Anda di halaman 1dari 14

ASUHAN KEPERAWATAN PADA IBU HAMIL

DENGAN RESIKO TINGGI KEHAMILAN


RETENSIO PLASENTA

KELOMPOK 3

1. Ratih Lutvi G 14.401.15.067


2. Ratna Agustin M 14.401.15.068
3. Riana Rahmawati 14.401.15.069
4. Richa Ayu V 14.401.15.070
5. Rina Diana D 14.401.15.071
6. Rinanda Safitri 14.401.15.072
7. Rizka Aulia K 14.401.15.073
8. Roby Dwi S 14.401.15.074
9. Ryan Robbi 14.401.14.075
10. Sella Feby I 14.401.15.076
11. Silvi Khoirul Anisa 14.401.15.077

AKADEMI KESEHATAN RUSTIDA

PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN

KRIKILAN-GLENMORE BANYUWANGI

2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami pamjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan
makalah tentang “Asuhan Keperawatan pada Ibu Hamil dengan Resiko Tinggi
Kehamilan Retensio Plasenta”.

Kami sangat mengharap makalah ini dapat berguna dalam rangka


menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai Asuhan Keperawatan pada
Ibu Hamil dengan Resiko Tinggi Kehamilan Retensio Plasenta.

Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat


kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya
kritik dan saran yang bersifat membangun demi perbaikan makalah yang telah
kami buat dimasa yang akan datang.

Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang


membacanya. Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami
sendiri maupun orang yang membacanya.

Krikilan, september 2017

Penulis.

i
DAFTAR ISI

Cover

Kata Pengantar .............................................................................................. i

Daftar Isi ......................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ............................................................................... 1


1.2 Rumusan Masalah .............................................................................. 1
1.3 Tujuan ............................................................................................. 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Medis Retensio Plasenta ........................................................ 2


2.2 Konsep Asuhan Keperawatan Ibu Hamil dengan Retensio Plasenta .. 7

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan ......................................................................................... 10


3.2 Saran ................................................................................................... 10

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kesehatan maternal adalah salah satu aspek dalam kesehatan reproduksi
perempuan, yang didalamnya menyangkut mortalitas (angka kematian) dan
morbiditas (angka kesakitan) pada wanita hamil dan bersalin, hal ini
merupakan masalah besar di negara berkembang seperti Indonesia.
Dari data tersebut menjadikan Indonesia sebagai pemilik data AKI terbesar
di ASEAN. Penyebab utama kematian ibu sendiri menurut (WHO) adalah
Pendarahan, Retentio Plasenta, Infeksi, pre-eklamsia, dan prolog labour.
Faktor tertinggi kematian ibu adalah perdarahan, salah satu penyebab
perdarahan adalah terlambatnya plasenta keluar melebihi 30 menit setelah bayi
dilahirkan, hal ini biasa disebut dengan Retensio Plasenta.
Perdarahan postpartum dini jarang disebabkan oleh retensi plasenta yang
kecil, tetapi plasenta yang sering menyebabkan perdarahan pada akhir masa
nifas. Inspeksi plasenta setelah pelahiran harus dilakukan secara rutin, apabila
ada bagian plasenta yang hilang uterus harus dieksplorasi dan plasenta
dikeluarkan.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaiamana konsep medis dari retensio plasenta ?
2. Bagaiaman konsep asuhan keperawatan pada ibu hamil dengan resiko
tinggi retensio plasenta ?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui dan memahami konsep medis dari retensio plasenta
2. Mengetahui dan memahami konsep asuhan keperawatan padaibu hamil
dengan resiko tinggi retensio plasenta

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Medis Retensio Plasenta
A. Definisi
Retensio Placenta adalah tertahannya atau keadaan dimana placenta
belum lahir dalam waktu satu jam setelah bayi lahir. Retensio
Plasenta adalah tertahannya plasenta atau belum lahirnya plasenta Hingga
atau lebih dari 30 menit setelah bayi lahir.
Pada proses persalinan, kelahiran placenta kadang mengalami hambatan
yang dapat berpengaruh bagi ibu bersalin. Dimana terjadi keterlambatan
bisa timbul perdarahan yang merupakan salah satu penyebab kematian ibu
pada masa post partum. Apabila sebagian placenta lepas sebagian lagi
belum, terjadi perdarahan karena uterus tidak bisa berkontraksi dan
beretraksi dengan baik pada batas antara dua bagian itu. Selanjutnya apabila
sebagian besar placenta sudah lahir, tetapi sebagian kecil masih melekat
pada dinding uterus, dapat timbul perdarahan masa nifas.
Disamping kematian, perdarahan post partum akibat retensio placenta
memperbesar kemungkinan terjadinya infeksi puerperal karena daya tahan
penderita yang kurang. Oleh karena itu sebaiknya penanganan kala III pada
persalinan mengikuti prosedur tetap yang berlaku.
B. Etiologi
Penyebab terjadinya Retensio Placenta adalah :
a. Placenta belum lepas dari dinding uterus
Placenta yang belum lepas dari dinding uterus. Hal ini dapat terjadi
karena kontraksii uterus kurang kuat untuk melepaskan placenta, dan
placenta yang tumbuh melekat erat lebih dalam. Pada keadaan ini tidak
terjadi perdarahan dan merupakan indikasi untuk mengeluarkannya.
b. Placenta sudah lepas tetapi belum dilahirkan.
Keadaan ini dapat terjadi karena atonia uteri dan dapat menyebabkan
perdarahan yang banyak dan adanya lingkaran konstriksi pada bagian
bawah rahim. Hal ini dapat disebabkan karena penanganan kala III yang

2
keliru/salah dan terjadinya kontraksi pada bagian bawah uterus yang
menghalangi placenta (placenta inkaserata).
C. Klasifikasi
Berikut ini merupakan klasifikasi Retensio Plasenta menurut tingkat
perlekatanya :
a. Plasenta Akreta adalah implantasi plasenta yang perlekatannya ke
dinding uterus terlalu kuat, vilus/ jonjot korion plasenta melekat ke
miometrium.
b. Plasenta inkreta adalah implantasi plasenta yang perlekatannya ke
dinding uterus terlalu kuat, vilus plasenta benar-benar menginvasi
miometrium.
c. Plasenta perkreta adalah implantasi plasenta yang perlekatannya ke
dinding uterus terlalu kuat, vilus plasenta menembus miometrium.
d. Plasenta Adhesiva adalah implantasi yang kuat dari jonjot korion
plasenta sehingga mengakibatkan kegagalan mekanisme separasi
fisiologis
e. Plasenta Inkarserata adalah tertahannya pllasenta di dalam kavum uteri,
disebabkan kontriksi ostitum uteri

D. Manifestasi Klinis
Secara umum retensio plasenta memiliki gejala sebagai berikut:
a. Plasenta yang belum lahir dalam waktu 30 menit setelah bayi lahir.
Adanya kontraksi uterus yang kurang baik.
b. Tali pusat yang terjulur keluar, kadang – kadang dapat putus akibat
traksi yang berlebihan.
c. Perdarahan setelah lahir yang terus berlanjut.
Selama plasenta belum terlepas sama sekali, maka retensio plasenta
tidak akan menimbulkan perdarahan, tetapi jika sebagian plasenta telah
terlepas maka retensio plasenta dapat menimbulkan perdarahan yang cukup
banyak. Setelah plasenta lahir rahim harus berkontraksi untuk menutup
semua pembuluh darah dalam rahim. Jika plasenta tidak dilahirkan atau
hanya lahir sebagian, rahim tidak dapat berkontraksi dengan baik, sehingga

3
pembuluh darah di dalam akan terus terbuka dan mengelurkan banyak
darah. Berikut adalah gejala dari retensio plasenta menurut klasifikasinya:
Separasi/ akreta Plasenta
Gejala Plasenta Akreta
parsial Inkaserata
Konsistensi
Kenyal Keras Cukup
Uterus
Tinggi 2 jari bawah
Sepusat Sepusat
Fundus pusat
Bentuk
Diskoid Agak Globuler Diskoid
Uterus
Perdarahan Sedang-Banyak Sedang Sedikit/tidak ada
Tali Pusat Terjulur sebagian Terjulur Tidak terjulur
Ostium uteri Terbuka Konstriksi Terbuka
Separasi Melekat
Lepas sebagian Sudah lepas
plasenta seluruhnya
Syok Sering Jarang Jarang sekali

E. Patofisiologis
Pada dasarnya perdarahan terjadi karena pembuluh darah di dalam
uterus masih terbuka. Pelepasan plasenta memutuskan pembuluh darah
dalam stratum spongiosum sehingga sinus-sinus maternalis ditempat
insersinya plasenta terbuka.
Pada waktu uterus berkontraksi, pembuluh darah yang terbuka tersebut
akan menutup, kemudian pembuluh darah tersumbat oleh bekuan darah
sehingga perdarahan akan terhenti. Pada kondisi retensio plasenta, lepasnya
plasenta tidak terjadi secara bersamaan dengan janin, karena melekat pada
tempat implantasinya. Menyebabkan terganggunya retraksi dan kontraksi
otot uterus sehingga sebagian pembuluh darah tetap terbuka serta
menimbulkan perdarahan.
F. Komplikasi
Kompikasi dalam pengeluaran plasenta secara manual selain infeksi
komplikasi yang berhubungan dengan transfusi darah yang dilakukan,
multiple organ failure yang berhubungan dengan kolaps sirkulasi dan
penurunan perfusi organ dan sepsis, ialah apabila ditemukan plasenta akreta.
Dalam hal ini villi korialis menembus desidua dan memasuki miometrium
dan tergantung dari dalamnya tembusan itu dibedakan antara plasenta

4
inakreta dan plasenta perkreta. Plasenta dalam hal ini tidak mudah untuk
dilepaskan melainkan sepotong demi sepotong dan disertai dengan
perdarahan. Jika disadari adanya plasenta akreta sebaiknya usaha untuk
mengeluarkan plasenta dengan tangan dihentikan dan segera dilakukan
histerektomi dan mengangkat pula sisa-sisa dalam uterus.
G. Penanganan
Apabila plasenta masih belum lahir dalam waktu setengah sampai satu
jam setelah bayi dilahirkan, dan telah terjadi perdarahan, maka plasenta
harus segera dikeluarkan dengan cara sebagai berikut:
1. Pasang infus dengan kateter besar, lakukan pemberian cairan kristaloid
NaCL atau RL fisiologis.
2. Lakukan transfusi darah apabila diperlukan sesuai dengan hasil
pemeriksaan darah.
3. Berikan 20-40 unit oksitosin dalam 1 liter larutan NaCl atau RL
fisiologis dengan kecepatan 60 tetes/menit dan 10 UNIT oksitosin Intra
Muskular.
4. Kemudian lanjutkan infus oksitosin 20 UNIT dalam 1 liter larutan NaCl
atau RL fisiologis dengan kecepatan 40 tetes/menit hingga perdarahan
berhenti
5. Mencoba melahirkan plasenta dengan perasat Brandt-Andrews. Jika
berhasil, lanjutkan drip oksitosin untuk mempertahankan uterus.
6. Apabila plasenta tidak bisa terlepas, lakukan tindakan manual plasenta
secara invasive dengan memasukkan tangan penolong persalinan
langsung ke dalam rahim
7. Apabila tindakan manual plasenta tidak mungkin dilakukan, jaringan
dapat dikeluarkan dengan menggunakan tang (cunam) abortus
kemudian dilanjutkan dengan kuret sisa plasenta. Hati-hati kuretase sisa
plasenta harus dilakukan dengan perlahan karena dinding rahim relatif
tipis dibandingkan kuretase pada abortus.
8. Setelah plasenta berhasil dikeluarkan semuanya, lanjutkan pemberian
obat uterotonika melalui suntikan atau per oral.

5
9. Pemberian antibiotika profilaksis dosis tunggal (ampisilin 2 g IV dan
metronidazol 500 mg IV)dapat diberikan untuk mencegah infeksi
sekunder.
Hingga saat ini tidakan manual plasenta atau pengeluaran plasenta
dengan tangan masih dianggap sebagai cara yang paling baik. Sementara
pada kasus retensio plasenta akibat plasenta akreta, inkreta, dan perkreta
memerlukan penanganan yang lebih kusus yaitu histerektomi (pengangkatan
uterus) untuk mengatasinya.
2.2 Konsep Asuhan Keperawatan pada ibu hamil dengan resiko tinggi
retensio plasenta
A. Pengkajian
Beberapa hal yang perlu dikaji dalam asuhan keperawatan pada ibu dengan
retensio placenta adalah sebagai berikut:
a. Identitas klien
Data biologis atau fisiologis meliputi keluhan utama, riwayat kesehatan
masa lalu, riwayat penyakit keluarga, riwayat obstetrik (Riwayat
kehamilan, persalinan, dan nifas)
b. Keluhan Utama
Klien mengatakan panas
c. Sirkulasi
1) Perubahan tekanan darah dan nadi (mungkin tidak tejadi sampai
kehilangan darah bermakna)
2) Pelambatan pengisian kapiler
3) Pucat, kulit dingin/lembab
4) Perdarahan vena gelap dari uterus ada secara eksternal (placentaa
tertahan)
5) Dapat mengalami perdarahan vagina berlebihan
6) Haemoragi berat atau gejala syok diluar proporsi jumlah
kehilangan darah.
d. Eliminasi
Kesulitan berkemih dapat menunjukan haematoma dari porsi atas vagina.
e. Nyeri/Ketidaknyamanan :

6
Sensasi nyeri terbakar/robekan (laserasi), nyeri tekan abdominal
(fragmen placenta tertahan) dan nyeri uterus lateral.
f. Keamanan
Laserasi jalan lahir: darah memang terang sedikit menetap (mungkin
tersembunyi) Dengan uterus keras, uterus berkontraksi baik; robekan
terlihat pada labia mayora/labia minora, dari muara vagina ke perineum;
robekan luas dari episiotomie, ekstensi episiotomi kedalam kubahvagina,
atau robekan pada serviks.
g. Seksualitas :
1) Uterus kuat; kontraksi baik atau kontraksi parsial, dan agak
menonjol (fragmen placenta yang tertahan)
2) Kehamilan baru dapat mempengaruhi overdistensi uterus (gestasi
multipel, polihidramnion, makrosomia), abrupsio placenta, placenta
previa. Pemeriksaan fisik meliputi; keadaan umum, tanda vital,
pemeriksaan obstetrik (inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi).
B. Diagnosa
1. Defisit Volume Cairan berhubungan dengan kehilangan cairan vaskuler
yang berlebih
2. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan trauma jaringan
3. Nyeri berhubungan dengan trauma atau distensi jaringan
C. Intervensi
1. Defisit Volume Cairan berhubungan dengan kehilangan cairan vaskuler
yang berlebih
a. Tinjau ulang catatan kehamilan dan persalinan/kelahiran, perhatiakan
faktor-faktor penyebab atau pemberat pada situasi hemoragi (misalnya
laserasi, fragmen plasenta tertahan, sepsis, abrupsio plasenta, emboli
cairan amnion atau retensi janin mati selama lebih dari 5 minggu)
b. Kaji dan catat jumlah, tipe dan sisi perdarahan; timbang dan hitung
pembalut, simpan bekuan dan jaringan untuk dievaluasi oleh perawat.
c. Kaji lokasi uterus dan derajat kontraksilitas uterus. Dengan perlahan
masase penonjolan uterus dengan satu tangan sambil menempatkan
tangan kedua diatas simpisis pubis.

7
d. Perhatikan hipotensi atau takikardi, perlambatan pengisian kapiler
atau sianosis dasar kuku, membran mukosa dan bibir.
e. Pantau parameter hemodinamik seperti tekanan vena sentral atau
tekanan baji arteri pulmonal bila ada.
f. Lakukan tirah baring dengan kaki ditinggikan 20-30 derajat dan tubuh
horizontal.
g. Pantau masukan dan keluaran, perhatikan berat jenis urin.
h. Mulai Infus 1 atau 2 i.v dari cairan isotonik atau elektrolit dengan
kateter !8 G atau melalui jalur vena sentral. Berikan darah lengkap
atau produk darah (plasma, kriopresipitat, trombosit) sesuai indikasi.
i. Berikan obat-obatan sesuai indikasi : Oksitoksin, Metilergononovin
maleat, Prostaglandin F2 alfa.
j. Pantau pemeriksaan laboratotium sesuai indikasi : Hb dan Ht.
2. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan trauma jaringan
a. Demonstrasikan mencuci tangan yang tepat dan teknik perawatan diri.
Tinjau ulang cara yang tepat untuk menangani dan membuang
material yang terkontaminasi misalnya pembalut, tissue, dan balutan.
b. Perhatikan perubahan pada tanda vital atau jumlah SDP
c. Perhatikan gejala malaise, mengigil, anoreksia, nyeri tekan uterus atau
nyeri pelvis.
d. Selidiki sumber potensial lain dari infeksi, seperti pernapasan
(perubahan pada bunyi napas, batuk produktif, sputum purulent),
mastitis (bengkak, eritema, nyeri), atau infeksi saluran kemih (urine
keruh, bau busuk, dorongan, frekuensi, nyeri)
e. Kaji keadaan Hb atau Ht. Berikan suplemen zat besi sesuai indikasi.
3. Nyeri berhubungan dengan trauma atau distensi jaringan
a. Tentukan karakteristik, tipe, lokasi, dan durasi nyeri. Kaji klien terhadap
nyeri perineal yang menetap, perasaan penuh pada vagina, kontraksi uterus
atau nyeri tekan abdomen.
b. Kaji kemungkinan penyebab psikologis dari ketidaknyamana.
c. Berikan tindakan kenyamanan seperti pemberian kompres es pada
perineum atau lampu pemanas pada penyembungan episiotomi.

8
d. Berikan analgesik, narkotik, atau sedativa sesuai indikasi

9
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Retensio Placenta adalah tertahannya atau keadaan dimana placenta
belum lahir dalam waktu satu jam setelah bayi lahir. Retensio Plasenta adalah
tertahannya plasenta atau belum lahirnya plasenta Hingga atau lebih dari 30
menit setelah bayi lahir.
Pada proses persalinan, kelahiran placenta kadang mengalami hambatan
yang dapat berpengaruh bagi ibu bersalin. Dimana terjadi keterlambatan bisa
timbul perdarahan yang merupakan salah satu penyebab kematian ibu pada
masa post partum. Apabila sebagian placenta lepas sebagian lagi belum,
terjadi perdarahan karena uterus tidak bisa berkontraksi dan beretraksi dengan
baik pada batas antara dua bagian itu. Selanjutnya apabila sebagian
besar placenta sudah lahir, tetapi sebagian kecil masih melekat pada dinding
uterus, dapat timbul perdarahan masa nifas.
3.2 Saran
Hemoragi pasca partum biasanya didefenisikan sebagai kehilangan darah
lebih dari 500 ml selama atau setelah kelahiran. Ini adalah salah satu
penyebab tersering kematian pada ibu. Mudah-mudahan makalah ini
memberikan wawasan kepada kita tentang retensio sebagai salah satu
penyebab perdarahan post partum. Dan kepada ibu dosen pembimbing mata
kuliah ini kiranya dapat memberikan masukan, kritik dan saran guna
melengkapi pengetahuan tentang retensio placenta terutama yang berkaitan
dengan asuhan keperawatan secara lebih khusus pada ibu yang mengalami
retensio placenta.

10
DAFTAR PUSTAKA
FKUI. (2000). Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2. Jakarta: Media Aesculapius.

Manuaba. (2003). Ilmu Kebidanan: Penyakit Kandungan dan Keluarga. Jakarta:


EGC.

Prawirohardjo. (1992). Ilmu Kebidanan edisi 3 . Jakarta: Yayasan Bina Pustaka


Sarwono.

Roeshadi. (2004). Gangguan dan Penyulit pada Masa Kehamilan. Jakarta:


Nusantara Medika.

11

Anda mungkin juga menyukai