NIM : 1913016117
Matkul : Nutrasetikal
Pendahuluan
Indonesia sebagai salah satu negara yang berpartisipasi dalam kesepakatan global
tersebut telah menindaklanjuti dengan berbagai kegiatan. Luasnya ruang lingkup kesehatan
reproduksi menuntut penanganan secara lintas program dan lintas sektor serta keterlibatan
Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), organisasi profesi dan semua pihak yang terkait.
Saratnya aspek sosial budaya dalam kesehatan reproduksi juga menuntut perlunya adaptasi
yang sesuai dengan situasi dan kondisi di Indonesia.
Definisi
Reproduksi berasal dari kata “re” yang artinya kembali dan kata “produksi” artinya
membuat atau menghasilkan. Jadi istilah reproduksi mempunyai arti suatu proses kehidupan
manusia dalam menghasilkan keturunan demi kelestarian hidupnya. Sedangkan yang disebut
organ reproduksi adalah pertumbuhan tulangtulang dan kematangan seksual yang berfungsi
untuk reproduksi manusia, yang terjadi masa remaja.
Kesehatan reproduksi menurut Kemenkes RI (2015) adalah keadaan sehat secara fisik,
mental, dan sosial secara utuh, tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan yang
berkaitan dengan sistem, fungsi, dan proses reproduksi.
Secara garis besar dapat dikelompokkan empat golongan faktor yang dapat
berdampak buruk bagi kesehatan reproduksi yaitu:
Patofisiologi
Penyakit pada sistem reproduksi bisa menyerang pria dan wanita. Penyakit ini bisa
disebabkan oleh infeksi, peradangan, kelainan genetik, gangguan hormon, bahkan kanker.
Penyakit yang menyerang sistem reproduksi ini berpeluang tinggi untuk menyebabkan
masalah kesuburan. Sistem reproduksi pria dan wanita memiliki keunikan tersendiri. Masing-
masing sistem reproduksi memiliki struktur dan fungsi yang berdeda. Meskipun, keduanya
dirancang untuk memungkinkan adanya pembuahan sel telur oleh sperma, yang akan
berlanjut menjadi kehamilan.
Sistem reproduksi wanita terdiri dari organ luar dan dalam. Organ reproduksi wanita
bagian dalam meliputi vagina, rahim, saluran telur (tuba falopi), dan indung telur (ovarium).
Sementara organ reproduksi wanita bagian luar terdiri dari vulva, kelenjar Bartholin, dan
klitoris.
Beberapa penyakit pada sistem reproduksi wanita yang sering terjadi adalah:
1. Endometriosis
Penyakit ini terjadi ketika jaringan yang membentuk lapisan dalam dinding rahim
tumbuh di tempat lain di dalam tubuh. Jaringan tersebut dapat tumbuh di ovarium, bagian
belakang rahim, usus, atau bahkan di kandung kemih. Jaringan yang salah tempat ini akan
menyebabkan nyeri haid yang hebat, perdarahan menstruasi yang deras, nyeri saat
berhubungan seksual, serta sulit hamil.
2. PCOS
3. Miom
Miom atau fibroid rahim adalah tumor jinak yang tumbuh di rahim. Tumor pada miom
terbentuk dari jaringan otot rahim. Gejalanya dapat berupa perdarahan dari vagina di luar
masa haid, nyeri panggul, kram atau nyeri pada perut, nyeri punggung, sering merasa ingin
pipis, serta nyeri saat berhubungan seksual.
Kanker pada organ reproduksi wanita dikenal dengan istilah kanker ginekologi.
Beberapa jenis kanker ginekologi adalah kanker rahim, kanker mulut rahim, kanker ovarium,
dan kanker vagina.
Pria juga memiliki sistem reproduksi yang berada di luar dan di dalam tubuh. Organ
reproduksi pria yang terletak di luar tubuh meliputi penis, skrotum (kantong zakar), dan
testis. Sedangkan organ reproduksi pria yang berada di dalam tubuh adalah epididimis,
saluran vas deferens, saluran kemih, vesikula seminalis (kantung air mani), kelenjar prostat,
dan kelenjar bulbourethral.
Berikut ini adalah beberapa penyakit yang bisa mengintai sistem reproduksi pria:
1. Epididimitis
Penyakit ini terjadi akibat adanya peradangan pada epididimis, yakni saluran di dalam
skrotum yang menempel pada testis. Saluran ini berperan untuk mengangkut serta
menyimpan sperma yang diproduksi oleh testis. Epididimitis dapat menyebabkan buah zakar
bengkak dan nyeri, air mani mengandung darah, nyeri saat buang air kecil dan ejakulasi, serta
gangguan kesuburan.
2. Orchitis
Orchitis adalah peradangan pada testis, yang biasanya disebabkan oleh infeksi bakteri
atau virus. orchitis juga bisa menyebabkan buah zakar bengkak dan nyeri. Bila tidak
ditangani, penyakit ini bisa menyebabkan kemandulan dan penurunan produksi hormon
testosteron.
Beberapa penyakit yang bisa menyerang organ reproduksi pria ini adalah disfungsi
ereksi, kelainan bentuk penis, misalnya hipospadia (penyakit Peyronie), dan kanker penis.
Selain beragam penyakit pada sistem reproduksi yang telah disebutkan di atas, pria dan
wanita juga bisa terkena penyakit menular seksual, seperti herpes genital, HIV/AIDS, sifilis,
dan gonorea. Penyakit ini ditularkan dari satu orang ke orang lain melalui hubungan seksual.
Isoflavon termasuk salah satu jenis polifenol atau flavonoid (Astawan, 2009).
Molekul ini juga bersifat sebagai fitoesterogen kerena kemampuannya berinteraksi dengan
reseptor hormone estrogen pada sel. Hormon estrogen merupakan salah satu hormone yang
berpengaruh pada kesehatan reproduksi. Isoflavon memiliki kemampuan membantu
mengurangi resiko penyakit jantung koroner, mencegah menopause terlalu dini, penyakit
prostat dan kanker (Yuldiz, 2005). Selain itu efek isoflavon dapat memerikan manfaat pada
spermatozoa laki-laki (Astuti, 2009).
kedelai juga memiliki efek terhadap kesuburan pada pria dengan menjaga fungsi dan
kualitas spermatozoa pada laki-laki. Spermatozoa merupakan sel dari sistem reproduksi laki-
laki yang dikeluarkan bersamaan dengan air mani saat seseorang berejakulasi. Sebuah
penelitian yang dilakukan oleh (Astuti, 2009), penelitian tersebut menguji kualitas
spermatozoa tikus jantan yang diberitepung kedelai kaya isoflavon. Hasil dari penelitian
menunjukkan Pemberian tepung kedelai kaya isoflavon pada dosis isoflavon 1.5 mg/ekor/hari
dapat meningkatkan kualitas spermatozoa tikus jantan. Hal ini dapat terjadi karena pengaruh
antioksidan di dalam isoflavon yang dapat menangkap radikal bebas sehingga mencegah
stress oksidatif. Membran plasma spermatozoa yang terlindung oleh antioksidan isoflavon
mampu mengatur keluar masuk substrat dan elektrolit dengan baik, sehingga proses
metabolisme seperti glikolisis dapat berlangsung dengan baik.
Referensi:
Ahsan, M. and Mallick, A. K. (2017) ‘The Effect of Soy Isoflavones on the Menopause
Rating Scale Scoring in Perimenopausal and Postmenopausal Women : A Pilot
Study’, Journal Of Clinical And Diagnostic Research, 11(October 2012), pp. 10–13.
doi: 10.7860/JCDR/2017/26034.10654.
Astuti, S. (2009) ‘Kualitas Spermatozoa Tikus Jantan yang Diberi Tepung Kedelai Kaya
Isoflavon The Effects of Isoflavone-riched Soybean Flour on The Quality of
Spermatozoa of Male Rats’, MKB, 41(1), pp. 180–186.