OLEH KELOMPOK 2:
1. VENANSIUS RENTANG (23203005)
2. REINILDIS MALA (23203019)
3. KRISDOLISTA ECIN (23203003)
4. INGGRIDA F.KOJA (23203006)
5. LUDGARDIS EHOL (23203018)
6. MARIA O.MURNI (23203024)
7. ADELINA SIA (23203042)
E. Anatomi
Plasenta berbentuk bundar dengan diameter 15 – 20 cm dan tebalnya
2.5 cm, berat plasenta bervariasi sesuai dengan berat bayi lahir yaitu 1/6 dari
berat bayi lahir (Simkin dkk, 2014; Rianti dan Resmisari, 2016). Tali pusat
berhubungan dengan plasenta dan insersinya di tengah atau insersio sentral.
Bila agak ke pinggir disebut insersi lateralis dan kalau di pinggir disebut
insersi marginalis. Plasenta umumnya terbentuk lengkap pada umur
kehamilan 16 minggu. Letak plasenta umumnya di depan atau di belakang
dinding uterus agak ke atas keatas rahim/fundus uteri. Hal ini fisiologi karena
permukaan korpus utei lebih luas sehingga lebih banyak tempat untuk
berimplantasi.
Plasenta terdiri dari tiga bagian menurut Wiknjosastro (2014) yaitu;
bagian janin (foetalportion) teridiri dari korion frotundum dan villi. Villi yang
matang teridiri dari villi korialis, ruang-ruang intervillier; darah ibu yang
berada di ruang intervilier berasal dari arteri spiralis yang berada di desidua
basalia. Pada systole darah disemprotkan dengan tekanan 70-80 mmHg ke
dalam ruang intevillier sampai mencapai lempeng korionik (chorionic plate)
pangkal dari kotiledon . Darah tersebut membanjiri semua villi korialis dan
kembali perlahan-lahan ke pembuluh balik (vena) di desidua dengan tekanan
80 mmHg.
Pada permukaan janin diliputi oleh amnion, di bawah lapisan amnion
berjalan cabang pembuluh darah tali pusat. Bagian maternal, terdiri dari
desidua kompakta yang terbentuk dari beberapa lobus dan kotiledon yang
terdiri dari 15-20 kotiledon. Desidua basalis pada pasenta matang disebut
lempeng korionik, dimana sirkulasi uteoplasental berjalan ke ruang intervilli
melalui tali pusat. Pertukaran terjadi melalui sinsitial membran. Darah ibu
mengalir di seluruh plasenta diperkirakan meningkat dari 300 ml tiap menit
pada kehamilan 20 minggu sampai 600 ml tiap menit pada kehamilan 40
minggu. Seluruh ruang intervilier mempunnyai volume lebih kurang 150-200
ml. Permukaan semua villiaris diperkirakan seluas 11 meter persegi, dengan
demikian pertukaran zat terjamin. Tali Pusat merentang dari pusat janin ke
plasenta bagian permukaan janin. Panjangnya rata-rata 50-55 cm dengan
diameter 1-2.5 cm, dan terdiri dari 2 arteri umbilikalis dan 1 vena umbilikalis
dan satu jelly warton. Jenis perlekatan plasenta :
1. Plasenta inkreta : vili khorialis tumbuh lebih dalam dan menembus desidua
endometrium sampai ke miometrium.
2. Plasenta akreta : vili khorialis tumbuh menembus miometrium sampai ke
serosa.
3. Plasenta perkreta : vili khorialis tumbuh menembus serosa atau peritoneum
dinding rahim.
WOC
Perdarahan
Dx : risiko infeksi
pervagina
Dx : kekurangan
volume cairan
Sumber : https://www.scribd.com/document/367354202/LP-Retensio-Plasenta
Gejala dan tanda yang bisa ditemui adalah perdarahan segera, uterus
berkontraksi tetapi tinggi fundus tidak berkurang.
1. Waktu hamil
a. Kebanyakan pasien memiliki kehamilan yang normal
b. Insiden perdarahan antepartum meningkat, tetapi keadaan ini biasanya
menyertai plasenta previa
c. Terjadi persainan prematur, tetapi kalau hanya ditimbulkan oleh
perdarahan
d. Kadang terjadi ruptur uteri
2. Persalinan kala I dan II
Hampir pada semua kasus proses ini berjalan normal
3. Persalinan kala III
a. Retresio plasenta menjadi ciri utama
b. Perdarahan post partum, jumlahnya perdarahan tergantung pada derajat
perlekatan plasenta, seringkali perdarahan ditimbulkan oleh petugas
kesehatan ketika ia mencoba untuk mengeluarkan plasenta secara
manual
c. Komplikasi yang serius tetapi jarang dijumpai yaitu invertio uteri,
keadaan ini dapat tejadi spontan, tapi biasanya diakibatkan oleh usaha-
usaha untuk mengeluarkan plasenta
d. Ruptura uteri, biasanya terjadi saat berusaha mengeluarkan plasenta
H. Penatalaksanaan
Penanganan retensio plasenta berupa pengeluaran plasenta dilakukan apabila
plasenta belum lahir dalam 1/2-1 jam setelah bayi lahir terlebih lagi apabila
disertai perdarahan. Tindakan penanganan retensio plasenta :
Bila placenta tidak lahir dalam 30 menit sesudah lahir, atau terjadi perdarahan
sementara placenta belum lahir, lakukan :
a. Resusitasi. Pemberian oksigen 100%. Pemasangan IV-line dengan kateter
yang berdiameter besar serta pemberian cairan kristaloid (sodium klorida
isotonik atau larutan ringer laktat yang hangat, apabila memungkinkan).
Monitor jantung, nadi, tekanan darah dan saturasi oksigen. Transfusi darah
apabila diperlukan yang dikonfirmasi dengan hasil pemeriksaan darah.
Manual Plasenta :
Apabila plasenta belum lahir setengah jam setelah anak lahir dimana
sebelumnya telah dilakukan manajemen aktif kala III yaitu pemberian
oksitosin 10 iu pada 15 menit pertama dan 10 iu pada 15 menit kedua serta
ada tanda-tanda pelepasan plasenta, maka harus diusahakan tindakan untuk
mengeluarkannya. Tindakan untuk melepas plasenta dari implantasinya dapat
menggunakan tangan dan kemudian melahirkannya keluar dari kavum uteri.T
indakan tersebut dikenal dengan plasenta manual.
Manual plasenta adalah prosedur pelepasan plasenta dari tempat
implantasinya pada dinding uterus dan mengeluarkannya dari kavum uteri
secara manual yaitu dengan melakukan tindakan invasi dan manipulasi tangan
penolong persalinan yang dimasukkan langsung kedalam kavum uteri.
Kejadian retensio plasenta berkaitan dengan :
1. Grandemultipara dengan implantasi plasenta dalam bentuk plasenta
adhesive dan plasenta akreta serta Plasenta inkreta dan plasenta perkreta.
2. Mengganggu kontraksi otot rahim dan menimbulkan perdarahan.
3. Retensio plasenta tanpa perdarahan dapat diperkirakan :
a. Darah penderita terlalu banyak hilang.
b. Keseimbangan baru berbentuk bekuan darah, sehingga perdarahan tidak
terjadi.
c. Kemungkinan implantasi plasenta terlalu dalam.
Manual Plasenta dengan segera dilakukan :
1. Terdapat riwayat perdarahan postpartum berulang.
2. Terjadi perdarahan postpartum melebihi 400 cc
3. Pada pertolongan persalinan dengan narkoba.
4. Plasenta belum lahir setelah menunggu selama setengah jam.
Manual Plasenta dalam keadaan darurat dengan indikasi perdarahan di
atas 400 cc dan terjadi retensio plasenta (setelah menunggu ½ jam).
Seandainya masih terdapat kesempatan penderita retensio plasenta dapat
dikirim ke puskesmas atau rumah sakit sehingga mendapat pertolongan yang
adekuat.
BAB II
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
Pengkajian adalah pendekatan sistematis untuk mengumpulkan data,
mengelompokkan data menganalisa data sehingga dapat diketahui masalah
dan keadaan klien. Pada langkah pertama ini dikumpulkan semua informasi
yang akurat dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien. Datadata
tersebut dikumpulkan meliputi :
a) Pengumpulan data
1) Identitas
Nama klien : digunakan untuk membedakan antara klien yang satu
dengan yang lain
Umur : usia ibu bersalin berisiko tinggi, yaitu usia < 20 tahun dan usia
>35 tahun. Pada wanita hamil yang melahirkan pada usia dibawah 20
tahun dengan 2-5 kali lebih tinggi daripada perdarahan pasca persalinan
yang terjadi pada usia 20-29 tahun. Perdarahan pasca persalinan
meningkat kembali setelah usia 30-35 tahun (Mochtar, 2010). Hal ini
dapat terjadi karena pada usia di bawah 20 tahun fungsi reproduksi
seorang wanita belum berkembang secara sempurna. Sedangkan, pada
wanita usia lebih dari 35 tahun fungsi reproduksinya mengalami
penurunan atau kemunduran sehingga pada persalinan dapat terjadi
komplikasi seperti perdarahan pasca persalinan yang diakibatkan
retensio plasenta.
Agama : untuk menentukan bagaimana kita memberikan dukungan
kepada ibu selama memberikan asuhan
Suku/bangsa : untuk menentukan adat istiadat atau budayanya
Pendidikan : untuk memudahkan kita dalam memberikan asuhan pada
ibu.
Pekerjaan : untuk mengetahui bagaimana taraf hidup dan sosial
ekonominya agar nasehat kita sesuai.
Alamat : untuk mengetahui ibu tinggal dimana.
2) Riwayat Kesehatan
a) Keluhan utama
Merupakan keluhan yang paling dirasakan klien saat itu. Pada klien
post manual plasenta mengeluh pusing karena perdarahan akibat
dari komplikasi retensio plasenta. (Manuaba, 2007)
b) Riwayat penyakit sekarang
Mengenai penyakit yang dirasakan klien pada saat di rumah sampai
klien harus di rawat di rumah sakit dengan menggunakan teknik
PQRST. Pada umumnya klien di bawa ke rumah sakit dengan alasan
perdarahan post partum akibat retensio plasenta atau terlambatnya
kelahiran plasenta dalam waktu 30 menit setelah bayi lahir.
Penanganan pertama pada klien retensio plasenta yaitu
dilakukannya tindakan manual plasenta. Pada klien post manual
plasenta mengeluh pusing karena perdarahan akibat dari komplikasi
retensio plasenta, pusing dirasakan bertambah apabila banyak
melakukan aktivitas dan berkurang apabila di istirahatkan.
c) Riwayat penyakit terdahulu
Mengenai penyakit yang pernah dialami oleh klien yang dapat
mempengaruhi penyakit sekarang dan dapat memperberat/diperberat
karena kehamilan misalnya penyakit diabetes mellitus, penyakit
ginjal, penyakit jantung dan hipertensi.
d) Riwayat kesehatan keluarga
Mengenai penyakit-penyakit yang pernah dialami oleh keluarga
klien yang lain seperti kehamilan kembar, gangguan mental,
penyakit yang dapat diturunkan dan penyakit yang dapat ditularkan.
e) Riwayat kehamilan dan persalinan sekarang
Apakah mempunyai riwayat gemeli, atonia uteri, plasenta adhesive,
ikreta, perkreta, inkarserasio plasenta, kelainan plasenta fenestrate,
membranacea bilobata, plasenta succenturiata, plasenta spiria, atonia
rahim, overdistensi rahim, kontraksi uterus hipertonik, grademulti.
3) Riwayat Ginekologi dan Obstetri
1) Riwayat Ginekologi
(1) Riwayat Menstruasi
Meliputi siklus haid, lamanya haid, sifat darah (warna, bau,
gumpalan), dismenorhoe, HPHT, dan taksiran persalinan.
(2) Riwayat perkawinan
Status perkawinan, umur pada waktu menikah, lama perkawinan
dan berapa kali kawin.
(3) Riwayat KB
Pernah menjadi akseptor, jenis konrtasepsi yang digunakan
sebelum hamil, waktu dan lamanya penggunaan, masalah yang
didapati dengan penggunaan kontrasepsi tersebut, jenis
kontrasepsi yang direncanakan dan jumlah anak yang
direncanakan keluarga.
2) Riwayat Obstetri
(1) Riwayat kehamilan, Persalinan, dan Nifas yang lalu Meliputi
umur kehamilan, tanggal melahirkan, jenis persalinan, tempat
persalinan, berat anak waktu lahir, masalah yang terjadi dan
keadaan anak.
(2) Riwayat Kehamilan
Sekarang Usia kehamilan, keluhan selama hamil, gerakan anak
pertama dirasakan oleh klien. Apakah klien mendapatkan
imunisasi TT, perubahan berat badan selama hamil, tempat
pemeriksaan kehamilan dan frekuensi memeriksakan
kehamilannya.
(3) Riwayat Persalinan Sekarang Merupakan persalinan yang
keberapa bagi klien, tanggal melahirkan, jenis pesalinan, apakah
terjadi perdarahan, banyaknya perdarahan, jenis kelamin bayi,
berat badan bayi, dan APGAR skor, serta keadaan masa nifas.
4) Pola pemenenuhan kebutuhan dasar
(1) Sirkulasi :
a) Perubahan tekanan darah dan nadi (mungkin tidak tejadi sampai
kehilangan darah bermakna)
b) Pelambatan pengisian kapiler
c) Pucat, kulit dingin/lembab
d) Perdarahan vena gelap dari uterus ada secara eksternal
(placentaa tertahan)
e) Dapat mengalami perdarahan vagina berlebihan
f) Haemoragi berat atau gejala syock diluar proporsi jumlah
kehilangan darah.
(2) Eliminasi :
Kesulitan berkemih dapat menunjukan haematoma dari porsi atas
vagina.
(3) Nyeri/Ketidaknyamanan :
Sensasi nyeri terbakar/robekan (laserasi), nyeri tekan abdominal
(fragmen placenta tertahan) dan nyeri uterus lateral.
(4) Keamanan :
Laserasi jalan lahir: darah memang terang sedikit menetap
(mungkin tersembunyi) dengan uterus keras, uterus berkontraksi
baik; robekan terlihat pada labia mayora/labia minora, dari muara
vagina ke perineum; robekan luas dari episiotomie, ekstensi
episiotomi kedalam kubah vagina, atau robekan pada serviks.
(5) Seksualitas :
Uterus kuat; kontraksi baik atau kontraksi parsial, dan agak
menonjol (fragmen placenta yang tertahan). Kehamilan baru dapat
mempengaruhi overdistensi uterus (gestasi multipel,
polihidramnion, makrosomia), abrupsio placenta, placenta previa.
5) Pemeriksaan Fisik
a) Kesadaran Klien dapat terjadi penurunan kesdaran/tidak akibat
perdarahan.
b) Keadaan umum
Dikaji tentang keadaan klien secara keseluruhan, pada klien post
manual plasenta biasanya ditemukan keadaan yang lemah.
c) Tanda vital
Dikaji tanda vital sebelum dan sesudah dilakukan tindakan manual
plasenta.
d) Pemeriksaan fisik head to toe
(1) Kepala
Dikaji bentuk kepala, kebersihan kulit kepala dan keluhan yang
dirasakan pada daerah kepala.
(2) Wajah
Pada klien post manual plasenta wajah tampak pucat.
(3) Mata
Dikaji keadaan konjungtiva, sklera, fungsi penglihatan,
pergerakan kedua mata, kebersihan, bila keadaan konjungtiva
pucat maka dapat dipastikan anemis.
(4) Hidung
Dikaji keluhan yang dirasakan oleh klien, adanya reaksi alergi,
perdarahan, kesimetrisan, kebersihan dan fungsi penciuman.
(5) Telinga
Dikaji keluhan yang dirasakan oleh klien, kesimetrisan, fungsi
pendengaran dan kesimetrisan.
(6) Mulut
Dikaji keluhan yang dirasakan, mukosa mulut dan keadaan bibir,
keadaan gigi, lidah, fungsi pengecapan dan fungsi menelan.
Pada klien post manual plasenta mukosa bibir kering dan tampak
pucat.
(7) Leher
Dikaji keluhan yang dirasakan, pada klien post manual plasenta
tidak ditemukan pembesaran kelenjar tyroid dan kelenjar getah
bening, tidak ada peningkatan JVP.
(8) Dada
Dikaji keluhan yang dirasakan klien, suara nafas vesikuler,
frekuensi nafas, irama jantung reguler, bunyi jantung s1 dan s2.
(9) Payudara
Dikaji keluhan yang dirasakan klien, kedaan payudara, bentuk,
hyperpigmentasi aerola, keadaan putting susu, dan keseimetrisan
serta pengeluaran ASI.
(10) Abdomen
Dikaji keluhan yang dirasakan klien, tinggi fundus uteri hari ke5
yaitu 3 cm bawah pusat, bising usus normal 5-12 x/menit.
(11) Genetalia
Dikaji keluhan yang dirasakan klien, dikaji keadaan perineum,
adanya pengeluaran lochea. Pada 2 hari pertama lochea berupa
darah yang disebut lochea rubra, setelah 3-4 hari merupakan
darah encer yang disebut lochea serosa dan pada hari kesepuluh
menjadi cairan putih atau kekuningan yang disebut lochea alba.
Lochea berbau amis, dan yang berbau busuk menandakan
adanya infeksi.
(12) Anus
Dikaji keluhan yang dirasakan klien, ada/tidaknya hemoroid.
(13) Ekstermitas
Dikaji keluhan yang dirasakan klien, dikaji adanya oedema,
pergerakan dan kebersihan.
(14) Ambulasi
Pada klien dengan post manual plasenta biasanya dalam waktu 2
hari sudah bisa turun dari tempat tidur dan melakukan aktivitas
ringan seperti makan dan minum.
6) Pemeriksaan Penunjang
a. Hitung darah lengkap : untuk menentukan tingkat hemoglobin (Hb)
dan hematokrit (Hct), melihat adanya trombositopenia, serta jumlah
leukosit. Pada keadaan yang disertai dengan infeksi, leukosit
biasanya meningkat.
b. Menentukan adanya gangguan koagulasi dengan hitung Protrombin
Time (PT) dan Activated Partial Tromboplastin Time (APTT) atau
yang sederhana dengan Clotting Time (CT) atau Bleeding Time
(BT). Ini penting untuk menyingkirkan perdarahan yang disebabkan
oleh faktor lain.
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Kekurangan Volume Cairan (Hipovolemia) berhubungan dengan
kehilangan cairan aktif
2. Nyeri melahirkan berhubungan dengan dilatasi serviks
3. Resiko syok berhubungan dengan kekurangan volume cairan
4. Resiko Infeksi berhubungan ketidakadekuatan pertahanan tubuh primer
D. INTERVENSI
4. Untuk mengetahui
4. Tentukan pengaruh apakah nyeri yang
pengalaman nyeri dirasakan klien
terhadap kualitas
hidup (nafsu makan, berpengaruh terhadap
tidur, aktivitas,mood, yang lainnya
hubungan sosial)
1. Peningkatan intake
cairan dapat
meningkatkan volume
intravascular sehingga
dapat meningkatkan
volume intravascular
yang dapat
meningkatkan perfusi
jaringan.
2. Perubahan tandatanda
vital dapat merupakan
indikator
terjadinya dehidrasi
secara dini
5. Cairan intravena
5. Kolaborasi dalam
dapat meningkatkan
pemberian cairan
volume intravaskular
infus/transfusi
yang dapat
meningkatkan perfusi
jaringan sehingga
dapat mencegah
terjadinya shock.
6. Koagulan membantu
6. Pemberian dalam proses
koagulantia dan pembekuan darah dan
uterotonika
uterotonika. merangsang kontraksi
uterus dan
mengontrol
perdarahan
5. Mengidentifikasi dini
5. Observasi tanda dan
infeksi dan mencegah
gejala infeksi.
infeksi berlanjut.
6. Nilai leukosit
6. Monitor nilai leukosit.
merupakan indicator
adanya infeksi.
E. IMPLEMENTASI
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan
oleh perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang
dihadapi ke status kesehatan yang lebih baik yang menggambarkan kriteria
hasil yang diharapkan. Ukuran intervensi keperawatan yang diberikan kepada
klien terkait dengan dukungan pengobatan, tindakan untuk memperbaiki
kondisi pendidikan untuk klien dan keluarga atau tindakan untuk mencegah
masalah kesehatan yang muncul dikemudian hari.
Untuk kesuksesan pelaksanaan implementasi keperawatan agar sesuai
dengan rencana keperawatan, perawat harus mempunyai kemampuan kognitif
(intelektual), kemampuan dalam hubungan interpersonal dan keterampilan
dalam melakukan tindakan. Proses pelaksanaan implemenntasi harus berpusat
kepada kebutuhan klien, faktor-faktor lain yang mempengaruhi kebutuhan
keperawatan strategi implementasi keperawatan dan kegiatan komunikasi
(Prawiroardjo, 2010)
F. EVALUASI
Meskipun proses keperawatan mempunyai tahap-tahap, namun evaluasi
berlangsung terus menerus sepanjang pelaksanaan pros keperawatan. Tahap
evaluasi merupakan perbandingan yang sistematik dan terencana tentang
kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan dan berkesinambungan
yang melibatkan klien dan tenaga kesehatan lainnya. Evaluasi dalam
keperawatan merupakan kegiatan dalam menilai tindakan keperawatan yang
telah ditentukan, untuk mengetahui pemenihan kebutuhan klien secara
optimal dan mengukur hasi dari proses keperawatan. Tujuan dari evaluasi
antara lain :
a. Untuk menentukan perkembangan kesehatan klien
b. Untuk menilai keeefektifan efesien, dan produktifitas dari tindakan
keperawatan yang telah diberikan
c. Untuk menilai pelaksanaan asuhan keperawatan
d. Mendapatkan umpan balik
e. Sebagai tanggung jawab dan tanggung gugat dalam pelaksanaan pelayanan
keperawatan
DAFTAR PUSTAKA
Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta : 2015.
Herdman, T.H. & Kamitsuru, S. (Eds.). 2014. NANDA International Nursing
Diagnoses: Definitions and Classification 2015-2017. Oxford: Wiley
Blackwell.
Rianti, S.P., dan Resmisari, 2016, Buku Saku Obstetri dan Ginekologi Edisi 9,
Jakarta : EGC
Wiknjosastro, 2014, Ilmu Kandungan Edisis ke empat Cetakan ke 2, Jakarta :
EGC