Anda di halaman 1dari 23

TUGAS KEPERAWATAN ANAK II

“Asuhan Keperawatan Hipotiroid”

Disusun oleh :
KELOMPOK II

NAMA NPM
Alisya. Zanty. H. Samangun 12114201190008
Antho Siahaya 12114201190021
Dewi. A. Luturmas 12114201190053
Fenryan Soumahu 12114201190076
Ficka Latulola 12114201190080
Grheinia. D. Reasoa 12114201190323
Merlin Ralahalu 12114201190181

FAKULTAS KESEHATAN
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA MALUKU
2021
KATA PENGANTAR

Patutlah kita panjatkan puji dan syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa, karena atas
kasihnya kami dapat menyelesaikan tugas ini dengan baik.
Tersusunya makalah ini tidak terlepas dan peran serta berbagai pihak baik secara
langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu kami mengucapkan banyak terima kasih dan
semoga Tuhan dapat membalas semua kebaikan saudara – saudara.
Kami menyadari bahwa makalah yang kami buat ini memiliki banyak kekurangan, untuk
itu kami membutuhkan kritik dan saran yang bersifat membangun agar makalah ini dapat
menjadi yang terbaik.
Semoga makalah yang sederhana ini dapat bermanfaat bagi para pembaca, kiranya Tuhan
Yang Maha Esa selalu menyertai kita.

Ambon, 17 November 2021

Kelompok II
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Mekanisme yang berjalan di dalam tubuh manusia diatur oleh dua sistem pengatur
utama yaitu sistem saraf dan sistem hormonal atau sistem endokrin (Guyton & Hall,
1997). Pada umumnya, sistem saraf ini mengatur aktivitas tubuh yang cepat, misalnya
kontraksi otot, perubahan viseral yang berlangsung dengan cepat dan bahkan juga
kecepatan sekresi beberapa kelenjar endokrin (Guyton & Hall, 1997).
Sistem hormonal yang berkaitan dengan pengaturan berbagai fungsi metabolisme
tubuh, seperti pengaturan kecepatan reaksi kimia di dalam sel atau pengangkutan bahan-
bahan melewati membran sel atau aspek lain dari metabolisme sel seperti pertumbuhan
dan sekresi (Guyton & Hall, 1997). Hormon tersebut dikeluarkan oleh sistem kelenjar
atau struktur lain yang disebut sistem endokrin.
Salah satu kelenjar yang mensekresi hormon yang sangat berperan dalam
metabolisme tubuh manusia adalah kelenjar tiroid. Dalam pembentukan hormon tiroid
tersebut dibutuhkan persediaan unsur yodium yang cukup dan berkesinambungan.
Penurunan total sekresi tiroid biasanya menyebabkan penurunan kecepatan metabolisme
basal kira-kira 40 sampai 50 persen di bawah normal dan bila kelebihan sekresi hormon
tiroid sangat hebat dapat menyebabkan naiknya kecepatan metabolisme basal sampai
setinggi 60 sampai 100 persen di atas normal (Guyton & Hall, 1997). Keadaan ini dapat
timbul secara spontan maupun sebagai akibat pemasukan hormon tiroid yang berlebihan
(Price & Wilson, 2006).
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian
Hipotiroid merupakan gangguan pada kelenjar tiroid berupa penurunan produksi
dan sekresi hormon tiroid. Kelenjar ini berperan melepaskan hormon tiroid keseluruh
tubuh melaliu pembuluh darah. Pada kasus, hipotiroid terjadi gangguan sintesis dan
sekresi hormon tiroid. Sehingga kadar hormon tiroid menjadi rendah dan mengakibatkan
penurunan laju metabolisme tubuh. (Soewondo dan Cahyanur, 2008).
Menurut Corwin (2009) yang disebut hipertiroidisme adalah suatu penyakit yang
tejadi akibat penurunan kadar hormon tiroid yang bersirkulasi. Hipotiroidisme adalah
suatu kelainan yang relative sering ditemukan degan ditandai oleh ketidakcukupan
produksi hormone tiroid.
Dari beberapa pengertian diatas dapat diketahui bahwa hipotiroid merupakan
suatu keadaan yang disebabkan oleh penurunan hormon tiroid yang ditandai dengan
ketidakcukupan produksi hormon tiroid.

B. Etiologi
Ada empat penyebab terjadinya hiptiroidisme, yaitu :
1. Malfungsi kelenjar tiroid
Kadar Hematokrit (HT) yang rendah akan disertai oleh peningkatan kadar TSH
dan TRH karena tidak adanya umpan balik negatif oleh HT pada hipofisis anterior
dan hipotalamus.
2. Malfungsi hipofisis
Malfungsi hipofisis menyebabkan rendahnya kadar TSH yang akan menurunkan
kadar HT dalam darah.
3. Malfungsi hipotalamus
Malfungsi hipotalamus menyebabkan rendahnya kadar TSH, dan TRH yang akan
menurunkan kadar HT dalam darah.
4. Karena sebab lain, seperti farmakologis, defisiensi yodium dll
Ketika kadar HT dalam darah menurun, maka terjadilah hipotiroid. Pada saat terjadi
hipotiroid, TSH akan merangsang kelenjar tiroid untuk mensekresi lebih kuat, akibatnya
terjadi pembesaran kelenjar tiroid yang kemudian akan menekan struktur di leher dan
dada yang mengakibatkan timbulnya disfagia atau gangguan respirasi. Hipotiroid juga
menyebabkan terjadinya perlambatan metabolisme tubuh, yang mengakibatkan tubuh
akan menurunkan produksi panas. Selain itu juga akan menurunkan produksi asam
lambung yang kemudian mnyebabkan konstipasi. Begitu juga dengan pembentukan
eritrosit yang tidak optimal sebagai dampak dari menurunnya hormon tiroid
memungkinnkan klien mengalami anemia. Pada sistem neurologis, hipotiroid
menyebabkan terhambatnya suplai darah ke otak, sehingga memicu terjadinya hipoksia.

B. Manifestasi Klinis
Berikut ini adalah manifestasi hipotiroidisme secara umum yaitu :
1. Kulit dan rambut
a. Kulit kering, pecah-pecah, bersisik dan menebal
b. Pembengkakan, tangan, mata dan wajah
c. Rambut rontok, alopeksia, kering dan pertumbuhannya buruk
d. Tidak tahan dingin
e. Pertumbuhan kuku buruk, kuku menebal
2. Muskuloskeletal
a. Volume otot bertambah, glossomegali
b. Kejang otot, kaku, paramitoni
c. Pertumbuhan tulang terhambat pada usia muda
3. Neurologik
a. Letargi dan mental menjadi lambat
b. Aliran darah otak menurun
c. Kejang, koma, dementia, psikosis (gangguan memori, perhatian kurang,
penurunan reflek tendon)
d. Ataksia (serebelum terkena)
e. Gangguan saraf ( carfal tunnel)
f. Tuli perseptif, rasa kecap, penciuman terganggu
4. Kardiorespiratorik
a. Curah jantung menurun, gagal jantung
b. Kardiomiopati di pembuluh. EKG menunjukkan gelombang T
mendatar/inverse
5. Sistem endokrin
a. Pada perempuan terjadi perubahan menstruasi seperti amenore / masa
menstruasi yang memanjang, menoragi dan galaktore dengan
hiperprolaktemi
b. Gangguan fertilitas
c. Gangguan hormone pertumbuhan dan respon ACTH, hipofisis terhadap
insulin akibat hipoglikemi
d. Gangguan sintesis kortison, kliren kortison menurun
e. Insufisiensi kelenjar adrenal autoimun
f. Psikologis / emosi : apatis, agitasi, depresi, paranoid, menarik diri,
perilaku maniak
g. Manifestasi klinis lain berupa : edema periorbita, wajah seperti bula
(moon face), wajah kasar, suara serak, pembesaran leher, lidah tebal,
sensitifitas terhadap opioid, haluaran urin menurun, lemah, dan ekspresi
wajah kosong (Corwin. 2009).

C. Tipe Hipotiroid
Terdapat beberapa tipe hipotiroidisme. Tergantung dari timbulnya permulaan
masalah. Lebih dari 95% penderita hipotiroidisme mengalami hipotiroidisme primer atau
tiroidal yang mengacu kepada disfungsi kelenjar tiroid itu sendiri. Apabila disfungsi
tiroid disebabkan oleh kegagalan kelenjar hipofisis, hipotalamus atau keduanya disebut
hipotiroidisme sentral (hipotiroidisme sekunder) atau pituitaria. Jika sepenuhnya
disebabkan oleh hipofisis disebut hipotiroidisme tersier. Penyakit hipotiroid ini dapat
diklasifikasikan menjadi :
Jenis Organ Keterangan
Hipotiroidisme kelenjar Paling sering terjadi. Meliputi penyakit Hashimoto
primer tiroid tiroiditis (sejenis penyakit autoimmune) dan terapi
radioiodine (RAI) untuk merawat penyakit
hipertiroidisme. Hipotiroid ini dibagi menjadi dua
yaitu :
a.  Goiter : Tiroiditis Hashimoto, fase penyembuhan
setelah tiroiditis, defisiensi yodium
b. Non-goiter : destruksi pembedahan, kondisi
setelah pemberian yodium radioaktif atau radiasi
eksternal, agenesis, amiodaron.
Hipotiroidisme kelenjar Terjadi jika kelenjar hipofisis tidak menghasilkan
primer hipofisis cukup hormon perangsang tiroid (TSH) untuk
(pituitari) merangsang kelenjar tiroid untuk menghasilkan
jumlah tiroksin  yang cukup. Biasanya terjadi apabila
terdapat tumor di kelenjar hipofisis, radiasi atau
pembedahan yang menyebabkan kelenjar tiroid tidak
lagi dapat menghasilkan hormon yang cukup.
kegagalan hipotalamus (↓ TRH, TSH yang berubah-
ubah, ↓ T4 bebas) atau kegagalan pituitari (↓ TSH, ↓
T4 bebas).
Hipotiroidisme Hipotalamus Terjadi ketika hipotalamus gagal menghasilkan TRH
tersier yang cukup. Biasanya disebut juga disebut
hypothalamic-pituitary-axis hypothyroidism.

D. Komplikasi
1) Koma Miksedema
2) Penyakit jantung
3) Gangguan pertumbuhan dan perkembangan (kretinisme)
4) Kematian

E. Pengobatan
Pengobatan hipotiroidisme antara lain dengan pemberian tiroksin, biasanya
dimulai dalam dosis rendah ( 50µg/hari ). Khususnya pada pasien yang lebih tua atau
pada pasien dengan miksedema berat, dan setelah beberapa hari atau minggu, sedikit
demi sedikit ditingkatkan sampai akhirnya mencapai dosis pemeliharaan maksimal
150µg/hari. Pada dewasa muda, dosis pemeliharaan maksimal dapat dimulai secepatnya.
Pengukuran kadar TSH pada pasien hipotiroidisme primer dapat digunakan untuk
menentukan manfaat terapi pengganti. Kadar ini harus dipertahankan dalam kisaran
normal. Pengobatan yang adekuat pada pasien dengan hipotiroidisme sekunder sebaiknya
dengan mengikuti kadar tiroksin bebas (Price, 2006).

F. Pencegahan
Beberapa pencegahan yang dapat dilakukan untuk mencegah penyakit hipotiroid
ini antara lain:
a. Memastikan kebutuhan yodium tubuh tercukupi dengan tepat mulai dini
b. Pemeriksaan fungsi tiroid sejak dini jika pernah melakukan terapi radioiodium,
pembedahan, atau preparat antitiroid.
c. Pada pasien lansia yang mengalami hipotiroidisme ringan hingga sedang, terapi
penggantian hormone tiroid harus dimulai dengan dosisi rendah dan kemudian
ditingkatkan secara perlahan-lahansekali untuk mencegah efek samping
kardiovaskuler dan neurologi yang serius (Brunner & Suddarth: 2002).
d. Pada masa kehamilan hindari penggunaan obat-obatah antitiroid secara
berlebihan, yodium profilaksis pada daerah-daerah endemik, diagnosis dini
melalui pemeriksaan penyaringan pada neonatus.
e. Sedangkan pada hipotiroidisme dewasa dapat dilakukan dengan pemeriksaan
ulang tahunan.

G. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada penderita hipotiroid ini adalah
a. Pemeriksaan Laboratorium
1. Pemeriksaan T3 dan T4 serum
Jika kadar TSH meningkat, maka T4 menurun sehingga terjadi hipotiroid.
a. T3 serum(0,6 – 1,85 mg/dl)
b. T4 serum (4,8 – 12,0 mg/dl)
c. TSH (0,4 – 6,0 mg/dl)
2. Pemeriksaan TSH
TSH Diproduksi kelenjar hipofise merangsang kelenjar tiroid untuk membuat dan
mengeluarkan hormon tiroid. Saat kadar hormon tiroid menurun, maka TSH akan
menurun. Pemeriksaan TSH menggunakan uji sensitif merupakan scirining awal
yang direkomendasikan saat dicurigai penyakit tiroid (Rumahorbo, 1999). Dengan
mengetahui kadar TSH, maka dapat dibedakan anatara pasien
hipotiroid,hipertiroid dan orang normal. Pada dasar nya TSH nrmal dapat
menyingkirkan penyakit tiroid primer. Kadar TSH meningkat sehingga terjadi
hipotiroid.
b. Pemeriksaan Radiologis
Ambilain iodium radioaktif dan scan tiroid biasanya tidak banyak manfaatnya
pada hipotiroidisme. Tetapi Scan harus dilakukan jika terdapat keraguan mengenai
nodularitas tiroid. Scan tiroid bermanfaat untuk mendeteksi kelainan anatomi,
jaringan ektopik (tiroid lingual, tiroid mediastinum, trauma ovarii), tumor metastatik.
Pemeriksaan ini bermanfaat untuk mempelajarai nodul tiroid.
Ultrasonografi tiroid sangat bermanfaat untuk memastikan apakah nodul tiroid,
yang nonfungsional pada sidikan isotop, suatu kistik atau padat. Jika kistik, dilakukan
aspirasi dan pemeriksaan sitologisebagai pedoman keperluan pembedahan.
Pemeriksaan radiologis rangka menunjukkan tulang yang mengalami
keterlambatan dalam pertumbuhan, disgenesis epifisis, dan keterlambatan
perkembangan gigi. Tes-tes laboratorium yang digunakan untuk memastikan
hipotiroidisme antara lain kadar tiroksin dan triyodotironin serum yang rendah, BMR
yang rendah, dan peningkatan kolesterol (Price, 2006). Dalam hal ini, dapat dijumpai
kalsifikasi bilateral pada dasar tengkorak. Densitas tulang bisa normal atau meningkat
(Rumahorbo, 1999).
c. Pemeriksaan Fisik
Bila terdapat kecurigaan adanya hipotiroidisme, penemuan diferensial yang paling
penting pada pemeriksaan fisik adalah ada tidaknya goiter. Riwayat operasi tiroid
yang sebelumnya harus ditanyakan disamping pemeriksaan yang cermat terhadap
tanda-tanda hipotiroidisme termasuk hipotermia, bradikardi, kulit kering, rambut
kasar, bicara lambat, lidah tebal, dan pembengkakan periorbiotal. Tanda klinis yang
paling khusus pada hipotiroidisme adalah fasr relaksasi yang lambat pada refleks
tendon dalam (Stein, 2001).

H. Pathway
ASUHAN KEPERAWATAN ANAK
DENGAN HIPOTIROID

I. Biodata
A. Identitas Klien
Nama/Nama panggilan : An. K
Tempat tgl lahir/usia : Ambon, 23 April 2014/ 7 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Kristen Protestan
Pendidikan : SD
Alamat : Karang Panjang
Tgl masuk : 15/11/2021
Tgl pengkajian : 15/11/2021
Diagnosa medik : Hipotiroid
B. Identitas Orang tua
1) Ayah
Nama : Tn. S
Usia : 30 Tahun
Pendidikan : S1
Pekerjaan/sumber penghasilan : PNS
Agama : Kristen Protestan
Alamat: Karang Panjang
2) Ibu
Nama : Ny. S
Usia : 28 Tahun
Pendidikan : S1
Pekerjaan/Sumber penghasilan: PNS
Agama : Krsiten Protestan
Alamat: Karang Panjang
C. Identitas Saudara Kandung
No. Nama Usia Hubungan Status Kesehatan
1. - - - -

II. Riwayat Kesehatan


Keluhan Utama : Pasien datang dengan keluhan sesak nafas saat beraktivitas, tidak
memiliki nafsu makan, dan kesulitan buang air besar.
Riwayat Kesehatan Sekarang : Ibu klien mengatakan An. K sudah mengalami sesak
nafas dari 3 hari yang lalu, klien tampak sesak. An. K juga tidak memiliki nafsu
makan, dan kesulitan buang air besar. Pasien tampak sesak, Pasien tampak menggigil,
Kulit dingin, Tampak pucat. Saat dilakukan pemeriksaan tanda – tanda vita
didapatkan : Tekanan darah : 100/60 mmHg, Denyut nadi : 90x / menit, Suhu : 35 ̊ C,
Pernapasan : 24x/ menit.

III. Riwayat Imunisasi :


No. Jenis Imunisasi Waktu Pemberian Frekuensi Reaksi Setalah
Pemberian
1. BCG Sejak lahir (0-2 bulan) 1x Deman
2. DPT (I,II,III,IV) 3,5,7 bulan 3x Demam
3. Polio (I,II,III,IV) 0,2,4 dan 6 bulan 4x Demam
4. Campak 9 bulan 1x Demam
5. Hepatitis B 3 dan 5 bulan 2x Demam

IV. Riwayat Tumbuh Kembang


A. Pertumbuhan Fisik
1. Berat badan : 25 kg
2. Tinggi badan : 97 cm
3. Waktu tumbuh gigi : 1 Tahun
B. Perkembangan Tiap tahap Usia anak saat
1. Berguling : 4 bulan
2. Duduk : 7 bulan
3. Merangkak : 8 bulan
4. Berdiri : 9 bulan
5. Berjalan : 12 bulan
6. Berpakaian tanpa bantuan : 5 tahun
V. Riwayat Nutrisi
A. Pemberian ASI
1. Pertama kali disusui : dari baru lahir
2. Cara pemberian : Insiasi Menyusui dini (Menyusui langsung dari payudaya
ibu)
3. Lama pemberian : 2 tahun
B. Pemberian susu formula
1. Alasan pemberian : -
2. Jumlah pemberian : -
3. Cara pemberian :-
C. Pola perubahan nutrisi tiap tahap usia sampai nutrisi saat ini
Usia Jenis Nutrisi Lama Pemberian
1. 0-4 Bulan Asi Eksklusif 4 bulan
2. 4-12 Bulan Asi yang didampingi NPASI 12 bulan
3. Saat ini Makanan Padat (Nasi dan lauk) Samapai saat ini

VI. Riwayat Psikososial


a. Anak tinggal dengan : orang tua
b. Lingkungan berada di : Perumahan
c. Apakah ada tangga yang bisa berbahaya : Tidak
d. Hubungan antar anggota keluarga : Baik
e. Pengasuh anak : Orang Tua

VII. Riwayat Spiritual


a. Support sistem dalam keluarga : Orang Tua
b. Kegiatan keagamaan : Beribadah

VIII. Aktivitas sehari – hari


A. Nutrisi
Kondis Sebelum Sakit Saat Sakit
i
1. Selera makan Baik Menurun
2. Menu makan Nasi, Ikan dan sayur Bubur
3. Frekwensi makan 3x sehari 2x sehari
4. Makanan pantangan Tidak ada Tidak ada
5. Pembatasan pola makan Tidak ada Tidak ada
6. Cara makan Mandiri Disuapi Orang Tua
7. Ritual saat makan Nonton Youtube Nonton Youtube

B. Cairan
Kondisi Sebelum sakit Sesudah Sakit
1) Jenis minuman Air putih, susu Air putih, susu
2) Frekuensi minum 4-5x sehari (± 900-100cc) 4-5x sehari (± 900-100cc)
3) Kebutuhan cairan 1.000 cc 1.000cc
4) Cara pemenuhan Mandiri Mandiri

C. Eliminasi (BAB & BAK)


Kondisi Sebelum sakit Sesudah Sakit
BAB (Buang Air Besar)
1. Tempat pembuangan WC WC
2. Frekuensi (waktu) 1 – 2 x sehari Belum BAB
3. Konsistensi Padat -
4. Kesulitan - Sulit BAB
5. Obat pencahar - -
BAK (Buang Air Kecil)
1. Tempat pembuangan WC WC
2. Frekuensi (waktu) 3-4 x sehari 3-4 x sehari
3. Warna dan bau Kuning jernih, bau khas Kuning jernih, bau khas
4. Volume 500 cc 500 cc
5. Kesulitan - -

D. Istirahat Tidur
Kondisi Sebelum sakit Sesudah Sakit
1. Jam tidur
a. Siang 01.00 – 15.00 12.30 – 16.40
b. Malam 22.00 – 06.30 20.00 – 06.30
2. Pola tidur Teratur Lebih banyak ngantuk
3. Kebiasaan sebelum tidur Nonton Youtube Nonton Youtube
4. Kesulitan tidur - -

E. Olaragah
Kondisi Sebelum sakit Sesudah Sakit
1. Program olah raga - -
2. Jenis dan frekuensi - -
3. Kondisi setelah olahraga - -

F. Personal Hygiene
Kondisi Sebelum sakit Sesudah Sakit
1. Mandi
a. Cara Mandiri Diseka
b. Frekuensi 2x sehari 2x sehari
c. Alat mandi Shower Waslap
2. Cuci rambut
a. Frekuensi 1x sehari Belum mencuci rambut
b. Cara Mandiri -
3. Gunting kuku
a. Frekuensi Saat kuku panjang Belum gunting kuku
b. Cara Mandiri -
4. Gosok gigi
a. Frekuensi 3x sehari 2x sehari
b. Cara Mandiri dibantu

IX. Pemeriksaan Fisik


1. Kesadaran : Kompos Mentis
2. Tanda – tanda vital
a. Tekanan darah : 100/60 mmHg
b. Denyut nadi : 90x / menit
c. Suhu : 35 ̊ C
d. Pernapasan : 24x/ menit
3. Antropometri
a. Berat Badan : 25 kg
b. Tinggi Badan : 97 cm
4. Sistem pernapasan.
a. Hidung : Batang hidung rata, dasar hidung lebar, tidak ada edema,
tidak ada sekret atau darah, dan tidak ada deviasi septum.
b. Leher : Tidak teraba pembesaran kelenjar getah bening
c. Dada : Simetris saat inspirasi maupun ekspirasi
5. Sistem Indra.
a. Mata : Gerakan Bola mata normal
b. Hidung : Batang hidung rata, dasar hidung lebar, tidak ada edema,
tidak ada sekret atau darah, dan tidak ada deviasi septum.
c. Telinga : Telinga simetris kanan dan kiri, tidak ada serum, telinga
tampak bersih, tidak ada perdarahan, tidak ada nyeri pada telinga.
6. Sistem integumen
a. Rambut : Rambut kering, kasar, mudah rontok
b. Kulit : Kasar, tebal, dingin dan pucat
c. Kuku : Pertumbuhan kuku buruk, kuku menebal
7. Sistem Endokrin
a. Kelenjar thyroid : Produksi Hormon Tiroid rendah
b. Suhu tubuh : Penurunan suhu tubuh : 35 ̊ C
c. Tidak ada riwayat bekas air seni dikelilingi semut
8. Metabolik : Penurunan metabolisme basal, penurunan suhu tubuh, dan
intoleransi terhadap dingin.

X. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan kadar T3 dan T4 pada pasien yaitu : T3 = 15 pg/dl, dan kadar T4
20 pg/dl
b. Pemeriksaan TSH : < 0,005 µIU/ml.
Nama Pasien : An. K
No. Rekam medik : 1212123
Ruang rawat : Mawar
DATA FOKUS
Data Subjektif Data Objektif
 Pasien merasa sesak saat beraktivitas  Pasien tampak sesak
 Pasien merasa kedinginan dan  RR : 24x/menit
menggigil.  Pasien tampak menggigil
 Pasien tidak memiliki nafsu makan  Kulit dingin
 kesulitan buang air besar.  Tampak pucat
 Suhu tubuh : 35 ̊ C

ANALISIS DATA
NO DATA ETILOGI MASALAH
1. DS : Penurunan fungsi Pola nafas tidak
Pasien merasa sesak saat beraktivitas pernafasan efektif
DO :
 Pasien tampak sesak
 RR : 24x/menit
2. DS : Hipometabolisme Hipotermia
Pasien merasa kedinginan dan menggigil tubuh
DO :
 Pasien tampak menggigil
 Kulit dingin
 Tampak pucat
 Suhu tubuh : 35 ̊ C

DIAGNOSA KEPERAWATAN
1) Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan fungsi pernafasan. (D.0005)
2) Hipotermia berhubungan dengan hipometabolisme tubuh. (D.0132)
INTERVENSI KEPERAWATAN
Diagnosa Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Keperawatan
Pola nafas tidak efektif Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji dan pantau kecepatan, 1. Mengidentifikasi hasil pemeriksaan
berhubungan dengan keperawatan pasien irama, kedalaman, dan dasar untuk memantau perubahan
penurunan fungsi menunjukkan keefektifan upaya pernapasan selanjutnya dan mengevaluasi
pernafasan. (D.0005) pola napas dengan kriteria 2. Atur posisi pasien : efektifitas intervensi.
hasil : Semifowler 2. Untuk mengoptimalkan pernapasan
a. Pasien mengatakan 3. Anjurkan napas dalam 3. Untuk mengatur pernapasan
bahwa dirinya sudah melalui abdomen selama sehingga pasien dapat bernapas
tidak sesak lagi periode gawat napas tetap optimal selama sesak napas.
b. Pasien tampak 4. Kolaborasi dengan tim 4. Sebagai terapi pengobatan untuk
menunjukkan kesehatan lain terkait membantu memperluas jalan napas
kepatenan jalan napas pemberian obat pasien sehingga pasien dapat
c. RR 20x/menit bronkhodilator bernapas dengan optimal
Hipotermia Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji gejala hipotermia, 1. Mengetahui adanya hipotermian
berhubungan dengan keperawatan pasien seperti perubahan warna pada pasien untuk menentukan
hipometabolisme tubuh. menunjukkan termoregulasi kulit, kelelahan, intervensi selanjutnya.
(D.0132) yang normal dengan kriteria kelemahan. 2. Perubahan termoregulasi
hasil : 2. Kaji tanda-tanda vital dimanifestasi kliniskan dengan
a. Pasien merasa sudah 3. Berikan pakaian yang adanya perubahan tanda-tanda vital
tidak kedinginan dan hangat, kering, selimut terutama suhu tubuh
tidak menggigil. penghangat, alat-alat 3. Untuk membantu mempertahankan
b. Pasen tampak tidak pemanas mekanis, suhu dan meningkatkan termoregulasi
menggigil. ruangan yang disesuaikan, pasien
c. Kulit hangat berendam di air hangat,
d. Warna kulit normal dan minum air hangat
e. Suhu tubuh 36 C sesuai toleransi

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN


Tanggal/Waktu Diagnosa Implementasi Evaluasi
Keperawatan
15/11/2021 Pola nafas tidak efektif 1. Mengkaji dan pantau kecepatan, S : Pasien mengatakan bahwa sesaknya sudah
berhubungan dengan irama, kedalaman, dan upaya sedikit berkurang
penurunan fungsi pernapasan O:
pernafasan. 2. Mengatur posisi pasien : Semifowler  Pasien mulai tampak menunjukkan
3. Menganjurkan pasien napas dalam kepatenan jalan napas
melalui abdomen selama periode  RR : 22x/menit
gawat napas A : Masalah sebagian
4. Kolaborasi dengan tim kesehatan P : Intervensi dilanjutkan
lain terkait pemberian obat
bronkhodilator
Hipotermia 1. Mengkaji gejala hipotermia, seperti S : Pasien merasa sudah tidak kedinginan dan
berhubungan dengan perubahan warna kulit, kelelahan, tidak menggigil
hipometabolisme tubuh. kelemahan. O:
2. Mengkaji tanda-tanda vital a. Pasien tampak tidak menggigil
3. Berikan pakaian yang hangat, kering, b. Kulit hangat
selimut penghangat, alat-alat c. Warna kulit normal
pemanas mekanis, suhu ruangan d. Suhu tubuh 36 C
yang disesuaikan, berendam di air A : Masalah teratasi
hangat, dan minum air hangat sesuai P : Intervensi dihentikan
toleransi
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Sistem hormonal yang berkaitan dengan pengaturan berbagai fungsi metabolisme
tubuh, seperti pengaturan kecepatan reaksi kimia di dalam sel atau pengangkutan bahan –
bahan melewati membran sel atau aspek lain dari metabolisme sel seperti pertumbuhan
dan sekresi. Hormon tersebut dikeluarkan oleh sistem kelenjar atau struktur lain yang
disebut sistem endokrin.
Hipotiroidisme merupakan keaadaan yang ditandai dengan terjadinya hipofungsi
tiroid yang berjalan lambat yang diikuti oleh gejala-gejala kegagalan tiroid. Keadaan ini
terjadi akibat kadar hormon tiroid berada dibawah nilai optimal.

Anda mungkin juga menyukai