Anda di halaman 1dari 5

ISSN : 2579 - 4639

KEMAMPUAN MAHASISWA BERADAPTASI BELAJAR DI PERGURUAN TINGGI

Tetty Setiawaty, Ketut M. Kuswara, Paul G. Tamelan, Daniel Lay Moy


Pendidikan Teknik Bangunan, FKIP Universitas Nusa Cendana
E-mail: tetty_setiawaty@staf.undana.ac.id.

Abstrak
Tujuan utama penelitian ini adalah mendapatkan data tentang kemampuan mahasiswa beradaptasi
belajar diperguruan tinggi. Penelitian ini memiliki lima tujuan khusus yaitu: 1) mendapatkan data tentang
besarnya pengaruh social competence terhadap adaptasi belajar mahasiswa di perguruan tinggi; 2)
mendapatkan data tentang besarnya pengaruh problem solving terhadap adaptasi belajar mahasiswa di
perguruan tinggi; 3) mendapatkan data tentang besarnya pengaruh autonomy terhadap adaptasi belajar
mahasiswa di perguruan tinggi; 4) mendapatkan data tentang besarnya pengaruh sense of purpose
terhadap adaptasi belajar mahasiswa di perguruan tinggi; dan 5) mendapatkan data tentang besarnya
pengaruh social competence, problem solving, autonomy dan sense of purpose (resilience) secara
simultan terhadap adaptasi belajar mahasiswa di perguruan tinggi. Penelitian ini menggunakan regresi
ganda, untuk menghitung variabel bebas dan variabel terikat menggunakan rumus korelasi Carl Pearson.
Hasil penelitian menunjukkan variabel social competence dan problem solving tidak memiliki pengaruh
positif terhadap adaptasi belajar di perguruan tinggi, sedangkan dua variabel lainnya yaitu autonomy
dan sense of purpose memiliki pengaruh positif terhadap adaptasi belajar di perguruan tinggi. Hasil
pengujian gabungan antara social competence, problem solving, autonomy dan sense of purpose secara
simultan diterima hipotesisnya, artinya ada pengaruh positif antara resilience mahasiswa dengan adaptasi
belajar di perguruan tinggi. Hasil koefesien diterminasi, pengaruh resilience mahasiswa terhadap adaptasi
mahasiswa belajar di perguruan tinggi cukup baik (41,8%) masih jauh mendekati nilai sempurna yaitu
100%. Mahasiswa perlu meningkatkan autonomy dan sense of purpose karena kedua variabel ini
merupakan kompetensi personal dalam diri mahasiswa untuk prestasi dan beradaptasi dengan pola belajar
di perguruan tinggi.

Kata kunci: kesiapan belajar, kemampuan beradaptasi, mahasiswa, perguruan tinggi

ABSTRACT

The main objective of this study is to obtain data about the ability of students in learning adaptation
at university. This study uses a multiple regression method, to calculate the independent variables
and the dependent variable using the Carl Pearson correlation formula. Student resilience consisting
of social competence, problem-solving, autonomy and a sense of purpose are tested for their
relationship individually or combined in learning adaptation at university. The results showed that
social competence and problem solving did not have a positive effect on learning adaptation at
university, while the other two variables, autonomy and sense of purpose, had a positive effect. The
results of the combined testing of social competence, problem-solving, autonomy and sense of
purpose are simultaneously accepted by the hypothesis, meaning that there is a positive influence
between student resilience and learning adaptation in university. The results of the coefficient of
determination, the effect of student resilience to the learning adaptation at university are quite good
(41.8%) which still far from the perfect value that is 100%. Students need to improve their
autonomy and sense of purpose because these two variables are the capacity or ability of students to
achieve learning achievement and personal competence of students to be able to excel and adapt
with learning patterns at university.

Keywords: resilience, social competence, problem solving, autonomy, sense of purpose

Komodo Jurnal Pendidikan Teknik Mesin , Volume 3 Nomor 3, Desember 2019 147
ISSN : 2579 - 4639

PENDAHULUAN swasta yang jumlahnya jauh lebih banyak,


1. Latar Belakang Penelitian atau menunda kuliah pada tahun berikutnya.
Belajar di perguruan tinggi sangat Artinya angkatan muda terdidik akan
berbeda dengan belajar di sekolah menengah bertambah setiap tahunnya yang secara
atas (SMA/SMK). Pola belajar di sekolah langsung berbanding lurus dengan jumlah
sangat bergantung pada modul-modul angkatan kerja.
pelajaran yang sudah disiapkan oleh guru Mahasiswa diharapkan memiliki
dan sekolah, sedangkan belajar di perguruan kemampuan beradaptasi di lingkungan
tinggi kemampuan membaca, merefleksi kampus tempat dimana mereka belajar.
bahan bacaan dan menulis sangat dijunjung Usaha untuk beradaptasi di lingkungan
tinggi. Pola belajar di perguruan tinggi tidak kampus tidaklah mudah karena mahasiswa
hanya menuntut mahasiswa untuk belajar beraptasi dengan lingkungan belajar dan
aktif tapi juga menuntut dosen menerapkan cara belajar di perguruan tinggi sangat
pola belajar yang sama. Bourdieu (1998) berbeda dengan lingkungan belajar
dalam Homo Academicus menjelaskan sebelumnya. Selain dituntut kemampuan dan
perguruan tinggi merupakan arena kecepatan beradaptasi, mahasiswa juga
pengetahuan dan perebutan modal untuk dituntut dapat menyelesaikan kuliahnya tepat
memproduksi kelas sosial. Di perguruan waktu dengan nilai baik dan
tinggi semua civitas academika dituntut mengaplikasikan ilmunya di tempat kerja.
untuk belajar memahami dan mendalami Masa transisi dari SMA/SMK menuju
pengetahuan sebagai warisan dunia (www. perguruan tinggi dengan lingkungan yang
news.detik. com). lebih besar dan sistem belajar berbeda, lebih
Perguruan tinggi membangun relasi personal dengan pola interaksi teman kuliah
antara dosen dengan mahasiswa berdasarkan yang lebih beragam dari segi jumlah, etnis,
struktur pengetahuan dan pengabdian geografi dan tekanan belajar dan tugas-tugas
terhadap ilmu pengetahuan. Mahasiswa yang lebih besar menyebabkan sebagian
dituntut menguasai materi-materi yang mahasiswa mengalami kesulitan beradaptasi
diajarkan dan memperluas materi yang dengan lingkungan baru. Pola belajar di
diberikan dengan buku atau jurnal-jurnal perguruan tinggi menuntut mahasiswa
yang mendukung, dimana buku dan jurnal belajar proaktif mencari dan memperluas
sudah menjadi gaya hidup mahasiswa. Pola materi perkuliahan, melengkapi materi
belajar seperti ini tidak di dapat pada kuliah, berdiskusi dan berpartisipasi aktif di
pelajaran di sekolah. kampus maupun di luar kampus. Mahasiswa
Data terbaru dari Menteri Riset, harus memiliki kemauan keras, mandiri,
Teknologi, dan Pendidikan Tinggi M. Nasir tekun dan mampu membagi waktu
mengumumkan sebanyak 92.331 peserta belajarnya. Mahasiswa yang tidak mampu
lolos SNMPTN 2019 di 85 PTN seluruh melakukan hal tersebut akan mengalami
Indonesia. Jumlah tersebut berasal dari hambatan dalam menyelesaikan kuliahnya.
18.206 sekolah dengan jumlah mendaftar Kemampuan dan kecepatan beradaptasi
478.608 peserta yang mendaftar sebagai pada lingkungan belajar di kampus menuntut
peserta SNMPTN. (news. detik.com). Jumlah mahasiswa berperan aktif dalam
tersebut menurun dibandingkan tahun 2018, menyelesaikan perkuliahan dan tugas-
dimana jumlah peserta yang lolos SNMPTN tugasnya. Dosen hanya berperan sebagai
sebanyak 110.946 orang dari jumlah fasilisator yang mempersiapkan semua
pendaftar sebanyak 586.155 siswa. keperluan belajar mahasiswa. Masa-masa
Jumlah calon mahasiswa akan kuliah adaptasi ini merupakan masa yang tidak
tahun ini akan terus bertambah karena masih mudah dilewati mahasiswa pada semester
ada jalur SBMPTN dan jalur mandiri yang awal, bahkan dikatakan sebagai masa yang
diterapkan oleh perguruan tinggi negeri. paling sulit. Masa ini membutuhkan
Mahasiswa yang tidak diterima di perguruan resilience pada diri mahasiswa. Resilience
tinggi negeri akan mengisi perguruan tinggi dapat diartikan sebagai kapasitas individu,
Komodo Jurnal Pendidikan Teknik Mesin , Volume 3 Nomor 3, Desember 2019 148
ISSN : 2579 - 4639

untuk beradaptasi dengan keadaan, dengan Dari total 91.000 guru produktif yang
merespon secara sehat dan produktif untuk dibutuhkan SMK, saat ini baru tersedia
memperbaiki diri, beradaptasi dengan 15.000 yang memenuhi syarat guru
lingkungan dan mampu beradaptasi sesuai produktif, sehingga SMK masih
dengan harapan lingkungan dengan situasi membutuhkan 72.000 hingga 75.000 guru
dan kesulitan yang menekan untuk tetap produktif
berkembang dan bertahan. Ketahanan (www. ekonomi.bisnis.com).
membantu individu menghadapi kesulitan Kekurangan guru produktif saat ini masih
dan kesulitan ini dan dibangun melalui kurang terpenuhi, cara yang sudah ditempuh
interaksi dinamis individu dengan saat ini adalah dengan merekrut tenaga
lingkungannya (www.scirp.org). profesional dan upskilling guru adaptif yaitu
Melalui resilience akan terukur seberapa guru mata pelajaran murni (www.
besar kemampuan mahasiswa untuk bertahan gatra.com). Dan fresh graduate S1 murni
terhadap situasi yang menekan sehingga dan para ahli dari dunia kerja yang diminta
memungkinkannya untuk terus berkembang mengajar di SMK atau para pensiunan dari
(Benard, 1991). dunia industri (www.jawapos.com) dan
Mahasiswa yang mampu beradaptasi saat (www. ekonomi.bisnis.com). Tujuan
mengalami tekanan atau masalah, (resilient) pengangkatan ini adalah untuk mengurangi
akan mampu mengatur perilakunya ke arah jumlah pengangguran lulusan SMK. Sesuai
positi seperti tidak bergantung pada orang dengan tujuannya program studi
lain (teman, orang tua, kelompok), berfikir Pendidikan Teknik Bangunan diharapkan
positif, mampu mengambil keputusan mampu menghasilkan lulusan yang mampu
sendiri, memiliki tanggung jawab dan mengisi kekurangan guru produktif saat ini.
mampu memecahkan masalahnya sendiri
tanpa bantuan orang lain.
Tujuan utama program studi pendidikan
teknik bangunan menghasilkan lulusan guru
SMK. Sehingga lulusan dari program studi
ini diharapkan menjadi guru-guru SMK yang
tangguh. Data statistik menunjukkan jumlah
SMK secara nasional adalah 13.710, yang
terbagi menjadi 3.519 SMK Negeri (25,67%)
dan 10.191 SMK Swasta (74,33%). Dari
jumlah sekolah tersebut di atas, jumlah guru
SMK secara nasional adalah 292.121 orang
yang dikelompokkan menjadi jumlah guru
SMK negeri 141.813 orang (48,53%) dan
guru SMK swasta 151.399 orang (51,47%)
(Statistik SMK 2017/2018). Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan menyatakan,
Indonesia masih memerlukan 91.000 orang
guru SMK. Angka itu dinilai paling ideal
untuk menyukseskan Instruksi Presiden
(Inpres) Nomor 9 Tahun 2016 tentang
Revitalisasi SMK
(https://www.gatra.com/rubrik/nasional/
pemerintahan-pusat/363413). Guru yang
dibutuhkan SMK sebagian besar adalah guru
bidang produktif, yaitu guru yang memiliki
kecakapan, kemahiran dan keahlian yang
dibutuhkan di bidang SMK.
Komodo Jurnal Pendidikan Teknik Mesin , Volume 3 Nomor 3, Desember 2019 149
ISSN : 2579 - 4639

Komodo Jurnal Pendidikan Teknik Mesin , Volume 3 Nomor 3, Desember 2019 150

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai