SELLULITIS PRESEPTAL
Oleh :
Dewi Meliyani Ramadlana Suleman
70700120021
Supervisor Pembimbing :
dr. Idayani Panggalo, Sp.M
Penulis
ii
LEMBAR PENGESAHAN
Referat dengan judul
Sellulitis Preseptal
Telah memenuhi persyaratan dan telah disetujui
Pada Tanggal
Oleh :
Pembimbing
Mengetahui,
Ketua Program Pendidikan Profesi Dokter
UIN Alauddin Makassar
iii
DAFTAR ISI
iv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Foto kedua mata pasien .......................................................................... 2
Gambar 2 Foto oculus sinistra pasien ..................................................................... 2
Gambar 3 Foto Flouresens : Tidak tampak defek pada kornea ............................... 3
Gambar 4 Palpebra .................................................................................................. 5
Gambar 5 Septum Orbital ....................................................................................... 6
v
BAB I
LAPORAN KASUS
A. Idenititas Pasien
Nama : Nn. Y
Umur : 24 tahun
Agama : Islam
Pekerjaan :-
Alamat : Makassar
No. Reg : 143xxx
Tanggal : 16-6-1996
Jenis kelamin : Perempuan
BPJS/Umum : BPJS
No. Telepon :-
B. Skenario/Anamnesis
Kelopak mata kiri bengkak dirasakan sejak 6 hari yang lalu, kemerahan. rasa
mengganjal. Pasien merasa penglihatan semakin kabur saat ini. Kotoran mata
tidak ada. Air mata berlebih ada. Nyeri bola Mata disangkal. Riwayat opname
dengan OS Cellulitis orbita selama 3 hari bulan agustus 2020, riwayat
pengobatan saat ini anti nyeri dan LFX ED. Hasil kultur saat itu MRSA (+).
Menurut pasien setelah Pulang perawatan kelopak matanya Masih bengkak
hanya berkurang dibanding sebelum rawat inap. Riwayat pemakaian kacamata
ada, namun sudah tidak di pakai lagi. Riwayat DM dan HT disangkal. Demam
disangkal. Riwayat gigi berlubang di rahang kiri bawah.
C. Pemeriksaan Oftalmologi
1. Pemeriksaan Visus
VOD : 20/40
VOS : 20/40
2. Pemeriksaan Pergerakan Bola Mata
Gerak bola mata ke segala arah
1
3. Pemeriksaan Slit Lamp
SLOD : Segmen anterior bola mata batas normal
SLOS : Palpebra edema +, hiperemis +, tampak pus palpebra
superior, krusta +, silia sekret -, konjungtiva hiperemis
minimal, konjungtiva fornix tampak kistik dan papul, nyeri
pergerakan bola mata -, kornea kesan jernih, fluoresens +
pungtat. BMD VH4, iris coklat, pupil bulat, RC +, RAPD
-, lensa jernih.
2
Gambar 3 Foto Flouresens : Tidak tampak defek pada kornea
D. Diagnosis
Oculus Sinistra Sellulitis Preseptal
E. Penatalaksanaan
Oral :
• Cefixim 2 x 100mg
• Metil prednisolone 2 x 8 mg
• Metronidazole 2 x 500mg
Topikal :
• Xytrol zalf /8jam/ Palpebra Sinistra
• LFX /6jam/ OS
Edukasi :
• Kompres air hangat 3 kali sehari
• Kontrol 3 hari kemudian
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pendahuluan
Septum orbital adalah lapisan fascia yang menempel pada dinding orbital
dan lempeng tarsal di palpebra superior dan inferior. Lapisan septum adalah
penghalang antara jaringan lunak dari struktur permukaan orbitalnya, sehingga
peradangan terbatas pada septum anterior disebut selulitis preseptal, dan
peradangan yang terbatas pada septum posterior disebut selulitis orbital.
Selulitis preseptal dan selulitis orbital adalah infeksi serius pada jaringan di
sekitar mata. Selulitis preseptal dan orbital jauh lebih umum pada anak kecil
daripada yang lebih tua dan orang dewasa. Selulitis preseptal lebih banyak
terjadi dibandingkan dengan selulitis orbital, yaitu setidaknya 6 sampai 10 kali
lebih umum daripada selulitis orbital (1,2).
Kelopak mata atas dan bawah adalah struktur anterior yang ketika
ditutup, melindungi permukaan bola mata. Ruang antara kelopak mata, saat
terbuka, adalah fisura palpebra. Lapisan kelopak mata, dari anterior ke
4
posterior, terdiri dari kulit, jaringan subkutan, otot volunter, septum orbita,
tarsus, dan konjungtiva. Kelopak mata atas dan bawah pada dasarnya serupa
dalam struktur kecuali untuk penambahan dua otot di kelopak mata atas (5).
Gambar 4 Palpebra
5
yang dapat diidentifikasi terdiri dari serat di perbatasan medial. Serabut ini
membentuk bagian lakrimal dari orbicularis oculi, yang mungkin terlibat
dalam drainase air mata (5).
3. Septum orbital
Septum orbital adalah fasia di belakang bagian otot orbikularis yang
terletak di antara tepian orbital dan tarsus. Septum orbital memisahkan
jaringan lunak kelopak mata dari orbit. Septum orbital ini terletak jauh ke
bagian palpebral dari orbicularis oculi, yang merupakan perpanjangan
periosteum ke kelopak mata atas dan bawah dari margin orbit, yang
memanjang ke bawah menuju kelopak mata atas dan memanjang ke atas
menuju kelopak mata bawah dan berlanjut dengan periosteum di luar dan
di dalam orbit. Septum orbita melekat pada tendon muskulus levator
palpebra superioris pada kelopak mata atas dan menempel pada tarsus
pada kelopak mata bawah. Fungsi septum orbital adalah sebagai sawar
antar palpebra dan orbita (5).
6
4. Tarsus dan levator palpebrae superioris
Struktur yang memberikan dukungan utama untuk setiap kelopak
mata adalah tarsus. Ada tarsus superior yang besar di kelopak mata atas
dan tarsus inferior yang lebih kecil di kelopak mata bawah. Lempeng
jaringan ikat padat ini melekat secara medial ke puncak lakrimal anterior
rahang atas oleh ligamentum palpebra medial dan lateral ke tuberkulum
orbital pada tulang zygomatic oleh ligamentum palpebra lateral. Otot
levator palpebrae superioris berhubungan dengan tarsus superior di bagian
atas, yaitu otot yang mengangkat kelopak mata. Otot ini dipersarafi oleh
saraf okulomotor [III]. Hilangnya fungsi otot levator palpebra superioris
atau otot tarsal superior menyebabkan ptosis (5).
5. Konjungtiva
Struktur kelopak mata dilengkapi oleh membran tipis (konjungtiva),
yang menutupi permukaan posterior setiap kelopak mata. Membran ini
menutupi seluruh permukaan posterior setiap kelopak mata sebelum
dipantulkan ke permukaan luar (sklera) bola mata (5).
C. Etiologi
Organisme penyebab yang paling umum adalah Staphylococcus aureus,
Staphylococcus epidermidis, spesies Streptococcus, dan anaerob,
MRSA (methicilin-resistant Staphylococcus aureus), MRSE (methicilin-
resistant Staphylococcus epidermidis) yang mencerminkan bakteri yang
biasanya menyebabkan infeksi saluran pernapasan atas dan kelopak mata
eksternal. Infeksi Pseudomonas aeruginosa, Neisseria gonorrhoeae,
Treponema pallidum, Mycobacterium tuberculosis, spesies Bacteroides, dan
infeksi jamur adalah organisme yang jarang (1,6,7).
Sumber utama infeksi dapat berupa trauma kulit lokal, infeksi sinus
terutama berasal dari sinus ethmoidal, atau trauma tembus, dan goresan atau
gigitan serangga di sekitar mata yang menyebabkan infeksi pada kulit.
Penyebab lain termasuk konjungtivitis, infeksi saluran pernapasan atas, radang
7
kelenjar lakrimal, abses gigi, benda asing, lesi kelopak mata, infeksi kulit
(impetigo), dan tindakan iatrogenik seperti manipulasi oral dan kelopak mata.
Semua faktor predisposisi ini berhubungan dengan rusaknya sawar kulit
(2,4,6).
D. Patofisiologi
Selulitis periorbital adalah infeksi superfisial yang melibatkan struktur
eksternal anterior septum dan kelopak mata, dan biasanya timbul dari trauma
lokal atau infeksi lokal. Kadang-kadang, selulitis periorbital dapat menyebar
melewati septum dan berkembang menjadi selulitis orbital (7).
Bakteri menginfeksi jaringan preseptal dan orbital melalui salah satu dari
tiga cara, yaitu (6) :
8
Setiap tahap belum tentu maju ke tahap berikutnya. Jika telah
berkembang menjadi selulitis orbita, akan terjadi peningkatan tekanan akibat
inflamasi pada ruang postseptal, yang akan meningkatkan risiko oklusi arteri
atau vena retina sentralis, atau kerusakan saraf optik. Ini dapat meningkatkan
risiko iskemia retina dan saraf optik, yang dapat menyebabkan kebutaan dalam
dua hingga tiga jam (7).
9
Secara sistemik baik. Biasanya secara sistemik baik tetapi
mungkin menunjukkan tanda-tanda
gangguan sistemik dan demam
F. Diagnosis
Mungkin sulit untuk membedakan antara selulitis preseptal dan orbital
pada presentasi awal, terutama ketika jaringan sangat bengkak dan mata tidak
dapat divisualisasikan. Oleh karena itu, klinisi harus mempertahankan tingkat
kecurigaan yang tinggi untuk selulitis orbital (7).
10
Tes darah termasuk hitung darah lengkap dan PCR sering dilakukan, dan
meskipun nilai diagnostiknya terbatas, tes ini dapat berguna untuk memantau
kemajuan pasien. Kultur darah dan swab mata dapat diambil, tetapi jarang
memberikan hasil diagnostik mikrobiologis (7).
G. Tatalaksana
Dalam kasus selulitis preseptal pada orang dewasa dan anak-anak,
pengobatan utama adalah dengan antibiotik spektrum luas empiris yang
ditargetkan pada organisme penyebab yang paling umum yaitu, S. aureus dan
Streptococcus pneumoniae. Antibiotik lini pertama yang direkomendasikan
adalah Co-amoxiclav atau Claritromisin selama 7 hari. Pada dewasa,
pengobatan biasanya diberikan pada pasien dengan rawat jalan. Jika tidak
membaik dalam 48-72 jam dengan pengobatan antibiotik oral atau jika gejala
berkembang sehingga dicurigai adanya selulitis orbital, maka pengobatan
dengan antibiotik intravena harus segera dimulai. Sedangkan pada anak-anak
dengan selulitis preseptal, rawat inap diperlukan untuk antibiotik intravena dan
observasi ketat. Regimen antibiotik sistemik yang paling umum adalah
sefalosporin dan aminoglikosida (6,8,9).
Baik anak-anak dan orang dewasa dengan dugaan selulitis orbital harus
dirujuk ke perawatan sekunder dan kemudian dirawat untuk antibiotik
intravena dan mungkin kultur darah. Dalam kebanyakan kasus, rejimen
pengobatan akan melibatkan cakupan empiris organisme Gram-positif. Selain
itu, antibiotik yang biasa diberikan untuk juga mencakup organisme Gram-
negatif dan anaerobik termasuk sefalosporin generasi ketiga, yaitu ceftriaxone,
metronidazol, ciprofloxacin dan klindamisin. Ceftriaxone direkomendasikan
karena merupakan antibiotik spektrum luas yang mempunyai kemampuan
penetrasi yang baik pada CSF. Penatalaksanaan awal selulitis orbita juga
melibatkan pencitraan radio orbita, sinus paranasal, dan kepala dengan CT
scan. Ini akan memungkinkan identifikasi perluasan penyakit ke orbit dan bukti
penyakit sinus atau abses orbital dan subperiosteal. Selain itu, dekongestan
hidung dapat dipertimbangkan untuk meningkatkan drainase sinus pada
selulitis orbital (6,8,9).
11
Indikasi utama intervensi bedah adalah respons yang buruk terhadap
pengobatan antibiotik, bukti adanya abses dengan diameter >10 mm, gangguan
penglihatan, dan penyebaran infeksi ke intrakranial (1).
I. Prognosis
Dengan pengobatan yang cepat dan efektif, infeksi ini biasanya sembuh
dengan cepat tanpa gejala sisa. Infeksi yang melampaui septum orbital dapat
menyebabkan ancaman penglihatan serta potensi perluasan kedalam
intrakranial menyebabkan meningitis, pembentukan abses serebral dan
trombosis sinus kavernosa (8).
J. Integrasi Keislaman
QS. Asy-Syu’ara’ 26:8010
12
Artinya : ”dan apabila aku sakit, Dialah yang menyembuhkan aku” (QS. Asy-
Syu’ara’26:80)17
Salah satu cobaan yang di berikan oleh Allah adalah penyakit. Di dalam
sebuah ayat dijelaskan bahwa Al Qur’an adalah salah satu penawar dan rahmat
bagi orang-orang yang sakit dan dalam keadaan tidak merugi. Ayat ini
menjelaskan bahwa Allah yang menyembuhkan manusia apabila ia sakit. Allah
berkuasa menyembuhkan penyakit apa saja yang diderita oleh seseorang.
Termasuk penyakit mata, khususnya pada kasus diatas yakni Selulitis
preseptal, kemudian terdapat katarak, semua penyakit tersebut Allah SWT
turunkan pasti memiliki hikmah, agar kita dapat mensyukuri nikmat kesehatan
yang Allah berikan kepada kita dan menjadi peringatan kepada yang sehat agar
tidak menyia-nyiakan nikmat tersebut.
13
BAB III
KESIMPULAN
Selulitis preseptal adalah infeksi yang melibatkan bagian anterior dari septum
orbital, sehingga mempengaruhi struktur di depan septum, seperti palpebra dan
kulit di sekitar mata. Selulitis preseptal yang ditandai dengan eritema dan edema
kelopak mata. Selulitis preseptal sulit dibedakan dengan selulitis orbital, tetapi
selulitis orbita pada populasi anak dapat menyebabkan komplikasi yang serius dan
mengancam jiwa. Sebagian besar anak dengan selulitis periorbital diobati dengan
antibiotik untuk mencegah perkembangan menjadi selulitis orbital. Profesional
kesehatan harus mengenali gejala dengan cepat, karena intervensi segera dikaitkan
dengan hasil dan prognosis yang lebih baik.
14
DAFTAR PUSTAKA
1. Demir SÖ, Çağan E, Kadayifci EK, Karaaslan A, Atıcı S, Akkoç G, et al.
Clinical features and outcome of preseptal and orbital cellulitis in
hospitalized children: Four years experience. Medeni Med J. 2017;32(1):7–
13.
2. Shahri ES, Mousavi SHS, Osmani J, Soleimani G. Pediatrics orbital and
preseptal cellulitis: A 2-year experience. J Compr Pediatr. 2021;12(1):1–7.
3. Savaş Şen Z, Tural Kara T, Keskin S, Özen G, Örnek F, Alioğlu B. Preseptal
and Orbital Cellulitis in Childhood: The Experience of Ankara Training and
Research Hospital. J Pediatr Res. 2019;6(1):64–9.
4. Baiu I, Melendez E. Periorbital and orbital cellulitis. Vol. 323, Journal
American Medical Association. 2020. p. 196.
5. Mitchell RLDAWVAWM. Gray’s Anatomy for Students Fourth Edition.
Elsevier; 2020. 917 p.
6. Madelin R, Tanilino Y, Sahuna NH, Anggara A, Towidjojo VD, Program
MP, et al. Prseptal and orbital cellulitis associated with temporal abcess : a
rare presentation. J Med … [Internet]. 2020;2(2):139–44. Available from:
https://jurnal.fk.untad.ac.id/index.php/medpro/article/view/365
7. Rashed F, Cannon A, Anthony P, Paul SP. Diagnosis, management and
treatment of orbital and periorbital cellulitis in children. Emerg Nurse.
2016;24(1):30–5.
8. Adamson J, Waterfield T. Fifteen-minute consultation: Preseptal and orbital
cellulitis. Arch Dis Child Educ Pract Ed. 2019;104(2):79–83.
9. Lim LT, Miller D, Ah-Kee EY, Ferguson A. Preseptal cellulitis or orbital
cellulitis? West Indian Med J. 2016;65(2):304–7.
10. Kementerian Agama RI. Al-Quran dan Terjemahannya. Bandung : Syamil
Quran, 2012
15