Anda di halaman 1dari 92

IMUNISASI DASAR

DI INDONESIA

Oleh :
Anik Sri Purwanti
SEJARAH PERKEMBANGAN IMUNISASI
DI INDONESIA

1956 1973 1974 1976 1980 1982 1997 2004 2013


2016

Variola TT Polio
Hepatitis B
Haemofilus
influensa tipe b
(DPT/HB/Hib)

DPT/HB
(Kombinasi)

Campak
BCG
DPT
IPV
KEBERHASILAN IMUNISASI
⚫ Eradikasi penyakit cacar,
tahun 1980  Imunisasi Stop
⚫ Eliminasi Maternal dan
Neonatal Tetanus  Mei
2016
⚫ Tidak dijumpainya lagi kasus
polio sejak tahun 2006 (tahapan
eradikasi polio)  Sertifikasi
BEBAS POLIO, 27 Maret 2014
DEFINISI
Menurut Kementerian Kesehatan RI

Imunisasi
suatu cara untuk menimbulkan atau meningkatkan
kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu
penyakit, sehingga bila kelak ia terpapar dg penyakit
tersebut tidak akan menderita penyakit tersebut.
“Setiap anak berhak memperoleh pelayanan
kesehatan dan jaminan sosial sesuai dengan
kebutuhan fisik, mental, spiritual dan sosial.” (UU
no 23/2002)

Setiap anak berhak


memperoleh imunisasi dasar
sesuai dg ketentuan utk
mencegah terjadinya
penyakit yg dapat dihindari
melalui imunisasi (UU no
36/2009)

Pemerintah wajib
memberikan imunisasi
lengkap kepada setiap
bayi dan anak (UU no
36/2009)
Pera
Kes turan M
Indo ehatan ente
ri
nesi R
a No epubli
Pen 2 : k
yele 017 Te 12 Tah
ngg n un
araa tang
n Im
unis
asi
PRINSIP IMUNISASI
a. Vaksin untuk imunisasi harus POTENT  punya kemampuan
merangsang sistem imun tubuh utk membuat antibodi yg
cukup.

b. Vaksin untuk imunisasi harus AMAN  tidak boleh


menimbulkan masalah  Tidak boleh mempunyai kejadian
ikutan yg membahayakan penerima vaksin.

c. Vaksin yg diberikan MEMENUHI PERSYARATAN pembuatan


dan penyimpanan yg sudah dibakukan
 pembuatan vaksin mengikuti persyaratan global dan diawasi secara berkala
dengan teratur oleh WHO
 penyimpanan vaksin yang baik dan ketat pengawasannya

8
Mengapa Imunisasi ?

Upaya Pencegahan
Paling Cost
Effective

selain dapat mencegah penyakit/


keKEBALan bagi diri sendiri tetapi juga
dapat melindungi orang disekitarnya
(Herd Immunity)

Menggunakan vaksin
produksi dlm negeri
sesuai standar aman WHO
Herd Immunity atau kekebalan
kelompok
MACAM KEKEBALAN

1. Kekebalan
2. Kekebalan Pasif
Aktif
a. Alami : kekebalan yang a. Alami : diperoleh dari ibu
terbentuk secara aktif oleh semenjak dalam
tubuh setelah sembuh dari kandungan secara
sakit. transplasenter.
ex: peny cacar ex: Colostrum, ASI
b. Buatan : tubuh akan b. Buatan : diperoleh setelah
membuat kekebalan mendapat kekebalan
setelah diberi vaksin. serum.
ex: pemberian serum pd
ex: vaksinasi campak & peny rabies & tetanus
polio
Macam Bahan untuk Imunisasi
Kandungan vaksin untuk imunisasi aktif :
IMUNISASI DASAR LENGKAP
BAYI < 1 TAHUN

-BCG
-OPV 1 -Pentabio 1
-OPV 2
-Pentabio 2
-PCV 1
-OPV 3
-PCV 2 -Pentabio 3
-OPV 4 CAMPA
-IPV K

0-7 hr

1 Bulan

2 Bulan

3 Bulan

4 Bulan 9 Bulan
SYARAT BOOSTER!

 Imunisasi lanjutan diberikan pd batita yg tlh


mendapat imunisasi Campak, dan DPT-HB/ DPT-HB-
Hib 3 (lengkap) pd masa bayi
 Jika semasa bayi, belum mendapat imunisasi
Campak, dan atau DPT-HB/ DPT-HB-Hib 3 (belum
lengkap), maka harus dilengkapi sebelum pemberian
imunisasi lanjutan
 Upaya melengkapinya diupayakan bersamaan
dengan Bulan Vitamin A atau kegiatan lainnya
25
MACAM VAKSIN IMUNISASI
BAYI - BALITA
A.VAKSIN HEPATITIS B
(Hb0, single use)
1. DESKRIPSI
Vaksin virus rekombinan yang telah
diinaktivasikan dan bersifat non-infectious,
berasal dari HBsAg yang dihasilkan dalam
sel ragi (Hansenula polymorphal )
menggunakan teknologi DNA rekombinan.

2. INDIKASI
Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap
infeksi yang disebabkan oleh virus hepatitis
B.
3. KEMASAN
 Vaksin Hep B adalah vaksin yang
berbentuk cairan
 Terdiri dr 2 kemasan yaitu kemasan
dalam Prefill Injection Device (PID)
dan kemasan dalam vial.
 1 box vaksin hep B PID terdiri dari
100 HB PID
 1 box vaksin hep B
vial terdiri dari 10 vial
@ 5 dosis
4. CARA PEMBERIAN DAN DOSIS
Sebelum digunakan vaksin harus dikocok
terlebih dahulu agar suspensi menjadi
homogen.
Vaksin disuntikkan dg dosis 0,5 ml atau 1
(buah) HB PID. Pemberian suntikkan secara
IM, sebaiknya pada anterolateral paha.
Pemberian sebanyak 3 dosis.
Dosis pertama diberikan pada usia 0-7 hari,
dosis berikutnya dengan interval minimum 4
minggu.
5. UNTUK HEPATITIS B VIAL

di unit pelayanan statis,


vaksin HB yang telah
dibuka hanya boleh
digunakan selama 4
minggu dg ketentuan =
vaksin DPT.
Pemberian Imunisasi HB berdasarkan
status HBsAg ibu pada saat
melahirkan:

a. Bayi yang lahir dari ibu yang


tidak diketahui status HBsAg :
 Dosis 1 : 0,5 ml vaksin
rekombinan dalam waktu 12 jam
setelah lahir.
 Dosis 2 : umur 1-2 bulan
 Dosis 3 : umur 6 bulan
 Bila diketahui ibu HBsAg (+ )
segera berikan 0,5 ml HBIG.
b. Bayi yang lahir dari ibu HBsAg
(+) mendapat :
 Dosis 1 : 0,5 HBIG dalam
waktu 12 jam setelah lahir dan
0,5 ml vaksin rekombinan.
 Dosis 2 dan 3 : sda

c. Bayi yang lahir dari ibu HBsAg


(-) mendapat :
 Dosis 1 : min.0,25 ml vaksin
rekombinan saat lahir sampai
usia 2 bulan.
 Dosis 2 : umur 1-4 bulan
 Dosis 3 : umur 6-18 bulan
6. EFEK SAMPING
Reaksi lokal seperti rasa sakit, kemerahan
dan pembengkakan di sekitar tempat penyuntikan.
Reaksi yang terjadi bersifat ringan dan biasanya
hilang setelah 2 hari.

7. KONTRAINDIKASI

Hipersensitif terhadap komponen vaksin.


Sama halnya seperti vaksin-vaksin lain, vaksin
ini tidak boleh diberikan kepada penderita
infeksi berat yang disertai kejang.
B. Vaksin BCG
(Bacillus Calmette Guerine)
1. Indikasi
pemberian kekebalan aktif terhadap tuberkulosa
(TBC).

2. Kemasan
 Kemasan dalam ampul, beku kering,
 1 box berisi 10 ampul vaksin.
 Setiap 1 ampul vaksin dg 4 ml pelarut.
 Botol vial warna coklat.
 Label : biru
3. Cara Pemberian dan Dosis

 Sebelum disuntikkan vaksin BCG harus


dilarutkan terlebih dahulu. Melarutkan dg
menggunakan spuit steril 5cc.
 Dosis pemberian : 0,05 ml, sebanyak 1 kali.
 Disuntikkan scr IC didaerah lengan kanan atas
(insertio musculus deltoideus)
 Vaksin yg sudah dilarutkan
harus digunakan sebelum
3 jam.
4. Kontraindikasi
Adanya penyakit kulit yg berat / menahun
seperti : eksim, dsb.
Mereka yang sedang menderita TBC.

5. Efek Samping
1-2 mgg : indurasi dan kemerahan-pustula-luka-
tanda parut (8-12 mgg).
Kadang terjadi pembesaran kelenjar regional di
ketiak atau leher, terasa padat tidak sakit dan
tidak menimbulkan demam. Mengecil sendiri
tanpa pengobatan.
Teknik :
 Suntikan diberikan pada lengan kanan
atas :
a. Dosis 0,05 cc. Untuk mengukur dan
menyuntikkan dosis sebanyak itu secara
akurat harus menggunakan semprit dan
jarum kecil yg khusus.
b. Disuntikkan kedalam lapisan kulit dg
penyerapan pelan2 (IC). Untuk
memberikan suntikan IC secara tepat,
harus menggunakan jarum pendek yg
sangat halus (10 mm, ukuran 26).
 Cara pemberian vaksin BCG :
1. Letakkan bayi dg posisi miring atas
pangkuan ibu dan lepas baju bayi dari
lengan dan bahu.
2. Ibu sebaiknya memegang bayi dekat dg
tubuhnya, menyangga kepala bayi dan
memegang lengan dekat dg tubuh.
3. Pegang semprit dg tangan kanan anda dg lubang
pada ujung jarum menghadap kedepan.
4. Buatlah permukaan kulit menjadi datar dg
menggunakan ibu jari kiri dan jari telunjuk anda.
5. Letakkan semprit dan jarum dg dosis hampir datar
dg kulit bayi.
6. Masukkan ujung jarum tepat dibawah permukaan
kulit tetapi didalam kulit yg tebal. Cukup masukkan
bevel.
7. Jaga agar posisi jarum tetap datar disepanjang kulit
sehingga jarum masuk kedalam lapisan atas kulit
saja. Jaga agar lubang di ujung jarum menghadap
kedepan.
8. Jangan menekan jarum terlalu dalam dan jangan
menurunkan jarum karena jarum akan masuk
dibawah kulit, shg yg terjadi suntikan SC bukan IC.
9. Untuk memegang jarum dg posisi yg tepat,
letakkan ibu jari kiri anda pada ujung bawah
semprit dekat jarum, tetapi jangan menyentuh
jarum.
10. Pegang ujung penyedot antara jari telunjuk dan jari
tengah tangan kanan anda. Tekan penyedot dg ibu
jari tangan anda.
11. Suntikkan 0,05 ml vaksin dan lepaskan jarum.

Catatan : jika suntikan IC diberikan scr tepat, alat


penyedot akan sulit didorong. Jika vaksin mudah
masuk anda mungkin menyuntik terlalu dalam.
Segera hentikansuntikkan, betulkan posisi jarum,
dan berikan sisa dosis, tetapi tidak ditambah lagi.
C. DPT

1. Vaksin DTP/ DPT 2. Vaksin DPT Combo 3. Vaksin Pentabio


(Th 1976) (Th 2006) (Th 2014)
1 Vaksin DPT / DTP
(Difteri, Pertusis, Tetanus)
1. Deskripsi
vaksin jerap DPT adl vaksin yg terdiri dr
toxoid difteri dan tetanus yg dimurnikan serta
bakteri pertusis yg telah diinaktivasi.

2. Indikasi
untuk pemberian kekebalan secara stimultan
terhadap dipteri, pertusis dan tetanus.
3. Kemasan
Kemasan dalam vial
1 box vaksin terdiri dari 10 vial
1 vial berisi 10 dosis
Tiap dosis mengandung : purified diphteria
toxoid, purified tetanus toxoid, inactivated B
pertusis,
almunium fosfat,
thimerosal.
Vaksin berbentuk cairan
Efek samping utama: demam
4. Cara Pemberian dan Dosis :

 Sebelum digunakan vaksin harus


dikocok terlebih dahulu agar
suspensi menjadi homogen.
 Disuntikkan secara IM dg dosis
pemberian 0,5 ml sebanyak 3
dosis.
 Dosis pertama diberikan pada
umur 2 bulan, dosis selanjutnya
diberikan dg interval paling cepat
4 minggu.
 Di unit pelayanan statis, vaksin DPT
yang telah dibuka hanya boleh
digunakan selama 4 minggu,
dengan ketentuan :
• Vaksin belum kadaluarsa
• Vaksin disimpan dalam suhu 2-8 º
C
• Sterilitasnya terjaga
• VVM (Vaccine Vial Monitor) masih
dalam kondisi A atau B
 Sedangkan di posyandu vaksin yg
sudah terbuka tidak boleh
digunakan lagi untuk hari
berikutnya.
5. Efek samping
* Ringan : lemas, demam, kemerahan pada
tempat suntikan.
* Berat : demam tinggi, iritabilitas,
meracau yg biasanya terjadi 24 jam setelah
imunisasi.

6. Kontra indikasi
Pertusis : gejala keabnormalan otak,
saraf dosis ke dua diberi DT.
7. Teknik :
 Suntikan diberikan pada paha tengah luar scr IM
atau SC dalam dg dosis 0,5 cc.
Cara pemberian :
1. Letakkan bayi dg posisi miring diatas pangkuan
ibu dg seluruh kaki telanjang.
2. Ortu sebaiknya memegang kaki bayi.
3. Pegang paha dg ibu jari dan jari telunjuk.
4. Masukkan jarum dg sudut 90º.
5. Tekan seluruh jarum langsung kebawah melalui
kulit sehingga masuk kedalam otot. Suntikkan
pelan-pelan untuk mengurangi rasa sakit.
2. Vaksin DPT-Hb
( DPT Combo)
1. DESKRIPSI
Vaksin mengandung DPT berupa toxoid difteri
dan toxoid tetanus yg dimurnikan dan pertusis
yg inaktifasi serta vaksin serta vaksin Hepatitis B
yg mrp sub unit vaksin virus yg mengandung
HbsAg murni dan bersifat non infectious.

2. INDIKASI
untuk pemberian kekebalan aktif terhadap
penyakit difteri, tetanus, pertusis dan hepatitis
B.
3. KEMASAN
 1 box vaksin DPT-Hep B
vial terdiri dr 10 vial
@5 dosis.
 Warna vaksin putih
keruh seperti vaksin
DPT.
4. CARA PEMBERIAN DAN DOSIS :
a. Pemberian dg cara IM, 0,5 ml ml
sebanyak 3 dosis.
b. Dosis pertama pada usia 2 bulan,
dosis selanjutnya dg interval
minimal 4 minggu.
c. Di unit pelayanan statis, vaksin
DPT yang telah dibuka hanya boleh
digunakan selama 4 minggu,
dengan ketentuan :
 Vaksin belum kadaluarsa
 Vaksin disimpan dalam suhu 2-8 º C
 Sterilitasnya terjaga
 VVM masih dalam kondisi A atau B
d. Sedangkan di posyandu vaksin yg
sudah terbuka tdk boleh digunakan
lagi untuk hari berikutnya.
3. VAKSIN PENTABIO
(Pentavalent)
Presentasi Depan
Presentasi belakang

Saran penyimpanan Komposisi vaksin


Presentasi vial
Tutup flip off

Segel alumunium

Label etiket Cairan putih


Vaccine Vial Monitor
(VVM)
Jaminan mutu penyimpanan
vaksin
2.KEMASAN
Dus @ 10 vial @
2,5 mL (5 dosis)
3.Dosis dan Tempat Pemberian
Imunisasi Pentabio :
 Dosis pemberian; 0,5 ml

 Tempat pemberian; Utk bayi intramuskular pada


paha anterolateral, sedangkan utk batita pada
lengan kanan atas
Pentabio
D. VAKSIN OPV
(Oral Polio Vaccine)
1. DESKRIPSI
 Oral polio vaccine (OPV) adalah vaksin
polio trivalent yg terdiri dari suspensi
virus poliomyelitis tipe 1,2 dan 3 (strain
sabin) yg sudah dilemahkan, dibuat
dalam biakan jaringan ginjal kera dan
distabilkan dengan sukrosa.
 Virus ini mampu berproses (bereplikasi)
di dalam usus
3. KEMASAN
 1 box vaksin terdiri dari 10 vial
 1 vial berisi 10 dosis
 Vaksin polio adalah vaksin yang
berbentuk cairan
 Setiap vial vaksin polio disertai 1
buah penetes (dropper) terbuat
dari bahan plastik
 Tutup : warna putih
 Label : warna merah
4. CARA PEMBERIAN DAN DOSIS
 Diberikan secara oral 1 dosis adalah
2 tetes sebanyak 4 kali pemberian
dengan interval setiap dosis minimal
4 minggu.
 Setiap membuka vial baru harus
menggunakan penetes baru
 Di unit yan statis, vaksin polio yg
telah dibuka hanya boleh digunakan
selama 2 minggu dengan ketentuan :
Belum kadaluarsa, disimpan dalam
suhu ±2-8 ºC, tidak pernah
terendam air, VVM masih dalam
kondisi A atau B.
 Di posyandu vaksin yang sudah
terbuka tidak boleh digunakan lagi
untuk berikutnya.
5. Teknik :
 Mintalah ortu untuk
memegang bayi dg
kepala disanggah dan
dimiringkan ke belakang.
 Buka mulut bayi secara hati-hati, baik dengan ibu
jari anda pada dagu (untuk bayi kecil ) atau
dengan menekan pipi bayi dengan jari-jari anda.
 Teteskan 2 tetes vaksin dari alat tetes kedalam
lidah. Jangan biarkan alat tersebut menyentuh
bayi.
7. EFEK SAMPING
Meski jarang terjadi, OPV yang
diberikan melalui tetes mulut, dapat
menyebabkan diare ringan tanpa
demam Terjadinya paralisis sangat
jarang terjadi.
E. VAKSIN IPV
(Inactivated Polio Vaccine)
IPV
1. DESKRIPSI
Vaksin polio suntik (IPV) baru dikenalkan
th 2016. Menggunakan poliovirus (3 jenis
serotipe virus polio) yang sudah
dinonaktifkan, kemudian diberikan
melalui suntikan.

2. KEMASAN
 1 box vaksin terdiri dari 10 vial
 1 vial berisi 10 dosis
 Vaksin polio adalah vaksin yang
berbentuk cairan
IPV
2. INDIKASI
Memberikan perlindungan terhadap 3 tipe virus
polio
Melindungi tubuh dari kondisi paralytic poliomyelitis

ALASAN INTRODUKSI IPV


oU/ mengurangi resiko tjdnya KLB stlh penarikan
virus polio tipe 2 pd tOPV
oU/ menghentikan KLB secepatnya jk virus polio tipe
2 muncul kembali
oU/ meningkatkan imunitas thd virus polio tipe 1 dan
3
IPV
4. EFEK SAMPING
Vaksin polio IPV efek samping yang bisa
muncul berupa:
Sedikit bengkak dan kemerahan di tempat suntikan
Pengerasan kulit pd tempat suntikan (biasanya cepat
hilang)
Kadang terjadi peningkatan suhu (demam) beberapa jam
setelah injeksi

5. KONTRAINDIKASI
Riwayat hipersensitivitas terhadap pemberian vaksin polio.
Peringatan penggunaan pada pasien gangguan perdarahan
karena perdarahan/hematoma dapat terjadi pasca injeksi
intramuskular vaksin
IPV
7. DOSIS DAN TEMPAT PEMBERIAN
IMUNISASI IPV :

Dosis pemberian; 0,5 ml


Tempat pemberian; Utk bayi intramuskular pada
paha anterolateral, sedangkan utk batita pada
lengan kanan atas
F. VAKSIN PCV
(Pneumococcal Conjugate Vaccine)
PCV

a. Definisi
Imunisasi Pneumokokus Konyugasi (Pneumococcal
Conjugate Vaccine/ PCV) untuk mencegah Pneumonia
yang disebabkan oleh Pneumokokus.
Selain mencegah pneumonia, imunisasi PCV juga
juga dapat mencegah penyakit radang selaput otak
(meningitis) dan radang telinga tengah (otitis media)
yang disebabkan oleh bakteri Pneumokokus yang sama
PCV
b. Indikasi dan Kontraindikasi
PCV
c. Kemasan
 1 box vaksin terdiri dari 50 vial
 1 vial berisi 2,5 ml = 4-5 dosis
 Vaksin PCV adalah vaksin yang
berbentuk cairan
PCV
d. Resipien
Pemberian vaksin PVC umumnya dilakukan saat
anak berusia di bawah satu tahun, yaitu saat bayi
berusia 2, 4, dan 6 bulan. Booster kemudian
diberikan pada usia 12-15 bulan.
PCV
e. Cara Pemberian
• Pada vaksin jenis PCV13, vaksin
diberikan melalui suntikan secara
intramuskular ( 1/3 luar paha bayi).
• Satu dosis berisi 0,5 ml vaksin.
• Pemberian imunisasi PCV aman
diberikan disaat yang bersamaan
dengan pemberian vaksin lain (tp tdk
dicampur dlm 1 spuit).
PCV
f. Reaksi Pasca Pemberian
• Umumnya Tidak Menimbulkan Reaksi Yang
Serius Sesudah Pemberian Imunisasi
• Reaksi Di Lokasi Suntikan Dapat Berupa :
Kemerahan, Pembengkakan Dan Nyeri
Ringan
• Gejala Ini Biasanya Terjadi Setelah Dosis
Kedua. Gejala Timbul Satu Hari Setelah
Pemberian Imunisasi Dan Dapat Berlangsung
Satu Sampai Tiga Hari
• Reaksi Umum Berupa Demam, Gelisah,
Pusing, Tidur Tidak Tenang, Nafsu Makan
Menurun, Muntah Dan Diare, Tidak
Berlangsung Lama Setelah Pemberian
Imunisasi Dan Jarang Ditemukan
7. VAKSIN CAMPAK
Campak

1. DESKRIPSI
Merupakan vaksin virus hidup
yg dilemahkan. Setiap dosis
(0,5 ml) mengandung tidak
kurang dari 1000 infective
unit virus strain Cam 70 dan
tidak lebih dari 100 mcg
residu kanamycin dan 30 mcg
residu erythromycin.
Campak

3. KEMASAN

 1 box vaksin terdiri


dari 10 vial
 1 vial berisi 10
dosis
 1 box pelarut berisi
10 ampul @ 5 ml
 Vaksin berbentuk
beku kering
 Tutup warna putih,
label warna orange
4. CARA PEMBERIAN DAN DOSIS
Sebelum disuntikkan vaksin campak terlebih
dahulu harus dilarutkan dg pelarut steril yang
telah tersedia yang berisi 5 ml cairan pelarut.
Dosis pemberian 0,5 ml disuntikkan secara SC
pada lengan kiri atas, pada usia 9-11 bulan.
Dan ulangan (booster ) pada usia 6-7 tahun.
5. EFEK SAMPING
Dapat mengalami demam ringan dan
kemerahan selama 3 hari yang dapat terjadi 8-
12 hari setelah vaksinasi.
WARNING AND ATTENTION
INGAT !!!! 4 pesan penting yg perlu
disampaikan kepada orang tua

1. TUJUAN: Imunisasi Dasar


Lengkap ( IDL) untuk melindungi
si buah hati sebelum usianya
1 tahun.
2. MANFAAT dari vaksin yang
diberikan (ex: BCG untuk
mencegah TBC, dll)
3. Apa AKIBAT ringan / KIPI dapat
dialami, cara mengatasi dan tidak
perlu khawatir.
4. TANGGAL IMUNISASI dan
pentingnya BUKU KIA disimpan
secara aman dan bawa pada saat
kunjungan berikut
Bab 2 Pelayanan Imunisasi 25
PERINGATAN DAN PERHATIAN

1. Vial vaksin harus dikocok


sebelum digunakan untuk
menghomogenkan suspensi.
2. Gunakan alat suntik steril untuk
setiap kali penyuntikan.
3. Vaksin ini tidak boleh dicampur

X
dalam satu vial atau syringe
dengan vaksin lain.
4. Sebelum vaksin digunakan,
informasi pada gambar Vaccine
Vial Monitor (VVM) harus diikuti.
PERINGATAN DAN PERHATIAN
5. Perhatikan reaksi alergi pada
anak
Jika anak mengalami reaksi alergi yang parah
terhadap imunisasi polio suntik, maka dianjurkan
untuk tidak melakukan imunisasi polio suntik lagi.
anak yang alergi terhadap kandungan polymyxin
B, streptomycin, atau neomycin, juga disarankan
tidak menerima imunisasi polio.
6. Tunda imunisasi ketika anak
sedang sakit
Bagi anak yang sedang sakit yang cukup parah atau
sedang, perlu menunda pemberian imunisasi
hingga anak benar2 sembuh. Namun jika anak
Anda hanya sakit ringan, seperti seperti batuk dan
pilek tanpa adanya demam, anak tetap boleh
menerima vaksinasi.
TATA CARA PEMBERIAN IMUNISASI
TATA CARA PEMBERIAN IMUNISASI

a. Memberitahukan secara rinci tentang resiko


imunisasi dan resiko apabila tidak divaksinasi.
b. Periksa persiapan untuk melakukan pelayanan
secepatnya bila terjadi KIPI
c. Baca teliti informasi tentang produk (vaksin) yg
akan diberikan
d. Jangan lupa mendapat persetujuan ortu.
e. Melakukan pengkajian dg ortu/ pengasuhnya
sebelum melakukan imunisasi ttg riw peny &
kondisi saat ini
f. Tinjau kembali apakah ada kontraindikasi
terhadap vaksin yg akan diberikan.
g. Periksa identitas penerima vaksin dan berikan
antipiretik bila diperlukan.
TATA CARA PEMBERIAN IMUNISASI

f. Periksa jenis vaksin & yakin bahwa vaksin


tsb telah disimpan dg baik.
g. Periksa vaksin yg akan diberikan apakah
tampak tanda2 perubahan : periksa tgl
kadaluarsa & catat hal-hal istimewa, mis.
Adanya perubahan warna yg menunjukkan
adanya kerusakan.
h. Yakin bahwa vaksin yg diberikan sesuai
jadwal dan ditawarkan pula vaksin lain untuk
mengejar imunisasi yg tertinggal (catch up
vaccination) bila diperlukan.
i. Berikan vaksin dg teknik yg benar.
TATA CARA PEMBERIAN IMUNISASI

j. Setelah pemberian vaksin, kerjakan hal-hal


berikut :
o Berilah petunjuk (sebaiknya tertulis) kpd
ortu/ pengasuh apa yg harus dikerjakan dlm
kejadian reaksi yg biasa atau reaksi ikutan
yg lebih berat.
o Catat imunisasi dlm rekam medis pribadi
dan dlm catatan klinis.
o Catatan imunisasi scr rinci harus
disampaikan kpd Dikes bidang P2M.
o Periksa status imunisasi anggota keluarga
lainnya dan tawarkan vaksinasi untuk
mengejar ketinggalan, bila diperlukan.
Jadwal pemberian imunisasi pada bayi
dengan menggunakan vaksin DPT dan Hb
dalam bentuk terpisah
Vaksin Pemberian Selang Umur Keterangan
Imunisasi waktu
pemberian
minimal
BCG 1x - 0-11 bln

DPT 3x 4 minggu 2-11 bln


DPT (1,2,3)

Polio 4x 4 minggu 0-11 bln


Polio(1,2,3,4)

Campak 1x - 9-11 bln

HB 3x 4 minggu 0-11 bln u/ bayi lahir di RS/PKM o/


(HB 1,2,3) nakes pelaksana HB segera
diberikan dlm 24 jam
pertama kelahiran, vaksin
BCG, polio diberikan
sebelum bayi plg ke rumah.
Jadwal pemberian imunisasi pada bayi dengan
menggunakan vaksin DPT-Hb (Combo)/
Pentabio
UMUR VAKSIN TEMPAT
Bayi lahir di rumah :
0 bulan HB 1 Rumah
1 bulan BCG, Polio 1 Posyandu *
2 bulan DPT/ HB Kombo 1, Polio 2 Posyandu *
3 DPT/ HB Kombo 2, Polio 3 Posyandu *
4 DPT/ HB Kombo 3, Polio 4 Posyandu *
9 Campak Posyandu *
Bayi lahir di RS/ RB/ BPS
0 HB1, Polio 1, BCG RS/RB/Bidan
2 DPT/ HB Kombo 1, Polio 2 RS/RB/Bidan #
3 DPT/ HB Kombo 2, Polio 3 RS/RB/Bidan #
4 DPT/ HB Kombo 3, Polio 4 RS/RB/Bidan #
9 Campak RS/RB/Bidan #
Imunisasi Dasar Lengkap
& booster pertama

1 SD 2 SD 3 SD

BULAN IMUNISASI ANAK SEKOLAH


TUGAS
PETA IMUNISASI

Anda mungkin juga menyukai