Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH KEPERAWATAN KRITIS

SOLUSIO PLASENTA

KELOMPOK 3

1. MANTASIA
2. ST.FATIMA AZZAHRA
3. IRZAYANTI
4. WAHYUNI
5. AMDAR PRAMANA

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

STIKES TANAWALI PERSADA TAKALAR

2020

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................ii
DAFTAR ISI.......................................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ...............................................................................................1
B. Tujuan Masalah..............................................................................................2
C. Rumusan Masalah...........................................................................................2
BAB 2 PEMBAHASAN
A. Defenisi sulusio plasenta ...............................................................................4
B. Potensi bencana .............................................................................................5
C. Anatomi system reproduksi ...........................................................................5
D. Anatomi dan fisiologi system reproduksi wanita ..............................……..10
E. Etiologi .......................................................................................................11
F. Tanda dan gejala...........................................................................................11
G. Patofisiologi ……………………………...................................................... 14
H. Klasifikasi………………………….. ............................................................16
I. Komplikasi………………………….. ...........................................................17
J. Penatalaksanaan ………………………….. ..................................................19
K. Asuhan keperawatan ………………………….. ...........................................20
L. Hasil-hasil jurnal ………………………….. ..................................................21
BAB 3 PENUTUP
A. Kesimpulan...............................................................................................…26
B. Saran…………………………………………………………………..…..…26
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................27

ii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat-Nya kami
bisa menyelesaikan makalah ini. Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu dan
mengerti tentang “Solusio Plasenta”. penyusun juga mengucapkan terima kasih kepada dosen
pembimbing.
Penyusunan makalah ini kita ketahui belum sempurna. Oleh karena itu semua kritik dan
saran dan pendapat akan di terima dengan terbuka.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca.
Walaupun makalah ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Penyusun mohon untuk saran dan
kritiknya. Terima kasih.

Takalar 9, November 2020

Penyusun
(Kelompok

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Solusio plasenta atau disebut abruption placenta / ablasia placenta adalah separasi
prematur plasenta dengan implantasi normalnya di uterus (korpus uteri) dalam masa
kehamilan lebih dari 20 minggu dan sebelum janin lahir. Dalam plasenta terdapat banyak
pembuluh darah yang memungkinkan pengantaran zat nutrisi dari ibu kejanin, jika
plasenta ini terlepas dari implantasi normalnya dalam masa kehamilan maka akan
mengakibatkan perdarahan yang hebat.

Perdarahan pada solusio plasenta sebenarnya lebih berbahaya daripada plasenta


previa oleh karena pada kejadian tertentu perdarahan yang tampak keluar melalui vagina
hampir tidak ada / tidak sebanding dengan perdarahan yang berlangsung internal yang
sangat banyak pemandangan yang menipu inilah yang sebenarnya yang membuat solusio
plasenta lebih berbahaya karena dalam keadaan demikian seringkali perkiraan jumlah,
darah yang telah keluar sukar diperhitungkan, padahal janin telah mati dan ibu berada
dalam keadaan syok.

Penyebab solusio plasenta tidak diketahui dengan pasti, tetapi pada kasus-kasus
berat didapatkan korelasi dengan penyakit hipertensi vaskular menahun, 15,5% disertai
pula oleh pre eklampsia. Faktor lain diduga turut berperan sebagai penyebab terjadinya
solusio plasenta adalah tingginya tingkat paritas dan makin bertambahnya usia ibu.

Gejala dan  tanda solusio plasenta sangat beragam, sehingga sulit menegakkan
diagnosisnya dengan cepat. Dari kasus solusio plasenta didiagnosis dengan persalinan
prematur idopatik, sampai kemudian terjadi gawat janin, perdrhan hebat, kontraksi uterus
yang hebat, hipertomi uterus yang menetap. Gejala-gejala ini dapat ditemukan sebagai
gejala tunggal tetapi lebih sering berupa gejala kombinasi.Solusio plasenta merupakan
penyakit kehamilan yang relatif umum dan dapat secara serius membahayakan keadaan

1
ibu. Seorang ibu yang pernah mengalami solusio plasenta, mempunyai resiko yang lebih
tinggi mengalami kekambuhan pada kehamilan berikutnya. Solusio plasenta juga
cenderung menjadikan morbiditas dan bahkan mortabilitas pada janin dan bayi baru lahir.

B. Rumusan masalah

1. Apa Defenisi plasenta?

2. Apa saja anatomi system reproduksi?

3. Apa etiologi solusio plasenta?

4. Bagaimana patofisiologi solusio plasenta?

5. Apa saja tanda dan gejala solusio plasenta?

6. Bagaimana klasifikasi solusio plasenta?

7. Bagaimana penatalaksanaan solusio plasenta?

8. Apa saja komplikasi yang bias muncul pada solusio plasenta?

9. Bagaimana asuhan keperawatan solusio plasenta?

C. Tujuan penulisan

Tujuan pembuatan makalah ini yaitu :

1. Untuk mengetahui definisi solusio plasenta.


2. Untuk mengetahui klasifikasi dari solusio plasenta.
3. Untuk mengetahui insiden dari solusio plasenta
4. Untuk mengetahui etiologi dari solusio plasenta
5. Untuk mengetahui patofisiologi dan solusio plasenta.
6. Untuk mengetahui gejala dari solusio plasenta.
7. Untuk mengetahui diagnosis dari solusio plasenta
8. Untuk mengetahui komplikasi dari solusio plasenta.
9. Cara melakukan deteksi terhadap kemungkinan solusio plasenta

2
10. Untuk mengetahui penatalaksanaan dari solusio plasenta
11. Untuk mengetahui manifestasi klinis dari solusio plasenta.
12. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang untuk solusio plasenta.
13. Untuk mengetahui asuhan pengelolaan pada pasien dengan solusio plasenta.

3
BAB II

PEMBAHASAN
A. DEFENISI

Solusio plasenta (abrubtio plasenta) adalah lepasnya sebagian atau seluruh


plasenta dimana pada keadaan normal implantasinya diatas 22 minggu dan sebelum
lahirnya anak.

Solusio plasenta adalah terlepasnya plasenta yang letaknya normal pada fundus
uteri/korpus uteri sebelum janin lahir (PB POGI,1991).

Solusio plasenta adalah terlepasnya plasenta dari tempat implantasinya yang normal pada
uterus sebelum janin dilahirkan. Yang terjadi pada kehamilan 22 minggu atau berat janin
di atas 500 gr (Rustam 2002 ).

Jadi definisi yang lengkap adalah : solusio plasenta adalah sebagian atau seluruh plasenta
yang normal implantasinya antara minggu 22 dan lahirnya anak (menurut buku obstetric
patologi 2002).

Solusio plasenta atau abrupsion plasenta adalah pelepasan sebagian atau keseluruhan
plasenta dari uterus selama hamil dan persalinan (Chapman V,2003)

Solusio plasenta adalah suatu keadaan dalam kehamilan viable,dimana plaesnta yang
tempat implantasinya normal (pada fundus atau korfus) terkelupas atau terlepas sebelum
kala III (Achadiat,2004). Sinonim dari solusio plasenta adalah Abrupsion plasenta.

Solusio plasenta adalah : terlepasnya plasenta dari tempat implantasinya yang normal dari
uterus,sebelum janin dilahirkan.defenisi ini berlaku pada kehamilan dengan usia
kehamilan (masa gestasi ) di atas 22 minggu atau berat janin diatas 500 gr. Proses solusio
plasenta dimulai dengan terjadinya perdarahan dalam desidua basalis yang menyebabkan
hematoma retroplasenter (Saefuddin AB,2006)

Solusio plasenta adalah terlepasnya plasenta dari tempat implantasinya yang normal pada
uterus,sebelum janin dilahirkan.(Sarwono prawirohardjo 2009)

4
B. ANATOMI SISTEM REPRODUKSI
Secara anatomi organ system reprodusi terdiri dari 2
1. Organ reproduksi eksternal :
- Klitoris
- Dua pasang labia yang mengelilingi klitoris
- Dan lubang vagina
2. Organ reproduksi internal yaitu :
- Sepasang ovaium
- Duktus dan ruang untuk menghantarkan sperma serta menampung embrio dan fetus
(uterus)

C. ANATOMI FISIOLOGI SISTEM REPRODUKSI PADA WANITA


1. Organ Genitalia Eksterna

Menurut Manuaba (1998) organ genitalia eksterna terdiri dari :

a. Mons veneris: disebut juga gunung venus, merupakan bagian yang menonjol di bagian
depan simfisis, terdiri dari jaringan lemak dan sedikit jaringan ikat. Setelah dewasa
tertutup oleh rambut yang bentuknya segitiga.

b. Labia mayora: merupakan kelanjutan dari mons venseris, berbentuk lonjong. Kedua
bibir ini di bagian bawah bertemu membentuk perineum, permukaan ini terdiri dari :

- Bagian luar; tertutup rambut, yang merupakan kelanjutan dari rambut pada mons
veneris

- Bagian dalam; tanpa rambut, merupakan selaput yang mengadung kelenjar sebasea
(lemak)

c. Labia minora : merupakan lipatan di bagian dalam labia mayora, tanpa rambut. Di
bagian atas klitoris, labia minora bertemu membentuk prepusium klitoris dan di
bagian bawahnya bertemu membentuk prenulum klitoris, labia minora ini
mengelilingi orifisium vagina.

5
d. Klitoris : merupakan bagian penting alat reproduksi luar yang bersifat erektil,
mengandung banyak pembuluh darah dan serat saraf sensoris sehingga sangat
sensitif dan analog dengan penis pada laki-laki.

e. Vestibulum: merupakan alat reproduksi bagian luar yang dibatasi oleh kedua bibir
kecil, bagian atas klitoris, dan bagian belakang pertemuan kedua labia minora.
Pada vestibulum terdapat muara uretra, dua lubang saluran kelenjar Bartholini dan
dua lubang saluran kelenjar Skene.

f. Kelenjar Bartholini: kelenjar yang penting di daerah vulva dan vagina karena dapat
mengeluarkan lendir, pengeluaran lendir meingkat saat hubungan seks.

g. Hymen (selaput dara): merupakan jaringan yang menutupi lubang vagina, bersifat
rapuh dan mudah robek, hymen ini berlubang sehingga menjadi saluran dari lendir
yang dikeluarkan uterus dan darah saat menstruasi.

2. Organ Genetalia Interna

Organ-organ genetalia interna terdiri atas:

a. Liang senggama (vagina)

Saluran yang menghubungkan vulva dengan rahim, terletak di antara saluran kemih
dan liang dubur. Di bagian ujung atasnya terletak mulut rahim. Ukuran panjang
dinding depan 8 cm dan dinding belakang 10 cm. Bentuk dinding dalamnya berlipat-
lipat, disebut rugae, sedangkan di tengahnya ada bagian yang lebih keras di sebut
kolumna rugarum. Dinding vagina terdiri dari dari lapisan mukosa, lapisan otot, dan
lapisan jaringan ikat. Berbatasan dengan serviks membentuk ruangan lengkung, antara
lain forniks lateral kiri dan kanan, forniks anterior, dan forniks posterior, arteria
hemoroidalis mediana, dan arteria pudendus interna. Fungsi penting dari vagina ialah
sebagai saluran keluar untuk mengalirkan darah haid dan secret lain dari rahim, alat
untuk bersenggama dan jalan lahir pada waktu bersalin (Mochtar, 1998).

b. Rahim (uterus)

6
Uterus adalah suatu struktur otot yang cukup kuat, bagian luarnya ditutupi oleh
peritoneum sedangkan rongga dalamnya dilapisi oleh mukosa rahim. Dalam keadaan
tidak hamil, rahim terletak dalam rongga panggul kecil di antara kandung kemih dan
dubur. Rahim berbentuk seperti bola lampu pijar atau buah pear, mempunyai rongga
yang terdiri dari tiga bagian besar yaitu, badan rahim (korpkus uteri) berbentuk
segitiga, leher rahim (serviks uteri) berbentuk silinder, dan rongga rahim (kavum
uteri). Bagian rahim antara kedua pangkal tuba, yang disebut fundus uteri, merupakan
bagian proksimal rahim. Besar rahim berbeda-beda, bergantung pada usia dan pernah
melahirkan anak atau belum. Ukurannya kira-kira sebesar telur ayam kampong. Pada
nulipara ukurannya 5,5-8 cm x 3,5-4 cm x 2-2,5 cm, multipara 9-9,5 cm x 5,5-6 cm x
3-3,5 cm. Beratnya 40-50 gram pada nulipara dan 60-70 gram pada multipara. Letak
rahim dalam keadaan fisiologis adalah anteversiofleksi. Letak-letak lainnya adalah
antefleksi (tengah ke depan), retrofleksi (tengah ke belakang), anteversi (terdorong ke
depan), retroversi (terdorong ke belakang). Suplai darah rahim dialiri oleh arteri
uterine yang berasal dari arteri iliaka interna (arteri hipogastrika) dan arteri ovarika.
Fungsi utama rahim adalah setip bulan berfungsi dalam siklus haid, tempat janin
tumbuh kembang, dan berkontraksi terutama sewaktu beralin dan sesudah bersalin
(Mochtar, 1998).

c. Uterus

Uterus merupakan organ berongga dan berdinding tebal, terletak di tengah-tengah


rongga panggul di antara kandung kemih dan rektum. Uterus pada wanita dewasa
berbentuk seperti buah avokad atau buah pir dengan ukuran 7,5 x 5 x 2,5 cm. Uterus
terbagi menjadi dua bagian besar, yaitu corpus uteri dan serviks uteri, dimana kedua
bagian tersebut menyatu pada bagian yang disebut ismus. Hampir seluruh dinding
uterus diliputi oleh serosa (peritoneum viseral) kecuali di bagian anterior dan di bawah
ostium histologikum uteri internum. Uterus mempunyai tiga lapisan, yaitu:

1. Perimetrium: di bawahnya terdapat jaringan ikat subserosa; lapisan yang paling padat
dan terdapat berbagai macam ligamen yang memfiksasi uterus ke serviks.

7
2. Miometrium: lapisan otot uterus dan lapisan paling tebal, terdiri atas serabut-serabut
otot polos yang dipisahkan oleh jaringan ikat yang mengandung pembuluh darah.
Miometrium terdiri atas tiga lapisan, otot sebelah luar berjalan longitudinal dan lapisan
sebelah dalam berjalan sirkuler, di antara kedua lapisan ini otot polos berjalan saling
beranyaman. Miometrium dalam keseluruhannya dapat berkontraksi dan berelaksasi.
Ketebalan miometrium sekitar 15 mm pada uterus perempuan nulipara dewasa.

3. Endometrium: lapisan terdalam yang terdapat di sekitar rongga uterus. Endometrium


terdiri atas epitel selapis kubik, kelenjar-kelenjar dan stroma dengan banyak pembuluh
darah yang berkelok-kelok. Endometrium mengalami perubahan yang cukup besar
selama siklus menstruasi. Bagian atas uterus disebut fundus uteri dan merupakan
tempat tuba Falopii kanan dan kiri masuk ke uterus.

c. Saluran telur (tuba falopii)

Saluran yang keluar dari kornu rahim kanan dan kiri, panjangnya 12-13 cm, diameter
mencapai 8 mm. Bagian luarnya diliputi oleh peritoneum visceral yang merupakan
bagian dari ligamentum latum. Bagian dalam saluran dilapisi silia, yaitu rambut getar
yang befungsi untuk menyalurkan telur dan hasil konsepsi. Fungi saluran telur adalah
sebagai saluran telur, menangkap dan membawa ovum yang dilepaskan oleh indung
telur, sebagai saluran dari spermatozoa ovum dan hasil konsepsi, tempat terjadinya
pembuahan (konsepsi/fertilisasi) dan empat pertumbuahn dan perkembangan hasil
konsepsi sampai mencapai bentuk blastula yang siap mengadakan implantasi. Tuba
fallopi terdiri atas (Mochtar, 1998):

d. Indung telur (ovarium)

Merupakan kelenjar berbentuk buah kenari terletak kiri dan kanan uterus dibawah tuba
uterina dan terikat di sebelah belakang oleh ligamentum latum uterus. Bentuknya
seperti buah almon, sebesar ibu jari tangan (jempol) berukuran 2,5-5 cm x 1,5-2 cm x 0,6-1
cm. Indung telur ini posisinya ditunjang oleh mesovarium, liga ovarika, dan liga
infundibulopelvikum. Menurut strukturnya ovarium terdiri kulit (korteks) atau zona
parenkimatosa yang terdiri dari tunika albuginea (epitel berbentuk kubik), jaringan ikat di
sela-sela jaringan lain, stroma (folikel primordial, dan folikel de Graaf), dan sel-sel

8
Warthand. Inti (medula) atau zona vaskulosa, terdiri dari stroma berisi pembuluh darah,
serabut saraf, dan beberapa otot polos.

Diperkirakan terdapat 100 ribu folikel primer pada wanita. Pada kurun reproduksi, tiap-tiap
bulan satu folikel atau kadang-kadang dua folikel akan matang, lalu keluar pecah dan
muncul ke permukaan korteks. Setiap bulan sebuah folikel berkembang dan sebuah ovum
dilepaskan pada saat kira-kira pertengahan (hari ke-14) siklus menstruasi. Fungsi indung
telur adalah menghasilkan ovum, hormon-hormon (progesteron dan estrogen) dan ikut serta
mengatur haid. Ovarium berfungsi dalam pembentukan dan pematangan folikel menjadi
ovum, ovulasi, sintesis, dan sekresi hormon – hormon steroid. Ada 2 jenis bagian dari
ovarium yaitu (Mochtar, 1998):

1) Korteks ovarii

a) Mengandung folikel primordial

b) Berbagai fase pertumbuhan folikel menuju folikel de graff

c) Terdapat corpus luteum dan albikantes

2) Medula ovarii

a) Terdapat pembuluh darah dan limfe

b) Terdapat serat saraf

Memasuki pubertas yaitu sekitar usia 13-16 tahun dimulai pertumbuhan folikel
primordial ovarium yang mengeluarkan hormon estrogen. Estrogen merupakan
hormone terpenting pada wanita. Pengeluaran hormone ini menumbuhkan tanda seks
sekunder pada wanita seperti pembesaran payudara, pertumbuhan rambut pubis,
pertumbuhan rambut ketiak, dan akhirnya terjadi pengeluaran darah menstruasi
pertama yang disebut menarche. Awal-awal menstruasi sering tidak teratur karena folikel
graaf belum melepaskan ovum yang disebut ovulasi. Hal ini terjadi karena
memberikan kesempatan pada estrogen untuk menumbuhkan tanda-tanda seks
sekunder. Pada usia 17-18 tahun menstruasi sudah teratur dengan interval 28-30 hari

9
yang berlangsung kurang lebih 2-3 hari disertai dengan ovulasi, sebagai kematangan organ
reproduksi wanita.

D. ETIOLOGI

Penyebab utama dari solusio plasenta masih belum diketahui dengan jelas. Meskipun
demikian,beberapa hal di bawah ini di duga merupakan factor-faktor yang berpengaruh
pada kejadiannya,antara lain sebagai berikut :

1. Hipertensi esensial atau preeklampsi.


2. Tali pusat yang pendek karena pergerakan janin yang banyak atau bebas.
3. Trauma abdomen seperti terjatuh terkelungkup,tendangan anak yang sedang di
gendong.
4. Tekanan rahim yang membesar pada vena cava inferior.
5. Uterus yang sangat kecil.
6. Umur ibu (< 20 tahun atau > 35 tahun
7. Ketuban pecah sebelum waktunya.
8. Mioma uteri.
9. Defisiensi asam folat.
10. Merokok,alcohol,dan kokain.
11. Perdarahan retroplasenta.
12. Kekuatan rahim ibu berkurang pada multiparitas.
13. Peredaran darah ibu terganggu sehingga suplay darah ke janin tidak ada.
14. Pengecilan yang tiba-tiba pada hidromnion dan gamely.

Factor-faktor yang mempengaruhi solusio plasenta antara lain sebagai berikut :

1) Factor vaskuler (80-90%) yaitu toksemia gravidarum,glomerulonefritis kronik,dan


hipertensi esensial. Adanya desakan darah yang tinggi membuat pembuluh darah
mudah pecah sehingga terjadi hematoma retroplasenter dan plasenta sebagian
terlepas.
2) Factor trauma.

10
a) Pengecilan yang tiba-tiba dari uterus pada hidromnion dan gamely.
b) Tarikan pada tali pusat yang pendek akibat dari pergerakan janin yang
banyak/bebas,atau pertolongan persalinan.
3) Factor paritas
Lebih banyak dijumpai pada multi dari pada primi. Holmer mencatat bahwa dari
83 kasus solusio plasenta dijumpai 45 multi dan 18 primi.
4) Pengaruh lain seperti anemia,malnutrisi,tekanan uterus pada vena cava
inferior,dan lain-lain.
5) Trauma langsung seperti jatuh,kena tendang dan lain-lain.

E. TANDA DAN GEJALA


Beberapa tanda gejala dari solusio plasenta adalah sebagai berikut :
a. Perdarahan yang disertai nyeri.
b. Anemia dan syok,beratnya anemia dan syok sering tidak sesuai dengan
banyaknya darah yang keluar.
c. Rahim keras seperti papan dan terasa nyeri saat dipegang karena isi rahim
bertambah dengan darah yang berkumpul di belakang plasenta hingga rahim
teregang (uterus en bois).
d. Palpasi sulit dilakukan karena rahim keras.
e. Fundus uteri makin lama makin baik.
f. Bunyi jantung biasanya tidak ada.
g. Pada toucher teraba ketuban yang teregang terus-menerus (karena isi rahim
bertambah).
h. Sering terjadi proteinuria karena disertai preeklampsi.

F. PATOFISIOLOGI
1) Perdarahan dapat terjadi dari pembuluh darah plasenta atau uterus yang membentuk
hematoma pada desidua,sehingga plasenta terdesak dan akhirnya terlepas. Apabila
perdarahan sedikit,hematoma yang kecil itu hanya akan mendesak jaringan
plasenta,pedarahan darah antara uterus dan plasenta belum terganggu,dan tanda serta
gejala pun belum jelas. Kejadian baru diketahui setelah plasenta lahir,yang pada

11
pemeriksaan di dapatkan cekungan pada permukaan maternalnya dengan bekuan darah
yang berwarna kehitam-hitaman. Biasanya perdarahan akan berlangsung terus-menerus
karena otot uterus yang telah meregang oleh kehamilan itu tidak mampu untuk lebih
berkontraksi menghentikan perdarahannya. Akibatnya hematoma retroplasenter akan
bertambah besar,sehingga sebagian dan seluruh plasenta lepas dari dinding uterus.
Sebagian darah akan menyeludup di bawah selaput ketuban keluar dari vagina atau
menembus selaput ketuban masuk ke dalam kantong ketuban atau mengadakan
ektravasasi di antara serabut-serabut otot uterus. Apabila ektravasasinya berlangsung
hebat,maka seluruh permukaan uterus akan berbercak biru atau ungu. Hal ini di sebut
uterus Couvelaire (Perut terasa sangat tegang dan nyeri). Akibat kerusakan jaringan
miometrium dan pembekuan retroplasenter,maka banyak trombosit akan masuk ke dalam
peredaran darah ibu,sehinga terjadi pembekuan intravaskuler dimana-mana,yang akan
menghabiskan sebagian besar persediaan fibrinogen. Akibatnya terjadi hipofibrinogenemi
yang menyebabkan gangguan pembekuan darah tidak hanya di uterus tetapi juga pada
alat-alat tubuh yang lainnya.
Keadaan janin tergantung dari luasnya plasenta yang terlepas dari dinding uterus.
Apabila sebagian besar atau seluruhnya terlepas,akan terjadi anoksia sehingga
mengakibatkan kematian janin. Apabila sebagian kecil yang terlepas,mungkin tidak
berpengaruh sama sekali,atau juga akan mengakibatkan gawat janin. Waktu sangat
menentukan beratnyaa gangguan pembekuan darah,kelainan ginjal,dan keadaan janin.
Makin lama penanganan solusio plasenta sampai persalinan selesai,umumnya makin
hebat komplikasinya.

2) Pada solusio plasenta,darah dari tempat pelepasan akan mencari jalan keluar antara
selaput janin dan dinding rahim hingga akhirnya keluar dari serviks hingga terjadilah
perdarahan keluar atau perdarahan terbuka. Terkadang darah tidak keluar,tetapi
berkumpul di belakang plasenta membentuk hematom retroplasenta. Perdarahan
semacam ini disebut perdarahan ke dalam atau perdarahan tersembunyi. Solusio
plasenta dengan perdarahan tersembunyi menimbulkan tanda yang lebih khas karena
seluruh perdarahan tertahan di dalam dan menambah volume uterus. Umumnya lebih
berbahaya karena jumlah perdarahan yang keluar tidak sesuai dengan beratnya syok.

12
Perdarahan pada solusio plasenta terutama berasal dari ibu,namun dapat juga berasal dari
anak.

Perdarahan keluar Perdarahan tersembunyi


1. Keadaan umum penderita relative lebih 1. Keadaan penderita jauh lebih jelek.
baik.
2. Plasenta terlepas sebagian atau 2. Plasenta terlepas luas,uterus
inkomplit. keras/tegang.
3. Jarang berhubungan dengan hipertensi. 3. Sering berkaitan dengan hipertensi.

Terlepasnya plasenta sebelum waktunya menyebabkan timbunan darah antara plasenta


dan dinding uterus yang menimbulkan gangguan penyulit terhadap ibu dan janin.

Penyulit terhadap ibu Penyulit terhadap janin


1. Berkurangnya darah dalam sirkulasi 1. Tergantung pada luasnya plasenta yang
darah umum lepas dapat menimbulkan asfiksia
2. Terjadi penurunan tekanan ringan sampai kematian dalam uterus.
darah,peningkatan nadi dan pernapasan
3. Ibu tampak anemis
4. Dapat timbul gangguan pembekuan
darah,karena terjadi pembekuan
intravaskuler diikuti hemolisis darah
sehingga fibrinogen makin berkurang
dan memudahkan terjadinya perdarahan
(hipofibrinogenemia)
5. Dapat timbul perdarahan packapartum
setelah persalinan karena atonia uteri
atau gangguan pembekuan darah
6. Dapat timbul gangguan fungsi ginjal
dan terjadi emboli yang menimbulkan

13
komplikasi sekunder
7. Timbunan darah yang meningkat
dibelakang plasenta dapat
menyebabkan uterus menjadi
keras,padat dan kaku.
G. KLASIFIKASI
1) Klasifikasi dari solusio plasenta adalah sebagai berikut:
a. Solusio plasenta parsialis : bila hanya sebagian saja plasenta terlepas dari tempat
perlengkatannya.
b. Solusio plasenta totalis ( komplek ) : bila seluruh plasenta sudah terlepas dari
tempat perlengketannya.
c. Prolapsus plasenta : kadang-kadang plasenta ini turun ke bawah dan dapat teraba
pada pemeriksaan dalam.

2) Solusio plasenta di bagi menurut tingkat gejala klinik yaitu :


a) Kelas 0 : asimptomatik
Diagnosis ditegakkan secara retrospektif dengan menemukan hematoma atau
daerah yang mengalami pendesakan pada plasenta. Rupture sinus marginal juga
dimasukkan dalam kategori ini.
b) Kelas 1 : gejala klinis ringan dan terdapat hampir 48 % kasus.
Solusio plasenta ringan yaitu : rupture sinus marginalis atau terlepasnya sebagian
kecil plasenta yang tidak berdarah banyak,sama sekali tidak mempengaruhi
keadaan ibu atau janinnya.

Gejala : perdarahan pervaginam yang berwarna kehitam-hitaman dan sedikit sekali


bahkan tidak ada,perut terasa agak sakit terus-menerus agak tegang,tekanan darah
dan denyut jantung maternal normal,tidak ada koagulopati,dan tidak ditemukan
tanda-tanda fetal distress.

c) Kelas II : gejala klinik sedang dan terdapat hampir 27% kasus.


Solusio plasenta sedang dalam hal ini plasenta telah lebih dari
seperempatnya tetapi belum sampai dua pertiga luas permukaannya.

14
Gejala : perdarahan pervaginan yang berwarna kehitam-hitaman,perut
mendadak sakit terus-menerus dan tidak lama kemudian disusul dengan
perdarahan pervaginam walaupun tampak sedikit tapi kemungkinan lebih
banyak perdarahan di dalam,didinding uterus teraba terus-menerus dan
nyeri tekan sehingga bagian bagian janin sulit diraba,apabila janin masih
hidup bunyi jantung sukar di dengar dengan stetoskop biasa harus dengan
stetoskop ultrasonic,terdapat fetal distress,dan hipofibrinogenemi (150 –
250 % mg/dl).

d) Kelas III : gejala berat dan terdapat hampir 24% kasus.


Solusio plasenta berat,plasenta lebih dari dua pertiga
permukaannya,terjadinya sangat tiba-tiba biasanya ibu masuk syok dan
janinnya telah meninggal.

Gejala : ibu telah masuk dalam keadaan syok,dan kemungkinan janin telah
meninggal,uterus sangat tegang seperti papan dan sangat nyeri,perdarahan
pervaginam tampaknya tidak sesuai dengan keadaan syok ibu,perdarahan
pervaginam mungkin belum sempat terjadi besar kemungkinan telah
terjadi kelainan pembekuan darah dan kelainan ginjal,hipofibrinogenemi
(< 150 mg/dl)

3) Berdasarkan ada atau tidaknya perdarahan pervaginam


a) Solusio plasenta ringan
Perdarahan pervaginam <100 -200 cc.
b) Solusio plasenta sedang
Perdarahan pervaginam > 200 cc,hipersensitifitas uterus atau peningkatan
tonus,syok ringan,dapat terjadi fetal distress.
c) Solusio plasenta berat
Perdarahan pervaginam luas > 500 ml,uterus tetanik,syok maternal sampai
kematian janin dan koagulopati.

15
4) Berdasarkan ada atau tidaknya perdarahan pervaginam
a) Solusio plasenta yang nyata/tampak (revealed)
Terjadi perdarahan pervaginam,gejala klinis sesuai dengan jumlah
kehilangan darah,tidak terdapat ketegangan uterus,atau hanya ringan.
b) Solusio plasenta yang tersembunyi (concealed)
Tidak terdapat perdarahan pervaginam,uterus tegang dan hipertonus,sering
terjadi fetal distress berat. Tipe ini sering di sebut perdarahan
Retroplasental.
c) Solusio plasenta tipe campuran (mixed)
Terjadi perdarahan baik retroplasental atau pervaginam,uterus tetanik.

5) Berdasarkan luasnya bagian plasenta yang terlepas dari uterus


a) Solusio plasenta ringan
Plasenta yang kurang dari ¼ bagian plasenta yang terlepas. Perdarahan
kurang dari 250 ml.
b) Solusio plasenta sedang
Plasenta yang terlepas ¼ - ½ bagian. Perdarahan <1000 ml,uterus
tegang,terdapat fetal distress akibat insufisiensi uteroplasenta.
c) Solusio plasenta berat
Plasenta yang terlepas > ½ bagian,perdarahan >1000 ml,terdapat fetal
distress sampai dengan kematian janin,syok maternal serta koagulopati.
H. PENATALAKSANAAN
Tujuan utama pelaksanaan ibu dengan solusio plasenta,pada prinsipnya adalah anak :
a. Mencegah kematian ibu
b. Menghentikan sumber perdarahan
c. Jika janin masih hidup,mempertahankan dan mengusahakan janin lahir hidup

Prinsip utama penatalaksanaannya antara lain :

1) Pasien (ibu) dirawat dirumah sakit,istirahat baring dan mengukur keseimbangan


cairan

16
2) Optimalisasi keadaan umum pasien (ibu),dengan perbaikan: memberikan infuse dan
transfuse darah segar
3) Pemeriksaan laboratorium : hemoglobin,hematokrit,COT(Clot Observation Test/test
pembekuan darah),kadar fibrinogen plasma,urine lengkap,fungsi ginjal
4) Pasien (ibu) gelisah diberikan obat analgetika
5) Terminasi kehamilan : persalina segera,pervaginam atau section sesarea. Yang
tujuannya adalah untuk menyelamatkan nyawa janin dan dengan lahirnya
plasenta,berjutuan agar dapat menghentikan perdarahan.
6) Bila terjadi gangguan pembekuan darah (COT >30 menit) diberikan darah segar
dalam jumlah besar dan bila perlu fibrinogen dengan monitoring berkala pemeriksaan
COT dan hemoglobin
7) Untuk mengurangi tekanan intrauterine yang dapt menyebabkan nekrosis ginjal
(reflek utero ginjal) selaput ketuban segera dipecahkan

I. KOMPLIKASI

Mengingat komplikasi yang dapt terjadi yaitu perdarahan banyak dan syok berat hingga
kematian,atonia uteri,kelainan pembekuan darah dan oliguria. Maka sikap paling utama dari
bidan dalam menghadapi solusio plasenta adalah segera melakukan rujukan ke rumah sakit.

Komplikasi bisa terjadi pada ibu maupun pada janin yang dikandungnya dengan criteria :

a. Komplikasi pada ibu


i. Perdarahan yang dapat menimbulkan : variasi turunnya tekanan darah
sampai keadaan syok,perdarahan tidak sesuai keadaan penderita anemis
sampai syok,kesadaran bervariasi dari baik sampai syok.
ii. Gangguan pembekuan darah : masuknya trombosit ke dalam sirkulasi
darah menyebabkan pembekuan darah intravaskuler dan diserti
hemolisis,terjadinya penurunan fibrinogen sehingga hipofibrinogen dapat
mengganggu pembekuan darah.
iii. Oliguria menyebabkan terjadinya sumbatan glomerulus ginjal dan dapat
menimbulkan produksi urin makin berkurang.

17
iv. Perdarahan postpartum : pada solusio plasenta sedang sampai berat terjadi
infiltrasi darah ke otot rahim,sehingga mengganggu kontraksi dan
menimbulkan perdarahan karena atonia uteri,kegagalan pembekuan darah
menambah bertanya perdarahan.
v. Koagulopati konsumtif,DIC: solusio plasenta merupakan penyebab
koagulopati konsumtif yang tersering pada kehamilan.
vi. Utero renal reflex
vii. Ruptur uteri
b. Komplikasi pada janin
i. Asfiksia ringan sampai berat dan kematian janin,karena perdarahan yang
tertimbun dibelakang plasenta yang mengganggu sirkulasi dan nutrisi
kearah janin. Rintangan kejadian asfiksia sampai kematian janin dalam
rahim tergantung pada beberapa sebagian placenta telah lepas dari
implantasinya di fundus uteri.
ii. Kelainan susunan system saraf pusat
iii. Retardasi pertumbuhan
iv. Anemi

18
BAB III

ASUHAN KEPERAWTAN
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian

Dalam hal mempelajari data (pengkajian), mempelajari data yang terdiri dari informasi
subjektif dan objektif mencakup masalah keperawatan yang diidentifikasi pada daftar
diagnosa keperawatan pada tahun 1992 yang dikembangkan oleh NANDA. Data
dilaporkan oleh klien dan orang terdekat, informasi ini termasuk persepsi individu; yaitu
apa yang seseorang inginkan untuk berbagi. Namun, perawat perlu memperhatikan
ketidaksesuaian yang dapat menandakan adanya faktor-faktor lain seperti kurang
pengetahuan, mitos, kesalahan konsep, atau rasa takut. Adapun pengkajian yang dapat
dilakukan menurut Marilyn E. Doenges yang dimana pengkajian dengan asuhan
keperawatan perihal solutio plasenta (tergolongi intrapartum) terdiri dari:

a. Identitas klien secara lengkap


b. Aktivitas atau istirahat

Dikaji secara subyektif yang terdiri dari data tidur istirahat 24 jam terakhir, pekerjaan,
kebiasaan aktivitas atau hobi. Dan secara obyektif, data terdiri dari pengkajian saraf.

c. Sirkulasi.

Secara subyektif mulai dari riwayat, peningkatan tekanan darah, masalah jantung,
keadaan ekstremitas serta kelaian-kelainan yang disamapaikan oleh klien perihal
sirkulasi. Dan secara obyektif yang terdiri dari TD berbagai posisi (duduk, berbaring,
berdiri, baik kanan maupun kiri), nadi secara palpasi, bunyi jantung, ekstremitas (suhu,
warna, pengisian kapiler, tanda hofman, varises), warna / sianosis diberbagai wilayah
tubuh .

d. Integritas Ego

19
Secara subyektif mulai dari kehamilan yang merencanakan, pengalaman melahirkan
sebelumnya, sikap dan persepsi, harapan selama persalinan, hubungan keluarga,
pendidikan dan pekerjaan (ayah), masalah keuangan, agama, faktor budaya, faktor
risiko, dan persiapan melahirkan. Dan secara objektif, terdiri dari respon emosi
terhadap persalinan, interaksi dengan orang pendukung, serta penatalaksanaan
persalinan.

e. Eliminasi

Data didapat secara subyektif dan obyektif terkait dengan eliminasi.

f. Makanan atau cairan

Data didapat secara subyektif dan obyektif terkait dengan makanan atau cairan yang
masuk ke dalam tubuh baik secara parenteral maupun enteral serta kelainan-kelainan
yang terkait.

g. Higiene

data didapat Beroperasi subyektif Dan obyektif Berlangganan DENGAN kebersihan


Diri Klien.

h. Data neurosensori

didapat secara subyektif dan obyektif terkait dengan kondisi neurosensori dari klien.

i. Nyeri / Ketidaknyamanan.

Data didapat secara subyektif dan obyektif terkait dengan rasa nyeri atau
ketidaknyamanan dari klien akibat proses persalinan.

j. Pernafasan

data didapat Beroperasi subyektif Dan obyektif Berlangganan DENGAN Pernafasan


Serta kelainan- kelainan Yang dialami Dan Kebiasaan Dari Klien.

k. Keamanan

20
Data yang didapat secara subyektif dan obyektif yang berkaitan dengan alergi /
sensitivitas, riwayat PHS, status kesehatan, bulan kunjungan prenatal pertama, masalah
dan tindakan obstetrik sebelumnya dan terbaru, jarak kehamilan, jenis kelahiran
sebelumnya, tranfusi, tinggi dan postur ibu, pernah terjadi fraktur atau dislokasi ,
keadaan pelvis, persendian, deformitas columna fertebralis, prosthesis, dan alat
ambulasi. Dan data objektif diperoleh dari suhu, integritas kulit (terjadi ruam, luka,
memar, jaringan parut), parastesia, status dari janin mulai dar frekuensi jantung hingga
hasil, status persalinan serta kelainan-kelainan terkait, kondisi dari ketuban, golongan
darah dari pihak ayah atau pun ibu, tes skrining dari darah, serologi, kultur dari servik
atau rektal, kutil atau lesi vagina dan varises pada perineum.

l. Seksual

data subjektif di DAPAT Dari periode menstruasi Akhir Serta keadaankeadaan


Berlangganan seksual Dari ibu8 ataupun bayi Dan also Riwayat melahirkan. Data
objektif di dapat dari keadaan pelvis, prognosis untuk melahirkan, pemeriksaan bagian
payudarah dan juga tes serologi.

m. Interaksi Sosial

Data yang subjektif dari status perkawinan, lama tahun hubungan anggota keluarga,
tinggal dengan, keluarga besar, pendukung, leporan masalah. Data objektif dapat dari
komunikasi verbal / non verbal dengan keluarga / orang terdekat, pola interaksi sosial
(perilaku).

2. Diagnosa keperawatan

1. Nyeri (akut) berhubungan dengan trauma jaringan


2. Ansietas hubungan dengan ancaman yang dirasakan pada klien atau janin
3. Infeksi, risiko tinggi terhadap prosedur infasive.

21
3. Intervensi

Rencana keperawatan tidak hanya terdiri dari tindakan yang dilakukan karena pesanan /
ketentuan medis, tetapi juga koordinasi tertulis dari perawatan yang diberikan oleh semua
disiplin pelayanan kesehatan yang berhubungan. Tindakan keperawatan mandiri adalah bagian
integral dari proses ini. Tindakan mungkin mandiri atau kolaboratif dan asuransi dari
keperawatan, kedokteran, dan disiplin lain (Doenges, 2001).

No Diagnose keperawatan Tujuan dan kriteria hasil Intervensi


1. Nyeri (akut) Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji tingkat nyeri secara
berhubungan dengan keperawatan selama 1x24 jam menyeluruh (durasi, durasi,
trauma jaringan klien diharapkan dapat kualitas, dan faktor lokasi)
beradaptasi dengan nyeri yang 2. Bantu dengan penggunaan
dibuktikan dengan kriteria tekhnik pernafasan.
hasil: 3. Anjurkan klien untuk
· Kli en dapat melakukan menggunakan teknik relaksasi.
tindakan untuk mengurangi Berikan hal bila perlu.
nyeri. 4. Berikan kenyamanan
· Klien kooperatif dengan kenyamanan (pijatan, gosokan
tindakan yang dilakukan. punggung, sandaran bantal,
pemebrian kompres sejuk,
dll).
5. Kolaborasi memberikan
sedatif sesuai dosis.
2. Ansietas hubungan 1. Kaji status psikologis dan
dengan ancaman yang emosional.
dirasakan pada klien atau 2.Anjurkan klien untuk
janin Setelah dilakukan
tindakan mengungkapkan perasaan.
keperawatan selama 1x24 jam 3. Menggunakan terminologi
diharapak klien tidak merasa positif, hindari penggunaan
cemas yang dibuktikan istilah yang menandakan
dengan kriteria hasil: abnormalitas prosedur atau

22
· Klien akan melaporkan proses.
ansietas atau teratasi. 4. Dengarkan keterangan klien
· Klien tampak rileks. yang dapat menandakan
kehilangan harga diri.
5.Berikan kesempatan pada
klien untuk memberi masukan
pada proses pengambilan
keputusan.
6.Anjurkan penggunaan /
kontinuitas teknik pernapasan
dan latihan relaksasi.
3. Infeksi, risiko tinggi Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji kembali kondisi /
terhadap prosedur keperawatan selama 1x24 jam faktor risiko yang ada
infasive. diharapkan tidak terjadi sebelumnya.
infeksi yang dibuktikan 2. Kaji tanda dan gejala
dengan kriteria hasil: infeksi (misalnya, peningkatan
· Klien akan bebas dari suhu, nadi, jumlah sel darah
infeksi. putih, atau bau / warna rabas
· Pencapaian tepat waktu vagina).
dalam pemulihan luka tanpa 3. Kolaborasi melakukan
komplikasi. persiapan kulit praoperatif;
scrub sesuai protokol.
4. Kolaborasi melakukan
kultur darah, vagina, dan
plasenta sesuai indikasi.
5. Kolaborasi dalam catatan
hemoglobin (Hb) dan
hematokrit (Ht); catat
diperkirakan hilang darah
selama prosedur pembedahan.
6. Kolaborasi dalam

23
memberikan antibiotik
spektrum luas pada pra
operasi.

4. Implementasi
1. Nyeri (akut) berhubungan dengan trauma jaringan
- Mengkaji tingkat nyeri secara menyeluruh (durasi, durasi, kualitas, dan faktor
lokasi)
- MemBantu dengan penggunaan tekhnik pernafasan.
- Menganjurkan klien untuk menggunakan teknik relaksasi. Berikan hal bila perlu.
- MeBerikan kenyamanan kenyamanan (pijatan, gosokan punggung, sandaran
bantal, pemebrian kompres sejuk, dll).
- Penatalaksanaa memberikan sedatif sesuai dosis.
2. Ansietas hubungan dengan ancaman yang dirasakan pada klien atau janin
- Mengkaji status psikologis dan emosional.
- Menganjurkan klien untuk mengungkapkan perasaan.
- Menggunakan terminologi positif, hindari penggunaan istilah yang menandakan
abnormalitas prosedur atau proses.
- Mendengarkan keterangan klien yang dapat menandakan kehilangan harga diri.
- Memberikan kesempatan pada klien untuk memberi masukan pada proses
pengambilan keputusan.
- Menganjurkan penggunaan / kontinuitas teknik pernapasan dan latihan relaksasi
3. Infeksi, risiko tinggi terhadap prosedur infasive.
- Mengkaji kembali kondisi / faktor risiko yang ada sebelumnya.
- Mengkaji tanda dan gejala infeksi (misalnya, peningkatan suhu, nadi, jumlah sel
darah putih, atau bau / warna rabas vagina).
- Penatalaksanaan melakukan persiapan kulit praoperatif; scrub sesuai protokol.
- melakukan kultur darah, vagina, dan plasenta sesuai indikasi.

24
BAB IV

PENUTUP
A. Kesimpulan

Solusio plasenta adalah terlepasnya plasenta dari tempat implantasinya sebelum janin
lahir diberi beragam sebutan; abruption plasenta, accidental haemorage. Keadaan klien
dengan solutio plasenta memiliki beberapa macam berdasarkan tingkat keparahannya,
tingkat keparahan ini dilihat dari volume perdarahan yang terjadi mulai dari solutio
ringan hingga berat.

Trauma langsung abdomen, hipertensi ibu hamil, umbilicus pendek atau lilitan tali pusat,
janin terlalu aktif sehingga plasenta dapat terlepas, tekanan pada vena kafa inferior, dan
lain-lain diketahui bahwa sebagai penyebab dari solution plasenta. Beberapa faktor yang
menjadi faktor predisposisi solution plasenta itu sendiri didapat dan diketahui mulai dari
faktor fisik dan psikologis dengan kata lain ditinjau dari kebiasaan-kebiasaan klien yang
dapat mendukung timbulnya solution plasenta. Adapun komplikasi dari solusio plasenta
pada ibu dan janin tergantung dari luasnya plasenta yang terlepas, usia kehamilan dan
lamanya solusio plasenta berlangsung. Komplikasi terparah dari solution plsenta dapat
mengakibatkan syok dari perdarahan yang terjadi, keadaan seperti ini sangat berpengaruh
pada keselamatan dari ibu dan janin.

B. Saran

Penulis harapkan semoga dimasa yang akan datang, para tenaga kesehatan dapat
meningkatkan mutu pelayanan kesehatan pada pasien kasus solusio plasenta. Dan
harapan penulis kepada para pembaca semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi para
pembaca dan menambah keterampilan kita dalam memberi pelayanan kesehatan.

25
DAFTAR PUSTAKA

Fadlun,Feryanto,Achmad.2012.Asuhan Kebidanan Patologis.Jakarta:Salemba Medika


Maryunani,Anik.2012. Asuhan Kegawatdaruratan Dalam Kebidanan.Jakarta :TIM
Yeyeh,Ai Rukiyah.2010.Asuhan Kebidanan Patologi.Jakarta:Trans Info Media
Obstetric,William.Jakarta

26

Anda mungkin juga menyukai