Anda di halaman 1dari 11

PROPOSAL

PENELITIAN TINDAKAN KELAS

A. JUDUL
Penerapan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL)
menggunakan media realia untuk meningkatkan minat dan hasil belajar siswa pada
materi hubungan antara struktur bagian tumbuhan dengan fungsinya.

B. BIDANG KAJIAN
Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam dengan menerapkan model
pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) menggunakan media
realia untuk meningkatkan minat dan hasil belajar siswa.

C. PENDAHULUAN
Pendidikan adalah salah satu upaya dalam meningkatkan sumber daya
manusia dan merupakan tanggung jawab semua pihak. Berbagi upaya peningkatan
mutu pendidikan menjadi prioritas utama salah satu upaya yang dilakukan adakah
dengan meningkatkan kualitas pembelajaran. Hasil belajar siswa sangat
dipengaruhi oleh kualitas pembelajaran yang dilaksanakan di sekolah. Salah satu
hal yang menentukan kualitas pembelajaran adalah penggunaan model
pembelajaran yang tepat dengan materi yang diajarkan. Namun pada
kenyataannya, masih banyak sekolah yang kurang memperhatikan penggunaan
model pembelajaran dalam setiap penampilan mengajar. Pembelajaran biasanya
hanya disampaikan secara konvensional, dimana guru yang berperan aktif,
sementara siswa cenderung pasif. Sikap siswa yang pasif dapat mengurangi
keterlibatannya dalam mengikuti proses pembelajaran yang dapat mengakibatkan
menurunnya hasil belajar siswa dan minat siswa dalam mengikuti proses
pembelajaran.
Berdasarkan kondisi tersebut, maka perlu dikembangkan model
pembelajaran yang dapat meningkatkan minat dan hasil belajar siswa. Salah satu
cara adalah mengubah metode pembelajaran konvensional (ceramah, tanya jawab,
dan tugas) dengan menerapkan model pembelajaran yang lebih inovatif serta
mendukung materi pembelajaran dalam kegiatan belajar mengajar salah satunya
dengan menggunakan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning
(CTL) menggunakan media realia. Proses pembelajaran dengan menggunakan
media realia dapat menciptakan suasana belajar siswa aktif, kreatif,
mengembangkan kemampuan berfikir dan lebih memberikan ruang kepada siswa
untuk mengalami, mencoba, merasakan serta menemukan sendiri apa yang
dipelajari tentang materi yang dipelajari. Model pembelajaran dipadu dengan
penggunaan media ini diharapkan dapat meningkatkan minat dan pemahaman
siswa yang berdampak terhadap peningkatan hasil belajar siswa.

D. PERUMUSAN DAN PEMECAHAN MASALAH


1. Rumusan masalah
a. Bagaimana perencanaan model pembelajaran Contextual Teaching and
Learning (CTL) menggunakan media realia untuk meningkatkan hasil belajar
siswa pada materi hubungan antara struktur bagian tumbuhan dengan
fungsinya?
b. Bagaimana pelaksanaan model pembelajaran Contextual Teaching and
Learning (CTL) menggunakan media realia untuk meningkatkan hasil belajar
siswa pada materi hubungan antara struktur bagian tumbuhan dengan
fungsinya?
c. Bagaimana peningkatan hasil belajar siswa setelah menggunakan model
pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) menggunakan media
realia pada materi hubungan antara struktur bagian tumbuhan dengan
fungsinya?
d. Apakah pelaksanaan Model Pembelajaran Contextual Teaching and
Learning (CTL) menggunakan media realia dapat meningkatkan ketrampilan
guru dalam pembelajaran?

2. Pemecahan masalah
Masalah yang dihadapi adalah kurangnya minat dan rendahnya hasil belajar
siswa pada materi hubungan antara struktur bagian tumbuhan dengan fungsinya.
Adapun pemecahan masalah yang digunakan adalah pelaksanaan model
pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) menggunakan media
realia.
E. TUJUAN PENELITIAN
1. Mengetahui perencanaan model pembelajaran Contextual Teaching and
Learning (CTL) menggunakan media realia untuk meningkatkan hasil belajar
siswa pada materi hubungan antara struktur bagian tumbuhan dengan fungsinya.
2. Mengetahui pelaksanaan model pembelajaran Contextual Teaching and
Learning (CTL) menggunakan media realia untuk meningkatkan hasil belajar
siswa pada materi hubungan antara struktur bagian tumbuhan dengan fungsinya.
3. Mengetahui peningkatan hasil belajar siswa setelah menggunakan model
pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) menggunakan media
realia pada materi hubungan antara struktur bagian tumbuhan dengan fungsinya.
4. Mengetahui apakah pelaksanaan model pembelajaran Contextual Teaching and
Learning (CTL) menggunakan media realia dapat meningkatkan ketrampilan
guru dalam pembelajaran.

F. MANFAAT HASIL PENELITIAN


1. Bagi siswa
Kegiatan pembelajaran dengan model pembelajaran Contextual Teaching and
Learning (CTL) menggunakan media realia dapat meningkatkan minat dan hasil
belajar belajar siswa.
2. Bagi guru
Kegiatan pembelajaran dengan model pembelajaran Contextual Teaching and
Learning (CTL) menggunakan media realia dapat menciptakan situasi belajar
mengajar yang lebih inovatif dan tidak monoton. Sebagai upaya untuk
mengatasi pembelajaran yang konvensional, memberikan pembelajaran yang
bermakna bagi siswa, dan pada akhirnya dapat meningkatkan mutu proses
belajar mengajar di kelas.
3. Bagi sekolah
Penelitian ini dapat membantu memperbaiki proses pembelajaran, khususnya
mata pelajaran IPA materi hubungan antara struktur bagian tumbuhan dengan
fungsinya, sehingga sekolah bisa memfasilitasi segala keperluan untuk
kelancaran proses pembelajaran tersebut.
4. Bagi peneliti lain
Penelitian ini diharapkan memberikan pemahaman dan alternatif terhadap
pembelajaran, khususnya mata pelajaran IPA materi hubungan antara struktur
bagian tumbuhan dengan fungsinya dan dapat dijadikan sebagai bahan referensi
untuk melakukan penelitian berikutnya.

G. KAJIAN PUSTAKA
Pendidikan sekolah memiliki peranan penting dalam meningkatkan sumber
daya manusia yang berkualitas. Pendidikan sekolah merupakan suatu proses yang
melibatkan pendidik, bahan ajar, dan siswa. Pendidik dan tenaga kependidikan
berkewajiban menciptakan suasana pendidikan yang bermakna, menyenangkan,
kreatif, dinamis dan dialogis, serta mempunyai komitmen secara profesional untuk
meningkatkan pendidikan (Depdiknas, 2006). Salah satu mata pelajaran yang turut
berperan penting dalam proses pembentukan sistem nilai dan budaya dengan
mengembangkan wawasan, keterampilan dan sikap ilmiah sejak dini adalah mata
pelajaran IPA. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari
tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan
kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-
prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. (BSNP,2006). Tujuan
utama pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah agar siswa memahami
konsep-konsep IPA secara sederhana dan mampu menggunakan metode ilmiah,
bersikap ilmiah untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapi dengan lebih
menyadari kebesaran dan kekuasaan pencipta alam (Depdikbud, 1997).
Suryosubroto (1997) mengatakan bahwa proses belajar dan mengajar
meliputi kegiatan yang dilakukan guru mulai dari perencanaan, pelaksanaan
kegiatan sampai evaluasi dan program tindak lanjut yang berlangsung dalam
situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu yakni pengajaran. Maka proses
belajar dan mengajar yang aktif ditandai adanya keterlibatan siswa secara
komprehensif, baik fisik, mental, maupun emosionalnya. Gagne (dalam Suherli,
2010), belajar merupakan suatu proses yang dapat menyebabkan terjadinya
perubahan tingkah laku karena adanya reaksi terhadap suatu situasi tertentu, atau
karena proses yang terjadi secara internal didalam diri seseorang. Hal tersebut
sesuai dengan prinsip-prinsip belajar yang dikemukakan oleh Davies (dalam
Suherli, 2010) yang menyatakan bahwa : 1). apapun yang dipelajari siswa, dialah
yang harus belajar, bukan orang lain. Untuk itu siswa harus bertindak secara aktif,
2). penguasaan yang sempurna dari setiap langkah yang dilakukan siswa akan
membuat proses belajar lebih berarti, c). seorang siswa akan lebih meningkatkan
motivasinya untuk belajar apabila ia diberi tanggung jawab serta kepercayaan
penuh atas belajarnya. (Istiyah, 2010) mengatakan hasil belajar merupakan segala
perilaku yang dimiliki siswa sebagai akibat dari proses belajar yang ditempuhnya,
meliputi semua akibat dari proses belajar yang berlangsung disekolah maupun
diluar sekolah yang bersifat kognitif, afektif, dan psikomotorik yang disengaja
maupun tidak disengaja.
Menurut Elita Burhanuddin (2009) Media realia dapat mewakili apa yang
kurang mampu pendidik ucapkan, baik melalui kata-kata atau kalimat tertentu,
bahkan keabstrakan bahan dapat dikongkretkan dengan kehadiran media.
Pemanfaatan media realia tidak harus dihadirkan secara nyata dalam ruang kelas,
melainkan dapat juga dengan cara mengajak siswa melihat langsung (observasi)
benda nyata tersebut ke lokasinya. Realia dapat digunakan dalam kegiatan belajar
dalam bentuk sebagaimana adanya, tidak perlu melihat langsung (observasi) benda
nyata tersebut ke lokasinya. Realia dapat digunakan dalam kegiatan belajar dalam
bentuk sebagaimana adanya, tidak perlu dimodifikasi, tidak ada pengubahan
kecuali dipindahkan dari kondisi lingkungan aslinya. Ciri media realia yang asli
adalah benda yang masih dalam keadaan utuh, dapat dioperasikan, hidup, dalam
ukuran yang sebenarnya, dan dapat dikenali sebagai wujud aslinya. Media
tumbuhan atau bisa juga disebut alat peraga konkret adalah metode mengajar
dengan cara memperagakan benda nyata atau barang, kejadian, aturan, dan urutan
melakukan suatu kegiatan, baik secara langsung maupun melalui penggunaan
media pengajaran yang relevan dengan pokok bahasan atau materi yang sedang
disajikan.
Pembelajaran kontekstual pada awalnya dikembangkan oleh John Dewey
dari pengalaman pembelajaran tradisionalnya. Pada tahun 1918 Dewey
merumuskan kurikulum dan metodologi pembelajaran yang berkaitan dengan
pengalaman dan minat siswa. Siswa akan belajar dengan baik jika yang
dipelajarinya terkait dengan pengetahuan dan kegiatan yang telah diketahuinya dan
terjadi di sekelilingnya. Kata kontekstual (contextual) berasal dari kata context
yang berarti ”hubungan, konteks, suasana dan keadaan (konteks) ” Adapun
pengertian CTL menurut Tim Penulis Depdiknas (2003) adalah sebagai berikut:
Pembelajaran Konstektual adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan
antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong
siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan
penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari, dengan melibatkan tujuh
komponen utama pembelajaran efektif, yakni: konstruktivisme (constructivism),
bertanya (questioning), menemukan (inquiry), masyarakat belajar (learning
community), pemodelan (modeling), refleksi (reflection) dan penelitian
sebenarnya (authentic assessment).

H. RENCANA DAN PROSEDUR PENELITIAN


1. Rencana Penelitian
a. Lokasi Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di SDN 2 Pagerkidul, yang beralamat di
Desa Pagerkidul, Kecamatan Sudimoro, Pacitan.
b. Subjek Penelitian
Dalam penelitian ini, subjek penelitiannya adalah seluruh siswa kelas IV
SDN 2 Pagerkidul sebanyak 23 siswa yang terdiri dari 10 orang perempuan
dan 13 orang laki-laki.
c. Lama Tindakan
Penelitian ini akan dilaksanakan rentan waktu 2 bulan terhitung dari tanggal
2 November 2020.
2. Prosedur Penelitian
Rancangan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Adapun
langkah-langkah dalam penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai berikut:
a. Perencanaan
Dalam tahap perencanaan ini meliputi sebagai berikut:
1) Menelaah materi dalam pembelajaran IPA serta menelaah indicator
bersama tim kolaborasi.
2) Menyusun RPP sesuai indicator yang telah ditetapkan dan scenario
pembelajaran Contextual teaching and learning (CTL).
3) Menyiapkan alat peraga dan media pembelajaran.
4) Menyiapkan alat evaluasi berupa tes tertulis dan lembar kerja
siswa.
5) Menyiapkan lembar observasi untuk mengamati aktivitas siswa,
guru dan lembar wawancara.
b. Pelaksanaan tindakan
Pelaksanaan tindakan merupakan implementasi atau penerapan isi
rancangan di dalam kancah, yaitu mengenakan tindakan di kelas
(Arikunto, 2006). Dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini
direncanakan dalam 2 siklus.

c. Observasi
Observasi atau pengamatan yaitu pelaksanaan pengamatan oleh
pengamat (Arikunto, 2006). Observasi atau pengamatan secara langsung
dilakukan pada penelitian ini untuk memperoleh gambaran secara umum
tentang pembelajaran IPA di SDN 2 Pagerkidul.
d. Refleksi
Refleksi atau pantulan, yaitu kegiatan untuk mengemukakakn kembali apa
yang sudah terjadi (Arikunto, 2006). Setelah mengkaji proses
pembelajaran yaitu aktivitas siswa, guru dan kemampuan siswa dalam
menyelesaikan soal-soal tentang hubungan antara struktur bagian
tumbuhan dengan fungsinya, apakah sudah efektif dengan melihat
ketercapaian dalam indicator kinerja pada siklus pertama, serta mengkaji
kekurangan yang muncul dalam pelaksanaan siklus pertama, dan
perencanaan tindak lanjut untuk siklus berikutnya.

Siklus 1
Pelaksanaan tindakan dimulai dengan mengadakan observasi awal yang
dilakukan pada hari Senin tanggal 2 November 2020. Tujuannya untuk
mengetahui lebih mendalam kondisi sekolah, sebagai kelas yang akan mendapat
perlakuan. Kondisi tersebut mencakup kondisi fisik kelas, kondisi siswa, guru,
proses pembelajaran dan kegiatan belajar mengajar dikelas serta sarana dan
prasarana pendidikan yang terdapat di kelas maupun di sekolah. Pada observasi
awal, kegiatan pembelajaran terdiri dari 3 tahapan, 1) Kegiatan awal, 2)
Kegiatan Inti, dan 3) Penutup. Pada kegiatan awal yang berupa apersepsi, siswa
diajak tanya jawab tentang materi yang akan dibahas, yang akhirnya mengaitkan
dengan materi inti. Sedangkan pada kegiatan inti dalam pembelajaran banyak
menggunakan metode ceramah tanpa menggunakan media hanya buku pelajaran
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang digunakan sebagai sumber belajar. Guru
lebih banyak menerangkan dengan menggunakan metode ceramah dalam
menjelaskan konsep sehingga terkesan siswa hanya mendapatkan konsep yang
abstrak dan kegiatan belajar mengajar terfokus kepada guru. Selain itu,
keterlibatan siswa masih tampak kurang optimal, ini terlihat dari kepasifan dan
kebingungan siswa dalam mengikuti dan memahami pelajaran yang
disampaikan guru. Adapun kegiatan penutup siswa diberi tugas mengerjakan
soal atau evaluasi.

Siklus 2
a. Tahap Perencanaan
Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri
dari rencana pelajaran 1, soal tes formatif 1 dan media realia yang
mendukung.
b. Tahap Pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus II dilaksanakan pada
tanggal 9 November 2020 dengan jumlah 23 siswa. Dalam hal ini peneliti
bertindak sebagai guru. Adapun proses belajar mengajar mengacu pada
rencana pelajaran yang telah dipersiapkan. Pengamatan (observasi)
dilaksanakan bersamaan dengan pelaksaaan belajar mengajar. Pada saat
proses belajar mengajar guru mengamati siswa dengan tujuan untuk
mengetahui tingkat keterampilan proses IPA siswa dalam proses belajar
mengajar yang telah dilakukan. Pada penelitian ini Kriteria Ketuntasan
Minimal (KKM) yang digunakan adalah pendeskripsian yang muncul.
Indikator keterampilan proses pengamatan adalah mengumpulkan fakta yang
memadai, menggunakan indra seperti (melihat, mendengar, merasa, meraba,
mambaur, mencicipi, mengecap, menyimak, mengukur, membaca).
c. Tahap Observasi
Kegiatan observasi dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan. Hal
ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana kinerja guru dan keterlibatan
siswa selama pembelajaran serta untuk mengumpulkan atau merekam data-
data mengenai hal-hal yang terjadi selama proses pembelajaran berlangsung
hasil observasi ini dijadikan dasar refleksi dari tindakan yang telah
dilaksanakan. Observasi dilakukan oleh observer tanpa mengganggu jalannya
proses pembelajaran.
d. Tahap Refleksi
Pada kegiatan refleksi ini, data yang diperoleh dari hasil observasi
dikumpulkan dan dianalisis untuk dijadikan penyusunan program
selanjutnya. Dari hasil refleksi ini maka akan ditentukan perencanaan untuk
siklus selanjutnya yang bertujuan untuk memperbaiki kekurangan pada siklus
sebelumnya. Prosedur yang dilaksanakan dalam penelitian tindakan kelas ini
berbentuk sebuah siklus yang akan berlangsung lebih dari satu siklus
bergantung dari tingkat keberhasilan dari target yang akan dicapai, dimana
setiap siklus terdiri dari satu kali pertemuan atau lebih. Pelaksanaan masing-
masing siklus terdiri dari beberapa kali tindakan, disesuaikan dengan
perubahan yang ingin dicapai, sebagaimana telah dipersiapkan dalam
penelitian tindakan.

I. JADWAL PENELITIAN

November Desember
No Pelaksanaan Penelitian
1 2 3 4 1 2 3 4
1. Proposal PTK x
Siklus I x
Perencanaan x
2. Tindakan x
Observasi x
Refleksi x
Siklus II x
Perencanaan x
3 Tindakan x
Observasi x
Refleksi x
4 Pelaporan x

J. BIAYA PENELITIAN
Rencana anggaran biaya dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Fotocopy : Rp. 50.000,00
2. Kertas folio : Rp. 5.000,00
3. Jilid buku : Rp. 15.000,00
4. Penggandaan laporan : Rp. 50.000,00
Jumlah : Rp. 120.000,00
K. PERSONALIA PENELITIAN
Nama Lengkap : Amalina Listyarso
Jenis Kelamin : Perempuan
Pangkat/gol/NIP :-
Asal Sekolah : SDN 2 Pagerkidul
Alamat Rumah : RT 02 RW 02 Desa Gareng Lor Kecamatan Ngadirojo
No.Telp. : 081235808677

L. DAFTAR PUSTAKA
Arikunto. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT.
Rineka Cipta.
B, Suryosubroto. 1997. Proses Belajar Mengajar Di Sekolah. Jakarta: PT. Rineksa
Cipta.
BSNP. 2006. Permendiknas RI No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk
Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta.
Depdikbud, 1997. Studi Kasus. Jakarta: Depdikbud.
Depdiknas. 2003. Undang-undang RI No.20 tahun 2003.tentang sistem pendidikan
nasional. Jakarta: Depdiknas.
Depdiknas .2006. Permendiknas No 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi. Jakarta:
Depdiknas.
Elita Burhanuddin, dkk. 2009. Media Pembelajaran. Jakarta: Depdiknas Dirjen
PMPTK.
Istiyah. 2010. Media Pembelajaran. Jakarta: Multi Kreasi Satu Delapan.
Mariana, Alit & Wandy Praginda. 2009. Hakikat IPA dan Pendidikan IPA untuk
guru SD. Jakarta: Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan
Tenaga Kependidikan IPA (PPPPTK IPA).
Suherli, Kusmara. 2010. Model Pembelajaran Siswa Aktif. Jakarta: Sketsa Aksara
Lalitya.

M. LAMPIRAN
1. Instrumen Penelitian
UJI VALIDITAS PEDOMAN OBSERVASI IDENTIFIKASI MASALAH
Pedoman Penskoran
Skor Kriteria
4 Instrumen sudah layak digunakan tanpa diperbaiki
3 Instrumen sudah layak digunakan namun perlu diperbaiki
2 Instrumen kurang layak digunakan dan perlu diperbaiki
1 Instrumen tidak layak digunakan

Berilah tanda centang (v) pada kolom skor sesuai dengan pedoman penskoran
di atas!

No Aspek yang dinilai Skor Saran


1 2 3 4
1. Ada media pembelajaran yang diletakkan di kelas
untuk pembelajaran IPA
2. Media pembelajaran layak untuk digunakan dalam
pembelajaran
3. Guru menggunakan media pembelajaran untuk
menjelaskan materi pembelajaran IPA
4. Guru menguasai cara menggunakan media
pembelajaran
5. Siswa dapat menggunakan media pembelajaran
secara mandiri
6. Siswa mengalami kesulitan dalam mengikuti
pembelajaran IPA di kelas
7. Siswa mengalami kesulitan dalam mengerjakan
soal IPA

jumlah total skor


Pedoman penilaian akhir =
jumlah soal

Keterangan:

3,25 < x < 4,00 = Sangat Baik


2,50 < x < 3,25 = Baik
1,75 < x < 2,50 = Cukup
1,00 < x < 1,75 = Kurang

Anda mungkin juga menyukai