Menurut Hadiarni Irman, 89-90: 2009), Teori Trait and factor memberikan
Teori Trait-Factor adalah pandangan asumsi bahwa kecocokan antara trait
yang mengatakan bahwa kepribadian dengan factor akan melahirkan
seseorang dapat dilukiskan dengan kesuksesan dalam suatu karir yang
mengidentifikasikan sejumlah ciri, sejauh dilalui oleh seseorang dan begitu
tampak dari hasil testing psikologis yang sebaliknya kegagalan dalam
mengukur masing-masing dimensi mencocokkan Trait dengan factor akan
kepribadian itu. menimbulkan kegagalan dalam sebuah
pekerjaan.
Asumsi Dasar Trait and factor
1. Setiap individu
mempunyai sejumlah 2.Pola kemampuan dan
kemampuan dan potensi, potensi yang tampak pada
seperti taraf intelegensi seseorang menunjukkan
umum, bakat khusus, taraf hubungan yang berlain-lainan
kreatifitas, wujud minat serta dengan kemampuan dan
keterampilan, yang bersama- keterampilan yang dituntut
sama membentuk suatu pola pada seorang pekerja di
yang khas untuk individu itu. berbagai bidang pekerjaan.
3. Kurikulum sekolah yang
berbeda akan menuntut 4. Setiap individu mampu,
kapasitas dan minat yang berkeinginan, dan
berbeda. Dengan kata lain, berkecenderungan untuk
individu akan belajar dengan mengenal diri sendiri serta
lebih mudah dan efektif apabila memanfaatkan pemahaman diri
potensi dan bakatnya sesuai itu dengan berpikir baik-baik.
dengan tuntutan kurikulum
Aplikasi /Penerapan dalam proses konseling
Dari pemahaman teori trait and factor banyak hal yang bias dilakukan oleh seorang
konselor dalam penerapannya dilapangan. Secara garis besarsetidaknya ada empay
langkah yang diterapkan konselor, yaitu:
Contohnya Seorangsaat ada siswa kelas XII SMA belum dapat menentukan
pilihan programstudi di perguruan tinggi. Disepakati akan dikumpulkan data
tentang siswa yang relevan, yaitu taraf intelegensi, bakat khusus, dan minat
melalui testing psikologis (Analisis). Data hasil testing yang masuk menyatakan
bahwa siswa bertaraf intelegensi tinggi, berbakat khusus dalam bidang studi
matematika, cukup mampu dalam pengamatan ruang, dan mempunyai minat
yang mengarah kepada pekerjaan sosial. Maka tampak suatu minat dan
kemampuan tertentu (Sintesis). Siswa dahulu pernah mengatakan bahwa
diapernah memikirkan program studi teknik sipil, arsitektur, dan keguruan di
bidang matematika. Sebenarnya ada kecocokan antara milik/bekal kemampuan
kognitif dengan kualitas yang dituntut dalam ketiga bidang studi itu, tetapi hanya
terdapat kecocokan dalam ranah minat dengan bidang keguruan.
Dengan demikian inti dari kasusnya adalah menentukan/memilih suatu bidang studi yang
menuntut pola kualifikasi yang sesuai, baik dengan kemampuan di bidang kognitif maupun
dengan arah minat (Diagnosis). Implikasi dan hasil diagnosis itu adalah supaya siswa
meninjau kecocokan antara pola kualifikasi yang dituntut dalam ketiga bidang studi tersebut,
dengan pola kemampuan dan minat yang telah diidentifikasikan pada dirinya sendiri
(Prognosis). Peninjauan itu dilaksanakan dalam wawancara dengan konselor, sampai akhirnya
siswa memilih program studi matematika di FIP, S1 (konseling). Siswa menghadap kembali
kalau ternyata timbul kesulitan dalam pelaksanaan keputusannya (Follow-Up)