Anda di halaman 1dari 34

BAB I

PENDAHULUAN

I. Latar Belakang

Latar Belakang Makalah Psikiatri“ Resiko Bunuh Diri”, adalah sebagai berikut ini :

Bunuh diri merupakan salah satu bentuk kegawat daruratan psikiatri. Meskipun
suicide adalah perilaku yang membutuhkan pengkajian yang komprehensif pada depresi,
penyalahgunaan NAPZA , skizofrenia, gangguan kepribadian( paranoid, borderline,
antisocial), suicide tidak bisa disamakan dengan penyakit mental.

Ada 4 hal yang krusial yang perlu diperhatikan oleh perawat selaku tim kesehatan
diantaranya adalah :

(1) suicide merupakan perilaku yang bisa mematikan dalam seting rawat inap di
rumah sakit jiwa.

(2) Faktor – faktor yang berhubungan dengan staf antara lain : kurang adekuatnya
pengkajian pasien yang dilakukan oleh perawat, komunikasi staf yang lemah, kurangnya
orientasi dan training dan tidak adekuatnya informasi tentang pasien.

(3) Pengkajian suicideseharusnya dilakukan secara kontinyu selama di rawat di


rumah sakit baik saat masuk, pulang maupun setiap perubahan pengobatan atau treatmen
lainnya.

(4) Hubungan saling percaya antara perawat dan pasien serta kesadaran diri perawat
terhadap cues perilaku pasien yang mendukung terjadinya resiko bunuh diri adalah hal yang
penting dalam menurunkan angka suicide di rumah sakit. Oleh karena itu suicide pada
pasien rawat inap merupakan masalah yang perlu penanganan yang cepat dan akurat. Pada
makalah ini akan dipaparkan mengenai faktor resiko terjadinya bunuh diri, instrument
pengkajian dan managemen keperawatannya dengan pendekatan proses keperawatanya.
II. Rumusan Masalah
Dalam penulisan makalah yang telah dibuat dapat ditarik rumusan masalah sebagai
berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan Resiko bunuh diri ?
2. Apa etiologi Resiko bunuh diri ?
3. Apa motif bunuh diri ?
4. Bagaimana rentang respon Resiko bunuh diri ?
5. Apa tanda dan gejala resiko bunuh diri ?
6. Bagaimana Patway resiko bunuh diri ?
7. Apa diagnosa keperawatan resiko bunuh diri ?
8. Bagaimana rencana asuhan keperawatan resiko bunuh diri ?
9. Bagaimana contoh strategi komunikasi ( SP ) berdasarkan pertemuan ?

III. Tujuan Penulisan


1. Ingin mengetahui tentang resiko bunuh diri
2. Ingin mengetahui etiologi Resiko bunuh diri
3. Ingin mengetahui motif bunuh diri
4. Ingin mengetahui rentang respon resiko bunuh diri
5. Ingin mengetahui tanda dan gejala resiko bunuh diri
6. Ingin mengetahui patway resiko bunuh diri
7. Ingin mengetahui diagnose resiko bunuh diri
8. Ingin mengetahui resiko bunuh diri
9. Ingin mengetahui contoh strategi komunikasi ( SP ) berdasarkan pertemuan

IV. Manfaat Penulisan


1. mengetahui tentang resiko bunuh diri
2. mengetahui etiologi Resiko bunuh diri
3. mengetahui motif bunuh diri
4. mengetahui rentang respon resiko bunuh diri
5. mengetahui tanda dan gejala resiko bunuh diri
6. mengetahui patway resiko bunuh diri
7. mengetahui diagnose resiko bunuh diri
8. mengetahui resiko bunuh diri
9. mengetahui contoh strategi komunikasi ( SP ) berdasarkan pertemuan
BAB II

LAPORAN PENDAHULUAN

RESIKO BUNUH DIRI

I. Definisi

Bunuh diri: Segala perbuatan dengan tujuan untuk membinasakan dirinya sendiri dan
yang dengan sengaja dilakukan oleh seseorang yang tahu akan akibatnya, yang dilakukan
dalam waktu singkat. Pada umumnya tindakan bunuh diri merupakan cara ekspresi orang
yang penuh stress. ( W. F. Maramis, 1992 )

Bunuh diri adalah tindakan agresif yang merusak diri sendiri dan dapatmengakhiri
kehidupan. Istilah yang terakhir ini menjadi topik besar dalam psikatrikontemporer, karena
jumlah yang terlibat dan riset yang mereka buat. Di dunia lebihdari 1000 tindakat bunuh diri
terjadi tiap hari, di Inggris ada lebih dari 3000 kematianbunuh diri tiap tahun (Ingram,
Timbury dan Mowbray, 1993).

Bunuh diri adalah tindakan agresif terhadap diri sendiri untuk mengakhiri kehidupan
( Budi Anna Keliat, 1993 )

II. Etiologi
a. Faktor genetic dan teori biologi Faktor genetic mempengaruhi terjadinya resiko bunuh diri
pada keturunannya. Disamping itu adanya penurunan serotonin dapat menyebabkan depresi
yang berkontribusi terjadinya resiko buuh diri.
b. Teori Sosiologi Emile Durkheim membagi suicide dalam 3 kategori yaitu : Egoistik (orang
yang tidak terintegrasi pada kelompok social), atruistik (Melakukan suicide untuk kebaikan
masyarakat) dan anomic ( suicide karena kesulitan dalam berhubungan dengan orang lain
dan beradaptasi dengan stressor).
c. Teori Psikologi Sigmund Freud dan Karl Menninger meyakini bahwa bunuh diri merupakan
hasil dari marah yang diarahkan pada diri sendiri.

III. Motif bunuh diri

Pada dasarnya, segala sesuatu itu memiliki hubungan sebab akibat (ini adalah
sistematika). Dalam hubungan sebab akibat ini akan menghasilkan suatu alasan atau sebab
tindakan yang disebut motif.
Motif bunuh diri ada banyak macamnya. Disini penyusun menggolongkan dalam
kategori sebab, misalkan :
(1) Dilanda keputusasaan dan depresi
(2) Cobaan hidup dan tekanan lingkungan.
(3) Gangguan kejiwaan / tidak waras (gila).
(4) Himpitan Ekonomi atau Kemiskinan (Harta / Iman / Ilmu)
(5) Penderitaan karena penyakit yang berkepanjangan.

IV. Jenis Bunuh Diri


Menurut Durkheim, bunuh diri dibagi menjadi tiga jenis, yaitu :
a.       Bunuh diri egoistic (faktor dalam diri seseorang)
Individu tidak mampu berinteraksi dengan masyarakat, ini disebabkan oleh kondisi
kebudayaan atau karena masyarakat yang menjadikan individu itu seolah-olah tidak
berkepribadian. Kegagalan integrasi dalam keluarga dapat menerangkan mengapa mereka
tidak menikah lebih rentan untuk melakukan percobaan bunuh diri dibandingkan mereka
yang menikah.
b. .      Bunuh diri altruistic (terkait kehormatan seseorang)
Individu terkait pada tuntutan tradisi khusus ataupun ia cenderung untuk bunuh diri
karena indentifikasi terlalu kuat dengan suatu kelompok, ia merasa kelompok tersebut sangat
mengharapkannya.
c.    Bunuh diri anomik (faktor lingkungan dan tekanan)
Hal ini terjadi bila terdapat gangguan keseimbangan integrasi antara individu dan
masyarakat, sehingga individu tersebut meninggalkan norma-norma kelakuan yang biasa.
Individu kehilangan pegangan dan tujuan. Masyarakat atau kelompoknya tidak memberikan
kepuasan padanya karena tidak ada pengaturan atau pengawasan terhadap kebutuhan-
kebutuhannya.

IV. Tahap – Tahap Resiko Bunuh Diri

1. SUICIDAL IDEATION
Sebuah metode yang digunakan tanpa melakukan aksi atau tindakan, bahkan klien pada
tahap ini tidak akan mengungkapkan idenya apabila tidak ditekan.
2. SUICIDAL INTENT
Pada tahap ini klien mulai berfikir dan sudah melakukan perencanaan yang kongkrit untuk
melakukan bunuh diri.
3. SUICIDAL THREAT
Pada tahap ini klien mengekspresikan adanya keinginan dan hasrat yang dalam bahkan
ancaman untuk mengakhiri hidupnya.
4. SUICIDAL GESTURE
Pada tahap ini klien menunjukkan prilaku destruktif yang diarahkan pada diri sendiri yang
bertujuan tidak hanya mengancam kehidupannya, tetapi sudah pada percobaan untuk
melakukan bunuh diri.
5. SUICIDAL ATTEMPT
Pada tahap ini prilaku destruktif klien yang mempunyai indikasi individu ingin mati dan
tidak mau diselamatkan, misalnya minum obat yang mematikan.

V. Rentang Respon

Respon Adaptif Respon Maladaptif

Respon adaptif respon maladaptif


peningkata pengambil perilaku penceder bunuh diri
n diri an resiko destruktif-diri aan diri
yang tidak langsung
meningkat
kan
pertumbuh
an
VI. Gambaran Proses Terjadinya Bunuh Diri

Isyarat Bunuh Diri

Verbal/non verbal

Pertimbangan ubtuk
melakukan Bunuh diri

Ancaman Bunuh Diri

Ambivalensi Kurangnya Respon


Kematian Positif

Upaya Bunuh diri

Bunuh Diri
VII. Tanda dan Gejala
1. Mempunyai ide untuk bunuh diri.
2. Mengungkapkan keinginan untuk mati.
3. Mengungkapkan rasa bersalah dan keputusasaan.
4. Impulsif.
5. Menunjukkan perilaku yang mencurigakan (biasanya menjadi sangat patuh).
6. Memiliki riwayat percobaan bunuh diri.
7. Verbal terselubung (berbicara tentang kematian, menanyakan tentang obat dosis
mematikan).
8. Status emosional (harapan, penolakan, cemas meningkat, panic, marah dan mengasingkan
diri).
9. Kesehatan mental (secara klinis, klien terlihat sebagai orang yang depresi, psikosis dan
menyalahgunakan alcohol).
10. Kesehatan fisik (biasanya pada klien dengan penyakit kronis atau terminal).
11. Pengangguaran (tidak bekerja, kehilangan pekerjaan, atau mengalami kegagalan dalam
karier).
12. Umur 15-19 tahun atau di atas 45 tahun.
13. Status perkawinan (mengalami kegagalan dalam perkawinan).
14. Pekerjaan.
15. Konflik interpersonal.
16. Latar belakang keluarga.
17. Orientasi seksual.
18. Sumber-sumber personal.
19. Sumber-sumber social.
20. Menjadi korban perilaku kekerasan saat kecil.
VIII. Pathway

Stressor pencetus

A praisal of stressor

sumber koping

mekanisme koping

Denial, Rasionalisasi, Regresi

Construktif Destruktif

IX. MASALAH KEPERAWATAN YANG PERLU DIKAJI


Pengkajian Faktor Resiko Perilaku Bunuh Diri
a. Jenis kelamin : Resiko meningkat pada pria
b. Usia : Lebih tua masalah semakin banyak
c. Status perkawinan : dapat menurunkan resiko,Hidup sendiri ( janda/duda )
d. Riwayat keluarga : Meningkat apabila ada keluara dengan percobaan bunuh diri
e. Riwayat social ekonomi: Pengangguran,mendapat malu di lingkungan social
f. Faktor Kepribadian: Lebih erring pada kepribadian menutup diri

X. MASALAH KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL


1. Resiko bunuh diri berulang
2. Perilaku merusak diri sendiri
3. Alam perasaan depresi
4. Mekanisme koping tidak efektif
5. Isolasi social
6. Perubahan konsep diri

XI. INTERVENSI
1. Melindungi klien
2. Meningkatkan harga diri kklien
3. Menguatkan mekanisme koping yang sehat
4. Mengeksplorasikan perasaan
5. Memobilisasi dukungan social
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

RESIKO BUNUH DIRI

Diagnosa keperawatan : Resiko Bunuh Diri

Tujuan umum : Klien tidak menciderai dirinya sendiri

TUK 1 :

Klien dapat membina hubungan saling percaya

Kriteria Evaluasi :

Ekspresi wajah bersahabat, menunjukkan rasa senang, ada kontak mata, mau berjabat
tangan, mau menyebutkan nama, mau menjawab salam, mau duduk berdampingan dengan
perawat, mau mengutarakan masalah yang dihadapi.

Rencana Tindakan :

1. Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi terapeutik :

a.       Sapa klien dengan nama baik verbal maupun non verbal.

b.      Perkenalkan diri dengan sopan.

c.       Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai klien.

d.      Jelaskan tujuan pertemuan.

e.       Jujur dan menepati janji.

f.       Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya.

g.      Berikan perhatian kepada klien dan perhatikan kebutuhan dasar

Rasional : Hubungan saling percaya akan menimbulkan kepercayaan klien pada perawat sehingga
akan memudahkan dalam pelaksanaan tindakan selanjutnya.
TUK 2 :

Klien dapat terlindung dari perlaku bunuh diri

Kriteria evaluasi :

Klien dapat terlindung dari perilaku bunuh diri

Rencana Tindakan :

1.      Jauhkan klien dari benda-benda yang dapat membahayakan.

2.      Tempatkan klien diruangan yang tenang dan selalu terlihat oleh perawat.

3.      Awasi klien secara ketat setiap saa

TUK 3

Klien dapat meningkatkan harga diri,

Kriteria evaluasi :

Klien dapat meningkatkan harga dirinya

Rencana Tindakan :

1.      Bantu untuk memahami bahwa klien dapat mengatasi keputusasaannya.

2.      Kaji dan kerahkan sumber-sumber internal individu.

3.      Bantu mengidentifikasi sumber-sumber harapan (misal : hubungan antar sesama,


keyakinan, hal-hal untuk diselesaikan)

TUK 4

Klien dapat menggunakan koping yang adaptif,

Kriteria evaluasi :

Klien dapat menggunakan koping yang adaptif


Rencana Tindakan :

1.      Ajarkan mengidentifikasi pengalaman-pengalaman yang menyenangkan.

2.      Bantu untuk mengenali hal-hal yang ia cintai dan yang ia sayangi dan pentingnya terhadap
kehidupan orang lain.

3.      Beri dorongan untuk berbagi keprihatinan pada orang lain.

TUK 5

Klien dapat menggunakan dukungan sosial,

Kriteria evaluasi :

Klien dapat menggunakan dukungan sosial.

Rencana Tindakan :

1.      Kaji dan manfaatkan sumber-sumber eksternal individu.

2.      Kaji sistem pendukung keyakinan yang dimiliki klien

3.      Lakukan rujukan sesuai indikasi (pemuka agama).


STRATEGI PELAKSANAAN (SP)

DIAGNOSA PASIEN KELUARGA


KEPERAWATAN

Resiko bunuh diri SP 1 : TUK 1 – 2 SP 1

1. Membina hubungan saling 1. Mengidentifikasi masalah


percaya dengan klien keluarga dalam merawat
2. Melindungi klien dari perilaku pasien.
bunuh diri 2. Menjelaskan proses
a. Jauhkan klien dari benda yang terjadinya harga diri rendah
dapat membahayakan kronis sehingga
( misalnya : pisau, silet, menimbulkan resiko bunuh
gunting, kaca, dll ) diri
b. Tempatkan klien di tempat 3. Mengajari keluarga cara
yang tenang dan selalu terlihat mencegah resiko bunuh diri
oleh perawat. 4. Menjelaskan cara merawat
c. Awasi klien secara ketat setiap pasien
saat. 5. Bermain peran cara
3. Mengajarkan cara merawat pasien
mengendalikan dorongan untuk
bunuh diri

SP 2 : TUK 3 SP 2

1. Mengevaluasi kegiatan yang 1. Mengevaluasi kemampuan


telah di lakukan ( SP 1) keluarga di SP 1
2. Meningkatkan harga diri klien : 2. Latih keluarga untuk
a. Bantu klien untuk memahami komunikasi langsung
bahwa klien dapat mengatasi dengan klien
keputusasaannya 3. Menyusun jadwal keluarga
untuk merawat klien

b. Kaji dan kerahkan sumber –


sumber internal individu

c. Bantu mengidentikasi sumber


– sumber harapan (misal :
hubungan antar sesame,
keyakinan, hal- hal untuk
diselesaikan)

3. Masukkan dalam jadwal


kegiatan klien

SP 3 : TUK 3, 4, 5 SP 3

1. Mengevaluasi kegiatan yang 1. Mengevaluasi kemampuan


telah di lakukan ( SP 1 & 2) keluarga
2. Mengidentifikasi pola koping 2. Mengevaluasi kemampuan
yang biasa di gunakan klien pasien
3. Menilai pola koping yang di 3. RTL keluarga :
miliki klien a. HE perawatan di rumah
4. Mengajarkan klien mekanisme - Jangan biarkan klien sendiri
koping yang adaptif - Jauhkan benda – benda
5. Membantu klien merencanakan yang dapat di gunakan
masa depan yang realistis untuk bunuh diri
6. Memobilisasi dukungan social - Temani klien melakukan
7. Masukkan dalam jadwal aktivitas yang di sukai
kegiatan klien b. Rencana pulang

TRIGER CASE
RESIKO BUNUH DIRI

Tn. B berusia 35 tahun, dibawa keluarganya ke RSJ karena mencoba bunuh diri dengan
meminum pembersih lantai. Beberapa hari sebelum percobaan bunuh diri, klien terlihat
murung dan kusut, suka menyendiri, tidak mau makan dan minum kalau tidak di bujuk oleh
kakaknya. Padahal sebelumnya klien adalah orang yang pekerja keras dan humoris.
Penyebab klien mencoba bunuh diri karena frustasi akan keadaan rumah tangganya yang
gagal karena klien di PHK dari pekerjaanya. Istri klien meminta cerai karena klien tidak
memberikan nafkah lagi kepada istrinya.
Sebelum klien di PHK, klien adalah seseorang yang semangat, murah senyum, dan
humoris. Tetapi keadaan klien yang saat ini, membuat klien menjadi orang yang pendiam,
pemurung dan suka menyendiri, dan pada akhirnya klien memiliki fikiran untuk mengakhiri
hidupnya dengan meminum pembersih lantai.

PSIKODINAMIKA KASUS
a. Faktor predisposisi
Klien di PHK dari pekerjaannya dan istri klien meminta cerai.
b. Faktor presipitasi
Klien frustasi atas kegagalan rumah tangganya dank lien di PHK dari pekerjaannya.
c. Penilaian primer
Stressor bermakna bagi klien, alasan : klien frustasi dengan keadaannya, klien mengatakan
hidupnya tidak berguna lagi dank lien mencoba bunuh diri
d. Support (penilaian sekunder)
Klien suka menyendiri, dan tidak mau makan minum kalau tidak di bijuk oleh kakaknya
e. Mekanisme koping
Maladaptive : klien frustasi, suka menyendiri dan murung, mengungkapkan hidupnya sudah
tidak berguna lagi, sehinggan klien melakukan percobaan bunuh diri

ANALISA DATA
DATA MASALAH KEPERAWATAN
1. Klien mencoba bunuh diri Resiko menciderai dirinya sendiri
2. Klien mengatakan dirinya sudah tidak Harga diri rendah kronis
berguna lagi
3. Klien suka menyendiri dan murung Isolasi social
4. Klien tampak lusuh Deficit perawatan diri

POHON MASALAH

KOPING MALADAPTIF ( CORE PROBLEM / CP )

PERILAKU BUNUH DIRI ( CAUSA )

RESIKO MENCEDERAI DIRI ( EFEK )

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SPTK)


Pertemuan : Ke 1 dengan klien
Tanggal : 16 Oktober 2022
Jam : 08.00 WIB

FASE PRA INTERAKSI


a. Masalah : Resiko Bunuh Diri
b. Proses keperawatan
1. Kondisi klien : klien mengatakan hidupnya sudah tidak berguna lagi dan mencoba bunuh
diri dengan meminum pembersih lantai
2. Diagnosa : Resiko Bunuh Diri
TUK
TUK 1 : klien dapat membina hubungan saling percaya
TUK 2 : Klien dapat terlindung dari perlaku bunuh diri

3. Rencana Tindakan ( SP 1)
a. Membina hubungan saling percaya
b. Melindungi klien dari perilaku bunuh diri
c. Modifikasi lingkungan klien :
- Jauhkan dari benda – benda yang dapat digunakan untuk bunuh diri
- Tempatkan klien di ruangan yang nyaman dan mudah terlihat oleh perawat
d. Awasi klien secara ketat setiap saat
e. Mengajarkan cara mengendalikan dorongan bunuh diri
f. Masukkan dalam jadwal kegiatan klien

FASE ORIENTASI
a. Salam Terapeutik
Selamat pagi bapak, perkenalkan nama saya B saya mahasiswa dari Stikes Bina Sehat Ppni
Mojokerto. Kalau boleh tahu nama bapak siapa? Bapak biasanya dipanggil siapa?
b. Evaluasi atau Validasi
Bagaimana perasaan bapak hari ini? Bagaimana tidurnya semalam pak?
c. Kontrak
- Topik : Bapak bagaimana kalau kita bicara mengenai apa yang bapak rasakan selama ini?
- Tempat : Kita berbicara dimana pak? Bagaimana kalau kita berbicara ditaman?
- Waktu : Bagaimana kalau kita berbicara sekarang pak? Bapak bisa?
Cuma 30 menit saja pak

FASE KERJA
( Sebelumnya perawat harus melakukan modifikasi lingkungan pasien dulu, yaitu dengan
menjauhkan benda-benda yang dapat digunakan untuk bunuh diri )
“ Bagaimana perasaan bapak setelah mengalami kejadian ini? Apakah dengan kegagalan
yang bapak alami ini bapak merasa paling menderita di dunia ini? Apakah bapak masih
merasa bersalah atau mempersalahkan diri sendiri? Maaf pak kalau boleh tahu mengapa
bapak ingin mengakhiri hidup? Padahal bapak kan masih terbilang muda. Jika iya, bapak
menggunakan cara apa? Apakah bapak tidak takut mati? Jika bapak masih ada rasa takut,
kenapa bapak tidak mencoba melawan keinginan tersebut? Apakah bapak sudah mempunyai
seorang anak? “ Apa yang akan bapak lakukan kalau keinginan bunuh diri muncul? “.
Bapak kalau boleh saya menyarankan, bapak bisa menceritakan masalah bapak kepada
orang yang bisa bapak percaya, saya juga bersedia mendengarkan cerita bapak, saya akan
menemani bapak. Masih ada banyak cara lain untuk menyelesaikan masalah, bukan dengan
jalan mengakhiri kehidupan. Saya yakin bapak adalah orang yang kuat dan bisa menjadi
seorang bapak yang baik untuk anak bapak nantinya, dan saya juga yakin sekali kalau anak
bapak nanti menjadi anak yang berbakti kepada orang tua. Bila keinginan bunuh diri tersebut
muncul, bapak bisa melawannya dengan mencoba selalu berfikir positif. Bapak bisa
menceritakan masalah bapak kepada orang yang dipercaya, termasuk para perawat disini.
Kami akan menemani bapak terus, jadi para perawat disini setia menemani bapak kapanpun.
“ Saya percaya bapak adalah orang yang kuat dan dapat mengatasi masalah “
FASE TERMINASI
a. Evaluasi Respon Klien
- Data Subyektif
“ Bagaimana perasaan bapak setelah bercerita sebentar dengan saya? “.
- Data Obyektif
Pasien tidak menunjukkan keinginan untuk bunuh diri selama fase kerja dan klien bersedia
berbagi cerita untuk mengalihkan bila keinginan bunuh diri muncul.
b. Rencana Tindak Lanjut
“ Baiklah bapak, bagaimana kalau nanti kita bercerita kembali mengenai pengalaman bapak
yang menyenangkan dan kegiatan yang bapak sukai? “.
c. Kontrak Akan Datang
- Topik : “ Baiklah bapak, saya rasa cukup perbincangan kita untuk pertemuan kali ini. Saya
senang sekali bisa berbincang- bincang dengan bapak, bagaimana kalau nanti kita lanjutkan
untuk berbicara mengenai aktivitas bapak .
- Waktu : “ Menurut bapak enaknya jam berapa? Bagaimana kalau nanti sore jam 15.00 saya
temani bapak jalan-jalan sambil berbincang-bincang? “.
- Tempat : “ Bapak melakukan ho? Bagaimana kalau ditaman? Terima kasih pak sudah mau
berbagi cerita dengan saya “.

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SPTK)


Pertemuan : Ke 2 dengan klien
Tanggal : 16 Oktober 2022
Jam : 15.00

FASE PRA INTERAKSI


a. Masalah : Resiko Bunuh Diri
b. Proses Keperaawatan
1. Kondisi klien : klien tampak murung, suka menyendiri, dan penampilan kusut
2. Diagnosa : Resiko Bunuh Diri
TUK 3 : Meningkatkan harga diri klien
3. Rencana Tindakan (SP 2)
a. Mengevaluasi kegiatan yang telah di lakukan ( SP 1)
b. Meningkatkan harga diri klien :
- Mengidentifikasi aspek positif klien
- Mendorong klien untuk berpikir positif terhadap diri sendiri
- Membantu klien mengeksplorasikan perasaan
- Mengidentifikasi sumber – sumber harapan ( misal : hubungan antar sesame, keyakinan, hal
– hal untuk di selesaikan )
c. Masukkan dalam jadwal kegiatan klien

FASE ORIENTASI

a. Salam terapeutik
Assalamu’alaikum pak, masih ingat dengan saya kan ? saya perawat yang berbincang –
bincang dengan bapak kemarin.
b. Evaluasi / validasi
Bagaimana perasaan ibu hari ini ? Bagaimana tidurnya semalam bu ? bapak masih ingat
kana pa yang kita bicarakan kemarin
c. Kontrak
1. Topik : bapak, seperti yang kita bicarakan tadi pagi, kita akan berbincang – bincang sambil
menikmati udara segar di taman
2. Tempat : bapak mau duduk dimana ? oww, di sini saja. . .baiklah pak
3. Waktu : kita berbincang – bincang sekarang bagaimana pak ?

FASE KERJA

Pak, bagaimana udara di taman ini ? segar kan ? bapak suka dengan taman ini ? oh iya,
apakah bapak sudah pernah jalan – jalan ke taman ini ? kalau pernah, dengan siapa bapak
biasanya ke sini ? ( ekspresi klien tampak sedih, dan berkaca – kaca saat memegang dan
melihat tempat duduk yang sedang kami duduki). Kenapa dengan bangku ini pak ? apakah
bapak ingin bercerita sesuatu ? saya siap mendengarkan cerita bapak, jadi istri bapak dulu
sering mengajak jalan – jalan ke taman kalau libur kerja ? baiklah, kalau begitu saya akan
akan mengajak bapak ke tempat lain saja, mari pak. Naah, ini kita sudah sampai di tempat
yang mungkin bisa membuat bapak menjadi lebih nyaman ( masjid). Apakah bapak masih
sedih ? tenang pak, saya tidak akan menyakiti bapak.apa yang sudah bapak lakukan saat ini
sudah sangat bagus, bapak sudah mau menceritakan apa yang bapak rasakan saat ini, dan
bisa mencegah keinginan bapak untuk bunuh diri yang sering muncul. Bapak sudah sholat ?
mari kita sholat dulu pak kalau bapak belum sholat. Apakah di rumah bapak juga
melaksanakan sholat 5 waktu ?
Sepertinya sudah mulai gelap pak, mari kita pulang. Tapi jangan lupa di rumah bapak tetap
harus melaksanakan sholat yaa. . .

FASE TERMINASI
a. Evaluasi respon klien
- Data subyektif
Bagaimana perasaan bapak setelah berbincang – bincang dengan saya ?
- Data obyektif
Pasien dapat mengungkapkan perasaannya dan menerapkan cara untuk mengalihkan
keinginan bunuh diri yang sering muncul meskipun rasa takut pasien terulang kembali,
ekspresi klien tampak sedih saat melihat bangku dan jalan – jalan di taman, namun klien
tampak lebih tenang ketika saya ajak ke tempat lain ( masjid )
b. Rencana tindak lanjut
Baiklah pak, bagaiman kalau kita berbincang – bincang tentang rencana masa depan dan
menceritakan pengalaman bapak selam dirawat disini ?
c. Kontrak yang akan datang
- Topik : baiklah pak, saya kira sudah cukup perbincangan kita hari ini. Bagaimana kalau
lain kali kita berbincang – bincang lagi tentang rencana masa depan dan mencerikan
pengalaman bapak selama dirawat disini ?
- Waktu : bapak mau kapan ? bagaimana kalau besok pagi kita sambung lagi ?
- Tempat : bapak mau berbincang – bincang dimana ?di sini saja, baiklah pak besok kita
ketemu di sini untuk melanjutkan perbincangan kita hari ini. Terima kasih bapak sudah mau
berbincang – bincang dengan saya.

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SPTK)


Pertemuan : ke 3 dengan klien
Tanggal : 17 Oktober 2022
Jam : 08.00

FASE PRA INTERAKSI


a. Masalah : Resiko Bunuh Diri
b. Proses keperawatan
1. Kondisi klien : klien tampak murung, belum berani berinteraksi dengan lingkungan yang
ramai
2. Diagnosa : Resiko Bunuh Diri
3. TUK :
- TUK 3 : Klien dapat meningkatkan harga dirinya
- TUK 4 : Klien dapat menggunakan mekanisme koping yang adaptif
- TUK 5 : Klien dapat memobilisasi dukungan social
4. Rencana tindakan (SP 3)
a. Mengevaluasi kegiatan yang telah di lakukan (SP 1 & 2)
b. Mengidentifikasi pola koping yang biasa di gunakan klien
c. Menilai pola koping yang dimiliki klien
d. Mengajarkan klien mekanisme koping yang adaptif
e. Membantu klien merencanankan masa depan yang realistis
f. Memobilisasi dukungan social
g. Masukkan dalam jadwal kegiatan pasien

FASE ORIENTASI
a. Salam terapeutik :
Selamat pagi pak, bertemu dengan saya lagi. Jadi bapak pasti tidak lupa dengan saya
Bapak masih ingat saya kan ? semoga saja masih ingat

b. Evaluasi / validasi :
Bagaimana perasaan bapak hari ini ? tidurnya semalam nyenyak pak ?
Bapak masih ingat tidak apa sudah kita bicarakan di pertemuan pertemuan pertama dan
kedua kemarin ?
Ya benar, kemudian bapak ingat tidak kita kemarin kemana saja ?
c. Kontrak :
- Topik : bapak sesuai dengan pembicaraan kita kemarin, bagaimana kalau hari ini
membuat rencana untuk masa depan dan bapak menceritakan pengalaman bapak selama
dirawat disini.
- Waktu : bapak mau berapa lama ? bagaimana kalau 30 menit ?
- Tempat : baiklah pak, sesuai dengan perjanjian kita kemarin hari ini kita akan berbincang
– bincang di masjid ini

FASE KERJA

pak, kemarin kan kita sudah berbincang – bincang banyak tentang aktivitas bapak.
Sebelum kita membuat rencana masa depan, boleh tidak saya tau bagaimana ceritanya bapak
bisa masuk kesini ? padahal bapak orang yang baik. Apakah bapak mau bercerita sedikit
kepada saya ? mungkin perasaan bapak akan menjadi lebih baik. Baiklah saya akan
mendengarkan. Jadi bapak gagal dalam berumah tangga karena bapak di PHK dari pekerjaan
bapak ? saya tahu bagaimana perasaan bapak saat ini, dan sangat berat menerima keadaan
yang saat ini. Tapi saya mangerti bahwa bapak adalah orang yang baik dan kuat, saya yakin
bapak pasti bisa melewati ini semua. Di dalam kehidupan itu pasti ada masalah pak, tapi
bapak perlu tahu bahwa kalau ada masalah pasti ada solusinya dan pasti ada hikmahnya.
Bapak harus tahu, mengakhiri hidup itu adalah bukan solusi yang baik. Bahkan dalam
agama yang bapak anut pasti bunuh diri itu juga tidak baik dan di larang. Apakah bapak
tidak berpikir mengenai keluarga yang bapak tinggalkan kalau bapak melakukan percobaan
bunuh diri tersebut ?dan bagaimana dengan istri bapak ?seharusnya bapak harus bisa
membuktikan kepada istri bapak, bahwa bapak adalah orang yang kuat dan bertanggung
jawab. Bagaimana pak ? saya tahu dan mengerti, memang tidak mudah tapi saya yakin
bapak pasti bisa. Terbukti menurut cerita yang saya dengar, bapak adalah orang yang baik
dan pekerja keras makanya masih banyak orang yang peduli dengan bapak. Bagaimana
kalau saya bantu membuat rencana untuk masa depan setelah bapak keluar dari sini ? bapak
bersedia ?
Kita mulai dari bapak setelah dari sini yaa ? Nah, setelah keluar dari sini bapak mau
tinggal di mana ?di rumah bapak sendiri atau di rumah orang tua bapak ? baiklah, bapak
mau tinggal dengan orang tua bapak yaa. Apakah bapak mau mengikuti terapi aktivitas
kelompok ?ya bagus kalau begitu. Apa yang bapak inginkan selama ini belum tercapai ?
nah, bagus. Setelah keluar dari sini bapak coba mencari pekerjaan lagi, agar keinginan bapak
menjadi orang yang sukses dapat terwujud. Bagus sekali perencanaan yang sudah bapak
buat, saya yakin bapak pasti bisa. Semoga sukses pak. . .

FASE TERMINASI
a. Evaluasi respon klien
- Data subyektif
Bagaimana perasaan bapak setelah membuat rencana untuk masa depan kemarin ?
- Data obyektif
Pasien dapat mengungkapkan mekanisme koping yang adaptif, serta membuat perencanaan
untuk masa depan.
b. Rencana tindak lanjut
Pak, rencana untuk masa depan yang sudah kita buat kemarin saya harap bisa membantu
bapak setelah bapak keluar dari sini dan bapak menjadi seseorang yang jauh lebih baik, lebih
kuat, dan menjadi seseorang yang lebih maju. Bapak pasti bisa menghadapi dan
menyelesaikan setiap masalah yang bapak hadapi, jangan mudah menyerah dan satu hal
mengakhiri hidup adalah bukan solusi yang tepat. Ingat yaa pak. . .
c. Kontrak yang akan datang
- Topik : setelah kita berbincang – bincang banyak pak, bagaimana kalau sekarang bapak
belajar untuk berinteraksi, ngobrol, berbicara tentang rencana yang sudah kita buat kepada
keluarga ?
- Waktu : jika bapak bersedia, bagaimana jika nanti kita bertemu lagi jam 13.00
- Tempat : dan untuk tempatnya, bagaimana kalau kita bertemu di ruang perawatan saja ?

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SPTK) KELUARGA


Pertemuan : ke 1 dengan keluarga
Tanggal : 18 Oktober 2022
Jam : 08.00

FASE PRA INTERAKSI


a. Masalah : Resiko Bunuh Diri
b. Proses keperawatan :
1. Kondisi klien : klien mengatakn hidupnya sudah tidak berguna lagi, dan ingin mengakhiri
hidupnya dengan minum pembersih lantai.
2. Diagnosa : Resiko Bunuh Diri
3. TUK :
- TUK 1 : Keluarga dapat membina hubungan saling percaya
- TUK 5 : Klien dapat memobilisasi lingkungan yang ada
4. Rencana Tindakan :
a. Mengidentifikasi masalah yang dirasakan dalam merawat klien
b. Menjelaskan proses terjadinya harga diri rendah kronis hingga menimbulkan resiko bunuh
diri kronis
c. Menjelaskan tentang cara merawat klien

FASE ORIENTASI
a. Salam terapeutik
Selamat pagi ibu, perkenalkan nama saya D mahasiswa dari Stikes Bina Sehat PPNI
Mojokerto. Saya adalah perawat yang bertugas merawat bapak selama bapak dirawat disini.
Kalau boleh saya tahu, nama ibu siapa ?
b. Evaluasi / validasi
Bagaimana perasaan ibu selama merawat Tn. B yang mengalami resiko bunuh diri sebelum
dirawat disini ?
c. Kontrak
- Topik : bagaimana kalau kita berbincang – bincang tentang kondisi Tn. B saat ini
- Tempat : bagaimana kalau kita bicara diruangan saya saja ?
Apakah ibu mau ?
- Waktu : apakah ibu sekarang ada waktu luang ?Cuma 30 menit saja kok bu

FASE KERJA
1. Kalau boleh saya tahu, apa yang ibu ketahui tentang kondisi Tn. B sebelum dirawat disini ?
2. Iya bu, Tn. B memang beresiko bunuh diri. Hal ini terjadi karena Tn. B mengalami harga
diri rendah yang kronis
3. Kesulitan apa yang ibu rasakan selama merawat Tn. B ?
4. Memang sulit bu, namun inilah yang terjadi. Untuk seseorang yang mengalami harga diri
rendah hanya dukungan dari keluargalah yang sangat dibutuhkan oleh pasien. Dan untuk
menjaga agar kejadian kemarin (percobaan bunuh diri) tidak terulang lagi, sebaiknya pasien
dijauhkan dari benda – benda yang bersifat tajam. Seperti pisau, gunting, kaca, dll.

FASE TERMINASI
Evaluasi respon klien
a. Data subyektif :
Bagaimana perasaan Tn. B setelah berbincang – bincang dengan saya ?
b. Data obyektif
- Keluarga klien mampu menjelaskan kembali proses terjadinya resiko bunuh diri yang
dialami klien
- Keluarga klien mampu menjelaskan cara memberikan perawatan kepada klien resiko bunuh
diri
c. Rencana tindak lanjut
Ya sudah bu, pertemuan kita selanjutnya akan berbincang – bincang tentang kondisi dan
rencana untuk keluarga dalam merawat klien dengan resiko bunuh diri

d. Kontrak yang akan datang


- Topik : besok kita lanjutkan lagi bu untuk berbincang – bincang tentang bermain peran
dalam merawat klien yang mengalami resiko bunuh diri
- Tempat : ibu ingin kita ngobrol dimana besok ? bagaimana kalau di ruangan saya lagi saja
- Waktu : besok saya tunggu pukul 08.00 saja ya bu ?

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SPTK) KELUARGA

Pertemuan : Ke 2 dengan keluarga


Tanggal : 19 Oktober 2022
Jam : 08.00

FASE PRA INTERAKSI

Proses keperawatan : pasien mashih nampak murung, namun jarang menyendiri


Diagnosa : Resiko Bunuh Diri
TUK 5 : klien dapat memobilisasi lingkungan yang ada
Rencana tindakan (SP 2) :
1. Mengevaluasi kemampuan keluarga di SP 1
2. Melatih keluarga langsung ke klien
3. Menyusun jadwal keluarga untuk merawat klien

FASE OERIENTASI
a. Salam terapeutik
Selamat pagi bu, apakah ibu masih ingat dengan saya ?
b. Evaluasi / validasi
Bagaimana perasaan ibu saat ini ? masih aingat kan bu apa yang sudah kita rencanakan hari
ini ? seperti yang sudah bicarakan sebelumnya, kita akan membicarakan tentang bagaimana
cara merawat klien dengan resiko bunuh diri.
c. Kontrak
- Topik : baiklah bu, mari kita berbincang – bincang tentang peran dan fungsi perawat
dalam merawat klien yang mengalami resiko bunuh diri
- Tempat : bagaimana kalau kita berbincang – bingan di tempat ini saja bu ?
- Waktu : ibu hari ini bisa kan ? hanya 30 menit saja bu

FASE KERJA
1. Seperti yang sudah saya bicarakan kemarin, bahwa dukungan dan motivasi dari keluarga
yang sangat dibutuhkan oleh klien yang mengalami resiko bunuh diri
2. Di sini saya akan membantu bagaimana cara mengendalikan keinginan untuk bunuh diri
3. Ibu bisa selalu memberikan dukungan yang positif, selalu memberikan pujian yang positif
pula, tunjukkan bahwa ibu peduli terhadap kliendan masih membutuhkan
kehadirannya.hanya dukungan dan motivasi dari keluarga lah yang sangat yang sangat
dibutuhkan oleh klien.
4. Ketika Tn. B bercerita dan mengungkapkan rencana masa depan setelah keluar dari sini,
sebaiknya ibu merespon dan memberikan dukungan akan rencana klien tersebut. Karena hal
itulah yang sangat dibutuhkan oleh klien.
5. Bagaimana bu ? ibu paham kan dengan apa yang sudah saya berikan ?kebetulan hari ini saya
mau menemui Tn. B, apakah ibu mau ikut ?
6. Baiklah bu, mari kita ke ruangan Tn. B
7. Saya harap ibu paham dan bisa mampraktekkan apa yang sudah saya bicarakan tadi di
ruangan saya
8. Ya baik bagus, ibu sudah bisa mempraktekkan dengan baik, selain pujian dan dukungan, ibu
bisa memberikan perhatian yang lebih kepada klien. Karena itulah yang sangat dibutuhkan
oleh klien.

TAHAP TERMINASI
Evaluasi respon klien
a. Data subyektif
Bagaimana perasaannya bapak ?
b. Data obyektif
Keluarga klien mampu berperan dengan baik dalam merawat klien.
Saya harap ibu masih ingat dengan apa yang sudah saya bicarakan kemarin, dan ibu bisa
mempraktekkannya dengan baik. Karena itulah yang sangat dibutuhkan oleh klien
c. Kontrak yang akan datang
- Topik : baiklah bu, bagaimana kalau besok kita bertemu lagi untuk mengevaluasi
pembicaraan kemarin dan untuk mengevaluasi tentang perkembangan yang sudah dialami
oleh klien
- Waktu : ibu besok bisa menemui saya pukul 08.00 ? baiklah bu, saya tunggu
- Tempat : bagaimana kalau besok kita bertemu diruangan saya saja ?
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SPTK) KELUARGA

Pertemuan : ke 3 dwngan klien


Tanggal : 19 Oktober 2022
Jam : 08.00
FASE PRAINTERAKSI
Masalah : Resiko Bunuh Diri
Proses keperawatan : klien masih nampak murung, namun sudah tidak menyendiri lagi
dan mau berinteraksi dengan lingkungan
Diagnosa : Resiko Bunuh Diri
TUK 5 : klien dapat memobilisasi dukungan social
Rencana tindakan (SP 3) :
1. Mengevaluasi kemampuan keluarga dalam merawat klien
2. Mengevaluasi kemampuan klien
3. Membuat RTL keluarga : rencana pulang

FASE ORIENTASI
a. Salam terapeutik
Selamat pagi bu, ibu masih ingat dengan saya kan ?
b. Validasi / validasi
Bagaiman perasaan ibu setelah saya ajarkan dan ibu mempraktekkannya langsung ke klien ?
c. Kontrak
- Topik : baiklah bu, sesuai dengan apa yang sudah kita bicarakan kemarin hari ini kita
akan mengevaluasi perkembangan klien setelah kita berikan perawatan beberapa kali
- Waktu : sekarang juga ibu bisa kan ? hanya 30 menit saja kok bu
- Tempat : kita ngobrol di sinbi saja yaa bu ?

FASE KERJA
1. Seperti yang sudah saya sering katakan yaa bu, dukungan, motivasi dan perhatian dari
keluarga lah yang sangat di butuhkan oleh klien yang mengalami resiko bunuh diri
2. Ibu kemarin sudah mempraktekkannya dengan baik, naah sekarang waktunya mengevaluasi
dari apa yang sudah lakukan terhadap klien, dan juga untuk mengetahui perkembangan klien
setelah kita berikan beberapa kali
3. Ibu bisa melihat klien sudah mau berinteraksi dengan lingkungannya, bagaimana perasaaan
ibu ? meskiun perkembangan hanya sedikit, tapi setidaknya klien mampu merespon
pembicaraan kita dengan baik
4. Saya harap, ibu melakukan apa yang sudah saya bicarakan kemarin tidak hanya ibu
praktekkan kemarin saja. Tapi ibu harus melakukannya setiap bertemu dengan klien di sini
maupun di rumah nanti. Karena memang itulah yang sangat dibutuhkan oleh klien untuk
mempercepat proses penyembuhannya.

FASE TERMINASI
Evaluasi respon klien
a. Data subyektif
Bagaimana perasaan ibu ?
b. Data obyektif
Keluarga klien mampu berperan dan mempraktekkan apa yang sudah di katakana oleh
perawat dengan baik
Ingat kan bu apa yang sudah saya katan dari beberapa hari kemari ?
Ibu bisa melakukan apa yang sudah saya katakan setiap bertemu dengan klien, ibu bisa
mempraktekkannya selama klien di sini maupun di rumah karena itu yang sangat dibutuhkan
oleh klien dan mengurangi pikiran klien untuk melakukan percobaan bunuh diri

Anda mungkin juga menyukai