Anda di halaman 1dari 10

UJIAN AKHIR SEMESTER GENAP

TAHUN AKADEMIK 2020/2021


UNIVERSITAS PGRI RONGGOLAWE TUBAN
Jl. Manunggal 61 Tuban, Telp. (0356) 322233, Fax (0356) 331578
Website: www.unirow.ac.id, Email: prospective@unirow.ac.id

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


Prodi. Pend. Bahasa dan Sastra Indonesia Dosen Dr. Moh. Mu’minin, M.Pd.
Matakuliah Materi Pembelajaran PBSI Nama Ahmad Khoirul Ummam
Angkt/Kelas 2019 NIM 1105190001
Sifat Daring Tanggal

Petunjuk:
1. Kerjakan secara individual, tidak boleh bekerja sama.
2. Lembar jawaban dikirimkan via telegram (081330153460).

SOAL:
1. Jelaskan manfaat bagi guru dan siswa, bila dalam pembelajaran tersedia materi
pembelajaran yang baik! (Skor maks 10)
Jawab : Manfaat bagi guru dan siswa apabila didalam pembelajaran tersedia materi
pembelajaran yang baik, sebagai berikut.
1. Penyampaian materi pelajaran dapat diseragamkan
2. Proses pembelajaran menjadi lebih jelas dan menarik
3. Proses pembelajaran menjadi lebih interaktif
4. Efisiensi dalam waktu dan tenaga
5. Meningkatkan kualitas hasil belajar siswa
6. Media memungkinkan proses belajar dapat dilakukan dimana saja dan kapan saja
7. Media dapat menumbuhkan sikap positif siswa terhadap materi dan proses belajar
8. Merubah peran guru ke arah yang lebih positif dan produktif.

2. Sebutkan dan jelaskan jenis-jenis materi pembelajaran! Berikan contohnya! (Skor


maks 20)
Jawab : Materi fakta : segala hal yang bewujud kenyataan dan kebenaran, meliputi
nama-nama obyek, peristiwa sejarah, lambang, nama tempat, nama orang, nama bagian
atau komponen suatu benda, dan sebagainya
Contoh : Mata Pelajaran Sejarah : Peristiwa sekitar Proklamasi 17 Agustus 1945 dan
pembentukan pemerintahan Indonesia.

Materi konsep : segala yang berwujud pengertian-pengertian baru yang bisa timbul
sebagai hasil pemikiran, meliputi definisi, pengertian, ciri khusus, hakekat, inti /isi dan
sebagainya.
Contoh : Mata Pelajaran Biologi : Hutan hujan tropis di Indonesia sebagai sumber plasma
nutfah, Usaha-usaha pelestarian keanekargaman hayati Indonesia secara in-situ dan ex-
situ., dsb.
Materi prinsip : berupa hal-hal utama, pokok, dan memiliki posisi terpenting , meliputi
dalil, rumus, adagium, postulat, paradigma, teorema, serta hubungan antar konsep yang
menggambarkan implikasi sebab akibat.
Contoh : Mata Pelajaran Fisika : Hukum Newton tentang gerak , Hukum 1 Newton ,
Hukum 2 Newton , Hukum 3 Newton , Gesekan statis dan Gesekan kinetis, dsb.

Materi Prosedur meliputi langkah-langkah secara sistematis atau berurutan dalam


mengerjakan suatu aktivitas dan kronologi suatu sistem.
Contoh : Mata Pelajaran TIK : Langkah-langkah Akses Internet, trik dan strategi
penggunaan Web Browser dan Search Engine, dsb

Materi Sikap atau nilai merupakan hasil belajar aspek afektif, misalnya nilai kejujuran,
kasih sayang, tolong-menolong, semangat dan minat belajar dan bekerja, dsb.
Contoh : Mata Pelajaran Geografi : Pemanfaatan sumberdaya alam berdasarkan prinsip
ekoefisiensi, Pemanfaatan sumberdaya alam dan pembangunan berkelanjutan, dsb.
Mata Pelajaran Sosiologi : Interaksi sosial dan dinamika sosial, Sosialisasi dan
pembentukan kepribadian , dsb.

3. Jelaskan prinsip-prinsip yang harus diperhatikan dalam memilih materi


pembelajaran! (Skor maks 20)
Jawab : Ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam penyusunan bahan ajar atau
materi pembelajaran. Prinsip-prinsip dalam pemilihan materi pembelajaran meliputi
prinsip relevansi, konsistensi, dan kecukupan.
Prinsip relevansi artinya keterkaitan. Materi pembelajaran hendaknya relevan atau ada
kaitan atau ada hubungannya dengan pencapaian standar kompetensi dan kompetensi
dasar. Sebagai misal, jika kompetensi yang diharapkan dikuasai siswa berupa menghafal
fakta, maka materi pembelajaran yang diajarkan harus berupa fakta atau ghbahan hafalan.
Prinsip konsistensi artinya keajegan. Jika kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa
empat macam, maka bahan ajar yang harus diajarkan juga harus meliputi empat macam.
Misalnya kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa adalah pengoperasian bilangan
yang meliputi penambahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian, maka materi yang
diajarkan juga harus meliputi teknik penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan
pembagian.
Prinsip kecukupan artinya materi yang diajarkan hendaknya cukup memadai dalam
membantu siswa menguasai kompetensi dasar yang diajarkan. Materi tidak boleh terlalu
sedikit, dan tidak boleh terlalu banyak. Jika terlalu sedikit akan kurang membantu
mencapai standar kompetensi dan kompetensi dasar. Sebaliknya, jika terlalu banyak akan
membuang-buang waktu dan tenaga yang tidak perlu untuk mempelajarinya.

4. Jelaskan tahap-tahap penyajian materi pembelajaran berbasis saintifik!


(Skor maks 20)
Jawab : Menurut Permendikbud Nomor 81 A Tahun 2013 lampiran IV, proses
pembelajaran terdiri atas lima pengalaman belajar pokok dan Langkah-langkah
Pembelajaran denganPendekatan Saintifik
• mengamati;
• menanya;
• mengumpulkan informasi/eksperimen;
• mengasosiasikan/mengolah informasi; dan
• mengkomunikasikan.

5. Bila kita berpijak pada konteks kehidupan saat ini (pandemi covid 19) dan kita
hendak menyusun materi pembelajaran berbasis kontekstual, buatlah contoh teks
materi berbasis kontekstual (materi boleh unduh dari internet).
(Skor Maks 30)
Jawab : BAHAN AJAR TEMATIK BERBASIS KONTEKSTUAL UNTUK SISWA SEKOLAH DASAR
Program Studi Pendidikan Dasar-Pascasarjana Universitas Negeri Malang Jl. Semarang No. 5
Malang
Abstract : Contextual Teaching and Learning (CTL) is a learning strategy, with emphasis on
student involvement process to find the material, it means that the learning process is more
emphasize to the process of direct experience. Characteristics of CTL is: (1) cooperation; (2)
mutual support; (3) great fun, not boring; (4) learning more excited; (5) integrated learning; (6)
using a variety of resources; (7) students are active; (8) sharing with friends; (9) students to think
critically and creative teacher; (10) the walls and halls filled with student work, maps, pictures,
articles, humor, and others; (11) report to parents not only report but the students' work, lab
reports, essays, students, and others. Teaching materials is a set of subject matter that help
curriculum goals achievement that is arranged systematically and holistic so as to create
environment to enjoyable learning, making students to learn and teachers’ instruction easier. So
that, it’s need to develop a teaching materials based contextual, to make teaching materials that
are suitable with students’ needs, curriculum demands, object characteristics, and demands to
problem solving learning, especially in elementary school.
Key word: Contextual Teaching and Learning (CTL), Teaching materials, Experience
Abstrak: Pembelajaran Kontekstual (CTL) adalah suatu strategi pembelajaran yang menekankan
kepada proses keterlibatan siswa untuk menemukan materi, artinya proses pembelajaran lebih
menekankan pada proses pengalaman langsung dan hal ini sesuai dengaan ugkapan the
experience is the best teacher. Karakteristik dari CTL yaitu (1) kerjasama; (2) saling menunjang;
(3) menyenangkan, tidak membosankan; (4) belajar dengan bergairah; (5) pembelajaran
terintegrasi; (6) menggunakan berbagai sumber; (7) siswa aktif; (8) sharing dengan teman; (9)
siswa kritis dan guru kreatif; (10) dinding dan lorong-lorong penuh dengan hasil kerja siswa,
peta-peta, gambar, artikel, humor, dan lain-lain; dan (11) laporan kepada orang tua bukan hanya
rapor tetapi hasil karya siswa, laporan hasil praktikum, karangan siswa, dan lain-lain. Bahan ajar
adalah seperangkat materi pelajaran yang dapat membantu tercapainya tujuan kurikulum yang
disusun secara sistematis dan utuh sehingga tercipta lingkungan belajar yang menyenangkan,
memudahkan siswa belajar, dan guru mengajar. Oleh karena itu, diperlukan pengembangan
bahan ajar yang berbasis kontekstual, agar ketersediaan bahan ajar sesuai dengan kebutuhan
siswa, tuntutan kurikulum, karakteristik sasaran, dan tuntutan pemecahan masalah belajar,
khususnya di sekolah dasar.
Kata kunci : Pembelajaran Kontekstual (CTL), bahan ajar, pengalaman
Sesuai dengan Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alenia ketiga yaitu salah satu tujuan
Bangsa Indonesia adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Pernyataan tersebut berarti para
pendiri bangsa ini menyadari pentingnya peranan pendidikan dalam membangun bangsa dan
negara Indonesia menuju masyarakat yang adil dan sejahtera. Salah satu cara
yang dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut adalah melalui dunia pendidikan . Oleh karena
itu, pasal 31 Undang- Undang Dasar 1945 diatur lebih lanjut tentang bagaimana pendidikan
nasional diselenggarakan. Untuk dapat mencapai tujuan tersebut, maka diperlukan sinergi dari
sebuah sistem pendidikan yang ada.

2 Jurnal Pendidikan Humaniora, Vol...,No...,Bln Thn, Hal...


Berdasarkan pasal 1 ayat 1 UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,
pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Oleh karena itu,
pemerintah berusaha untuk meningkatkan pendidikan dengan sebaik-baiknya, salah satunya
dengan penyempurnaan kurikulum yaitu mengubah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
menjadi Kurikulum 2013.
Praktik pendidikan dan pembelajaran yang kurang menghargai kemanusiawian manusia (Akbar.
2014:). Praktik pendidikan dan pembelajaran yang behavioristik yakni pendidikan dan
pembelajaran yang mengandalkan kekuatan eksternal untuk mengembangkan perilaku peserta
didik dan kurangnya mengembangkan kesadaran diri peserta didik masih cukup dominan dalam
praktik pendidikan dan pembelajaran.
Esensi kurikulum 2013 salah satunya adalah pembelajaran kontekstual dan pendidikan karakter.
Menurut Mulyasa (2009) pembelajaran kontekstual merupakan pembelajaran yang
mengkaitkan materi pembelajaran dengan konteks dunia nyata yang dihadapi siswa dalam
kehidupan sehari-hari. Dalam pembelajaran kontekstual, guru berusaha memberikan sesuatu
yang nyata sesuai dengan lingkungan sekitar anak sehingga pengetahuan yang diperoleh anak
dengan proses belajar mengajar di kelas merupakan pengetahuan yang dibangun dan dimiliki
sendiri.
Pembelajaran yang efektif dan berkualitas akan mendukung tercapainya hasil belajar yang
maksimal bagi siswa. Untuk meningkatkan hasil belajar diperlukan penguasaan konsep.
Penguasaan konsep membutuhkan kemampuan berpikir dengan bantuan dan bimbingan dari
guru. Melalui kegiatan pembelajaran yang memadukan berbagai bidang studi ke dalam satu
tema yang terkait dalam kehidupan sehari-hari, siswa dapat memeroleh pengalaman langsung
dan bermakna dalam pembelajaran. Oleh karena itu perlu kegiatan pembelajaran yang
mengaktifkan siswa dan mengembangkan kemampuan berpikirnya dengan menganalisis hasil
dari kegiatan pembelajaran. Berbagai pengalaman yang diterapkan dengan menggunakan bahan
ajar berupa buku ajar tematik, guru seharusya dapat mengaitkan dengan pengalaman siswa
dalam kehidupan sehari –hari sehingga pembelajaran menjadi lebih bermakna.
Salah satu komponen penting dalam pembelajaran tematik adalah bahan ajar. Bahan ajar
memiliki peran pokok dalam pembelajaran, termasuk dalam pembelajaran tematik. Oleh karena
pembelajaran tematik pada dasarnya adalah perpaduan dari berbagai disiplin ilmu yang
tercakup dalam ilmu alam, maka pembelajaran ini memerlukan bahan ajar yang lebih lengkap
dan komprehensif dibandingkan dengan pembelajaran monolitik.
Dari hasil wawancara dengan rekan-rekan guru, diperoleh data bahwa buku siswa tematik yang
ada kurang
sesuai dengan lingkungan sekitar siswa, banyak ketidaksesuaian antara KD dan indikator, dan
ada beberapa kata yang terlalu tinggi bahasanya untuk siswa sekolah dasar.
Berdasarkan hasil tukar pendapat bersama teman- teman guru Gugus Kecamatan, menunjukkan
fakta dari penggunaan buku guru dan buku siswa yang ada, banyak guru yang mengeluhkan
kekurangan referensi sebagai bahan pembelajaran di kelas dikarenakan materi yang terdapat
pada buku siswa sangat sedikit. Siswa dituntut untuk mencari sumber belajar lain selain yang
terdapat pada buku, sedangkan buku sumber lainnya sebagai buku referensi masih sangat
terbatas.
Penerapan pembelajaran tematik di sekolah dasar menuntut tersedianya bahan ajar yang dapat
digunakan untuk memenuhi kebutuhan pembelajaran yang terintegrasi antar satu mata
pelajaran dengan pelajaran lainnya, bahkan dengan kehidupan siswa sehari-hari. Meskipun buku
ajar yang tersedia saat ini masih dapat digunakan dalam proses pembelajaran, namun pada
masa mendatang perlu diupayakan adanya bahan ajar khusus yang memuat bahan ajar yang
terintegrasi untuk membantu siswa sejak dini memahami berbagai ilmu pengetahuan yang
berpangkal dari tema-tema yang melekat dalam kehidupan siswa dan lingkungannya
Pembelajaran kontekstual adalah sebuah sistem yang dapat merangsang otak untuk menyusun
pola-pola yang mewujudkan makna (Johsnon. 2014: 58). Lebih lanjut ia menyebutkan bahwa
pembelajaran kontekstual adalah sistem pembelajaran yang menghasilkan makna dengan
menghubungkan muatan akademis dengan konteks kehidupan siswa sehari-hari.
Shoimin (2014:44) menyatakan bahwa dalam pembelajaran kontekstual, guru harus mampu
menghadirkan dunia nyata ke dalam kelas dan mendorong siswa untuk membuat hubungan
antara pengetahuan yag dimiliki dan penerapan ke dalam kehidupan nyata mereka sebagai
bagian dari anggota keluarga dan masyarakat.
Penelitian tentang pengembangan berbasis kontekstual juga pernah dilakukan oleh Fajri (2015)
dalam penelitiannya Fajrii menyimpulkan bahwa bahan ajar tematik berbasis kontekstual dapat
diterapkan sebagai sumber belajar alternatif dan secara praktis dapat digunakan dalam kegiatan
pembelajaran, serta efektif dapat meningkatkan hasil belajar.
Penelitian tentang pengembangan berbasis kontekstual juga pernah dilakukan oleh Nilasari
(2016) dari hasil penelitian menunjukkan bahwa modul pembelajaran tematik berbasis
kontekstual tersebut dilihat dari seluruh aspek yang telah ditetapkan, layak digunakan dengan
perbaikan kecil.
HASIL KAJIAN
Prastowo (2013: 298) mengemukakan bahwa bahan ajar merupakan segala bahan (baik
informasi, alat, maupun teks) yang disusun secara sistematis, yang menampilkan keseluruhan
dari kompetensi yang akan dikuasai siswa, sehingga tercipta suasana yang memungkinkan siswa
untuk belajar tidak hanya mengetahui, tetapi juga melakukan (learning to do), menjadi (learning
to be), hidup bersama

3 Jurnal Pendidikan Humaniora, Vol...,No...,Bln Thn, Hal...


(learning to live together)dengan tujuan perencanaan sekaligus implementasi kurikulum.
National Center for Vocational Education Research Ltd/National Center for Competency Based
Training dalam Prastowo (2013:297) menjelaskan bahwa bahan ajar adalah segala bentuk bahan
yang digunakan guru/instruktur dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas. Bahan
yang dimaksud dapat berupa bahan tertulis maupun tidak tertulis. Pannen dalam Prastowo
(2013:298) menyatakan “bahan ajar adalah bahan-bahan atau materi pelajaran yang disusun
secara sistematis, yang digunakan guru dan siswa dalam proses pembelajaran”. Dikmenjur
mengemukakan “bahan ajar merupakan seperangkat materi atau substansi pembelajaran
(teaching material) yang disusun secara sistematis dan menampilkan sosok utuh dari
kompetensi yang akan dikuasai siswa dalam proses pembelajaran.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa bahan ajar adalah
seperangkat materi pelajaran yang dapat membantu tercapainya tujuan kurikulum yang disusun
secara sistematis dan utuh sehingga tercipta lingkungan belajar yang menyenangkan,
memudahkan siswa belajar, dan guru mengajar. Oleh karena itu, diperlukan pengembangan
bahan ajar, agar ketersediaan bahan ajar sesuai dengan kebutuhan siswa, tuntutan kurikulum,
karakteristik sasaran, dan tuntutan pemecahan masalah belajar.
Pengembangan bahan ajar harus sesuai dengan tuntutan kurikulum, artinya bahan ajar yang
dikembangkan harus sesuai dengan Kurikulum 2013 yang mengacu pada Standar Nasional
Pendidikan baik standar isi, standar proses dan standar kompetensi lulusan. Kemudian
karakteristik sasaran disesuaikan dengan lingkungan, kemampuan, minat, dan latar belakang
siswa.
Menurut Prastowo (2013: 306) dari segi bentuknya, bahan ajar dapat dibedakan menjadi empat
macam, yaitu: (a) bahan ajar cetak, yaitu sejumlah bahan yang disiapkan dalam kertas, yang
dapat berfungsi untuk keperluan pembelajaran atau penyampaian informasi. Contoh: handout,
buku, modul, lembar kerja siswa, brosur, leaflet, wall chart, foto/gambar, model, atau maket; (b)
bahan ajar dengar atau program audio, yaitu: semua sistem yangmenggunakan sinyal radio
secara langsung, yang dapat dimainkan ataudidengar oleh seseorang atau sekelompok orang.
Seperti bahanajar yang terdapat di dalam kaset, radio, piringanhitam, dan compact disk audio.
(c) bahan ajar pandang dengar (audio visual), yaitu: segala sesuatu yangmemungkinkan sinyal
audio dapat dikombinasikan dengan gambar bergerak secara sekuensial. Sepertibahanajar yang
terdapat di dalam video, compact disk, dan film. (d) bahan ajar interaktif (interactive teaching
materials), yaitu: kombinasi dari dua atau lebih media (audio, teks, grafik, gambar, animasi, dan
video) yang oleh penggunanya dimanipulasi atau diberi perlakuan untuk mengendalikan suatu
perintah dan atau perilaku alami dari presentasi. Sepertibahanajar yang terdapat di
dalamcompact disk interaktif.
Prinsip penyusunan bahan ajar
Berdasarkan dalam pedoman penulisan bahan ajar , Degeng (2001) menjelaskan prinsip-prinsip
pembuatan buku ajar, yaitu: (1) prinsip relevansi (keterkaitan). Materi buku ajar hendaknya
relevan atau berkaitan dengan pencapaian kompetensi pendidik, jika kompetensi yang
diharapkan dikuasai kemampuan merancang kegiatan pembelajaran (RPP), maka isi buku harus
berupa hal-hal yang berkaitan dengan perancangan kegiatan pembelajaran; (2) prinsip
konsistensi. Materi buku ajar hendaknya memuat bahan/pembahasan yang linier mulai dari
awal hingga akhir; (3) Prinsip kecukupan. Materi yang ditulis pada buku ajar memadai (tidak
terlalu sedikit dan tidak berlebihan) untuk menjelaskan hal-hal yang terkait dengan kompetensi
atau subkompetensi yang dipilih sebagai tema, baik komponen maupun uraiannya. Hal ini
berkaitan dengan keluasan materi yang di identifikasi melalui peta konsep; (4) sistematika. Buku
ajar hendaknya merupakan satu kesatuan informasi yang utuh, yang terdiri atas komponen-
komponen (bahasan-bahasan) yang saling terkait dan disusun secara runtut sesuai dengan
kaidah-kaidah penulisan buku ajar.
Prosedur pengembangan bahan ajar
Menurut Amri & Ahmadi (2010) Proses penyusunan bahan ajar sekolah tertentu akan melalui
beberapa tahap sebagai berikut : (1) telaah kurikulum. Secara umum yang ditelaah dari
kurikulum adalah landasan filosofi yang dijadikan dasar dalam pengembangan kurikulum.
Landasan ini tercermin melalui pendekatan pembelajaran, tujuan pendidikan, isi, prosedur, dan
pengalaman belajar untuk mencapai tujuan, serta sarana penelitian; (2) penyusunan silabus.
Tahap berikutnya adalah penyusunan silabus. Tahap ini berguna dalam membantu perancangan
umum sistematika setiap buku ajar. Adapun komponen yang harus dikembangkan dalam silabus
adalah : Standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pokok, pengalaman belajar, alokasi
waktu, dan sumber bahan; (3) pengorganisasian buku. Organisasi buku ajar tetap mengikuti
struktur tata tulis pada umumnya, yakni di awali dengan pendahuluan, isi, dan penutup.
Layaknya sebuah buku, buku merupakan suatu kesatuan yang bermakna; (4) pemilihan materi.
Pemilihan materi yang dibahas pada setiap bab buku ajar perlu disesuaikan dengan ukuran-
ukuran standar berikut ini : Pemilihan materi standar sesuai dengan kurikulum, tujuan
pendidikan, keilmuaan, dan relavansinya dengan perkembangan ilmu dan teknologi; (5)
penyajian materi. Penyajian materi merupakan panduan terhadap cara menyajikan materi yang
terdapat di dalam buku ajar. Unsur- unsur yang terdapat di dalamnya adalah : Tujuan
pembelajaran, pentahapan pembelajaran, menarik minat dan perhatian siswa, kemudahan
dipahami, keaktifan siswa, hubungan bahan, norma, soal dan latihan; (6) penggunaan bahasa
dan keterbacaan. penggunaan bahasa Indonseia yang baik, jelas, dan benar serta bahasa ragam
formal/ilmiah dalam penyajian materi adalah keharusan

Karakteristik Bahan Ajar Tematik


Bahan ajar tematik harus memunculkan berbagai karakteristik dasar pembelajaran tematik,
yaitu menstimulasi siswa agar aktif, menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan,
menyuguhkan pengetahuan yang holistik (tematik) dan memberikan pengalaman langsung.
Karakteristik bahan ajar tematik menurut Prastowo (2013:313) ada empat macam yaitu aktif,
menarik atau menyenangkan, holistik, dan autentik/memberikan pengalaman langsung.
Konsep Dasar Pembelajaran Kontekstual
Menurut Sanjaya (2014:255) pembelajaran kontekstual adalah suatu strategi pembelajaran
yanng menekankan kepada proses keterlibatan siswa untuk menemukan materi, artinya proses
pembelajran lebih menekankan pada proses pengalaman langsung.
Lebih lengkap lagi Majid (2014:228) menyatakan pembelajaran kontekstual merupakan suatu
proses pembelajaran yang holistik dan bertujuan untuk memotivasi siswa memahami suatu
makna materi pembelajaran dengan mengaitkan materi tersebut dengan kehidupan siswa
sehari- hari. Pembelajaran kontekstual merupakan konsep belajar yang membantu guru
mengaitkan materi pembelajaran dengan dunia nyata siswa dan mendorong siswa untuk
membuat hubungan antara konsep yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan
sehari-hari sebagai bagian dari anggota keluarga maupun masyarakat (Shoimin. 2014: 41).
Karakteristik Pembelajaran Kontekstual
Karakteristik yang terdapat pada pembelajaran kontekstual menurut Majid (2014: 230) adalah
sebagai berikut: (1) kerjasama; (2) saling menunjang; (3) menyenangkan, tidak membosankan;
(4) belajar dengan bergairah; (5) pembelajaran terintegrasi; (6) menggunakan berbagai sumber;
(7) siswa aktif; (8) sharing dengan teman; (9) siswa kritis dan guru kreatif; (10) dinding dan
lorong- lorong penuh dengan hasil kerja siswa, peta-peta, gambar, artikel, humor, dan lain-lain;
(11) laporan kepada orang tua bukan hanya rapor tetapi hasil karya siswa, laporan hasil
praktikum, karangan siswa, dan lain-lain.
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil kajian di atas tentang bahan ajar tematik berbasis kontekstual, maka
pengembangan bahan ajar tematik berbasis kontekstual untuk siswa sekolah dasar dirasa perlu.
Secara umum pembelajaran tematik adalah pembelajaran yang memadukan beberapa mata
pelajaran ke dalam satu tema secara holistik. Pembelajaran kontekstual adalah pembelajaran
yang mengaitkan antara materi pembelajaran dengan konteks kehidupan siswa sehari-hari
sehingga mendorong siswa secara aktif menemukan dan membangun konsep yang dimilikinya
dengan penerapan dalam kehidupan siswa sebagai bagian dari anggota keluarga maupun
masyarakat.
Secara keseluruhan bahan ajar tematik berbasis kontekstual merupakan segala bahan yang
digunakan dalam suatu pembelajaran yang holistik yang mengaitkan antara
Bahan Ajar KONTEKSTUAL 4 materi pembelajaran dan konteks kehidupan siswa sehari-hari
sehingga siswa mendapatkan pengalaman langsung yang membuat pembelajaran tersebut lebih
bermakna. Materi yang terdapat pada buku siswa disesuaikan dengan keadaan lingkungan
sekitar siswa.
Sesuai dengan karakteristik pembelajaran tematik dan pendekatan kontekstual, maka bahan
ajar yang dihasilkan mendorong siswa untuk saling bekerjasama, saling menunjang satu sama
lain. Materi yang terdapat di dalamnya haruslah menyenangkan dan mengaktifkan siswa dan
tidak membosankan bagi siswa sehingga siswa lebih bergairah. Pembelajaran terintegrasi dalam
satu tema yang diambil dari kehidupan siswa sehari-hari. Materi yang terdapat di dalamnya
mendorong iswa secara aktif mencari berbagai sumber dan menjadikan siswa aktif dan kritis
untuk sharing dengan teman
Spesifikasi pengembangan bahan ajar berbasis kontekstual untuk siswa Sekolah Dasar yang
dihasilkan berupa buku siswa dan buku guru yang disusun berdasarkan Kurikulum 2013.
Spesifikasi produk yang diharapkan adalah berupa fisik dan konten isi. Fisik buku hasil
pengembangan meliputi sampul depan dan belakang menggunakan kertas film glossy A4 dicetak
dengan tinta warna, isi buku menggunakan kertas ukuran A4 70 gram (210x297mm), judul setiap
bab menggunakan jenis huruf arial dengan ukuran 14 dan terletak di tengah, sistematika buku
ajar terdiri dari sampul depan, tim penyusun, kata pengantar, daftar isi, petunjuk isi, isi buku,
daftar pustaka, lampiran, dan sampul belakang.
Tipografi buku meliputi: (1) warna yang digunakan untuk huruf dan ilustrasi adalah warna hitam
dan beberapa warna lainnya; (2) bentuk huruf yang digunakan comic sains MS, (4) tata letak
pengaturan huruf menggunakan spasi 1,5 dan 2,0 antarkata; (5) font yang digunakan adalah 16
untuk judul dan yang digunakan dalam teks adalah 12; (7) batas atas buku 3 cm, batas kiri buku
4 cm, batas bawah buku 3 cm, batas kanan buku 3 cm.
Berdasarkan isinya, pengembangan bahan ajar berbasis kontekstual ini berupa buku teks yang
mencakup materi pelajaran kelas IV sesuai dengan kurikulum 2013 , yang disertai gambar
berupa gambar yang diambil dari dokumentasi pribadi dan ilustrai gambar yang menarik dan
memotivasi belajar siswa. Materi dan tugas pembelajaran yang disajikan dikembangkan dari
kompetensi dasar. Buku teks berisi beberapa mata pelajaran yang dikolaborasikan menjadi satu
berdasarkan tema 4 yaitu Berbagai Peerjaan Subtema 1 Jenis- jenis Pekerjaan yang terdiri dari 6
pembelajaran. Bahasa yang digunakan merupakan bahasa yang komunikatif agar mudah
dipahami oleh siswa dan panjang kalimat minimal terdiri atas empat kata dan dan maksimal
sepuluh kata.
SIMPULAN
Dalam proses pembelajaran yang terpenting bukanlah transfer pengetahuan dari guru ke siswa
tetapi mendorong siswa secara aktif menemukan dan membangun konsep yang dimilikinya dan
mengaitkan antara materi pembelajaran dengan konteks kehidupan siswa sehari-hari dengan
lebih ditekankan kepada suatu proses dimana siswa mendapatkan pengalaman langsung dari
suatu pembelajaran sehingga suatu pembelajaran lebih bermakna terhadap siswa. Berdasarkan

5 Jurnal Pendidikan Humaniora, Vol...,No...,Bln Thn, Hal...


hasil kajian dan pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa bahan ajar berbasis kontekstual
menekankan pada proses pembelajaran yang bermakna dengan pengalaman secara mendalam
dan dari sini muncul pemahaman baru atau proses belajar. Pembelajaran berbasis pengalaman
memanfaatkan pengalaman baru dan reaksi pembelajar terhadap pengalamannya untuk
membangun pemahaman dan transfer pengetahuan, keterampilan dan sikap
DAFTAR RUJUKAN
Akbar, Sa’dun. 2013.Instrumen Perangkat Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Offset.
Akbar, Sa’dun. 2014. Model Pendidikan Karakte yang Baik (Studi Lintas Situs Best Practices)
endidikan Karakter di SD. Sekolah Dasar. Tahun 23 Nomor 2 , November 2014, hlm 139-151.
Diakses 21 November 2016
Amri & Ahmadi. 2010. Proses Pembelajaran Kreatif dan Inovatif dalam Kelas. Jakarta: PT Prestasi

Pustakakarya.
Degeng.I.N.S.2001. Pedoman pEenyusunan Bahan Ajar
Menuju Pribadi Unggul. Surabaya: TEP-PPS
Universitas PGRI Adi Buana Surabaya
Fajri, Z. 2015. Pengembangan Bahan Ajar Tematik Kelas II Berbasis Kontekstual Subtema
Tumbuhan di Sekitarku di SDN Tmanan 2 Bondowoso. Tesis
tidak diterbitkan: PPs UM.
Johnson, Elaine B. 2014. Contextual Teaching and Learning.
Majid, Mulyasa. Nilasari,
Bandung: Mizan Media Utama (MMU) .
Abdul. 2014. Pembelajaran Tematik
Terpadu.Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset. 2013. Pengembangan dan Implementasi
Kurikulum 2013. Bandung: Remaja Rosda Karya. E. 2016. Pengembangan Modul Pembelajaran
Tematik “Lingkungan Sahabat Kita” Berbasis Kontekstual Untuk Siswa Kelas V SD
Muhhammadiyah 9 Malang. Tesis
tidak
diterbitkan:PPs UM.
Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Edisi Kelima). 2010.
Malang: Kemdiknas Universitas Negeri Malang Prastowo, Andi. 2013. Pengembangan Bahan Ajar
Tematik.
Jogjakarta: Diva Press
Sanjaya, Wina. 2014. Stategi Pembelajaran: Berorientasi
Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana
Prenada Media Group
Shoimin, Aris. 2014. 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam
Kurikulum 2013. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.

Anda mungkin juga menyukai