Makalah
Disusun Oleh :
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG
TAHUN 2019
1
BAB I
PENDAHULUAN
1
Sulaiman, Rusydi, Pendidikan (Agama) Islam di Perguruan Tinggi: Tawaran Dimensi
Esoterik Agama untuk Penguatan SDM, (MADANIA: Jurnal Kajian Keislaman IAIN Bengkulu,
Vol. 19 No. 2 2015)
2
ikut serta dalam kerjasama antar umat beragama dalam rangka pengembangan dan
pemanfaatan ilmu dan teknologi serta seni untuk kepentingan manusia dan nasional.
Namun demikian, dalam praktiknya di perguruan tinggi masih belum berjalan
sebagaimana yang diharapkan. Kenyataan tersebut menggaris bawahi bahwa di satu
sisi dalam upaya tercapainya tujuan diatas pemerintah dengan beberapa keputusan dan
kebijakan yang diambil kadang-kadang terkesan menggebu-gebu dan idealis, tetapi di
sisi lain para pelaksana di lapangan kadang-kadang mengalami beberapa hambatan dan
kesulitan untuk merealisasikannya atau bahkan intensitas pelaksanaan dan
efektivitasnya masih dipertanyakan.2 Hal ini mungkin disebabkan oleh kurangnya
kejelasan dan Lemahnya pemahaman paradigma (jendela pandang) pengembangan
pendidikan agama Islam itu sendiri, yang berimplikasi pada orientasi dan langkah, atau
ketidakjelasan wilayah dan arah pengembangannya.3
Untuk itu dalam kajian makalah ini akan sedikit membahas tentang
implementasi Pendidikan Agama Islam di Perguruan Tinggi dan kebijakan-kebijakan
pemerindah dalam mengatur pelaksanaan Pendidikan PAI di Perguruan Tinggi serta
upaya pengembangan kurikulum sebagai landasan dalam peksanaan pembelajaran
Pendidikan Agama Islam di Perguruan Tinggi.
2
Muhaimin, Rekonstruksi Pendidikan Islam: Dari Paradigma Pengembangan,
Manajemen Kelembagaan, Kurikulum hingga Strategi Pembelajaran. hlm. 53.
3
Muhaimin, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam di Sekolah, Madrasah,
dan Perguruan Tinggi, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2005), hlm. 17.
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
Sulaiman, Rusydi, Pendidikan (Agama) Islam di Perguruan Tinggi: Tawaran Dimensi
Esoterik Agama untuk Penguatan SDM, (MADANIA: Jurnal Kajian Keislaman IAIN Bengkulu,
Vol. 19 No. 2 2015)
5
Sastramayani, S., & Sabdah, S. (2017). Pendidikan Agama Islam Di Perguruan Tinggi
Umum: Studi Kasus Di Universitas Lakidende. Shautut Tarbiyah, 22(2), 138-155.
4
Berdasarkan topik-topik di atas, maka tenaga pengajar merumuskan satuan acara
pembelajaran (SAP) agar pembelajaran PAI terkelola dengan baik. Jumlah SKS
untuk mata kuliah Pendidikan Agama Islam di PTU biasanya dua (2) SKS, yang
sesungguhnya dibutuhkan lebih dari itu untuk mendapatkan hasil belajar yang
maksimal. Sebagai pelaksana pembelajaran, guru PAI sejatinya memiliki
kompetensi yang benar-benar terukur. Hal ini memunculkan gagasan tentang
perlunya standarisasi dosen PAI di Perguruan Tinggi Umum.
Terkait hal ini Hidayatullah, mengemukakan bahwa:
1. Dosen PAI adalah agen pembelajaran yang berkompetensi menjalankan
tugas untuk menyalurkan pengetahuan (transfer of knowledge) serta
nilainilai (transfer of value) dalam rangka mengembangkan fitrah dan
kemampuan dasar yang dimiliki peserta didik supaya berkembang secara
optimal. Peran utama dosen PAI adalah sebagai pengajar, pembimbing, dan
pelatih. Dalam hal ini ia dituntut untuk menguasai kemampuan yang
disebut dengan kompetensi.
2. Kompetensi dosen PAI adalah pengetahuan tentang agama Islam,
keterampilan, dan nilai-nilai yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir
dan bertindak yang dimiliki oleh setiap dosen PAI dalam memberikan
pendidikan, pengajaran, bimbingan, dan pelatihan kepada peserta didiknya.
Secara umum dalam melaksanakan tugasnya, ia dituntut untuk mempunyai
kemampuan dalam menggunakan strategi dan metode pembelajaran
(kompetensi pedagogik), menguasai materi dan bahan ajar (kompetensi
profesional), memiliki sikap dan kepribadian yang baik (kompetensi
kepribadian), dan mampu berinteraksi secara baik dengan mahasiswa,
sesama pendidik, dan pengabdian pada masyarakat masyarakat
(kompetensi sosial).
3. Seorang dosen PAI juga harus mengembangkan kompetensi yang dimiliki
secara kontinue. Hal ini dapat dilakukan dengan cara melanjutkan
pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Karena dosen perlu
mengembangkan wawasan pengetahuannya. Selain itu ia dapat mengikuti
seminar, memanfaatkan jurnal-jurnal Perguruan Tinggi, dan aktif dala
penelitian-penelitian ilmiah.
5
4. Paradigma baru pembelajaran pada era globalisasi memberikan tantangan
yang besar bagi dosen PAI untuk lebih meningkatkan kompetensi dan
profesionalitasnya terutama di bidang ilmu teknologi dan informasi.6
6
Novayani, I. (2018). Studi Kebijakan Pengembangan Pendidikan Agama Islam di Sekolah
dan Perguruan Tinggi Umum (Ptu). At-Tadbir: Jurnal Manajemen Pendidikan Islam, 2(1), 1-16.
7
Muhaimin, Rekonstruksi Pendidikan Islam: Dari Paradigma Pengembangan,
Manajemen Kelembagaan, Kurikulum hingga Strategi Pembelajaran., (Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada, 2009), H 53
8
Nurhayati Djamas, Dinamika Pendidikan Islam di Indonesia Pascakemerdekaan,
(Jakarta Rajawali Pers, 2009), H 137
6
Kurikulum dan materi pendidikan agama yang dituangkankedalambentuk GBPP
(Garis-garis Besar Program Pembelajaran) merujuk kepada kebijakan pemerintah.
Arah, tujuan, dan ruang lingkup materi pendidikan agama Islam dapat dilihat dari
GBPP1994 dan 1999.
Dalam GBPP Pendidikan Agama Islam 1994 disebutkan tujuan pendidikan
agama Islam, yaitu untuk meningatakan, pemahaman, penghayatan dan
pengamalan peserta didik tentang agama Islam sehingga menjadi manusia muslim
yang beriman dan bertakwa kepada Allah Swt., serta berakhlak mulia dalam
kehidupan pribadi,bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Dalam GBPP 1999,
rumusan tersebut lebih diperingkas lagi dengan kandungan pengertian yang tidak
berbeda, yaitu agar siswa memahami, menghayati, meyakini, dan mengamalkan
ajaran Islam sehingga menjadi manusia muslim yang beriman dan bertakwa kepada
Allah SWT dan berakhlak mulia.9
9
Nurhayati Djamas, Dinamika Pendidikan Islam, hlm. 139.
7
approaches). Singkatnya, pembelajaran PAI lebih berorientasi pada aktivitas
(activity based), bukan materi (content base) (Court, 2013: 251-263).
Menurut Muhaimin (2003:94), untuk mengembangkan Pendidikan Agama
Islam di PTU diperlukan interelasi antara beberapa komponen, yaitu: input
(mahasiswa dengan berbagai latar belakangnya), program pendidikan (kurikulum
PAI), tenaga kePendidikan Agama Islam, sarana/prasarana, biaya, manajemen,
proses pembelajaran PAI, dan lingkungan yang kondusif sehingga menghasilkan
out put atau hasil Pendidikan Agama Islam yang diharapkan.
Tertuang dalam Keputusan Dirjen Dikti Depdiknas RI Nomor:
38/DIKTI/Kep/2002 Tentang Rambu-Rambu Pelaksanaan Mata Kuliah
Pengembangan Kepribadian di Perguruan Tinggi, maka dapat dirinci sebagai
berikut:
1. Substansi kajian Mata Kuliah Pendidikan Agama Islam meliputi:
a) Tuhan yang Maha Esa dan Ketuhanan, mencakup: (1) Keimanan dan
ketaqwaan (2) filsafat ketuhanan (teologi).
b) Manusia: (1) hakekat manusia; (2) hakekat dan martabat manusia; (3)
tanggungjawab manusia.
c) Moral, menyangkut implementasi iman dan taqwa dalam kehidupan
bersama sehari-hari.
d) Ilmu pengetahuan, teknologi dan seni: (1) iman, ilmu dan amal
sebagai kesatuan; (2) kewajiban menuntut ilmu dan mengamalkan
ilmu; (3) tanggungjawab terhadap alam dan lingkungan.
e) Kerukunan antar umat beragama: (1) agama merupakan rahmat bagi
semua; (2) hakekat kebersamaan dalam pluralitas beragama.
f) Masyarakat: (1) peran umat beragama dalam mewujudkan masyarakat
madani yang sejahtera; (2) tanggungjawab umat beragama dalam
mewujudkan hak-hak asasi manusia (HAM) dan demokrasi.
g) Budaya, menyangkut tanggungjawab umat beragama dalam
mewujudkan cara berfikir kritis (akademik), bekerja keras dan
bersikap fair.
h) Politik, menyangkut kontribusi agama dalam kehidupan politik
berbangsa dan bernegara.
8
i) Hukum, meliputi: (1) menumbuhkan kesadaran untuk taat hukum Tuhan;
(2) peran agama dalam perumusan dan penegakan hukum yang adil; (3)
fungsi profetik agama dalam hukum.10
2. Metode pembelajaran:
a. Pendekatan: menempatkan mahasiswa sebagai subyek pendidikan, mitra
dalam proses pembelajaran, dan sebagai umat, anggota keluarga,
masyarakat dan warga negara.
b. Metode proses pembelajaran: pembahasan secara kritis analitis, induktif,
deduktif dan reflektif melalui dialog kreatif yang bersifat partisipatoris
untuk meyakini kebenaran substansi dasar kajian.
c. Bentuk aktivitas proses pembelajaran: kuliah tatap muka, ceramah, dialog
(diskusi) interaktif, studi kasus, penugasan mandiri, seminar kecil dan
evaluasi proses belajar.
d. Motivasi: menumbuhkan kesadaran bahwa proses belajar mengembangkan
kepribadian merupakan kebutuhan hidup.
3. Beban studi minimal untuk mata kuliah pendidikan agama Islam sebanyak 2
(dua) sks.
10
Ridho, R. (2016). IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA
ISLAM DI PERGURUAN TINGGI UMUM. Tarbawi: Jurnal Ilmu Pendidikan, 1(2).
11
Samsul Nizar dan Muhammad Syaifudin, Isu-Isu Kontemporer Tentang Pendidikan Islam,
(Jakarta: Kalam Mulia, 2010), hlm. 236.
9
Berbeda dengan penyelenggaraan pendidikan agama Islam di Perguruan Tinggi
Umum (PTU), dimana bertujuan untuk memenuhi kewajiban setiap orang mengetahui
dasar-dasar ajaran agama sebagai seorang pemeluk agama, kurikulum pendidikan
agama Islam di Perguruan Tinggi Umum (PTU) hanya merupakan mata kuliah
pengembangan kepribadian, bukan merupakan mata kuliah dasar keahlian dan mata
kuliah keahlian, dan kondisi perbedaan latar belakang keagamaan mahasiswanya.12
Implementasi pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) antara di
Perguruan Tinggi Agama Islam (PTAI) dan di Perguruan Tinggi Umum (PTU)
sangatlah berbeda. Hal ini dapat dilihat dari tujuan penyelenggaraan pendidikan
agama Islam yang berbeda dari dua kelompok perguruan tinggi tersebut, dimana
tujuan penyelenggaraan pendidikan agama Islam di Perguruan Tinggi Agama Islam
(PTAI) yaitu mencetak para ahli agama (ulama) dalam semua tingkat,
kurikulumnya juga lebih dominan menekankan aspek keagamaan Islam serta
nuansa dan lingkungan yang religius juga lebih kentara (tampak) di kampus atau
universitas yang berciri khas agama Islam.
Berbeda dengan penyelenggaraan pendidikan agama islam di perguruan
Tinggi Umum (PTU), dimana bertujuan untuk memenuhi kewajiban setiap orang
mengetahui dasar ajaran agamanya sebagai seorang pemeluk agama, urikulum
pendidikan agama Islam di Perguruan Tinggi Umum (PTU) hanya merupakan mata
kuliah pengembangan kepribadian, bukan merupakan mata kuliah dasar keahlian
dan mata kuliah keahlian, dan kondisi perbedaan latar belakang keagamaan maha
siswanya juga bermacam-macam, dalam arti mahasiswa di PTU lebih bersifat
heterogen, jadi dengan keadaan yang seperti itu, sangat sulit untuk menciptakan
lingkungan yang religious bernuansa Islami.13
12
Fathurrohman, N. (2018). KONSEP KURIKULUM MATA KULIAH PENDIDIKAN
AGAMA ISLAM DI PERGURUAN TINGGI UMUM BERBASIS KKNI (Studi Implementasi
Pembelajaran MKWU-PAI di Unsika). Jurnal Pendidikan Islam Rabbani, 2(1).
13
Fathurrohman, N. (2018). Jurnal Pendidikan Islam Rabbani, 2(1).
10
KESIMPULAN
11
DAFTAR PUSTAKA
12