Anda di halaman 1dari 12

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI PERGURUAN TINGGI

Makalah

Mata Kuliah : ISU-ISU KONTEMPORER PAI

Dosen : Prof.Dr. Adang Hambali,M.Pd

Disusun Oleh :

NAMA : ANI JAILANI


NIM : 218004025

PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG
TAHUN 2019

1
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Berbagai krisis multidimensional yang sedang dialami oleh bangsa
Indonesia memang tidak bisa hanya dilihat dan di atasi melalui pendekatan mono-
dimensional. Namun demikian, karena segala krisis tersebut berpangkal dan krisis
akhlak atau moral, maka pendidikan agama dipandang memiliki peranan yang
sangat vital dalam membangun watak dan peradaban bangsa yang bermartabat.
Untuk itu pendidikan Agama Islam hadir dihadirkan sebagai upaya
membendung dan memecahkan permasalahan tersebut melalui pendidikan dan
pembinaan para generasi penerus bangsa sebagai upaya tercapainya tujuan
Pendidikan Nasional yang melahirkan manusia yang beriman dan bertakwa kepada
Allah SWT serta berakhlakul karimah. Pada level pendidikan di Perguruan Tinggi
Umum (PTU) Pendidikan Agama adalah salah satu mata kuliah dalam kurikulum,
bahkan menjadi mata kuliah strategis dalam pengembangan kepribadian. Bersama
mata kuliah Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Mata Kuliah Pendidikan
Agama menjadi mata kuliah wajib yang harus diajarkan pada semua program studi.
Tujuannya adalah membangun karakter mahasiswa yang unggul, kepribadian
mulia, memiliki kesadaran berbangsa dan bernegara serta kesadaran kemanusiaan
secara luas.1
Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam di perguruan tinggi umum (PTU)
telah memperoleh landasan yang kokoh sejak dikeluarkan Ketetapan MPRS Nomor
II Tahun 1960 dan Undang-Undang Perguruan Tinggi Nomor 22 Tahun 1961, yang
mewajibkan pengajaran mata kuliah agama di perguruan tinggi negeri.
Dalam rumusan Kepmen Diknas Nomor:232/U/2000, dijelaskan bahwa
mata kuliah PAI di Perguruan Tinggi bertujuan untuk membantu terbinanya
mahasiswa yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berbudi
pekerti luhur, berpikir filosofis, bersikap rasional dan dinamis, berpandangan luas,

1
Sulaiman, Rusydi, Pendidikan (Agama) Islam di Perguruan Tinggi: Tawaran Dimensi
Esoterik Agama untuk Penguatan SDM, (MADANIA: Jurnal Kajian Keislaman IAIN Bengkulu,
Vol. 19 No. 2 2015)

2
ikut serta dalam kerjasama antar umat beragama dalam rangka pengembangan dan
pemanfaatan ilmu dan teknologi serta seni untuk kepentingan manusia dan nasional.
Namun demikian, dalam praktiknya di perguruan tinggi masih belum berjalan
sebagaimana yang diharapkan. Kenyataan tersebut menggaris bawahi bahwa di satu
sisi dalam upaya tercapainya tujuan diatas pemerintah dengan beberapa keputusan dan
kebijakan yang diambil kadang-kadang terkesan menggebu-gebu dan idealis, tetapi di
sisi lain para pelaksana di lapangan kadang-kadang mengalami beberapa hambatan dan
kesulitan untuk merealisasikannya atau bahkan intensitas pelaksanaan dan
efektivitasnya masih dipertanyakan.2 Hal ini mungkin disebabkan oleh kurangnya
kejelasan dan Lemahnya pemahaman paradigma (jendela pandang) pengembangan
pendidikan agama Islam itu sendiri, yang berimplikasi pada orientasi dan langkah, atau
ketidakjelasan wilayah dan arah pengembangannya.3
Untuk itu dalam kajian makalah ini akan sedikit membahas tentang
implementasi Pendidikan Agama Islam di Perguruan Tinggi dan kebijakan-kebijakan
pemerindah dalam mengatur pelaksanaan Pendidikan PAI di Perguruan Tinggi serta
upaya pengembangan kurikulum sebagai landasan dalam peksanaan pembelajaran
Pendidikan Agama Islam di Perguruan Tinggi.

B. Latar Belakang Masalah


Dari pemeparan latar belakang diatas yang menjelaskan realita dan
permasalaha yang timbul didalam pelaksanaan Pendidikan Agama Islam di
Perguruan Tinggi, maka rumusan dalam makalah ini di rumuskan sebagai bberikut;
1. Bagaimana penyelenggaraan PAI di tingkat Perguruan tinggi?
2. Bagaimana model pembelajaran yang diterapkan dalam pembelajaran PAI
di Pergutuan Tinggi?
3. Bagaimana proses perkembangan dan pengembangan kurikulum PAI di
Perguruan Tinggi?
4. Bagaiman kebijakan-kebijakan yang di rumuskan dan di implemtasikan
didalam Pendidikan Agama Islam di Perguruuan Tinggi.

2
Muhaimin, Rekonstruksi Pendidikan Islam: Dari Paradigma Pengembangan,
Manajemen Kelembagaan, Kurikulum hingga Strategi Pembelajaran. hlm. 53.
3
Muhaimin, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam di Sekolah, Madrasah,
dan Perguruan Tinggi, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2005), hlm. 17.

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pendidikan Agama Islam di Perguruan Tinggi Umum


Pendidikan Agama Islam adalah salah satu mata kuliah dalam kurikulum
perguruan tinggi umum, bahkan menjadi mata kuliah strategis dalam
pengembangan kepribadian. Bersama mata kuliah Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan, Mata Kuliah Pendidikan Agama menjadi mata kuliah wajib
yang harus diajarkan pada semua program studi. Tujuannya adalah membangun
karakter mahasiswa yang unggul, kepribadian mulia, memiliki kesadaran berbangsa
dan bernegara serta kesadaran kemanusiaan secara luas. Dalam hal ini Sulaiman,
menawarkan dimensi esoterik agama diperlukan dalam rangka penguatan SDM.4
Pada beberapa daerah yang mayoritas masyarakatnya beragama Islam,
Perguruan Tinggi di daerah tersebut mengakomodir tuntutan kurikulum tersebut
dalam bentuk pembelajaran pendidikan agama Islam. Mardiatmaja, sebagaimana
dikutip oleh Budianto mengemukakan bahwa pendidikan Agama Islam (PAI) di
Perguruan Tinggi Umum (PTU) merupakan kelanjutan dari pengajaran yang
diterima oleh peserta didik mulai dari Tingkat Dasar, Sekolah Menegah Pertama
dan Atas.5
Pendidikan Agama Islam (PAI) sebagai bagian dari MPK, dalam surat
keputusan Dirjen Dikti tersebut disebutkan bahwa, Pendidikan Agama Islam
meliputi pokok-pokok bahasan yaitu: 1) Manusia dan Agama; 2) Agama Islam; 3)
Sumber ajaran Islam; 4) Kerangka Dasar Ajaran Islam; 5) Aqidah; 6) Syari’ah,
Ibadah dan Mu’amalah; 7) Akhlaq; 8) Taqwa; 9) Ilmu Pengetahuan dalam Islam;
10) Disiplin Ilmu dalam Islam. Dari pokok-pokok bahasan tersebut, kemudian
disusunlah materi pembelajaran matakuliah pendidikan agama Islam berdasarkan
Modul Acuan Proses Pembelajaran Matakuliah Pengembangan Kepribadian
(MPK) Pendidikan Agama Islam sebagai berikut :

4
Sulaiman, Rusydi, Pendidikan (Agama) Islam di Perguruan Tinggi: Tawaran Dimensi
Esoterik Agama untuk Penguatan SDM, (MADANIA: Jurnal Kajian Keislaman IAIN Bengkulu,
Vol. 19 No. 2 2015)
5
Sastramayani, S., & Sabdah, S. (2017). Pendidikan Agama Islam Di Perguruan Tinggi
Umum: Studi Kasus Di Universitas Lakidende. Shautut Tarbiyah, 22(2), 138-155.

4
Berdasarkan topik-topik di atas, maka tenaga pengajar merumuskan satuan acara
pembelajaran (SAP) agar pembelajaran PAI terkelola dengan baik. Jumlah SKS
untuk mata kuliah Pendidikan Agama Islam di PTU biasanya dua (2) SKS, yang
sesungguhnya dibutuhkan lebih dari itu untuk mendapatkan hasil belajar yang
maksimal. Sebagai pelaksana pembelajaran, guru PAI sejatinya memiliki
kompetensi yang benar-benar terukur. Hal ini memunculkan gagasan tentang
perlunya standarisasi dosen PAI di Perguruan Tinggi Umum.
Terkait hal ini Hidayatullah, mengemukakan bahwa:
1. Dosen PAI adalah agen pembelajaran yang berkompetensi menjalankan
tugas untuk menyalurkan pengetahuan (transfer of knowledge) serta
nilainilai (transfer of value) dalam rangka mengembangkan fitrah dan
kemampuan dasar yang dimiliki peserta didik supaya berkembang secara
optimal. Peran utama dosen PAI adalah sebagai pengajar, pembimbing, dan
pelatih. Dalam hal ini ia dituntut untuk menguasai kemampuan yang
disebut dengan kompetensi.
2. Kompetensi dosen PAI adalah pengetahuan tentang agama Islam,
keterampilan, dan nilai-nilai yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir
dan bertindak yang dimiliki oleh setiap dosen PAI dalam memberikan
pendidikan, pengajaran, bimbingan, dan pelatihan kepada peserta didiknya.
Secara umum dalam melaksanakan tugasnya, ia dituntut untuk mempunyai
kemampuan dalam menggunakan strategi dan metode pembelajaran
(kompetensi pedagogik), menguasai materi dan bahan ajar (kompetensi
profesional), memiliki sikap dan kepribadian yang baik (kompetensi
kepribadian), dan mampu berinteraksi secara baik dengan mahasiswa,
sesama pendidik, dan pengabdian pada masyarakat masyarakat
(kompetensi sosial).
3. Seorang dosen PAI juga harus mengembangkan kompetensi yang dimiliki
secara kontinue. Hal ini dapat dilakukan dengan cara melanjutkan
pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Karena dosen perlu
mengembangkan wawasan pengetahuannya. Selain itu ia dapat mengikuti
seminar, memanfaatkan jurnal-jurnal Perguruan Tinggi, dan aktif dala
penelitian-penelitian ilmiah.

5
4. Paradigma baru pembelajaran pada era globalisasi memberikan tantangan
yang besar bagi dosen PAI untuk lebih meningkatkan kompetensi dan
profesionalitasnya terutama di bidang ilmu teknologi dan informasi.6

B. Studi Kebijakan Pendidikan Agama Islam Di Perguruan Tinggi Umum


(PTU)
Di Indonesia terdapat beberapa kebijakan yang dikembangkan dalam
rangka meningkatkan kualitas pendidikan agama islam dan sekaligus hendak
memberikan kontribusi dalam menjabarkan makna dari pendidikan nasional.
1. Kebijakan tentang fungsi pendidikan nasional
Kebijakan ini termuat didalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN) Bab II pasal 3 disebutkan bahwa pendidikan
nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,
bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga yang demokratis serta bertanggung jawab.
2. Tentang Rambu-Rambu Pelaksanaan Kelompok Mata Kuliah Pengembangan
Kepribadian (MPK) di Perguruan Tinggi
Keputusan Dirjen Dikti Depdiknas RI Nomor: 43/DIKTI/Kep/2006 bahwa visi
kelompok mata kuliah pengembangan kepribadian (MPK) termasuk di dalamnya
pendidikan agama di perguruan tinggi merupakan sumber nilai dan pedoman dalam
pengembangan dan penyelenggaraan program studi guna mengantarkan mahasiswa
memantapkan kepribadiannya sebagai manusia Indonesia seutuhnya.7
Kewajiban penyelenggara pendidikan untuk mengadakan kurikulum
pendidikan agama sejalan dengan kurikulum wajib lainnya menunjukan perhatian
yang besar dari para pengambil kebijakan negara terhadap pentingnya arti
pendidikan agama dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional itu sendiri.8

6
Novayani, I. (2018). Studi Kebijakan Pengembangan Pendidikan Agama Islam di Sekolah
dan Perguruan Tinggi Umum (Ptu). At-Tadbir: Jurnal Manajemen Pendidikan Islam, 2(1), 1-16.
7
Muhaimin, Rekonstruksi Pendidikan Islam: Dari Paradigma Pengembangan,
Manajemen Kelembagaan, Kurikulum hingga Strategi Pembelajaran., (Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada, 2009), H 53
8
Nurhayati Djamas, Dinamika Pendidikan Islam di Indonesia Pascakemerdekaan,
(Jakarta Rajawali Pers, 2009), H 137

6
Kurikulum dan materi pendidikan agama yang dituangkankedalambentuk GBPP
(Garis-garis Besar Program Pembelajaran) merujuk kepada kebijakan pemerintah.
Arah, tujuan, dan ruang lingkup materi pendidikan agama Islam dapat dilihat dari
GBPP1994 dan 1999.
Dalam GBPP Pendidikan Agama Islam 1994 disebutkan tujuan pendidikan
agama Islam, yaitu untuk meningatakan, pemahaman, penghayatan dan
pengamalan peserta didik tentang agama Islam sehingga menjadi manusia muslim
yang beriman dan bertakwa kepada Allah Swt., serta berakhlak mulia dalam
kehidupan pribadi,bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Dalam GBPP 1999,
rumusan tersebut lebih diperingkas lagi dengan kandungan pengertian yang tidak
berbeda, yaitu agar siswa memahami, menghayati, meyakini, dan mengamalkan
ajaran Islam sehingga menjadi manusia muslim yang beriman dan bertakwa kepada
Allah SWT dan berakhlak mulia.9

C. Pengembangan Kurikulum PAI di PTU


Pendidikan Agama Islam (PAI) sebagai salah satu bagian dari mata kuliah
Pendidikan Agama juga mengalami bongkar-pasang standar isi. Sejak Orde
Reformasi, mata kuliah PAI telah mengalami perubahan sebanyak tiga kali, yakni:
kurikulum PAI tahun 2000, tahun 2002, dan tahun 2013.
Sebagai catatan awal, pada tahun 2000, Pemerintah melalui Direktur Jenderal
Perguruan Tinggi (Dikti) mengeluarkan Surat Keputusan Nomor:
263/DIKTI/KEP/2000 tentang Penyempurnaan Kurikulum Inti Mata Kuliah
Pengembangan Kepribadian Pendidikan Agama pada Perguruan Tinggi di
Indonesia. Tidak sampai dua tahun, Dikti kembali melakukan perombakan terhadap
kurikulum Pendidikan Agama di Perguruan Tinggi Umum melalui Surat Keputusan
Nomor: 38/DIKTI/ KEP/2002.
Terbaru, kurikulum PAI kembali berubah menyesuaikan dengan kurikulum
tahun 2013. Hal yang paling menonjol dari rekonstruksi kurikulum terakhir ini
adalah pendekatan pembelajarannya. Pelaksanaan pembelajaran PAI diharapkan
berbasis proses keilmuan (scientific approach) dengan cara mengaktifkan
mahasiswa (student centered) untuk membangun pengetahuan (epistemological

9
Nurhayati Djamas, Dinamika Pendidikan Islam, hlm. 139.

7
approaches). Singkatnya, pembelajaran PAI lebih berorientasi pada aktivitas
(activity based), bukan materi (content base) (Court, 2013: 251-263).
Menurut Muhaimin (2003:94), untuk mengembangkan Pendidikan Agama
Islam di PTU diperlukan interelasi antara beberapa komponen, yaitu: input
(mahasiswa dengan berbagai latar belakangnya), program pendidikan (kurikulum
PAI), tenaga kePendidikan Agama Islam, sarana/prasarana, biaya, manajemen,
proses pembelajaran PAI, dan lingkungan yang kondusif sehingga menghasilkan
out put atau hasil Pendidikan Agama Islam yang diharapkan.
Tertuang dalam Keputusan Dirjen Dikti Depdiknas RI Nomor:
38/DIKTI/Kep/2002 Tentang Rambu-Rambu Pelaksanaan Mata Kuliah
Pengembangan Kepribadian di Perguruan Tinggi, maka dapat dirinci sebagai
berikut:
1. Substansi kajian Mata Kuliah Pendidikan Agama Islam meliputi:
a) Tuhan yang Maha Esa dan Ketuhanan, mencakup: (1) Keimanan dan
ketaqwaan (2) filsafat ketuhanan (teologi).
b) Manusia: (1) hakekat manusia; (2) hakekat dan martabat manusia; (3)
tanggungjawab manusia.
c) Moral, menyangkut implementasi iman dan taqwa dalam kehidupan
bersama sehari-hari.
d) Ilmu pengetahuan, teknologi dan seni: (1) iman, ilmu dan amal
sebagai kesatuan; (2) kewajiban menuntut ilmu dan mengamalkan
ilmu; (3) tanggungjawab terhadap alam dan lingkungan.
e) Kerukunan antar umat beragama: (1) agama merupakan rahmat bagi
semua; (2) hakekat kebersamaan dalam pluralitas beragama.
f) Masyarakat: (1) peran umat beragama dalam mewujudkan masyarakat
madani yang sejahtera; (2) tanggungjawab umat beragama dalam
mewujudkan hak-hak asasi manusia (HAM) dan demokrasi.
g) Budaya, menyangkut tanggungjawab umat beragama dalam
mewujudkan cara berfikir kritis (akademik), bekerja keras dan
bersikap fair.
h) Politik, menyangkut kontribusi agama dalam kehidupan politik
berbangsa dan bernegara.

8
i) Hukum, meliputi: (1) menumbuhkan kesadaran untuk taat hukum Tuhan;
(2) peran agama dalam perumusan dan penegakan hukum yang adil; (3)
fungsi profetik agama dalam hukum.10

2. Metode pembelajaran:
a. Pendekatan: menempatkan mahasiswa sebagai subyek pendidikan, mitra
dalam proses pembelajaran, dan sebagai umat, anggota keluarga,
masyarakat dan warga negara.
b. Metode proses pembelajaran: pembahasan secara kritis analitis, induktif,
deduktif dan reflektif melalui dialog kreatif yang bersifat partisipatoris
untuk meyakini kebenaran substansi dasar kajian.
c. Bentuk aktivitas proses pembelajaran: kuliah tatap muka, ceramah, dialog
(diskusi) interaktif, studi kasus, penugasan mandiri, seminar kecil dan
evaluasi proses belajar.
d. Motivasi: menumbuhkan kesadaran bahwa proses belajar mengembangkan
kepribadian merupakan kebutuhan hidup.
3. Beban studi minimal untuk mata kuliah pendidikan agama Islam sebanyak 2
(dua) sks.

D. Implementasi Pendidikan Agama Islam di Perguruan Tinggi Umum


Perguruan tinggi merupakan salah satu lembaga pendidikan yang secara
formal diserahi tugas dan tanggung jawab mempersiapkan mahasiswa sesuai
dengan tujuan pendidikan nasional, yaitu mengisi kebutuhan masyarakat akan
tersedianya tenaga ahli dan tenaga terampil dengan tingkat dan jenis kemampuan
yang sangat beragam. Berdasarkan hal tersebut, struktur perguruan tinggi di
Indonesia dapat dikelompokkan ke dalam dua kategori yaitu: Pertama, Perguruan
Tinggi Umum (PTU) yang dikelola oleh Departemen Pendidikan Nasional Kedua,
Perguruan Tinggi Agama Islam (PTAI) yang dikelola oleh Departemen Agama.11

10
Ridho, R. (2016). IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA
ISLAM DI PERGURUAN TINGGI UMUM. Tarbawi: Jurnal Ilmu Pendidikan, 1(2).
11
Samsul Nizar dan Muhammad Syaifudin, Isu-Isu Kontemporer Tentang Pendidikan Islam,
(Jakarta: Kalam Mulia, 2010), hlm. 236.

9
Berbeda dengan penyelenggaraan pendidikan agama Islam di Perguruan Tinggi
Umum (PTU), dimana bertujuan untuk memenuhi kewajiban setiap orang mengetahui
dasar-dasar ajaran agama sebagai seorang pemeluk agama, kurikulum pendidikan
agama Islam di Perguruan Tinggi Umum (PTU) hanya merupakan mata kuliah
pengembangan kepribadian, bukan merupakan mata kuliah dasar keahlian dan mata
kuliah keahlian, dan kondisi perbedaan latar belakang keagamaan mahasiswanya.12
Implementasi pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) antara di
Perguruan Tinggi Agama Islam (PTAI) dan di Perguruan Tinggi Umum (PTU)
sangatlah berbeda. Hal ini dapat dilihat dari tujuan penyelenggaraan pendidikan
agama Islam yang berbeda dari dua kelompok perguruan tinggi tersebut, dimana
tujuan penyelenggaraan pendidikan agama Islam di Perguruan Tinggi Agama Islam
(PTAI) yaitu mencetak para ahli agama (ulama) dalam semua tingkat,
kurikulumnya juga lebih dominan menekankan aspek keagamaan Islam serta
nuansa dan lingkungan yang religius juga lebih kentara (tampak) di kampus atau
universitas yang berciri khas agama Islam.
Berbeda dengan penyelenggaraan pendidikan agama islam di perguruan
Tinggi Umum (PTU), dimana bertujuan untuk memenuhi kewajiban setiap orang
mengetahui dasar ajaran agamanya sebagai seorang pemeluk agama, urikulum
pendidikan agama Islam di Perguruan Tinggi Umum (PTU) hanya merupakan mata
kuliah pengembangan kepribadian, bukan merupakan mata kuliah dasar keahlian
dan mata kuliah keahlian, dan kondisi perbedaan latar belakang keagamaan maha
siswanya juga bermacam-macam, dalam arti mahasiswa di PTU lebih bersifat
heterogen, jadi dengan keadaan yang seperti itu, sangat sulit untuk menciptakan
lingkungan yang religious bernuansa Islami.13

12
Fathurrohman, N. (2018). KONSEP KURIKULUM MATA KULIAH PENDIDIKAN
AGAMA ISLAM DI PERGURUAN TINGGI UMUM BERBASIS KKNI (Studi Implementasi
Pembelajaran MKWU-PAI di Unsika). Jurnal Pendidikan Islam Rabbani, 2(1).
13
Fathurrohman, N. (2018). Jurnal Pendidikan Islam Rabbani, 2(1).

10
KESIMPULAN

Setelah mengkaji tentang studi kebijakanpengembangan pendidikan agama


Islam di sekolah dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:
a. Terdapat beberapa kebijakan yang diambil dan dikembangkan di Indonesia
dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan agama dan Sekaligus
hendak memberikan kontribusi dalam menjabarkan makna dari pendidikan
nasional.
b. Model-model pengembangan Pendidikan Agama Islam di sekolah dan
Perguruan Tinggi Umum (PTU) yakni model dikotomis, model mekanisme,
dan model organism atau sistemik.
c. Penyelenggaraan pendidikan agama di perguruan tinggi Umum
diselenggarakan berdasarkan Undang Sistem Pendidikan Nasional.
Pendidikan Agama Islam (PAI) merupakan salah satu mata pelajaran wajib
yang harus diajarkan di setiap jalur, jenis dan jenjang pendidikan nasional,
tidak terkecuali pada perguruan tinggi umum maupun Swasta,
d. Dalam struktur kurikulum nasional pendidikan tinggi, matakuliah
pendidikan agama Islam merupakan mata kuliah wajib diikuti oleh semua
mahasiswa yang beragama Islam di seluruh perguruan tinggi umum, di
setiap jurusan, program dan jenjang pendidikan, baik di perguruan tinggi
negeri maupun di swasta. Hal itu menunjukkan bahwa pemerintah
memandang penting pendidikan agama diajarkan di perguruan tinggi
umum.

11
DAFTAR PUSTAKA

Fathurrohman, N. (2018). KONSEP KURIKULUM MATA KULIAH


PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI PERGURUAN TINGGI UMUM
BERBASIS KKNI (Studi Implementasi Pembelajaran MKWU-PAI di
Unsika). Jurnal Pendidikan Islam Rabbani, 2(1).
Muhaimin, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam di Sekolah,
Madrasah, dan Perguruan Tinggi, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,
2005), hlm. 17.
Muhaimin, Rekonstruksi Pendidikan Islam: Dari Paradigma Pengembangan,
Manajemen Kelembagaan, Kurikulum hingga Strategi Pembelajaran.,
(Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2009), H 53
Nurhayati Djamas, Dinamika Pendidikan Islam di Indonesia Pascakemerdekaan,
(Jakarta Rajawali Pers, 2009), H 137
Novayani, I. (2018). Studi Kebijakan Pengembangan Pendidikan Agama Islam di
Sekolah dan Perguruan Tinggi Umum (Ptu). At-Tadbir: Jurnal
Manajemen Pendidikan Islam, 2(1), 1-16.

Ridho, R. (2016). IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA


ISLAM DI PERGURUAN TINGGI UMUM. Tarbawi: Jurnal Ilmu
Pendidikan, 1(2).
Sulaiman, Rusydi, Pendidikan (Agama) Islam di Perguruan Tinggi: Tawaran
Dimensi Esoterik Agama untuk Penguatan SDM, (MADANIA: Jurnal
Kajian Keislaman IAIN Bengkulu, Vol. 19 No. 2 2015)
Sastramayani, S., & Sabdah, S. (2017). Pendidikan Agama Islam Di Perguruan
Tinggi Umum: Studi Kasus Di Universitas Lakidende. Shautut
Tarbiyah, 22(2), 138-155.
Samsul Nizar dan Muhammad Syaifudin, Isu-Isu Kontemporer Tentang Pendidikan
Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2010), hlm. 236.

12

Anda mungkin juga menyukai