Anda di halaman 1dari 14

Hakekat Belajar dan Pembe-

lajaran

Bahan Kajian : Hakekat Belajar Dan Pembelajaran KELOMPOK 5


Topik Bahasan : Perbedaan Pendidikan Sekolah Dasar
Berwawasan Multibudaya Dengan Euro Sentrik, Mencakup Perbe- Aden Fatahilah (2186206099)
daan dan Kekurangan Kelebihannya. Ni Made Diana M.A.M (2186206098)
Risnawati Haris (2186206115)
Sisilia Lawaq (2186206112)
Yasinta Olin (2186206103)
BAHAN KAJIAN
HAKIKAT BELAJAR DAN PEMBE-
LAJARAN DI DALAM KELAS

A. Pengertian Belajar

Menurut Lindgren belajar sebagai proses perubahan tingkah laku yang relatif permanen dan peruba-
han tersebut disebabkan adanya interaksi individu yang bersangkutan dengan lingkungannya. Heinich
(1999) mengatakan bahwa belajar adalah proses aktivitas pengembangan pengetahuan, keterampilan atau
sikap sebagai interaksi seseorang dengan informasi dan lingkungannya sehingga dalam proses belajar
diperlukan pemilihan, penyusunan dan penyampaian informasi dalam lingkungan yang sesuai dan
melalui interaksi pemelajar dengan lingkungannya.

Belajar merupakan kegiatan yang dilakukan dengan sengaja atau tidak sengaja oleh setiap individu, se-
hingga terjadi perubahan dari yang tidak tahu menjadi tahu, dari yang tidak bisa berjalan menjadi bisa
berjalan, tidak dapat membaca menjadi dapat membaca dan sebagainya. Belajar adalah suatu proses pe-
rubahan individu yang berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya ke arah yang baik maupun tidak baik.
Belajar setiap orang dapat dilakukan dengan cara berbeda.
B. Hakekat Belajar

Belajar merupakan aktivitas menuju kehidupan yang lebih baik secara sistematis. Proses belajar ter-
diri atas tiga tahapan, yaitu tahap informasi, transformasi dan evaluasi. Yang dimaksud dengan tahap in -
formasi adalah proses penjelasan, penguraian atau pengarahan mengenai struktur pengetahuan,
keterampilan dan sikap.

Tahap transformasi adalah proses peralihan atau pemindahan struktur tadi ke dalam diri peserta
didik. Proses transformasi dilakukan melalui informasi. Sedangkan, pembelajaran adalah proses inter -
aksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.

Belajar adalah proses perubahan perilaku berkat pengalaman dan latihan. Artinya, tujuan belajar
adalah perubahan tingkah laku, baik yang menyangkut pengetahuan, keterampilan maupun sikap,
bahkan meliputi segenap aspek organisme atau pribadi
C.Karakteristik Belajar
Anak
Dalam undang-undang tentang sistem pendidikan na-
sional dinyatakan bahwa pendidikan anak usia dini
adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada Anak Belajar Melalui Bermain
anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang di- 01
lakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk
membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan
rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki
Anak Belajar Dengan Cara Membangun Pengetahuannya.
pendidikan lebih lanjut. 02
Di Indonesia anak usia dini adalah anak yang baru di-
lahirkan sampai usia 6 tahun. Usia ini merupakan usia
yang sangat menentukan dalam pembentukan karakter 03 Anak belajar secara alamiah.
dan kepribadian anak. Usia dini merupakan usia dimana
anak mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang
pesat. Oleh karena itu, Usia dini sering kali disebut seba-
gai usia emas (golden age). Anak belajar paling baik jika apa yang dipelajarinya mempertim-
04 bangkan keseluruhan aspek pengembangan, bermakna, menarik, dan
fungsional.
D. Kiat Belajar Efektif Untuk Anak

cari tempat yang nyaman


01
Sebagaimana yang telah kita ke-
tahui bersama. Belajar adalah su-
atu perbuatan yang sugguh mulia.
Akan tetapi dalam mencapainya 02 Tentukan waktu belajar yang baik dan tepat
berdoa saja tidaklah cukup
melainkan juga dengan kerja
keras. Berikut beberapa kiat bela-
jar efektif untuk anak : 03 Tentukan metode belajar menurut hati

Tulis ulang setiap materi yang diajarkan


04

Biasakan minum air putih setiap belajar


05

06 Menjelang ujian jangan terlalu banyak belajar


TOPIK BAHASAN
A. Pengertian Multibudaya
Pengertian multibudaya di sekolah dasar meliputi sebuah pemahaman penghargaan dan sebuah
penghormatan dan keingintahuan tentang budaya etnis orang lain.pembelajaran multibudaya adalah
pembelajaran yang didasari atas filosofl kebebasan, keadilan kesederajatan dan keseimbangan setiap
hak-hak manusia , sekalipun setiap orang memiliki latar belakang budaya yang berbeda pemahaman
menajemen multibudaya sangat penting, kerena keagaman yang bersifat multibudaya dalam struktur
dan komposisi angkatan kerja (personal) adanya perpaduan.
B. Pengertian Eurosentrik

Pendidikan neurosentris meruapakan pendidikan yang terpengaruh dan berorientasi pada kaum mayoritas/ atas
di bangsa Eropa, kurang memperhitungkan kaum yang minoritas. Sebaiknya, seorang guru tidak boleh mem-
beda-bedakan peserta didik yang berlatarbelakang budaya yang berbeda. Yang seharusnya digunakan oleh guru
adalah pendidikan multicultural, dimana multikulturalisme mengulas berbagai permasalahan yang mendukung
ideologi, yaitu politik dan demokrasi, keadilan dan penegakan hukum, kesempatan kerja dan berusaha, HAM, hak
budaya komuniti dan golongan minoritas, prinsip-prinsip etika dan moral, dan tingkat serta mutu produktivitas.

Maksud Eurosentrik itu sendiri ialah amalan, kesedaran dan ketegasan mengenai Eropa. Eurosentrisme
bermaksud orang-orang Eropa mencoba untuk mempengaruhi cara pemikiran disamping menerapkan budaya
kehidupan mereka dengan menggunakan 'soft power'.
C. Perbedaan Antara Multibudaya
Dengan Eurosentrik
Multibudaya : lebih menjelaskan tentang beraneka ragam kebudayaan.yaitu kebudayaan
yang di lihat dari fungsinya sebagai pedoman kehidupan manusia. Sedangkan,
Eurosentrik : pendidikan yang menjelaskan pendidikan yang terpengaruh dan berorientasi pada
seseorang guru tidak boleh membedakan perserta didik yang belatar belakangnya berbeda.
D. Kekurangan dan Kelebihan
1.Kelebihan dan Kekurangan Multibudaya Kekurangan Multibudaya : 2.Kelebihan dan Kekurangan Eurosentrik
Kelebihan Multibudaya : Kelebihan Eurosentrik :
- Perbedaan Pemaknaan terhadap Pen-
- Pendidikan eurentrik yang terpengaruh orang adanya ras bu-
1.Mengintegrasikan berbagai budaya dan kelom- didikan Multikultural Perbedaan pemak-
daya.
pok untuk mengilustrasikan konsep mendasar, naan akan menyebabkan perbedaan
- Sebaiknya sesorang guru tidak membedakan muridnya. Yang
generalisasi, dan teori dalam mata pelajaran. dalam mengimplementasikannya.
berlatar belakang ras dan budaya yang berbeda.
2 Membawa siswa untuk memahami implikasi - Munculnya Gejala Diskontinuitas Dalam
- Yang seharunya di gunakan oleh guru mengulas berbagai pe-
budaya ke dalam sebuah mata pelajaran. pendidikan multikultural yang sarat den-
masaran yang mendukung Ideologi dan politik dan demokrasi dan
3.Menyesuaikan metode pengajaran dengan gan nilai-nilai kemanusiaan dan keber-
keadilan.
cara belajar siswa dalam rangka memfasilitasi samaan sering terjadi diskontinuitas nilai
prestasi akademik. budaya.  Kekurangan Eurosentrik :
4.Mengidentifikasi karakteristik ras siswa dan - Rendahnya Komitmen Berbagai Pihak - Wancana eurentrik untuk indahnya menunemukan momen-
menentukan metode pengajarannya. Pendidikan multikultural merupakan tunya ketika sistem masih yang otomatis.
5.Melatih kelompok untuk berpartisipasi dalam proses yang komprehensif sehingga me- - Menurut sosiologi ul parudi Suparlan, mampu bertanggung
berbagai kegiatan, berinteraksi dengan seluruh nuntut komitmen yang kuat dari berbagai jawab tandangan perubahan samaan dengan alasan eurosentrik
siswa dan staf yang berbeda ras dan etnis untuk komponen pendidikan di sekolah. menggunakan perbedaaan negara.
menciptakan budaya akademik - Kebijakan-kebijakan yang suka akan ke- - Pendikan eurentrik mencerminkan kesempatan antara persam-
seragaman sudah sejak lama kebijakan pahan persaaan dan perbedaan budaya mendorong individu.
pendidikan atau yang terkait dengan ke- - Berapa aspek yang menjadi kunci dalam melaksanakan pen-
pentingan pendidikan selalu diser- didikan multikultural dalam struktur sekolah dasar adalah tidak
agamkan, baik yang berwujud benda adanya kebijakan yang menghambat toleransi.
maupun konsep-konsep. - Pendidikan sebagai wancana baru di Indonesia dapat diimple-
mentasikan tidak hanya melalui pendidikan formal dalam kehidu-
pan masyarakat.
STUDI KASUS
HUBUNGAN YANG BERKAI-
TAN
Indonesia merupakan negara yang memiliki keanekaragaman budaya atau juga multikultur Pada
masyarakat multikultur, mereka memiliki tipe/pola tingkah-laku yang khas. Sesuatu yang dianggap san -
gat tidak normal oleh budaya tertentu tetapi dianggap normal atau biasa-biasa saja oleh budaya lain
Kerusuhan berbau SARA yang merebak di banyak tempat di wilayah Negara Kesatuan Republik In -
donesia seperti di wilayah Ambon, Poso, Sampit dan sebagainya, merupakan bagian dari adanya ke -
salahpahaman.

Salah satu upaya untuk bisa menghargai adanya perbedaaan adalah dengan memberikan pendidikan
multikultural. Pendidikan multikultural adalah proses penanaman cara hidup menghormati, tulus dan
toleran terhadap keanekaragaman budaya yang ada di tengah-tengah masyarakat plural. Pendidikan
multikultural didasari pada konsep kebermaknaan perbedaan yang unik pada tiap orang dan
masyarakat. Pendidikan multikultural mengandaikan sekolah dan kelas dikelola sebagai suatu simulasi
arena kehidupan nyata yang plural , terus berubah dan berkembang. Institusi sekolah dan kelas adalah
wahana hidup dengan pemeran utama peserta didik dan guru serta seluruh tenaga kependidikan seba -
gai fasilitator.
Peranan Guru dalam Pendidikan Mul-
tikultural
Peran guru dan sekolah dalam membangun paradigma keberagaman inklusif (Ainun, 2005:61):
Mampu bersikap demokratis. Dalam bersikap dan berbicara tidak diskriminatif (bersikap tidak adil/
menyinggung) murid yang beraga berbeda dengannya. Contoh: dalam menjelaskan sejarah perang
salib, guru mampu bersikap tidak memihak salah satu kelompok yang terlibat dalam perang.
Peduli terhadap kejadian/peristiwa tertentu yang berkaitan dengan agama. Contoh: dalam peristiwa
pengeboman hotel Mariot. Guru harus mampu menjelaskan, seharusnya pengeboman tidak terjadi.
Karena setiap agama, mengajarkan umatnya. Pendidikan multikulturalisme sebagaimana dijelaskan di
atas memerlukan pengenalan terhadap beragam kebudayaan yang dimiliki oleh umat manusia dari be -
ragam suku bangsa, ras atau etnis, dan agama.
Aspek dalam Pendidikan Mul-
tikultural
- Pengembangan literasi etnis dan budaya. Memfasilitasi siswa memiliki pengetahuan dan pemahaman tentang
berbagai budaya semua kelompok etnis.

- Perkembangan pribadi. Memfasilitasi siswa memahami bahwa semua budaya setiap etnis sama nilai antar satu
dengan lain.

- Klarifikasi nilai dan sikap. Membelajarkan siswa untuk. Pendidikan multikultural mengangkat nilai-nilai inti
yang berasal dari prinsip martabat manusia, keadilan, persamaan, kebebasan dan demokratis.

-Untuk menciptakan persamaan peluang pendidikan bagi semua siswa yang berbeda-beda ras, etnis, kelas sosial
dan kelompok budaya.

- Untuk membantu semua siswa agar memperoleh pengetahuan, sikap dan ketrampilan yang diperlukan dalam
menjalankan peran-peran seefektif mungkin pada masyarakat demokrasi-pluralistik serta diperlukan untuk
berinteraksi, negosiasi, dan komunikasi dengan warga dari kelompok beragam agar tercipta sebuah tatanan
masyarakat bermoral yang berjalan untuk kebaikan bersama.
Implementasi Pendidikan
Multikultural
Mungkin ada benarnya kalau ada yang bilang bahwa kekerasan berbau
- Pendidikan multikultural harus menawarkan beragam kurikulum
SARA yang seringkali terjadi di negeri ini merupakan manifestasi
yang merepresentasikan pandangan dan perspektif banyak orang.
kesalahpahaman akibat lemahnya pemaknaan terhadap perbedaan.
- Pendidikan multikultural harus didasarkan pada asumsi bahwa
Perbedaan belum dipahami secara utuh sebagai sebuah “rahmah”, tetapi
tidak ada penafsiran tunggal terhadap kebenaran sejarah.
justru dipersempit hingga menimbulkan pemaknaan eksklusif yang
- Kurikulum dicapai sesuai dengan penekanan analisis komparatif
memicu tumbuhnya sikap fantatisme sempit.
dengan sudut pandang kebudayaan yang berbeda-beda.
- Pendidikan multikultural harus mendukung prinsip-prinisip
Dalam konteks demikian, dibutuhkan pemaknaan secara utuh terhadap
pokok dalam memberantas pandangan klise tentang ras, budaya
nilai-nilai multikultural sejak dini, sehingga generasi masa depan negeri
dan agama.
ini bisa memandang perbedaan sebagai sebuah “rahmah”, melihat ke-
beragaman sebagai pola perilaku yang khas di tengah-tengah negeri
yang secara “sunatullah” memang telah “ditakdirkan” sebagai bangsa
yang multibudaya. Sampai kapan pun, akar kekerasan akan menjadi an-
caman laten selama nilai-nilai primordialisme dipahami secara naif dan
sempit.
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai