PERILAKU ORGANISASI
OLEH :
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya.
Serta nikmat kesehatan dan kesempatan sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini pada mata kuliah manajemen komunikasi dan organisasi. Kemudian
sholawat serta salam saya sampaikan kepada Nabi Muhammad SAW beserta
keluaga, sahabat, dan para pengikut beliau hingga yaumil akhir, dan semoga kita
termasuk dari golongan yang kelak mendapatkan syafaatnya.
Kami berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi kami dan mahasiswa lainnya,
serta membantu dalam proses belajar mengajar. Kami menyadari bahwa terdapat
kekurangan pada penulisan makalah ini, maka saya meminta saran dan kritik dari
para pembaca untuk kesempurnaan makalah ini.
Kelompok 8
i
DAFTAR ISI
B. Rumusan Masalah................................................................................. iv
PEMBAHASAN .................................................................................................. 1
PENUTUP ......................................................................................................... 27
A. Kesimpulan.......................................................................................... 27
B. Saran ................................................................................................... 28
ii
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
iii
Penilaian prestasi kerja karyawan merupakan kegiatan manajer
untuk mengevaluasi perilaku prestasi karyawan serta menetapkan kebijakan
selanjutnya.Tindak lanjut penilaian ini memungkinkan karyawan
dipromosikan, dikembangkan, atau balas jasa yang dinaikkan. Hasil dari
kualitas prestasi kerja yang maksimal tidak dapat dilepaskan oleh hasil yang
dibangun oleh pihak manajemen perusahaan karena tidak mungkin suatu
prestasi kerja yang bagus itu bisa diperoleh tanpa ada penanganan serius dan
mendalam dari pihak manajemen perusahaan. Penilaian prestasi kerja tidak
dapat dipisahkan dengan kebijakan perusahaan di bidang personalia.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
iv
PEMBAHASAN
a. Definisi Prilaku
Menurut Wikipedia, perilaku adalah tindakan atau gerakan bahasa
tubuh yang dilakukan oleh individu, organism, system dalam hubungan
mereka dengan lingkungannya yang melibatkan system lain dan organism
disekitar mereka. Definisi lain menjelaskan bahwa perilaku adalah tingkah
laku, cara mengekspresikan tingkah laku manusia, dan merupakan hasil
gabungan dari anatomi, perkembangan fisik dan psikologis. Pola tingkah
laku setiap orang bisa saja berbeda, namun proses terjadinya sangat
menentukan bagi semua individu, yaitu terjadi karena disebabkan oleh
sasaran, digerakkan dan ditampilkan kepada sasaran. Perilaku dipengaruhi
sikap seseorang pada tujuannya dan ekspektasi dari lingkungan sosial
1
Tiur Rajagukguk, “Pengaruh Perilaku Organisasi Terhadap Prestasi Karyawan”, Jurnal Ilmiah
Methonomi Vol. 3 No. 2 (2017)
1
perilaku, norma subjektif, dan kemampuannya untuk melakukan perilaku,
yaitu penilaian diri atas perilaku tersebut.
Pada dasarnya, wujud tingkah laku dapat dilihat dari sikap, tingkah
laku, pengetahuan dan motivasi. Bloom membagi perilaku menjadi tiga
jenis, yaitu perilaku kognitif, perilaku afektif, dan gerakan mental.
Sedangkan para ahli lainnya menyebutnya menjadi pengetahuan, sikap, dan
perilaku.2 Dari perspektif respon terhadap rangsangan, perilaku dibedakan
menjadi dua jenis, yaitu
1. Perilaku Tertutup
Tanggapan seseorang terhadap bentuk rangsangan yang tertutup atau
rahasia. Respon atau reaksi terhadap stimulus ini masih sebatas
perhatian, persepsi, pengetahuan/ kesadaran, dan lain-lain belum dapat
secara jelas mengamati sikap yang terjadi
2. Perilaku Terbuka
Respon seseorang terhadap rangsangan, baik berupa perilaku nyata
maupun terbuka. Respon terhadap stimulus tersebut terlihat jelas dalam
bentuk tindakan atau latihan.
b. Definisi Organisasi
Suatu organisasi adalah suatu sistem yang terdiri dari dua orang atau
lebih yang berpartisipasi untuk mencapai tujuan bersama. Menurut Robbin,
organisasi adalah sekelompok orang yang bekerja sama untuk mencapai
tujuan bersama secara berkelanjutan di unit sosial, seperti perusahaan
manufaktur dan layanan, sekolah, rumah sakit, unit militer, departemen
kepolisian, organisasi sukarelawan, pemerintah lokal, provinsi, dan federal
agensi. Secara singkat, organisasi adalah sekumpulan orang yang bekerja
sama dalam pembagian kerja untuk mencapai tujuan bersama dalam
pembagian kerja untuk mencapai tujuan bersama. Organisasi dibatasi oleh
sistem interaksi sosial terstruktur yang menunjukkan hubungan otoritas,
sistem komunikasi, dan penggunaan insentif. Mereka biasanya memiliki
2
Andi Indahwaty Sidin, “Perilaku Organisasi”, (Malang : Literasi Nusantara, 2021) Hal. 1-3
2
beberapa bentuk hierarki, curam atau dangkal. Organisasi tersebut
memiliki status hukum formal dan diakui oleh pemerintah negara bagian
dan federal. Contoh organisasi termasuk bisnis, rumah sakit, universitas,
toko ritel, dan penjara.
Seorang psikolog keorganisasian Edgar H. Schein dalam bukunya
Organizational Culture and Leadership (2010), berpendapat bahwa
organisasi memiliki empat macam ciri atau karakteristik sebagai berikut.
1. Koordinasi Upaya
Para individu yang bekerja sama dan mengoordinasi upaya mental
atau fisiknya dapat mencapai banyak hal yang hebat dan menakjubkan.
Contohnya piramida-piramida di Mesir, tembok besar di RRC.
Koordinasi upaya memperbesar kontribusi–kontribusi individual.
2. Tujuan Umum Bersama
Koordinasi upaya tidak mungkin terjadi, kecuali apabila pihak yang
telah bersatu, mencapai persetujuan untuk berupaya mencapai sesuatu
yang merupakan kepentingan bersama. Sebuah tujuan umum bersama
memberikan anggota organisasi sebuah rangsangan untuk bertindak.
3. Pembagian Kerja
Adanya pembagian tugas kompleks menjadi pekerjanpekerjaan yang
terspesialisasi dan terstruktur, maka suatu organisasi dapat
memanfaatkan sumber-sumber daya manusianya secara efisien.
Pembagian kerja memungkinkan para anggota-anggota organisasi
menjadi lebih terampil dan mampu karena tugas-tugas terspesialisasi
dilaksanakan berulang-ulang.
4. Hierarki otoritas
Pencapaian tujuan secara kolektif formal dapat dilakukan dengan
memberikan otoritas kepada seseorang yang telah dipilih untuk
melaksanakan suatu kegiatan. Tujuannya agar hasil yang ingin dicapai
dapat terlaksanakan secara efektif dan efisien.
Mengingat tujuan dan tugasnya, organisasi akan mencari strategi
untuk mencapai tujuan tersebut. Semua organisasi membutuhkan strategi yang
3
baik. Tetapi strategi saja tidak menjamin kesuksesan. Hanya pemilihan dan
implementasi strategi yang tepat yang dapat mencapai kinerja tinggi yang
berkelanjutan. Dalam implementasinya pemahaman tentang perilaku
organisasi sangatlah penting. Bagaimanapun, banyak hal terjadi dalam
organisasi karena pekerjaan individu dan tim membuat sesuatu terjadi. Seperti
yang diperlihatkan oleh sub judul bab ini, orang-orang membuat perbedaan.
Dengan pemahaman tentang dinamika perilaku manusia dalam organisasi,
manajer sepenuhnya siap untuk memobilisasi sumber daya manusia dan
menggunakan berbagai talenta untuk menerapkan strategi terbaik guna
mencapai misi dan tujuan organisasi.
Perilaku organisasi dan teori organisasi adalah dua disiplin ilmu
yang berspesialisasi dalam ilmu sosial dan perilaku organisasi. Perilaku
organisasi berfokus pada perilaku, sikap dan kinerja orang-orang dalam
organisasi. Teori organisasi berfokus pada desain dan struktur organisasi.
3
Ibid. Hal. 8-11
4
1. Perilaku
Karakteristik pertama dari mempelajari perilaku organisasi adalah
perilaku. Fokus perilaku organisasi adalah perilaku individu di dalam
organisasi. Untuk dapat memahami perilaku organisasi, seseorang harus
dapat memahami perilaku individu dalam organisasi tersebut. Tujuan
utama mempelajari perilaku organisasi adalah untuk dapat memahami dan
menjelaskan peristiwa yang terjadi dalam organisasi. Oleh karena itu, kita
dapat mengembangkan cara berfikir tentang kejadian di lingkungan
organisasi. Tidaklah cukup memahami perilaku yang terjadi di dalam
organisasi, karena harus memprediksi peristiwa tersebut.
Setelah memahami perilaku-perilaku yang terjadi dalam organisasi,
maka tujuan kedua mempelajari perilaku organisasi adalah, kita harus
mampu untuk meramalkan dan menjelaskan kejadian-kejadian yang terjadi
dalam organisasi. Jika kita menjumpai pola kejadian yang berulang-ulang
dalam organisasi, kita tentu ingin mengidentifikasi kekuatan-kekuatan dan
faktor-faktor kelemahan yang menyebabkan faktor tertentu terjadi. Hal ini
penting karena dengan demikian kita akan dapat meramalkan apa yang
akan terjadi dikemudian hari jika kondisi yang sama muncul, sehingga
membuat lingkungan kita menjadi lebih stabil.
Selain itu, tujuan terpenting ketiga dari mempelajari perilaku
organisasi adalah untuk mengontrol perilaku dalam organisasi. Jika
manajer/pimpinan organisasi dapat memahami dan menjelaskan dengan
cermat perilaku yang terjadi dalam organisasi, maka ia akan mampu
menciptakan situasi yang menghasilkan perilaku yang diinginkan dan
mengurangi perilaku buruk. Saat ini, kemampuan kita untuk mengontrol
etika dan perilaku organisasi merupakan masalah penting.
2. Struktur
Karakteristik kedua dari mempelajari perilaku organisasi adalah
struktur organisasi dan kelompok. Struktur tersebut berkaitan dengan
hubungan permanen dalam organisasi, cara desain pekerjaan dalam
organisasi, dan cara pengaturan pekerjaan dalam organisasi. Struktur
5
organisasi memiliki pengaruh yang besar terhadap perilaku organisasi atau
personelnya dan efektivitas organisasi.
3. Proses
Ciri ketiga dari perilaku organisasi adalah proses organisasi. Proses
organisasi berkaitan dengan interaksi antar anggota organisasi. Proses
organisasi meliputi komunikasi, kepemimpinan, proses pengambilan
keputusan dan kekuasaan. Salah satu pertimbangan utama dalam
merancang struktur organisasi yang efektif adalah agar proses tersebut
dapat dijalankan secara efisien.
6
berkomitmen adalah bahwa mereka kurang tahan terhadap perubahan ketika
organisasi perlu melakukan perubahan. 4
Seperti telah dijelaskan pada Kegiatan Belajar sebelumnya, ketika
seseorang mendirikan sebuah organisasi, tujuan akhirnya bukanlah sekadar
berdirinya organisasi tersebut melainkan agar ia bisa mencapai tujuan lain lebih
efisien dan efektif. Di sisi yang lain karena organisasi terdiri dari sekelompok
orang di mana tidak semua orang yang terlibat di dalam organisasi tersebut ikut
mendirikannya (atau dengan kata lain, mereka semata-mata hanya sebagai
anggota/karyawan), bisa jadi keterlibatan mereka mempunyai alasan dan
tujuan tersendiri, yang berbeda dengan alasan didirikannya organisasi. Adanya
perbedaan kepentingan yang terjadi di dalam organisasi, antara kepentingan
para pendiri/pemilik organisasi dengan kepentingan para anggota organisasi,
merupakan salah satu alasan – kalau tidak bisa dikatakan sebagai alasan utama
mengapa kita mempelajari perilaku organisasi. Alasan lain, seperti telah
diungkap dalam penjelasan tentang metafora gunung es adalah untuk menutup
kelemahan ilmu manajemen yang cenderung lebih menitikberatkan
perhatiannya pada aspek formal organisasi namun mengabaikan aspek
informal. Kalaulah dalam ilmu manajemen juga dikenal manajemen sumber
daya manusia tetap saja orientasinya lebih bersifat formal. Dalam hal ini,
manusia seolah-olah hanya bagian dari sistem organisasi yang selalu taat
dengan ketentuan manajemen. Padahal dalam kenyataannya, terlepas bahwa
manusia bisa menjadi subjek maupun objek organisasi, setiap individu pasti
punya kepentingan yang berbeda. Di sinilah studi perilaku organisasi
memainkan peranannya.
Dalam kegiatan sebuah organisasi, perbedaan kepentingan tersebut
tidak bisa dihilangkan begitu saja. Menghilangkan kepentingan salah satu
pihak justru bisa mengganggu jalannya organisasi dan salah satu atau bahkan
kedua belah pihak pasti menjadi korbannya. Sebagai contoh, apabila
kepentingan pemilik organisasi terganggu atau dihilangkan (ditandai dengan
4
Ibid. Hal. 11-12
7
buruknya kinerja organisasi) dan akhirnya tujuan pendirian organisasi tidak
tercapai, misalnya karena karyawan hanya sekadar memperkaya diri dan hanya
menjadi penumpang gratis (free riders), bukan tidak mungkin, cepat atau
lambat, organisasi tersebut akan mengalami kebangkrutan. Jika organisasi
harus menghentikan kegiatannya dan tidak bisa beroperasi lagi karena bangkrut
maka yang rugi bukan hanya pemilik organisasi, tetapi para karyawan juga bisa
kehilangan kesempatan memperoleh penghasilan, menjaga status sosialnya
atau mendapatkan promosi jabatan.
Sebaliknya, apabila para pemilik organisasi hanya sekadar
mementingkan tujuannya dengan mengabaikan kepentingan para karyawan
(ditandai dengan menurunnya ketidakpuasan karyawan), misalnya karena
organisasi terlalu otoriter terhadap mereka atau reward sistemnya terlalu
rendah dibandingkan dengan organisasi sejenis maka dampak yang paling
sederhana adalah rendahnya tingkat motivasi karyawan. Untuk dampak yang
lebih luas, misalnya karyawan enggan berpartisipasi, tidak mempunyai rasa
memiliki terhadap organisasi, tidak memberi kontribusi bagaimana seharusnya
organisasi berbuat untuk masa depannya dan ujung-ujungnya terjadilah
kekeringan organisasi (organizational drift) . Semua itu secara keseluruhan bisa
mengakibatkan organisasi tidak optimal atau bahkan gagal dalam mencapai
tujuan-tujuannya.
Dengan demikian, tujuan mempelajari studi perilaku keorganisasian
adalah agar kita, khususnya para manajer yang diberi mandat para pemilik
organisasi, bisa mendeskripsikan, menjelaskan dan memprediksi, dan
mengendalikan perilaku manusia di dalam organisasi sehingga tujuan
didirikannya organisasi dan tujuan orang-orang yang terlibat di dalamnya bisa
tercapai secara optimal.
1. Mendeskripsikan Perilaku Manusia
Tujuan pertama mempelajari studi perilaku keorganisasian adalah
agar kita bisa mengenali, mendiagnosis, dan menjelaskan kejadian-
kejadian, yang secara teratur dan prediktabel terjadi dalam sebuah
organisasi. Mengenali kejadian seperti ini sangat bermanfaat bagi para
8
manajer, sebab bisa digunakan untuk mengidentifikasi masalah,
menjelaskan apa yang sedang terjadi dalam sebuah organisasi dan
menjelaskan apa yang seharusnya dilakukan para manajer. Sebagai contoh,
katakanlah sebuah organisasi membentuk komite gabungan yang anggota-
anggotanya terdiri dari kelompok pria dan wanita dan keduanya
mempunyai kedudukan yang sama. Namun, apabila usulan-usulan dari
anggota wanita, usulan yang brilian sekalipun, selalu ditolak dan diabaikan
anggota pria maka bisa diidentifikasikan dan dijelaskan apa sesungguhnya
yang sedang terjadi di dalam organisasi tersebut. Bisa jadi penolakan
tersebut karena adanya bias gender atau adanya ketidaksetaraan dalam
memperlakukan karyawan.
Demikian juga, apabila kita mendapati bahwa sebuah kegiatan
ternyata lebih produktif jika dikerjakan secara berkelompok ketimbang
dikerjakan secara individual maka dari hasil pengamatan tersebut kita bisa
mengatakan bahwa mendorong karyawan bersaing dengan sesama teman
kerja merupakan upaya yang sia-sia. Sebaliknya, mendorong mereka
bekerja sama, dalam sebuah tim kerja, justru bisa meningkatkan kinerja
organisasi. Contoh-contoh ini sekali lagi mengindikasikan bahwa
mendeskripsikan apa yang sedang terjadi dalam organisasi sekaligus bisa
digunakan untuk mengidentifikasi masalah dan menjelaskan perilaku
manusianya. Dengan demikian, para manajer bisa mengambil tindakan
perbaikan yang diperlukan.
2. Menjelaskan dan Memprediksi Perilaku Manusia
Tujuan kedua mempelajari perilaku keorganisasian adalah untuk
menjelaskan apa yang sedang terjadi dalam organisasi dan apa
kemungkinan dan akibatnya di masa datang. Jadi, tujuan kedua ini adalah
untuk memprediksi masa depan organisasi dengan menggunakan kejadian
masa kini sebagai prediktornya. Sebagaimana kita ketahui, organisasi
umumnya didirikan bukan untuk jangka pendek melainkan untuk jangka
panjang bahkan kalau mungkin, untuk waktu yang tidak terbatas. Oleh
karenanya, dalam kehidupan organisasi tersebut pasti terjadi suatu pola
9
aktivitas yang sifatnya ajeg. Artinya, pola yang sama juga bisa terjadi dan
akan berlanjut di masa datang.
Dengan demikian, tujuan mempelajari perilaku organisasi bukan
sekadar memahami dan menjelaskan apa yang sedang terjadi pada saat ini,
tetapi juga bisa mengidentifikasikan faktor-faktor yang menyebabkan
mengapa pola aktivitas tersebut berjalan ajeg. Bagi para manajer,
pemahaman seperti ini dirasa sangat penting sebab dengan memahami apa
yang sedang terjadi bisa digunakan untuk mengantisipasi dan memprediksi
hal-hal yang sama yang mungkin terjadi di masa datang. Demikian pula
dengan mengacu pada pola kejadian sebelumnya, kita bisa mengambil
keputusan-keputusan penting yang berguna bagi organisasi di masa
mendatang sehingga jalannya organisasi bisa semakin stabil dan organisasi
bisa hidup lebih lama. Sebagai contoh, apabila kita terus-menerus
memotivasi karyawan dengan uang sebagai alat pemicunya maka bisa
dipastikan bahwa tanpa pemicu uang, di masa datang karyawan tidak akan
mau berpartisipasi dalam meningkatkan kinerja organisasi.
3. Mengendalikan Perilaku Manusia
Tujuan ketiga adalah mengendalikan perilaku manusia di dalam
organisasi. Harus kita sadari bahwa tidak semua perilaku manusia di dalam
organisasi selaras dan cocok dengan kepentingan organisasi mengingat
berkumpulnya beberapa orang di dalam organisasi berasal dari beberapa
latar belakang keluarga, pendidikan dan karakter yang berbeda. Di samping
itu, mereka juga mempunyai kepentingan yang berbeda. Oleh karenanya
perilaku manusia di dalam organisasi harus dikendalikan dengan
pengertian perilaku yang disfungsional harus dihindarkan dan sebaliknya
perilaku yang diharapkan perlu didorong dan ditumbuh kembangkan dalam
rangka meningkatkan kinerja organisasi.
Mengendalikan perilaku manusia bukan merupakan sesuatu yang
tidak mungkin mengingat bidang studi ini mempunyai berbagai macam
teknik dan bermacam-macam cara untuk melakukan intervensi terhadap
perilaku manusia. Demikian juga mengendalikan perilaku manusia bukan
10
sekadar mengawasi atau mengarahkannya, tetapi sekaligus jika diperlukan,
merubahnya manakala perilaku tersebut disfungsional. Sebagai contoh,
seorang karyawan yang biasa bekerja mandiri tentunya sangat baik bagi
pengembangan karier dirinya. Perilaku semacam ini juga memberi
kontribusi positif dalam pencapaian tujuan organisasi. Itu sebabnya dalam
batas-batas tertentu, perilaku ini juga sangat diharapkan dan mendapat
dukungan dari organisasi. Namun, apabila kebiasaan kerja mandiri
kemudian mengakibatkan orang tersebut enggan membantu orang lain
yang sedang menghadapi kesulitan dalam bekerja (karena orang yang biasa
kerja mandiri umumnya mengharapkan orang lain juga bekerja mandiri)
maka perilaku tersebut bisa dianggap disfungsional dan harus diubah atau
paling tidak harus dikendalikan. Lebih-lebih, perilaku semacam ini
semakin tidak pas jika organisasi tempat mereka bekerja sangat
menjunjung nilai-nilai kebersamaan (collectivism) bukan nilai-nilai
individualisme.
5
Mulyadi, D. Perilaku Organisasi dan Kepemimpinan Pelayanan. (Bandung: Penerbit Alfabeta,
2015)
11
Peningkatan kepuasan kerja mempengaruhi prilaku individu dalam
organisasi. Kepuasan kerja suatu individu dipengaruhi oleh hak-hak yang
mereka dapatkan atas pekerjaan yang telah dilaksanakan.
2. Pengurangan kealpaan
Tindakan tidak masuk kerja yang dilakukan oleh individu terhadap
organisasi atau perusahaan berpengaruh negatif terhadap efektifitas dan
efisiensi kerja suatu organisasi
3. Penurunan Turn over
Turn Over yang dimaksud disini adalah pengunduran diri para
pekerja atau anggota dalam sebuah organisasi atau perusahaan. Yang
berpengaruh terhadap perilaku organisasi/perusahaan tersebut.
4. Peningkatan Produktifitas
Suatu organisasi dinyatakan produktif jika mampu mencapai
tujuannya dengan baik dan sesuai dengan target yang telah dilaksanakan.
Baik target waktu, biaya dan hasil. Produktifitas dalam organisasi ini dapat
mempengaruhi perilaku organisasi dimana produktifitas itu berkaitan
dengan efisiensi dan efektifitas kinerja suatu organisasi atau perusahaan.
12
Grenberg dan Baron mengemukakan organisasi yaitu suatu sistem
sosial yang tersusun (Terstruktur) terdiri dari kelompok serta individu yang
saling bekerja sama dengan tujuan meraih sasaran yang disepakati bersama.
Organisasi menurut pendapat Gibson, Ivancevich, Donelly yaitu sebagai suatu
wujud tindakan yang memungkinkan masyarakat bisa mendapatkan apa yang
tidak dapat dicapai oleh individu yang bertindak sendiri. Seperti halnya dengan
organisasi, pendapat di antara berbagai pakar tentang perilaku organisasi
sangat banyak ragamnya. Selanjutnya yang berpendapat bahawa perilaku
organisasi adalah suatu yang menyelidiki dampak perilaku dari suatu individu,
kelompok dan urutan (struktur) dalam organisasi, dengan tujuan menerapkan
pengetahuan yang didapat dalam upaya untuk memperbaiki efektivitas
jalannya suatu organisasi.
13
4. Perilaku organisasi berkaitan pada kinerja, tujuan dari organisasi adalah
meningkatkan produktivitas, yang nnatinya berkaitan dengan upaya
bagaimana perilaku organisasi dapat mencapai tujuan tersebut.
5. Lingkungan diluar organisasi sangat berpengaruh terhadap perilaku
organisasi
6. Untuk mempelajari perilaku organisasi, kita perlu menggunakan metode
ilmiah, karena perilaku organisasi ini sangat tergantung dari disiplin ilmu
yang meliputinya.
6
Danang. Teori, Kuisioner,dan Proses Aalisis Data Perilaku Organisasi. (Jakarta: Center Academic
Publishing Cervice.2013)
14
ataupun seorang yang ada didalam organisasi sangat berpengaruh terhadap
perkembangan dan kemajuan suatu organisasi, seperti persamaan regresi linier
dapat ditulis sebagai berikut: Y 27,451_ 0,196X _H . Dari persamaan tersebut,
dapat diartikan bahwa jika terjadi perubahan pada perilaku individu sebesar 1%
maka kinerja pegawai juga akan mengalami perubahan sebesar 19,6%
7
Arifin, Tohir. Perilaku Organisasi, (Yogyakarta: Deepublish. 2014)
15
Lingkungan (tempat organisasi beroperasi): Mempengaruhi sikap
orang-orang, Mempengaruhi kondisi kerja, Menimbulkan persaingan utk
memperoleh sumber daya dan kekuasaan. Lingkungan luar perlu
dipertimbangkan menelaah perilaku orang dalam organisasi, Lingkungan,
tempat beroperasinya organisasi. Organisasi tidak terdiri sendiri. Organisasi
terdiri dari bagian sistem yang besar dan terdapat banyak unsur yang saling
berkaitan didalamnya seperti pemerintah, keluarga dan organisasi lainnya.
Semua unsur yang ada ini akan saling mempengaruhi dalam suatu sistem yang
rumit yang menjadi gaya hidup sekelompok orang. Lingkungan luar
memberikan pengaruh terhadap sikap orang-orang, mempengaruhi keadaan di
suatu lingkungan kerja dan akan menimbulkan suatu persaingan untuk bisa
menghasilkan sumber daya dan kekuasaan.
Dari berbagai unsur diatas mulai dari orang, struktur, teknologi dan
lingkungan merupaka hal yang tak bisa dipisahkan satu dengan yang lainnya
karena kesemuanya akan saling memerikan pengaruh dan saling mendukung
yang nanatinya akan memberikan dampak terhadap suatu organisasi, maju dan
mundurnya suatu organisasi tergantung bagaimana seorang pimpinan dalam
memanfaatkan unsur yang ada sebaik mungkin untuk kepentingan organisasi.
16
model yang dipakai dapat berubah sewaktu-waktu menyesuikan dengan
kondisi dan keadaan tertentu.8
Model Autokratik Model mulai dikenal selama revolusi industri
sekitar tahun 1800 sampai 1900 . model ini lebih mengutamakan kekuatan.
Manajer mempunyai kekuatan atau wewenang untuk menempatkan pegawai
pada pekerjaan sesuai kehendaknya, dan manajer berhak memberikan sanksi
jika pegawai tidak mengikuti perintahnya.. manajer memiliki kekuasaan
mutlak atas pegawai atau bawahannya. Model ini dalam prakteknya pegawai
harus diarahkan dan di dorong untuk melaksanakn pekerjaannya. Manajemen
mempunyai pandangan bahwa pegawai harus mematuhi semua peraturan yang
ditetapkan oleh pimpinan. Para pegawai di awasi secara ketat. Pada prakteknya
manajer mempunyai kekuasaan mutlak, ia bisa memecat, memanggil,
menindak lanjut pegawai sesuai keinginannya. Para kariawan karena rasa takut
bisa patuh terhadap atasan tapi belum tentu menghormati manajemen ini. Pada
dasarnya, karyawan mendapatkan gaji minimum untuk suatu pekerjaan yang
minimal. Bawahan yang punya keterampilan rendah. Seringkali kariawan yang
bekerja pada model ini karena terdesak dengan ekonomi pribadi atau
penghidupan untuk keluarganya. Kelemahan model seperti ini adalah adanya
keterbatasan manajemen, di mana seorang manajer mengatur seluruh hal secara
detail dalam perjalanan perusahaan sehari-hari. Manajer mengatur waktu serta
proses, bahkan sampai kepada hal kecil sekalipun. Permasalahan yang terdapat
dalam model ini dan mikro manajemen adalah mengakibatkan rendahnya
moral karyawan, pengambilan keputusan buruk (tak ada yang berani
membantah), dan biasanya sering terjadi penggatian pegawai. Hal tersebut,
memungkinkan timbulnya rasa kesal didalam diri kariawan sehingga bisa saja
kariawan melampiaskannya di lingkungan sosial dan keluarganya.
Penerapannya model ini bisa saja tercapai akan tetapi harus memiliki biaya
serta sumber daya manusia yang tinggi. Model ini dapat dipakai dalam situasi
8
Khairal Jailani, Perilaku Organisasi Dan Kepemimpinan Pendidikan, Jurnal Pendidikan, Agama
Dan Budaya Vol 6, No 2
17
yang sangat membutuhkan (kritis), atau diterapkan dalam pekerjaan jangka
pendek.
Model Kustodial, di akhir tahun 1800, para kariayawan menyadai,
mereka dapat dengan baik jika kebutuhan dasar mereka tercukupi, adanya rasa
aman, mempunyai mutu pekerjaan yang lebih baik, hal ini namakan
paternalisme, memberikan perlakuan kepad kariawan dengan cara
menyediakan keuntungan dan kebutuhan dasarnya dalam memberikan
perlakuan terhadap keriyawan. Pendekatan model ini tergantung pada sumber
daya ekonomi yang dimiliki, modal dan upah, untuk memotivasi karyawan
dalam bekerja. Perusahaan harus memiliki keuangan yang cukup untuk bisa
menutupi kebutuhan ini. . Pada tahun 1930, sebagian besar kariyawan
menginginkan adanya program kesejahteraan, seperti ; adanya perumahan,
asuransi kesehatan, gaji lembur, uang pensiun, dan hari liburan. Permasalahan
dari model kustodial ini adalah adanya ketergantungan perusahaan terhadap
karyawan karena keamanannya. Para pegawai suka terhadap perusaan bukan
karena perusahaannya akan tetapi karena keamanan yang didapat dari tempat
mereka bekerja sehingga mereka merasa enggan untuk keluar. Dalam model
ini para karyawan fokus untuk mendpatkan imbalan ekonomis, mereka cukup
berperan, akan tetapi kurang termotivasi dalam bekerja, mereka hanya pasif
saja. Perusahaan yang memakai pendekatan kustodial ini biasanya rendahnya
pergantian keluar dan masuk pegawai. Namun, para karyawan tidak
mengeluarkan kemampuan terbaiknya atau tidak termotivasi untuk
mengembangkan kemampuan potensi yang mereka miliki. Model kustodial
bisa dikatakan sebagai pondasi yang baik bagi organisasi atu perusahaan untuk
lebih meningkat kepada pendekatan kepada tahap berikutnya.
Model Suportif, Model suportif ini lahir dari penelitian dilakukan
pada tahun 1920 sampai 1930 . Model ini terpusat pada kepemimpinan, berupa
kekuasaan atau materi. Manajer bisa membuat situasi dan kondisi kerja yang
bisa membuat kariyawan megembangkan kariernya. Model ini menganggap
bahawa kariyawan mau bekerja dan dan kariyawan didorong dan di motivasi
untuk menggunakan kemampuan terbaiknya. Para kariyawan lebih besar
18
motivasi dalam dirinya karena adanya status atau pengakuan dan pengahargaan
yang diberikan dan lebih baik dari dua model diatas tadi. Pendekatan model
bukan materi (uang), akan tetapi bagaimana seorang manajer dalam
memberikan perlakuan terbaiknya kepada karyawan. Manajer yang suka
memberikan dukungan dan semangat membantu karyawan dalam
menyelesaikan masalah yang dihadapinya dalam menyelesaikan pekerjaan..
namun demikian, beberapa pimpinan ada yang setuju akan tetapi tidak selalu
diaplikasikann dalam kenyataannya. Model ini diaplikasikan secara luas
terutama dinegara barat. karena model ini dapat memberikan respon dan
dorongan karyawan akan kebutuhan yang kompleks. Hal seperti ini ternyata
sangat berguna bagi perusahaan produksi. Para karyawan di negara
berkembang menyadari akan hal ini dan menginginkan adanya pendekatan
yang lebih modern.
Model Kolegial, model ini diperkenalkan sejak sekitar lima puluh
tahun yang lalu. Kolegial yaitu keseluruhan sumber daya manusia bekerja
secara bersama-sama dan saling membantu dalam menyelesaikan pekerjaan.
Pada model ini, manajemen membangun rasa persaudaraan dan persahabatan
dengan para karyawan. Dengan adanya suasana dilingkungan yang mempunyai
keterbukaan dan partisipasi dari berbagai sumber daya manusia. Model
kolegial yaitu lebih menekankan pada kerja sama. Manajer sebagai orang yang
melatih untuk memberikan bantuan dalam membangun tim kerja yang lebih
baik. Para pegawai merasa bertanggung jawab antara satu sama lain agar dapat
menghasilkan kualitas pekerjaan yang lebih baik. Para pegawai memiliki rasa
disiplin terhadap diri mereka sendiri. Sebagaian besar kariyawan merasa puas
akan apa yang mereka berikan untuk perusahaan. Hal ini membawa aktualisasi
diri dan gairah yang lebih untuk bekerja. Model seperti ini biasa digunakan
dalam pekerjaan yang membutuhkan kreativitas seperti industri kreatif.
Contohnya: komunikasi, pemasaran, atau dilingkungan yang membutuhkan
pemikiran, seperti pendidikan dan perencanaan.
Model Sistem, merupakan model yang lahir pada masa kini, dalam
model ini seseorang melakukan pekerjaan mengingkin hal yang lebih bukan
19
sekedar uang akan tetapi, keamanan dalam pekerjaan, dan tim kerja. Abad
milenial ini, kariyawan ingin kepercayaan, tempat kerja yang yang
mengutamakan etika (etis), pimpinan yang perhatian serta murah hati, dan
lingkungan pekerjaan yang mengutamakan rasa persaudaraan dan saling
memiliki. Model sistem mengedepankan terhadap identifikasi perkembangan
dan memanajemen kekuatan dalam diri pegawai. Pimpinanlebih fokus untuk
membantu mengembangkan para pegawai akan harapan, rasa yang optimis,
kepercayaan diri, empati, kepercayaan, rasa dihargai, keberhasilan, keberanian,
dan kebahagiaan. Model ini pimpinan memberikanpendidikan dan
perlindungan kepada karyawan untuk membuat budaya lingkungan kerja yang
positif untuk tercapainya kesuksesan organisasi dan komitmen dan tekat dari
para karyawan.manajer dan karyawan sama-sama memiliki kecerdasan sosial,
di mana manajer sebagai seorang fasilitatornya. Model sistem ini, manajer dan
karyawan sama-sama merasa memiliki dan sama-sama diuntungkan. Setiap
orang dalam organisasi punya rasa memiliki secara psikologis terhadap
organisasi, produk-produk, dan layanannya. Setiap orang merasa memili,
bertanggung jawab, serasa seperti berada dirumah sendiri, (nyaman) Para
karyawan memili motivasi yang kuat, kebutuhan dan keinginan karyawan
terpenuhi, para pegawai mempunyai rasa gairah dan komitmen terhadap tujuan
perusahaan, tidak hanya terhadap keinginan dan kebutuhan diri sendiri.
20
lain, dan menangani tugas- tugas yang kompleks, menghubungkan mereka
sendiri satu sama lain dengan sadar, penentuan dan pencapaian yang sistematis
dari tujuan-tujuan yang saling disetujui. 9
9
Munaddhomah. “ Manajemen Perilaku Organisasi Dalam Mewujudkan Sumber Daya Manusia
Yang Kompeten”, : Jurnal Manajemen Pendidikan Islam, Vol. 1 No. 1. (2020)
21
Komunikasi yang efektif antara para pemimpin, guru, staff, dan
siswa sangat penting dalam menciptakan lingkungan belajar yang
harmonis. Komunikasi yang baik dapat membantu mengatasi konflik dan
memperkuat hubungan antar individu dalam institusi pendidikan.
4. Pemberian penghargaan dan motivasi
Pemberian penghargaan dan motivasi kepada guru dan staff pendidik
dapat meningkatkan semangat kerja mereka. Penghargaan tidak perlu
selalu berupa materi, namun juga bisa berupa pengakuan terhadap
kontribusi dan pencapaian yang telah mereka lakukan.
5. Pembinaan budaya organisasi yang baik
Pembinaan budaya organisasi yang baik dapat menciptakan
lingkungan belajar yang positif dan produktif. Budaya organisasi yang baik
dapat memberikan nilai-nilai positif kepada seluruh anggota institusi
pendidikan dan menciptakan iklim kerja yang kondusif.
22
pada tahun 1950-an timbul pendapat baru dari Likert yang menemukan empat
sistem organisasi.
10
Wayan Gede Supartha, Pengantar Perilaku Organisasi Teori , Kasus , Dan Aplikasi Penelitian,
(Denpasar Timur : CV. Setia Bakti, 2017), Hal. 13.
23
maupun pemerintahan. Kalau toh ketika itu manusia melakukan kegiatan
ekonomi, lingkupnya masih terbatas – lebih didominasi oleh sektor agraris dan
sangat sedikit yang bergerak di sektor industri. Demikian juga tujuannya hanya
sekadar memenuhi kebutuhan sehari-hari tidak untuk menciptakan pasar. Pada
kegiatan belajar ini sejarah perkembangan organisasi pada periode sebelum
revolusi industri tidak disinggung, namun bagi yang berminat bisa membaca
secara lengkap pada tulisan Daniel Wren yang banyak mengulas sejarah
perkembangan organisasi sejak masa Babilonia, Mesir Kuno, Israel, Yunani,
Cina, dan Romawi.
Selain penelitian Mayo, paling tidak ada 4 bidang studi lain yang
berkembang pada sekitar Perang Dunia Kedua yang ikut membantu kita
memahami studi perilaku organisasi. Keempat bidang studi tersebut adalah:
11
Dr. Achmad Sobirin. “Organisasi dan Perilaku Organisasi” ( Yogyakarta: UPP STIM YKPN,
2014)
24
studi kepemimpinan, teori pengambilan keputusan, teori manajemen terbuka
(open system theory) dan teori kontigensi (contingency theory).
a. Studi Kepemimpinan
Studi kepemimpinan merupakan studi yang sudah cukup tua. Meski
demikian intensitas penelitian terhadap bidang kajian ini mulai intensif
setelah Amerika mengalami depresi ekonomi pada awal tahun 1930-an.
Pada mulanya kajian terhadap studi kepemimpinan lebih menekankan pada
kaitan antara kepemimpinan dengan kepribadian dan karakter seseorang.
Namun, memasuki tahun 1940-an, pemahaman terhadap konsep
kepemimpinan mulai bergeser. Pemimpin yang berhasil bukan semata-
mata karena kepribadian dan karakter yang dimiliki seseorang, tetapi juga
karena hubungan baik antarindividu dengan posisi seseorang di dalam
organisasi.
b. Teori pengambilan keputusan
Menjelang Perang Dunia Kedua, bidang studi organisasi mulai
menerapkan teknik matematik dan statistik sebagai dasar untuk
pengambilan keputusan manajemen. Teori sampling, teori antrian, analisis
pulang pokok, dan desain eksperimen adalah sebagian dari teori
pengambilan keputusan yang mulai banyak dikembangkan dan diterapkan
pada studi organisasi dan manajemen pada periode tersebut.
Pengembangan teori ini berlanjut menjelang dan sesudah berakhirnya
Perang Dunia Kedua bersamaan dengan semakin meningkatnya
permintaan barang-barang konsumen. Pada kondisi semacam ini perhatian
para manajer bukan bagaimana mendorong konsumen membeli barang-
barang yang mereka produksi, melainkan bagaimana memenuhi
permintaan tersebut dengan cara-cara berproduksi secara efisien. Itulah
sebabnya konsep operation research yang sesungguhnya dikembangkan
untuk membantu kegiatan operasi Perang Dunia Kedua, secara cepat
diaplikasikan pada kegiatan industri. Beberapa metode kuantitatif yang
banyak digunakan untuk membantu pengambilan keputusan industri,
25
antara lain game theory, pengendalian persediaan, linear programming,
probability theory, teori antrian dan sampling teori.
c. Open system theory
Mulai tahun 1960-an kembali terjadi pergeseran dalam cara
memandang organisasi. Cara pandang ini disebut open system theory
karena organisasi dipandang sebagai sebuah sistem terbuka di mana setiap
individu yang terlibat dengan organisasi, baik itu pekerja maupun
konsumen, bebas menentukan pilihan apakah harus tetap berhubungan
dengan organisasi atau meninggalkannya. Demikian juga organisasi itu
sendiri terbuka bagi lingkungan dan dalam batas-batas tertentu
eksistensinya akan dipengaruhi oleh lingkungan eksternal.
d. Contingency theory
Beberapa tahun setelah Henri Fayol mengemukakan teori
manajemen yang belakangan dikenal sebagai teori manajemen klasik,
masih ada anggapan bahwa teori tersebut berlaku secara universal dan
bebas nilai. Pada tahun 1950-an prinsip universalitas dari teori manajemen
klasik mulai menjadi pertanyaan serius. Pada periode tersebut mulai
muncul anggapan bahwa universalitas prinsip manajemen sangat
bergantung pada situasi yang mempengaruhinya. Prinsip ini disebut
sebagai contingency management yang menyatakan bahwa situasi yang
berlaku pada saat tertentu akan sangat mempengaruhi diterapkannya
prinsip-prinsip manajemen. Artinya, manajemen sebuah organisasi tidak
berlaku umum namun sangat bergantung pada situasi di mana organisasi
tersebut berada, bergantung pada siklus kehidupan organisasi, dan
bergantung pada orang-orang yang bekerja pada organisasi. Berdasarkan
prinsip kontingensi dan didukung oleh open sistem theory maka
pemahaman terhadap individu, organisasi dan lingkungannya menjadi
kebutuhan teramat penting yang tidak bisa diabaikan. Dari sinilah studi
tentang perilaku keorganisasian mulai mendapatkan tempat baik di
kalangan akademisi maupun praktisi.
26
PENUTUP
A. Kesimpulan
27
mempelajari perilaku organisasi adalah untuk mengontrol perilaku dalam
organisasi. Jika manajer/pimpinan organisasi dapat memahami dan
menjelaskan dengan cermat perilaku yang terjadi dalam organisasi, maka ia
akan mampu menciptakan situasi yang menghasilkan perilaku yang diinginkan
dan mengurangi perilaku buruk. Karakteristik kedua dari mempelajari perilaku
organisasi adalah struktur organisasi dan kelompok. Ciri ketiga dari perilaku
organisasi adalah proses organisasi.
B. Saran
28
DAFTAR PUSTAKA
29