
4|Page
Upaya peningkatan cakupan dilakukan melalui:
1. Peningkatan akses informasi
2. Peningkatan akses pelayanan PIK-Remaja
3. Peningkatan kualitas dan pengelolaan, jaringan serta keterpaduan program
PIK-Remaja. Sehingga remaja dapat meningkatkan pengetahuan, sikap dan
perilaku positif remaja tentang kesehatan reproduksi dan pemenuhan hak-hak
reproduksi bagi remaja secara terpadu dengan memperhatikan keadilan dan
kesetaraan gender. (Hanifah, Winkjosastro. 2007)
2.3 Rumus perhitungan pasangan usia subur
Persentase cakupan PUS yang usia istrinya di bawah 20 tahun.
∑ PUS yang usia isterinya < 20 tahun
—————————————————– x 100% = …..%
∑ PUS yang usia isterinya 15-49 tahun
Keterangan :
1. Pembilang : Jumlah PUS yang usia isterinya < 20 tahun.
2. Penyebut : Jumlah PUS yang usia isterinya 15 – 49 tahun.
3. Satuan Indikator: Persentase (%)
2.4 Masalah Dan Kebutuhan Yang Dialami Pasangan Usia Subur
Dalam menjalani kehidupan berkeluarga, PUS sangat mudah dalam
memperoleh keturunan, dikarenakan keadaan kedua pasangan tersebut normal.
Hal inilah yang menjadi masalah bagi PUS yaitu perlunya pengaturan fertilitas
(kesuburan), perawatan kehamilan dan persalinan aman. Dalam penyelesaian
masalah tersebut diperlukan tindakan dari tenaga kesehatan dalam penyampaian
penggunaan alat kontrasepsi rasional untuk menekan angka kelahiran dan
mengatur kesuburan dari pasangan tersebut. Maka dari itu, petugas kesehatan
harus memberikan penyuluhan yang benar dan dimengerti oleh masyarakat luas.
(Indeks artikel compas.com, 2009)
2.4.1 Kontrasepsi
Kontrasepsi berawal dari kata control berarti mencegah atau melawan
sedangkan kontasepsi adalah pertemuan antra sel telur (sel wanita) yang matang
dan sel sperma (sel pria) yang mengakibatkan kehamilan .jadi kontasepsi adalah
menghindari atau mencerah terjadi kehamilan sebagai akibat pertemuan antar sel
yang matang dengan sel sperma .(Fitria 2008)
A. Syarat –syarat kontrasepsi.
1. Aman pemakaiannya dan dapat dipercaya .
2. Lama kerja dapat di atur menurut keinginan .
3. Efek samping yang merugikan tidak ada atau minimal.
5|Page
4. Harganya dapat dijangkau masyarat .
5. Cara penggunaan sederhana .
6. Tidak mengganggu hubungan suami istri.
7. Tidak memerlukan control yang ketat selama pemakaian.(Sumber
(Hatanto,2007)
B. Macam metode atau Cara Kontrasepsi
1. Metode Kontrasepsi Sederhana
a. Tanpa alat atau obat , antara lain :
1) Metode kalender (pantangan berkala)
2) Metode lender servik
3) Metode suhu basal
4) Coitus interutus (senggama terputus )
5) Metode simpto-therma
b. Dengan alat atau obat ,antara lain
1) Mekanisme (barrier)
2) Kondom
3) Introvagina wanita antara lain :diafragma ,spons dan kap servix .
4) Kimiawi dengan spermisid antara lain : vaginal cream, vaginal foam,
vagina jelly, vagina suppositoria, vaginal tablet.
2. Metode Konrasepsi efektif (MKE)
a. Kontrasepsi hormonal
1) KB pil ,antara lain : Pil Oral Kombinasi (POK), Mini Pil , Morning
after
2) KB Sutik : Depo Provera , cylofem ,Norigest
b. Implan /AKBK.
c. Alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR)
d. Metode Konrasepsi Mantap
1) Metode Operatif pria (MOP / Vasektomi )
2) Metode operatif wanita (MOW/ Tubektomi) Sumber :
( Hartanto,2007:42)
C. Tujuan dari pengguan alat kontrasepsi adalah :
1. Menunda kehamilan
2. Di tunjukkan untuk PUS yang berusia <20tahun
3. Menjarangkan kehamilan /mengatur kehamilan
4. Masa saat istri berusia antara 20-30 tahun adalah yang paling baik untuk
melahirkan , dengan jumlah anak 2 orang dan jarak antara kelahiran adalah 2-
4 tahun mengakhiri kehamilan
5. Saat istri berusia >30tahun, terutama >35 tahun ,sebagai mengakhiri
kesuburan setelah mempunyai2 orang anak (Hartanto,2007:30)
2.4.2 Infertilitas
Infertilitas merupakan suatu ketidakmampuan pasangan untuk mencapai
kehamilan setelah 1 tahun hubungan seksual tanpa pelindung (Keperawatan
Medikal Bedah).

6|Page
Infertilitas (pasangan mandul) adalah pasangan suami istri yang telah
menikah selama satu tahun dan sudah melakukan hubungan seksual tanpa
menggunakan alat kontrasepsi, tetapi belum memiliki anak. (Sarwono, 2000).
Infertilitas berarti melaksanakan tugas dan upaya selama 1 tahun belum
berhasil hamil dengan situasi rumah tangga normal (Manuaba, 2001).
Definisi tradisional gangguan fertilitas adalah ketidakmampuan untuk
mengandung setelah sekurang-kurangnya satu tahun melakukan hubungan
seksual tanpa perlindungan (Bobak, 2006).
Klasifikasi Infertilitas
A. Infertilitas terdiri dari 2 macam, yaitu:
1. Infertilitas primer yaitu jika perempuan belum berhasil hamil walaupun koitus
teratur dan dihadapkan kepada kemungkinan kehamilan selama 12 bulan
berturut-turut.
2. Infertilitas sekunder yaitu disebut infertilitas sekunder jika perempuan pernah
hamil, akan tetapi kemudian tidak berhasil hamil lagi walaupun koitus teratur
dan dihadapkan kepada kemungkinan kehamilan selama 12 bulan berturut-
turut.
B. Penyakit Penyebab Infertilitas
1. Kista
Kista adalah suatu kantong tertutup yang dilapisi oleh selaput (membran)
yang tumbuh tidak normal di rongga maupun struktur tubuh manusia.
Terdapat berbagai macam jenis kista, dan pengaruhnya yang berbeda
terhadap kesuburan. Hal penting lainnya adalah mengenai ukuran kista.
Tidak semua kista harus dioperasi mengingat ukuran juga menjadi standar
untuk tindakan operasi. Jenis kista yang paling sering menyebabkan
infertilitas adalah sindrom ovarium polikistik. Penyakit tersebut ditandai
amenore (tidak haid), hirsutism (pertumbuhan rambut yang berlebihan, dapat
terdistribusi normal maupun tidak normal), obesitas, infertilitas, dan
pembesaran indung telur. Penyakit ini disebabkan tidak seimbangnya
hormon yang mempengaruhi reproduksi wanita.
2. Endometriosis
Endometriosis adalah jaringan endometrium yang semestinya berada di
lapisan paling dalam rahim (lapisan endometrium) terletak dan tumbuh di
tempat lain. Endometriosisbisa terletak di lapisan tengah dinding rahim
(lapisan myometrium) yang disebut jugaadenomyosis, atau bisa juga terletak
di indung telur, saluran telur, atau bahkan dalam rongga perut.Gejala umum

7|Page
penyakit endometriosis adalah nyeri yang sangat pada daerah panggul
terutama pada saat haid dan berhubungan intim, serta tentu saja infertilitas.
3. Infeksi Panggul
Infeksi panggul adalah suatu kumpulan penyakit pada saluran reproduksi
wanita bagian atas, meliputi radang pada rahim, saluran telur, indung telur,
atau dinding dalam panggul. Gejala umum infeksi panggul adalah: nyeri
pada daerah pusar ke bawah (pada sisi kanan dan kiri), nyeri pada awal haid,
mual, nyeri saat berkemih, demam, dan keputihan dengan cairan yang kental
atau berbau. Infeksi panggul memburuk akibat haid, hubungan seksual,
aktivitas fisik yang berat, pemeriksaan panggul, dan pemasangan AKDR
(alat kontrasepsi dalam rahim, misalnya: spiral).
4. Mioma Uteri
Mioma uteri adalah tumor (tumor jinak) atau pembesaran jaringan otot yang
ada di rahim.Tergantung dari lokasinya, mioma dapat terletak di lapisan luar,
lapisan tengah, atau lapisan dalam rahim.Biasanya mioma uteri yang sering
menimbulkan infertilitas adalah mioma uteri yang terletak di lapisan dalam
(lapisan endometrium). Mioma uteribiasanya tidak bergejala. Mioma aktif
saat wanita dalam usia reproduksi sehingga -saat menopause- mioma uteri
akan mengecil atau sembuh.
5. Polip
Polip adalah suatu jaringan yang membesar dan menjulur yang biasanya
diakibatkan olehmioma uteri yang membesar dan teremas-remas oleh
kontraksi rahim.Polip dapat menjulur keluar ke vagina. Polip menyebabkan
pertemuan sperma-sel telur dan lingkunganuterus terganggu, sehingga bakal
janin akan susah tumbuh.
6. Saluran Telur yang Tersumbat
Saluran telur yang tersumbat menyebabkan sperma tidak bisa bertemu
dengan sel telur sehingga pembuahan tidak terjadi alias tidak terjadi
kehamilan.Pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui saluran telur yang
tersumbat adalah dengan HSG (Hystero Salpingo Graphy), yaitu semacam
pemeriksaan röntgen (sinar X) untuk melihat rahim dan saluran telur.
7. Sel Telur
Kelainan pada sel telur dapat mengakibatkan infertilitas yang umumnya
merupakan manifestasi dari gangguan proses pelepasan sel telur (ovulasi).
Delapan puluh persen penyebab gangguan ovulasi adalah sindrom ovarium
polikistik.Gangguan ovulasi biasanya direfleksikan dengan gangguan haid.

8|Page
Haid yang normal memiliki siklus antara 26-35 hari, dengan jumlah darah
haid 80 cc dan lama haid antara 3-7 hari. Bila haid pada seorang wanita
terjadi di luar itu semua, maka sebaiknya beliau memeriksakan diri ke
dokter.
2.5 Pelayanan Kesehatan Yang Dapt Diberikan Kepada Pasangan Usia Subur
Pelayanan kesehatan yang dapt diberikan kepada pasangan usia subur yaitu:
Pelayanan Kesehatan pada Catin (calon pengantin) yaitu:
1. Pemeriksaan kesehatan kedua catin, agar salah satu/kedua catin tersebut
menderita penyakit dapat diketahui sebelumnya.
2. Apabila ternyata sakit agar segera berobat,sehingga pada saat pernikahan
kedua catin benar-benar dalam keadaan sehat.
3. Penjelasan tentang kesehatan dalam perkawinan, terutama yang berkaitan
dengan kehamilan, persalinan, masa nifas dan KB. Misalnya anemia pada
waktu hamil yang berdampak pada ibu dan bayinya.
4. Pemberiaan imunisasi TT pada catin perempuan untuk mencegah tetanus
pada bayi yang akan dilahirkannya.
5. Memberikan pengetahuan bagaimana sikap seorang PUS ini harus sesuai
dengan kodratnya, tidak sama dengan sebelum dia menikah, atau masih gadis.
Dia harus mampu melayani suaminya, bukan kebutuhan bathiniah saja tapi
rohaniah dan yang laennya juga.
6. Apabila seorang wanita datang untuk memakai KB maka bidannya harus
menanyakan apakah suaminya setuju dengan ia memakai KB. Bila perlu si
wanita tadi datang bersama suaminya, jadi suaminya juga ikut dalam
menentukan kontrasepsi yang baik dan aman untuk istrinya.
2.6 Konseling KB
Konseling didesain untuk menolong klien memahami dan menjelaskan
pandangan mereka terhadap kehidupan dan membantu mencapai tujuan
penentuan diri mereka melalui pilihan yang telah diinformasikan dengan baik
serta bermakna bagi mereka dan melalui pemecahan masalah emosional atau
karakter interpersonal.
Konseling adalah semua bentuk hubungan antara dua orang, dimana
seseorang yaitu klien dibantu untuk lebih mampu menyesuaikan diri secara
efektif terhadap dirinya sendiri dan lingkungannya, hubungan konseling
menggunakan wawancara untuk memperoleh dan memberikan berbagai
informasi, melatih atau mengajar, meningkatkan kematangan, memberikan
bantuan melalui pengambilan keputusan.

9|Page
Bimbingan dan Konseling adalah proses pemberian bantuan yang
dilakukan melalui wawancara konseling (face to face) oleh seorang ahli (disebut
konselor) kepada individu yang sedang mengalami sesuatu masalah (disebut
konseli) yang bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapi konseli serta
dapat memanfaatkan berbagai potensi yang dimiliki dan sarana yang ada,
sehingga individu atau kelompok individu itu dapat memahami dirinya sendiri
untuk mencapai perkembangan yang optimal, mandiri serta dapat merencanakan
masa depan yang lebih baik untuk mencapai kesejahteraan hidup.
Tujuan diberikannya layanan bimbingan dan konseling adalah anyak
orang menghadapi berbagai masalah dalam dirinya karena kurang mampunya
menghadapi realitas. Proses konseling dapat membantu seseorang untuk
memperoleh suatu pengalam yang sedemikian rupa sehingga mereka memiliki
suatu pemahaman yang lebih baik tentang realitas dan mampu menghadapinya
secara efektif. Agar Mampu memecahkan masalah secara wajar dan objektif.
bimbingan secara keseluruhan yang berkenaan dengan pengentasan masalah dan
fasilitasi perkembangan individu.
Langkah-langkah konseling KB :
1. GATHER menurut Gallen dan Leitenmaier
Konseling KB Gallen dan Leitenmaier memberikan satu akronim yang
dapat dijadikan panduan bagi petugas klinik KB untuk melakukan konseling.
Akronim tersebut adalah GATHER yang merupakan singkatan dari :
a. G : Greet
Berikan salam, mengenalkan diri dan membuka komunikasi.
b. A : Ask atau Assess
Menanyakan keluhan atau kebutuhan pasien dan menilai apakah
keluhan/keinginan yang disampaikan memang sesuai dengan kondisi yang
dihadapi.
c. T : Tell
Beritahukan bahwa persoalan pokok yang dihadapi oleh pasien adalah seperti
yang tercermin dari hasil tukar informasi dan harus dicarikan upaya
penyelesaian masalah tersebut.
d. H : Help
Bantu pasien untuk memahami masalah utamanya dan masalah itu yang harus
diselesaikan. Jelaskan beberapa cara yang dapat menyelesaikan masalah
tersebut, termasuk keuntungan dan keterbatasan dari masing – masing cara
tersebut. Minta pasien untuk memutuskan cara terbaik bagi dirinya.
e. E : Explain

10 | P a g e
Jelaskan bahwa cara terpilih telah diberikan atau dianjurkan dan hasil yang
diharapkan mungkin dapat segera terlihat atau diobservasi beberapa saat
hingga menampakkan hasil seperti yang diharapkan. Jelaskan pula siapa dan
dimana pertolongan lanjutan atau darurat dapat diperoleh.
f. R : Refer dan Return visit
Rujuk apabila fasilitas ini tidak dapat memberikan pelayanan yang sesuai atau
buat jadwal kunjungan ulang apabila pelayanan terpilih telah diberikan.
2. Langkah – Langkah Konseling KB SATU TUJU
Dalam memberikan konseling. Khususnya bagi calon klien KB yang baru
hendaknya dapat diterapkan 6 langkah yang sedah dikenal dengan kata kunci
SATU TUJU.Penerapan SATU TUJU tersebut tidak perlu dilakukan secara
berurutan karena petugas harus menyesuaikan diri dengan kebutuhan klien
.Beberapa klien membutuhkan lebih banyak perhatian pada langkah yang satu
dibandingkan dengan langkah lainnya.Kata kunci SATU TUJU dalah sebagai
berikut :
a. SA : sapa dan salam
Sapa dan salam kepada klien secara terbuka dan sopan. Berikan perhatian
sepenuhnya kepada mereka dan berbicara ditempat yan nyaman serta terjamin
privasinya. Yakinkan klien untuk membangun rasa percaya diri.Tanyakan
kepada klien apa yang perlu dibantu serta jelaskan pelayanan apa yang dapat
diperolehnya.
b. T : Tanya
Tanyakan kepada klien informasi tentang dirinya. Bantu klien untuk berbicara
mengenai pengalaman keluarga berencana dan kesehatan reproduksi, tujuan,
kepentingan, harapan, serta keadaan kesehatan dan kehidupan
keluarganya.Tanyakan konstrasepsi yan diiginkan ole klien. Berikan perhatian
kepada klien apa yang disampaikan oleh klien ssuai dengan kata-kata, gerak
isyarat dan caranya.Coba tempatkan diri kita di dalam hati klien.Perlihatkan
bahwa kita memahami. Dengan memahami pengetahuan, kebutuhan dan
keinginan klien kita dapat membantunya.
c. U: Uraikan
Uraikan kepada klien mengenai pilihannya dan beritahu apa pilihan
reproduksi yang paling mungkin, termasuk pilihan beberapa jenis kontrasepsi.
Bantulah klien pada jenis kontrasepsi yang paling dia ingini, serta jelaskan
pula jenis-jenis lain yang ada. Juga jelaskan alternative kontrasepsi lain yang

11 | P a g e
mungkin diingini oleh klien.Uraikan juga mengenai risiko penularan HIV/
Aids dan pilihan metode ganda.
d. TU : Bantu
Bantulah klien menentukan pilihannya. Bantulah klien berfikir mengenai apa
yang paling sesuai dengan keadaan dan kebutuhannya. Doronglah klien untuk
menunjukkan keinginannya dan mengajukan pertanyaan. Tanggapilah secara
terbuka. Petugas membantu klien mempertimbangkan criteria dan keinginan
klien terhadap setiap jenis kontrasepsi.Tanyakan juga apakah pasangannya
akan memberikan dukungan dengan pilihan tersebut. Jika memungkinkan
diskusikan mengenai pilihan tersebut pada pasangannya. Pada akhirnya
yakinkan bahwa klien telah membuat suatu keputusan yang tepat. Petugas
dapat menanyakan : Apakah anda sudah memutuskan pilhan jenis
kontrasepsi? Atau apa jenis kontrasepsi terpilih yang akan digunakan.
e. J : Jelaskan
Jelaskan secara lengkap bagaimana menggunakan kontrasepsi pilihannya
setelah klien memilih jenis kontrasepsinya, jika diperlukan perlihatkan alat/
obat kontrasepsinya.Jelaskan bagaimana alat / obat kontrasepsi tersebut
digunakan dan bagaimana cara penggunaannya. Sekali lagi doronglah klien
untuk bertanya dan petugas menjawab secara jelas dan terbuka.Beri
penjelasan juga tentang manfaat ganda metode kontrasepsi, misalnya kondom
yang dapat mencegah infeksi menular seksual (IMS).Cek pengetahuan klien
tantang penggunaan kontrasepsi pilihannya dan puji klien apabila dapat
menjawab dengan benar.
f. U : Kunjungan Ulang
Perlunya dilakukan kunjungan ulang. Bicarakan dan buatlah perjanjian, kapan
klien akan kembali untuk melakukan pemeriksaan atau permintaan
kontrasepsi jika dibutuhkan. Perlu juga selalu mengingatkan klien untuk
kembali apabila terjadi suatu masalah.
2.7 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebutuhan Ber-KB Pada PUS
Terjadinya unmet need pada pasangan usia subur merupakan salah satu
sikap dan perilaku dari pasangan tersebut dalam menggunakan alat kontrasepsi.
Salah satu teori perilaku yaitu Teori Precede-Proced yang dikembangkan oleh
Lawrence Green pada tahun 1991. Berdasarkan penelitian sebelumnya terdapat
beberapa faktor yang mempengaruhi kejadian unmet need pada PUS. Namun
terdapat pula faktor lain yang dapat mempengaruhi PUS untuk tidak

12 | P a g e
menggunakan alat kontrasepsi dan menjadi kelompok unmet need KB
berdasarkan teori perilaku.
2.7.1 Faktor Predisposisi
1. Umur
Umur berperan sebagai faktor presdiposisi dalam hubungannya
dengan pemakaian KB. Umur berhubungan dengan struktur organ, fungsi
fisiologis komposisi biokimiawi serta sistem hormonal seorang wanita(Indira,
2009). Perbedaan fungsi fisiologis, komposisi biokimiawi dan sistem
hormonal akan mempengaruhi pemakaian kontrasepsi yang bermaksud untuk
menyelamatkan ibu dan anak akibat melahirkan pada usia muda, jarak
kelahiran yang terlalu dekat dan melahirkan pada usia tua.
2. Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan terjadi setelah seseorang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Tanpa adanya
pengetahuan, seseorang tidak akan memiliki dasar dalam pengambilan sebuah
keputusan serta menentukan tindakan maupun solusi terhadap masalah yang
dihadapi(Dwijayanti, 2008).
3. Riwayat Penyakit Tertentu
Terdapat beberapa penyakit yang tidak memperbolehkan seseorang
untuk menggunakan alat kontrasepsi salah satunya adalah kontrasepsi yang
bersifat hormonal. Salah satu penyakit mempengaruhi seseorang untuk tidak
menggunakan alat kontrasepsi yaitu kanker payudara.
4. Jumlah Anak Hidup
Jumlah anak yang dimaksud adalah jumlah anak yang masih hidup
yang dimiliki oleh seorang wanita sampai saat wawancara dilakukan
(BPS,2009 dalam Indira 2009). Keluarga yang berkualitas adalah keluarga
yang sejahtera, sehat, maju, mandiri, memiliki jumlah anak yang ideal,
berwawasan ke depan, bertanggungjawab, harmonis,dan bertaqwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa.
2.7.2 Faktor Pemungkin
1. Akses Terhadap Pelayanan Alat Kontrasepsi
Agar suatu metode kontrasepsi dapat tercapai maka terlebih dahulu
kontrasepsi tersebut harus tersedia dan tempat pelayanannya pun mudah
dijangkau oleh masyarakat. Jarak pelayanan alat kontrasepsi berdasarkan
kriteria yang dibuat oleh BPS dalam mengelompokkan rata-rata jarak terdekat
(km) dari rumah tangga ke fasilitas umum yaitu dikategorikan dengan jika

13 | P a g e
jarak dari rumah ke puskesmas ≤ 2,5 km dan jauh jika jarak dari rumah
puskesmas > 2,5 km (BPS 2007 dalam Purba, 2008).
2. Pendapatan Keluarga
Pendapatan menurut BPS (2006) merupakan balas jasa yang diterima
oleh faktor-faktor produksi dalam jangka waktu tertentu. Menurut penelitian
yang dilakukan oleh Suseno (2011) pendapatan memiliki hubungan yang
signifikan terhadap kejadian unmet need (p=0,033 (p<0,05) ; 95% CI =
1,162-14,463). (Suseno, 2011). Pendapatan keluarga perbulan yang rendah
akan memungkinkan PUS tersebut untuk tidak menggunakan KB karena
penggunaan KB bukan merupakan kebutuhan primer di keluarga.
3. Biaya
Mekanisme harga adalah proses yang berjalan atas dasar haya
tarikmenarik antara konsumen-konsumen dan produsen-produsen yang
bertemu di pasar (Boediono, 2011). Pasar yang dimaksud dapat kita artikan
sebagai pelayanan kesehatan, PUS sebagai konsumen dan tenaga kesehatan
sebagai produsen. Biaya alat kontrasepsi yang dimaksud adalah semua
pengeluaran yang digunakan untuk memasang atau memperoleh alat
kontrasepsi. Dalam penggunaan metode kontrasepsi, harga atau biaya yang
mudah dijangkau oleh masyarakat merupakan salah satu persyaratan yang
harus dipenuhi, sehingga kontrasepsi dapat digunakan oleh semua PUS.
2.7.3 Faktor Pendorong
1. Dukungan dari Pasangan
Dalam persyaratan penggunaan metode kontrasepsi telah dijelaskan
bahwa dalam penggunaan metode kontrasepsi harus dapat diterima bukan
hanya oleh klien tetapi juga pasangan dan lingkungan budaya di masyarakat.
Permasalahan yang ada dalam kontrasepsi yaitu apabila mendengar kata
kontrasepsi identik dengan perempuan sebagai penggunaanya.
2. Informasi Dari Tenaga Kesehatan
Peran tenaga kesehatan sangat penting dalam membantu, melindungi
dan mendukung pelaksanaan program KB. Untuk pasangan baru yang ingin
menggunakan alat kontrasepsi, biasanya akan berkonsultasi dengan bidan di
klinik KB yang dekat dengan temapt tinggalnya. Terlihat proses interaksi
sosial dan penyampaian pesan terjadi, di mana bidan akan akan menjelaskan
dan memberikan informasi secara detail apa itu program KB, apa saja jenis-
jenis kntrasepsi hingga apa saja reaksi atau dampak dari setiap jenis alat
kontrasepsi tersebut (Nainggolan, 2013).
14 | P a g e
2.8 Promosi Kesehatan Yang Diberikan Pada Pasangan Usia Subur
Dewasa ini, pemerintah melakukan suatu program dalam penekanan
angka kelahiran karena kebanyakan penduduk Indonesia melakukan pernikahan
dalam usia dini dimana masih banyak kesempatan/masa dimana keduanya
memiliki keturunan yang banyak. Untuk itu, perlunya penyuluhan dalam
mengatasi masalah tersebut dengan memperkenalkan alat kontrasepsi pada
pasangan tersebut.
Para petugas kesehatan harus memberi penyuluhan KB dan alat
kontrasepsi, dan harus menyerahkan pilihan pada kedua pasangan tersebut untuk
memilih apa yang sesuai dengan keinginannya. Salah satu alat kontrasepsi baik
untuk pria dan wanita yaitu :
1. Vasektomi
Merupakan kontap atau metode operasi pria (MOP) dengan jalan memotong vas
deferen sehingga saat ejakulasi tidak terdapat spermatozoa dalam cairan sperma.
Setelah menjalani vasektomi tidak segera akan steril, tetapi memerlukan sekitar
12 kali ejakulasi, baru sama sekali bebas dri spermatozoa. Oleh karena itu,
diperlukan penggunaan kondom selama 12 kali sehingga bebas untuk melakukan
hubungan seks.
2. Tubektomi
Ialah tindakan yang dilakukan pada kedua tuba fallopii wanita. Keuntungan
tubektomi adalah :
a. Motivasi hanya dilakukan satu kali saja
b. Efektivitas hampir 100%
c. Tidak mempengaruhi libido seksualis
d. Kegagalan dari pihak pasien tidak ada.
Pelaksanaan tubektomi dilakukan pasca keguguran, pasca persalinan
dilakukan 48 jam setelah melahirkan karena belum dipersulit dengan edema tuba,
infeksi, dan alat-alat genital belum menciut.
Tubektomi dan vasektomi dilakukan pada pasangan yang tidak
menginginkan anak lagi yang sering disebut kontap (kontrasepsi mantap). Dalam
pemilihan kontrasepsi ini, diperlukan pemikiran yang matang.
2.9 Peran Perawat
1. Memberi penyuluhan pada pasangan usia subur mengenai pemilihan KB
2. Memberi HE mengenai pentingnya mengatur jarak kehamilan
3. Menyarankan pasangan usia subur untuk menyelesaikan masalah dengan
mengkonsultasikan pada petugas kesehatan
Peran Perawat Komunitas
Banyak peranan yang dapat dilakukan oleh perawat kesehatan masyarakat
diantaranya adalah :
15 | P a g e
1. Sebagai penyedia pelayanan (Care provider)
Memberikan asuhan keperawatan melalui mengkaji masalah keperawatan
yang ada, merencanakan tindakan keperawatan, melaksanakan tindakan
keperawatan dan mengevaluasi pelayanan yang telah diberikan kepada
individu, keluarga, kelompok dan masyarakat (Helvie, 1997).
2. Sebagai Pendidik dan konsultan (Nurse Educator and Counselor)
Memberikan pendidikan kesehatan kepada individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat baik di rumah, puskesmas, dan di masyarakat secara terorganisir
dalam rangka menanamkan perilaku sehat, sehingga terjadi perubahan
perilaku seperti yang diharapkan dalam mencapai derajat kesehatan yang
optimal (Helvie, 1997). Konseling adalah proses membantu klien untuk
menyadari dan mengatasi tatanan psikologis atau masalah sosial untuk
membangun hubungan interpersonal yang baik dan untuk meningkatkan
perkembangan seseorang. Di dalamnya diberikan dukungan emosional dan
intelektual (Mubarak, 2005).
Proses pengajaran mempunyai 4 komponen yaitu : pengkajian, perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi. Hal ini sejalan dengan proses keperawatan dalam
fase pengkajian seorang perawat mengkaji kebutuhan pembelajaran bagi
pasien dan kesiapan untuk belajar. Selama perencanaan perawat membuat
tujuan khusus dan strategi pengajaran. Selama pelaksanaan perawat
menerapkan strategi pengajaran dan selama evaluasi perawat menilai hasil
yang telah didapat (Mubarak, 2005).
3. Sebagai Panutan (Role Model)
Perawat kesehatan masyarakat harus dapat memberikan contoh yang baik
dalam bidang kesehatan kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat
tentang bagaimana tata cara hidup sehat yang dapat ditiru dan dicontoh oleh
masyarakat.
4. Sebagai pembela (Client Advocate)
Pembelaan dapat diberikan kepada individu, kelompok atau tingkat
komunitas. Pada tingkat keluarga, perawat dapat menjalankan fungsinya
melalui pelayanan sosial yang ada dalam masyarakat (Helvie, 1997). Seorang
pembela klien adalah pembela dari hak-hak klien. Pembelaan termasuk di
dalamnya peningkatan apa yang terbaik untuk klien, memastikan kebutuhan
klien terpenuhi dan melindungi hak-hak klien (Mubarak, 2005).
Tugas perawat sebagai pembela klien adalah bertanggung jawab membantu
klien dan keluarga dalam menginterpretasikan informasi dari berbagai
16 | P a g e
pemberi pelayanan dan dalam memberikan informasi hal lain yang diperlukan
untuk mengambil persetujuan (Informed Concent) atas tindakan keperawatan
yang diberikan kepadanya (Mubarak, 2005). Tugas yang lain adalah
mempertahankan dan melindungi hak-hak klien, harus dilakukan karena klien
yang sakit dan dirawat di rumah sakit akan berinteraksi dengan banyak
petugas kesehatan (Mubarak, 2005).
5. Sebagai Manajer kasus (Case Manager)
Perawat kesehatan masyarakat diharapkan dapat mengelola berbagai kegiatan
pelayanan kesehatan puskesmas dan masyarakat sesuai dengan beban tugas
dan tanggung jawab yang dibebankan kepadanya (Helvie, 1997).
6. Sebagai kolaborator
Peran perawat sebagai kolaborator dapat dilaksanakan dengan cara
bekerjasama dengan tim kesehatan lain, baik dengan dokter, ahli gizi, ahli
radiologi, dan lain-lain dalam kaitanya membantu mempercepat proses
penyembuhan klien (Mubarak, 2005). Tindakan kolaborasi atau kerjasama
merupakan proses pengambilan keputusan dengan orang lain pada tahap
proses keperawatan. Tindakan ini berperan sangat penting untuk
merencanakan tindakan yang akan dilaksanakan.
7. Sebagai perencana tindakan lanjut (Discharge Planner)
Perencanaan pulang dapat diberikan kepada klien yang telah menjalani
perawatan di suatu instansi kesehatan atau rumah sakit. Perencanaan ini dapat
diberikan kepada klien yang sudah mengalami perbaikan kondisi kesehatan.
8. Sebagai pengidentifikasi masalah kesehatan (Case Finder)
Melaksanakan monitoring terhadap perubahan-perubahan yang terjadi pada
individu, keluarga, kelompok dan masyarakat yang menyangkut masalah-
masalah kesehatan dan keperawatan yang timbul serta berdampak terhadap
status kesehatan melalui kunjungan rumah, pertemuan-pertemuan, observasi
dan pengumpulan data.
9. Koordinator Pelayanan Kesehatan (Coordinator of Services)
Peran perawat sebagai koordinator antara lain mengarahkan, merencanakan
dan mengorganisasikan pelayanan kesehatan yang diberikan kepada klien
(Mubarak, 2005). Pelayanan dari semua anggota tim kesehatan, karena klien
menerima pelayanan dari banyak profesional (Mubarak, 2005).
10. Pembawa perubahan atau pembaharu dan pemimpin (Change Agent and
Leader)
Pembawa perubahan adalah seseorang atau kelompok yang berinisiatif
merubah atau yang membantu orang lain membuat perubahan pada dirinya
17 | P a g e
atau pada sistem. Marriner torney mendeskripsikan pembawa perubahan
adalah yang mengidentifikasikan masalah, mengkaji motivasi dan
kemampuan klien untuk berubah, menunjukkan alternatif, menggali
kemungkinan hasil dari alternatif, mengkaji sumber daya, menunjukkan peran
membantu, membina dan mempertahankan hubungan membantu, membantu
selama fase dari proses perubahan dan membimibing klien melalui fase-fase
ini (Mubarak, 2005).
11. Peningkatan dan perubahan adalah komponen essensial dari perawatan.
Dengan menggunakan proses keperawatan, perawat membantu klien untuk
merencanakan, melaksanakan dan menjaga perubahan seperti : pengetahuan,
ketrampilan, perasaan dan perilaku yang dapat meningkatkan kesehatan
(Mubarak, 2005)
12. Pengidentifikasi dan pemberi pelayanan komunitas (Community Care
Provider And Researcher)
Peran ini termasuk dalam proses pelayanan asuhan keperawatan kepada
masyarakat yang meliputi pengkajian, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi
masalah kesehatan dan pemecahan masalah yang diberikan. Tindakan
pencarian atau pengidentifikasian masalah kesehatan yang lain juga
merupakan bagian dari peran perawat komunitas
2.10 Asuhan Keperawatan Komunitas
Target keperawatan komunitas adalah:
1. Pelayanan kesehatan sebaiknya tersedia, dapat dijangkau dan dapat diterima
semua orang dari berbagai golongan
2. Penyusunan kebijakan seharusnya melibatkan penerima pelayanan dalam hal
ini komunitas
3. Perawat sebagai pemberi pelayanan dan klien sebagai penerima pelayanan
perlu terjalin kerjasama yang baik
4. Lingkungan dapat mempengaruhi kesehatan komunitas baik bersifat
mendukung maupun mengahambat
5. Pencegahan penyakit dilakukan dalam upaya meningkatkan kesehatan
masyarakat
6. Kesehatan merupakan tanggung jawab setiap orang
Berdasarkan pada asumsi dasar dan keyakinan yang ada di masyarakat,
maka dapat dkembangkan falsafah keperawatan komunitas sebagai landasan

18 | P a g e
praktik keperawatan komunitas. Dalam falsafah keperawatan komunitas,
keperawatan komunitas merupakan pelayanan yang memberikan perhatian
terhadap pengaruh lingkungan (bio-psiko-sosio-kultural dan spiritual) terhadap
kesehatan komunitas, dan memberikan prioritas pada strategi pencegahan
penyakit dan peningkatan kesehatan. Falsafah yang melandasi keperawatan
komunitas mengacu kepada paradigma keperawatan yang terdiri dari 4 hal
penting, yaitu: manusia, kesehatan, lingkungan dan keperawatan sehingga dapat
dirumuskan sebagai berikut:
1. Pelayanan keperawatan kesehatan masyarakat adalah pekerjaan yang luhur
dan manusiawi yang ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat.
2. Perawatan kesehatan masyarakat adalah suatu upaya berdasrkan kemanusiaan
untuk meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan bagi terwujudnya
manusia yang sehat khususnya dan masyarakat yang sehat pada umumnya.
3. Pelayanan perawatan kesehatan masyarakat harus terjangkau dan dapat
diterima oleh semua orang dan merupakan bagian integral dari upaya
kesehatan
4. Upaya preventif dan promotif merupakan upaya pokok tanpa mengabaikan
upaya kuratif dan rehabilitatif
5. Pelayanan keperawatan kesehatan masyarakat yang diberikan berlangsung
secara berkesinambungan
6. Perawatan kesehatan masyarakat sebagai provider dan klien sebagai
konsumer pelayanan keperawatan dan kesehatan, menjamin suatu hubungan
yang saling mendukung dan mempengaruhi perubahan dalam kebijaksanaan
dan pelayanan kesehatan ke arah peningkatan status kesehatan yang lebih
baik bagi masyarakat di desa Pamijen.
7. Pengembangan tenaga kesehatan/keperawatan bagi masyarakat yang
direncanakan secara berkesinambungan dan terus menerus agar lebih baik.
Dalam melaksanakan asuhan keperawatan komunitas, metode yang
digunakan adalah proses keperawatan sebagai suatu pendekatan ilmiah di dalam
bidang keperawatan, melalui tahap-tahap sebagai berikut:
1. Pengkajian

19 | P a g e
Dalam tahap pengkajian ini terdapat 5 kegiatan, yaitu : pengumpulan data,
pengolahan data, analisis data, perumusan atau penentuan masalah kesehatan
masyarakat dan prioritas masalah (Mubarak, 2005).
a. Pengumpulan data
Pengumpulan data dimaksudkan untuk memperoleh informasi mengenai
masalah kesehatan pada masyarakat sehingga dapat ditentukan tindakan yang
harus diambil untuk mengatasi masalah tersebut yang menyangkut aspek
fisik, psikologis, sosial ekonomi dan spiritual serta faktor lingkungan yang
mempengaruhi (Mubarak, 2005). Pengumpulan data dapat dilakukan dengan
cara sebagai berikut:
1) Wawancara atau anamnesa
2) Pengamatan
3) Pemeriksaan fisik
Menurut Anderson dan Elizabeth T (2006), dalam pengkajian sumber data
yang dipergunakan dapat diperoleh melalui beberapa sumber, yaitu :
1) Sensus
Sensus merupakan sumber data yang paling lengkap. Data sensus dapat
diperoleh dengan cara survey terhadap masyarakat.
Data Statistik Vital :
Data statistik vital adalah data tentang kejadian-kejadian yang tercatat
secara legal, seperti kelahiran, kematian, perkawinan, dan perceraian,
yang dikumpulkan secara terus-menerus oleh badan pemerintahan.
1) Laporan Penyakit yang Terinformasikan
Laporan penyakit yang terinformasikan adalah data yang dilaporkan
oleh departemen kesehatan baik pusat maupun daerah tentang
penyakit-penyakit yang dapat dilaporkan secara legal. Secara legal
laporan penyakit yang ditugaskan mungkin tidak mewakili seluruh
kasus penyakit sehingga laporan tersebut tidak menyajikan penjelasan
yang valid tentang penyakit yang terjadi di masyarakat. Dalam
prakteknya, petugas kesehatan mungkin gagal untuk memberikan
laporan penyakit yang seharusnya dilaporkan.
2) Catatan Medis dan Rumah Sakit
Catatan medis dan rumah sakit digunakan secara luas dalam
penelitian kesehatan komunitas. Bagaimanapun catatan-catatan
inipun tidak menyajikan gambaran yang lengkap atau valid tentang
kesehatan komunitas.
3) Catatan Autopsi

20 | P a g e
Catatan autopsy memiliki bias yang sangat kentara, pasien menderita
sakit yang parah dan meninggal dunia. Autopsy tidak dilakukan pada
semua kasus kematian. Catatan autopsy meliputi kasus-kasus
kematian akibat tindak kekerasan yang tidak proporsional dan
penyebab kematian seseorang yang tidak diketahui sampai autopsy
dilakukan.
b. Pengolahan data
Setelah data diperoleh, kegiatan selanjutnya adalah pengolahan data denga
cara sebagai berikut :
1) Klasifikasi data atau kategori data
2) Penghitungan prosentase cakupan dengan menggunakan telly
3) Tabulasi data
4) Interpretasi data
c. Analisis data
Fase-fase yang dapat digunakan dalam membantu proses analisis adalah :
1) Kategorisasi
Untuk menganalisis data pengkajian komunitas, sangat membantu jika
pertama-tama mengkategorikan data. Data dapat dikategorikan dalam
berbagai cara. Kategori data pengkajian komunitas meliputi:
a) Karakteristik demografi (ukuran keluarga, usia, jenis kelamin, dan
kelompok etnik dan ras).
b) Karakteristik geografik (batas wilayah, jumlah dan ukuran lahan
tempat tinggal, ruang public, dan jalan).
c) Karakteristik social-ekonomi (kategori pekerjaan, penghasilan,
pendidikan yang dicapai, dan pola penyewaan atau kepemilikan
rumah).
d) Struktur dan pelayanan kesehatan (rumah sakit, klinik, pusat
pelayanan kesehtan mental, dan sebagainya).
2) Ringkasan
Berupa diagram dan grafik.
3) Pembandingan
Tugas selanjutnya sebagai tambahan dalam menganalisa data adalah
mengidentifikasi kesenjangan, kejanggalan, dan kehilangan data.
Kesenjangan data tidak dapat dihindarkan seperti kesalahan dalam
pencatatan, tugas penting adalah menganalisa secara kritis data dan
menyadari potensi terjadinya kesenjangan dan kehilangan data.
4) Penarikan kesimpulan
Setelah mengkategorikan, meringkas, dan membandingkan data yang
telah dikumpulkan, langkah terakhir adalah menarik simpulan logis dari

21 | P a g e
bukti yang ada untuk mengarah perumusan diagnosa keperawatan
komunitas.
d. Penentuan masalah atau perumusan masalah kesehatan
Berdasarkan analisa data dapat diketahui masalah kesehatan dan
keperawatan yang dihadapi oleh masyarakat, sekaligus dapat dirumuskan
yang selanjutnya dilakukan intervensi. Namun demikian masalah yang telah
dirumuskan tidak mungkin diatasi sekaligus. Oleh karena itu diperlukan
prioritas masalah (Mubarak, 2005).
e. Prioritas masalah
Dalam menentukan prioritas masalah kesehatan masyarakat dan keperawatan
perlu mempertimbangkan berbagai faktor sebagai kriteria diantaranya adalah
(Mubarak, 2005):
1) Perhatian masyarakat
2) Prevalensi kejadian
3) Berat ringannya masalah
4) Kemungkinan masalah untuk diatasi
5) Tersedianya sumberdaya masyarakat
f. Aspek politis
Dalam menyusun atau mengurut masalah atau diagnosis komunitas sesuai
dengan prioritas (penapisan) yang digunakan dalam keperawatan komunitas
adalah format penapisan menurut Stanhope , Lancaster, 1988 :
No Kriteria Bobot kriteria 1-10 Masalah Bobot
1 - 10 Rasional Makna masalah
1 Kesadaran masyarakat terhadap masalah
2 Motivasi komuniti untuk mengatasi masalah
3 Kemampuan perawat untuk mengatasi masalah
4 Fasilitas yang tersedia untuk mengatasi
5 Bertanya akibat jika masih tetap
6 Cepat masalah teratasi
2. Diagnosis keperawatan
Diagnosis keperawatan ditetapkan berdasarkan masalah yang ditemukan.
Diagnosa keperawatan akan memberi gambaran masalah dan status kesehatan
masyarakat baik yang nyata (aktual), dan yang mungkinterjadi (potensial)
(Mubarak, 2005). Diagnosa keperawatan mengandung komponen utama yaitu
problem (masalah), etiologi (penyebab), sign atau symtom (tanda gejala)
(Mubarak, 2005).
3. Perencanaan keperawatan.
Perencanaan asuhan keperawatan kesehatan masyarakat disusun
berdasarkan diagnosa keperawatan yang telah ditetapkan dan rencana
keperawatan yang disusun harus mencakup perumusan tujuan, rencana tindakan

22 | P a g e
keperawatan yang akan dilakukan dan kriteria hasil untuk menilai pencapaian
tujuan (Mubarak, 2005).
4. Pelaksanaan
Pelaksanaan merupakan tahap realisasi dari rencana asuhan keperawatan
yang telah disusun. Dalam pelaksanaan tindakan keperawatan, perawat
kesehatan masyarakat harus bekerjasama dengan anggota tim kesehatan lainya.
Dalam hal ini melibatkan pihak Puskesmas, Bidan desa dan anggota masyarakat
(Mubarak, 2005).
Prinsip yang umum digunakan dalam pelaksanaan atau implementasi pada
keperawatan komunitas adalah :
a. Inovative
Perawat kesehatan masyarakat harus mempunyai wawasan luas dan mampu
menyesuaikan diri dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan tehnologi
(IPTEK) dan berdasar pada iman dan taqwa (IMTAQ) (Mubarak, 2005).
b. Integrated
Perawat kesehatan masyarakat harus mampu bekerjasama dengan sesama
profesi, tim kesehatan lain, individu, keluarga, kelompok dan masyarakat
berdasarkan azas kemitraan (Mubarak, 2005).
c. Rasional
Perawat kesehatan masyarakat dalam melakukan asuhan keperawatan harus
menggunakan pengetahuan secara rasional demi tercapainya rencana
program yang telah disusun (Mubarak, 2005).
d. Mampu dan mandiri
Perawat kesehatan masyarakat diharapkan mempunyai kemampuan dan
kemandirian dalam melaksanakan asuhan keperawatan serta kompeten
(Mubarak, 2005).
e. Ugem
Perawat kesehatan masyarakat harus yakin dan percaya atas kemampuannya
dan bertindak dengan sikap optimis bahwa asuhan keperawatan yang
diberikan akan tercapai. Dalam melaksanakan implementasi yang menjadi
fokus adalah : program kesehatan komunitas dengan strategi : komuniti
organisasi dan partnership in community (model for nursing partnership)
(Mubarak, 2005).
Level pencegahan dalam pelaksanaan praktik keperawatan komunitas
terdiri atas:
a. Pencegahan Primer
b. Pencegahan Sekunder
23 | P a g e
c. Pencegahan Tersier
5. Evaluasi atau Penilaian
Evaluasi memuat keberhasilan proses dan keberhasilan tindakan
keperawatan. Keberhasilan proses dapat dilihat dengan membandingkan antara
proses dengan pedoman atau rencana proses tersebut. Sedangkan keberhasilan
tindakan dapat dilihat dengan membandingkan antara tingkat kemandirian
masyarakat dalam perilaku kehidupan sehari-hari dan tingkat kemajuan
kesehatan masyarakat komunitas dengan tujuan yang telah ditetapkan atau
dirumuskan sebelumnya (Mubarak, 2005).
Evaluasi dilakukan atas respon komunitas terhadap program kesehatan
dalam upaya mengukur kemajuan terhadap tujuan obyektif program. Data
evaluasi merupakan hal penting untuk memperbaiki database dan diagnosis
keperawatan komunitas yang dihasilkan dari analisis pengkajian data
komunitas.Hal-hal yang perlu dievaluasi adalah masukan (input), pelaksanaan
(proses) dan hasil akhir (output). Penilaian yang dilakukan berkaitan dengan
tujuan yang akan dicapai, sesuai dengan perencanaan yang telah disusun semula.
Sejalan dengan landasan teoretis dalam menjalin kemitraan dengan komunitas,
program evaluasi yang kita jalankan didasarkan pada prinsip yang dikenukakan
oleh Foundation, W.K.K (1998). Prinsip tersebut disimpulkan sebagai berikut :
a. Memperkuat program
Tujuan perawatan adalah promosi kesehatan dan peningkatan kepercayaan
diri komunitas. Evaluasi membantu pencapaiain ini dengan cara
menyediakan proses yang sistematik dan berkelanjutan dalam mengakaji
program dampaknya serta hasil akhir program tersebut.
b. Menggunakan pendekatan multipel
Selain pendekatan multidisiplin, metode evaluasi mungkin banyak dan
bermacam-macam. Tidak ada satu pendekatan yang lebih unggul, tetapi
metode yang dipilih harus señalan anegan tujuan program.
c. Merancang evaluasi untuk memnuhi isu nyata
Program berbasis dan berfokus-komunitas, yang berakar pada comunitas
nyata dan berdasarkan pengkajian comunitas, harus memiliki rancangan
evalausi untuk mengukur kriteria mengenai pentingnya program tersebut
bagi komunitas.
d. Menciptakan proses partisipasi

24 | P a g e
Apabila anggota komunitas merupakan bagian dari pengkajian, analisis,
perencanaan, dan implementasi, merekapun harus menjadi mitra dalam
evaluasi.
e. Memungkinkan fleksibilitas
Pendekatan evaluasi harus fleksibel dan bersifat prestiktif; jira tidak, akan
sulit untuk mendokumentasikan munculnya perubahan yang sering kali
meningkat secara tajam dan komplek.
f. Membangun kapasitas
Prose evaluasi, selain mengukur hasil akhir, harus meningkatkan
ketrampilan, pengetahuan, dan perilaku individu yang terlibat didalamnya.
Hal ini serupa dengan kontek profesional maupun nonprofesional.
Komponen penting dalam fokus evaluasi adalah:
a. Relevansi atau hubungan antara kenyataan yang ada dengan pelaksanaan
b. Perkembangan atau kemajuan proses
c. Efisiensi biaya
d. Efektifitas kerja
e. Dampak : apakah status kesehatan meningkat/menurun, dalam jangka waktu
berapa?

Perubahan ini dapat diamati seperti gambar dibawah ini:

Gambar 2.1 Perubahan dampak kesehatan

Keterangan:
: peran masyarakat
: peran perawat

Tujuan akhir perawatan komunitas adalah kemandirian keluarga yang


terkait dengan lima tugas kesehatan, yaitu: mengenal masalah kesehatan,
mengambil keputusan tindakan kesehatan, merawat anggota keluarga,
menciptakan lingkungan yang dapat mendukung upaya peningkatan kesehatan
keluarga serta memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan yang tersedia,
sedangkan pendekatan yang digunakan adalah pemecahan masalah keperawatan
melalui proses asuhan keperawatan komunitas.

25 | P a g e
26 | P a g e
BAB 3

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pasangan usia subur berkisar antara usia 20-45 tahun dimana pasangan
(laki-laki dan perempuan) sudah cukup matang dalam segala hal terlebih organ
reproduksinya sudah berfungsi dengan baik. Ini dibedakan dengan perempuan
usia subur yang berstatus janda atau cerai. Pada masa ini pasangan usia subur
harus dapat menjaga dan memanfaatkan reprduksinya yaitu menekan angka
kelahiran dengan metode keluarga berencana sehingga jumlah dan interval
kehamilan dapat diperhitungkan untuk meningkatkan kualitas reproduksi dan
kualitas generasi yang akan datang. Dan dalam makalah ini telah dibahas
mengenai penggunaan kontrasepsi kondom pada laki- laki, kontrasepsi pil pada
perempuan dan kenseling KB yang itu bertujuan untuk memberikan jarak kepada
pasangan usia subur untuk merencanakan kehamilan selanjutnya.
3.2 Saran
1. Bagi mahasiswa
Hasil makalah ini diharapkan dapat menambah pustaka atau informasi ilmiah
tentang kesehatan reproduksi khususnya tentang pasangan usia subur.
Sehingga dapat memperkaya wawasan dan pengetahuan bagi mahasiswa.
2. Bagi penulis
Hasil makalah ini diharapkan bisa sebagai acuan dan evaluasi untuk penulis
dalam membuat makalah khususnya makalah pengenai praktik pelayanan
kesehatan pasangan usia subur
3. Bagi Masyarakat
Hasil makalah ini diharapkan dapat dijadikan bahan evaluasi bagi tokoh
masyarakat dalam partisipasi untuk menggunakan kontrasepsi, khususnya
kontrasepsi pil dan kontrasepsi kondom.

27 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA

Benson, Ralph.2008. Buku saku obstetri dan ginekologi.. Jakarta:Arcan

Bkkbn. 2006. Pelatihan Keterampilan Kip,Kb Dan Kesehatan Reproduksi. Jakarta :


Bkkbn.

Bobak. 2004. Buku ajar keperawatan maternitas edisi 4. Jakarta : EGC


Manuaba.IBG.2001.Kapita selekta penatalaksanaan rutin obstetri ginekologi dan KB.
Jakarta:EGC

Burner and, suddarth. 2001. Buku Ajar Keperawatan. Medikal Bedah edisi 8 volume 2.
Jakarta: EGC

Hanifah, Winkjosastro. 2007. Ilmu Kandungan. Jakarta: yayasan bina pustaka sarwono
prawirohardjo.

Mansjoer, Arif. 2001. Kapita Selekta Kedokteran Jilid I. Jakarta: Media Aesculapius.

Reeder, Sharon J. 2011. Keperawatan Maternitas; Kesehatan Wanita, Bayi Dan


Keluarga, Edisi 18. Jakarta: EGC

Saifuddin, Abdul Bari. 2006. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta:
yayasan bina pustaka sarwono prawirohardjo.

Wiknjosastro.Hanifa.2005.Ilmu Kandungan.Jakarta :YBP-SP

28 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai