Anda di halaman 1dari 8

Model Konseling Tauhid / Pendekatan Konseling Islam

Makalah
Diajukan Untuk Memenuhi
Tugas dalam Mata Kuliah model konseling eklektik

Semester V Jurusan BKI-C

Disusun oleh
KELOMPOK 5 :
1. PUTRI USWATUN HASANAH : 1712020095
2. GHINA INDRA : 1912020052
3. DEKA AULIA RAHMAN : 1912020057
4. SHARUL RAMADHAN : 1912020061
5. GENTA AFITAMA : 1912020026
6. FARHAN RAZZIDAN : 1912020109

DOSEN PEMBIMBING :
Dra. Zuwirda, M.Pd, Kons

JURUSAN BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM ( BKI.b )


FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGRI IMAM BONJOL PADANG
1442 H / 2021 M
A. Tujuan dan proses Konseling Tauhid
Secara garis besar atau secara umum, tujuan bimbingan dan konseling Islami
itu dapat dirumuskan sebagai “membantu individu mewujudkan dirinya sebagai
manusia seutuhnya agar mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat.”
Bimbingan dan konseling sifatnya hanya merupakan bantuan, hal ini sudah
diketahui dari pengertiannya. Individu yang dimaksudkan di sini adalah orang yang
dibimbing atau diberi konseling, baik orang perorangan maupun kelompok.
“Mewujudkan diri sebagai manusia seutuhya” berarti mewujudkan diri sesuai dengan
hakekatya sebagai manusia untuk menjadi manusia yang selaras perkembangan
unsure dirinya dan pelaksanaan fungsi atau kedudukannya sebagai makhluk Allah
(makhluk religious), makhluk individu, makhluk sosial, dan sebagai makhluk
berbudaya.
Karena itu, tujuan akhir bimbingan dan konseling Islami adalah kebahagiaan
hidup manusia di dunia dan di akhirat. Bimbingan dan konseling Islami berusaha
membantu mencegah jangan sampai individu menghadapi atau menemui maslah.
Dengan kata lain membantu individu mencegah timbulnya maslah bagi dirinya.
Bantuan pencegahan maslah ini merupakan salah satu fungsi bimbingan.
tujuan bimbingan dan konseling Islami dapat dirumuskan sebagai berikut:
a. Tujuan Umum:
Membantu individu mewujudkan dirinya menjadi manusia seutuhya agar
mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat.

b. Tujuan Khusus:
a) Membantu individu agar tidak menghadapi masalah,
b) Membantu individu mengatasi masalah yang sedang dihadapinya,
c) Membantu individu memelihara dan mengembangkan situasi dan kondisi yang
baik atau yang telah baik agar tetap menjadi baik atau menjadi lebih baik,
sehingga tidak akan menjadi sumber maslah bagi dirinya dan orang lain.
Adapun untuk langkah-langkah konseling ketauhidan dalam menangani
kepercayaan kekuatan supraanatural pada penelitian ini, tidak jauh berbeda dengan
yang digunakan dalam proses konseling pada umumnya. Adapun langkah-langkah
yang akan dilakukan peneliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Identifikasi
Identifikasi masalah adalah langkah pertama yang dilakukan peneliti untuk
mengetahui masalah-masalah yang dihadapi oleh konseli beserta gejala-gejala
yang tampak baik secara langsung mapun tidak langsung. Dalam langkah ini,
dapat digunakan berbagai tekhnik pengumpulan data, seperti analisis raport,
analisis dokumentasi, wawancara, dan instrumen lain yang sekiranya
dibutuhkan untuk mendapatkan data yang sebanyak-banyaknya dari konseli.
2. Diagnosis.
Diagnosis merupakan upaya untuk menemukan faktor-faktor yang menjadi
penyebab atau melatarbelakangi timbulnya masalah pada diri konseli.
Diagnosis juga dapat dikatakan sebagai usaha untuk mengerti masalah konseli
secara mendalam
3. Prognosis
Setelah memahami permasalahan yang dialami oleh konseli, langkah
selanjutnya yakni prognosis yaitu langkah untuk menetapkan jenis bantuan apa
yang akan dilaksanakan untuk menyelesaikan masalah konseli. Dalam hal ini
konselor menetapkan jenis terapi apa yang sesuai dengan masalah konseli agar
proses konseling bisa membantu konseli secara maksimal.
4. Treatment
Treatment merupakan langkah atau upaya untuk melaksanakan perbaikan dan
penyembuhan atas masalah yang dihadapi konseli. Langkah selanjutnya adalah
langkah pelaksanaan pemberian bantuan. Adapun treatment yang akan
digunakan dalam konseling ketauhidan ini menggunakan pendekatan kognitif,
Tujuan dalam pendekatan kognitif adalah mengajak konseli untuk menentang
emosi dan pikirannya yang salah dengan memberikan bukti-bukti-bukti yang
bertentangan dengan keyakinan tentang masalah yang dihadapi.47 Dalam hal
ini konselor akan memberikan nilai-nilai tauhid kepada klien sehingga mampu
mengubah cara berfikir, kepercayaan, sikap, asumsi, imajinasi, serta klien dapat
belajar mengenali dan mengubah kesalahan dalam aspek kognitif
5. Evaluasi dan Follow Up
Dalam tahap ini, digunakan untuk mengetahui seberapa besarnya keberhasilan
terapi yang sudah diberikan. Konselor juga melakukan pengamatan kepada
konseli atas perkembangannya dalam jangka waktu yang cukup lama dan jauh
kemudian hari.
Menurut Musynawar (1992) tahapan bimbingan dan konseling Islam adalah
meyakini individu tersebut mengatasi hal-hal:
1. Posisi manusia sebagai makhluk ciptaan Allah
2. Status manusia sebagai hamba Allah
3. Tujuan Allah menciptakan manusia
4. Ada fitrah yang dikaruniakan oleh Allah kepada manusia
5. Iman yang benar amat penting untuk keselamatan umatnya
6. Iman bukan pengakuan dengan mulut saja tetapi membenarkan
7. Menanamkan aqidah yang benar pada anak sejak dini
8. Ada iblis yang selalu menyesatkan manusia
Sedangkan menurut (Sutoyo, 2013) membagi tahapan bimbingan dan
konseling Islam menjadi tiga tahap yaitu :
1. Meyakinkan individu tentang hal-hal yang sesuai kebutuhan
2. Mendorong dan membantu individu memahami dan mengamalkan ajaran
agama secara benar, dan
3. Mendorong dan membantu individu memahami dan mengamalkan iman,
Islam dan ikhsan.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tahapan bimbingan dan konseling
Islam yaitu untuk meyakinkan individu bahwa posisi manusia sebagai makhluk
ciptaan Allah SWT, mendorong dan membantu individu untuk memahami dan
mengamalkan ajaran agama secara benar serta mendorong individu untuk memahami
iman, Islam, dan ikhsan.
B. Tehnik-tehnik khusus yang digunakan dalam model ini
Konseling merupakan suatu aktifitas yang hidup dan mengharapkan akan
lahirnya perubahan-perubahan dan perbaikan-perbaikan yang sangat didambakan oleh
konselor dan klien. Untuk mencapai tujuan yang mulia itu maka sangat diperlukan
adanya beberapa teknik yang memadai. Apabila tidak didukung dengan teknik-teknik
itu, maka tujuan utama konseling tidak akan dapat tercapai dengan baik kedua pihak,
konselor maupun klien.
Rasulallah SAW bersabda:

ٚ‫(سٗآ ٍسيٌ عِ اب‬. ُ‫ ٍْنٌ ٍْنشا فييغيشٓ بيذٓ فإُ ىٌ يسخطع فبيسأّ فإُ ىٌ يسخطع فبقيبٔ ٗرىل أضعف اإليَا‬ٙ‫ٍِ سا‬
ٙ‫)سعيذ اىخذ س‬
“siapa saja diantara kalian telah mengetahui kemungkaran/penyimpangan,
maka ia harus mengubahnya dengan menggunakan tangannya, maka jika tidak
mampu, ia harus mengubahnya dengan lidahnya, maka jika tidak mampu ia harus
merubahnya dengan menggunakan qalbunya, dan itu adalah selemah-lemah iman‟‟.
(HR. Muslim dari Abu Said Al-Khuduri R.A)
Hadits ini mengandung pesan-pesan yang sangat luas dan memberikan
perjalanan tentang teknik dalam melakukan konseling dan terapi secara luas; dan
teknik itu ada dua macam, yaitu:
I. Teknik yang bersifat lahir.
Teknik yang bersifat lahir ini menggunakan alat yang dapat dilihat, didengar
atau dirasakan oleh klien, yaitu dengan menggunakan tangan dan lisan. Dalam
penggunaan tangan tersirat beberapa makna antara lain:
a. dengan menggunakan kekuatan, power dan otoritas:
‫(ٕ٘د‬. ِ‫ با يا حْا ٗسيطا ُ ٍبي‬ٚ‫)ٗىقذ اسسيْا ٍ٘س‬
Artinya: “dan sesunggunya kami telah mengutus musa dengan ayat-ayat kami dan
kekuatam yang nyata”. ( Hud, 11:96 )

a. keinginan, kesungguhan dan usaha yang keras.


ٔ‫ (اىخ٘ ب‬.‫ سبيو هللا بأٍ٘اىٌٖ ٗأّفسٌٖ أعظٌ دسجت عْذ هللا‬ٚ‫ اىزيِ اٍْ٘ا ٕٗجا سٗا ف‬: )
“orang-orang yang telah beriman, berhijrah dan sungguh-sungguh
berjuang di jalan Allah dengan harta benda dan siapa mereka adalah lebih agung
derajatnya di sisi Allah”. (At-Taubah, 9:20)
Seorang hamba yang memiliki kesungguhan perjuangan dan upaya yang tidak
kenal putus asa, niscaya ia akan memperoleh qudrat iradat Allah SWT. Yang akan
eksis dalam pendengaran, penglihatan tangan dan kaki serta pembelaan pertolongan
dan perlindungan.
Salah satu diantara anugerah yang agung itu adalah “tangan Allah akan eksis
dalam tangan hambanya” yang shalih dan bertauhid kepadanya secara aplikasi, nyata
yang trasendental. Dan dengan tangan itulah konselor dapat berupaya dan menyentuh
klien, dan hasilnya adalah memberikan rasa yang nyaman dan kesembuhan atas
izinnya.
c. Sentuhan Tangan
Terhadap klien yang mengalami stress atau ketegangan dapat diberikan sedikit
pijatan atau tekanan pada urat dan otot yang tegang sehingga akan dapat
mengendorkan urat dan otot-otot, khususnya pada bagian kepala, leher dan pundak.
Teknik ini disamping dapat meringankan secara fisik tetapi dapat juga
memberikan sugesti dan keyakinan awal, bahwa semua permasalahan yang
dihadapi akan dapat terselesaikan.
Hadits penyembuhan melalui tangan:
‫ جسذٓ ٍْز‬ٚ‫ً ٗجعا يجذٓ ف‬.‫ سس٘ه هللا ص‬ٚ‫ اىعا ص أّ شنا إى‬ٚ‫عِ عثَا ُ بِ اب‬
ٌ‫ حأىٌ ٍِ جسذك بس‬ٙ‫ اىز‬ٚ‫ ضع يذك عي‬: ٌ‫أسيٌ فقاه ىٔ سس٘ه هللا صو هللا عيئ ٗسي‬
ٌ‫)هللا ثالثا ٗقو سبع ٍشاث أع٘رٗ با هللا ٗقذس حٔ ٍِ شش ٍا أجذ ٗأحا رس( سٗآ ٍسي‬
“Dari Utsman bin Abil „Ash ra. Bahwasnnya ia pernah mengadukan
penderitaannya kepada Rasulullah saw, karena ia telah menemukan suatu penyakit
ditubuhnya sejak ia masuk Islam. Lalu Rasulullah saw, bersabda kepadanya :
„letakkanlah tanganmu pada tubuhmu yang merasa sakit, lalu ucapkanlah bismillah
sebanyak tiga kali dan ucapkanlah (berdo‟alah)dengan kalimat‟ aku berlindung
kepada Allah dari kejahatan yang aku temui dan yang aku waspadai.”( HR.
Muslim)
Penggunaan teknik konseling dan terapi yang lain secara lahir adalah
dengan menggunakan lisan. Makna penggunakan lisan dalam hadits dalam hadits
ini memiliki makna yang konstektual, yaitu:
a. nasehat, wejangan, himbauan dan ajakan yang baik dan benar.
Sabda Rasullah SAW:
ٔ‫( ٍخفق عيي‬.‫) إحق٘ ا اىْا س ٗى٘ بشق حَشة فَِ ىٌ يجذ فبنيَت طيبت‬
“peliharalah dirimu dari api neraka walau hanya sedekah,
separuh dari biji kurma, lalu siapa saja yang tidak dapat sedekah itu, maka
dengan kata-kata yang baik.”(HR.Bukhori dan Muslim dari Ady bin Hatim
RA)
.
b. membaca do‟a atau berdo‟a dengan menggunakan lisan.
Untuk memantapkan klien, maka do‟a yang diucapkan oleh konselor sangat
penting dan dapat didengar oleh klien agar ia dapat turut serta mengaminkan,
agar Allah berkenan mengabulkan do‟a itu. Teknik ini dapat dilakukan
konselor pada konseling yang bersifat kelompok dan sangat besar manfaatnya,
baik bagi konselor lebih-lebih klien. Karena do‟a itu optimisme akan senantiasa
muncul pada jiwa klien.
c. sesuatu yang dekat dengan lisan, yakni dengan air liur atau hembusan (tiupan).
ٔ‫ ّفسٔ با ىَع٘ راث ٗيْفث فيَا اشخذ ٗجعٔ مْج عيي‬ٚ‫ يقش أ عي‬ٚ‫ماُ إرا اسخن‬
‫ (سٗآ ٍسيٌ عِ عا ئشت‬.‫) ٗاٍسح عْٔ بيذٓ سجا ء بش مخٖا‬
“Apabila Rasulullah SAW. menderita sakit, beliau membaca
surat Al-Falaq dan An-Nas untuk menyembuhkan dirinya dan ia membaca
sambil meniupkan. Maka tatkala sakitnya sangat keras, maka saya yang
membacanya lalu usapkan dengan tangan beliau demi mengharapkan
berkahnya.‟‟ (HR. Muslim dari Aisyah RA.)
.
II. Teknik yang bersifat batin
Yaitu yang hanya dilakukan dalam hati dengan do‟a dan harapan, namun tidak
ada usaha dan upaya yang keras secara konkrit, seperti dengan menggunakan potensi
tangan dan lisan. Oleh karena itulah Rasulullah SAW. mengatakan bahwa melakukan
perbaikan dan perubahan dalam hati saja merupakan selemah-lemah keimanan.

4 T dalam konseling islam yaitu :


1. Takhalli
Takhalli adalah usaha mengosongkan diri dari perilaku dan akhlak tercela.
Salah satu dari akhlak tercela yang paling banyak menyebabkan akhlak jelek antara
lain adalah kecintaan yang berlebihan kepada urusan duniawi. Takhalli juga dapat
diartikan mengosongkan diri dari sifat ketergantungan terhadap kelezatan duniawi.
Hal ini akan dapat dicapai dengan jalan menjauhkan diri dari kemaksiatan dalam
segala bentuknya dan berusahamelenyapkan dorongan hawa nafsu jahat.
Takhalli, berarti mengosongkan diri dari sikap ketergantungan terhadap
kelezatan kehidupan duniawi.Dalam hal ini manusia tidak diminta secara total
melarikan diri dari masalah dunia dan tidak pula menyuruh menghilangkan hawa
nafsu. Tetapi, tetap memanfaatkan duniawi sekedar sebagai kebutuhannya dengan
menekan dorongan nafsu yang dapat mengganggu stabilitas akal dan perasaan. Ia
tidak menyerah kepada setiap keinginan, tidak mengumbar nafsu, tetapi juga tidak
mematikannya. Ia menempatkan segala sesuatu sesuai dengan proporsinya, sehingga
tidak memburu dunia dan tidak terlalu benci kepada dunia.
2. Tahalli

Setelah melalui tahap pembersihan diri dari segala sifat dan sikap mental yang
tidak baik dapat dilalui, usaha itu harus berlanjut terus ke tahap kedua yang disebut
tahalli. Yakni, mengisi diri dengan sifatsifat terpuji, dengan taat lahir dan bathin.
Dalam hal ini Allah SWT berfirman :Sesungguhnya Allahmenyuruh kamu berlakuadil
dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat dan Allah melarang
perbuatankeji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu
agar kamudapatmengambil pelajaran.(QS. 16 : 90 )

Dengan demikian, tahap tahalli ini merupakan tahap pengisian jiwa yang telah
dikosongkan tadi. Sebab, apabila satu kebiasaan telah dilepaskan tetapi tidak segera
ada penggantinya maka kekosongan itu bisa menimbulkan prustasi. Oleh karena itu,
setiap satu kebiasaan lama ditinggalkan, harus segera diisi dengan satu kebiasaan baru
yang baik. Dari satu latihan akan menjadi kebiasaan dan dari kebiasaan akan
menghasilkan kepribadian.Jiwa manusia, kata Al-Gazali, dapat dilatih, dapat dikuasai,
bisa diubah dan dapat di bentuk sesuai dengan kehendak manusia itu sendiri.

3. Tajalli

Pada tahap ini, hati harus selalu disibukkan dengan dzikir dan mengingat
Allah. Dengan mengingat Allah, melepas selain-Nya, akan mendatangkan
kedamaian.Tidak ada yang ditakutkan selain lepasnya Allah dari dalam hatinya.
Hilangnya dunia, bagi hati yang telah tahalli, tidak akan mengecewakan. Waktunya
sibuk hanya untuk Allah, bersenandung dalam dzikir. Pada saat tahalli, lantaran
kesibukan dengan mengingat dan berdzikir kepada Allah dalam hatinya, anggota
tubuh lainnya tergerak dengan sendirinya ikut bersenandung dzikir. Lidahnya basah
dengan lafadzkebesaranAllah yangtidakhenti hentinya didengungkan setiap saat.
Tangannya berdzikir untuk kebesaran Tuhannya dalam berbuat. Begitu pula, mata,
kaki, dan anggota tubuh yang lain.

Pada tahap ini, hati akan merasai ketenangan. Kegelisahannya bukan lagi pada
dunia yangmenipu.Kesedihannya bukan pada anak dan istri yang tidak akanmenyertai
kita saatmautmenjemput. Kepedihannya bukan pada syahwat badani yang seringkali
memperosokkan pada kebinatangan. Tapi hanya kepada Allah. Hatinya sedih jika
tidakmengingat Allah dalam setiap detik.

Anda mungkin juga menyukai