Anda di halaman 1dari 13

Jurnal DIVERSITA

SELF-EFFICACY AKADEMIK DAN PENYESUAIAN DIRI


SISWA KELAS X SMA PATRA NUSA
Siti Fatia Lidya1) dan Nefi Darmayanti2)
1)
Fakultas Psikologi Universitas Medan Area
2)
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Uiniversitas Islam Negeri

ABSTRACT

This research aims to empirically examine the relationship between academic self-efficacy with
self adjustment on students. The subjects were students of class X Patra Nusa Senior High
School who totaled 67 students. The sampling technique used by the total sampling technique.
Data collection was done using two scales, self adjustment and academic self-efficacy scale.
Product moment correlation Analysis techniques was used to analysis the data. Based on the
results of data analysis, the correlation coefficient (rxy) of 0.613 with p <0.005 which means
that there is a positive and significant relationship between academic self-efficacy with self-
adjustment on students in class X, which shows the higher the students' academic self-efficacy
the better their self adjustment ability. Conversely, the lower the students' academic self-
efficacy, the self adjustment ability is getting worse. Self academicefficacy gave 37.5% impact to
student’sself adjustment of class X Patra Nusa Senior High School.

Keywords : Academic Self-Efficacy, Adjustment, Students

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini menguji secara empiris hubungan antara self-efficacy akademis dengan
penyesuaian diri siswa. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas X SMA Patra Nusa yang
berjumlah 67 orang. Teknik sampling yang digunakan adalah total sampling. Data dikumpulkan
melalui dua skala, yaitu skala penyesuaian diri dengan skala self-efficacy akademis. Untuk
melakukan analisis data digunakan analisis korelasi product moment. Berdasarkan hasil analisis
korelasi product moment ditemukan bahwa ada hubungan positif yang signifikan antara self-
efficacy akademis dengan penyesuaian diri siswa, dengan rxy = 0,613 dengan p < 0,05. Siswa
yang memiliki self-efficacy akademis yang tinggi akan memiliki kemampuan penyesuaian diri
yang lebih baik. Demikian sebaliknya siswa yang memiliki self-efficacy akademis yang lebih
rendah akan memiliki penyesuaian diri yang kurang baik. Self-efficacy akademik memberikan
kontribusi sebesar 37,5 % terhadap penyesuaian diri siswa kelas X SMA Patra Nusa.

Kata kunci : self-efficacy akademis, penyesuaian diri, siswa

PENDAHULUAN yang baru dalam konteks pendidikan di


Indonesia, karena sudah sejak tahun 1990-
Sekolah sebagai salah satu
an sekolah-sekolah berasrama atau lazim
pendidikan formal perlu menyelenggara-
disebut boarding school mulai bermuncul-
kan pendidikan yang berkualitas untuk
an. Tak sekedar ingin melahirkan anak-
mengembangkan kemampuan siswa.
anak cerdas, sekolah-sekolah ini juga
Model penyelenggaraan pendidikan yang
mempersiapkan calon-calon pemimpin
banyak menjamur di dunia pendidikan
masa depan dengan karakter tertentu.
Indonesia belakangan ini adalah sekolah
Salah satu wujud dari pengembang-
asrama (boarding school). Istilah sekolah
an potensi siswa, dapat dilihat dari
asrama (boarding school) bukan sesuatu
pencapaian hasil belajar siswa. Untuk

43
Volume 1, Nomor 1, Juli 2015

memperoleh hasil belajar yang optimal dikemukakan oleh Tallent (1978), yang
individu dituntut untuk dapat menyesuai- menyatakan bahwa penyesuaian diri dapat
kan diri dengan tuntutan dimana mereka meningkatkan prestasi belajar. Penyesuai-
belajar. Menyesuaikan diri di sini bukan an diri diperlukan remaja dalam menjalani
berarti siswa berubah menjadi seperti transisi sekolah. Transisi sekolah
tuntutan lingkungannya. Hal yang merupakan perpindahan siswa dari sekolah
diharapkan adalah siswa dapat memadukan yang lama ke sekolah yang baru yang lebih
potensi dan kondisi internal dirinya dengan tinggi tingkatannya. Transisi siswa menuju
lingkungan tempat ia berinteraksi. Sekecil sekolah menengah pertama dari sekolah
apapun perubahan yang terjadi, dasar banyak menarik perhatian para ahli
penyesuaian diri tetap perlu dilakukan agar perkembangan, pada dasarnya transisi
siswa dapat tampil optimal. tersebut merupakan suatu pengalaman
Dari segi pandangan psikologi, yang normatif bagi semua siswa. Meskipun
penyesuaian diri memiliki banyak arti, demikian, proses transisi tersebut dapat
seperti pemuasan kebutuhan, keterampilan menimbulkan stres karena terjadi secara
dalam menangani frustasi dan konflik, bersamaan dengan transisi-transisi lainnya
ketenangan pikiran jiwa, atau bahkan dalam diri individu, dalam keluarga, dan di
pembentukan simtom-simtom. Itu berarti sekolah (Eccles dkk, 1993; Estrada, 1992;
belajar bagaimana bergaul dengan baik Fenzel, Blyth & Simmons, 1991 dalam
dengan orang lain dan bagaimana Santrock, 2003).
menghadapi tuntutan-tuntutan pekerjaan Perubahan-perubahan ini mencakup
(Semiun, 2006). Menurut Mu‟tadin (2002), masa pubertas dan hal-hal yang berkaitan
penyesuaian diri merupakan salah satu dengan citra tubuh, meningkatnya
persyaratan penting bagi terciptanya tanggung jawab dan kemandirian,
kesehatan mental remaja. Banyak remaja perubahan dari struktur kelas yang kecil
yang menderita dan tidak mampu dan akrab menjadi struktur kelas yang
mencapai kebahagiaan dalam hidupnya lebih besar dan struktur sekolah yang lebih
karena ketidakmampuannya dalam tidak personal, peningkatan jumlah guru
menyesuaikan diri. Ketidakmampuan dan teman, serta meningkatnya perhatian
remaja dalam melakukan penyesuaian diri untuk mencapai prestasi (Santrock, 2003).
akan menimbulkan bahaya seperti tidak Selain itu, siswa baru di sekolah seringkali
bertanggung jawab (terlihat dari perilaku bermasalah karena bergeser dari posisi atas
mengabaikan pelajaran), sikap sangat atau senior di sekolah dasar ke posisi
agresif dan sangat yakin pada diri sendiri, bawah atau junior di sekolah yang baru
perasaan tidak aman, merasa ingin pulang atau sekolah lanjut tingkat pertama yang
jika berada jauh dari lingkungan yang biasa disebut sebagai top-dog phenomenon
dikenal, perasaan menyerah, terlalu banyak (Blyth dkk, 1983 dalam Santrock, 2003).
berkhayal untuk mengimbangi ketidak- Seperti halnya transisi remaja dari
puasan yang diperoleh, mundur ke tingkat sekolah dasar menuju sekolah menengah
perilaku yang sebelumnya, dan pertama yang melibatkan perubahan-
menggunakan mekanisme pertahanan perubahan dan kemungkinan akan
seperti rasionalisasi, proyeksi, berkhayal, menimbulkan ketidakbahagiaan, hal yang
dan memindahkan (Hurlock, 1997). sama juga terjadi pada remaja yang
Di sekolah, penyesuaian diri mengalami transisi dari sekolah menengah
merupakan masalah yang krusial yang pertama ke sekolah menengah atas, tetapi
sering dihadapi siswa sekolah khususnya hal tersebut tidak dibahas secara khusus
siswa sekolah asrama karena penyesuaian oleh para ahli (Santrock, 2003). Meskipun
diri akan mempengaruhi presatasi belajar demikian transisi remaja dari sekolah
siswa. Hal ini sesuai dengan pendapat yang menengah pertama ke sekolah menengah

44
Jurnal DIVERSITA

atas merupakan hal yang penting untuk Layaknya sekolah unggul yang lain,
diteliti, khususnya transisi remaja ke murid-murid yang bersekolah di sini
sekolah menengah atas asrama, karena mengikuti pendidikan reguler dari pagi
sekolah menengah atas asrama merupakan hinnga siang di sekolah kemudian dilanjut
model sekolah yang memiliki tuntutan dengan les tambahan pelajaran-pelajaran
yang lebih tinggi jika dibanding sekolah- pokok dan pendidikan agama atau
sekolah menengah atas biasa. Transisi pendidikan nilai-nilai khusus di malam
remaja ke sekolah asrama menghadapkan hari. Selama 24 jam anak didik berada di
remaja pada perubahan-perubahan dan bawah pendidikan dan pengawasan para
tuntutan-tuntutan baru yang ada di sekolah guru pembimbing. Seperti sekolah-sekolah
tersebut. Perubahan tersebut mencakup unggul yang lain, sekolah ini juga
lingkungan sekolah dan asrama yang baru, menerapkan beberapa tes yang wajib
pengajar dan teman baru, aturan dan diikuti oleh anak didiknya untuk menjadi
dinamika kehidupan asrama, serta siswanya dan hanya membuka satu jurusan
perubahan-perubahan lain sebagai akibat yaitu IPA.
jauh dari orang tua. Sementara tuntutan SMA Patra Nusa sebagai salah satu
yang harus dihadapi siswa mencakup sekolah yang berada di Aceh Tamiang ini,
tuntutan dalam bidang akademik, ingin menyediakan pendidikan yang
kemandirian, dan tanggung jawab. bermutu dalam rangka mencerdaskan
Perubahan-perubahan dan tuntutan- kehidupan bangsa, dengan cara
tuntutan tersebut dapat menimbulkan melaksanakan dan menciptakan proses
ketidakbahagiaan, jika siswa tidak dapat pendidikan yang sistematis, didaktis, dan
mnyesuaikan diri dengan kondisi yang ada. optimal, menumbuhkan semangat unggul
Hal ini sejalan dengan yang dikatakan oleh secara intensif kepada siswa-siswinya,
Edith Weisskopf-Joellson, seorang dosen mendorong dan membantu siswa mengenal
Psikologi di University of Georgia bahwa potensi dirinya untuk dapat dikembangkan
ketidakbahagiaan tersebut merupakan secara optimal dalam perkembangaan iptek
gejala dari ketidakmampuan menyesuaikan serta menumbuhkan penghayatan terhadap
diri. Banyak individu yang menderita dan ajaran agama dan menerapkan manajemen
tidak mampu mencapai kebahagiaan dalam partisipatif, sehingga terciptalah putra-putri
hidupnya, karena ketidakmampuannya bangsa yang beraqidah, taat, menguasai
dalam menyesuaikan diri baik dengan iptek dan terampil menjadi pelopor
kehidupan keluarga, sekolah, pekerjaan kemajuan teknologi dan pengembangan
maupun dalam masyarakat pada umumnya. agama.
Keberhasilan siswa kelas X dalam SMA ini menyediakan 8 unit asrama
menyesuaikan diri terhadap perubahan- putra yang disebut Teuku Umar atau TU
perubahan dan tuntutan –tuntutan yang dan 8 unit asrama putri yang disebut
baru, menentukan penyesuaian diri siswa dengan Cut Nyak Dhien atau CND.
di tahun-tahun berikutnya. Masing-masing asrama didampingi oleh
Sekolah asrama SMA Patra Nusa pengawas asrama yang tidak lain adalah
merupakan salah satu sekolah menengah guru pembimbing. Satu asarama diisi oleh
atas yang menerapkan sistem asrama 12-14 orang siswa baik putra maupun
(boarding school)dalam penyelenggaraan putri.Siswa putra tinggal di TU yang
pendidikannya.SMA yang bernaung di bangunannya dekat dengan gedung sekolah
bawah Yayasan Pendidikan Udep Sare sedangkan pelajar putri tinggal di CND
(YPUS) ini berada di daerah Kabupaten yang terletak sekitar 100 meter dari gedung
Aceh Tamiang, khususnya di dalam sekolah.
komplek Pertamina Rantau SMA Patra Nusa memiliki tuntutan
(www.smapatranusa.wordpress.com). akademis yang cukup tinggi. Siswa

45
Volume 1, Nomor 1, Juli 2015

dihadapkan pada tuntutan-tuntutan sekolah mengerjakan tugas, untuk mengatur


dan asrama seperti tuntutan akan aktivitas belajarnya sendiri, untuk
kemandirian, tuntutan akan tanggung mewujudkan harapan akademik baik
jawab, dan tuntutan akademik. Tuntutan harapan akademik dari diri sendiri maupun
akan kemandirian terlihat dari ketentuan dari orang lain. Siswa yang mengataur
yang mengharuskan siswa untuk mampu pembelajarannya sendiri menentukan
mengurus sendiri kebutuhan pribadinya, target yang menantang dan menggunakan
seperti mencuci, menyetrika dan strategi yang tepat untuk mencapainya.
melakukan tugas piket asrama. Tuntutan Mereka berusaha keras, bertahan di
akan tanggung jawab adalah tuntutan hadapan kesulitan, dan mencari bantuan
terhadap siswa untuk mematuhi peraturan jika memang diperlukan. Sedangkan siswa
sekolah, peraturan asrama, mengikuti yang tidak yakin akan kemampuan mereka
kegiatan sekolah dan asrama, serta untuk sukses cenderung menjadi frustasi
menjalankan setiap tugas sekolah dan dan tertekan, begitu juga dengan perasaan
asrama secara bertanggung jawab sesuai yang membuat kesuksesan semakin sulit
dengan perannya. Tuntutan akademik yaitu untuk dicapai. Menurut Bandura (Papalia,
tuntutan terhadap siswa untuk memiliki Olds & Feldman, 2008) siswa dengan
prestasi yang baik sesuai standar nilai yang tingkat kecakapan diri yang tinggi yakin
telah ditetapkan sekolah. Siswa yang tidak bahwa mereka dapat menguasai materi
bisa atau gagal dalam memenuhi tuntutan akademis dan mengatur pembelajaran
atau tidak dapat mencapai standar yang mereka sendiri.Selain itu, mereka juga
telah ditentukan akan dikenai sanksi sesuai memiliki kecenderungan lebih besar
peraturan yang berlaku, bahkan drop out mencoba berprestasi dan lebih cenderung
dari sekolah. sukses ketimbang siswa yang tidak yakin
Penyesuaian diri dipengaruhi oleh dengan kemampuannya sendiri.
beberapa faktor-faktor. Schneiders (1964) Salah satu penelitian mengenai self-
menyebutkan bahwa kondisi psikologis efficacy dengan kecemasan dalam
merupakan salah satu faktor yang menghadapi ujian nasional menunjukkan
mempengaruhi penyesuaian diri dan bahwa adanya hubungan yang berarah
bentuk dari kondisi psikologis itu sendiri negatif antara kedua variabel. Hal ini
salah satunya adalah efikasi diri (self berarti apabila self efficacy tinggi maka
efficacy). Self efficacy (efikasi diri) kecemasan menghadapi ujian nasional
merupakan keyakinan inidivu terhadap rendah, dan sebaliknya jika nilai self
kemampuannya dalam menguasai situasi efficacy rendah maka kecemasan dalam
dan memproduksi hasil positif (Bandura menghadapi ujian nasional tinggi. Self
dalam Santrock, 2008). Self efficacy efficacy yang rendah akan berpengaruh
(efikasi diri) diartikan sebagai keyakinan pada kecemasan dalam menghadapi ujian
terhadap kemampuan dalam nasional, karena siswa yang merasa kurang
mengorganisasikan dan menampilkan yakin dengan kemampuan yang
tindakan yang dibutuhkan untuk dimilikinya akan mengalami kecemasan
menghasilkan kecakapan tertentu sehingga dapat mempengaruhi seberapa
(Bandura, 1997). besar usaha yang dilakukan oleh seseorang
Baron dan Byrne (2003) membagi siswa dalam mengahadapi ujian nasional.
self efficacy kedalam tiga dimensi yaitu Siswa yang memiliki self efficacy tinggi
efikasi diri sosial, efikasi pengaturan diri, akan lebih bersemangat dan lebih mampu
dan efikasi diri akademik (self efficacy bertahan dalam menghadapi ujian nasional
akademik). Self efficacy akademik (efikasi karena siswa yang memiliki keyakinan
diri akademik) diartikan sebagai keyakinan mampu dalam menghapi ujian nasional
individu terhadap kemampuannya untuk dengan baik seperti mengatur waktu

46
Jurnal DIVERSITA

bagaimana cara belajarnya, hasil try out dengan keinginan yang besar, sehingga ia
yang diadakan pihak sekolah sangat dapat menyesuaikan diri pada perubahan
memuaskan, mengikuti bimbingan les di dan tuntutan yang ada di lingkungan yang
luar sekolahan sehingga siswa akan baru dan begitu juga sebaliknya.
melakukan usaha yang lebih baik dan Berdasarkan latar belakang masalah
terarah untuk mencapai hasil yang lebih yang telah dikemukakan di atas, maka
baik pula, maka siswa tersebut memiliki pokok permasalahan yang akan diteliti
kecemasan yang rendah. Begitu pula adalah “apakah terdapat hubungan antara
sebaliknya apabila siswa kurang memiliki self efficacy akademik dengan penyesuaian
keyakinan akan kemampuan yang diri pada siswa kelas X sekolah SMA Patra
dimilikinya dalam menghadapi ujian Nusa?”
nasional, maka siswa tersebut memiliki Agustiani (2006) mendefenisikan
kecemasan yang tinggi, yang disebabkan penyesuaian diri sebagai cara tertentu yang
karena siswa tersebut tidak meiliki dilakukan oleh individu untuk bereaksi
keyakinan, cara belajar yang asal-asalan, terhadap tuntutan dalam diri maupun
nilai try out yang tidak memuaskan atau situasi eksternal yang dihadapinya.
tidak lulus dalam try out yang diadakan Sementara Runyon dan Haber (1984 )
oleh pihak sekolah, tidak mengikuti menyatakan bahwa penyesuaian diri dapat
bimbingan les, mengerjakan soal -soal dipandang sebagai keadaan (state) atau
tanpa berfikir sehingga hasilnya yang sebagai proses. Penyesuaian diri sebagai
diperoleh kurang baik atau tidak sesuai keadaan berarti bahwa penyesuaian diri
dengan harapan itu semua akan merupakan suatu tujuan yang ingin dicapai
mempengaruh kecemasan ketika oleh individu. Schneiders (1964)
menghadapi ujian nasional (Harfiahana, menyatakan bahwa penyesuaian diri
2013). merupakan suatu proses yang mencakup
Siswa sekolah menengah atas asrama respon mental dan tingkah laku individu,
mengalami masa transisi sebagai proses yaitu individu berusaha keras agar mampu
yang dilakukan untuk menyiapkan diri mengatasi konflik dan frustrasi karena
dalam mencapai tujuan atau suatu terhambatnya kebutuhan dalam dirinya,
perubahan. Di awal pertama sekolah sehingga tercapai keselarasan dan
asrama dapat dirasakan sebagai masa keharmonisan antara diri sendiri dengan
ketegangan karena siswa harus lingkungannya. Senada dengan pendapat
mempertemukan tuntutan lingkungan dan Schneiders, Sawrey dan Telford (1968)
tuntutan akademik dengan kemampuan diri mendefinisikan penyesuaian diri sebagai
siswa. Siswa yang tidak dapat menghadapi interaksi terus-menerus antara individu
atau menyesuaikan diri dengan perubahan- dengan lingkungannya yang melibatkan
perubahan dan tuntutan-tuntutan akademik sistem behavioral, kognisi, dan emosional.
yang baru akan merasa tertekan dan Jadi dapat disimpulkan penyesuaian diri
banyak menghadapi konflik dalam adalah usaha individu dalam menghadapi
menghadapi tuntutan lingkungan yang ada. perubahan-perubahan yang terjadi dalam
Keyakinan diri atau Self efficacy akademik hidupnya, untuk menyatukan antara
yang dimiliki siswa akan kemampuannya kondisi dirinya dengan lingkungan agar
sendiri akan mempengaruhi keberhasilan tercapai hubungan yang lebih sesuai antara
siswa tersebut dalam memenuhi tuntutan individu dengan lingkungannya.
yang ada, dan pada akhirnya akan Kemampuan individu mengelola
menentukan kemampuan penyesuaian diri masalah atau konflik yang dihadapinya
siswa tersebut. Jadi, siswa yang memiliki serta mampu menyesuaikan diri dengan
Self efficacy akademik yang tinggi akan tuntutan dari lingkungannya dipengaruhi
menghadapi situasi atau kondisi yang baru oleh beberapa factor, Schneiders (1964)

47
Volume 1, Nomor 1, Juli 2015

mengemukakan bahwa faktor-aktor yang lingkungan yang tidak tentram, tidak


mempengaruhi penyesuaian diri adalah : damai, dan tidak aman, maka individu
a. Keadaan fisik tersebut akan mengalami gangguan dalam
Kondisi fisik individu merupakan melakukan proses penyesuaian diri.
faktor yang mempengaruhi penyesuaian Keadaan lingkungan yang dimaksud
diri, sebab keadaan sistem-sistem tubuh meliputi sekolah, rumah, dan keluarga.
yang baik merupakan syarat bagi e. Tingkat religiusitas dan kebudayaan
terciptanya penyesuaian diri yang baik. Religiusitas merupakan faktor yang
Adanya cacat fisik dan penyakit kronis memberikan suasana psikologis yang dapat
akan melatarbelakangi adanya hambatan digunakan untuk mengurangi konflik,
pada individu dalam melaksanakan frustrasi dan ketegangan psikis lain.
penyesuaian diri. Religiusitas memberi nilai dan keyakinan
b. Perkembangan dan kematangan sehingga individu memiliki arti, tujuan,
Bentuk-bentuk penyesuaian diri dan stabilitas hidup yang diperlukan untuk
individu berbeda pada setiap tahap menghadapi tuntutan dan perubahan yang
perkembangan.Sejalan dengan terjadi dalam hidupnya (Schneiders,
perkembangannya, individu meninggalkan 1964).Kebudayaan pada suatu masyarakat
tingkah laku infantil dalam merespon merupakan suatu faktor yang membentuk
lingkungan. Hal tersebut bukan karena watak dan tingkah laku individu untuk
proses pembelajaran semata, melainkan menyesuaikan diri dengan baik atau justru
karena individu menjadi lebih matang. membentuk individu yang sulit
Kematangan individu dalam segi menyesuaikan diri.
intelektual, sosial, moral, dan emosi
mempengaruhi bagaimana individu Self-Efficacy Akademik
melakukan penyesuaian diri. Bandura (1997) mengartikan self
efficacy (efikasi diri) sebagaikeyakinan
c. Keadaan psikologis
terhadap kemampuan dalam
Keadaan mental yang sehat
mengorganisasikan dan menampilkan
merupakan syarat bagi tercapainya
tindakan yang dibutuhkan untuk
penyesuaian diri yang baik, sehingga dapat
menghasilkan kecakapan tertentu. Menurut
dikatakan bahwa adanya frustrasi,
Bandura (dalam Jeanne, 2008) orang lebih
kecemasan dan cacat mental akan dapat
mungkin terlibat dalam perilaku tertentu
melatarbelakangi adanya hambatan dalam
ketika mereka yakin bahwa mereka akan
penyesuaian diri. Keadaan mental yang
mampu menjalankan perilaku tersebut
baik akan mendorong individu untuk
dengan sukses, yaitu ketika mereka
memberikan respon yang selaras dengan
memiliki self efficacy.
dorongan internal maupun tuntutan
Pervin (dalam Smet, 1994)
lingkungannya. Variabel yang termasuk
menyatakan bahwa konsep self efficacy ini
dalam keadaan psikologis di antaranya
sifatnya spesifik.Setiap manusia dapat
adalah pengalaman, pendidikan, konsep
memiliki self efficacy yang tinggi di satu
diri, dan efikasi diri (self efficacy).
dimensi kehidupan, tetapi di dimensi
d. Keadaan lingkungan lainnya rendah. Selain itu, Bandura (dalam
Keadaan lingkungan yang baik, Baron & Byrne, 2003) juga menyatakan
damai, tentram, aman, penuh penerimaan bahwa self efficacy adalah evaluasi
dan pengertian, serta mampu memberikan individu tentang kemampuan atau
perlindungan kepada anggota-anggotanya kompetensinya untuk mengerjakan tugas,
merupakan lingkungan yang akan mencapai tujuan, atau mengatasi
memperlancar proses penyesuaian diri. tantangan. Apabila individu telah merasa
Sebaliknya apabila individu tinggal di yakin dengan kemampuan yang

48
Jurnal DIVERSITA

dimilikinya, maka individu dapat METODE PENELITIAN


menggunakan pengetahuan dan Penyesuaian Diri adalah usaha
keterampilan yang dimilikinya secara individu dalam menghadapi perubahan-
efektif dalam mengatasi situasi yang perubahan yang terjadi dalam hidupnya,
dihadapinya. Baron dan Byrne (2003) untuk menyatukan antara kondisi dirinya
membagi self efficacy kedalam tiga dengan lingkungan agar tercapai hubungan
dimensi yaitu efikasi diri sosial, efikasi yang lebih sesuai antara individu dengan
pengaturan diri, dan efikasi diri akademik lingkungannya.Penyesuaian diri diungkap
(self efficacy akademik). dengan skala penyesuaian diri yang
Baron dan Byrne (2003) disusun berdasarkan aspek-aspek
mendefinisikan self efficacy akademik penyesuaian diri menurut Runyon dan
(efikasi diri akademik) sebagai keyakinan Haber (1984), yaitu persepsi terhadap
individu terhadap kemampuannya untuk realitas, kemampuan mengatasi stres dan
mengerjakan tugas, untuk mengatur kecemasan, gambaran diri yang positif,
aktivitas belajarnya sendiri, untuk kemampuan mengekspresikan emosi
mewujudkan harapan akademik baik dengan baik, dan memiliki hubungan
harapan akademik dari diri sendiri maupun interpersonal yang baik.
dari orang lain. Schunk (dalam Santrock, Self Efficacy Akademik adalah
2003) menambahkan bahwa self efficacy adalah keyakinan yang dimiliki seseorang
akademik berpengaruh terhadap pilihan akan kemampuan atau kompetensinya
aktivitas siswa.Siswa dengan self efficacy dalam mengerjakan tugas akademik
rendah pada pembelajaran dapat sehingga akhirnya dapat membentuk
menghindari banyak tugas belajar, perilaku yang sesuai dan memperoleh hasil
khususnya yang menantang.Sedangkan seperti yang diharapkan. Tugas akademik
siswa dengan self efficacy tinggi yang dimaksud adalah berbagai beban
menghadapi tugas belajar tersebut dengan tugas siswa dalam mata pelajaran yang
keinginan besar. Siswa dengan self efficacy diberikan pada siswa sekolah menengah
tinggi tekun berusaha pada tugas belajar atas kelas X. Self efficacy akademik
dibandingkan siswa dengan self efficacy diungkap dengan skala self efficacy
rendah. Jadi dapat disimpulkan self akademik yang disusun berdasarkan
efficacy akademik(efikasi diri akademik) dimensi-dimensi self efficacy menurut
adalah keyakinan yang dimiliki seseorang
Bandura (1997), yaitu level (tingkat
akan kemampuan atau kompetensinya kesukaran), generality (penguasaan
dalam mengerjakan tugas-tugas akademik materi), dan strength (kekuatan)
untuk membentuk perilaku yang relevan. Populasi dalam penelitian ini adalah
Berdasarkan pada uraian tersebut, seluruh siswa-siswi kelas X SMA Swasta
maka peneliti mengajukan hipotesis Patra Nusa Rantau, Kabupaten Aceh
sebagai berikut : ada hubungan positif Tamiang yang berjumlah 67 orang.
antara self efficacy akademik dengan Menurut Sugiyono (2010) sampel adalah
penyesuaian diri, yaitu semakin tinggi self bagian dari jumlah dan karakteristik yang
efficacy akademik individu, maka semakin dimiliki oleh populasi tersebut.Jumlah
baik penyesuaian dirinya.Sebaliknya, sampel yang digunakan dalam peneliti
semakin rendah self efficacy akademik sebanyak 67 orang siswa-siswi SMA Patra
individu, maka semakin buruk penyesuaian Nusa Rantau.Teknik pengambilan sampel
dirinya. menggunakan teknik total sampling, yaitu
teknik penentuan sampel dengan
mengambil seluruh anggota populasi
sebagai responden atau sampel (Sugiyono,
2010).

49
Volume 1, Nomor 1, Juli 2015

HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Uji Asumsi


Teknik analisis data yang digunakan a. Uji Normalitas Sebaran
Uji normalitas sebaran dilakukan
dalam penelitian ini adalah teknik Analisis
untuk membuktikan bahwa penyebaran
Korelasi Product Moment. Hal ini
dan penelitian yang menjadi pusat
dilakukan sesuai dengan hipotesa dan
perhatian, menyebar berdasarkan prinsip
identifikasi variabel-variabel penelitian,
kurve normal.Uji normalitas sebaran
yakni ingin melihat dimana hubungan
dianalisis dengan menggunakan uji
antara satu variabel bebas dengan satu
Kolmogorov - Smirnov.Berdistribusi sesuai
variabel terikat.
dengan prinsip kurva normal sebagai
Namun sebelum dianalisis dengan
kriterianya apabila p > 0,050 maka
teknik Analisis Korelasi Product Moment,
sebarannya dinyatakan normal, sebaliknya
trelebih dahulu dilakukan uji asumsi yang
apabila p < 0,050 sebarannya dinyatakan
sesuai dengan orientasi penelitian, yakni
tidak normal (Yamin dan Heri, 2009).
uji normalitas dan uji linearitas hubungan.
Tabel berikut ini merupakan rangkuman
hasil perhitungan uji normalitas sebaran.

Tabel 1. Rangkuman Hasil Perhitungan Uji Normalitas Sebaran


Variabel RERATA SD K-S P Keterangan
Penyesuaian diri 91,4627 8,14886 0,097 0,190 Normal

Keterangan :
RERATA = Nilai rata-rata
K-S = Koefisien Kolmogorov-Smirnov
SD = Standart Deviasi
p = Peluang Terjadinya Kesalahan

b. Uji Linearitas Hubungan Tabel 2. Rangkuman Hasil Perhitungan


Uji linearitas hubungan dimaksudkan Uji Linieritas Hubungan
untuk mengetahui derajat hubungan antara
variabel bebas dengan variabel terikat KORELA- F p KETERANGAN
SIONAL Beda Beda
dalam penelitian ini.Artinya apakah self-
X–Y 31,414 0.000 Linier
efficacy akademik dapat mempengaruhi
penyesuaian diri.Berdasarkan uji linearitas,
Keterangan :
dapat diketahui apakah variabel bebas X = Self-efficacy akademik
dengan variabel terikat dalam penelitian ini
Y = Penyesuaian diri
dapat atau tidak dianalisis secara F = Koefisien linieritas
korelasional.Hasil analisis menunjukkan p = Proporsi peluang ralat
bahwa antara variabel self-efficacy
akademik mempunyai hubungan linear
2.Hasil Perhitungan Analisis
terhadap variabel penyesuaian diri. Sebagai
Korelasi Product Moment
kriterianya adalah p linearity < 0,05 maka Berdasarkan hasil perhitungan
dapat dinyatakan mempunyai derajat Analisis Korelasi Product Moment,
hubungan yang linear (Yamin dan Heri, diketahui bahwa terdapat hubungan positif
2009). Nilai-nilai hubungan tersebut dapat yang signifikan antara self-efficacy
dilihat pada table di bawah ini.
akademik dengan penyesuaian diri, dimana
rxy = 0,613; p = 0.000 < 0,050. Artinya
semakin tinggi self-efficacy akademiknya

50
Jurnal DIVERSITA

maka akan semakin baik penyesuaian ini, maka hipotesis yang diajukan
dirinya. Sebaliknya, semakin rendah self- dinyatakan diterima.
efficacy akademiknya, maka penyesuaian
dirinya semakin buruk.Dari hasil penelitian

Tabel 3. Rangkuman Perhitungan r Product Moment


Statistik Koefisien (rxy) Koef. Det. (r2) P BE% Ket
X–Y 0,613 0,375 0.000 37,5 Signifikan

Keterangan :
X = minat belajar
Y = prestasi belajar
rxy = Koefisien hubungan antara X dengan Y
2
r = Koefisien determinan X terhadap Y
p = Peluang terjadinya kesalahan
BE% = Bobot sumbangan efektif X terhadap Y dalam persen
Ket = Sangat signifikan pada taraf signifikansi 1% atau p < 0,010.

Berdasarkan tabel di atas, maka b. Mean Empirik/Nilai Rata-rata


dapat dinyatakan Koefisien determinan (r2) Berdasarkan analisis data, seperti
dari hubungan antara variabel bebas X yang terlihat dari analisis uji normalitas
dengan variabel terikat Y adalah sebesar r2 sebaran diketahui bahwa, mean empirik
= 0,375. Ini menunjukkan bahwa self- variabel self-efficacy akademik adalah
efficacy akademik memberikan andil 95,0597 sedangkan untuk variabel
sebesar 37,5% terhadap penyesuaian diri. penyesuaian diri, mean empiriknya adalah
Dari hasil ini diketahui bahwa masih 91,4627.
terdapat 62,5% peran dari faktor lain
terhadap penyesuaian diri dalam penelitian c. Kriteria
ini tidak dilihat, seperti keadaan fisik, Dalam upaya mengetahui
perkembangan dan kematanagan, keadaan kondisiself-efficacy akademik dan
psikologis, keadaan lingkungan, tingkat penyesuaian diri, maka perlu dibandingkan
religiusitas dan kebudayaan. antara mean/nilai rata-rata empirik dengan
mean/nilai rata-rata hipotetik dengan
3. Hasil Perhitungan Mean Hipotetik memperhatikan besarnya bilanganSD dari
dan Mean Empirik masing-masing variabel. Untuk variabel
a. Mean Hipotetik/Nilai Rata-rata self-efficacy akademik nilai SD sebesar
Untuk variable self-efficacy 9,87786, sedangkan untuk variable
akademik, jumlah butir yang valid adalah penyesuaian diri nilai SD sebesar 8,14886.
sebanyak 33 butir yang diformat dengan Dari besarnya bilangan SD tersebut,
skala Likert dalam 4 pilihan jawaban, maka untuk variableself-efficacy akademik,
maka mean hipotetiknya adalah {(33 X 1) apabila mean/nilai rata-rata hipotetik <
+ (33 X 4)} : 2 = 82,5 mean/nilai rata-rata empirik, dimana
Sementara itu untuk variabel selisihnya melebihi 9,87786, maka
penyesuaian diri adalah sebanyak 32 butir dinyatakan bahwaself-efficacy akademik
yang diformat dengan skala Likert dalam 4 individu tergolong tinggi dan apabila
pilihan jawaban, maka nilai rata-rata mean/nilai rata-rata hipotetik > mean/nilai
hipotetiknya adalah : {(32 X 1) + (32 X rata-rata empirik, dimana selisihnya
4)} : 2 = 80 melebihi 9,87786, maka dinyatakan bahwa

51
Volume 1, Nomor 1, Juli 2015

self-efficacy akademik individu tergolong penyesuaian diri individu tergolong tinggi


rendah. Namun apabila mean/nilai rata-rata dan apabila mean/nilai rata-rata hipotetik >
empirik selisihnya dengan mean/nilai rata- mean/nilai rata-rata empirik, dimana
rata hipotetik tidak melebihi bilangan selisihnya melebihi 8,14886, maka
9,87786, maka self-efficacy akademik dinyatakan bahwa penyesuaian diri
tergolong sedang. individu tergolong rendah. Namun apabila
Selanjutnya untuk variabel mean/nilai rata-rata empirik selisihnya
penyesuaian diri, apabila mean/nilai rata- dengan mean/nilai rata-rata hipotetik tidak
rata hipotetik < mean/nilai rata-rata melebihi bilangan 8,14886, maka
empirik, dimana selisihnya melebihi penyesuaian diri tergolong sedang.
8,14886, maka dinyatakan bahwa

Tabel 4. Hasil Perhitungan Nilai Rata-rata Hipotetik dan Nilai Rata-rata Empirik
Nilai Rata-Rata
Variabel SB / SD Keterangan
Hipotetik Empirik
Self-efficacy
9,87786 82,5 95,0597 Tinggi
akademik
Penyesuaian diri 8,14886 80 91,4627 Tinggi

Berdasarkan perbandingan kedua individu maka semakin besar usaha dan


nilai rata-rata di atas (mean hipotetik dan daya tahan serta keuletan yang dimiliki.
mean empirik), maka dapat dinyatakan Self efficacy akademik merupakan
bahwa siswa memiliki self-efficacy keyakinan individu akan kemampuannya
akademik yang tinggi dan penyesuaian diri dalam mengerjakan tugas-tugas akademik
yang baik. untuk mencapai tujuan akademik. Siswa
Berdasarkan hasil perhitungan dengan tingkat self-efficacy akademik yang
Analisis Korelasi Product Moment, tinggi lebih mampu mengatasi stres dan
diketahui bahwa terdapat hubungan yang ketidakpuasan dalam dirinya daripada
positif antara self-efficacy akademik siswa dengan tingkat self-efficacy
dengan penyesuaian diri yang ditunjukkan akademik yang rendah. Siswa yang
oleh koefisien rxy = 0,613; p = 0.000 < memiliki self-efficacy akademik yang
0,050 yang menerangkan bahwa hipotesis tinggi akan lebih giat, bersemangat, dan
diterima. Hal ini berarti bahwa semakin tekun dalam usaha yang dilakukannya serta
tinggi self-efficacy akademiknya maka memiliki suasana hati yang lebih baik,
akan semakin baik penyesuaian dirinya. seperti rendahnya tingkat kecemasan atau
Sebaliknya, semakin rendah self-efficacy depresi ketika mengerjakan suatu tugas
akademiknya, maka penyesuaian dirinya karena merasa mampu mengontrol
semakin buruk. ancaman. Sementara siswa dengan self-
Hasil penelitian ini mendukung efficacy akademik rendah akan mengurangi
pendapat Bandura (1997) yang usahanya atau bahkan menyerah ketika
mengatakan bahwa seseorang yang menghadapi hambatan.
memiliki persepsi self-efficacy akan dapat Self-efficacy akademik yang dimiliki
menentukan jenis perilaku penyelesaian, siswa mempengaruhi strategi
seberapa tekun usaha yang dilakukan penanggulangan masalah yang
individu untuk mengatasi persoalan atau dilakukan.Pemilihan tindakan, usaha dan
menyelesaikan tugas, dan berapa lama ketekunan, pola pemikiran dan reaksi
individu akan mampu berhadapan dengan emosional, serta strategi penanggulangan
hambatan-hambatan yang tidak diinginkan. masalah menjadi penentu keberhasilan
Semakin tinggi self-efficacy yang dimiliki siswa dalam melakukan penyesuaian diri.
Hal tersebut sejalan dengan Schneiders

52
Jurnal DIVERSITA

(dalam Agustiani, 2006) yang mengatakan dari visi dan misi SMA Patra Nusa, yaitu
bahwa orang yang dapat menyesuaiakan visinya adalah menciptakan putra bangsa
diri dengan baik adalah orang yang dengan yang beraqidah, taat, menguasai iptek,
keterbatasan yang ada pada dirinya, belajar terampil menjadi pelopor kemajuan
untuk berreaksi terhadap dirinya dan teknologi dan pengembangan agama dan
lingkungan dengan cara yang matang, misinya adalah menyediakan pendidikan
bermanfaat, efisien dan memuaskan, serta yang bermutu bagi masyarakat Aceh
dapat menyelesaikan konflik, frustasi, Tamiang/NAD regional dalam rangka
maupun kesulitan-kesulitan pribadi dan mencerdaskan kehidupan bangsa,
sosial tanpa mengalami gangguan tingkah melaksanakan dan menciptakan proses
laku. pendidikan sistematis, didaktis, dan
Dari hasil penelitian ini yang optimal, menumbuhkan semangat unggul
menyatakan bahwa, self-efficacy akademik secara intensif kepada warga sekolah,
memberikan andil sebesar 37,5% terhadap mendorong dan membantu siswa mengenal
penyesuaian diri, masih terdapat 62,5% potensi diri untuk dikembangkan secara
peran dari faktor lain terhadap penyesuaian optimal dalam perkembangaan iptek
diri dalam penelitian ini yang tidak dilihat, menuju era globalisasi, menumbuhkan
seperti keadaan fisik, perkembangan dan penghayatan terhadap ajaran agama dan
kematanagan, keadaan psikologis, keadaan menerapkan manajemen partisipatif.
lingkungan, tingkat religiusitas dan Jika penelitian ini dibedakan
kebudayaan. berdasarkan jenis kelamin, maka bisa
Hasil lain yang diperoleh dari dilihat bahwa siswa perempuan kelas X
penelitian ini, diketahui bahwa self-efficacy SMA Patra Nusa Rantau memiliki self-
akademik yang dimiliki oleh siswa kelas X efficacy akademik dan penyesuaia diri
SMA Patra Nusa Rantau tergolong tinggi lebih baik dari pada siswa laki-laki kelas X
dan mempunyai penyesuaian diri yang SMA Patra Nusa Rantau. Hal ini
baik. Hal ini didasarkan pada nilai rata-rata didasarkan pada nilai rata-rata empirik self-
empirik yang diperoleh self-efficacy efficacy akademik yang diperoleh siswa
akademik yaitu 95,80597 menjauhi nilai perempuan, dimana self-efficacy akade-
rata-rata hipotetik yaitu 82,5, dengan miknya yaitu 96,3333 menjauhi nilai rata-
selisih yang melebihi nilai SD yang rata hipotetik yaitu 82,5 dengan selisih
besarnya 9,87786 dan nilai rata-rata yang melebihi nilai SD yang besarnya
empirik yang diperoleh penyesuaian diri 8,62223 dan nilai rata-rata empirik
91,4627 menjauhi nilai rata-rata hipotetik penyesuaian diri yang diperoleh siswa
yaitu 80, dengan selisih yang melebihi nilai perempuan yaitu 91,6944 menjauhi nilai
SD yang besarnya 8,14886. rata-rata hipotetik yaitu 80, dengan selisih
Selain berdasarkan pada nilai rata- yang melebihi nilai SD yang besarnya
rata empirik yang diperoleh, self-efficacy 7,96356. Sedangkan siswa laki-laki kelas
akademik dan penyesuaian diri siswa yang X SMA Patra Nusa Rantau memperoleh
baik juga bisa dapat dilihat dari tuntutan nilai rata-rata empirik self-efficacy
akademis yang tinggi yang dimiliki SMA akademik yaitu 93,5806 menjauhi nilai
Patra Nusa, dimana semua siswa harus rata-rata hipotetik yaitu 82,5 dengan selisih
memenuhi semua tuntutan yang ada di tidak melebihi nilai SD yang besarnya
sekolah tersebut. Siswa yang tidak bisa 11,12287 dan nilai rata-rata empirik
atau gagal dalam memenuhi tuntutan atau penyesuaian diri yang diperoleh siswa laki-
tidak dapat mencapai standar yang telah laki yaitu 91,1935 menjauhi nilai rata-rata
ditentukan akan dikenai sanksi sesuai hipotetik yaitu 80, dengan selisih yang
peraturan yang berlaku, bahkan drop out melebihi nilai SD yang besarnya 8,48300.
dari sekolah. Hal tersebut dapat di lihat

53
Volume 1, Nomor 1, Juli 2015

Kesimpulan yang dapat diambil dari Untuk kepala sekolah, guru, dan
penelitian ini adalah sebagai berikut : Ada pengawas asrama diharapkan dapat terus
hubungan yang positif dan signifikan membimbing siswa-siswi agar dapat lebih
antara self-efficacy akademik dengan meningkatkan self-efficacy akademik siswa
penyesuaian diri siswa kelas X sekolah sehingga mereka dapat menentukan
asrama SMA Ptra Nusa Rantau. Hasil ini tujuannya baik tujuan jangka panjang
dibuktikan dengan koefisien korelasi rxy = maupun tujuan jangka pendek, serta
0,613; p = 0.000 < 0,050. Artinya semakin membantu mengarahkan siswa yang
tinggi self-efficacy akademiknya maka mengalami kesulitan dalam kemampuan
akan semakin baik penyesuaian dirinya. menyesuaikan diri.
Sebaliknya, semakin rendah self-efficacy Untuk penelitian selanjutnya yang
akademiknya, maka penyesuaian dirinya ingin meneliti penyesuaian diri, ada
semakin buruk. baiknya untuk mengkaji lebih lanjut
Berdasarkan hasil penelitian yang mengenai faktor-faktor lain yang
diperoleh bahwa para siswa-siswi kelas X sekiranya berhubungan dengan
memiliki self-efficacy akademik yang penyesuaian diri siswa sekolah asrama,
tinggi dan mempunyai penyesuaian diri sehingga diharapkan melalui penelitian
yang baik, diharapkan dapat yang dilakukan dapat mengungkap lebih
mempertahankan kondisi tersebut seperti banyak lagi mengenai peran dari faktor-
selama ini bahkan ketika nantinya mereka faktor yang berhubungan dengan
berada dalam kondisi yang penuh tekanan. penyesuaian diri dan juga mengkaji
Sedangkan bagi siswa-siswi yang memiliki perbedaan penyesuaian diri siswa
self-efficacy akademik yang rendah dan berdasarkan jenis kelaminnya. Selain itu
mempunyai penyesuaian diri yang buruk, peneliti juga menganjurkan untuk
langkah yang dapat diambil untuk mengambil subjek penelitian di sekolah-
meningkatkan penyesuian diri maka siswa sekolah asrama yang bersifat semi militer
harus memperhatikan self-efficacy ataupun sekolah asrama yang bertaraf
akademiknya dengan cara mengevaluasi internasional.
setiap tugas-tugas atau pekerjaan-pekerjaan
yang di lakukan, baik yang sudah pernah DAFTAR PUSTAKA
dikerjakan maupun hal-hal yang baru
dikerjakan, memakai setiap pengalaman Agustiani, H. 2006. Psikologi
akan keberhasilan dalam mengerjakan Perkembangan. Bandung: Refika
tugas-tugas akademik, mengamati Aditama
kerberhasilan rekan dalam mengerjakan Bandura, A. (1997). Self-efficacy: the
tugas dan kemudian terapkan ke diri exercise of control. New York:
sendiri bahwa jika mereka bisa berhasil Freeman.
maka saya juga bisa berhasil seperti
mereka bahkan lebih dari mereka dan Baron & Byrne. (2003). Psikologi sosial
terbuka terhadap orang-orang yang ada (jilid 1, edisi 10). Jakarta: Penerbit
dilingkungan seperti teman, guru, Erlangga.
pengawas asrama, kepala sekolah dan lain Eccles, J., Wigfield, A., Harold, R.D., &
sebagainya agar mendapatkan masukkan Blumenfeld, P. (1993). Age and
dan dukungan terhadap usaha yang telah gender differences in children‟s self-
dilakukan untuk meningkatkan self- and task perceptions during
efficacy akademik, sehingga dengan begitu elementary school. Child
kemampuan penyesuain diri siswa juga Development, 64, 830-847.
dapat meningkat.

54
Jurnal DIVERSITA

Hurlock, E., B, 1997. Perkembangan Anak.


Edisi Keenam. Jilid 2. Erlangga,
Jakarta
Jeanne E., O. 2008. Psikologi pendidikan
membantu siswa tumbuh dan
berkembang. Jilid 2. (Penerjemah :
Amitya Kumara). Jakarta: Penerbit
Erlangga.
Mu‟tadin. 2002. Disiplin. Jakarta : www.e-
psikologi.com.
Runyon, R.P. & Haber, A. (1984).
Psychology of Adjustment. Illinois:
The Dorsey Press
Santrock, John, W. 2003. Adolescence.
Perkembangan Remaja. Jakarta :
Penerbit Erlangga
Sawrey, J. M & Charles W. Telford. 1975.
Adjustment and Personality, fourth
ed. Boston: Allyn&Bacon, Inc
Semiun, Yustinus, (2006), Kesehatan
Mental 3, Yogyakarta: Penerbit
Kanisius.
Schneiders, A. A. 1964. Personal
Adjusment and Mental Health. New
York:Rinehart and Winston Inc.
Smet, B. 1994. Psikologi Kesehatan.
Jakarta: Grasindo.
Sugiyono. 2010. Statistik Untuk Penelitian.
Bandung : CV Alfabeta
Yamin, Sofan dan Heri Kurniawan. (2009).
SPSS Complete Teknik Analisis
Statistik Terlengkap SPPS Seri 1.
Jakarta: Salemba

55

Anda mungkin juga menyukai