Anda di halaman 1dari 67

PENDIDIKAN INKLUSI

Ramtia Darma Putri, M.Pd., Kons.


0227039101
KONSEP DASAR PENDIDIKAN
INKLUSI
Kata “inklusif” berasal dari bahasa Inggris
“inclusive” yang artinya termasuk dan
memasukkan. Pendidikan inklusif
diartikan secara sederhana sebagai
memasukkan anak berkebutuhan khusus
ke dalam sekolah reguler bersama dengan
anak normal lainnya.
Beberapa hal yang perlu dicermati
mengenai tujuan pendidikan inklusif
berdasarkan Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional Nomor 70 Tahun
2009 Pasal 2, antara lain:
1. Memberikan kesempatan yang seluas-
luasnya kepada semua peserta didik yang
memiliki kelainan fisik, emosional, mental,
dan sosial, atau memiliki potensi
kecerdasan dan/atau bakat istimewa untuk
memperoleh pendidikan yang bermutu
sesuai dengan kebutuhan dan
kemampuannya.
2. Mewujudkan penyelenggaraan pendidikan
yang menghargai keanekaragaman dan
CIRI – CIRI PENDIDIKAN INKLUSI
Menurut Prof Dr. Mulyono Abdur Rohman, ciri-ciri pendidikan
inklusif adalah sebagai berikut:
1. Siswa yang berusia sama duduk dalam kelas yang sama
2. Siswa saling bekerjasama dengan sesamanya
3. Siswa merasa kelas sebagai milik bersama
4. Siswa memiliki pengalaman berhasil
5. Siswa belajar mengembangkan sikap toleransi.
6. Siswa belajar mengembangkan sikap empat
7. Guru menerima perbedaan siswa
8. Guru mengembangkan dialog dengan siswa
9. Guru mendorong terjadinya interaksi promotif antar siswa
10. Guru menjadikan sekolah menarik bagi siswa
11. Guru membuat siswa aktif
12. Guru mempertimbangkan perbedaan antar siswa dalam kelasnya
13. Guru menyiapkan tugas-tugas yang berbeda untuk siswa-siswanya
14. Guru fleksibel dan kreatif
hak
setiap
• Pendidi
anak
kan
Pendidi
• untuk
inklusif
kan
tidak
melihat
Inklusif
terdiskr
perbeda
berfoku
iminasi
an
s pada
kan
individ
pemini
secara 4.
u
malan
hukum
bukan
dan
sebagai
suatu
penghil
mana
Pendi
• masala
angan
tercant
h,dikan
berbag
um
namun
aiInklus
dalam 3.
lebih
hambat
if
konven
pada
an
adala
si PBB
kesemp
terhada
(UNCR
h
atan
p akses,
C)
suatu
untuk
partisip
tentang
strate
mempe
asi
hak dan 2.
gi
rkaya
belajar
anak.
pembel
untuk
bagise
ajaran
mua
memp
bagi
anak,
erbai
semua
terutam
ki
anak.
a bagi 1.
sistem
mereka
pendi
yang
dikan
secara
melal
sosial
terdiskr
ui
iminasi
perub
kan
ahan
sebagai
KELEBIHAN PENDIDIKAN INKLUSI
kebija
akibat
kan
kecacat
FILOSOFI PENDIDIKAN INKLUSI

Filosofi pendidikan Inklusi mencerminkan


paham tentang nilai-nilai filosofis yang
termanifestasi dalam bingkai keberagaman dan
kesetaraan antar sesama.dalam
praktiknya ,Filosofi pendidikan inklusif
berupaya memperjuangkan anak berkebutuhan
khusus agar mendapat akses yang lebih besar
dan mempunyai kesempatan sama dalam
mendapatkan pelayanan pendidikan secara
optimal.
Sebagai wadah yang ideal, pendidikan inklusif
memiliki empat karakteristik makna yaitu :
1. Pendidikan inklusif adalah proses yang berjalan
terus dalam usahanya menemukan cara- cara
merespon keragaman individu anak.
2. Pendidikan inklusif bearti memperoleh cara – cara
untuk mengatasi hambatan- hambatan anak dalam
belajar.
3. Pendidikan inklusif membawa makna bahwa anak
mendapat kesempatan untuk hadir ( di sekolah ),
berpartisifasi dan mendapatkan hasil belajar yang
bermakna dalam hidupnya, dan
4. Pendidikan inklusif di peruntukan bagi anak - anak
yang tergolong marginal, eksklusif, dan
membutuhkan layanan pendidikan khusus dalam
belajar.
JENIS LAYANAN DI SEKOLAH
INKLUSI
Direktorat PLB Menjelaskan tentang
penempatan anak berkelainan disekolah
inklusi dapat dilakukan dengan berbagai
model sebagai berikut:
1. kelas reguler (inklusif penuh)
2. kelas reguler dengan cluster.
3. Kelas regular dengan pull out,
4. Kelas regular dengan cluster and pull out,
5. kelas khusus,
6. Kelas khusus penuh,
MATERI

? ? ? ?
i a n ?
? er
g
t Apa
a
e n
p si p prin saja
Ap prin ikan s
pend ip di
d i d ? idik
pen klusif inkl an
usif
in ?

Prinsippendidikan
inklusif
1. Pendidikan
Prinsip pendidikan
inklusif membuka
inklusif adalah
kesempatan bagi
prinsip dasar semua jenis siswa
pertama yaitu
semua anak 2. pendidikan
mendapatkan inklusif
kesempatan yang menghindari
sama untuk semua aspek
bersekolah tanpa negatif dari
pelabelan.
memandang
perbedaan latar 3. pendidikan
belakang hidupnya. inklusif selalu
melakukan check
and balances
Landasan pendidikan
inklusif

Landasan
Landasan Landasan
filosofis Yuridis
Pedagogis

Landasan Empiris
Landasan yuridis
Landasan filosofi dalam pelaksanaan
pertama pendidikan inklusif
penerapan berkaitan dengan
Didalam pasal 3 undang-undang nomor hierarki yang
pendidikan
20 tahun 2003, sudah disebutkan dimulai dari
inklusif bahwa tujuan pendidikan nasional undang-undang,
diindonesia adalah berkembangnya potensi peserta peraturan
adalah pancasila didik agar menjadi manusia yang pemerintah,
yang merupakan bertakwa dan beriman kepada Tuhan peraturan menteri,
falsafah bangsa, YME, berakhlak mulia, sehat, berilmu, kebijakan direktur,
dasar negara cakap, kreatif mandiri, dan menjadi hingga peraturan
warga yang demokratis dan sekolah.
bertanggung jawab.

Dalam landasan empiris ini berkaitan dengan deklarasi bandung tahun


2004, yaitu “ indonesia menuju pendidikn inklusif” serta rekomendasi
bukit tinggi pada tahun 2005 bahwa pendidikan inklusif dan rama pada
anak harus dipandang.
PRAVALENSI JENIS DAN KARAKTERISTIK
ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

Anak berkebutuhan khusus adalah anak


dengan karakteristik khusus yang berbeda
dengan anak pada umumnya tanpa selalu
menunjukan pada ketidakmampuan
mental, emosi atau fisik

Child with special needs, anak cacat, anak


tuna, anak berkelainan, anak
menyimpang, anak luar biasa, difabel
Nama lain yang dipergunakan sebagai
variasi dari kebutuhan khusus seperti yang
dikemukakan Wordl Health Organization
(WHO) definisi dari masing-masing
istilah tersebut adalah sebagai berikut:
1. Disability
2. Impairment
3. Handicap
Jenis Anak Berkebutuhan Khusus
Kelainan fisik
Kelainan mental
Kelainan perilaku sosial
Anak dengan potensi luar biasa
Karakteristik Anak Kebutuhan
Khusus
Tunanetra
Tunarungu
Tunagrahita
Tundaksa
Tunalaras
Autisme
Anak cerdas dan bakat istimewa
Identifikasi dan Assesmen Peserta Didik
Berkebutuhan Khusus

Identifikasi dapat dilakukan untuk


mengetahui kondisi seorang anak, apakah
pertumbuhan dan perkembangan
mengalami penyimpangan atau tidak.
Dalam penyelenggaraan pendidikan inklusi
dan dalam upaya menanggulangi problem
belajar pada anak, kegiatan identifikasi
anak berkebutuhan khusus dilakukan
untuk lima keperluan, yaitu
1. Penjaringan
2. Pengalihtanganan
3. Klasifikasi
4. Perencanaan pembelajaran
5. Pemantauan kemajuan belajar anak
Pelaksanaan Identifikasi
Identifikasi anak berkebutuhan khusus adalah
seluruh anak usia pra-sekolah dan usia sekolah
dasar. Adapun secara khusus, sasaran identifikasi
anak berkebutuhan khusus, antara lain:
1. Anak yang sudah bersekolah di sekolah reguler
2. Anak yang baru masuk di sekolah reguler
3. Anak yang belum atau tidak bersekolah

Identifikasi seorang anak yang tergolong anak


berkebutuhan khusus atau bukan dapat
dilakukan oleh Guru kelas Orang tua, atau
Tenaga profesional
PENILAIAN/ASSESSMENT
Suatu proses pengumpulan data atau
informasi secara sistematis tentang suatu
atribut, objek, baik berupa data
KUALITATIF maupun KUANTITATIF
tentang jumlah, keadaan, kemampuan,
maupun kemajuan suatu atribut, objek yang
dinilai tanpa merujuk pada keputusan nilai
Model Pelaksanaan Asesmen
Baseline asesmen

Progress asesmen

Spesifik asesmen

Final asesmen

Follow up asesmen
Jenis Asesmen

FORMAL INFORMAL
Langkah-langkah melakukan asesmen
• meliputi keputusan untuk menentukan proses kemajuan siswa
yang dianggap cukup berbeda dengan teman lain sehingga patut
Screening diberikan pengubahan pengajaran

• keputusan yang menyangkut kelayakan atas layanan pendidikan


khusus untuk melihat siswa apakalah siswa tersebut pantas untuk
Diagnosis disebut sebagai penyandang disabilitas

• keputusan yang berkenaan dengan ranah yang menjadi tempat


berlangsungnya layanan-layanan pendidikan khusus yang
Penempatan program diterima siswa

• meliputi keputusan mengenai level yang akan dipilih untuk


memulai pengajaran siswa
Penempatan kurikulum
• meliputi keputusan untuk melanjutkan atau mengubah prosedur
pengajaran yang telah diterapkan pada siswa
Evaluasi pengajaran
• meliputi keputusan menghentikan, melanjutkan, atau
memodifikasi program pendidikan khusus seorang siswa
Evaluasi program
Ruang Lingkup Asesmen
Ruang Lingkup Ruang lingkup
Berdasarkan Aspek berdasarkan waktu
Kehidupan Anak

1. Asesmen Akademik 1. Ruang lingkup yang


2. Asesmen Perkembangan diberikan sebelum anak
3. Asesmen Perilaku mengikuti pelajaran
Adaptif 2. Ruang lingkup saat anak
belajar di kelas
Karakteristik Asesmen
1. Belajar Tuntas
2. Otentik Asesmen
3. Berkesinambungan
4. Teknik asesmen yang bervariasi
5. Berdasarkan acuan kriteria Kemampuan
peserta didik tidak dibandingkan dengan
kelompoknya, namun dibandingkan
terhadap kriteria yang sudah ditetapkan
KURIKULUM DI SEKOLAH
INKLUSI
Peraturan menteri pendidikan dan kebudayaan
(Permendikbud) No 81 A Tahun 2013 tentang
implementasi kurikulum 2013 meliputi:
 Peningkatan iman, takwa, dan akhlak mulia
 Kebuttuhan kompetensi masa depan
 Peningkatan potensi kecerdasan dan minat sesuai dengan tingkat perkembangan
dan kemampuan peserta didik
 Keragaman potensi dan karakteristik daerah dan lingkungan
 Tuntunan pembangunan daerah dan nasional
 Tuntunan dunia kerja
 Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni
 Agana
 Dinamika perkembangan global
 Persatuan nasional dan nilai-nilai kebangsaan
 Kondisi sosial budaya masyarakat setempat
 Kesetaraan gender
 Karakteristik satuan pendidikan
Adapun pengembangan kurikulum 2013 untuk
ABK disesuaikan dengan kemampuan anak
dan jenis hambatan atau kekurangannya. Anak
harus dilatih kreatif, inisiatif dan kritis agar
potensi yang dimiliki dapat dikembangkan
dengan baik. Sedangkan guru lebih banyak
berperan sebagai pembimbing dan fasilitator
dalam proses pembelajaran
kurikulum yang digunakan dalam
penyelenggaraan pendidikan inklusi pada
dasarnya menggunakan kurikulum reguler
yang berlaku di sekolah umum
Dalam pelaksanaan kurikulum reguler perlu
dilakukan modifikasi (penyelarasan)
sedemikian rupa sehingga sesuai dengan
kebutuhan peserta didik
Pendidik dan tenaga kependidikan pada
satuan pendidikan penyelenggaraan
pendidikan inklusi wajib memiliki
kompetensi pembelajaran bagi peserta didik
pada umumnya maupun berkebutuhan
PENGELOLAAN PEMBELAJARAN DI SEKOLAH
INKLUSI

Menurut Permendibud Nomor 70 Tahun


2009 Pasal 5 ayat (1) menjelaskan bahwa

“Penerimaan peserta didik berkelainan


dan/atau peserta didik yang memiliki
potensi kecerdasan dan/atau bakat
istimewa pada satuan pendidikan
mempertimbangkan sumber daya yang
dimiliki sekolah.”
Hal penting yang harus dipahami guru
dalam pengelolaan kelas anak
berkebutuhan khusus, antara lain:
1. Kondisi psikis
2. Perbedaan individual
3. Perkembangan emosi
4. Perkembangan sosial
5. Tugas perkembangan
6. Lingkungan belajar
Menurut Permendikbud Nomor 22 Tahun
2016 Mengemukakan Perencanaan
pembelajaran dirancang dalam bentuk
Silabus dan Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) yang mengacu pada
Standar Isi. Perencanaan pembelajaran
meliputi penyusunan rencana pelaksanaan
pembelajaran dan penyiapan media dan
sumber belajar, perangkat penilaian
pembelajaran, dan skenario pembelajaran.
Penyusunan Silabus dan RPP disesuaikan
pendekatan pembelajaran yang digunakan
1. Silabus, merupakan acuan penyusunan kerangka
pembelajaran untuk setiap bahan kajian mata pelajaran.
Silabus paling sedikit memuat: identitas sekolah,
kompetensi isi, kompetensi dasar, tema, materi pokok,
pembelajaran, penilaian, alokasi waktu, sumber belajar
2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), rencana
kegiatan pembelajaran tatap muka untuk satu
pertemuan atau lebih, dengan komponen:
identitas sekolah, identitas mata pelajaran,
kelas/semester, materi pokok, alokasi waktu,
tujuan pembelajaran, kompetensi dasar dan
indikator pencapaian kompetensi, materi
pembelajaran, metode media pembelajaran,
sumber belajar, langkah pembelajaran, penilaian
hasil pembelajaran
Pelaksanaan Pembelajaran Pendidikan
Inklusif di sekolah

Pada saat proses pembelajaran harus


mempertimbangkan: kompetensi guru
media pembelajaran, materi, bahasa,
evaluasi
Karakteristik pembelajaran inklusif
di sekolah
Depdiknas (2004), pendidikan inklusif mempunyai
empat karakteristik, sebagai berikut:
 Proses yang berjalan terus dalam usahanya
menemukan berbagai cara merespons kragaman
individu.
 Memedulikan berbagai cara untuk meruntuhkan
hambatan anak dalam belajar.
 Anak kecil yang hadir di sekolah berpartisipasi dan
mendapat hasil belajar yang bermakna dalam
hidupnya.
 Terutama diperuntukan bagi anak-anak yang
tergolong marginal, eksklusif, serta memerlukan
layanan pendidikan khusus dalam belajar
Marthan (2007) menjelaskan karakteristik pendidikan inklusif
meliputi:
 Hubungan, yaitu ramah dan hangat. Contohnya, guru selalu berada
didekat anak tunarungu dengan wajah terarah pada anak dan
tersenyum dan orang tua memuji anaknya dan membantu anak
lainnya.
 Kemampuan, yaitu guru, orang tua sebagai pendamping anak, serta
anak dengan latar belakang dan kemampuan yang berbeda-beda.
 Pengaturan tempat duduk, yaitu pengaturan tempat duduk
bervariasi, seperti duduk berkelompok di lantai membentuk
lingkaran atau duduk di bangku Secara bersama-sama sehingga
mereka dapat melihat satu sama lain.
 Materi belajar, yaitu berbagai bahan bervariasi untuk seluruh mata
pelajaran. Contohnya, pembelajaran matematika.
 Sumber, yaitu guru menyusun rencana harian dengan melibatkan
anak.
 Evaluasi, yaitu penilaian dan portofokio berupa karya anak di
dalam kurun waktu tertentu yang dikumpulkan
Terdapat hal penting yang berkaitan dengan
proses penyesuaian diri dan fleksibilitas di
berbagai bidang dalam mencermati
kebutuhan yang mendesak bagi anak
berkebutuhan khusus atau penyandang
cacat antara lain:
1. Kurikukum yang fleksibel
2. Pendekatan pembelajaran yang
fleksibel
3. Sistem evaluasi yang fleksibel
Prinsip-prinsip pembelajaran
disekolah inklusi

Prinsip pemerataan dan peningkatan mutu


Prinsip keberagaman
Prinsip kebermaknaan
Prinsip keberlanjutan
Prinsip keterlibatan
Ketenagaan dalam Pendidikan
Inklusif
Tenaga pendidik adalah pendidik
propesional yang mempunyai tugas untuk
mendidik,mengajar, membimbing,
mengarahkan, melatih,menilai, dan
mengevaluasi peserta didik pada satuan
pendidikan tertentu yang melakasanakan
pendidikan inklusif
Kedudukan masing-masing guru antara lain:
Guru kelas berkedudukan disekolah dasar yang
ditetapkan atas dasar kualifikasi sesuia dengan
persayaratan yang ditetapkan oleh sekolah.
Guru mata pelajaran atau bidang studi adalah
guru yang mengajar mata pelajaran tertentu
sesuaidengan kualifikasi yang dipersyaratkan
sekolah.
Guru pendidikan khusus berkedudukan sebagai
guru pendamping khusus
Menurut Abdurrahman (2003), ada dua
kompetensi yang perlu dikuasai guru bagi
anak berkebutuhan khusus, yaitu:
1. Kompetensi teknis
2. Kompetensi konsultasi kolaboratif
Kemampuan yang harus dimiliki seorang guru dalam penyelenggaraan
pendidikan inklusif antara lain:
 Pengetahuan tentang perkembangan anak berkebutuhan khusus.
 Pemahaman akan pentingnya mendorong rasa penghargaan anak
berkaitan berkaitan dengan perkembangan dan motivasi belajarnya
melalui interaksi positif dan berorientasi pada sumber belajar.
 Pemahaman tentang konveksi hak anak serta implikasinya terhadap
implemantasi pendidikan dan perkembangan semua anak.
 Pemahaman akan pentingnya menciptakan lingkungan yang ramah
pembelajaran yangberkaiatan dengan isi, hubungan sosial, pendekatan,
dan bahan pembelajaran.
 Pemahaman akan pentingnya belajar aktif dan pengembangan pemikiran
kreatif.
 Pemahaman akan pentingnya evaluasi dan asesmen berkesinambungan
oleh guru.
 Pemahaman konsep inklusif dan pengayaan seta cara pelaksanaan
inklusif danpembelajaran yang bervariasi.
 Pemahaman tentag hambatan belajar termasuk yang disebabkan karena
kelainan fisik maupun mental.
 Pemahaman tentang konsep pendidikan berkualitas dan kebutuhan
Guru kelas adalah pendidik/pengajar pada kelas tertentu
disekolah inklusif dengan tugas utama, sebagai berikut:

 Menciptakan iklim belajar kondusif sehingga anak-anak merasa


nyaman belajar di kelas atau sekolah.
 Meyusun dan melaksanakan asesmen akademik dan non akademik
pada seluruh anak agar dapat mengetahui kemampuan dan
kebutuhannya bersama GPK.
 Menysun rencana pembelajaran/program pembelajaran individual
(PPI) bersama dengan GPK.
 Melaksanakan kegiatan pembelajaran, penilaian, seta tindak lanjut
sesuai dengan rencana pembelajaran/PPI yang telah ditetapkan.
 Memberikan program pembelajaran remedial pengayaan/percepatan
yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik.
 Melaksanakan administrasi kelas sesuai dengan bidang tugasnya.
 Menyusun program dan pelaksanaan praktik bimbingan bagi semua
siswa
Tugas pokok GPK
 Membangun sistem koordinasi dan kolaborasi antara dan inter tenaga pendidik dan
kependidikan serta masyarakat.
 Membangun jejaring kerja di antara lembaga (anatarjenjang pendidikan, layanan
kesehatan, dunia usaha, dan sebagainya.)
 Menyusun instrument asesmen akademik serta non akademik bersama guru kelas dan
guru mata pelajaran.
 Menysun rencana pembelajaran/program pembelajaran individual (PPI) peserta didik
berkebutuhan khusus bersama guru kelas dan guru mata pelajaran.
 Menyusun program layanan kompensatoris peserta didikberkebutuhan khusus.
 Melaksanakan pendampingan dan/atau pembelajaran akademik bagi peseta didik
berkebutuhan khusus bersama guru kelas dan guru mata pelajaran.
 Memberi bantuan layanan khusus untuk peserta didik berkebutuhan khusus yang
mengalami hambatan mengikuti kegiatan pembelajaran di kelas umum,beruoa
remedial ataupu pengayaan.
 Melaksanakan pembelajaran khusus pada ruang sumber bagi peserta didik yang
memerlukan.
 Melaksanakan layanan kompensatoris sesuai kebutuhan peserta didik.
 Memberikan bimbingan berkesinambungan dan membuat catatan khusus peserta
didik berkebutuhan khusus selama mengukuti kegiatan pembelajaran.
 Melaksanakan bedah kasus bersama tenaga ahli, kepala sekolah, guru, orangtua, dan
SARANA DAN PRASARANA
SEKOLAH INKLUSIF
Sarana dan prasarana pendidikan adalah perangkat
keras maupun perangkat lunak yang digunakan
untuk menunjang keberhasilan pelaksanaan
pendidikan inklusif di satuan pendidikan tertentu

agar bisa mengoptimalkan proses pembelajaran


perlu dilengkapi aksesibilitas untuk kelancaran
mobilisasi anak berkebutuhan khusus serta media
pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan anak
berkebutuhan khusus
Prasarana pada satuan pendidikan khusus
ini adalah fasilitas dasar yang diperlukan

Sarana pada satuan pendidikan khusus ini


adalah perlengkapan bimbingan dan
konseling yang dapatn pindah-pindah
Contoh
Tunanetra

Alat asesmen berupa SVR, Sellen Cart, Ishihara test, serta Snellen Chart Electronic
Orientasi dan mobilitas berupa bola bunyi, tongkat elektronik, tongkat lipat, tokat panjang, dan
pelindung kepala
Alat bantu pelajaran atau akademik berupa globe timbul, peta timbul, abacus, gelas rasa,
penggaris braille, blokies, puzzle ball, papan baca, model anatomi mata, meteran braille, puzzle
buah-buahan, puzzle binatang, kompas braille, talking watch, botol aroma, bentuk geometri,
color sorting box, braille kit, reglets dan stylush, mesin tik biasa, mesin tik braille, komputer
dan printer braille, kompas bicara, dan kamus bicara
Alat bantu visual berupa magnifier lens set, CCTV, view scan, televisi, serta mikroskop
Alat bantu auditif berupa tape recorder double deck, alat musik pukul, serta alat musik tiup
Alat latihan fisik berupa catur tunanetra, bridge tunanetra, sepak bola dengan bola bunyi, papan
keseimbangan, power raider, dan static bicycle
Prasarana khusus sekolah inklusif bagi peserta didik tunanetra berupa ruang asesmen, ruang
konsultasi, ruang orientasi mobilitas, ruang remedial teaching, belajar menulis braille, ruang
latihan mendengar, ruang latihan fisik, ruang keterampilan, ruang penyimpanan alat, dan
lapangan bola
Tunarungu

Alat asesmen berupa scan test, bunyi-bunyian, garputala, audiometer dan blanko
audiogram, mobile sound proof, serta sound level meter
Alat bantu dengar berupa model saku, model belakang telinga, serta model kacamata,
sedangkan agar membantu pendengaran pada proses pembelajaran digunakan hearing group
dan loop induction system
Latihan bina komunikasi persepsi bunyi dan irama berupa speech and sound simulation, spatel,
cermin, dan alat bantu meniup, alat music perkusi, sikat getar, meja latihan wicara, lampu
akses, dan TV/VCD
Alat bantu belajar atau akademik berupa anatomi telinga, meniatur benda, finger alphabet,
model telinga, torso setengah badan, puzzle buah-buahan, puzzle binatang, puzzle konstruksi,
silinder, model geometri, kartu kalimat, kartu kata, menara setiga, menara gelang, menara segi
empat, atlas, globe, peta dinding
Alat latihan fisik berupa bola dan net voli, bola sepak, meja pingpong, raket, net bulu tangkis
dan shuttle cock, power raider, serta static bicycle
Prasarana khusus sekolah inklusi bagi peserta didik tunarungu berupa ruang asesmen, ruang
konsultasi, ruang latihan wicara, ruang bina persepsi bunyi dan irama, ruang remedial teaching,
ruang latihan fisik, ruang olahraga, serta ruang penyimpanan barang
Tunagrahita
Alat asesmen berupa Tes Inteligensi WISC-R, Tes Intelegensi StandFord Binet, dan
Cognitive Abilly Test
Latihan sensori visual berupa gradasi kubus; gradasi balok 1 dan 2; silinder 1, 2, 3; menara
gelang 1, 2, 3;kotak silinder; multi indera; puzzle binatang; puzzle konstruksi; puzzle bola; boks
sortir warna; geometri tiga dimensi; papan geometri; kota geometri; konsentrasi mekanis;
Frommenstockboxmit; Frommenstockbock; Shceiben-Stepel Puzzle; Formstec-Steple Puzzle;
Fadeldreiecke; Schmettering Puzzle; puzzle set; Streckspiel; Geo-Streckbrett; serta
Rogenbungentorte
Latihan sensosi perabaan berupa keeping 1, 2, 3; alas raba; Fub and Hand; Puzzle
Pubtastplatten; Tactila; Balance Labirinth Spirale; serta Balance Labirinth Maander
Alat sensori pengecap dan perasa berupa gelas rasa, botal aroma, Tactile Perception, serta
Aesthesiometer
Latihan bina diri berupa berpakaian1, 2, 3; Dressing Frame Set; serta sikat dan pasta gigi
Alat yang digunakan untuk memahami konsep dan simbol bilangan berupa keeping pecahan;
balok bilangan1 dan 2; geometri tiga dimensi; abacus; papan bilangan, tiang bilangan, serta
kotak bilangan
Alat yang digunakan untuk melatih perceptual motor
Prasarana khusus sekolah inklusif bagi peserta didik tungrahita berupa ruang asesmen, ruang
konsultasi, ruang latihan sensori, ruang latihan bina diri, ruang remedial teaching, ruang latihan
perseptual motor, ruang keterampilan, ruang penyimpanan barang, dan lapangan olahraga
Tunadaksa
Alat asesmen berupa finger goniometer, flexometer, plastic goniometer, reflex hammer,
posture evalution set, TPD Arsthesiometer, Gound Rhytem Tibre Instrument, Cabinet
Geometric Insert, Color Sporting Box, dan Tactile Board Set
Alat latihan fisik
Alat bina diri berupa swivel utensil, dressing frame set, lacing shoes, serta deluxe mobile
commade
Alat orthotic dan prostetic
Alat bantu belajar atau akademik berupa torso seluruh badan, kartu abjad, kartu kalimat, kartu
kata, geometri sharpe, menara gelang,menara segitiga, menara segi empat, menara rasa, botol
aroma, abacus dan washer, papan pasak, serta kotak bilangan.
Prasarana khusus sekolah inklusif bagi peseta didik tunadaksa berupaasesmen, konsultasi,
ruang latihan fisik, ruang bina diri, lapangan olahraga, ruang keterampilan, remedial teaching,
dan ruangan penyimpan alat.
Tunalaras

Alat asesmen berupa Adaptive Behavior Inventory for Childen dan AADM Adaptive
Behavior Scale
Alat terapi perilaku berupa duck wall, step dan count, bola sepak bertali, puppenhause,
rollingboxer, samsak, sarung tinju, hoopla, sand pits, animal matching games, organ, tambur
dengan stick dan tripod, rebana, Flute, torso, constructive puzzle, animal puzzle, fruits puzzle,
basket mini, dan konsetrasi mekanis
Alat terapi fisik berupa matras, straight-type staircase, bola sepak, bola dan net voli, meja
pingpong, power raider, strickleitter, trecketsando, serta rope lader
Prasarana khusus sekolah inklusif bagi peserta didik tunalaras beruapa ruang asesmen, ruang
konsultasi, ruang terapi perilaku, ruang terapi bermain, ruang terapi fisik, ruang remedial
teaching, ruang penyimpanan barang, serta lapangan olahraga
Anak Berbakat
Alat asesmen berupa tes intelgensi WISC-R, Tes Intelegensi Stanford Binet, Cognitive
Ability Test, dan Differential Aptitute Test
Alat bantu berupa ajar atau akademik berupa sumber belajar yng mencakup buku paket, buku
pelengkap, buku referensi, buku bacaan, majalah, Koran, internet, model, lembar kerja, kaset
video, VCD, museum, perputaskaan, CD Rom, serta media pembelajaran yang mencakup radio,
cassette recorder, TV, OHP, wireless, slide projector, LD/VCD/DVD player, chart, computer,
dan lain sebagainya
Prasarana khusus sekolah inklusif bagi peserta didik berbakat berupa ruang asesmen
Anak yang mengalami kesulitan belajar
Alat asesmen berupa instrumen ungkap butir kelainan dan tes intelegensi WISC
Alat bantu ajar atau akademik sesuai jenis kelainan
Prasrana khusus sekolah inklusif bagi peserta didik yang mengalami kesulitan belajar berupa
ruang asesmen dan ruang remedial
Aksebilitas di Sekolah Inklusif
 Keberadaan atau ketersediaan aksesibilitas fisik dan
non fisik di sekolah harus diinformasikan kepada Anak
Berkebutuhan Khusus

 Aksesibilitas terdiri dari aksesibilitas fisik dan non


fisik.

 Aksesibilitasnon fisik adalah suatu akses yang


diberikan berkaitan degan program atau sistem untuk
semua orang untuk agar dapat masuk dan keluar
mudah berkaitan dengan program atau sistem tersebut

 aksesibilitas
fisik adalah kemudahan setiap anak
untuk masuk dan keluar dalam satu lingkungan,
Menurut pasal 27 ayat (2) UU No.28
Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung
menyebutkan bahwa : “kemudahan ke,
dari dan di dalam bangunan gedung
sebagaimana dimaksudkan ayat (1)
meliputi terseduanyan fasilitas dan
aksesibilitas yang mudah, aman, dan
nyaman termasuk bagian penyandang
cacat dan lanjut usia”
penyenggaran aksebilitas di sekolah dan lingkungannya dengan
mengadopsi dari Toolkit LIRP UNESCO (2007) dan Arbaiter-Samariter-
Bund (ASB) Indonesia Aksesibilitas Fisik, sebagai berikut
 Jalan menuju sekolah, halaman sekolah, pembangun ramp dan
jalur pemandu
 Pintu ruang kelas
 Jendela
 Koridor kelas
 Ruang kelas
 Perpustakaan
 Laboratorium
 Ruang konseling
 Arena olahraga
 Area bermain dan taman sekolah
 Toilet
 Tangga
 Penyeberangan jalan menuju sekolah
 Tanda-tanda khusus sekolah dan lingkungan sekitarnya
SISTEM DUKUNGAN DAN
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
Pasal 31 UUD 1945
BAB IV Pasal 5 Undang-Undang Nomor
20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional
Peraturan Pemerintah Nasional Nomor 70
Tahun 2009 tentang pendidikan inklusi
Dalam menjalankan perannya sebagai Pusat Sumber, SLB
diharapkan dapat mengakomodasi kebutuhan sekolah dan
siswa dengan latar belakang yang berbeda-beda. Fokus
pengembangan Sekolah Luar Biasa sebagai Pusat Sumber
yang secara umum memiliki beberapa peran diantaranya
sebagai berikut:
Pusat informasi dan konsultasi pendidikan anak
berkebutuhan khusus
Pusat pendidikan dan latihan
Pusat asesmen
Pusat pengembangan dan penyaluran
keterampilan/workshop
Pusat pengembangan media pembelajaran
Pusat advokasi ALB/ABK/orang tua
PENILAIAN DALAM KENAIKAN KELAS
DAN PELAPORAN
 Setiap kegiatan belajar mengajar harus memiliki tujuan yang perlu
dinilai dengan berbagai cara
 Penilaian harus menjabarkan hasil belajar, yaitu memberikan
gambaran mengenai keberhasilan siswa dalam mengembangkan
serangkaian keterampilan (psikomotor), pengetahuan (kognitif),
dan perilaku (afektif) selama pembelajaran
 Dalam seting pendidikan inklusif penilaian hasil belajar secara
sistematis dan berkelanjutan bertujuan untuk menilai hasil belajar
siswa di sekolah, mempertanggung jawabkan penyelenggaraan
pendidikan kepada masyarakat, dan mengetahui mutu pendidikan
pada sekolah
 Penilaian (Assessment) dapat dilakukan sebelum pembelajaran
dimulai untuk mendapatkan data tentang baseline setiap anak
sebelum pembelajaran dilakukan oleh guru
Adapun fungsi dari penilaian
(Assessment) meliputi Screening &
Indentification (penyaringan dan
penjaringan), Child’s Educational Need
sexploration (eksplorasi kebutuhan belajar
anak) dan Intructional Planning
(perencanaan pembelajaran) serta
Evaluation (penilaian hasil).
 Penilaianbagi peserta didik berkebutuhan khusus
sangat beragam. Jenis dan model yang akan
dipakai disesuaikan dengan kompetensi dan
indikator hasil belajar yang ingin dicapai, tipe
materi pembelajaran, dan tujuan penilaian itu
sendiri
Ada dua jenis penilaian yaitu tes dan non-tes
Penilaian bukan menghakimi siswa, tetapi untuk
mengetahui perkembangan pengalaman belajar
siswa
Siswa, orang tua, dan sekolah memperoleh
manfaat dari kegiatan penilaian untuk
mendiagnosis kesulitan belajar, umpan balik
pembelajaran, dan/atau untuk
menentukan prestasi siswa.
Penyelenggaraan pendidikan inklusif seharusnya perlu memiliki
standar penilaian pendidikan dengan kriteria sebagai berikut :
 Guru dapat menginformasikan rancangan dan kriteria penilaian peserta didik kebutuhan khusus kepada orang tua pada semester
yang berjalan.
 Guru melakukan penilaian pembelajaran peserta didik kebutuhan khusus tidak di sertai gangguan intelektual menggunakan
standar penilaian umum.
 Guru melakukan penilaian pembelajaran peserta didik berkebutuhan khusus disertai gangguan intelektual (IQ di bawah rata-rata)
menggunakan standar penilaian khusus atau sesuai dengan karakteristik peserta didik.
 Guru mengadaptasi prosedur atau media penilaian peserta didik berkebutuhan khusus.
 Sekolah menentukan kriteria ketuntaan minimal (KKM) bagi peserta didik brkebutuhan khusus sama dengan peserta didik lainnya
pada seluruh mata pelajaran dengan memperhatikan karakteristik dan kemampuan peserta didik, karakteristik mata pelajaran, serta
kondisi sekolah.
 Sekoah mengukur ketercapaian KKM peserta didik berkebutuhan khusus yang menggunakan kurikulum dibawah standar
berdasarkan kemajuan dari masing-masing peserta didik yang bukan berdasarkan rata-rata kelas.
 Sekolah menentukan peserta didikberkebutuhan khusus yang menggunakan kurikulum dibawah standar tidak mengenal tinggal
kelas.
 Sekolah melaporkan hasil penilaian setiap akhir semester kepada orangtua peserta didik dalam bentuk buku laporan hasil belajar
peserta didik.
 Sekolah melaporkan hasil belajar peserta didik yang menggunakan kurikulum tidak standar atau dibawah standar dilengkapi
dengan deskripsi atau narasi.
 Sekolah menyerahkan ijazah pada setiap peserta didik termasuk peserta didik berkebutuhan khusus yang tidak mengikuti ujian
nasional tidak perlu di nyatakan lulus dan diberikan Surat Tanda Tamat Belajar dari satuan pendidikan bersangkutan.
 Sekolah menyelenggarakan ujian sekolah seluruh mata pelajaran bagi peserta didik berkebutuhan khusus yang menggunakan
kurikulum dibawah standar.
 Sekolah menetukan kelulusan peserta didik berkebutuhan khusus dengan menggunakan kurikulum standar sesuai kriteria
kelulusan.
 Sekolah tidak mengikutsertakan peserta didik berkebutuhan khusus dengan menggunakan kurikulum dibawah standar dalam ujian
Sistem Kenaikan Kelas di Sekolah Inklusi

pelaksanaan kegiatan pembelajaran dalam


pendidikan inklusif sama dengan kegiatan
pembelajaran di kelas umum. Akan tetapi,
karena dalam pendidikan inklusif terdapat
siswa yang lebih heterogen, maka
memerlukan modifikasi dalam kegiatan,
strategi, media, dan metode
pembelajarannya
Direktokrat PLB (2007) menjelaskan hal-hal yang
perlu dilakukan pada saat proses pembelajaran
dalam kelas inklusif antara lain:
Perencanaan pembelajaran, yang Pelaksanaan pembelajaran, yang Evaluasi atau penelitian
meliputi: meliputi:
a. Guru sekolah inklusif a. Guru mengorganisir kelas Proses sistematif evaluasi atau
mengembangkan perangkat sesuai kebutuhan peserta didik penilaian mencakup tahapan
pembelajaran (silabus dan RPP) pada kelas inklusif.
dengan mempertimbangkan b. Guru menyampaikan perencanaan, pengumpulan
perbedaan individu. pembelajaran megacu pada informasi disertai dengan
b. Penyusunan perangkat standard proses (elaborasi, bukti pencapaian hasil belajar,
pembelajaran (silabus, RPP, eksplorasi, konfirmasi) dengan pelaporan, pengunaan
LKS, LP, serta materi) bagi menerapkan strategi yang informasi hasil peserta didik.
anak berkebutuhan khusus variatif serta pakem yang sesuai
mempertimbanhkan hasil dengan karakteristik dan Evaluasi atau penilaian
asesmen dan masukan yang kebutuhan peserta didik yang meliputi penilaian proses dan
melibatkan pihak-pihak terkait, beragam. produkModel evaluasi atau
seperti GPK, psikolog, c. Guru menggunakan media penilaian sekolah inklusif
dokter,orang tua, dan lain pembelajaran bervariasi sesuai harus disesuaikan dengan
sebagainya. dengan kebutuhan peserta didik
c. Peserta didik yang memiliki yang beragam. jenis kurikulum yang
kecerdasan istimewa dapat d. Guru memberikan tugas atau dipergunakan (kurikulum
menggunakan kurikulum lembar kerja siswa yang standar atau akomodatif).
akomodatif sesuai karakteristik bervariasi sesuai dengan
dan potensinya. karakteristik dan kebutuhannya.
e. Guru melakukan penilaian
proses serta hasil belajar yang
berkesinambungan dan
Sistem Pelaporan dan Sertifikasi di
Sekolah Inklusi

Laporan hasil belajar siswa di sekolah


inklusi pada dasarnya sama dengan siswa
reguler lainnya karena siswa yang ABK
tersebut pada dasarnya sama-sama
bersekolah dengan siswa normal
Dalam menyusun laporan hasil belajar dalam seting pendidikan
inklusi (Dedi Kustawan, 2006) :
 Hasil akhir untuk siswa berhubungan dengan apa yang dapat
siswa lakukan sebelumnya dan apa yang dapat dilakukannya
sekarang (mengacu pada perkembangan siswa)
 Keputusan tingkat kecapaian hasil belajar berdasarkan berbagai
informasi
 Keputusan tentang kemampuan siswa mempertimbangkan hasil
kerja atau karya siswa yang dikunmpulkan
 Menggunakan sistem pencatatan yang bervariasi
 Adanya penyesuaian sistem laporan penilaian hasil belajar yang
memuat rincian hasil belajar berdasarkan standar/kriteria yang
telah ditentukan, memberikan informasi yang jelas, menyeluruh
dan akurat, dan menjamin orangtua untuk segera mengetahui
masalah dan perkembangan anaknya. (malalui diskusi formal,
buku/kartu laporan penilaian hasil belajar atau rapor, pertemuan
Fungsi penting dari penghargaan yang
berperan besar bagi pembentukan tingkah
laku yang diharapkan untuk:
Memperkuat motivasi untuk memacu diri
agar mencapai prestasi
Memberikan tanda bagi seseorang yang
memiliki kemampuan lebih
Bersifat universal
Penghargaan bagi siswa di sekolah
inklusi
 Pemberian reward ini sangat diperlukan oleh semua
anak untuk mengembangkan harga dirinya dan
identitasnya
anak harus dihargai apa adanya
pada dasarnya pemberian penghargaan antara
siswa yang ABK sama halnya dengan siswa
reguler lainnya
Motivasi belajar siswa akan meningkat ketika
prestasi dan kerja keras untuk mencapai
kesuksesan belajar itu di iringi penghargaan dan
apresiasi yang baik

Anda mungkin juga menyukai