ABSTRACT
This research aims to empirically examine the relationship between academic self-efficacy with
self adjustment on students. The subjects were students of class X Patra Nusa Senior High
School who totaled 67 students. The sampling technique used by the total sampling technique.
Data collection was done using two scales, self adjustment and academic self-efficacy scale.
Product moment correlation Analysis techniques was used to analysis the data. Based on the
results of data analysis, the correlation coefficient (rxy) of 0.613 with p <0.005 which means
that there is a positive and significant relationship between academic self-efficacy with self-
adjustment on students in class X, which shows the higher the students' academic self-efficacy
the better their self adjustment ability. Conversely, the lower the students' academic self-
efficacy, the self adjustment ability is getting worse. Self academicefficacy gave 37.5% impact to
student’sself adjustment of class X Patra Nusa Senior High School.
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini menguji secara empiris hubungan antara self-efficacy akademis dengan
penyesuaian diri siswa. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas X SMA Patra Nusa yang
berjumlah 67 orang. Teknik sampling yang digunakan adalah total sampling. Data dikumpulkan
melalui dua skala, yaitu skala penyesuaian diri dengan skala self-efficacy akademis. Untuk
melakukan analisis data digunakan analisis korelasi product moment. Berdasarkan hasil analisis
korelasi product moment ditemukan bahwa ada hubungan positif yang signifikan antara self-
efficacy akademis dengan penyesuaian diri siswa, dengan rxy = 0,613 dengan p < 0,05. Siswa
yang memiliki self-efficacy akademis yang tinggi akan memiliki kemampuan penyesuaian diri
yang lebih baik. Demikian sebaliknya siswa yang memiliki self-efficacy akademis yang lebih
rendah akan memiliki penyesuaian diri yang kurang baik. Self-efficacy akademik memberikan
kontribusi sebesar 37,5 % terhadap penyesuaian diri siswa kelas X SMA Patra Nusa.
43
Volume 1, Nomor 1, Juli 2015
memperoleh hasil belajar yang optimal dikemukakan oleh Tallent (1978), yang
individu dituntut untuk dapat menyesuai- menyatakan bahwa penyesuaian diri dapat
kan diri dengan tuntutan dimana mereka meningkatkan prestasi belajar. Penyesuai-
belajar. Menyesuaikan diri di sini bukan an diri diperlukan remaja dalam menjalani
berarti siswa berubah menjadi seperti transisi sekolah. Transisi sekolah
tuntutan lingkungannya. Hal yang merupakan perpindahan siswa dari sekolah
diharapkan adalah siswa dapat memadukan yang lama ke sekolah yang baru yang lebih
potensi dan kondisi internal dirinya dengan tinggi tingkatannya. Transisi siswa menuju
lingkungan tempat ia berinteraksi. Sekecil sekolah menengah pertama dari sekolah
apapun perubahan yang terjadi, dasar banyak menarik perhatian para ahli
penyesuaian diri tetap perlu dilakukan agar perkembangan, pada dasarnya transisi
siswa dapat tampil optimal. tersebut merupakan suatu pengalaman
Dari segi pandangan psikologi, yang normatif bagi semua siswa. Meskipun
penyesuaian diri memiliki banyak arti, demikian, proses transisi tersebut dapat
seperti pemuasan kebutuhan, keterampilan menimbulkan stres karena terjadi secara
dalam menangani frustasi dan konflik, bersamaan dengan transisi-transisi lainnya
ketenangan pikiran jiwa, atau bahkan dalam diri individu, dalam keluarga, dan di
pembentukan simtom-simtom. Itu berarti sekolah (Eccles dkk, 1993; Estrada, 1992;
belajar bagaimana bergaul dengan baik Fenzel, Blyth & Simmons, 1991 dalam
dengan orang lain dan bagaimana Santrock, 2003).
menghadapi tuntutan-tuntutan pekerjaan Perubahan-perubahan ini mencakup
(Semiun, 2006). Menurut Mu‟tadin (2002), masa pubertas dan hal-hal yang berkaitan
penyesuaian diri merupakan salah satu dengan citra tubuh, meningkatnya
persyaratan penting bagi terciptanya tanggung jawab dan kemandirian,
kesehatan mental remaja. Banyak remaja perubahan dari struktur kelas yang kecil
yang menderita dan tidak mampu dan akrab menjadi struktur kelas yang
mencapai kebahagiaan dalam hidupnya lebih besar dan struktur sekolah yang lebih
karena ketidakmampuannya dalam tidak personal, peningkatan jumlah guru
menyesuaikan diri. Ketidakmampuan dan teman, serta meningkatnya perhatian
remaja dalam melakukan penyesuaian diri untuk mencapai prestasi (Santrock, 2003).
akan menimbulkan bahaya seperti tidak Selain itu, siswa baru di sekolah seringkali
bertanggung jawab (terlihat dari perilaku bermasalah karena bergeser dari posisi atas
mengabaikan pelajaran), sikap sangat atau senior di sekolah dasar ke posisi
agresif dan sangat yakin pada diri sendiri, bawah atau junior di sekolah yang baru
perasaan tidak aman, merasa ingin pulang atau sekolah lanjut tingkat pertama yang
jika berada jauh dari lingkungan yang biasa disebut sebagai top-dog phenomenon
dikenal, perasaan menyerah, terlalu banyak (Blyth dkk, 1983 dalam Santrock, 2003).
berkhayal untuk mengimbangi ketidak- Seperti halnya transisi remaja dari
puasan yang diperoleh, mundur ke tingkat sekolah dasar menuju sekolah menengah
perilaku yang sebelumnya, dan pertama yang melibatkan perubahan-
menggunakan mekanisme pertahanan perubahan dan kemungkinan akan
seperti rasionalisasi, proyeksi, berkhayal, menimbulkan ketidakbahagiaan, hal yang
dan memindahkan (Hurlock, 1997). sama juga terjadi pada remaja yang
Di sekolah, penyesuaian diri mengalami transisi dari sekolah menengah
merupakan masalah yang krusial yang pertama ke sekolah menengah atas, tetapi
sering dihadapi siswa sekolah khususnya hal tersebut tidak dibahas secara khusus
siswa sekolah asrama karena penyesuaian oleh para ahli (Santrock, 2003). Meskipun
diri akan mempengaruhi presatasi belajar demikian transisi remaja dari sekolah
siswa. Hal ini sesuai dengan pendapat yang menengah pertama ke sekolah menengah
44
Jurnal DIVERSITA
atas merupakan hal yang penting untuk Layaknya sekolah unggul yang lain,
diteliti, khususnya transisi remaja ke murid-murid yang bersekolah di sini
sekolah menengah atas asrama, karena mengikuti pendidikan reguler dari pagi
sekolah menengah atas asrama merupakan hinnga siang di sekolah kemudian dilanjut
model sekolah yang memiliki tuntutan dengan les tambahan pelajaran-pelajaran
yang lebih tinggi jika dibanding sekolah- pokok dan pendidikan agama atau
sekolah menengah atas biasa. Transisi pendidikan nilai-nilai khusus di malam
remaja ke sekolah asrama menghadapkan hari. Selama 24 jam anak didik berada di
remaja pada perubahan-perubahan dan bawah pendidikan dan pengawasan para
tuntutan-tuntutan baru yang ada di sekolah guru pembimbing. Seperti sekolah-sekolah
tersebut. Perubahan tersebut mencakup unggul yang lain, sekolah ini juga
lingkungan sekolah dan asrama yang baru, menerapkan beberapa tes yang wajib
pengajar dan teman baru, aturan dan diikuti oleh anak didiknya untuk menjadi
dinamika kehidupan asrama, serta siswanya dan hanya membuka satu jurusan
perubahan-perubahan lain sebagai akibat yaitu IPA.
jauh dari orang tua. Sementara tuntutan SMA Patra Nusa sebagai salah satu
yang harus dihadapi siswa mencakup sekolah yang berada di Aceh Tamiang ini,
tuntutan dalam bidang akademik, ingin menyediakan pendidikan yang
kemandirian, dan tanggung jawab. bermutu dalam rangka mencerdaskan
Perubahan-perubahan dan tuntutan- kehidupan bangsa, dengan cara
tuntutan tersebut dapat menimbulkan melaksanakan dan menciptakan proses
ketidakbahagiaan, jika siswa tidak dapat pendidikan yang sistematis, didaktis, dan
mnyesuaikan diri dengan kondisi yang ada. optimal, menumbuhkan semangat unggul
Hal ini sejalan dengan yang dikatakan oleh secara intensif kepada siswa-siswinya,
Edith Weisskopf-Joellson, seorang dosen mendorong dan membantu siswa mengenal
Psikologi di University of Georgia bahwa potensi dirinya untuk dapat dikembangkan
ketidakbahagiaan tersebut merupakan secara optimal dalam perkembangaan iptek
gejala dari ketidakmampuan menyesuaikan serta menumbuhkan penghayatan terhadap
diri. Banyak individu yang menderita dan ajaran agama dan menerapkan manajemen
tidak mampu mencapai kebahagiaan dalam partisipatif, sehingga terciptalah putra-putri
hidupnya, karena ketidakmampuannya bangsa yang beraqidah, taat, menguasai
dalam menyesuaikan diri baik dengan iptek dan terampil menjadi pelopor
kehidupan keluarga, sekolah, pekerjaan kemajuan teknologi dan pengembangan
maupun dalam masyarakat pada umumnya. agama.
Keberhasilan siswa kelas X dalam SMA ini menyediakan 8 unit asrama
menyesuaikan diri terhadap perubahan- putra yang disebut Teuku Umar atau TU
perubahan dan tuntutan –tuntutan yang dan 8 unit asrama putri yang disebut
baru, menentukan penyesuaian diri siswa dengan Cut Nyak Dhien atau CND.
di tahun-tahun berikutnya. Masing-masing asrama didampingi oleh
Sekolah asrama SMA Patra Nusa pengawas asrama yang tidak lain adalah
merupakan salah satu sekolah menengah guru pembimbing. Satu asarama diisi oleh
atas yang menerapkan sistem asrama 12-14 orang siswa baik putra maupun
(boarding school)dalam penyelenggaraan putri.Siswa putra tinggal di TU yang
pendidikannya.SMA yang bernaung di bangunannya dekat dengan gedung sekolah
bawah Yayasan Pendidikan Udep Sare sedangkan pelajar putri tinggal di CND
(YPUS) ini berada di daerah Kabupaten yang terletak sekitar 100 meter dari gedung
Aceh Tamiang, khususnya di dalam sekolah.
komplek Pertamina Rantau SMA Patra Nusa memiliki tuntutan
(www.smapatranusa.wordpress.com). akademis yang cukup tinggi. Siswa
45
Volume 1, Nomor 1, Juli 2015
46
Jurnal DIVERSITA
bagaimana cara belajarnya, hasil try out dengan keinginan yang besar, sehingga ia
yang diadakan pihak sekolah sangat dapat menyesuaikan diri pada perubahan
memuaskan, mengikuti bimbingan les di dan tuntutan yang ada di lingkungan yang
luar sekolahan sehingga siswa akan baru dan begitu juga sebaliknya.
melakukan usaha yang lebih baik dan Berdasarkan latar belakang masalah
terarah untuk mencapai hasil yang lebih yang telah dikemukakan di atas, maka
baik pula, maka siswa tersebut memiliki pokok permasalahan yang akan diteliti
kecemasan yang rendah. Begitu pula adalah “apakah terdapat hubungan antara
sebaliknya apabila siswa kurang memiliki self efficacy akademik dengan penyesuaian
keyakinan akan kemampuan yang diri pada siswa kelas X sekolah SMA Patra
dimilikinya dalam menghadapi ujian Nusa?”
nasional, maka siswa tersebut memiliki Agustiani (2006) mendefenisikan
kecemasan yang tinggi, yang disebabkan penyesuaian diri sebagai cara tertentu yang
karena siswa tersebut tidak meiliki dilakukan oleh individu untuk bereaksi
keyakinan, cara belajar yang asal-asalan, terhadap tuntutan dalam diri maupun
nilai try out yang tidak memuaskan atau situasi eksternal yang dihadapinya.
tidak lulus dalam try out yang diadakan Sementara Runyon dan Haber (1984 )
oleh pihak sekolah, tidak mengikuti menyatakan bahwa penyesuaian diri dapat
bimbingan les, mengerjakan soal -soal dipandang sebagai keadaan (state) atau
tanpa berfikir sehingga hasilnya yang sebagai proses. Penyesuaian diri sebagai
diperoleh kurang baik atau tidak sesuai keadaan berarti bahwa penyesuaian diri
dengan harapan itu semua akan merupakan suatu tujuan yang ingin dicapai
mempengaruh kecemasan ketika oleh individu. Schneiders (1964)
menghadapi ujian nasional (Harfiahana, menyatakan bahwa penyesuaian diri
2013). merupakan suatu proses yang mencakup
Siswa sekolah menengah atas asrama respon mental dan tingkah laku individu,
mengalami masa transisi sebagai proses yaitu individu berusaha keras agar mampu
yang dilakukan untuk menyiapkan diri mengatasi konflik dan frustrasi karena
dalam mencapai tujuan atau suatu terhambatnya kebutuhan dalam dirinya,
perubahan. Di awal pertama sekolah sehingga tercapai keselarasan dan
asrama dapat dirasakan sebagai masa keharmonisan antara diri sendiri dengan
ketegangan karena siswa harus lingkungannya. Senada dengan pendapat
mempertemukan tuntutan lingkungan dan Schneiders, Sawrey dan Telford (1968)
tuntutan akademik dengan kemampuan diri mendefinisikan penyesuaian diri sebagai
siswa. Siswa yang tidak dapat menghadapi interaksi terus-menerus antara individu
atau menyesuaikan diri dengan perubahan- dengan lingkungannya yang melibatkan
perubahan dan tuntutan-tuntutan akademik sistem behavioral, kognisi, dan emosional.
yang baru akan merasa tertekan dan Jadi dapat disimpulkan penyesuaian diri
banyak menghadapi konflik dalam adalah usaha individu dalam menghadapi
menghadapi tuntutan lingkungan yang ada. perubahan-perubahan yang terjadi dalam
Keyakinan diri atau Self efficacy akademik hidupnya, untuk menyatukan antara
yang dimiliki siswa akan kemampuannya kondisi dirinya dengan lingkungan agar
sendiri akan mempengaruhi keberhasilan tercapai hubungan yang lebih sesuai antara
siswa tersebut dalam memenuhi tuntutan individu dengan lingkungannya.
yang ada, dan pada akhirnya akan Kemampuan individu mengelola
menentukan kemampuan penyesuaian diri masalah atau konflik yang dihadapinya
siswa tersebut. Jadi, siswa yang memiliki serta mampu menyesuaikan diri dengan
Self efficacy akademik yang tinggi akan tuntutan dari lingkungannya dipengaruhi
menghadapi situasi atau kondisi yang baru oleh beberapa factor, Schneiders (1964)
47
Volume 1, Nomor 1, Juli 2015
48
Jurnal DIVERSITA
49
Volume 1, Nomor 1, Juli 2015
Keterangan :
RERATA = Nilai rata-rata
K-S = Koefisien Kolmogorov-Smirnov
SD = Standart Deviasi
p = Peluang Terjadinya Kesalahan
50
Jurnal DIVERSITA
maka akan semakin baik penyesuaian ini, maka hipotesis yang diajukan
dirinya. Sebaliknya, semakin rendah self- dinyatakan diterima.
efficacy akademiknya, maka penyesuaian
dirinya semakin buruk.Dari hasil penelitian
Keterangan :
X = minat belajar
Y = prestasi belajar
rxy = Koefisien hubungan antara X dengan Y
2
r = Koefisien determinan X terhadap Y
p = Peluang terjadinya kesalahan
BE% = Bobot sumbangan efektif X terhadap Y dalam persen
Ket = Sangat signifikan pada taraf signifikansi 1% atau p < 0,010.
51
Volume 1, Nomor 1, Juli 2015
Tabel 4. Hasil Perhitungan Nilai Rata-rata Hipotetik dan Nilai Rata-rata Empirik
Nilai Rata-Rata
Variabel SB / SD Keterangan
Hipotetik Empirik
Self-efficacy
9,87786 82,5 95,0597 Tinggi
akademik
Penyesuaian diri 8,14886 80 91,4627 Tinggi
52
Jurnal DIVERSITA
(dalam Agustiani, 2006) yang mengatakan dari visi dan misi SMA Patra Nusa, yaitu
bahwa orang yang dapat menyesuaiakan visinya adalah menciptakan putra bangsa
diri dengan baik adalah orang yang dengan yang beraqidah, taat, menguasai iptek,
keterbatasan yang ada pada dirinya, belajar terampil menjadi pelopor kemajuan
untuk berreaksi terhadap dirinya dan teknologi dan pengembangan agama dan
lingkungan dengan cara yang matang, misinya adalah menyediakan pendidikan
bermanfaat, efisien dan memuaskan, serta yang bermutu bagi masyarakat Aceh
dapat menyelesaikan konflik, frustasi, Tamiang/NAD regional dalam rangka
maupun kesulitan-kesulitan pribadi dan mencerdaskan kehidupan bangsa,
sosial tanpa mengalami gangguan tingkah melaksanakan dan menciptakan proses
laku. pendidikan sistematis, didaktis, dan
Dari hasil penelitian ini yang optimal, menumbuhkan semangat unggul
menyatakan bahwa, self-efficacy akademik secara intensif kepada warga sekolah,
memberikan andil sebesar 37,5% terhadap mendorong dan membantu siswa mengenal
penyesuaian diri, masih terdapat 62,5% potensi diri untuk dikembangkan secara
peran dari faktor lain terhadap penyesuaian optimal dalam perkembangaan iptek
diri dalam penelitian ini yang tidak dilihat, menuju era globalisasi, menumbuhkan
seperti keadaan fisik, perkembangan dan penghayatan terhadap ajaran agama dan
kematanagan, keadaan psikologis, keadaan menerapkan manajemen partisipatif.
lingkungan, tingkat religiusitas dan Jika penelitian ini dibedakan
kebudayaan. berdasarkan jenis kelamin, maka bisa
Hasil lain yang diperoleh dari dilihat bahwa siswa perempuan kelas X
penelitian ini, diketahui bahwa self-efficacy SMA Patra Nusa Rantau memiliki self-
akademik yang dimiliki oleh siswa kelas X efficacy akademik dan penyesuaia diri
SMA Patra Nusa Rantau tergolong tinggi lebih baik dari pada siswa laki-laki kelas X
dan mempunyai penyesuaian diri yang SMA Patra Nusa Rantau. Hal ini
baik. Hal ini didasarkan pada nilai rata-rata didasarkan pada nilai rata-rata empirik self-
empirik yang diperoleh self-efficacy efficacy akademik yang diperoleh siswa
akademik yaitu 95,80597 menjauhi nilai perempuan, dimana self-efficacy akade-
rata-rata hipotetik yaitu 82,5, dengan miknya yaitu 96,3333 menjauhi nilai rata-
selisih yang melebihi nilai SD yang rata hipotetik yaitu 82,5 dengan selisih
besarnya 9,87786 dan nilai rata-rata yang melebihi nilai SD yang besarnya
empirik yang diperoleh penyesuaian diri 8,62223 dan nilai rata-rata empirik
91,4627 menjauhi nilai rata-rata hipotetik penyesuaian diri yang diperoleh siswa
yaitu 80, dengan selisih yang melebihi nilai perempuan yaitu 91,6944 menjauhi nilai
SD yang besarnya 8,14886. rata-rata hipotetik yaitu 80, dengan selisih
Selain berdasarkan pada nilai rata- yang melebihi nilai SD yang besarnya
rata empirik yang diperoleh, self-efficacy 7,96356. Sedangkan siswa laki-laki kelas
akademik dan penyesuaian diri siswa yang X SMA Patra Nusa Rantau memperoleh
baik juga bisa dapat dilihat dari tuntutan nilai rata-rata empirik self-efficacy
akademis yang tinggi yang dimiliki SMA akademik yaitu 93,5806 menjauhi nilai
Patra Nusa, dimana semua siswa harus rata-rata hipotetik yaitu 82,5 dengan selisih
memenuhi semua tuntutan yang ada di tidak melebihi nilai SD yang besarnya
sekolah tersebut. Siswa yang tidak bisa 11,12287 dan nilai rata-rata empirik
atau gagal dalam memenuhi tuntutan atau penyesuaian diri yang diperoleh siswa laki-
tidak dapat mencapai standar yang telah laki yaitu 91,1935 menjauhi nilai rata-rata
ditentukan akan dikenai sanksi sesuai hipotetik yaitu 80, dengan selisih yang
peraturan yang berlaku, bahkan drop out melebihi nilai SD yang besarnya 8,48300.
dari sekolah. Hal tersebut dapat di lihat
53
Volume 1, Nomor 1, Juli 2015
Kesimpulan yang dapat diambil dari Untuk kepala sekolah, guru, dan
penelitian ini adalah sebagai berikut : Ada pengawas asrama diharapkan dapat terus
hubungan yang positif dan signifikan membimbing siswa-siswi agar dapat lebih
antara self-efficacy akademik dengan meningkatkan self-efficacy akademik siswa
penyesuaian diri siswa kelas X sekolah sehingga mereka dapat menentukan
asrama SMA Ptra Nusa Rantau. Hasil ini tujuannya baik tujuan jangka panjang
dibuktikan dengan koefisien korelasi rxy = maupun tujuan jangka pendek, serta
0,613; p = 0.000 < 0,050. Artinya semakin membantu mengarahkan siswa yang
tinggi self-efficacy akademiknya maka mengalami kesulitan dalam kemampuan
akan semakin baik penyesuaian dirinya. menyesuaikan diri.
Sebaliknya, semakin rendah self-efficacy Untuk penelitian selanjutnya yang
akademiknya, maka penyesuaian dirinya ingin meneliti penyesuaian diri, ada
semakin buruk. baiknya untuk mengkaji lebih lanjut
Berdasarkan hasil penelitian yang mengenai faktor-faktor lain yang
diperoleh bahwa para siswa-siswi kelas X sekiranya berhubungan dengan
memiliki self-efficacy akademik yang penyesuaian diri siswa sekolah asrama,
tinggi dan mempunyai penyesuaian diri sehingga diharapkan melalui penelitian
yang baik, diharapkan dapat yang dilakukan dapat mengungkap lebih
mempertahankan kondisi tersebut seperti banyak lagi mengenai peran dari faktor-
selama ini bahkan ketika nantinya mereka faktor yang berhubungan dengan
berada dalam kondisi yang penuh tekanan. penyesuaian diri dan juga mengkaji
Sedangkan bagi siswa-siswi yang memiliki perbedaan penyesuaian diri siswa
self-efficacy akademik yang rendah dan berdasarkan jenis kelaminnya. Selain itu
mempunyai penyesuaian diri yang buruk, peneliti juga menganjurkan untuk
langkah yang dapat diambil untuk mengambil subjek penelitian di sekolah-
meningkatkan penyesuian diri maka siswa sekolah asrama yang bersifat semi militer
harus memperhatikan self-efficacy ataupun sekolah asrama yang bertaraf
akademiknya dengan cara mengevaluasi internasional.
setiap tugas-tugas atau pekerjaan-pekerjaan
yang di lakukan, baik yang sudah pernah DAFTAR PUSTAKA
dikerjakan maupun hal-hal yang baru
dikerjakan, memakai setiap pengalaman Agustiani, H. 2006. Psikologi
akan keberhasilan dalam mengerjakan Perkembangan. Bandung: Refika
tugas-tugas akademik, mengamati Aditama
kerberhasilan rekan dalam mengerjakan Bandura, A. (1997). Self-efficacy: the
tugas dan kemudian terapkan ke diri exercise of control. New York:
sendiri bahwa jika mereka bisa berhasil Freeman.
maka saya juga bisa berhasil seperti
mereka bahkan lebih dari mereka dan Baron & Byrne. (2003). Psikologi sosial
terbuka terhadap orang-orang yang ada (jilid 1, edisi 10). Jakarta: Penerbit
dilingkungan seperti teman, guru, Erlangga.
pengawas asrama, kepala sekolah dan lain Eccles, J., Wigfield, A., Harold, R.D., &
sebagainya agar mendapatkan masukkan Blumenfeld, P. (1993). Age and
dan dukungan terhadap usaha yang telah gender differences in children‟s self-
dilakukan untuk meningkatkan self- and task perceptions during
efficacy akademik, sehingga dengan begitu elementary school. Child
kemampuan penyesuain diri siswa juga Development, 64, 830-847.
dapat meningkat.
54
Jurnal DIVERSITA
55