Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Teori Trait and Factor dikembangkan berdasarkan sumbangan beberapa ahli


perkembangan karir seperti frank parson, E. G. Williamson, D. G. Patterson, J.G.
Darley, dan Miller yang tergabung dalam kelompok “Minnesota” (Munandir, 1996).

Istilah “Trait” itu sendiri merujuk pada karakteristik yang dapat diukur
melalui tes. “factor” merujuk pada karakteristik yang dibutuhkan untuk penampilan
kerja yang sukses. Jadi istilah “trait and factor” merujuk pada penilaian karakteristik
individu dan pekerjaan (Sharft, 1992 : 17).

Konseling dengan pendekatan Trait and Factor, digolongkan ke dalam


kelompok pendekatan pada dimensi kognitif atau rational. Dalam proses penanganan
kasus konseling menggunakan metode rational. Teori atau pendekatan ini secara
intelektual, logis dan rasional menerangkan, memecahkan kesulitan-kesulitan klient
dalam suatu proses konseling. Konseling dengan pendekatan Trait and Factor atau
pendekatan rasional ini sering disebut konseling yang direktif (directive counseling),
karena konselor secara aktif membantu klien mengarahkan perilakunya menuju
pemecahan kesultannya, sehingga konseling ini juga disebut konseling yang
“counselor centered” dan ada juga yang menyebutnya sebagai “clinical counseling”.

Akan tetapi beberapa ahli mengatakan bahwasannya pendekatan konseling ini,


sangat berpengaruh atau bersifat “directive”.1

Oleh karena itu pada kesempatan kali ini, kami akan membahas tentang
pengertian teori trait and factor, pandangan trait and factor terhadap manusia,
pandangan trait and factor terhadap konseling, tujuan trait and factor, proses
1
Anonym, Makalah Trait and Factor, Mahasiswa Berani, mahasiswatanpakebohongan.blogspot.com,
05 Januari 2019.

1
konseling trait and factor, teknik konseling trait and factor, dan perkembangan karir
trait and factor.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian dari trait and factor?
2. Bagaimanakah pandangan trait and factor terhadap manusia?
3. Bagaimanakah pandangan trait and factor terhadap konseling?
4. Apakah tujuan dari trait and factor?
5. Bagaimanakah proses konseling trait and factor?
6. Bagaimanakah teknik konseling trait and factor?
7. Bagaimanakah perkembangan karir trait and factor?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari trait and factor.
2. Untuk mengetahui pandangan trait and factor terhadap manusia.
3. Untuk mengetahui pandangan trait and factor terhadap konseling.
4. Untuk mengetahui tujuan trait and factor.
5. Untuk mengetahui proses konseling trait and factor.
6. Untuk mengetahui teknik konseling trait and factor.
7. Untuk mengetahui perkembangan karir trait and factor.

BAB II

2
PEMBAHASAN

A. Pengertian Trait And Factor

Secara bahasa trait dapat diartikan dengan sifat, karakteristik seorang


individu. Sedangkan factor berarti tipe-tipe, syarat-syarat tertentu yang dimilki oleh
sebuah pekerjaan atau suatu jabatan.

Teori Trait and factor memberikan asumsi bahwa kecocokan antara trait
dengan factor akan melahirkan kesuksesan dalam suatu karir yang dilalui oleh
seseorang dan begitu sebaliknya kegagalan dalam mencocokkan Trait dengan factor
akan menimbulkan kegagalan dalam sebuah pekerjaan.(Hadiarni Irman, 89-90: 2009),

Teori Trait-Factor adalah pandangan yang mengatakan bahwa kepribadian


seseorang dapat dilukiskan dengan mengidentifikasikan sejumlah ciri, sejauh tampak
dari hasil testing psikologis yang mengukur masing-masing dimensi kepribadian itu.
Konseling trait-factor berpegang pada pandangan yang sama dan
menggunakan alat tes psikologis untuk menganalisis atau mendiagnosis seseorang
mengenai ciri-ciri atau dimensi/aspek kepribadian tertentu yang diketahui mempunyai
relevansi terhadap keberhasilan atau kegagalan seseorang dalam memangku jabatan
dan mengikuti suatu program studi Williamson (WS. Winkel, 1997: 338).2

B. Pandangan Trait And Factor Terhadap Manusia

Pandangan dasar tentang hakikat manusia melandasi pelaksanaan konseling.


Oleh karena itu, hakikat manusia menurut Ancanganl Konseling Trait & Factor perlu
dipahami oleh konselor. Secara umum, manusia menurut ahli konseling Trait &
Factor dapat dikemukakan sebagai berikut.

2
Jumadi Mori Salam Tuasikal, Teori Dan Perkembangan Karir : Trait And Factor Theory,
dosen.ung.ac.id, 10 Oktober 2020.

3
1. Manusia adalah pribadi unik yang merupakan suatu kesatuan sifat atau faktor
seperti kemampuan, bakat, minat, kepribadiaan, dan prestasi.
2. Manusia adalah makhluk rasional yang memiliki kemampuan membuat
pilihan-pilihan yang memuaskan baik bagi diri, keluarga, maupun
masyarakatnya bilamana tersedia data yang diperlukan bagi pembuatan
keputusan tersebut.
3. Manusia adalah makhluk yang selalu berupaya untuk mengembangkan dirinya
secara optimal untuk mencapai kehidupan yang baik dan mencegah atau
mengendalikan berkembangnya sifat-sifat buruknya.3

Slamet Riyadi (2010:103) manusia merupakan sistem sifat atau faktor yang
saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya, seperti: kecakapan, minat, sikap,
dan temperamen. Manusia berusaha untuk menggunakan pemahaman diri dan
pengetahuan kecakapan dirinya sebagai dasar pengembangan potensinya. Manusia
mempunyai potensi untuk berbuat baik atau buruk

Sesuai dengan pendapat Slamet riyadi di atas Williamson mempunyai pandangan


tentang manusia sebagai berikut (dalam Sayekti, 1998:49)

1. Manusia mempunyai potensi untuk berbuat baik atau buruk. Makna hidup
adalah mencari kebenaran dan berbuat baik serta menolak kejahatan. Menjadi
manusia seutuhnya tergantung pada hubungan dengan orang lain. Maka
seorang konselor mestilah optimis dan percaya bahwa manusia dapat
menyelesaikan masalah-masalahnya, terlebih lagi jika manusia belajar
menggunakan kemampuannya.
2. Diri manusia hanya berkembang di dalam masyarakat dan pada hakikatnya
manusia tidak dapat hidup sepenuhnya diluar masyarakat.
3. Manusia ingin mencapai kehidupan yang baik, sebenarnya usaha kearah
itupun sudah menunjukkan dan merupakan kehidupan yang baik.

3
Anonym, Konseling Trait And Factor, text-id.123dok.com, 2017.

4
Sayekti (1998:49) Konsep dasar dari konseling Trait and Factor adalah sifat
dan faktor kepribadian seseorang. Sifat dan faktor kepribadian seseorang dapat
diungkap dengan menggunakan metode multi variate dan analisis faktor. Dengan
menggunakan metode tersebut akan diketemukan unsur dasar yang berstruktur dari
kepribadian. Unsur dasar ini disebut dengan sifat dan merupakan kecenderungan luas
untuk memberikan reaksi dan merupakan perilaku yang relatif tetap.

Winkel (2010:409) yang dimaksud dengan trait adalah suatu ciri yang khas
bagi seseorang dalam berpikir, berperasaan, dan berperilaku, seperti: intelegensi
(berpikir), iba hati (berperasaan), dan agresif (berperilaku). Ciri-ciri itu dianggap
sebagai suatu dimensi kepribadian, yang masing-masing membentuk suatu kontinum
atau skala yang terentang dari sangat tinggi sampai sangat rendah.

Lebih lanjut Cattell (dalam Sayekti; 1998:49) menjelaskan trait atau sifat
adalah suatu struktur mental, suatu kesimpulan yang diambil dari tingkah laku yang
dapat diamati, untuk menunjukkan ketetapan dalam tingkah laku.

Penjelasan mengenai trait adalah sebagai berikut :

1. Common Trait atau Unique Trait


a. Common trait, atau sifat umum yaitu sifat yang dimiliki oleh semua
individu atau setidaknya oleh sekelompok individu yang hidup dalam
lingkungan sosial yang sama
b. unique trait, atau sifat khusus yaitu sifat yang hanya dimiliki oleh
individu-individu masing-masing, dan tidak dapat ditemukan pada
individu lain dalam bentuknya yang demikian. Selanjutnya sifat khusus ini
dapat dibedakan lagi menjadi :
 relatively unique, yaitu yang kekhususannya timbul dari
oengaturannya   unsur-unsur sifat itu

5
 intrinsically unique, yaitu yang benar-benar hanya ada pada individu
khusus tertentu.
2. Surface Trait dan Source Trait
a. Surface Trait atau sifat tampak adalah kelompok dari variabel-variabel
yang tampak.
b. Source Trait, atau sifat asal adalah variabel-variabel yang mendasari
berbagai manifestasi yang tampak.

Cattell (dalam Sayekti, 2002:50) menganggap bahwa sifat asal lebih penting
daripada sifat yang tampak atau sifat permukaan. Sifat permukaan merupakan hasil
interaksi dari sifat asal dan pada umumnya dapat diharapkan kurang tepat. Sifat
permukaan itu lebih berarti dan lebih diakui daripada sifat asal, karena sifat
permukaan tersebut dapat langsung disaksikan dari observasi yang sederhana. Namun
dalam rangka yang lebih mendalam, sifat asal-lah yang lebih mendasari tingkah laku
seorang individu (klien).

Lebih lanjut dalam bukunya Sayekti (2002:50) memaparkan sifat dapat


digolongkan menjadi tiga macam,yaitu:

1. Dinamic traits, yaitu apabila ekspresi sifat tersebut berhubungan dengan


perbuatan untuk mencapai suatu tujuan.
2. Ability traits, apabila ekspresi sifat tersebut berhubungan dengan efektif atau
tidaknya individu (klien) dalam mencapai suatu tujuan.
3. Temprament traits, yaitu apabila ekspresi sifat tersebut berhubungan dengan
aspek konstitusional, seperti misalnya energi kecepatan, reaksi emosional dan
sebagainya.

Tentu saja dalam tingkah laku seorang individu (klien), ketiga sifat tersebut
sama-sama berfungsi, namun salah satunya tentu ada yang dominan. Sehingga secara
teori seorang konselor tetap perlu membedakannya.4
4
Anonym, Teori Trait And Factor Makalah, gudangilmukita212.blogspot.com, 20 Januari 2017.

6
C. Pandangan Trait And Factor Terhadap Konseling

Berdasarkan pandangan dasar tentang hakikat manusia tersebut, maka


Williamson (Patterson, 1980) memandang hakikat konseling sebagai berikut.

1. Konseling merupakan suatu proses belajar yang menekankan hubungan


rasional antara konselor dan konseli. Namun demikian, hubungan tersebut
tetap memperhatikan keseluruhan aspek pribadi konseli.
2. Konseling merupakan suatu hubungan yang bersifat pribadi antara konselor
dan konseli yang dimaksudkan untuk membantu konseli tersebut memahami
diri, menerima diri, mengarahkan diri, dan mengaktualisasikan dirinya.
3. Konseling sebagaimana halnya pendidikan diupayakan membantu konseli
mengembangkan dirinya sesuai dengan nilai-nilai masyarakatnya.
4. Konsep konseling lebih luas daripada konsep psikoterapi karena konseling
memperhatikan keseluruhan aspek individu sebagai pribadi yang menghadapi
masalah penemuan jati-dirinya dan menyadari potensinya yang besar dalam
keseluruhan bidang hidupnya. Adapun psikoterapi seringkali memandang
individu hanya dari sudut masalah yang dihadapinya, seperti masalah
pendidikan atau pekerjaan; konflik diri dipandang terlepas dari kehidupan
nyata konseli; disamping itu, psikoterapi seringkali terbatas pada penilaian
konseli terhadap pengalamanpengalaman pribadinya dan bukan pada perilaku
aktualnya dalam lingkungan sosialnya.5

D. Tujuan Dari Trait And Factor

Menurut Sayekti (2002:51) Tujuan konseling Trait and Factor adalah sebagai


berikut:

5
Anonym, Konseling Trait And Factor, text-id.123dok.com, 2017.

7
1. membantu individu merasa lebih baik dengan menerima pandangan dirinya
sendiri dan membantu individu berfikir lebih jernih dalam memcahkan
masalah dan mengontrol perkembangannya secara rasional.
2. Memperkuat keseimbangan antara pengaktifan dan pemahaman sifat-sifat
sehingga dapat bereaksi secara wajar dan stabil.
3. Mengubah sifat-sifat subjektif, dan kesalahan dalam penilaian diri (konsep
diri) dengan menggunakan metode atau cara ilmiah.

Lebih lanjut Slamet Riyadi (2010 :106) memaparkan tujuan konseling


menggunakan pendekatan Trait and Factor adalah:

1. Membantu individu mencapai perkembangan kesempurnaan berbagai aspek


kehidupan manusia.
2. Membantu individu dalam memperoleh kemajuan memahami dan mengelola
diri dengan cara membantunya menilai kekuatan dan kelamahan diri dalam
kegiatan dengan perubahan kemajuan tujuan-tujuan hidup dan karir.
3. Membantu individu untuk memperbaiki kekurangan, tidakmampuan, dan
keterbatasan diri serta membantu pertumbuhan dan integrasi kepribadian.
4. Mengubah sifat-sifat subyektif dan kesalahan dalam penilaian diri dengan
mengggunakan metode ilmiah.

Konseling juga bertujuan untuk mengajak klien berfikir mengenai dirinya dan
menemukan masalah dirinya serta mengembangkan cara-cara untuk keluar dari
masalah tersebut. Untuk itu secara umum konseling Trait and Factor dimaksudkan
untuk membantu klien mengalami:

1. Klarifikasi diri (self clarification)


2. Pemahaman diri (self understanding)
3. Pengarahan diri (self acceptance)
4. Pengarahan diri (self direction)
5. Aktualisasi diri (self actualization)

8
Dengang demikian, tujuan dari konseling Trait and Factor adalah membantu
individu merasa lebih baik dengan menerima pandangan dirinya sendiri dan
membantu individu berfikir lebih jernih dalam memcahkan masalah dan mengontrol
perkembangannya secara rasional, memperkuat keseimbangan antara pengaktifan dan
pemahaman sifat-sifat sehingga dapat bereaksi secara wajar dan stabil, mengubah
sifat-sifat subjektif, dan kesalahan dalam penilaian diri (konsep diri) dengan
menggunakan metode atau cara ilmiah.6

E. Proses Konseling Trait And Factor

Sayekti (1998:48) teori Trait and Factor di dalam pendekatannya baik


terhadap proses konseling maupun pemecahan kesulitan klien, secara rasional, logis,
dan intelektual, tetapi dasar filsafatnya bukan Rationalisme. Teori ini lebih dekat
kepada Empirisme, yang mempunyai pandangan optimistis, bahwa walaupun
manusia telah dibekali pembawaan, tetapi itu tidak menentukan.

Masih dalam Sayekti, pelopor teori Trait and Factor E.G. Williamson


dalam Theories of Counseling and Psychotherapy  menyebutkan
filsafatnya Personalisme, atau mempunyai perhatian besar terhadap keseluruhan
individu, bahwa manusia merupakan seorang individu yang unik yang sebagian dapat
mempengaruhi dan menguasainya baik pembawaan dan lingkungannya. Dalam
proses pelaksanaannya teori Trait and Factor, terdapat teknik-teknik yang dapat
digunakan oleh Konselor untuk melakukan proses konseling. Tenik-tenik tersebut
adalah sebagai berikut:

Sayekti (1998:52) menjelaskan ada dua teknik konseling yang diaplikasikan dalam
teori Trait and Factor:

1. Teknik tes, untuk mengungkapkan kepribadian, bakat, minat, dan data yang
lain yang hanya dapat diungkap dengan tes.

6
Anonym, Teori Trait And Factor Makalah, gudangilmukita212.blogspot.com, 20 Januari 2017.

9
2. Teknik non tes, meliputi wawancara, angket, observasi, otobiografi,
dokumentasi, dan yang lain.

Demikian terdapat dua teknik konseling yang digunakan dalam


teori Trait and Factor, yaitu teknik tes dan teknik non tes. Dalam teori ini peran
teknik non tes juga dibutuhkan dalam pengumpulan data sebagai informasi yang
dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam memutuskan pilihan karir.

Lutfi Fauzan  (2004:92) Konseling Trait and Factor memiliki enam tahap dalam


prosesnya, yaitu: analisis, sistesis, diagnosis, prognosis, konseling (treatment) dan
tindak lanjut ( follow-up ).

1. Analisis

Analisis merupakan langkah mengumpulkan informasi yang diperoleh tentang


diri klien beserta latar belakangnya. Data yang dikumpulkan mencakup segala aspek
kepribadian yang dimiliki klien, seperti kemampuan, minat, motif, kesehatan fisik,
dan karakteristik lain yang dapat mempermudah atau mempersulit penyesuaian diri
klien pada umumnya. Data yang dikumpulkan diklasifikasikan menjadi dua yaitu:

a. Data Vertikal (mencakup diri klien) yang dapat dibagi lebih lanjut atas:
 Data Fisik: kesehatan, ciri-ciri fisik, penampakan atau penampilan fisik
dan lain sebagainya.
 Data Psikis: bakat, minat, sikap, cita-cita, hobi, kebiasaan dan lain
sebagainya.
b. Data Horizontal (berkenaan dengan lingkungan klien yang berpengaruh
terhadapnya): keluarga klien, hubungan dengan familinya, teman-temannya,
orang-orang terdekatnya, lingkungan tempat tinggalnya, sekolahnya dan lain
sebagainya.
2. Sintesis

10
Sintesis adalah usaha merangkum, mengolong-golongkan dan
menghubungkan data yang telah terkumpul pada tahap analisis, yang disusun
sedemikian sehingga dapat menunjukkan keseluruhan gambaran tentang diri klien.
Dari hasil analisis dapat menunjukkan bakat klien, kelemahan serta kekuatan,
penyesuaian diri maupun ketaksanggupan menyesuaikan diri. Rumusan diri klien
dalam sistesis ini bersifat ringkas dan padat.

Ada tiga cara yang dapat dilakukan dalam merangkum data pada tahap sistesis
tersebut:

a. dibuat oleh konselor


b. dilakukan klien
c. kolaborasi antara konselor dan klien.

3. Diagnosis

Diagnosis merupakan tahap menginterpretasikan data dalam bentuk (dari


sudut) problema yang ditunjukkan. Rumusan diagnosis dilakukan melalui proses
pengambilan atau penarikan simpulan yang logis.

Sesuai dengan Sayekti (2002:53) dalam tahap ini terdapat tiga kegiatan yang
dilakukan, yaitu :

a. Identifikasi masalah, yang bersifat deskriptif berdasar pada data yang


diperoleh, dapat merumuskan dan menarik kesimpulan permasalahan klien.
b. Menentukan sebab-sebab, mencangkup pencaharian hubungan antara masa
lalu, masa kini atau masa depan yang dapat menerangkan sebab-sebab gejala.
Konselor menggunakan intuisinya yang dicek oleh logika, oleh uji coba dari
program kerja berdasarkan diagnosis sementara.
c. Menentukan kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi. Konselor
bertanggung jawab dan membantu siswa untuk mencapai tingkat pengambilan

11
tanggung jawab untuk dirinya sendiri, berarti ia mampu dan mengerti secara
logis, tetapi juga secara emosional mau. Sebab mungkin saja secara logis
mengerti, tetapi emosional belum mau menerima.

4. Prognosis

Winkel (2010:412) prognosis atau perkiraan tentang perkembangan klien serta


berbagai implikasi dari hasil diagnosis. Menurut Williamson prognosis ini
bersangkutan dengan upaya memprediksikan kemungkinan-kemungkinan yang akan
terjadi berdasarkan data yang ada sekarang. Misalnya: bila seorang klien (siswa di
sekolah) berdasarkan data sekarang dia malas, maka kemungkinan nilainya akan
rendah, kemungkinan nanti tidak dapat diterima dalam seleksi penerimaan mahasiswa
baru.

5. Konseling (Treatment)

Dalam konseling, konselor membantu klien untuk menemukan sumber-


sumber pada dirinya sendiri, sumber-sumber lembaga dalam masyarakat guna
membantu klien dalam penyesuaian yang optimum sejauh dia bisa. Bantuan dalam
konseling ini mencakup lima jenis bantuan yaitu:

a. Hubungan konseling yang mengacu pada belajar yang terbimbing kearah


pemahaman diri.
b. Konseling jenis edukasi atau belajar kembali yang individu butuhkan sebagai
alat untuk mencapai penyesuaian hidup dan tujuan personalnya.
c. Konseling dalam bentuk bantuan yang dipersonalisasikan untuk klien dalam
memahami dan trampil untuk mngaplikasikan pinsip dan teknik-teknik dalam
kehidupan sehari-hari.
d. Konseling yang mencakup bimbingan dan teknik yang mempunyai pengaruh
teraputik atau kuratif.
e. Konseling bentuk redukasi bagi diperolehnya kataris secara terapiutik.

12
Sesuai dengan lima jenis konseling menurut Sayekti dalam buku “Berbagai
Pendekatan Dalam Konseling” (2002:54), yaitu:

a. belajar terpimpin menuju pengertian diri.


b. mendidik kembali atau mengajar kembali sesuai dengan kebutuhan individu
sebagai alat untuk mencapai tujuan kepribadiannya dan penyesuaian
hidupnya.
c. bantuan pribadi dari Konselor supaya klien mengerti dan terampil dalam
menerapkan prinsip dan teknik yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari.
d. mencakup hubungan dan teknik yang bersifat menyembuhkan dan efektif
e. suatu bentuk mendidik kembali yang sifatnya sebagai katarsis atau
penyaluran.

Konseling merupakan usaha dari konselor untuk membantu klien sehingga


lebih siap untuk memecahkan masalah yang dihadapi dengan situasi penyesuaiannya,
sebelum klien begitu jauh terlibat dalam konflik diri dan penilaiannya hingga
membutuhkan terapi.

6. Tindak Lanjut (Follow Up)

Tindak lanjut merujuk pada segala kegiatan membantu siswa setelah mereka
memperoleh layanan konseling, tetapi kemudian menemui masalah-masalah baru atau
munculnya masalah yang lampau. Tindak lanjut ini juga mencakup penentuan
keefektifan konseling yang telah dilaksanakan, sehingga menjamin keberhasilan
konseling. Teknik yang digunakan konselor harus disesuaikan dengan individualitas
klien, mengingat bahwa tiap individu memiliki keunikan sifatnya, sehingga tak ada
teknik yang baku yang berlaku untuk semua.7

F. Teknik Konseling Trait And Factor


7
Anonym, Teori Trait And Factor Makalah, gudangilmukita212.blogspot.com, 20 Januari 2017.

13
1. Atending

Atending dapat dipahami sebagai usaha pembinaan untuk menghadirkan klien


dalam  proses konseling. Penciptaan dan pengembangan Atending dimulai dari upaya
konselor menunjukkan sikap empati, menghargai, wajar, dan mampu mengetahui atau
paling tidak mengantisipasi kebutuhan yang dirasakan oleh klien. Dalam tataran yang
lebih operasional, melakukan refleksi melalui pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut:

a. Bagaimana  saudara mengenal dan mengantisipasi bila seseorang sangat


tertarik pada Anda?
b. Bagaimana saudara mengenal bila seseorang memberikan perhatian terhadap
Anda?
c. Bagaimana saudara mengenal atau mengetahui bila seseorang mendengarkan,
memperhatikan dan  menghayati Anda ?

Melalui jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan di atas, konselor dapat memulai


melakukan pembinaan untuk mengajak klien mamasuki proses konseling.

Aspek-aspek atending meliputi :

a. Posisi badan (termasuk gerak isyarat dan ekspresi muka).


Duduk dengan badan menghadap kepada klien. Tangan di atas
pangkuan atau berpegangan bebas atau kadang-kadang digunakan untuk
menunjukkan gerak isyarat yang sedang dikomunikasikan secara verbal.
Responsif   dengan  menggunakan  bagian  wajah,  umpamanya senyum
spontan atau anggukan kepala sebagai persetujuan atau pemahaman dan
krutan dahi tanda tidak mengerti. Badan  tegak  lurus  tetapi  tidak kaku,
manakala diperlukan bisa condong ke arah klien untuk menunjukan
kebersamaan.
b. Kontak Mata.

14
Melihat klien terutama pada waktu bicara. Menggunakan pandangan
spontan yang menunjukkan ekspresi minat dan keinginan untuk
mendengarkan dan merespon
c. Mendengarkan.
Memelihara pehatian penuh, terpusat pada klien. Mendengarkan
apapun yang dikatakan klien, mendengarkan  keseluruhan   pribadi klien 
(kata-katanya,  perasaannya, dan perilakunya). Memahami keseluruhan
pesannya.
2. Mengundang Pembicaraan Terbuka

Ajakan terbuka untuk berbicara memberi kesempatan klien agar


mengeksplorasi dirinya sendiri dengan dukungan pewawancara. Pertanyaan terbuka
memberi peluang klien untuk mengemukakan ide perasaan dan arahnya dalam
wawancara. Responnya terhadap pertanyaan terbuka ialah untuk menunjukkan
kesadarannya bahwa dia diminta untuk menceritakan sejarahnya atau lebih
menjabarkan apa yang telah dikatakan.

Contoh pertanyaan terbuka :

a. Untuk membantu memulai wawancara :


 “Apa yang akan Anda bicarakan hari ini?”
 “Bagaimana keadaan Anda sejak pertemuan terakhir kita?”
b. Membantu klien menguraikan masalahnya :
 “Cobalah Anda menceritakan lebih banyak lagi  tentang hal itu!“
 “Bagaimana perasaan Anda pada saat kejadian itu?”
c. Membantu memunculkan contoh-contoh perilaku   khusus :
 “Apa yang Anda sedang rasakan pada saat Anda  menceritakan hal ini
kepada saya?”
 “Bagaimana perasaan Anda selanjutnya pada waktu  itu?”

15
Pertanyaan yang tidak disarankan antara lain:

a. Pemakaian pertanyaan tertutup yang terlalu sering.


b. Pengajuan pertanyaan lebih dari satu pada waktu yang sama. ”Dapatkah anda
menceritakan lebih banyak lagi tentang hal itu?”
c. Pengajuan pertanyaan “Mengapa”, umpamanya :   “Mengapa anda tidak
bergaul dengan baik?”
d. Memasukkan jawaban dalam pertanyaan, umpamanya :  “Anda sebenarnya
belum mengerti hal itu pada saat anda mengatakan tentang ayahnya, bukan?”

3. Paraprase

Esensinya adalah mengulangi kata-kata atau pemikiran-pemikiran kunci dari


klien dalam rumusan-rumusan yang menggunakan kata-kata konselor sendiri.
Memberi tahu klien bahwa ia sedang mendengarkan apan yang dikatakan dan
konselor ingin mendengarkan leih banyak lagi.   Klien akan merasa dimengerti dan
dipersiapkan untuk mengolah lebih dalam lagi masalah-masalah yang diajukannya.

Maksud dari kegiatan paraprase adalah :

a. menyampaikan kepada klien bahwa konselor bersama klien,   dan konselor


berupaya memahami apa yang dinayatkan klien
b. mengkritalisasi komentar klien dengan lebih   memendekannya sehingga
membantu mengarahkan   wawancara
c. memberi peluang untuk memeriksa kecermatan persepsi konselor.

Cara Memparaprase :

a. Dengarkan pesan utama klien


b. Nyatakan kembali kepada klien ringkasan pesan utamanya secara sederhana
dan singkat
c. Amati pertanda atau minta respons dari klien  akan bantuan paraprase.

16
Hindari:

a. analisis, interpretasi, atau pertimbangan nilai tentang pesan klien


b. respon konselor hanya tertuju kepada bagian kecil dari pesan klien klien,
bukan  kepada tema utamanya
c. pemakaian kata-kata teknis yang tidak dimengerti klien

4. Refeksi perasaan

Refleksi perasaan merupakan keterampilan konselor untuk merespons keadaan


perasaan klien terhadap situasi yang sedang dihadapi. Tindakan tersebut akan
mendorong dan merangsang klien untuk mengemukakan segala sesuatu yang
berhubungan dengan masalah yang sedang dihadapinya. Jadi, esensi keterampilan ini
adalah untuk mendorong dan merangsang klien agar dapat mengekspresikan
bagaimana perasaan tentang situasi yang sedang dialami.

Aspek-aspek refleksi perasaan :

a. Mengamati perilaku klien


b. Mendengarkan dengan baik
c. Menghayati pesan yang dikomunikasikan  klien.
d. Mengenali perasaan-perasaan yang dikomunikasikan klien.
e. Menyimpulkan perasaan yang sedang dialami.
f. Menyeleksi kata-kata yang tepat untuk  melukiskan perasaan klien.

5. Meringkas .

Meringkas adalah suatu proses untuk memadu berbagai ide dan perasaan
dalam satu pernyataan pada akhir suatu unit wawancara konseling. Meringkas :
rupaya merekapituasi, memadatkan, dan mengkristalisasi esensi apa yang telah
dikatakan klien. Dengan menggunakan ringkasan secarea periodik, konselor dapat

17
memeriksa kecermatannya dalam  mendengarkan. Ringkasan juga membantu untuk
mengakiri wawancara dengan suatu cartatan yang wajar, dan dapat menjadi panduan
wawancara.

Panduan umum meringkas:

a. Adakan refleksi atau atending terhadap       berbagai variasi tema dan nada
emosional pada saat klien berbicara
b. Gabungkan perasaan dan ide kunci ke dalam  pernyataan-pernyataan yang
pengertian  dasarnya luas
c. Jangan tambahkan ide-ide baru dalam ringkasan
d. Pertimbangkan kalau sekiranya dapat membantu kalau menyatakan ringkasan
atau mengajak klien untuk membuat ringkasan.8

G. Perkembangan Karir Trait And Factor

Dalam pendekatan trait dan faktor, individu tersebut telah mengerti pola dari
perilaku seperti ketertarikan, tingkah laku, pencapaian, dan karakteristik kepribadian,
yang dikenal melalui maksud yang objektif, seperti biasanya tes psikologi ataupun
inventori, dan profil yang mewakili potensi dari si individu tadi. Pendekatan trait dan
faktor ini beranggapan kesamaan pekerjaan, hal inilah merupakan terdiri dari faktor
yang dibutuhkan dalam kesuksesan performa kerja yang bisa diprofilkan berdasarkan
kepada banyak trait yang dibutuhkan individu tadi.

Menurut CH Miller (1974, p. 238) dia memberikan asumsi yang membawahi


pendekatan trait dan faktor terdiri dari:

1. Pilihan dilakukan untuk mencapai yang telah direncanankan.


2. Pilihan okupasi adalah even yang tersendiri.
8
Akhmadsudrajat, Pendekatan dan Teknik Konseling Trait and Factor,
akhmadsudrajat.wordpress.com, 28 Januari 2013.

18
3. Dimana adnya satu tujuan untuk setiap orang dalam pemilihan.
4. Satu orang bekerja dalam setiap pekerjaan. Ini sama halnya dengan koin
bermata dua.
5. Adanya pemilihan kerja yang tersedia untuk setiap individu.

Secara unsur sejarah, studi trait dan faktor telah menyediakan pondasi teksnis
untuk menjelaskan tiga proses langkah dari bimbingan yang didasarkan oleh
F.Parsons (1909). Asumsi dari parsons yang mana pendekatan trait dan faktor
berorientasikan kepada okupasi yang secara spesifik atau khusus, atau tugas yang
sebagai kriteria kepada variabel seperti perilaku, kemampuan mental, sosioekonmi,
ketertrikan atau gaji, menifestasi dari kepribadian.
Perkembangan karir sebenarnya tidak hanya mengenai pemilihan okupasi
tetapi juga mengenai proses seperti pemilihan secara tertuju dan terintegrasi dalam
bentuk pilihan yang tertata, yang sesuai dengan kebutuhan dan sesuai dengan
mengertinya antara perilaku dalam pekerjaan. Menurut Krumboltz (1994), dia
berpendapat diantara adanya teori trait dan faktor bahwasanya “hal itu tidak
membantu kita memahami pemerolehan emosional dan skill yang dibutuhkan dalam
pencarian kerja, hal ini pula tidak menginformasikan kita tentang adanya pekerjaan
dan phobia kerja, juga tidak menjelaskan bagaimana menangani keluarga yang
memiliki dual pekerjaan, bagaimana perencanaan pensiun dan hal lainnya dan ini
berkaitan dengan konseling karir.
Oleh karena itu trait dan faktor teori, merupakan gambaran dari
perkembangan karir dan pembuatan pemilihan dalam pekerjaan saja yang sesuai
dengan aptitudes dan skill yang dimiliki individu.
Chartrand (1991) menyimpulkan bahwa :
1. Pertama, orang akan digambarkan mampu dalam membuat pilihan yang
rasional. Ini tidak berarti bahwa proses perilaku bisa dihilangkan.

19
2. Kedua, orang akan bekerja dalam lingkungan yng berbeda dalam kereliabelan,
bermakna dan cara yang konsisten, ini bukan berarti bahwa satu tipe orang
bekerja dalam satu pekerjaan.
3. Ketiga, semakin besar kongruen antara karakteristik pribadi dan persyaratan
pekerjaan, maka semakin tingginya kecendrungan kesuksesan.
Ini berarti bahwa pengetahuan seseorag dan pola lingkungannya bisa
digunakan untuk memberitahukan orang tentang kemungkinan dari kepuasan dan
peningkatan dalam perbedaan pendidikan dan seting pekerjaan.9

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Trait-Factor adalah pandangan yang mengatakan bahwa kepribadian


seseorang dapat dilukiskan dengan mengidentifikasikan sejumlah ciri, sejauh tampak
dari hasil testing psikologis yang mengukur masing-masing dimensi kepribadian itu.

9
Jumadi Mori Salam Tuasikal, Teori Dan Perkembangan Karir : Trait And Factor Theory,
dosen.ung.ac.id, 10 Oktober 2020.

20
Secara umum, manusia menurut ahli konseling Trait & Factor dapat dikemukakan
sebagai berikut :

1. Manusia adalah pribadi unik yang merupakan suatu kesatuan sifat atau faktor
seperti kemampuan, bakat, minat, kepribadiaan, dan prestasi.
2. Manusia adalah makhluk rasional yang memiliki kemampuan membuat
pilihan-pilihan yang memuaskan baik bagi diri, keluarga, maupun
masyarakatnya bilamana tersedia data yang diperlukan bagi pembuatan
keputusan tersebut.
3. Manusia adalah makhluk yang selalu berupaya untuk mengembangkan dirinya
secara optimal untuk mencapai kehidupan yang baik dan mencegah atau
mengendalikan berkembangnya sifat-sifat buruknya.
Adapun pandangan trait and factor terhadap konseling :
Konseling merupakan suatu proses belajar yang menekankan hubungan
rasional antara konselor dan konseli. Konseling merupakan suatu hubungan yang
bersifat pribadi antara konselor dan konseli yang dimaksudkan untuk membantu
konseli tersebut memahami diri, menerima diri, mengarahkan diri, dan
mengaktualisasikan dirinya. Konseling sebagaimana halnya pendidikan diupayakan
membantu konseli mengembangkan dirinya sesuai dengan nilai-nilai masyarakatnya.
Konsep konseling lebih luas daripada konsep psikoterapi karena konseling
memperhatikan keseluruhan aspek individu sebagai pribadi yang menghadapi
masalah penemuan jati-dirinya dan menyadari potensinya yang besar dalam
keseluruhan bidang hidupnya.
Tujuan dari konseling Trait and Factor adalah membantu individu merasa
lebih baik dengan menerima pandangan dirinya sendiri dan membantu individu
berfikir lebih jernih dalam memcahkan masalah dan mengontrol perkembangannya
secara rasional, memperkuat keseimbangan antara pengaktifan dan pemahaman sifat-
sifat sehingga dapat bereaksi secara wajar dan stabil, mengubah sifat-sifat subjektif,

21
dan kesalahan dalam penilaian diri (konsep diri) dengan menggunakan metode atau
cara ilmiah.

Sayekti (1998:52) menjelaskan ada dua teknik konseling yang diaplikasikan


dalam teori Trait and Factor yakni teknik tes dan non tes. Sedangkan Lutfi Fauzan 
(2004:92) Konseling Trait and Factor memiliki enam tahap dalam prosesnya, yaitu:
analisis, sistesis, diagnosis, prognosis, konseling (treatment) dan tindak lanjut
( follow-up ).

Adapun teknik konseling trait and factor antara lani : atending, mengundang
pembicaraan terbuka, paraprase, refleksi perasaan, dan meringkas.

Perkembangan karir trait and factor mencakup proses seperti pemilihan secara
tertuju dan terintegrasi dalam bentuk pilihan yang tertata, yang sesuai dengan
kebutuhan dan sesuai dengan mengertinya antara perilaku dalam pekerjaan.

B. Saran
Demikian makalah ini kami susun. Apabila terdapat kesalahan dalam
penulisan atau dalam penggunaan tanda baca dan dalam penyusunan materi, itu
tidaklah lepas dari fitrah kami sebagai seorang manusia yang tidak luput dari salah
dan dosa. Banyak kekurangan dari makalah ini. Oleh karena itu, kami sangat
mengharapkan kritik dan saran guna dapat membangun dan dapat membuat makalah-
makalah selanjutnya lebih baik lagi. Dan kami harap makalah ini dapat bermanfaat
bagi pembaca.

22

Anda mungkin juga menyukai