Anda di halaman 1dari 7

Hubungan Antara Persepsi Terhadap Dukungan Sosial Teman Sebaya dan Konsep Diri Dengan Penyesuaian Diri di

Sekolah Pada Siswa Kelas Unggulan

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP DUKUNGAN SOSIAL


TEMAN SEBAYA DAN KONSEP DIRI DENGAN PENYESUAIAN DIRI DI
SEKOLAH PADA SISWA KELAS UNGGULAN

Lailatul Rokhmatika
Eko Darminto
Bimbingan Konseling, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Surabaya
Rahma_tic@yahoo.com

Abstrak
Penelitian ini merupakan penelitian korelasional yang meneliti hubungan antara dua variabel bebas terhadap
satu variabel terikat. Subyek penelitian adalah siswa kelas unggulan di SMP Negeri 1 Kalitengah, Lamongan. Populasi
dalam penelitian ini berjumlah 50 siswa. Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan angket. Metode analisis
data yang digunakan adalah analisis Chi-Square dan uji koefisien kontingensi. Hsilnya menunjukkan bahwa ada
hubungan yang signifikan dan positif antara persepsi terhadap dukungan sosial teman sebaya dengan penyesuaian diri di
sekolah, konsep diri dengan penyesuaian diri di sekolah, dan persepsi terhadap dukungan sosial teman sebaya dengan
konsep diri. Nilai positif menunjukkan bahwa kenaikan variabel X diikuti pula oleh kenaikan variabel Y.

Kata kunci : persepsi terhadap dukungan soial teman sebaya, konsep diri, penyesuaian diri di sekolah

Abstract
This research is the correlation research that studied between two free variables to a bound variable. The
VXEMHFW RI UHVHDUFK ZDV VXSHULRU FODVV¶ VWXGHQWV LQ 603 1HJHUL .DOLWHQJDK /DPRQJDQ 7KH SRSXODWLRQ RI WKLV
research was 50 students. The data collection in this research used questionnaire.And the method analysis of data that
was used is Chi-Square and Coeficient Contingency analysis. The results showed the significant relation and positif
value between perception of peer social support with adjustment at school, self concept with adjustment at school, and
perception of peer social support with adjustment at school. The positif value showed that the increase in the variable X
followed by an increase in the variable Y.
Key words: the perception of peer social support, self-concept, and adjustment at school

dalam diri dengan apa yang diharapkan oleh


PENDAHULUAN lingkungannya (Desmita, 2010).
Menurut Baum tingkahlaku penyesuaian diri Sebagaimana diketahui bahwa perilaku atau
diawali dengan stres, yaitu suatu keadaan aktivitas yang ada pada individu atau organisme itu tidak
timbul dengan sendirinya, tetapi sebagai akibat dari
dimana lingkungan mengancam atau membahayakan adanya stimulus atau rangsang yang mengenai individu
keberadaan atau kesejahteraan atau kenyamanan diri atau organisme itu. Carl Rogers (dalam Darminto,
seseorang (dalam Desmita, 2010). Termasuk juga dalam 2007:108) menyatakan bahwa:
hal ini lingkungan sekolah, yang merupakan sebuah Manusia bereaksi terhadap lingkungannya sesuai
organisasi sosial yang kompleks, dengan sejumlah dengan persepsi dan pengalamannya sendiri. Pengalaman
norma, nilai, peraturan dan tuntutan yang harus dipenuhi meliputi segala sesuatu yang secara potensial terdapat
oleh para anggotanya, termasuk siswa. Schneiders dalam kesadaran organisme pada setiap saat. Keseluruhan
menyatakan bahwa penyesuaian diri merupakan suatu pengalaman ini disebut medan fenomenal atau medan
proses yang mencakup respon-respon mental persepstual. Medan fenomenal itu adalah dunia privat
dan tingkahlaku yang merupakan usaha individu agar individu (individual frame of reference) yang hanya
berhasil mengatasi kebutuhan, ketegangan, konflik dan diketahui oleh orang itu sendiri.
frustasi yang dialami di dalam dirinya, sehingga terwujud
tingkat keselarasan atau harmoni antara tuntutan dari
Journal Mahasiswa Bimbingan dan Konseling. Volume 01 Nomor 01 Tahun 2013, 149-157

Tingkahlaku seseorang dapat dipahami dengan terhadap siswa kelas unggulan berupa harapan memiliki
sangat baik dari kerangka internal individu itu sendiri. nilai yang bagus, mempertahankan keunggulan sekolah,
Rogers mendefinisikan kerangka acuan internal (internal serta memiliki sikap dan tingkahlaku yang baik. Pada
frame of refrence) sebagai seluruh bidang pengalaman kenyatannya, adanya tuntutan peran ini dimunculkan
yang tersedia bagi pengalaman individu pada saat dengan pemberian label (labelling) kepada mereka yang
tertentu. Bidang pengalaman ini meliputi sensasi-sensasi, berada di kelas unggulan dari orang-orang disekitarnya.
persepsi-persepsi, makna-makna, ingatan-ingatan yang Label yang dipersepsi positif oleh siswa membuat
tersedia bagi kesadaran. Beberapa pengalaman individu individu menjadi pribadi yang merasa berharga, percaya
(medan fenomenal) berdiferensiasi dan dilambangkan diri, dan berkemampuan tanpa harus menjadi sombong.
sebagai kesadaran. Pengalaman-pengalaman ini adalah Sedangkan label yang dipersepsi negatif membuat
pengalaman diri dan akhirnya sebagian dari pengalaman individu menjadi terbebani, merasa bodoh, pesimis, serta
ini berdiferensiasi menjadi self- concept (Semiun, 2010). berbagai perilaku dan perasaan inferior lainnya. Hal
Bagi Rogers, konsep diri menggambarkan persepsi tersebut cenderung akan membawa efek negatif karena
individu tentang dirinya sendiri dan hubungannya dengan akan menimbulkan harapan terhadap kemampuan yang
obyek atau orang lain dalam lingkungannya (Darminto, dimiliki dan bisa menjadi beban mentalnya.
2007). Kebanyakan cara bertingkahlaku yang digunakan Fenomena yang peneliti temukan di SMP Negeri
individu adalah cara yang cocok dengan self-concept-nya. 1 Kalitengah tentang penyesuaian sosial siswa kelas
Jadi, dalam konsep fenomenologis, realita adalah apa unggulan. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara
yang dipersepsi oleh individu tentang sesuatu diketahui bahwa siswa kelas unggulan di SMP ini di
(pengalaman) dan bukan realitas obyektif dari sesuatu. saring atas dasar tes potensi akademik siswa. Tuntutan
Menurut Carl Rogers (dalam Darminto, 2007:106) yang ada di kelas unggulan ini meliputi tuntutan terhadap
menyatakan bahwa: kelengkapan sarana-prasarana yang berbeda dari kelas
reguler, sehingga siswanya dikenakan biaya administrasi
Gangguan perilaku terjadi jika individu yang lebih tinggi daipada kelas reguler, jumlah jam
mendapatkan hambatan untuk merealisasikan belajar yang lebih padat yakni antara pukul 07.00-15.00
kecenderungan dasarnya, atau ketika mereka berada pada sedangkan kelas reguler hanya sampai pukul 12.00,
suatu lingkungan yang tidak memfasilitasi kondisi kegiatan tambahan seperti OSN, English Conversation,
pertumbuhan. Secara kasar kecenderungan ini dapat KIR, dan SII. Dan fasilitas tambahan berupa bimbingan
digambarkan sebagai upaya mencapai pertumbuhan, latihan soal sebelum menghadapi ujian. Dari fenomena di
kesehatan, penyesuaian, sosialisasi, realisasi diri, dan atas bisa dipastikan bahwa hanya aspek kognitif saja
otonomi. Individu yang tidak memperoleh kondisi yang dikembangkan pada siswa kelas unggulan. Seperti
pertumbuhan cenderung mengembangkan perilaku data yang peneliti temukan berdasarkan studi
defensive, tidak kongruen, dan mudah mengalami konflik pendahuluan di SMP Negeri 1 Kalitengah melalui
dalam dirinya, menjadi orang dewasa yang pemalu, wawacara dan observasi pada guru BK dan beberapa
penakut, sangat patuh, atau mudah marah dan siswa kelas unggulan dan siswa reguler menunjukkan
memberontak. adanya perbedaan tingkat penyesuaian diri. Beberapa
siswa reguler dapat menyesuaikan diri dengan baik,
Lingkungan yang tidak menyajikan kondisi sedangkan beberapa siswa kelas unggulan yang terdiri
pertumbuhan adalah lingkungan yang mengekspose dari 55 siswa memiliki penyesuaian diri yang rendah.
perlakuan yang cenderung terlalu melindungi atau Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan
membatasi, dominan, dan membuat tuntutan yang siswa dan guru BK tentang penyesuaian diri di sekolah,
berlebihan. Kondisi lingkungan semacam ini cenderung Senin, 12 Maret 2012, ditemukan fakta bahwa siswa
memberikan pengaruh negatif pada perkembangan dan menyatakan jenuh dengan rutinitas, bingung dengan
menghambat aktualisasi diri karena menyebabkan banyaknya tugas, mengaku kesulitan bergaul dengan
individu tidak memperoleh kebebasan untuk mengungkap teman, cemas ketika pelajaran tertentu, dan malas
dan memberdayakan potensi-potensi dirinya. mengikuti ekstra. Pengakuan beberapa siswa kelas
Fitts menyatakan bahwa konsep diri unggulan menyatakan bahwa pemilihan kelas unggulan
berpengaruh kuat terhadap tingkahlaku seseorang didasarkan atas keinginan dari pihak orangtua bukan atas
(Agustiani, 2009). Salah satu tuntutan terhadap siswa pilihan mereka. Mereka juga menyatakan bahwa teman-
kelas unggulan adalah tuntutan peran. Peran secara teman di kelas unggulan individualisnya tinggi. Selain
khusus berkaitan dengan sekumpulan harapan yang itu, beberapa siswa reguler menyatakan bahwa siswa
dimiliki oleh seseorang dan orang lain yang membentuk unggulan terkesan sombong dan siswa dari kelas
lingkungan sosial (Desmita, 2010). Tuntutan peran unggulan hanya mau bergabung dengan sesama siswa
Hubungan Antara Persepsi Terhadap Dukungan Sosial Teman Sebaya dan Konsep Diri Dengan Penyesuaian Diri di
Sekolah Pada Siswa Kelas Unggulan

unggulan. Jika ditinjau dari letak ruang kelas, ruang kelas Siswa Kelas Unggulan
unggulan dan reguler masih berada dalam satu lingkup Sutondo (2010) menyatakan bahwa kelas
bangunan yang kelasnya bersebelahan. Waktu istirahat unggulan dalam arti secara umum merupakan kelas yang
antara siswa reguler dan unggulanpun sama, akan tetapi berisi anak-anak yang memiliki bakat akademis atau
siswa unggulan lebih banyak menghabiskan waktu kecerdasan diatas rata-rata, dilihat dari nilai akademis
istirahatnya di dalam kelas. yang tinggi, IQ yang diatas rata-rata.
Dilatarbelakangi permasalahan di atas maka Sedangkan Suhartono (2005) berpendapat bahwa
peneliti ingin mengetahui apakah ada hubungan antara siswa kelas unggulan adalah siswa yang dikategorikan
persepsi terhadap dukungan sosial teman sebaya dan sebagai siswa berbakat, yaitu siswa yang memiliki
konsep diri dengan penyesuaian diri di sekolah pada kesehatan jasmani rohani, cerdas, kreatif, inovatif, dan
siswa kelas unggulan di SMP Negeri 1 Kalitengah. berkepribadian luhur..
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan
Penyesuaian Diri di Sekolah bahwa siswa kelas unggulan adalah siswa yang
Schneiders (Desmita, 2010) menyatakan bahwa dikelompokkan berdasarkan kelebihannya dalam
penyesuaian diri merupakan suatu proses yang mencakup akademis yang melebihi rata-rata pada umumnya.
respon-respon mental dan tingkahlaku yang merupakan Berdasarkan petunjuk penyelenggaraan program
usaha individu agar berhasil mengatasi kebutuhan, kelas sekolah unggulan yang dikeluarkan oleh
ketegangan, konflik dan frustasi yang dialami di dalam Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1994)
dirinya, sehingga terwujud tingkat keselarasan atau kelas/sekolah unggul harus memiliki karakteristik
harmoni antara tuntutan dari dalam diri dengan apa yang berikut:
diharapkan oleh lingkungannya. 1. Masukan diseleksi secara ketat dengan
Lebih lanjut, Sunarto dan Hartono (2006) menggunakan kriteria yang dapat
menyatakan bahwa penyesuaian berarti adaptasi; dapat dipertanggungjawabkan.
mempertahankan eksistensinya atau bisa survive dan 2. Sarana dan prasarana menunjang untuk pemenuhan
memperoleh kesejahteraan jasmaniah dan rohaniah, dan kebutuhan belajar dan penyaluran minat dan bakat
dapat mengadakan relasi yang memuaskan dengan siswa.
tuntutan sosial. 3. Lingkungan belajar yang kondusif untuk
Dari pengertian tersebut maka dapat berkembangnya potensi keunggulan menjadi
disimpulkan bahwa penyesuaian diri di sekolah dapat keunggulan yang nyata.
diartikan sebagai kemampuan siswa dalam beradaptasi 4. Memiliki kepala sekolah dan tenaga kependidikan
terhadap lingkungan sekolah secara wajar sehingga yang unggul, baik dari segi penguasaan materi
memberikan kepuasan bagi diri dan lingkungannya. pelajaran, metode mengajar, maupun komitmen
Menurut Schneiders (dalam Mariyanti, 2006) dalam melaksanakan tugas.
karakteristik penyesuaian diri yang baik meliputi: 5. Kurikulum yang diperkaya, yakni melakukan
1. Absence of excessive emotionality. Terhindar dari pengembangan dan improvisasi kurikulum secara
ekpresi emosi yang berlebihan, merugikan atau maksimal sesuai dengan tuntutan belajar.
kurang mampu mengontrol diri. 6. Rentang waktu belajar sekolah yang lebih panjang
2. Absence of psychological mechanism. Terhindar dibandingkan sekolah lain dan tersedianya asrama
dari mekanisme psikologis, artinya individu dapat yang memadai.
memberikan respon yang wajar terhadap konflik 7. Proses pembelajaran yang berkualitas dan hasilnya
yang dihadapi. selalu dapat dipertanggung-jawabkan kepada siswa,
3. Absence of the sense of personal frustration. lembaga, maupun masyarakat.
Terhindar dari perasaan frustasi atau kecewa 8. Adanya perlakukan tambahan di luar kurikulum,
4. Rational deliberation and self direction. Memiliki program pengayaan dan perluasan, pengajaran
pertimbangan dan pengarahan diri yang rasional remedial, pelayanan bimbingan dan konseling yang
5. Ability to learn and utilization experience. berkualitas, pembinaan kreativitas, dan disiplin,
Kesediaan untuk belajar dan mampu memanfaatkan sistem asrama, serta kegiatan ekstrakurikuler
pengalaman masa lalu. lainnya.
6. Realistic and objective attitude. Bersikap 9. Pembinaan kemampuan kepemimpinan yang
objektif dan realistik. menyatu dalam keseluruhan sistem pembinaan
siswa melalui praktik langsung dalam kehidupan
sehari-hari.
Journal Mahasiswa Bimbingan dan Konseling. Volume 01 Nomor 01 Tahun 2013, 149-157

Pendapat tersebut dapat didefinisikan bahwa


Persepsi dukungan sosial adalah informasi dari individu lain
Leavitt (dalam Sobur, 2003) memberikan bahwa seseorang dicintai dan diperhatikan, dihargai dan
pengertian tentang persepsi sebagai berikut: ³Perception dinilai, dan menjadi bagian dari jaringan sosial.
dalam pengertian sempit adalah penglihatan yaitu Lebih lanjut Sheridan & Radmacher (dalam Sari,
bagaimana cara seseorang melihat sesuatu; sedangkan 2011) berpendapat bahwa dukungan sosial merupakan
dalam arti luas, perception adalah pandangan yaitu transaksi interpersonal yang melibatkan aspek- aspek
bagaimana seseorang memandang atau mengartikan informasi, perhatian emosi, penilaian dan bantuan
sesuatu.´ instrumental.
Rakhmat (2005) menyatakan bahwa persepsi Pendapat senada dikemukakan juga oleh Sarason
adalah pengamatan tentang obyek, peristiwa atau (dalam Kuntjoro, 2002) yang mengartikan dukungan
hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan sosial sebagai transaksi interpersonal yang ditunjukkan
informasi dan menafsirkan pesan. Lebih lanjut, Chaplin dengan memberikan bantuan pada individu lain, dimana
(dalam Desmita, 2010) mengartikan persepsi sebagai bantuan itu umunya diperoleh dari orang yang berarti
proses mengetahui atau mengenali objek dan kejadian bagi individu yang bersangkutan.
objektif dengan bantuan indera. Jadi dapat disimpulkan bahwa dukungan sosial
Dari pengertian di atas dapat dipahami bahwa merupakan bantuan atau dukungan baik informasi,
persepsi adalah penilaian terhadap stimulus (rangsangan) perhatian emosional, penilaian, dan bantuan instrumental
yang diterima oleh sistem alat indra manusia. yang diterima individu dari orang-orang tertentu dalam
Seperti yang telah dijabarkan di atas bahwa kehidupan sosialnya yang membuat si penerima merasa
persepsi merupakan proses pemberian makna terhadap diperhatikan, dihargai dan dicintai.
sesuatu yang diperoleh melalui indera. Persepsi sifatnya
subyektif tergantung bagaimana individu yang satu Teman Sebaya
dengan individu yang lain dalam melihat dan memahami Menurut Wilis (2010) Teman sebaya adalah
hal yang sama dengan cara yang sama dapat kelompok yang terdiri dari anak-anak yang memiliki
menghasilkan persepsi yang berbeda-beda. Hal ini juga usia, kelas dan motivasi bergaul yang sama atau hampir
termasuk dalam menanggapi dukungan sosial yang sama. Hal ini dinamakan peer group atau kelompok
diterima. Menurut Asberg, dkk., (2011), dukungan sosial teman sebaya dapat membantu proses penyesuaian diri
dapat dikonseptualisasikan sebagai persepsi bahwa yang baik.
bantuan yang diberikan oleh orang lain adalah cukup, Ditambahkan pula oleh Santrock (2003) teman
atau kualitas yang dirasakan dari dukungan seseorang sebaya adalah individu yang tingkat kematangan dan
yang dapat mempengaruhi penyesuaian. umurnya kurang lebih sama.
Jadi persepsi mengenai dukungan sosial Dari pendapat di atas maka dapat ditarik
merupakan penilaian terhadap bantuan atau dukungan kesimpulan bahwa teman sebaya adalah individu atau
yang diterima individu. Penilaian positif terhadap anak-anak yang memiliki tingkat kematangan, usia, kelas
dukungan sosial mengartikan bahwa individu dan motivasi bergaul hampir sama atau sama yang dapat
mempersepsi bahwa dukungan yang diberikan oleh membantu proses penyesuaian diri.
individu lain telah diterima dengan baik dan sesuai Pengaruh teman sebaya menurut Santosa (1999)
dengan kebutuhan yang diperlukan. Sebaliknya penilaian ada dua macam yaitu:
negatif terhadap dukungan sosial mengartikan bahwa 1. Pengaruh positif
individu mempersepsi bahwa dukungan sosial yang a. Apabila individu dalam kehidupannya memiliki
diberikan tidak dapat diterima dan dirasakan dengan baik peer group, maka mereka akan lebih siap
karena kurang sesuai dengan kebutuhannya. menghadapi kehidupan yang akan datang.
b. Individu dapat mengembangkan rasa solidaritas
Dukungan Sosial antar kawan
Dukungan sosial didefinisikan oleh Cobb (dalam c. Apabila individu masuk dalam peer group, maka
Kim, dkk., 2008:518) sebagai berikut, setiap anggota akan dapat membentuk
³Social support has been defined as masyarakat yang akan direncanakan sesuai
information from others that one is loved and dengan kebudayaan yang mereka anggap baik
cared for, esteemed and valued, and part of a (menyeleksi kebudayaan dari beberapa
network of communication and mutual temannya).
REOLJDWLRQV´ d. Setiap anggota dapat beralih memperoleh
pengetahuan, kecakapan, dan melatih bakatnya.
Hubungan Antara Persepsi Terhadap Dukungan Sosial Teman Sebaya dan Konsep Diri Dengan Penyesuaian Diri di
Sekolah Pada Siswa Kelas Unggulan

e.Menolong individu untuk bersifat mandiri. Shavelson (dalam Marsh, 1990) mengemukakan
f.Menyalurkan perasaan dan pendapat demi bahwa konsep diri terdiri dari konsep diri akademik dan
kemajuan kelompok. non akademik.
2. Pengaruh negatif Dalam penelitian ini konsep diri yang digunakan
a. Sulit menerima seseorang yang tidak terbatas pada konsep diri akademik. Snow (dalam
mempunyai kesamaan. McGrew, 2008) mendefinisikan konsep diri akademik
b. Tertutup bagi individu lain yang tidak termasuk sebagai pandangan individu tentang kemampuanya dalam
anggota. pelajaran sekolah.
c. Menimbulkan rasa iri pada anggota satu dengan Konsep diri akademik menurut Marsh &
anggota yang lain yang tidak memiliki kesamaan Shavelson (Marsh, 1990) terdiri atas Ilmu pasti dan Ilmu
dengan dirinya. bahasa. Ilmu pasti terdiri atas matematika, fisika, biologi,
d. Timbulnya persaingan antar anggota kelompok. dan ekonomi. Sedangkan ilmu bahasa meliputi geografi,
e. Timbulnya pertentangan antar kelompok sebaya. sejarah, bahasa inggris/indonesia.
Misalnya: antar kelompok kaya dengan
kelompok miskin. Metode
Jenis penelitian yang digunakan adalah
Konsep diri penelitian dengan pendekatan kuantitatif dan
Atwater (dalam Desmita, 2010) menyatakan menggunakan rancangan penelitian korelasi. Penelitian
EDKZD ³NRQVHS GLUL DGDODK VHOXUXK JDPEDUDQ GLUL \DQJ korelasi adalah penelitian yang bertujuan untuk
meliputi perspesi seseorang tentang diri, perasaan, menemukan ada tidaknya hubungan antar variabel dan
keyakinan, dan nilai-nilai yang berhubungan dengan apabila ada berapa eratnya hubungan serta berarti atau
GLULQ\D ´ tidaknya hubungan itu (Arikunto, 2006).
Sedangkan Agustini (2009:138) memberikan Dalam penelitian ini teknik pengambilan sampel
SHQGDSDW EDKZD ³NRQVHS GLUL DGDODK JDPEDUDQ \DQJ yang digunakan adalah nonprobability sampling berupa
dimiliki seseorang tentang dirinya yang dibentuk melalui teknik sampling jenuh. Sampling jenuh adalah teknik
pengalaman-pengalaman yang diperoleh dari interaksi penentuan sampel bila semua anggota populasi
GHQJDQ OLQJNXQJDQ´ digunakan sebagai sampel (Sugiyono, 2011).
Lebih lanjut, Brook (Rahmat, 2005) mengatakan Teknik pengumpulan data yang digunakan
bahwa konsep diri merupakan persepsi mengenai diri dalam penelitian ini adalah self report . Self report
sendiri, baik yang bersifat fisik, sosial, maupun merupakan metode penilaian sikap dimana responden
psikologis, yang diperoleh melalui pengalaman individu ditanya secara lansung tentang keyakinan atau perasaan
dalam interaksinya dengan orang lain. mereka terhadap suatu objek atau kelas objek (Hendri,
Sementara itu, Shavelson, dkk., (1981) 2009).
mendefinisikan konsep diri (self-concept) sebagai Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini
berikut: berupa angket/kuisioner. Ada tiga angket yang digunakan
³Self±FRQFHSW LV D SHUVRQ¶V SHUFHSWLRQ RI dalam penelitian ini yakni: angket penyesuaian diri di
him or her self. These perceptions are formmed sekolah, angket persepsi terhadap dukungan sosial dan
WKURXJK RQH¶V H[SHULHQFH ZLWK DQG angket konsep diri yang ketiganya bersifat tertutup.
LQWHUSUHWDWLRQV RI RQH¶V HQYLURQPHQW DQG DUH Angket penyesuaian diri di sekolah dikembangkan
influenced especially by reinforcements, sendiri oleh peneliti berdasarkan pengertian penyesuaian
HYDOXDWLRQV RI VLJQLILFDQW RWKHUV DQG RQH¶V diri milik Scheneiders. Angket konsep diri dikembangkan
DWWULEXWLRQV IRU RQH¶V RZQ EHKDYLRU ´ oleh peneliti berdasarkan pengertian konsep diri
Konsep diri menurut Shavelson, Hubner dan akademik milik Shavelson. Sedangkan angket persepsi
Stanton di atas didefinisiskan sebagai persepsi seseorang terhadap dukungan sosial dikembangkan oleh peneliti
tentang dirinya yang terbentuk dari pengalaman individu berdasarkan pengertian persepsi milik Leavitt dan
dalam lingkungan dan dipengaruhi oleh penguatan, pengertian dukungan sosial milik Sheridan dan
interaksi dengan orang terdekat, dan atribut yang Radmacher dengan menggunakan skala yang digunakan
dikenakan padanya. adalah skala Likert.
Jadi konsep diri adalah gagasan tentang diri Teknik analisis data yang digunakan adalah uji
sendiri yang mencakup keyakinan, pandangan dan Chi-Square dan Uji Koefisien Kontingensi.
penilaian seseorang terhadap dirinya sendiri baik yang
bersifat fisik, sosial maupun psikologis yang dibentuk
melalui pengalamannya dengan lingkungan.
Journal Mahasiswa Bimbingan dan Konseling. Volume 01 Nomor 01 Tahun 2013, 149-157

Hasil Penelitian dan Pembahasan patuh, mudah marah dan suka memberontak (Darminto,
Sesuai dengan hasil perhitungan didapatkan nilai 2007).
p signifikansi < nilai alpha (0,05). Untuk uji hubungan Perbedaan individu dalam mempersepsi
antara konsep diri dengan penyesuaian diri di sekolah dukungan sosial yang diterimanya ini berkaitan dengan
pada siswa kelas unggulan ditemukan adanya hubungan konsep diri yang dimiliki.Seperti pendapat Rogers yang
yang positif dan signifiikan dengan nilai signifikansi menyatakan bahwa konsep diri menggambarkan persepsi
sebesar 0,001 (<0,05). Demikian juga untuk uji hubungan individu tentang dirinya dan hubungannya dengan obyek
antara persepsi terhadap dukungan sosial teman sebaya atau orang lain (Darminto, 2007). Termasuk dalam hal ini
dengan konsep diri juga ditemukan adanya hubungan konsep diri akademik yang dimiliki siswa kelas unggulan
yang positif dan signifikan dengan nilai signifikansi dapat mempengaruhi cara individu mempersepsi
sebesar 0,011 (<0,05). Adanya hubungan yang positif ini dukungan sosial yang diterima dari teman sebayanya.
berarti kenaikan variabel X diikuti pula oleh kenaikan Dan kebanyakan cara bertingkahlaku yang digunakan
variabel Y. individu adalah cara yang cocok dengan self-concept-nya.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah Hal tersebut relevan dengan pendapat dari Song
diuraikan di atas maka dapat diketahui bahwa hasil dan Hatie (Wahyuni, 2009),mengenai hubungan antara
penelitian ini mendukung teori fenomenologis yang telah konsep diri akademik, konsep diri sosial dan penampilan
diungkapkan oleh Carl Rogers yang menyatakan bahwa diri terhadap perilaku menunjukkan adanya korelasi yang
manusia bereaksi terhadap lingkungannya sesuai dengan signifikan. Demikian juga penelitian yang dilakukan
persepsi dan pengalamannya. Dan individu akan Wima bin Ary, dkk (2010) mengenai hubungan antara
mengalami gangguan perilaku jika individu mendapatkan konsep diri dengan penyesuaian sosial siswa kelas
hambatan untuk merealisasikan kecenderungan dasarnya, akselerasi menunjukkan bahwa konsep diri berpengaruh
atau individu berada pada lingkungan yang tidak terhadap penyesuaian sosial siswa.
memfasilitasi kondisi pertumbuhan (Darminto, 2007).
Berdasarkan teori tersebut maka dapat diketahui KESIMPULAN DAN SARAN
bahwa perilaku maladaptif yang dialami oleh siswa kelas
unggulan disebabkan karena kondisi lingkungan yang Kesimpulan
tidak memfasilitasi kondisi pertumbuhan yakni berupa Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan
tidak tersedianya dukungan sosial dari teman sebaya. dapat disimpulkan bahwa:
Hasil studi Cohen & McKay (1984) membuktikan bahwa a. Ada hubungan yang signifikan dan positif antara
ketika individu meyakini akan ada bantuan yang persepsi terhadap dukungan sosial teman sebaya
diberikan oleh orang terdekatnya, maka perhatian mereka dengan penyesuaian diri di sekolah pada siswa
yang semula tercurahkan pada tuntutan-tuntutan yang kelas unggulan (0,000<0,05).
muncul akan teralihkan pada upaya penyelesaian b. Ada hubungan yang signifikan dan positif antara
masalah. Asberg (dalam Pfeifer, 2011) menyataka bahwa konsep diri dengan penyesuaian diri di sekolah
dukungan sosial ini dapat dikonseptualisasikan sebagai (0,001<0,05).
persepsi bahwa bantuan yang diberikan oleh orang lain c. Ada hubungan yang signifikan dan positif antara
adalah cukup, atau kualitas yang dirasakan dari dukungan persepsi terhadap dukungan sosial teman sebaya
seseorang yang dapat mempengaruhi penyesuaian.Hal ini dengan konsep diri (0,011<0,05).
didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Arif
widodo (2011) tentang persepsi terhadap dukungan sosial Saran
mempengaruhi tingkat stress seseorang. Dimana kondisi Bagi guru BK :
stress ini pada akhirnya akan mempengaruhi seseorang a. Melakukan wawancara mendalam terhadap siswa
dalam bertingkahlaku ataupun menyesuaiaka diri. baru yang berkeinginan masuk kelas unggulan.
Karena persepsi sifatnya subyektif sehingga b. Melaksanakan konseling bagi siswa yang
hasil persepsi mungkin berbeda antara individu datu bermasalah dalam penyesuaian diri.
dengan lainnya. Semakin bias persepsi terhadap Bagi pihak sekolah
dukungan sosial teman sebaya yang dimiliki individu a. Memfasilitasi siswa kelas unggulan sesuai dengan
maka semakin tidak terfasilitasi individu dalam kondisi kebutuhannya.
pertumbuhannya. Individu yang tidak memperoleh
kondisi pertumbuhan ini cenderung mengembangkan
perilaku defensive, tidak kongruen, mudah mengalami
konflik dalam dirinya, menjadi penakut, pemalu, sangat
Hubungan Antara Persepsi Terhadap Dukungan Sosial Teman Sebaya dan Konsep Diri Dengan Penyesuaian Diri di
Sekolah Pada Siswa Kelas Unggulan

DAFTAR PUSTAKA Sari,Kartika.2011.Konsep Dukungan Sosial (Online).


http://artidukungansosial. blogspot.com/,
Agustiani, Hendriati. 2009. Psikologi Perkembangan
[diakses 3 Februari 2012]
Pendekatan Ekologi Kaitannya dengan Konsep
Diri dan Penyesuaian Diri pada Semiun, Yustinus.2010.Kesehatan Mental 1Pandangan
Remaja.Bandung : PT Refika Aditama. Umum Mengenai Penyesuaian Diri dan
Kesehatan Mental serta Teori-Teori yang
Arikunto,Suharsimi.2006.Prosedur Penelitian Suatu
Terkait.Yogyakarta:KANISIUS.
Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
Shavelson, Richard J dan Bolus, Roger.(1981).Self-
Bunga, Ekowarni.2010.Hubungan antara Persepsi Anak
Concept:The Interplay of Theory and Methods.
terhadap Kekerasan dan Pola Asuh Otoriter
Journal of Educational Psychology (Online),
dengan Konsep Diri di Lingkungan Etnis Sabu
Vol.74, No.1. http://
dan Rote di Kota Kupang. Tesis pada Fakultas
www.rand.org/pubs/papers/2009/P6607.pdf,
Psikologi UGM: tidak diterbitkan.
[diakses 12 Maret 2012]
Darminto, Eko.2007.Teori-Teori Konseling. Surabaya:
Siswanto.2006.Kesehatan Mental; Konsep, Cakupan dan
UNESA University Press.
Perkembangannya. Yogyakarta : Andi.
Desmita.2010.Psikologi Perkembangan Peserta
Sunarto,dkk.2006.Perkembangan Peserta Didik. Jakarta:
Didik.Bandung: PT.Remaja Rosdakarya.
Rineka Cipta.
Kim, Heejung S dan Sherman, David K.2008.Culture and
Sobur, Alex.2003. Psikologi Umum dalam Lintasan
Social Support.
Sejarah.Bandung: CV Pustaka Setia.
(Online).http://www.psych.ucsb.edu/~d_sherma/
kimshermantaylor.ap.2008.pdf, [diakses 18 mei Sugiyono.2011.Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif
2012] dan R&D.Bandung:Alfabeta.
Kuntjoro, Z.S.2002.Dukungan Sosial pada Lansia, Suhartono,dkk.2005. Penyelenggaraan Program Kelas
(Online). http://www.e-psikologi.com/epsi Unggulan di Sekolah Dasar. Jurnal Pendidikan
/lanjutusia_detail.asp,[diakses 12 Januari 2012]. (Online), Vol.6, No.2, [lppm
.ut.ac.id/htmpublikasi/suhartono.pdf, diakses 23
Mariyanti, Sulis.2006.Peran Minat dalam Bidang Kerja
Februari 2012].
Social Service.Jurnal Psikologi Vol.4,
No.2,http://www.esaunggul.ac.id/ Sutondo,Agus.2010.Kelas Unggulan Si Pintar atau
INDONUSA/uploads/dirfile_pdf/ artikel_ 41.p, SiKaya?,(Online). http://pedulipendidikan
[diakses 17 Januari 2012] kotadepok.blogspot.com/2010/12/kelas-
unggulan-si-pintar-atau-si-kaya.html, [diakses
Marsh, Herbert W.1990.The Structure of Academic Self
24 Februari 2012].
Concept: The Marsh/Shavelson Model (Online).
Journal of Educational Psychology Vol.82, Widodo, Arif.2011.Hubungan Persepsi Mengenai
No.4, http://www. Dukungan Sosial dengan Burnout pada Perawat
grajfoner.com/Clanki/Marsh1990JoEP%20Acad Unit Gawat Darurat Rumah Sakit Bhayangkara
emic%20Self%20Concept.pdf, [diakses 09 Mei Tulungagung.Skripsi pada FIP Prodi Psikologi
2012] UNESA: tidak diterbitkan.
Pfeifer, Courtney Johanna.2011. The Effects of Perceived Willis, Sofyan.2010.Remaja dan Masalahnya, Mengupas
Social Support and Coping Self-Efficacy on Berbagai Bentuk Kenakalan Remaja Narkoba,
Trauma Symptoms after a Traumatic Free Sex dan Pemecahannya.Bandung :
Event.Jurnal Pendidikan, (Online). Alfabeta.
http://libres.uncg.edu/ir/wcu/f/
Pfeifer2011.pdf,[diakses, 19 Mei 2011].
Rakhmat,Jalaluddin.2005.Psikologi Komunikasi.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Reynolds, Kimberley D.2009. The Effects of Abusive
Supervision and Social Support on Workplace
Aggression.Theses and Dissertations (Online).
http://via.library. depaul.edu/cgi/viewcontent,
[diakses 7 Mei 2012]
Santosa, Slamet. 1999. Dinamika Kelompok. Jakarta : PT
Bumi Aksara.
Santrock, Jhon W.2003.Adolesence (Perkembangan
Remaja). Jakarta: Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai