Anda di halaman 1dari 40

MAKALAH

PENDIDIK PROFESIONAL: KONSEP DIRI DAN STRATEGI


PEMBELAJARAN

DI SUSUN OLEH :
IDRIS SHUHADA 2283190024
RAFLI FAUZI NURRAHMAN 2283190057
DOSEN PENGAMPU :
Dr. IRWANTO. MT, MM, M.Pd, M.Si, M.Psi, MA, Psikologi

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN VOKASIONALTEKNIK ELEKTRO


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
BANTEN
2019/2020

1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt, karena atas
rahmat dan hidayahnya sehingga makalah yang berjudul “Menjadi
Pendidik yang Profesional: Konsep Diri dan Strategi Pembelajaran”
sehingga dapat diselesaikan dengan baik.
Terima kasih kami ucapkan kepada Bapa Dr. IRWANTO,
S.pd,T.,MT. Yang telah memberikan tugas ini kepada kami, sehingga kami
dapat menambah wawasan dan pengalaman dalam pembuatan makalah
ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih memiliki kekurangan.
Untuk itu, kami harapkan kritik dan saran dari pembaca agar kedepannya
kami dapat menulis makalah yang lebih baik lagi. semoga makalah ini
bermanfaat bagi para pembaca.

Tangerang, 30 Agustus 2019

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................... ii
DAFTA ISI.......................................................................................... iii
BAB I PENDAHULAN..................................................................... 1
1.1 Latar Belakang.............................................................................. 1
1.2 Rumusan masalah........................................................................ 1
1.3 Tujuan Penulisan.......................................................................... 1
1.4 Metode penulisan......................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN...................................................................... 2
2.1 Konsep Dan Teori Kinerja Profesional......................................... 2
2.2 Sikap Guru Profesional................................................................ 11
2.3 Pengertian Strategi Belajar Mengajar.......................................... 21
2.4 Dasar Strategi Dan Sistem Pembelajaran.................................... 22
2.5 Model, Pendekatan, Strategi, Dan Teknik Pembelajaran............. 24
2.6 Kasifikasi Strategi Belajar Mengajar............................................. 25
BAB III PENUTUP............................................................................. 36
3.1 Kesimpulan................................................................................... 36
3.2 Saran............................................................................................ 36
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................... 37

3
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Konsep diri dan strategi pembelajaran adalah metode yang
digunakan oleh pendidik untuk menyikapi suatu proses pembelajaran
serta cara pendidik untuk menggapai suatu keberhasilan dalam proses
pembelajaran. Landasan pendidikan merupakan ilmu yang harus dikuasai
oleh pendidik yang profesional. Maksud dari pendidik profesional adalah
kemampuan seorang pendidik yang mempunyai keahlian: kognitif
(pengetahuan), avektif (kemampuan), fisik komokterif (skill).
1.2 Rumusan masalah
1. Bagaimanakah cara seorang pendidik menjadi pendidik yang
profesional yang didasari dengan konsep diri dan strategi
pembelajaran?
2. Bagaimanakah konsep diri dan strategi pembelajaran yang
dihasilkan dapat bekerja dengan baik agar menghasilkan pendidik
yang profesional?
1.3 Tujuan penulisan
1. Menunjukkan pengembangan sistem pembelajaran.
2. Menggambarkan cara menjadi pendidik yang profesional.
3. Mengetahui dasar konsep dan strategi pembelajaran.
4. Menunjukan pengembangan pembelajaran.
5. Menunjukkan medel, pendekatan, strategi, dan teknik
pembelajaran.
1.4 Metode penulisan
1. Metode Pustaka, Yaitu metode yang dilakukan dengan mempelajari
dan mengumpulkan data dari pustaka yang berhubungan dengan
alat, baik berupa buku maupun informasi di internet.
2. Diskusi, Yaitu mendapatkan data dengan cara bertanya secara
langsung kepada PJ konsultasi dan teman – teman yang
mengetahui tentang informasi yang di perlukan dalam membuat
proyek.

4
BAB II PEMBAHASAN
2.1 KONSEP DAN TEORI KINERJA PROFESIONAL
A. KONSEP
Secara etimologi kata kerja berasal dari kata performance. Kata
performanceberarasal dari kata to performyang mempunyai beberapa
masukan (entries) : (Suryadi Prawirosentono, 1999:1).
1) Memasukan, menjalankan, melaksanakan;
2) Memenuhi atau menjalankan kewajiban suatu nazar;
3) Menggambarkan suatu karakter dalam suatu permainan;
4) Menggambarkan dengan suara atau alat music;
5) Melaksanakan atau menyempurnakan tanggung jawab;
6) Melakukan suatu kegiatan dalam suatu permainan;
7) Memainkan music
8) Melakukan sesuatu yang di harapkan oleh seorang atau mesin;
Kinerja adalah sesuatu yang di capai. Kinerja diartikan pula sebagai
prestasi yang diperlihatkan, atau kemampuan kerja (KBBI,1999:503).
Pelaksanaan kerja dalam arti prestasi kerja tidak hanya menyangkut hasil
fisik yang telah dihasilkan oleh seorang karyawan, tetapi pelaksaan
pekerjaan (kinerja), kerajinan, disiplin, hubungan kerja, prakarsa,
kepemimpinan, atau hal hal khusus yang sesuai dengan bidang dan level
pekerjaan. Prestasi kerja sangat erat hubungannya dengan produktivitas
perusahaan. Oleh karena itu, penelitian prestasi kerja perlu di lakukan
secara rutin agar aktivitas karyawan mendukung tercapainya tujuan
perusahaan.
Kinerja adalah hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau
kelompok orang dalam suatu organisasi sesuai dengan wewenang dan
tanggung jawab masing masing dalam rangka mencapai tujuan organisasi
secara legal, tidak melanggar hokum, tetapi sesuai dengan moral dan
etika. Rumusan ini menjelaskan bahwa kinerja adalah tingkat keberhasilan
seseorang atau Lembaga dalam melaksanakan pekerjaannya. Sedikitnya
ada 4 (empat) hal yang diformulasikan dalam definisi kinerja di atas, yaitu:

5
(1)Hasil kerja yang di peroleh secara individual atau kelompok; (2)
Tanggung jawab atau wewenang seseorang atau kelompok untuk
melaksanakan pekerjaannya; (3) Pekerjaan harus dilakukan sesuai denga
aturan yang berlaku; dan (4) Pekerjaan tidak boleh bertentangan dengan
moral etika.
Kinerja merupakan perilaku atau respon sesuatu. Munculnya kinerja
merupakan akibat dari adanya suatu pekerjaan. Kinerja adalah
pengekspresian penuh potensi seseorang dalam melaksanakan tanggung
jawabnya.
Tugas dan tanggung jawab guru yang begitu banyak apakah direspon
dan dilaksanakan oleh para guru yang begitu banyak apakah direspon
dan dilaksanakn olehpara guru di sekolah. Lorn W. Anderson (1989)
menjelaskan bahwa kinerja guru adalah apa yang sebenarnya dilakukan
guru dan bukan sekedar melakukan tugas. Kinerja guru adalah sesuatu
yang spesifik dalam situasi kerja dan sangat tergantung pada kemampuan
guru, konteks tempat guru bekerja dan kemampuan guru, konteks tempat
guru bekerja dan kemampuan menerapkan kompetensinya pada waktu
tertentu.
Nana Sudjana (1989:19), menjelaskan bahwa kualiatas pengajaran
bergantung pada bagaimana guru menyajikan materi yang harus
dipelajari, bagaimana cara guru menggunakan peneguhan, mengaktifan
peserta didik agar terlibat dalam proses belajar mengajar. Kinerja
merupakan penampilan perilaku kerja yang ditandai oleh keluwesan
gerak, ritme, dan urutan kerja yang sesuai dengan prosedur, sehingga
diperolah hasil yang memenuhi syarat kualitas, kecepatan dan jumlah.
August W. Smith (1989:393) menyatakan bahwa kinerja adalah “output
dirive from prosesses, human or other wise”.Maksudnya adalah bahwa
kinerja merupakam hasil atau output dari suatu proses. Bernardin &
Russell (1998:239) memberi Batasan mengenai kinerja sebagai “…the
record of outcomes produced on a specified job function or activity during
a specified time period”yang berarti catatan outcomeyang dihasilkan dari

6
fungsi pekerjaan tertentetu atau kegiatan selama satu priode waktu
tertentu.
Hal lain yang dapat mempengaruhi kinerja diantaranya adalah motof
motif individu, kinerja (performasi) dipengaruhi oleh motif motif individu
dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Terdapat 5 dimensi dalam
mengendalikan kinerja (performasi) karyawan, yaitu: Pertama, dimensi
fisiologis artinya manusia akan bekerja dengan baik bila bekerja dalam
berbagai konfigurasi operasional, yakni bekerja dengan berbagai ragam
tugas-tugas dan ritme kecepatan yang disesuaikan dengan keadaan
fisiknya. Kedua, dimensi psikologis. Dalam hubungan ini bekerja
merupakan ungkapan kepribadian. Seseorang memperoleh kepuasan dari
pekerjaannya akan menampilkan kinerja (performasi) yang lebih baik dari
pada mereka yang tidak menyenangi pekerjaannya. Ketiga, dimensi
social. Bekerja dapat dipandang sebagai suatu ungkapan hubungan social
diantara sesame karyawan dapat menurunkan kinerja, baik secara
individu maupun kelompok. Keempat, dimensi ekonomi. Bekerja adalah
kehidupan bagi karyawan. Imbalan jasa yang tidak sepadan dapat
menghambat atau memacu karyawan untuk berprestasi tergantung
bagaimana karyawan menanggapi permasalahan itu. Kelima, dimensi
keseimbangan. Dalam hubungan ini keseimbangan antara apa yang
diperoleh dari pekerjaan dengan kebutuhan hidup akan memacu
seseorang untuk berusaha lebih giat guna mencapai keseimbangan atau
sebaliknya. Dimensi ini juga disebut dimensi kekuasaan pekerjaan karena
ketidakseimbangan dapat menimbulkan konflik yang dapat menurunkan
kinerja.
Penurunan kinerja, sering didasarkan pada suatu formula yang dapat
dinyatakan di bawah ini :
(Performane (P) = f (Ability x motivation)
Formula tersebut dapat digambarkan bahwa untuk mengukur
kinerja perlu diadakan pengkajian secara teliti terhadap abilitas dan
motivasi. T. R. Mitchel (1978:343) mengemukakan dalam suatu area of

7
performance, tentang aspek-aspek kinerja sebagai berikut : “(1) Quality of
work; (2) Promptness; (3) initiative; (4) Capability; (5)Communication.”
Kelima aspek tersebut dapat dijadikan patokan dalam mengkaji kinerja
seseorang dalam suatu organisasi.
Tenaga professional guru-guru harus memiliki kompetensi yaitu
wibawa, kemampuan kecakapan dan keahlian dalam menjalankan tugas
mereka dengan cara yang paling diharapkan. Lebih lanjut lagi, kompetensi
mengajar di Indonesia, oleh Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan
Tenaga Kependidikan secara eksplisit telah dirumuskan sebagai berikut :
1) Menguasai landasan landasan Pendidikan.
2) Menguasai bahan pelajaran.
3) Kemampuan mengelola program belajar mengajar.
4) Kemampuan mengelola kelas.
5) Kemampuan mengelola interaksi belajar-mengajar.
6) Menilai hasil belajar (prestasi) peserta didik.
7) Mengenal fungsi dan program bimbingan dan penyuluhan
(konseling).
8) Memahami prinsip-prinsip dan hasil hasil penelitian untuk keperluan
pengajaran.
9) Mengenal dan menyelenggarakan administrasi Pendidikan.

Menurut Idochi (2002:38) merinci kompetensi professional guru dalam


tiga aspek, yaitu :
1. Kompetensi kognitif
2. Kompetensi afektif
3. Kompetensi psikomotorik
Aspek pertama meliputi penguasaan terhadap pengetahuan
kependidikan, pengetahuan materi bidang studi yang diajarkan, dan
kemampuan mentransfer pengetahuan kepada para peserta didik agar
dapat belajar secara efektif dan efesien. Kompetensi kedua yaitu sikap
dan perasaan diri yang berkaitan dengan profesi keguruan, yang meliputi

8
self concept, self efficacy, attitude of self-acceptance dan pandangan
seorang guru terhadap kualitas dirinya. Sedangkan aspek yang disebut
terakhir kompetensi psikomotorik meliputi kecakapan fisik umum dan
khusus seperti ekspresi verbal dan non-verbal.
Kinerja guru dalam kaitannya dengan kemampuan individu yang
bersangkutan akan sangat berperan, hal ini seperti yang dikemukakan
oleh Rochman Natawidjaja (2002:4) menyatakan ada tiga aspek
kemampuan guru, yaitu mencakup: “kemampuan pribadi; Kemampuan
profesional; Kemampuan kemasyarakatan atau kemampuan social.” Lebih
jauh Rochman Natawidjaja (2004) bahwa, dalam penelitian yang
dilaksanakan di Amerika serikat oleh National Education Association
terungkap 10 macam tugas guru yang harus dilakukan sehari hari, yaitu :
1) Menjaga agar peserta didik selalu melaksanakan tugasnya.
2) Mencatat kehadiran peserta didik.
3) Menyesuaikan rencana kerja dalam kegiatan kelas.
4) Memantau kegiatan-kegiatan di luar sekolah.
5) Merencanakan pelajaran.
6) Mendiskusikan pekerjaan dengan rekan sejawat.
7) Memberikan penyuluhan kepada peserta didik.
8) Memberikan respon kepada pertanyaan kepala sekolah.
9) Mengadakan pertemuan dengan orang tua peserta didik.
10) Menghadiri rapat guru.

Agar dapat melaksanakan tugas sehari hari dengan baik, guru harus
memiliki kemampuan pribadi, kemampuan professional dan kemampuan
kemasyarakatan atau kemampuan social. Kemampuan tersebut akan
sangat berpengaruh terhadap kinerjanya dalam melaksanakan tugas yang
diembannya, terutama dalam merencanakan pembeljaran. Dengan
memiliki kemampuan yang baik, diharapkan proses pembelajaran dapat
berlangsung dengan lancer dan tujuan pembelajaran di kelas dapat
tercapa

9
B. TEORI
Kinerja terkait dengan professionalitas. Menurut Andreas Herefa
(2004:121), profesionalitas berasal dari kata profesi yang diambil dari
Bahasa latin profess, professus, profesio, yang sederhananya berarti
“declare publicy”, “pengakuan” ataupernyataan di muka umum. Namun
penggunaannya dikaitkan dengan janji religious atau sumpah suatu
pengakuan atau pernyataan yang dilakukan dihadapan orang banyak dan
melibatkan Tuhan sebagai saksi. Dalam hal ini, ada komitmen moral yang
terkandung didalamnya.
Sedangkan Buchori, (2004:122) berpendapatnahwa konsep profesi
mengandung dua dimensi, yaitu dimensi sifat kegiatan dan dimensi tingkat
kemahiran dalam melaksanakan kegiatan. Pada dimensi pertama dapat
kita bedakan “kegiatan-kegiatan untuk mencari nafkah” dari “kegiatan-
kegiatan untuk kesenangan semata-mata”. Yang pertama disebut
pekerjaan (occupation), sedangkan yang kedua disebut hobi atau
kegemaran. Pada dimensi kedua, yaitu dimensi tingkat kemahiran dapat
dibedakan dalam tiga jenis kegiatan, yaitu:
1) Kegiatan yang dilaksanakan dengan tingkat kemahiran yang sangat
tinggi;
2) Kegiatan yang dilaksanakan dengan tingkat kemahiran sedang;
dan
3) Kegiatan yang dilakukan tanpa kemahiran sama sekali.
Menurut Usman, (2004:24), istilah professional berasal dari kata sifat
yang berarti pencaharian dan sebagai kata benda yang berarti orang yang
mempunyai keahlian seperti dokter, hakim, guru, pengacara, dan
sebagainya. Dengan kata lain, menurut Sudjana (dalam Usman,
(2004:14), pekerjaan yang bersifat professional adalah pekerjaan yang
hanya dapat dilakukan oleh mereka yang khusus dipersiapkan untuk itu
dan bukan pekerjaan yang dilakukan oleh mereka yang karena tidak dapat
memperoleh pekerjaan lain.

10
Profesi memiliki ciri sentral: kecakapan dan pengetahuan formal yang
kompleks dan pendekatan etis pada pekerjaan mereka. Pengetahuan dan
kecakapan atau pengalaman memungkinkan mereka menemukan dan
kemudian melakukan hal yang secara moral benar. Kaum professional
dianggap menjadi agen yang dapat dipercaya bagi klien mereka, karena
Mereka itu ahli; atau Mereka merupakan pemberi pelayanan yang demi
bayaran menaati kehendak para klien. Ciri lain profesi, yaitu: pekerjaan
yang pada awalnya memerlukan pelatihan yang sifatnya harus intelektual,
yang menyangkut pengetahuan dan sampai tahap tertentu kesarjanaan,
yang berbeda dari kecakapan semata, pekerjaan itu dikerjakan sebagai
besar untuk orang lain dan bukan hanya demi diri sendiri saja, dan
imbalan uang tidak diterima sebagai ukuran keberhasilan. Pendekatan ini
menekankan hubungan yang era tantara professional dan kesanggupan
untuk melayani orang lain.
Dapat dikatakan bahwa suatu profesi pada dasarnya berpijak pada tiga
pilar. Pertama, adalah kemampuan atau kompetensi tinhgkat tinggi yang
hanya diraih melalui Pendidikan yang serius kuat dasar akademiknya,
Tangguh keterampilan profesionalnya, serta tinggi keakraban dengan
situasi rujukannya melalui program pengalaman lapangan yang
sistematis, mulai dari latihan laboratik, dilanjutkan dengan latihan
dilapangan yang bermuara pada masa pemagangan. Kedua, dalam
menerapkan layanan ahlinya kaumprofesional selalu mengedepankan
kemaslahatan kliennya. Tidak pernah terlintas dalam pikiran seorang
professional untuk menggunakan keahliannya demi memperoleh
keuntungan pribadi, apalagi yang dapat merugikan klien. Seorang
professional selalu menampilkan diri sebagai safe practitioner. Ketiga
diakui serta dihargainya eksistensi layanan unik yang mempersyaratkan
keahlian khas oleh masyarakat pemakai layananserta oleh pemerintah.
Dengan kata lain, kedudukan sebagai penyelenggara layanan ahli
diperoleh berdasarkan kompetensi dan etia, bukan uang atau akrobatik
KKN.

11
Suatu profesi memiliki persyaratan-persyaratan yang harus dipenuhi.
Menurut Usman (2002:15), setiap pekerjaan yang tergolong dalam suatu
profesi, diantaranya memiliki persyaratan sebagai berikut :
1) Memiliki kode etik, sebagai acuan dalam melaksanakan tugas dan
fungsinya
2) Memiliki klien/objek layanan tetap, seperti dokter dengan
pasiennya, guru dengan muridnya.
3) Diakui oleh masyarakat karena memang diperlukan jasanya di
masyarakat.
Untuk memenuhi persyaratan-persyaratan itu, menurut Andreas
Harefa (2004:132-133, orang professional harus memiliki sejumlah ciri
yang menggambarkan komitmen pribadi pada kualitas, berusaha meraih
menunjukkan inisiatif, mengerjakan apa yang perlu dikerjakan untuk
merampungkan tugas, melibatkan diri secara aktif dan tidak sekedar
bertahan pada peran yang telah ditetapkan untuk mereka, selalu mencari
cara untuk membuat berbagai hal menjadi lebih mudah bagi orang-orang
yang mereka layani, belajar memahami dan berpikir seperti orang-orang
yang mereka layani sehingga bias mewakili mereka ketika orang-orang itu
tidak ada di tempat, pemain tim, bias dipercaya memegang rahasia, jujur,
bias dipercaya, setia, dan terbuka terhadap kritik-kritik yang membangun
mengenai cara meningkatkan diri.
Objektivitas dalam pembinaan guru berdasarkan prestasi kerjanya,
maka sejumlah unsur bagi penilaian prestasi kerja. Unsur-unsur tersebut
memudahkan kepala sekolah mengetahui ruang lingkup objek dari
seorang guru. Adapun unsur-unsur yang perlu diukur dalam proses
penilaian prestasi kerja seorang guru (pegawai) menurut Siswanto berikut:
1) Kesetiaan
Kesetiaan yang dimaksud adalah tekad dan kesanggupan mentaati
melaksanakan dan mengamalkan sesuatu yang ditaati dengan penuh
kesadaran dan tanggung jawab. Tekad dan kesanggupan harus
dibuktikan dengan sikap dan tingkah laku tenaga kerja yang bersangkutan

12
dalam sehari-hari serta dalam perbuatan dalam melaksanakan tugas dan
pekerjaan yang dibebankan kepadanya. Kesetiaan tenaga kerja terhadap
perusahaan sangat berhubungan dengan pengabdiannya. Pengabdian
yang dimaksud adalah sumbangan pikiran dan tenaga yang ikhlas dengan
mengutamakan kepentingan public di atas kepentingan pribadi.
1) Prestasi kerja
Yang dimaksud dengan prestasi kerja adalah hasil kerja yang dicapai
oleh seorang tenaga kerja dalam melaksanakan tugas dan pekerjaanya
yang diemban kepadanya. Pada umumnya prestasi kerja seorang tenaga
kerja dipengaruhi oleh kecakapan, keterampilan, pengalaman dan
kesungguhan tenaga kerja yang bersangkutan.
2) Tanggung Jawab
Tanggung jawab adalah kesanggupan seorang tenaga kerja dalam
menyelesaikan tugas dan pekerjaan yang diserahkan kepadanya dengan
sebaik-baiknya dan tepat pada waktunya serta berani memikul resiko atas
keputusan yang telah diambilnya atau tindakan yang dilakukannya.
3) Ketaatan
Yang dimaksud dengan ketaatan adalah ketulusan hati seorang
tenaga kerja untuk mentaati segala ketentuan, peraturan kedinasan yang
berlaku, mentaati kedinasan yang diberikan oleh atasan yang berwenang,
serta kesanggupan untuk tidak melanggar larangan yang telah ditentukan
oleh perusahaan maupun pemerintahan, baik secara tertulis maupun tidak
tertulis.
4) Kejujuran
Yang dimaksud dengan kejujuran adalah ketulusan hati seorang
tenaga kerja dalam melaksanakan tugas dan pekerjaan serta kemampuan
untuk tidak menyalahgunakan wewenang yang telah diberikan kepadanya.
5) Kerja Sama
Kerja sama adalah kemampuan seorang tenaga kerja untuk bekerja
Bersama-sama dengan orang lain dalam menyelesaikan suatu tugas dan

13
pekerjaan yang telah ditentukan, shingga mencapai daya guna dan hasil
yang sebenarnya.
6) Prakarsa
Prakarsa adalah kemampuan seorang tenaga kerja untuk mengambil
keputusan, langkah-langkah atau melaksankan tugas pokok tanpa
tindakan yang diperlukan dalam melaksanakan tugas pkok tanpa
mengganggu perintah dan bimbingan dari manajemen lainnya.
7) Kepemimpinan
Yang dimaksud dengan kepemimpinan adalah kemampuan yang
dimiliki oleh seorang tenaga kerja untuk meyakinkan orang lain (tenaga
kerja lain) sehingga dapat dikerahkan secara maksimal untuk
melaksanakan tugas pokok. Penilaian unsur kepemimpinan bagi tenaga
kerja sebenarnya khusus diperuntukkan bagi tenaga kerja yang
mempunyai jabatan dalam perusahaan, baik top management, middle
management maupun low management
2.2 SIKAP GURU PROFESIONAL
1. KONEP SIKAP
Secara historis istilah “sikap” (attitude) digunakan pertama kali oleh
Herbert Spenser di tahun 1862 yang pada saat itu diartikan olehnya
sebagai status mental seseorang. Sikap merupakan factor yang
menentukan perilaku, karena sikap itu berhubungan dengan persepsi,
kepribadian, belajar dan motivasi Mitchell berpendapat bahwa”attitude
could be seen as predisposition to respond ini a pavorable or unpavorable
way to objects, persons, concepts, or whatever”, artinya sikap dapat
dipandang sebagai predisposisi untuk beraksi dengan cara yang
menyenangkan atau tidak terhadap obyek, orang, konsep atau apa saja.
Dengan demikian sikap merupakan perlakuan individu terhadap obyek.
Ada beberapa asumsi penting menjadi dasar dari definisi tersebut,
pertama: sikap itu berhubungan dengan perilaku, berdasarkan sikapnya
terhadap sesuatu seseorang cenderung untuk berperilaku tertentu, kedua:
sikap terikat erat dengan perasaan seseorang dengan suatu obyek,

14
seperti ketertarikan pada sesuatu yaitu taraf mana sesuatu itu disukai
perasaan senang atau tidak senang, ketiga: sikap adalah konstruk yang
bersifat hipotesis, yaitu konsekuensinya dapat diamati, akan tetapu sikap
itu sendiri tidak dapat diamati. Sikap penting sekali dipahami, karena
merupakan salah satu factor yang dapat mengelola perilaku organisasi
secara efektif Menurut Gibson, Invancevich dan Donelly bahwa sikap
adalah kesiapsiagaan mental yang diorganisasi melalui pengalaman yang
mempunyai pengaruh tertentu kepada tanggapan seseorang terhadap
orang, obyek dan situasi yang berhubungan dengannya. Kesiapsiagaan
mental ini cenderung menetap untuk beraksi dengan cara baik atau buruk
terhadap orang atau obyek tertentu. Perwujudan perilaku seseorang akan
ditandai dengan munculnya kecenderungan-kecenderungan baru yang
telah berubah terhadap suatu obyek, tatanilai, peristiwa dan sebagainya.
Attitude is how you respond to situation in your life. Artinya, sikap adalah
respond (tanggapan) terhadap situasi yang dialami.
Rumusan di atas disederhanakan menjadi sikap yaitu menyukai atau
menoleh suatu obyek psikologis. Defimisitersebut menjabarkan sikap
menjadi empat bagian, yakni :
1. Pengaruh atau penolakan
2. Penilaian
3. Suka atau tidak suka, dan
4. Kepositifan atau kenegatifan terhadap suatu obyek psikologis.
Allport seperti dikutip Mar’at menyebutkan “An attitude toward any
given object, idea or person is an ending systemwith a cognitive
component, an affective and a behavioral tendency”. Dengan kata lain,
dalam sikap terdapat tiga komponen utama yakni:
1) Komponen kognitif,
2) Komponen afektif, dan
3) Komponen kecenderungan perilaku.
Komponen kognitif terdiri dari persepsi, pendapat, dan kepercayaan
orang. Komponen ini berhubungan dengan proses berpikiryang lebuh

15
dikhususkan kepada arionalitas dan logika, serta kepercayaan evaluative
yang diwujudkan dalam bentuk kesan baik atau tidak baik. Komponen
afektif yang menyangkut emosional seseorang dan pernyataan senang
atau tidak terhadap sesuatu obyek. Komponen perilaku (behavioral
tendency) berhubungan dengan kecenderungan seseorang untuk
bertindak menghadapi sesuatu dengan cara tertentu, misalnya cara
seseorang bertindak atntara lain ramajh, hangat, bermusuhan dan apatis.
Komponen kognitif mempunyai fungsi berikut :
a) Memberikan pengertian pada kognitif baru, artinya pengertian
dapat terjadi bila suatu kognitif baru dihubungkan dengan kognitif
yang telah ada, misalnya pengetahuan proses kaderisasi kepala
sekolah yang diberlakukan saat ini, dulu tanpa seleksi dan tanpa
Pendidikan dan pelatihan, sekarang adalah kebalikannya,
b) Menghasilkan emosi (afektif) atau konsekuensi yang menunjukkan
sikap (perasaan), misalnya perasaan senang atau tidak senang,
baik atau buruk, benci atau cinta dan sebagainya, di sini sudah
berlangsung proses penilaian sikap tentang sesuatu yang
dinamakan konsekuensi emosi (afektif), dan
c) Membentuk sikap. Menurut teori kognitif, jika suatu system kognitif
dari sesuatu memrlukan komponen-komponen yang mengandung
afektif, maka sikap untuk mencapai sesuatu tujuan obyek itu telah
terbentuk. Karena sikap seseorang itu mempunyai kognitif
(pengetahuan), afektif (emosi), dan tindakan (tendensi perilaku),
dan
d) Memberikan motivasi terhadap kosekuensi perilaku.
Uraian definisi, asumsi, komponen dan fungsi sikap di depan dapat
dijelaskan ciri-ciri sikap yang bersifat umum, antara lain :
a) Sikap merupakan pembawaan masusia terbentuk selama
perkembangannya, sebagai akibat hubungannya dengan obyek di
lingkungannya.

16
b) Sikap dapat berubah sebagai hasil interaksi antara seseorang
dengan orang lain, karena itu, sikap adalah hasil pelajaran dari
lingkungan dan dapat dipelajari oleh lingkungannya,
c) Sikap tidak berdiri sendiri,
d) Sikap berkaitan dengan dimensi waktu, yang belum tentu sesuai
dengan waktu lain. Karena itu sikap dapat berubah menurut situasi,
e) Sikap tidak menghilang walaupun kebutuhan sudah dipenuhi, dan
f) Sikap mengandunng factor-faktor motivasi dan emosi. Sifat inilah
yang membedakan sikap dengan pengetahuan yang terdapat pada
seseorang.
Ciri-ciri tersebut, dapat disimpulkan bahwa sikap pada dasarnya
merupakan kesiapan yang komleks dari seseorang (individu) untuk
memperlakukan suatu obyek. Kesiapan itu mempunyai aspek-aspek
kognitif, afektif, dan kecenderungan bertindak, serta dapat disimpulkan
dari perilakuindividu yang bersangkutan. Kesiapan itu merupan penilaian
positif atau negative dengan intensitas yang berbeda- beda, berlaku untuk
waktu tertentu, dapat berubah-ubah sesuai dengan perubahan waktu.
Penilaian sebagai sifat kesiapan tersebut terarah kepada obyek atau
terhadap akibat dari suatau peristiwa yang mengangkut obyek sikap.
Sikap seseorang terhadap suatu obyek dapat diukur arah dan
intensitasnya dengan jalan memperhatikan perilaku individu yang
bersangkutan. Perilaku dimaksudkan meliputi perilaku yang
mencerminkan penilaian kognitif, afektif dan kecenderungan bertindak
individu terhadap suatu obyek psikologi. Dengan demikian sikap itu tidak
statis melainkan bias dibentuk dan diubah. Pembentukan perubahan sikap
dipengaruhi oleh berbagai factor, di antaranya yang terkait dengan proses
belajar atau sebagai proses kesadaran, adanya rangsangan dari luar
(stimulus), adanya dorongan atau kehendak dari dalam individu itu sendiri.
Oleh sebab itu factor yang mempengaruhi sikap bias berasal dari dalam
dan dari luar.

17
2. Eksistemsi Figur Guru Profesional
Guru merupakan factor penting dan sangat dominan dalam proses
pembelajaran, karena disuatu kelas pada saat jam pelajaran berlangsung,
jika tidak ada guru di kelas itu, maka dapat diperkirakan kegiatan apa
yang dilakukan Peserta Didik; kelas akan menjadi rebut, antar Peserta
Didik saling meledek, kadang kadang Peserta Didik mulai keluar kelas dan
yang paling parah Peserta Didik keluyuran ke jalan, kemudian mengacau
lalu lintas dan yang paling lagi terjadi perkelahian antar kelas atau antar
sekolah sehingga menimbulkan banyak kerugian benda-benda sampai
korban jiwa, harapan positif berakibat negative.
Kehadiran guru dalam proses belajar-mengajar tetap memegang
peranan penting, peran guru dalam proses belajar-mengajar belum dapat
digantikan oleh mesin, radio, tape, recorder, ataupun oleh computer yang
paling modern sekalipun. Masih terlalu banyak unsur manusiawi seperti
sikap, system nilai, perasaan, motivasi, dan kebiasaan yang diharapkan
merupak hasil proses belajar-mengajar, yang tidak dapat dicapai melalui
alat alat tersebut atau teknologi yang diciptakan oleh manusia untuk
membantu dan mempermasalah kehidupannya.
Namun, harus diakui bahwa sebagai akibat dari laju pertumbuhan
penduduk yang cepat dan kemajuan teknologi di lain pihak, di berbagai
negara maju, bahkan juga di Indonesia, usaha kea rah peni9ngkatan
Pendidikan, terutama menyangkut aspek kuantitas,berpaling kepada ilmu
dan teknologi. Misalnya pengajaran melalui radio, pengajaran melalui
televisi, system belajar jarak jauh melalui system modul, dan mesin
mengajar computer. Sungguhpun demikian, guru masih tetap diperlukan.
Sebagai contoh dalam pengajaran modul, peran guru sebagai
pembimbing belajar justru sangat di pentingkan. Dalam pengajaran
melalui radio, guru masih diperlukan, terutama dalam menyusun dam
mengembangkan desain pengajaran melalui televisi. Dengan demikian,
dalam system pengajaran mana pun guru, selalu menjadi bagian yang

18
tidak terpisahkan, hanya yang dimainkannya akan berbeda sesuai dengan
tuntutan system tersebut
Proses pembelajaran, guru memegang peran sebagai sutradara
sekaligus actor. Artinya, pada gurulah terletak keberhasilan proses belajar
mengajar. Untuk itu guru meruapakan faktor yang sangat dominan dalam
menentukan keberhasilan proses belajar-mengajar, disamping factor-
faktor lainnya. Guru pada masa lalu berbeda dengan guru pada masa
sekarang, guru pada masa lalu adalah guru yang berwibawa, guru
berdedikasi, dan pengabdiannya tanpa pamrih, serta guru pada masa lalu
adalah guru yang ditiru. Namun pada zaman sekarang, guru telah
kehilangan wibawa, karena mengejar materi untuk memenuhi kebutuhan
hidup.
Guru zaman sekarang kurang dihargai dan dihormati, karena kejujuran
dan pengabdiannya sudah terbawa erosi, hingga nilai-nilai dan prestasi
belajar Peserta Didik bias dibeli. Hal ini terjadikarena masyarakat sudah
terlalu memntingkan materi. Dorongan untuk melaksanakan proses
pembelajaran dengan baik,baik guru sepatutnya muncul dari dalam diri
sendiri, namun walaupun demikian, dorongan itu bias saja dirangsang dari
luar diri guru itu sendiri. Adanya upaya untuk meningkatkan proses
pembelajaran guru-guru perlu mendapatkan suatu penghargaan atas
kreatifitasnya, baik diberikan oleh kepala sekolah atas pemerintah. Berikut
ini, dapat dipahami public bahwa figure seorang guru professional, adalah
1) Guru adlah sosok sentral dalam lingkungan Pendidikan, sehingga
eksistensinya sangat berpengaruh terhadap kualitas Pendidikan.
Oleh karena itu, guru dituntut harus dapat melaksanakan semua
tugasnya secara professional, sehingga benar-benar dapat
memerankan fungsinya secara maksimal. Profesi memiliki ciri
sentral, yaitu kecakapan dan pengetahuan formal yang kompleks
dan pendekatan etis pada pekerjaannya. Pengetahuan dan
kecakapan atau pengalaman memungkinkan menemukan dan
kemudian melakukan hal yang secara moral benar,

19
2) Kemampuan guru untuk menghasilkan kinerja secara professional
tidak terlepas oleh seberapa kuat komitmen guru dalam
mengemban tugasnya. Komitmen yang kuat untuk melaksanakan
tugas sebagai guru harus benar-benar ditanamkan dalam jiwanya,
karena dengan kekuatan internal tersebut, guru akan berusaha
mengarahkan segala upaya demi keberhasilan tugasnya, dan
3) Kecerdasan emosional, budaya organisasi, kompensasi dan
kepuasan kerja merupakan factor yang perlu ada untuk
memaksimalkan komitmen para pegawai terhadap organisasi dan
kinerja profesionalnya. Faktor kecerdasan emosional dan kepuasan
kerja merupakan factor internal yang baik secara langsung atau
tidak akan mempengaruhi perilaku kerjanya. Dimikian pula dengan
factor budaya organisasi dan kompensasi, merupakan factor
eksternal yang akan berkonstribusi dalam menentukan aktivitas
kerja seorang pegawai.
A. Tugas dan Tanggung Jawab
Tugas dan tanggung jawab sebagai guru sekolah dalam bidang
kemanusiaan meliputi bahwa guru di sekolah harus dapat menjadikan
dirinya sebagai orang tua kedua, artinya sebagai pengganti orang tua di
rumah. Ia harus mampu menarik simpati, sehingga menjadi tauladan
peserta didik. Pelajaran apapun yang diberikannya hendaknya dapat
menjadi motivasi bagi peserta didik dalam belajar, bila seorang guru
dalam penampilannya sudah tidak menarik, maka kegagalan pertama
adalah ia tidak akan dapat menanamkan benih pengajarannya itu kepada
peserta didik. Peserta didik akan enggan menghadapi guru yang tidak
menarik. Pelajaran tidak dapat diserap sehingga peserta didik bosan
menghadapi pelajaran yang diberikan oleh guru itu. Transformasi guru
terhadap kenyataan di kelas atau di masyarakat perlu dibiasakan
sehuingga setiap lapisan masyarakat di kelas atau masyarakat mengerti
bila menghadapi guru.

20
Guru yang professional akan bekerja melaksanakan fungsi dan
tujuan sekolah khusunya dan tujuan Pendidikan umumnya, sudah barang
tentu memiliki kemampuan sesuai dengan tuntutan. Sebagai indicator,
guru dinilai mampu secara professional apabila :
1. Guru tersebut mengembangkan tanggung jawa dengan sebaik
baiknya;
2. Guru tersebut mampu melaksanakan peranan-peranan secara
berhasil;
3. Guru tersebut mampu bekerja dalam usaha mencapai tujuan
Pendidikan di sekolah;
4. Guru tersebut mampu melaksanakan perannya dalam proses
belajar-mengajar di kelas.
Setiap tanggung jawab memerlukan sejumlah memerlukan sejumlah
kemampuan dan setiap kemampuan dapat dijabarkan lagi dalam
kemampuan yang lebih khusus, antara lain:
1. Tangggung jawab moral,
2. Tanggung jawab dalam proses pembelajaran di sekolah,
3. Tanggung jawab guru dalam bidang kemasyrakatan,
4. Tanggung jawab guru dalam bidang keilmuan.
Setiap tanggung jawab memerlukan sejumlah kemampuan dan setiap
kemampuan dapayt dijabarkan lagi dalam kemampuan yang lebih khusuh,
antaralain:
1. Tanggung jwab moral, yaitu setiap guru harus memiliki kemampuan
menghayati perilaku dan etika yang sesuai dengan moral Pancasila
dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari hari
2. Tanggung jawab dalam bidang Pendidikan di sekolah, yaitu setiap3
guru harus menguasai cara belajar mengajaryang efektif, mampu
membuat satuan pelajaran, mampu dan memahami kurikulujm
dengan baik, mampu mengajar di kelas, mampu menjadi model
bagi peserta didik, mampu memberikan nasihat, menguasai Teknik-

21
teknik pemberian bimbingan dan layangan, mampu membuat dan
melaksanakan evaluasi dan lain lain.
3. Tanggung jawab guru dalam bidang kemasyarakatan, yaitu turut
serta menyukseskan pembangunan dalam masyarakat, yakni untuk
itu guru harus mampu membimbing, mengabdi kepada, dan
melayani masyarakat.
4. Tanggung jawab guru dalam bidang keilmuan, yaitu guru selaku
ilmuan bertanggung jawab dan turut serta memajukan ilmu,
terutama ilmu yang telah menjadi spesialisasinya, dengan
melaksanakan penelitian dan pengembangan.
B. PERILAKU
Profesionalisme merupakan suatu tuntutan dari perubahan yang mesti
dipenuhi oleh organisasi. Guru professional merupakan tuntutan yang
esensial dalam upaya peningkatan kualitas SDM yang berkualitas dan
kompetitif di era globalisasi yang ditempuh melalui Pendidikan yang
berkualitas. Untuk mewujudkan suatu prubahan dalam organisasi sangat
dibutuhkan perubahan kesadaran dari individu-individu dalam organisasi
tersebut, karena hakikat dari perubahan adalah kesadaran. Masalah SDM
Pendidikan yang belum professional merupakan salah satu akar
permasalahan yang dihadapi dalam upaya peningkatan kualitas
Pendidikan di Indonesia.
Kelemahan guru adalah :
1. Masih banyak guru yang bersikap tidak professional seperti tidak
dimilikinya jiwa kreatif dan inovatif dalam menyampaikan materi
pelajaran,
2. Kebanyakan guru 0merasa cukup dengan keilmuan yang telah
mereka dapat di bangku kuliah, dan
3. Kebanyakan guru mengajar tanpa program yang jelas dengan alas
an mereka merasa hafal di luar kepala terhadap materi yang akan
disampaikan.

22
Guru professional dalam kajian ini adalah orang yang menyandang
profesi guru yang memiliki kinerja atau performance dalam melaksankan
tugas merencankan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai
hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta
melakukan penelitian dan pengabdian masyarakat sesuai dengan profesi
guru. Guru professional mempunyai tanggung jawab pribadi, social,
intelektual, moral dan spiritual. Profesinalisme guru dapat dilihat dari :
1. Tingginya rasa tanggungjawab dan komitmen guru dalam
membangun Pendidikan bermutu;
2. Adanya kemauan dan keseriusan guru untuk mengembangkan
potensi kependidikan atau komptensi dasar sesuai dengan tuntutan
IPTEK;
3. Kemampuan untuk berfikir analitis, sistematis dan bersikap aktif,
kreatif serta inovatif dalam mengembangkan program Pendidikan;
dan
4. Kemampuan membangun konep belajar bermakna, menarik dan
menyenangkan dengan memanfaatkan kecanggihan teknologi
informasi.
Teori sikap dan perubahannya yang diuraikan di depan mengatakan
bahwa lingkungan social merupakan factor yang menentukan sikap
seseorang. Perubahan sikap pada dasarnya merupakan hasil komunikasi.
Oleh karena itu, melalui proses informasi yang di sampaikan pemimpin
diharapkan terjadi perubahan sikap orang-orang yang dipimpin di dalam
membentuk sikap dan tingkah laku orang yang dipimpinnya, misalnya
mengubah disiplin, tidak mau meningkatkan prestasi kerja menjadi
berprestasi baik.
Sikap guru akan tercermin pada etos kerjanya, dan etos kerja tersebut
dipengaruhi oleh banyak factor, antara lain kepemimpinan kepala sekolah.
Sikap guru melalui etos kerja dapat meningkatkan motivasi berprestasi
guru untuk berprestasi. Dengan demikian diduga terdapat hubungan
positif antara sikap guru terhadap kepemimpinan kepala sekolah.

23
2.3 PENGERTIAN STRATEGI BELAJAR MENGAJAR
Strategi bisa diartikan sebagai pola-pola umum kegiatan guru anak
didik dalam perwujudan kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan
yang telah digariskan.
Dalam strategi belajar mengajar ada empat strategi dasar yang
meliputi hal-hal berikut:
1. Mengidentifikasi serta menetapkan spesifikasi dan kualifikasi
perubahan tingkah laku dan kepribadain anak didik sebagaimana
yang diharapkan.
2. Memilih sistem pendekatan belajar mengajar berdasarkan aspirasi
dan pandangan hidup masyarakat.
3. Memilih dan menetapkan prosedur ,metode, dan teknik belajar
mengajar yang dianggap paling tepat dan efektif sehingga dapat
dijadikan pegangan oleh guru dalam menunaikan kegiatan
mengajarnya.
4. Menetapkan norma-norma dan batas minimal keberhasilan atau
kriteria serta setandar keberhasilan sehingga dapat dijadikan suatu
pedoman oleh guru dalam melakukan evaluasi hasil kegiatan
belajar mengajar yang selanjutnya dijadikan umpan balik buat
penyempurnaan sistem instruksional yang bersangkutan secara
keseluruhan.
Dari strategi belajar mengajar tersebut tergambarkan bahwa ada
empat masalah pokok yang sangat penting yang dapat dan harus
dijadikan pedoman pelaksanaan kegiatan belajar mengajar agar sesuai
dengan yang diharapkan.
Pertama, spesifikasi dan kualifikasi perubahan tingkah laku. Yaitu,
lebih menuju kepada sasaran dari kegiatan belajar mengajar. Oleh karena
itu, tujuan pengajaran yang dirumuskan harus jelas dan konkret, sehingga
dapatdipahami oleh anak didik.

24
Kedua, memilih cara pendekatan belajar mengajar. Bagaimana cara
guru memandang suatu persoalan, konsep, pengertian dan teori apa yang
guru guru gunakan dalam memecahkan suatu kasus, akan mempengaruhi
hasilnya. Sutu masalah yang dipelajari oleh dua orang dengan
pendekatan yang berbeda, akan menghasilkan kesimpilan-kesimpulan
yang tidak sama.norma norma sosial akan melahirkan kesimpulan yang
berbeda dan bahkan mungkin bertentangan dalam cara pendekatannya
menggunakan berbagai disiplin ilmu.
Ketiga, memilih dan menetapkan prosedur, metode, dan teknik belajar
mengajar yang efektif. Metode teknik penyajian untuk memotivasi anak
didik agar mampu menerapkan pengetahuan dan pengalaman untuk
memecahkan masalah, sedangkan berbeda dengan cara atau metode
supaya anak didik mendorong dan mampu berpikir bebas dan cukup
keberanian untuk mengungkapkan pendapatnya sendiri. Perlu dipahami
bahwa suatu metode mungkin hanya cocok dipakai untuk mencapai tujuan
tertentu. Jadi, guru hendaknya jangan menggunakan teknik penyajian
yang sama.
Keempat, menerapkan norma norma atau kriteria keberhasilan
sehingga guru mempunyai pegangan yang dapat dijadikan ukuran untuk
menilai sampai sejauh mana keberhasilan tugas tugas yang telah
dilakukannya.
2.4 DASAR STRATEGI DAN SISTEM PEMBELAJARAN
Menurut Sanjaya Wina (2007) istilah strategi, sebgaimana banyak
istilah lainnya, dipakai dalam banyak konteks dengan makna yang tidak
selalu sama. Di dalam konteks belajar mengajar, strategi seperti pola
umum pembuatan guru peserta didik di dalam perwujudan kegiatan
belajar mengajar. Sifat umum pola tersebut berarti bahwa macam dan
urutan perbuatan yang dimaksud tampak dipergunakan dan atau
dipercayakan guru peserta didik di dalam macam macam peristiwa
belajar.

25
Dengan demikian maka konsep strategi belajar dalam hal ini
menunjukkan karakteristik abstrak rentetan perbuatan guru peserta didik
di dalam peristiwa belajar mengajar. Implisit di balik karakteristik abstrak
itu adalah rasional yang membedakan strategi yang satu dengan strategi
yang lain secara fundamental. Istilah lain yang dipergunakan untuk
maksud ini adalah model model mengajar. Sedangkan rentetan perbuatan
guru peserta didik dalam suatu peistiwa belajar mengajar aktual tertentu,
dinamakan prosedur instruksional.
Di bawah ini akan diuraikan beberapa definisi tentang strategi
pembelajaran.
 Kemp (1995) menjelaskan bahwa strategi pembelajaran adalah
suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan
peserta didik agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif
dan efisien.
 Kozma (dalam sanjaya 2007) secara umum menjelaskan bahwa
strategi pembelajaran dapat diartikan sebagai setiap kegiatan yang
dipilih, yaitu yang dapat memberikan fasilitas atau bantuan kepada
peserta didik menuju tercapainya pembelajaran tertentu.
 Garlach dan ely menjelaskan bahwa strategi pembelajaran
merupakan cara cara yang dipilih untuk menyampaikan materi
pembelajaran dalam lingkungan pembelajaran tertentu.
 Dick dan carey (1990 dalam sanjaya, 2007) menjelaskan bahwa
strategi pembelajaran terdiri atas seluruh komponen materi
pembelajaran dan prosedur atau tahapan kegiatan belajar yang
digunakan oleh guru dalam rangka membantu peserta didik
mencapai tujuan pembelajaran tertentu.
 Cropper di dalam wiryawan dan noorhadi (1998) mengatakan
bahwa strategi pembelajaran merupakan pemilihan atas berbagai
jenis latihan tertentu yang sesuai dengan tujuan pembelajaran yang
ingin dicapai.

26
Ada dua hal yang patut dicermati dari pengertian pengertian di atas.
Pertama, strategi pembelajaran merupakan rencana tindakan (rangkaian
kegiatan) termasuk penggunaan metode dan pemanfaatan berbagai
sumber daya kekuatan dalam pembelajaran.
Kedua, strategi disusun untuk mencapai tujuan tertentu. Artinya, arah
dari semua keputusan menyusun strategi adalah pencapaian tujuan.
Dengan demikian, penyusunan langkah langkah pembelajaran,
pemanfaatan berbagai fasilitas dan sumber belajar semuanya diarahkan
dalam upaya penyampaian tujuan. Maka dari itu sebelum menentukan
starategi, perlu dirumuskan tujuan yang jelas yang dapat diukur
keberhasilannya, sebab tujuan adalah rohnya dalam implementasi suatu
strategi.
Perlu diketahui strategi pembelajaran berbeda dengan desain
instruksional karena starategi pembelajaran berkenaan dengan
kemungkinan variasi pola dalam arti macam dan urutan umum peebuatan
belajar mengajar yang secara prinsip berbeda antara yang saru dengan
yang lain, sedangkan desain instruksional menunjukkan kepada cara cara
merencanakan suatu sistem lingkungan belajar, setelah ditetapkan untuk
menggunakan satu atau lebih strategi pembelajaran tertentu.
Agar tidak bias dalam mendefinisikan strategi pembelajaran,
dibutuhkan pemahaman terhadap pengertian pengertian lain yang mirip
dengan strategi pembelajaran yang selalu digunakan seperti model,
pendekatan, strategi, metode dan teknik.
2.5 MODEL, PENDEKATAN, STRATEGI, DAN TEKNIK PEMBELAJARAN
Arends (1997) menyatakan “The term teaching model refers to a
particular approach to instruction that includes its goals, syntax,
environment, and management system”. Istilah model pengajaran
mengarah pada suatu pendekatan pembelajaran tertentu termasuk
tujuannya, sintraksinya, lingkungan, dan sistem pengelolaannya, sehingga
model pembelajaran mempunyai makna yang lebih luas dari pada
pendekatan, strategi, metode atau prosedur. Model pembelajaran adalah

27
suatau perencaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman
dalam merencakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam
tutorial dan untuk menentukan perangkat perangkat pembelajaran
termasuk di dalamnya buku buku, film, komputer, kurikulum, dan lain lain
(joyce, 1992).
Model pembelajaran mempunyai empat ciri khusus yang membedakan
dengan strategi, metode atau prosedur. Ciri ciri tersebut ialah:
1. Rasional teoritik logis yang disusun oleh para pencipta atau
pengembangannya.
2. Landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana peserta didik
belajar (tujuan pembelajaran yang akan dicapai).
3. Tingkah laku pembelajaran yang diperlukan agar model tersebut
dapat dilaksanakan dengan berhasil, dan lingkungan belajar
yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu dapat tercapai
(kardi dan nur, 2000).
Menurut fathurrahman pupuh (2007) metode secara harfiah berarti
cara. Dalam pemakaian yang umum, metode diartikan sebagai suatu cara
atau prosedur yang dipakai untuk mencapai tujuan tertentu.
Makin tepat metode yang digunakan oleh guru dalam mengajar
akan semakin efektif kegiatan pembelajaran. Tentunya ada faktor faktor
lain yang harus diperhatikan, seperti:
 Guru.
 Anak.
 Situasi (lingkungan belajar).
 Media.
 Dan lain lain.
2.7 KASIFIKASI STRATEGI BELAJAR MENGAJAR
Menurut Tabrani Rusyan dkk., terdapat berbagai masalah sehubungan
dengan strategi belajar mengajar yang secara keseluruhan diklasifikasikan
sebagai berikut :

28
1. Konsep dasar strategi belajar mengajar.
2. Sasaran kegiatan belajar.
3. Belajar mengajar sebagai suatu sistem.
4. Hakikat proses belajar.
5. Entering behavior siswa.
6. Pola pola belajar siswa.
7. Memilih sistem belajar mengajar.
8. Pengorganisasian kelompok belajar.
Klasifikasi akan diuraikan secara singkat satu persatu sebagai
berikut :
 Konsep dasar strategi belajar mengajar
Sebagaimana telah dibahas sebelumnya, konsep strategi belajar
mengajar meliputi hal hal :
a) Menetapkan spesifikasi dan kualifikasi tingkah laku.
b) Menentukan pilihan berkenaan dengan pendekatan masalah
belajar mengajar.
c) Memilih prosedur, metode, dan teknik belajar mengajar.
d) Menerrapkan norma dan kriteria keberhasilan kegiatan belajar
mengajar.
 Sasaran kegiatan belajar mengajar
Setiap kegiatanbelajar mengajar mempunyai sasaran atau tujuan.
Tujuan itu adalah sesatu hal yang bertahap dan berjenjang mulai dari
yang sangat operasional dan konkret, yakni tujuan intruksional khusus dan
tujuan intruksional umum, tujuan kurikuler, tujuan nasional, sampai
kepada tujuan yang bersidat universal.
Pada tingkat sasaran atau tujuan yang universal, manusia yang
diidamkan harus memiliki kualifikasi :
a) Pengembangan bakat secara optima.l
b) Hubungan antarmanusia.
c) Efisiensi ekonomi.
d) Tanggung jawab selaku warga negara.

29
Pandangan hidup para guru maupun anak didik akan ikut mewarnai
berkenaan dengan gambaran karakterristik sasaran manusia idaman.
Konsekuensinya akan mempengaruhi kebijakan tentang perencanaan,
pengorganisasian, serta penilaian terhadap kegiatan bealajar mengajar.
 Belajar mengajar sebagai suatu sistem
Belajar mengajar suatu sistem intruksional mengacu kepada
pengertian sebagai seperangkat komponen yang saling bergantung satu
sama lain untuk mencapai tujuan. Selaku sistem, belajar mengjar meliputi
suatu komponen, antara lain tujuan, bahan, siswa, guru, metode, situasi,
dan evaluasi. Agar tujuan tercapai semua komponen yang ada harus
diorganisasikan sehingga anatarsesama komponen saling bekerja sama.
Berbagai persoalan yang biasa dihadapi oleh guru antara lain adalah :
a. Tujuan tujuan apa yang mau dicapai.
b. Materi pelajaran apa yang diperlukan.
c. Metode, alat mana yang harus digunakan.
d. Prosedur apa yang akan ditempuh untuk melakukan evaluasi.
Guru berperan sebagai pengajar, pembimbing, perantara sekolah
dengan masyarakat, administrator, dan lain lain. Untuk itu wajar jika guru
memahami dengan segenap aspek pribadi anak didik seperti:
1. Kecerdasan dan bakat khusus.
2. Prstasi sejak permulaan sekolah.
3. Perkembangan jasmani dan kesehatan.
4. Kecenderungan emosi dan karakternya.
5. Sikap dan minat belajar.
6. Cita cita.
7. Kebiasaan belajar dan bekerja.
8. Hobi dan penggunakan waktu senggang.
9. Hubungan sosial di sekolah dan di rumah.
10. Latar belakang keluarga.
11. Lingkungan tempat tinggal.
12. Sifat sifat khusus dan kesulitan anak didik.

30
Usaha untuk memahami anak didik bisa melalui evaluasi, serta guru
melaporkan perkembangan hasil belajar.
 Hakikat proses belajar mengajar
Hakikat pelajaran adalah perubahan. Belajar adalah proses
perubahan perilak berkat pengalaman dan latihan. Kegiatan belajar
mengajar seperti mengorganisasi pengalaman belajar, mengolahan
kegiatan belajar mengajar, menilai proses, dan hasil belajar, semuanya
termasuk dalam cakupan tanggung jawab guru.
 Entering behavior siswa
Engtering behavior siswa adalah hasil kegiatan belajar mengajar
tercemin dalam perubahan prilaku, baik secara material subtansial,
srtuktual fungsional, maupun secara behavior.
Menurut Abin Syamsuddin, entering behavior dapat didefinisikan
dengan cara:
a. Tradisional, telah lazim para guru mulai dengan pertanyaan
menganai bahan yang pernah diberikan sebelum menyajikan
bahan baru.
b. Inovatif, guru tertentu di berbagai lembaga pendidikan yang
memiliki atau mampu mengembangkan instrumen pengukuran
prestasi belajar, dengan syarat mengadakan pre-tes sebelum
mengikuti program belajar mengajar.
Ada tiga dimensi dari entering behavior yang perlu diketahui oleh guru:
a. Batas batas ruang lingkup materi pengetahuan yang telah
dimiliki dan dikuasai oleh siswa.
b. Tingkatan tahapan materi pengetahuan, terutama kawasan pola
pola sambutan atau kemampuan yang telah dimiliki siswa.
c. Kesiapan dan kematangan fungsi fungsi psikofisik.
Sebelum merencanakan dan melaksanakan kegiatan mengajar
guru harus dapat menjawab pertanyaan:
a. Sejauh mana batas materi pengetahuan yang telah dikuasai oleh
siswa yang akan diajar.

31
b. Tingkat dan tahap serta jenis kemampuan manakah yang telah
dicapai dan dikuasai oleh siswa yang bersangkutan.
c. Apakah siswa sudah siap menerima bahan dan pola pola perilaku
yang akan diajarkan.
d. Berapa jauh motivasi dan minat belajar yang dimiliki siswa sebelum
belajar dimulai.
 Pola pola belajar siswa
Menurut Robert M. Gagne membedakan pola pola belajar siswa ke
dalam delapan tipe yaitu:
a Signal learning (belajar isyarat)
Tipe ini adalah yang paling dasar. Yanhg dapat diartikan sebagai
proses penguasaan pola pola dasar prilaku bersifat involuntary (tidak
sengaja dan tidak disadari tujuannya).
Contoh: aba aba “siap!” atau isyarat untuk mengambil sikap tertentu.
b Stimulus respons learning (belajar stimulus respons)
Tipe ini termasuk dalam instrumental conditioning (kinble 1961) atau
belajar dengan trial anderror (mencoba coba). Kondisi yang diperlukan
untuk berlangsungnya tipe belajar ini adalah faktor inforcement.
Contoh: anjing dapat diajar “memberi salam”. Dengan mengangkat
kaki depannya jika kita berkata “kasih tangan!” atau “salam”.
c Chainng (rantai atau rangkaian)
Chainng adalah belajar menghubungkan satuan ikatan S-R (stimulus-
respons) yang satu dengan yang lain. Kondisi yang diperlukan untuk tipe
ini antara lain, secara internal anak didik sudah terkuasai sejumlah sataun
pola S-R, baik psikomotorik, dan rainforcement.
Contoh: bahasa chainng ibu-bapak, kampung halaman, selamat
tinggal, dan sebagainya.
d Verbal association (asosiasi verbal)
Tipe ini sama sama belajar menghubungkan satuan S-R yanhg satu
dengan yang lain. Bentuk sederhana dari asosiasi verbal adalah bila

32
diperlihatkan suatu bentuk geometris dan si anak dapat mengatakan “buju
sangkar”, atau mengatakan “itu bola saya”, bila dilihatnya bolanya.
e Discrimination learning (belajar diskriminasi)
Tipe ini anak didik mengadakan seleksi dan pengujian diantara dua
perangsang atau sejumlah stimulus yang diterimanya, kemudian memilih
pola pola yang dianggap sesuai.
Contoh: anak dapat mengenal berbagai merk mobil beserta namanya,
walaupun tampaknya mobil itu banyak kesamaannya.
f Concept learning (belajar konsep)
Belajar pengertian dengan berdasarkan kesamaan ciri ciri dari
sekumpulan setimulus dan objek ebjeknya, dengan membentuk sutu
pengertian atau konsep, kondisi utama yang diperlukan adalah menguasai
kemahiran duskriminasi dan proses kognitif fundamental sebelumnya.
Dengan menguasai konsep, maka dapat menggolongkan dunia sekitarnya
menurut konsep itu.
a. Rule learning (belajar aturan)
Belajar aturan adalah tipe belajar yang benyak terdapat dalam
pelajaran di sekolah. Banyak aturan yang perlu diketahui oleh setiap
orang yang terdidik. Aturan ini terdapat dalam tiap mata pelajaran.
Mengenal aturan tampa memahaminya akan merupakan “verbal chain
saja ini hanya menunjukan cara belajar yang salah.
Kondisi yang memungkinkan terjadinya proses belajar seperti ini,
disarankan:
a. Kepada anak didik diberitahukan bentuk perfomance yang
diharapkan, kalau yang bersangkutan telah menjalani proses
belajar.
b. Kepada anak didik diberikan sejumlah pertanyaan yang
merangsang, mengingatkannya (recall) terhadap konsep konsep
yang telah dipelajari dimilikinya untuk mengungkapkan
perbendaharaan pengetahuannya.

33
c. Kepada anak didik diberikan kata kunci yang menyarankan anak
didik kearah pembentukan kaidah tertentu yang diharapkan.
d. Diberikan kesempatan kepada anak didik untuk mengeksperesikan
dan menyatakan kaidah tersebut dengan kata katanya sendiri.
e. Kepada anak didik diberikan kesempatan selanjutnya untuk
menyusun rumusan “rule” tersebut dalam bentuk statement formal.
b. Problem solving (pemecahan masalah)
Problem solving adalah belajar memcahkan masalah. Pada tingkat ini
anak didik belajar merumuskan masalah, memberikan respons terhadap
rangsangan yang menggambarkan atau membangkitkan siruasi
problematik, yang menggunakan berbagai kaidah yang telah dikuasainya.
Meurut John Dewej belajar memecahkan masalah itu berlangsung
sebagai berikut: individu menyadari masalah apabila ia dihadapkan
kepada situasi kekaburan sehingga merasakan adanya semacam
kesulitan.
Langkah langkah yang memecahkan masakah, adalah sebagai
berikut:
1. Merumuskan dan menegaskan masalah.
2. Mencari fakta pendukung dan merumuskan hipotesis.
3. Mengevalusi elternatif pemecahan yang dikembangkan.
4. Mengadakan pengujian atau verifikasi.
Dengan demikian proses belajar yang tertinggi ini hanya mungkin
dapat berlangsung dalau proses proses belajar fundamental lainnya telah
dimiliki dan dikuasai, menurut kondisi lain yang diperlukan adalah bahwa
kepada anak didik hendaknya:
1. Diberikan stimulus yang dapat meimbulkan situasi bermasalah
dalam diri anak didik.
2. Diberikan kesempatan untuk memilih dan berlatih merumuskan dan
mencari alternatif pemecahannya.
3. Diberikan kesempatan untuk berlatih dan mengalami sendiri
melaksanakan pemecahan dan pembuktiannya.

34
Dengan proses pengidentifikasi entering behavior seperti dijelaskan
dalam uraian terdahulu, guru akan dapat mengidentifikasi pada tahap
belajar atau tipe belajar yang telah dijalaninya. Atas dasar itu guru dapat
memilih elternatif strategi pengorganisasiannya bahan dan kegiatan
belajar mengajar.
 Memilih sistem belajar mengajar
Para ahli teori belajar telah mencoba mengembangkan berbagai
pendekatan atau sistem pelajaran atau proses belajar mengajar. Berbagi
sistem pengajaran yang menarik perhatian akhir akhir ini adalah:
a. Enquiry discovery learning
Belajar mencari dan menemukan sendiri. Dalam sistem belajar ini guru
menyajikan bahan pelajaran tidak dalam bentuk yang final, tetapi anak
didik diberi peluang untuk mencari dan menemukannya sendiri dengan
menggunakan teknik pendekatan pemecahan masalah yang secara garis
besar prosedurnya adalah:
1. Simulation, guru mulai bertanya dengan mengajukan persoalan
atau menyuruh anak ddik membaca atau mendengarkan uraian
yang memuar permasalahan.
2. Problem statement, anak didik diberikan kesempatan
mengidentifikasi berbagai permasalahan.
3. Data collection, untuk menjawab pertanyaan atau membuktikan
benar tidaknya hipotesis ini.
4. Data processing, semua informasi hasil bacaan, wawancara,
observasi, dan lainnya, semua diolah, diacak, diklasifikasikan,
ditabulasi, bahkan bila perlu dihitung dengan cara tertentu serta
ditafsirkan pada tingkat kepercayaan tertentu.
5. Verification atau pembuktian, berdasarkan hasil data processing
apakah terjawab atau tidak, apakah terbukti atau tidak.
6. Generalization, tahap selanjutnya berdasarkan hasil verifikasi tadi,
anak didik belajar menarik kesimpulan atau generalisasi tertentu.

35
Sistem belajar yang dikembangkan bruner ini meggunakan landasan
pemikiran pendekatan belajar mengajar. Hasil belajar dengan cara ini
lebih mudah dihafal dan diingat medah ditransfer untuk memecahkan
masalah. Kelemahannya adalah memakan waktu yang cukup banyak, dan
kalau kurang terpimpin dan kurang terarah dapat menjurus kepada
kekacauan dan kekaburan atas materi yang dipelajari.
b. Ekspository learning
Dalam sistem ini guru telah menyiapkan dalam bentuk yang telah
dipersiapkan secara rapi, sistematis, dan lengkap, sehingga anak didik
tinggal menyimak dan mencernanya saja secara tertip dan teratur secara
garis besar prosedurnya adalah:
1. Preparasi, guru mempersiapkan bahan selengkapnya secara
sistematis dan rapi.
2. Apersepsi, guru bertanay atau memberikan uraian singkat untuk
mengarahkan perhatian anak didik kepada materi yang akan
diajarkan.
3. Presentasi, guru menyajikan bahan dengan cara memberikan
ceramah atau menyuruh membaca bahan yang telah disiapkan dari
buku teks tertentu atau ditulis guru sendiri.
4. Resitasi, guru bertanya dan anak didik menjawab sesuai dengan
bahan yang dipelajari atau anak didik disuruh menyatakan kembali
apa yang telah dipelajari.
c. Mastery learning
Menurut carol, setiap anak didik akan mampu menguasai bahan kalau
diberikan waktu atau kesempatan yang cukup untuk mempelajarinya,
sesuai kapasitas masingmasing anak didik. Dengan demikian, taraf atau
tingkatan belajar itu pada dasarnya itu merupakan fungsi dari proposi
waktu yang disediakan untuk belajar (time allowed for learning), dengan
waktu yang diperlukan untuk belajar (time needed for learning) oleh setiap
anak didik.

36
Calor tidak menyangkal bahwa ada faktor dominan lain yang
berpengaruh terhadap tahaf penguasaan belajar itu, yaitu antara kualitas
pengajaran (the quality of instruction) dengan taraf kemampuan anak didik
untuk memahami pelajaran itu (the studen`s ability to understand the
instruction).
d. Humanistic education
Dalam kenyatatan tidak bisa disangkal bahwa kemampuan dasar
kecerdasan para siswa sangat bervariasi secara individual. Karena itu
muncul teori belajar yang menitikberatkan upaya untuk membantu siswa
agar sanggup mencapai perwujudan dirinya atau selfrealization sesuai
dengan kemampuan dasar dan keunikan yang dimilikinya. Cara
pendekatan yang masih bersifat enquiry discovery based approaches.
Taraf akhir dari proses belajar mengajar menurut pandangan ini adalah
self actualization septimal mungkin dari setiap anak didik.
 Pengorganisasian kelompok bealajar
Memperhatikan berbagai cara pendekatan atau sistem belajar
mengajar seperti diuraikan sebelumnya, disarankan pengorganisasian
kelompok belajar anak didik sebagai berikut:
1. N 1. Pada situasi yang ekstrem, kelompok belajar itu mungkin
hanya seorang. Untuk peserta yang hanya seorang, metode yang
sesuai mungkin konsep belajar mengajar tutorial, pengajaran
berprogram, studi individual (independent study).
2. N 2-20. Untuk kelompok kecil sekitar dua sampai dua puluh orang,
metode metode belajarnya bisa diskusi atau seminar.
Menggunakan metode klasikal (class room teaching). Tekniknya
mungkin bervariasi sesuai kemampuan guru dan pengolahannya.
N lebih dari empat puluh orang. Kalau kelompok belajar melebihi empat
puluh orang, pesertanya digabung, biasanya disebut audience. Metode
belajarnya adalah kuliah atau ceramah.
Implementasi belajar mengajar

37
Proses belajar mengajar adalah suatu aspek dari lingkungan
sekolah yang diorganisasi. Lingkungan ini diatur serta diawasi agar
kegiatan belejar terarah sesuai dengan tujuan pendidikan. Pengawasan
itu turut menentukan lingkungan itu membantu pelajar. Salah satu faktor
yang mendukung kondisi belajar di dalam suatu kelas adalah job
desciption proses belajar mengajar yang dilakukan oleh kelompok-
kelompok siswa. Sehubungan dengan hal ini, job description guru dalam
implementasi proses belajar mengajar adalah:
1. Perencanaan instruksional, yaitu alat atau media untuk
mengarahkan kegiatan-kegiatan organisasi belajar.
2. Organisasi belajar yang merupakan usaha menciptakan wadah dan
fasilitas-fasilitas atau lingkungan yang sesuai dengan kebutuhan
yang mengandung kemungkinan terciptanya proses belajar
mengajar.
3. Menggerakkan anak didik yang merupakan usaha memancing,
membangkitkan dan mengarahkan motivasi belajar siswa.
Penggerak atau motivasi di sini pada dasarnya mempunyai makna
lebih dan pemerintah, mengarahkan, mengaktualkan, dan
memimpin
4. Supervisi dan pengawasan, yakni usaha mengawasi, menunjang
membantu, menugaskan, dan mengarahkan kegiatan belajar
mengajar sesuai dengan perencanaan instruksional yang telah di
desain sebelumnya.
5. Penelitian yang lebih bersifat penafsiran (assessment) yang
mengandung pengertian yang lebih luas dibanding dengan
pengukuran atau evaluasi pendidikan.

38
BAB III PENUTUP

Kesimpulan
Strategi pembelajaran merupakan suatu cara yang digunakan
pendidik untuk menjadi seorang pendidik yang profesional dengan
didasari konsep konsep pengembangan diri. Pendidik profesional harus
mempunyai pemahaman dalam melakukan pembelajaran yang didasari
wawasan landasan pendidikan dan disesuaikan oleh faktor perkembangan
pendidik (siswa).

Saran

Dengan pembuatan makalah ini, semoga pembaca dapat lebih memahami


tentang konsep pengembangan diri dan strategi pembelajaran.

39
DAFTAR PUSTAKA
Djamarah Syaiful Bahri, 2010, Strategi BELAJAR MENGAJAR, PT Asdi
Mahasatya.

Rahman Muhammad dan Amri Sofan, 2013, STRATEGI & DESAIN


PENGEMBANGAN SISTEM PEMBELAJARAN, PRESTASI PUSTAKA.

Sadiman, 2011, MEDIA PEMDIDIKAN, Rajawali Pers.

Sagala Syaiful. 2014, KONSEP dan MAKNA PEMBELAJARAN,


ALFABETA, cv.

Saragih Kiras, 2011, USAHA KONGRET GURU PROFESIONAL, Dinas


Pendidikan Provinsi Banten.

40

Anda mungkin juga menyukai