Anda di halaman 1dari 3

Setiap pasangan yang menikah pasti mengharapkan hadirnya seorang anak dalam kehidupan

rumah tangga. Memiliki anak merupakan salah satu tujuan pernikahan yang dapat
melengkapi kebahagiaan setiap pasangan yang telah menikah. Namun, tidak setiap pasangan
yang sudah menikah dapat langsung dikaruniai seorang anak dalam rumah tangganya.
Bahkan cukup banyak pasangan yang belum memiliki keturunan setelah beberapa tahun
bahkan dalam hitungan decade pernikahan mereka. Kondisi ini sering disebut dengan
infertilitas/kemandulan (kesulitan mendapatkan anak)

WHO (2021) menyebutkan infertilitas adalah penyakit sistem reproduksi yang ditandai
dengan kegagalan pasangan untuk mencapai kehamilan setelah pasangan berhubungan
seksual tanpa proteksi atau kontrasepsi selama 12 bulan. Infertilitas dibagi menjadi 2 yaitu
infertilitas primer dan infertilitas sekunder. Infertilitas primer terjadi ketika pasangan tidak
pernah sama memiliki anak atau tidak terjadi kehamilan sama sekali. Sementara infertilitas
sekunder adalah ketika pasangan suami istri yang sudah memiliki anak namun kesulitan
untuk bisa hamil kembali atau mendapatkan anak yang berikutnya.

Infertilitas terjadi karena adanya gangguan pada sistem reproduksi yang dapat dialami pria
maupun wanita. Di Indonesia kejadian infertilitas yaitu sekitar 10-15% atau 4-6 juta pasangan
dari 39,8 juta pasangan usia subur dan memerlukan pengobatan infertilitas untuk akhirnya
bisa mendapatkan keturunan.

Penyebab infertilitas pada pria diakibatkan oleh gangguam kesuburan yang dapat dibagi
menjadi 3 faktor yaitu (1) Faktor Pretestikular umumnya berkaitan dengan gangguan
hormonal yang dapat mempengaruhi pembentukan sperma (2) Faktor testikular merupakan
gangguan yang terjadi pada testis sehingga mengganggu pembentukan sperma, (3) Faktor
Post testikular terjadi di luar testis setelah spermatozoa keluar dari tubukus seminiferus
(Gaziansyah et., al 2019). Sedangkan, infertilitas pada wanita dapat disebabkan oleh beberapa
faktor antara lain (1) Gangguan Hormonal, (2) Endometriosis, (3) Polycystic Ovary Sindrom,
(4) Penyumbatan atau kerusakan pada tuba Falopii (tuba non paten), (5) Alergi sperma/ASA
tinggi (Nurjannah, 2019).

Perempuan memiliki peran sebesar 40-50% pada kasus infertilitas sedangkan laki-laki
sebesar 30% dan penyebab lainnya sekitar 20-30% dari pasangan tersebut (Rae et., al 2015).
Jadi persepsi yang menganggap bahwa infertilitas atau kemandulan hanya dialami oleh
wanita saja itu merupakan kesalahan besar. Perempuan menjadi pihak yang banyak
dirugikan dalam hal infertilitas, stigma masyarakat memandang jika pasangan belum
memiliki keturunan maka perempuan lah yang akan dianggap bersalah (Hasanpoor-Azghady,
2019).

Budaya patriarki yang sangat kental dan mengakar pada beberapa budaya masyarakat di
Indonesia masih menganggap tabu masalah infertilitas, dimana bias gender menjadi salah
satu faktor yang menghambat pasangan mendapatkan layanan kesehatan infertilitas secara
maksimal. Hal ini juga berperan dalam pengambilan keputusan untuk mendapatkan layanan
infertilitas, dimana setiap keputusan biasanya bergantung kepada suami (Dermatoto, 2010).

Infertilitas memiliki dampak terhadap psikologis, terutama bagi wanita. Sumber tekanan
sosiopsikologis pada wanita sangat terkait erat dengan kemungkinan mereka untuk hamil dan
melahirkan. Dengan demikian, sudah saatnya infertilitas tidak hanya dianggap sebagai
masalah medis atau psikologis, tetapi juga masalah sosial. Selain itu, perawatan infertilitas
memberikan tekanan pada rasa sakit fisik, mental, dan emosional. Pasangan infertil berjuang
dengan stres dan stigma dari masyarakat, terutama bagi perempuan.

Dukungan perlu diberikan kepada perempuan yang memiliki masalah infertilitas agar tetap
dapat diberdayakan. Infertilitas bukanlah akhir dari kehidupan seorang wanita. Infertilitas
dapat diobati, mulai dari metode sederhana seperti modifikasi gaya hidup hingga metode
yang lebih canggih dengan teknologi reproduksi berbantuan seperti inseminasi dan fertilisasi
in vitro (IVF).

Daftar Pustaka

Dermatoto, A. (2010). konsep maskulinitas dari jaman ke jaman dan citranya dalam
media, diakses tanggal 2/11/2021

Gaziansyah, M. P., Anggraeni, J. W., Anisa, N. D. (2019). Efek Rujak Polo (Tribulus
terrestris) dan Ginseng India (Withania somnifer) Sebagai Terapi Mutakhir Terhadap
Infertilitas. Fakultas kedokteran Universitas Lampung
Hasanpoor-Azghady SB, Simbar M, Vedadhir AA, Azin SA, Amiri-Farahani L. (2019).
The Social Construction of Infertility Among Iranian Infertile Women: A Qualitative
Study. J Reprod Infertil. 20(3):178-190.

Nurjannah. (2019). 30 hari Bimbingan Positif Hamil. Elif medika.

Rae, L., Wiweko, B., Bell, L., Shafira, N., Pangestu, M., Adayana, I. B. P., Amstrong, G.
(2015). Patient Education needs among Indonesian women infertility patient attending three
fertility clinics. Patient Education and Counseling, 98(3), 364-369.

World Health Organization (2021). Infertility. Available at https://www.who.int/news-


room/fact-sheets/detail/infertility, diakses tanggal 2 November 2021

Anda mungkin juga menyukai