Anda di halaman 1dari 20

DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA REFERAT

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN NOVEMBER 2021


ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
ALAUDDIN MAKASSAR

SELLULITIS PRESEPTAL

Oleh :
Dewi Meliyani Ramadlana Suleman
70700120021

Supervisor Pembimbing :
dr. Idayani Panggalo, Sp.M

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UIN ALAUDDIN MAKASSAR
2021
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kepada kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan anugerah-Nya kepada kita semua, sehingga dengan segala keterbatasan
yang saya punya, akhirnya penulisan referat dengan judul “Sellulitis Preseptal”
dapat selesai. Penulisan referat ini merupakan salah satu tugas kepaniteraan klinik
Departemen Ilmu Kesehatan Mata Program Pendidikan Profesi Dokter Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar.
Keberhasilan penyusunan referat ini tidak luput dari bimbingan, dan bantuan moril
dan materil dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima
kasih dan memberikan penghargaan yang setinggi-tingginya secara tulus dan ikhlas
kepada yang terhormat dr. Idayani Panggalo, Sp.M sebagai pembimbing dalam
kepaniteraan klinik, serta semua pihak yang telah membantu.

Tidak ada manusia yang sempurna, maka penulis menyadari sepenuhnya


bahwa referat ini masih jauh dari sempurna, sehingga dengan segala kerendahan
hati penulis siap menerima kritik dan saran serta koreksi yang membangun dari
semua pihak.

Makassar, November 2021

Penulis

ii
LEMBAR PENGESAHAN
Referat dengan judul
Sellulitis Preseptal
Telah memenuhi persyaratan dan telah disetujui
Pada Tanggal
Oleh :
Pembimbing

dr. Idayani Panggalo, Sp.M

Mengetahui,
Ketua Program Pendidikan Profesi Dokter
UIN Alauddin Makassar

dr. Azizah Nurdin, Sp.OG, M.Sc


NIP : 19840905 200901 2 006

iii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii


LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................... iii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. v
BAB I LAPORAN KASUS .................................................................................... 1
A. Idenititas Pasien ........................................................................................... 1
B. Skenario/Anamnesis..................................................................................... 1
C. Pemeriksaan Oftalmologi ............................................................................. 1
D. Diagnosis ...................................................................................................... 3
E. Penatalaksanaan ........................................................................................... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................. 4
A. Pendahuluan ................................................................................................. 4
B. Anatomi dan Fisiologi .................................................................................. 4
C. Etiologi ......................................................................................................... 7
D. Patofisiologi ................................................................................................. 8
E. Gejala dan Tanda Klinis ............................................................................... 9
F. Diagnosis .................................................................................................... 10
G. Tatalaksana ................................................................................................. 11
H. Diagnosis Banding ..................................................................................... 12
I. Prognosis .................................................................................................... 12
BAB III KESIMPULAN ....................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 15

iv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Foto kedua mata pasien .......................................................................... 2
Gambar 2 Foto oculus sinistra pasien ..................................................................... 2
Gambar 3 Foto Flouresens : Tidak tampak defek pada kornea ............................... 3
Gambar 4 Palpebra .................................................................................................. 5
Gambar 5 Septum Orbital ....................................................................................... 6

v
BAB I
LAPORAN KASUS
A. Idenititas Pasien
Nama : Nn. Y
Umur : 24 tahun
Agama : Islam
Pekerjaan :-
Alamat : Makassar
No. Reg : 143xxx
Tanggal : 16-6-1996
Jenis kelamin : Perempuan
BPJS/Umum : BPJS
No. Telepon :-

B. Skenario/Anamnesis
Kelopak mata kiri bengkak dirasakan sejak 6 hari yang lalu, kemerahan. rasa
mengganjal. Pasien merasa penglihatan semakin kabur saat ini. Kotoran mata
tidak ada. Air mata berlebih ada. Nyeri bola Mata disangkal. Riwayat opname
dengan OS Cellulitis orbita selama 3 hari bulan agustus 2020, riwayat
pengobatan saat ini anti nyeri dan LFX ED. Hasil kultur saat itu MRSA (+).
Menurut pasien setelah Pulang perawatan kelopak matanya Masih bengkak
hanya berkurang dibanding sebelum rawat inap. Riwayat pemakaian kacamata
ada, namun sudah tidak di pakai lagi. Riwayat DM dan HT disangkal. Demam
disangkal. Riwayat gigi berlubang di rahang kiri bawah.

C. Pemeriksaan Oftalmologi
1. Pemeriksaan Visus
VOD : 20/40
VOS : 20/40
2. Pemeriksaan Pergerakan Bola Mata
Gerak bola mata ke segala arah

1
3. Pemeriksaan Slit Lamp
SLOD : Segmen anterior bola mata batas normal
SLOS : Palpebra edema +, hiperemis +, tampak pus palpebra
superior, krusta +, silia sekret -, konjungtiva hiperemis
minimal, konjungtiva fornix tampak kistik dan papul, nyeri
pergerakan bola mata -, kornea kesan jernih, fluoresens +
pungtat. BMD VH4, iris coklat, pupil bulat, RC +, RAPD
-, lensa jernih.

Gambar 1 Foto kedua mata pasien

Gambar 2 Foto oculus sinistra pasien

2
Gambar 3 Foto Flouresens : Tidak tampak defek pada kornea

D. Diagnosis
Oculus Sinistra Sellulitis Preseptal
E. Penatalaksanaan
Oral :
• Cefixim 2 x 100mg
• Metil prednisolone 2 x 8 mg
• Metronidazole 2 x 500mg
Topikal :
• Xytrol zalf /8jam/ Palpebra Sinistra
• LFX /6jam/ OS
Edukasi :
• Kompres air hangat 3 kali sehari
• Kontrol 3 hari kemudian

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pendahuluan
Septum orbital adalah lapisan fascia yang menempel pada dinding orbital
dan lempeng tarsal di palpebra superior dan inferior. Lapisan septum adalah
penghalang antara jaringan lunak dari struktur permukaan orbitalnya, sehingga
peradangan terbatas pada septum anterior disebut selulitis preseptal, dan
peradangan yang terbatas pada septum posterior disebut selulitis orbital.
Selulitis preseptal dan selulitis orbital adalah infeksi serius pada jaringan di
sekitar mata. Selulitis preseptal dan orbital jauh lebih umum pada anak kecil
daripada yang lebih tua dan orang dewasa. Selulitis preseptal lebih banyak
terjadi dibandingkan dengan selulitis orbital, yaitu setidaknya 6 sampai 10 kali
lebih umum daripada selulitis orbital (1,2).

Selulitis preseptal adalah infeksi yang melibatkan bagian anterior dari


septum orbital, sehingga mempengaruhi struktur di depan septum, seperti
palpebra dan kulit di sekitar mata. Selulitis preseptal yang ditandai dengan
eritema dan edema kelopak mata. Selulitis preseptal merupakan peradangan
palpebra dan jaringan di sekitar orbit tanpa gejala keterlibatan orbital (seperti
proptosis mata atau pembatasan gerakan mata). Berbeda dengan selulitis
orbital, yaitu peradangan yang terjadi pada bagian posterior septum orbital
yang melibatkan bola mata itu sendiri, lemak di sekitarnya, dan saraf yang
menuju ke mata. Meskipun perbedaan antara selulitis preseptal dan orbital
dapat dipahami, namun secara klinik sulit untuk membedakannya. Infeksi
preseptal dapat terjadi hingga 60% di bawah 5 tahun dan hingga 85% di bawah
20 tahun. Hal ini lebih sering terjadi pada anak kecil (2–4).

B. Anatomi dan Fisiologi


Palpebra

Kelopak mata atas dan bawah adalah struktur anterior yang ketika
ditutup, melindungi permukaan bola mata. Ruang antara kelopak mata, saat
terbuka, adalah fisura palpebra. Lapisan kelopak mata, dari anterior ke

4
posterior, terdiri dari kulit, jaringan subkutan, otot volunter, septum orbita,
tarsus, dan konjungtiva. Kelopak mata atas dan bawah pada dasarnya serupa
dalam struktur kecuali untuk penambahan dua otot di kelopak mata atas (5).

Gambar 4 Palpebra

1. Kulit dan jaringan subcutaneus


Kulit kelopak mata tidak terlalu besar, dan hanya lapisan tipis
jaringan ikat yang memisahkan kulit dari lapisan otot volunter di
bawahnya. Lapisan tipis jaringan ikat dan susunannya yang longgar
menyebabkan akumulasi cairan (darah) ketika terjadi cedera (5).
2. Orbicularis oculi
Selanjutnya adalah serabut otot. Otot ini adalah bagian dari otot
orbicularis oculi yang lebih besar, yang terutama terdiri dari dua bagian —
bagian orbital, yang mengelilingi orbit, dan bagian palpebral, yang ada di
kelopak mata. Orbicularis oculi dipersarafi oleh saraf wajah [VII] dan
menutup kelopak mata. Bagian palpebra tipis dan berlabuh di medial oleh
ligamentum palpebra medial, yang melekat pada krista lakrimalis anterior
dan secara lateral menyatu dengan serat dari otot di kelopak mata bawah
pada ligamentum palpebra lateral. Bagian ketiga dari otot orbicularis oculi

5
yang dapat diidentifikasi terdiri dari serat di perbatasan medial. Serabut ini
membentuk bagian lakrimal dari orbicularis oculi, yang mungkin terlibat
dalam drainase air mata (5).
3. Septum orbital
Septum orbital adalah fasia di belakang bagian otot orbikularis yang
terletak di antara tepian orbital dan tarsus. Septum orbital memisahkan
jaringan lunak kelopak mata dari orbit. Septum orbital ini terletak jauh ke
bagian palpebral dari orbicularis oculi, yang merupakan perpanjangan
periosteum ke kelopak mata atas dan bawah dari margin orbit, yang
memanjang ke bawah menuju kelopak mata atas dan memanjang ke atas
menuju kelopak mata bawah dan berlanjut dengan periosteum di luar dan
di dalam orbit. Septum orbita melekat pada tendon muskulus levator
palpebra superioris pada kelopak mata atas dan menempel pada tarsus
pada kelopak mata bawah. Fungsi septum orbital adalah sebagai sawar
antar palpebra dan orbita (5).

Gambar 5 Septum Orbital

6
4. Tarsus dan levator palpebrae superioris
Struktur yang memberikan dukungan utama untuk setiap kelopak
mata adalah tarsus. Ada tarsus superior yang besar di kelopak mata atas
dan tarsus inferior yang lebih kecil di kelopak mata bawah. Lempeng
jaringan ikat padat ini melekat secara medial ke puncak lakrimal anterior
rahang atas oleh ligamentum palpebra medial dan lateral ke tuberkulum
orbital pada tulang zygomatic oleh ligamentum palpebra lateral. Otot
levator palpebrae superioris berhubungan dengan tarsus superior di bagian
atas, yaitu otot yang mengangkat kelopak mata. Otot ini dipersarafi oleh
saraf okulomotor [III]. Hilangnya fungsi otot levator palpebra superioris
atau otot tarsal superior menyebabkan ptosis (5).
5. Konjungtiva
Struktur kelopak mata dilengkapi oleh membran tipis (konjungtiva),
yang menutupi permukaan posterior setiap kelopak mata. Membran ini
menutupi seluruh permukaan posterior setiap kelopak mata sebelum
dipantulkan ke permukaan luar (sklera) bola mata (5).

C. Etiologi
Organisme penyebab yang paling umum adalah Staphylococcus aureus,
Staphylococcus epidermidis, spesies Streptococcus, dan anaerob,
MRSA (methicilin-resistant Staphylococcus aureus), MRSE (methicilin-
resistant Staphylococcus epidermidis) yang mencerminkan bakteri yang
biasanya menyebabkan infeksi saluran pernapasan atas dan kelopak mata
eksternal. Infeksi Pseudomonas aeruginosa, Neisseria gonorrhoeae,
Treponema pallidum, Mycobacterium tuberculosis, spesies Bacteroides, dan
infeksi jamur adalah organisme yang jarang (1,6,7).

Sumber utama infeksi dapat berupa trauma kulit lokal, infeksi sinus
terutama berasal dari sinus ethmoidal, atau trauma tembus, dan goresan atau
gigitan serangga di sekitar mata yang menyebabkan infeksi pada kulit.
Penyebab lain termasuk konjungtivitis, infeksi saluran pernapasan atas, radang

7
kelenjar lakrimal, abses gigi, benda asing, lesi kelopak mata, infeksi kulit
(impetigo), dan tindakan iatrogenik seperti manipulasi oral dan kelopak mata.
Semua faktor predisposisi ini berhubungan dengan rusaknya sawar kulit
(2,4,6).

D. Patofisiologi
Selulitis periorbital adalah infeksi superfisial yang melibatkan struktur
eksternal anterior septum dan kelopak mata, dan biasanya timbul dari trauma
lokal atau infeksi lokal. Kadang-kadang, selulitis periorbital dapat menyebar
melewati septum dan berkembang menjadi selulitis orbital (7).

Bakteri menginfeksi jaringan preseptal dan orbital melalui salah satu dari
tiga cara, yaitu (6) :

1. Inokulasi langsung. Contohnya gigitan serangga. Jenis-jenis infeksi ini


biasanya disebabkan oleh Streptococcus aureus atau pyogenes.
2. Infeksi adneksa okular yang berdekatan seperti episode akut sinusitis,
dakriosistitis, atau hordeolum yang dapat menyebar ke ruang preseptal dan
posteptal.
3. Infeksi juga dapat menyebar melalui rute hematogen dari sumber infeksi
yang jauh seperti otitis media atau pneumonia.
Sistem Chandler digunakan untuk mengkategorikan selulitis periorbital
dan orbital menjadi lima tahap, sesuai dengan lokasi anatomi dan tingkat
keparahan infeksi. Tahapannya adalah (7) :
1. Tahap 1 : Selulitis preseptal. Peradangan tidak meluas melewati septum
orbital.
2. Tahap 2 : Selulitis postseptal. Peradangan meluas ke jaringan orbital, tanpa
pembentukan abses.
3. Tahap 3 : Abses subperiosteal. Abses terbentuk jauh ke dalam periosteum
orbital.
4. Tahap 4 : Abses orbita. Abses terbentuk di orbit.
5. Tahap 5 : Trombosis sinus kavernosus.

8
Setiap tahap belum tentu maju ke tahap berikutnya. Jika telah
berkembang menjadi selulitis orbita, akan terjadi peningkatan tekanan akibat
inflamasi pada ruang postseptal, yang akan meningkatkan risiko oklusi arteri
atau vena retina sentralis, atau kerusakan saraf optik. Ini dapat meningkatkan
risiko iskemia retina dan saraf optik, yang dapat menyebabkan kebutaan dalam
dua hingga tiga jam (7).

E. Gejala dan Tanda Klinis


Pasien biasanya datang dengan pembengkakan kelopak mata yang
mungkin cukup parah untuk mengganggu evaluasi bola mata. Hiperemia, nyeri
tekan dan pembengkakan jaringan periorbital yang terjadi unilateral adalah
gejala selulitis preseptal. Orang yang terkena dapat menggerakkan mata ke
segala arah tanpa rasa sakit, tetapi bisa ada kesulitan membuka kelopak mata
karena pembengkakan. Visus tidak terganggu. Gejala khas selulitis orbital yang
membedakan dengan selulitis preseptal adalah kemosis, proptosis,
keterbatasan gerakan mata ekstraokular, nyeri dengan gerakan mata (1,2,4).

Pada pemeriksaan, ketajaman visual, reaksi pupil, dan motilitas okular


semuanya normal. Tidak ada proptosis dan bola mata dengan mudah retropulsi
ke cavum orbita (6).

Tabel 1 Perbandingan Selulitis Preseptal dan Orbital

SELULITIS PRESEPTAL SELULITIS ORBITAL


Kemungkinan untuk dapat membuka Pasien yang tidak dapat membuka
mata cukup baik. matanya selama proses pemeriksaan,
curiga besar selulitis orbital.
Kelopak mata dan/atau di sekitarnya Kelopak mata dan/atau di sekitarnya
terlihat eritematosa. terlihat eritematosa.
Visus normal. Ada gangguan penglihatan, misalnya
ketajaman penglihatam berkurang,
kehilangan persepsi warna merah.
White eye. Injeksi konjungtiva, kemosis.
Gerakan ekstraokular normal dan Gerakan bola mata terasa sangat
tidak nyeri. nyeri.
Tidak ada proptosis. Proptosis
Pupil normal. Respon pupil asimetris, RAPD.

9
Secara sistemik baik. Biasanya secara sistemik baik tetapi
mungkin menunjukkan tanda-tanda
gangguan sistemik dan demam

F. Diagnosis
Mungkin sulit untuk membedakan antara selulitis preseptal dan orbital
pada presentasi awal, terutama ketika jaringan sangat bengkak dan mata tidak
dapat divisualisasikan. Oleh karena itu, klinisi harus mempertahankan tingkat
kecurigaan yang tinggi untuk selulitis orbital (7).

Pasien dengan selulitis periorbital mungkin memiliki riwayat gigitan


serangga baru-baru ini atau trauma pada kulit wajah. Potensi penyebaran dan
progresi ke selulitis orbita harus menjadi perhatian utama karena pengobatan
tidak boleh ditunda. Selama pemeriksaan, harus diperhatikan tanda adanya
kecurigaan yang mengarah pada selulitis orbital. Adapun tanda yang
diwaspadai untuk kecurigaan selulitis orbital adalah (7) :

1. Adanya tanda dan gejala penyebaran intrakranial dan, jika dicurigai,


segera lakukan pencitraan. Tanda dan gejala termasuk pembengkakan
kelopak mata bilateral yang parah, perubahan tingkat kesadaran, dan
tanda-tanda sepsis sistemik atau meningitis.
2. Tidak dapat menggerakkan bola mata saat diminta mengikuti suatu objek
atau cahaya. Pemeriksaan ini sulit dilihat bila kelopak mata yang sangat
bengkak.
3. Gerakan mata yang terasa nyeri
4. Proptosis

Jika didapatkan tanda-tanda di atas dan pada pemeriksaan oftalmik


menunjukkan penurunan ketajaman visual, maka pencitraan orbit dan sinus
harus dilakukan. Computed tomography (CT) scan digunakan untuk
mendiagnosis selulitis orbital karena memungkinkan penentuan stadium klinis
yang cepat dan akurat. Magnetic resonance imaging (MRI) juga dapat
digunakan untuk membantu membedakan antara penyakit periorbital dan
orbital, tetapi sulit dilakukan pada anak-anak yang lebih kecil (7).

10
Tes darah termasuk hitung darah lengkap dan PCR sering dilakukan, dan
meskipun nilai diagnostiknya terbatas, tes ini dapat berguna untuk memantau
kemajuan pasien. Kultur darah dan swab mata dapat diambil, tetapi jarang
memberikan hasil diagnostik mikrobiologis (7).

G. Tatalaksana
Dalam kasus selulitis preseptal pada orang dewasa dan anak-anak,
pengobatan utama adalah dengan antibiotik spektrum luas empiris yang
ditargetkan pada organisme penyebab yang paling umum yaitu, S. aureus dan
Streptococcus pneumoniae. Antibiotik lini pertama yang direkomendasikan
adalah Co-amoxiclav atau Claritromisin selama 7 hari. Pada dewasa,
pengobatan biasanya diberikan pada pasien dengan rawat jalan. Jika tidak
membaik dalam 48-72 jam dengan pengobatan antibiotik oral atau jika gejala
berkembang sehingga dicurigai adanya selulitis orbital, maka pengobatan
dengan antibiotik intravena harus segera dimulai. Sedangkan pada anak-anak
dengan selulitis preseptal, rawat inap diperlukan untuk antibiotik intravena dan
observasi ketat. Regimen antibiotik sistemik yang paling umum adalah
sefalosporin dan aminoglikosida (6,8,9).
Baik anak-anak dan orang dewasa dengan dugaan selulitis orbital harus
dirujuk ke perawatan sekunder dan kemudian dirawat untuk antibiotik
intravena dan mungkin kultur darah. Dalam kebanyakan kasus, rejimen
pengobatan akan melibatkan cakupan empiris organisme Gram-positif. Selain
itu, antibiotik yang biasa diberikan untuk juga mencakup organisme Gram-
negatif dan anaerobik termasuk sefalosporin generasi ketiga, yaitu ceftriaxone,
metronidazol, ciprofloxacin dan klindamisin. Ceftriaxone direkomendasikan
karena merupakan antibiotik spektrum luas yang mempunyai kemampuan
penetrasi yang baik pada CSF. Penatalaksanaan awal selulitis orbita juga
melibatkan pencitraan radio orbita, sinus paranasal, dan kepala dengan CT
scan. Ini akan memungkinkan identifikasi perluasan penyakit ke orbit dan bukti
penyakit sinus atau abses orbital dan subperiosteal. Selain itu, dekongestan
hidung dapat dipertimbangkan untuk meningkatkan drainase sinus pada
selulitis orbital (6,8,9).

11
Indikasi utama intervensi bedah adalah respons yang buruk terhadap
pengobatan antibiotik, bukti adanya abses dengan diameter >10 mm, gangguan
penglihatan, dan penyebaran infeksi ke intrakranial (1).

H. Diagnosis Banding (7)


1. Konjungtivitis
Pembengkakan kelopak mata bilateral yang tiba-tiba, hiperlakrimasi,
injeksi konjungtiva. Gatal mungkin ada. Ketajaman visual normal.
2. Idiopathic orbital inflammatory disease
Nyeri dengan onset yang mendadak. Edema palpebra, biasanya bilateral
pada anak dengan uveitis anterior atau posterior. Diplopia dapat terjadi.
3. Tirotoksikosis
Perubahan tampilan mata, biasanya bengkak. Mata kering atau berair,
mungkin terasa seperti pasir di mata. Eritema pada palpebra dan mata.
Fotofobia, penglihatan kabur, kesulitan menggerakkan mata. Gambaran
sistemik tiroid yang terlalu aktif mungkin ada.
4. Dermatitis kontak
Kelopak mata gatal dan perih yang mungkin merah dan bengkak. Injeksi
konjungtiva dapat terjadi. Predisposisi alergi mungkin diketahui.

I. Prognosis
Dengan pengobatan yang cepat dan efektif, infeksi ini biasanya sembuh
dengan cepat tanpa gejala sisa. Infeksi yang melampaui septum orbital dapat
menyebabkan ancaman penglihatan serta potensi perluasan kedalam
intrakranial menyebabkan meningitis, pembentukan abses serebral dan
trombosis sinus kavernosa (8).

J. Integrasi Keislaman
QS. Asy-Syu’ara’ 26:8010

12
Artinya : ”dan apabila aku sakit, Dialah yang menyembuhkan aku” (QS. Asy-
Syu’ara’26:80)17

Salah satu cobaan yang di berikan oleh Allah adalah penyakit. Di dalam
sebuah ayat dijelaskan bahwa Al Qur’an adalah salah satu penawar dan rahmat
bagi orang-orang yang sakit dan dalam keadaan tidak merugi. Ayat ini
menjelaskan bahwa Allah yang menyembuhkan manusia apabila ia sakit. Allah
berkuasa menyembuhkan penyakit apa saja yang diderita oleh seseorang.
Termasuk penyakit mata, khususnya pada kasus diatas yakni Selulitis
preseptal, kemudian terdapat katarak, semua penyakit tersebut Allah SWT
turunkan pasti memiliki hikmah, agar kita dapat mensyukuri nikmat kesehatan
yang Allah berikan kepada kita dan menjadi peringatan kepada yang sehat agar
tidak menyia-nyiakan nikmat tersebut.

13
BAB III
KESIMPULAN
Selulitis preseptal adalah infeksi yang melibatkan bagian anterior dari septum
orbital, sehingga mempengaruhi struktur di depan septum, seperti palpebra dan
kulit di sekitar mata. Selulitis preseptal yang ditandai dengan eritema dan edema
kelopak mata. Selulitis preseptal sulit dibedakan dengan selulitis orbital, tetapi
selulitis orbita pada populasi anak dapat menyebabkan komplikasi yang serius dan
mengancam jiwa. Sebagian besar anak dengan selulitis periorbital diobati dengan
antibiotik untuk mencegah perkembangan menjadi selulitis orbital. Profesional
kesehatan harus mengenali gejala dengan cepat, karena intervensi segera dikaitkan
dengan hasil dan prognosis yang lebih baik.

14
DAFTAR PUSTAKA
1. Demir SÖ, Çağan E, Kadayifci EK, Karaaslan A, Atıcı S, Akkoç G, et al.
Clinical features and outcome of preseptal and orbital cellulitis in
hospitalized children: Four years experience. Medeni Med J. 2017;32(1):7–
13.
2. Shahri ES, Mousavi SHS, Osmani J, Soleimani G. Pediatrics orbital and
preseptal cellulitis: A 2-year experience. J Compr Pediatr. 2021;12(1):1–7.
3. Savaş Şen Z, Tural Kara T, Keskin S, Özen G, Örnek F, Alioğlu B. Preseptal
and Orbital Cellulitis in Childhood: The Experience of Ankara Training and
Research Hospital. J Pediatr Res. 2019;6(1):64–9.
4. Baiu I, Melendez E. Periorbital and orbital cellulitis. Vol. 323, Journal
American Medical Association. 2020. p. 196.
5. Mitchell RLDAWVAWM. Gray’s Anatomy for Students Fourth Edition.
Elsevier; 2020. 917 p.
6. Madelin R, Tanilino Y, Sahuna NH, Anggara A, Towidjojo VD, Program
MP, et al. Prseptal and orbital cellulitis associated with temporal abcess : a
rare presentation. J Med … [Internet]. 2020;2(2):139–44. Available from:
https://jurnal.fk.untad.ac.id/index.php/medpro/article/view/365
7. Rashed F, Cannon A, Anthony P, Paul SP. Diagnosis, management and
treatment of orbital and periorbital cellulitis in children. Emerg Nurse.
2016;24(1):30–5.
8. Adamson J, Waterfield T. Fifteen-minute consultation: Preseptal and orbital
cellulitis. Arch Dis Child Educ Pract Ed. 2019;104(2):79–83.
9. Lim LT, Miller D, Ah-Kee EY, Ferguson A. Preseptal cellulitis or orbital
cellulitis? West Indian Med J. 2016;65(2):304–7.
10. Kementerian Agama RI. Al-Quran dan Terjemahannya. Bandung : Syamil
Quran, 2012

15

Anda mungkin juga menyukai