Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan manusia merupakan suatu proses yang kompleks dan


melibatkan berbagai aspek, mulai dari aspek fisik, kognitif, emosional, hingga
sosial. Sejak zaman dahulu, manusia telah tertarik untuk memahami bagaimana
individu berkembang dari masa bayi hingga dewasa, bagaimana pola
perkembangan tersebut berbeda antarindividu, dan faktor-faktor apa yang
memengaruhinya. Pemahaman mengenai perkembangan manusia tidak hanya
memiliki relevansi dalam bidang psikologi, namun juga dalam pendidikan,
psikoterapi, pengasuhan anak, dan berbagai bidang lainnya.
Dalam upaya untuk memahami dan menjelaskan fenomena perkembangan
manusia, berbagai teori perkembangan telah diusulkan oleh para ahli psikologi
dan ilmuwan lainnya. Teori-teori ini menggambarkan pola-pola umum
perkembangan yang ditemukan pada manusia, serta memberikan kerangka kerja
untuk memahami faktor-faktor yang memengaruhi perkembangan tersebut. Dari
teori-teori ini, kita dapat memperoleh wawasan yang lebih dalam tentang
bagaimana individu mengalami perubahan dalam kognisi, emosi, moralitas, dan
interaksi sosial sepanjang rentang usia mereka.
Dalam makalah ini, akan dibahas beberapa teori utama tentang
perkembangan manusia, termasuk di antaranya teori perkembangan kognitif
Piaget, teori psikonalistik Freud Sigmund, teori psikososial Erikson, dan teori
perkembangan Belajar Sosial, dan Teori Perkembangan Perseptual Vygotski.
Pembahasan mengenai teori-teori ini diharapkan dapat memberikan pemahaman
yang lebih mendalam tentang proses perkembangan manusia dari sudut pandang
yang berbeda.
Dengan memahami berbagai teori perkembangan ini, kita akan lebih siap
untuk menghadapi berbagai tantangan dalam berinteraksi dengan individu pada
berbagai tahap usia, termasuk dalam pendidikan, pengasuhan, dan bimbingan.

1
2

Selain itu, pemahaman tentang teori-teori perkembangan juga akan membantu kita
dalam mengembangkan strategi yang lebih efektif dalam mendukung
perkembangan optimal individu dalam berbagai aspek kehidupan.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka masalah yang akan dibahas


dalam makalah ini adalah:
1. Bagaimana perkembangan manusia menurut teori kognitif piaget?
2. Bagaimana perkembangan manusia menurut teori psikoanalitik freud
sigmund?
3. Bagaimana perkembangan manusia menurut teori erikson?
4. Bagaimana perkembangan manusia menurut teori belajar sosial?
5. Bagaimana perkembangan manusia menurut teori perkembangan
perseptual Vygotski?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui bagaimana perkembangan manusia menurut teori


kognitif.
2. Untuk mengetahui bagaimana perkembangan manusia menurut teori
psikoanalitik.
3. Untuk mengetahui bagaimana perkembangan manusia menurut teori
erikson.
4. Untuk mengetahui bagaimana perkembangan manusia menurut teori
belajar sosial.
5. Untuk mengetahui bagaimana perkembangan manusia menurut teori
perkembangan perseptual Vygotski.
BAB II
KAJIAN TEORI

A. Teori-Teori Perkembangan

Pada makalah ini, akan diuraikan beberapa teori utama dalam bidang
perkembangan manusia yang memberikan pemahaman mendalam tentang
bagaimana individu mengalami perubahan dalam berbagai aspek kehidupan
mereka sepanjang rentang usia. Berikut adalah beberapa teori yang akan dikaji
secara detail dalam makalah ini:

Pengertian dari perkembangan adalah perubahan-perubahan psikofisis


sebagai hasil dari sebuah proses pematangan dari fungsi fungsi psikis dan fisis
pada diri anak yang ditunjang oleh suatu faktor lingkungan dan proses belajar
dalam pada waktu tertentu, untuk menuju kedewasaan pada diri seseorang
(Kartono, 2003:128).

Teori-teori perkembangan merupakan kerangka kerja konseptual yang


digunakan untuk menjelaskan, memahami, dan merinci proses perkembangan
individu dari masa bayi hingga dewasa. Teori-teori ini membantu
mengidentifikasi pola-pola umum yang terjadi dalam perkembangan fisik,
kognitif, emosional, sosial, dan moral manusia. Teori-teori perkembangan
memberikan pemahaman tentang faktor-faktor yang memengaruhi perkembangan
individu, tahapan-tahapan yang harus dilalui, serta perubahan yang terjadi dalam
berbagai aspek kehidupan seiring bertambahnya usia (Feldman, 2016).

Keberagaman teori menyebabkan pemahaman perkembangan masa hidup


sebagai suatu usaha yang menantang. Sama seperti ketika kita berpikir mengenai
suatu teori yang memiliki penjelasan benar tentang perkembangan masa hidup,
teori lain muncul dan menyebabkan kita memikirkan ulang kesimpulan
sebelumnya. Ingat bahwa perkembangan masa hidup adalah suatu topik yang
kompleks, banayk wajah, dan tidak ada teori tunggal yang dapat
memperhitungkan semua aspeknya. Masing-masing teori menyumbangkan satu
potongan yang penting bagi teka-teki perkembangan masa hidup. Meskipun suatu
teori kadang-kadang tidak sejalan dengan aspek-aspek tertentu dari perkembangan
masa hidup, banyak informasi dalam teori itu saling melengkapi dan bukan saling
bertentangan. Yang secara bersama mengajak kita melihat bentangan total
perkembanagn masa hidup.

B. Teori Perkembangan Kognitif Plaget

3
4

Teori perkembangan kognitif Jean Piaget atau teori Piaget menunjukkan


bahwa kecerdasan berubah seiring dengan pertumbuhan anak. Perkembangan
kognitif seorang anak bukan hanya tentang memperoleh pengetahuan, anak juga
harus mengembangkan atau membangun mental.

 Beberapa tahapan dalam perkembangan kognitif anak dalam teori anak


yaitu:

1. Tahap Sensorimotor (Usia 18-24 bulan)

Tahap sensorimotor adalah yang pertama dari empat tahap dalam teori
Piaget mengenai perkembangan kognitif anak Piaget. Selama periode ini, bayi
mengembangkan pemahaman tentang dunia melalui koordinasi pengalaman
sensorik (melihat, mendengar) dengan tindakan motorik (menggapai, menyentuh).
Perkembangan utama selama tahap sensorimotor adalah pemahaman bahwa ada
objek dan peristiwa terjadi di dunia secara alami dari tindakannya sendiri.

2. Tahap Praoperasional (Usia 2-7 Tahun)

Tahap ini dimulai sekitar 2 tahun dan berlangsung hingga kira-kira 7 tahun.
Selama periode ini, anak berpikir pada tingkat simbolik tapi belum menggunakan
operasi kognitif. Artinya, anak tidak bisa menggunakan logika atau mengubah,
menggabungkan, atau memisahkan ide atau pikiran.

Perkembangan anak terdiri dari membangun pengalaman tentang dunia


melalui adaptasi dan bekerja menuju tahap (konkret) ketika ia bisa menggunakan
pemikiran logis.

Selama akhir tahap ini, anak secara mental bisa merepresentasikan peristiwa
dan objek (fungsi semiotik atau tanda), dan terlibat dalam permainan simbolik

3. Tahap Operasional Konkret (Usia 7-11 Tahun)

Perkembangan kognitif anak di tahap ini berlangsung sekitar usia 7 hingga 11


tahun, dan ditandai dengan perkembangan pemikiran yang terorganisir dan
rasional. Piaget menganggap tahap konkret sebagai titik balik utama dalam
perkembangan kognitif anak, karena menandai awal pemikiran logis.

Pada tahapan ini, Si Kecil cukup dewasa untuk menggunakan pemikiran atau
pemikiran logis, tapi hanya bisa menerapkan logika pada objek fisik. Anak mulai
menunjukkan kemampuan konservasi (jumlah, luas, volume, orientasi). Meskipun
anak bisa memecahkan masalah dengan cara logis, mereka belum bisa berpikir
secara abstrak atau hipotesis.

4. Tahap Operasional Formal (Usia 12 tahun ke atas)


5

Perkembangan kognitif anak menurut tahap terakhir menurut Piaget dimulai


sekitar usia 12 tahun dan berlangsung hingga dewasa.

Saat remaja memasuki tahap ini, mereka memperoleh kemampuan untuk berpikir
secara abstrak dengan memanipulasi ide di kepalanya, tanpa ketergantungan pada
manipulasi konkret. Seorang remaja bisa melakukan perhitungan matematis,
berpikir kreatif, menggunakan penalaran abstrak, dan membayangkan hasil dari
tindakan tertentu.

 Adapun tingkatan dalam level kognitif yaitu:

Level 1

Level ini berarti tingkat kapabilitas yang paling rendah, sebab tingkatan ini
hanya menuntut daya pemahaman dan pengetahuan dari siswa. Apabila mengarah
pada taksonomi Bloom, soal untuk tingkat ini hanya berupa mengingat atau C1
dan memahami dan C2.

Level 2

Kemudian, tingkat 2 yang tentunya lebih tinggi daripada tingkat 1. Sebab,


level ini menuntut siswa untuk dapat menerapkan. Jika berfokus pada taksonomi
Bloom, soal untuk level ini juga termasuk aplikasi atau C3.

Level 3

Terakhir, level 3 yang merupakan tingkatan paling tinggi dari dua tingkat
sebelumnya. Sebab, tingkatan ini menuntut siswa untuk dapat melakukan analisis,
sintesis, dan evaluasi. Pada taksonomi Bloom, soal untuk tingkatan ini termasuk
analisis atau C4, evaluasi atau C5, dan menciptakan atau C6.

 Ranah dan Aspek Kognitif

Proses belajar pada ranah kognitif mengarah pada level kecerdasan seseorang,
seperti keterampilan berpikir dan ilmu pengetahuan. Inilah sebabnya, guru
memberikan ujian untuk mengukur bagaimana tingkat kecerdasan siswa pada
lingkungan sekolah. Pembuatan soal ini sesuai mengacu pada taksonomi Bloom.

Taksonomi Bloom sendiri adalah mengelompokkan soal sesuai dengan aspek


kognitif. Sang pencetus menyebutkan, soal pada ranah kognitif harusnya
mencakup enam aspek, antara lain:

1. Pengetahuan (C1)
2. Pemahaman (C2)
3. Aplikasi (C3)
4. Analisis (C4)
6

5. Evaluasi (C5)
6. Mencipta (C6)

Mudahnya, cakupan aspek kognitif mengarah pada materi pokok materi


belajar dan soal yang berasal dari materi tersebut. Mungkin, ini bukan menjadi hal
yang mudah bagi orang tua. Namun, tidak ada salahnya untuk meminta bantuan
psikolog anak untuk mendapatkan saran terbaik terkait dengan perkembangan
kognitif sang buah hati.

C. Teori Psikonalistik Sigmund Freud

Bicara mengenai teori psikoanalisis klasik, artinya kita harus


mengenal Sigmund Freud. Beliau adalah orang pertama yang memunculkan
istilah psikoanalisis. Psikolog asal Wina – Austria ini lahir pada 6 Mei 1856,
merupakan putra pasangan Amalia dan Jacob Freud. Tokoh psikoloanalisis klasik
ini wafat pada usia 83 tahun di London, pada 23 September 1939. Dan terkenal
karena mengembangkan Psikologi Kepribadian.

Freud mengambil jurusan kedokteran di Universitas Wina pada tahun 1973.


Masa mudanya ia isi dengan banyak melakukan observasi dan penelitian.
Kajiannya banyak membahas tentang kejiwaan dan kesesuaian pendirian. Baru
pada tahun 1980-an, ia menjadikan ilmu psikologi sebagai bagian dari hidupnya.
Sejak saat itu, ia terus mengembangkan teori psikoanalisis pikiran manusia.

Teori psikoanalisis klasik merujuk pada istilah yang dipopulerkan oleh Freud.
Secara garis besar, teori ini menyatakan bahwa “ketidaksadaran” pada individu
memiliki peran yang utama dalam diri seseorang. Dengan landasan teori ini,
Freud melakukan pengobatan mereka yang menderita gangguan psikis.

Teori Psikoanalisis Freud telah menjadi teori yang paling banyak digunakan
dan dikembangkan hingga saat ini. Konsep teori ini digunakan untuk meneliti
kepribadian seseorang terhadap proses psikis yang tidak terjangkau oleh hal yang
bersifat ilmiah.

Dengan metode psikoanalisis, Freud bermaksud mengembalikan struktur


kepribadian pasien dengan cara memunculkan kesadaran yang tidak ia sadari
sebelumnya. Adapun proses terapi ini berfokus pada pendalaman pengalaman
yang dialami pasien saat masih kanak-kanak.

 Persepsi Tentang Jiwa Manusia Menurut Sigmund Freud

Gunung es dijadikan sebuah perumpamaan oleh Freud untuk menunjukkan


skema gambaran jiwa seseorang. Bagian puncak dinamakan kesadaran
(conciousnes), Bagian tengah dinamakan  prakesadaran (sub conciousnes) dan
bagian dasar yang tertutup air adalah ketidaksadaran (unconciousnes).
7

Sama seperti perumpamaan akar pohon, disini alam bawah sadar atau
ketidaksadaran merupakan hal yang paling menentukan kehidupan manusia.
Dimana penyebab dari penyimpangan perilaku ini berasal dari faktor alam bawah
sadar ini. Hal yang seperti inilah yang dianalisa oleh Freud untuk mengungkap
kepribadian seseorang dan menjadikan analisa ini sebagai metode penyembuhan.

 Struktur Kepribadian Menurut Sigmund Freud

Freud membagi struktur ini menjadi tiga aspek yaitu : id, ego dan
superego. Berikut penjelasannya:

1. Id

Id berasal dari kata latin “Is” yang artinya es. Kepribadian ini disebut
Freud sebagai kepribadian bawaan lahir. Didalamnya terdapat dorongan yang
didasari pemenuhan biologis guna kepuasan bagi dirinya sendiri. Karakter
khas pada aspek ini adalah tidak adanya pertimbangan logis dan etika sebagai
prinsip pengambilan keputusan. Lebih sederhana, id berwujud pada gambaran
nafsu, hasrat seksual dan perasaan superior (ingin berkuasa).

2. Ego

Aspek kepribadian ini terjadi akibat pengaruh yang ia dapatkan dari apa
yang terjadi didunia/lingkungannya. Ciri khas dari aspek ini, ego mengatur id
dan juga superego untuk pemenuhan kebutuhan sesuai dengan kepentingan
kepribadian yang terlibat. Artinya, berbeda dengan id yang hanya
mementingkan diri sendiri, ego merupakan aspek yang mementingkan
keperluan lebih luas (tidak hanya dirinya).

3. Superego

Aspek kepribadian yang satu ini akan lekat kaitannya moral atau nilai
kehidupan. Ranah superego berisi tentang batasan untuk membedakan mana
yang baik dan yang buruk. Dengan kata lain, superego memiliki peran
penting untuk menjadi penengah antara id an ego. Ia menjadi penyekat dari
sinyal yang dikirimkan aspek id serta memotivasi ego untuk melakukan hal
yang menjunjung moralitas.

 Teori Psikoanalisis Klasik Sebagai Teknik Penyembuhan (Terapi)

Menurut Freud, seseorang haruslah melalui fase-fase yang disebutkan


diatas. Seseorang akan mengalami neurosis. Yaitu, sebuah gangguan mental
yang dapat menyebabkan stres meskipun dianggap tidak terlalu serius. Teori
yang dibawa Freud melalui psikoanalisis mampu dijadikan dasar dalam
mengevaluasi kepribadian. Sehingga permasalahan pada orang yang
mengalami neurosis bisa disembuhkan. Berikut teknik-tekniknya:

1. Teknik Talking Care


8

Teknik ini pada dasarnya adalah tentang membangun hubungan baik dengan
klien/pasien. Sehingga para pasien dapat menceritakan pengalaman masa
lalunya. Freud membuat ajang bagi para pasien untuk mengalirkan rasa
sehingga hati mereka lega dari apa yang membebaninya.

Meski begitu, Freud menganggap teknik ini memiliki kelemahan karena apa
yang diceritakan oleh pasien adalah hal yang berada pada alam sadar.
Dianggap kurang tepat karena permasalahan sesungguhnya terjadi pada alam
ketidaksadaran.

2. Teknik Kartasis

Freud berusaha memasuki alam bawah sadar pasien dengan metode ini. Ia
menggabungkan momen setengah sadar, untuk bisa mengavaluasi persoalan
pasien. Istilah yang biasa kita dengar berkaitan dengan teknik ini adalah
metode hipnosis. Meski Freud pernah berhasil menangani pasien penderita
gangguan saraf. Namun kemudian ia menyatakan kurang puas dengan metode
ini, dan mulai mengembangkan teknik terapinya.

3. Teknik Asosiasi Bebas

Teknik ini banyak dikembangkan oleh para psikolog kontemporer dan bisa
kita temui sehari-hari. Teknik ini meminta para pasien untuk rileks dan
beristirahat sejenak dari pikiran yang biasanya  meliputi para pasien setiap
hari. Kemudian mereka diminta untuk menceritakan hal-hal yang membuat
dirinya trauma.

4. Teknik Penafsiran Mimpi

Menurut Freud, mimpi merupakan hasil psikis yang tergambar ketika kita
tidur. Tidak puas dengan teknik sebelumnya karena mereka bekerja pada
alam sadar, Freud menggunakan mimpi sebagai materi yang muncul ketika
seseorang tidak sadar. Dari hal yang diceritakan pasien lewat mimpinya,
Freud mendapat kepuasan karena ia dapat mengupas memori pasien pada
masa lalu.

D. Teori Perkembangan Erikson

Erik Erikson seorang psikolog Jerman yang terkenal dengan teori tentang
delapan tahap perkembangan pada manusia. Sebenarnya Erikson adalah seorang
psikolog Freudian, namun teorinya lebih tertuju pada masyarakat dan kebudayaan
jika dibandingkan dengan para psikolog Freudian lainnya.

Erik Erikson mengembangankan teori psikososial berdasarkan hasil


penilitiannya,terkait perkembangan jiwa dan sosial pada anak, serta pengaruhnya
saat beranjak dewasa. Psikososial adalah hubungan dinamis antara aspek
psikologi dan sosial setiap individu. Jadi, kepribadian dan karakter manusia
9

mengalami perkembangan seiring dengan pertubuhan usia. Salah satu teori


psikososial yang berpengaruh secara luas dijabarkan secara detail oleh ahli
psikologi perkembangan dan psikologikal Amerika bernama Erik Erikson.

Ada 8 tahapan psikososial menurut Erik Erikson, yaitu :

1. Tahap membangun kepercayaan pada bayi baru lahir hingga usia 18


bulan
Sejak bayi lahir hingga usia 18 bulan merupakan tahap awal untuk
perkembangan kepribadian anak.Bayi belajar untuk mempercayai orang
lain, terutama orang yang mengasuhnya. Jika bayi merasa diperhatikan
dengan baik, ia akan mengembangkan rasa percaya pada orang lain dan
merasa aman.
2. Tahap membangun otonomi pada usia 18 bulan hingga 3 tahun
Pada tahap kedua, bayi sudah tumbuh menjadi anak-anak dengan
kemampuan pengendalian diri yang lebih besar. Anak-anak menjadi mandiri.
Fase otonomi vs rasa malu dan ragu ini cukup krusial. Hasil akhir dari proses
ini terkait keinginan atau kemauan. Jika berhasil, anak akan memiliki kendali
atas dirinya. Jika gagal, anak akan merasa malu dan penuh keraguan
3. Tahap membangun otonomi pada usia 18 bulan hingga 3 tahun
Pada tahap kedua, bayi sudah tumbuh menjadi anak-anak dengan
kemampuan pengendalian diri yang lebih besar. Anak-anak menjadi mandiri.
Fase otonomi vs rasa malu dan ragu ini cukup krusial. Hasil akhir dari proses
ini terkait keinginan atau kemauan. Jika berhasil, anak akan memiliki kendali
atas dirinya. Jika gagal, anak akan merasa malu dan penuh keraguan
4. Tahap membangun otonomi pada usia 18 bulan hingga 3 tahun
Pada tahap kedua, bayi sudah tumbuh menjadi anak-anak dengan
kemampuan pengendalian diri yang lebih besar. Anak-anak menjadi mandiri.
Fase otonomi vs rasa malu dan ragu ini cukup krusial. Hasil akhir dari proses
ini terkait keinginan atau kemauan. Jika berhasil, anak akan memiliki kendali
atas dirinya. Jika gagal, anak akan merasa malu dan penuh keraguan
5. Tahap mengembangan identitas di usia remaja 12 - 18 tahun
Konflik indentitas dan kebingungan peran terjadi pada usia remaja. Ini akan
mempengaruhi kehidupannya di masa depan. Seorang remaja mungkin akan
mencoba peran yang berbeda untuk menemukan yang paling cocok. Jika
berhasil, ia akan mampu mempertahankan identitasnya secara konsisten.
Bagaimana jika gagal? Seorang remaja bisa mengalami krisis identitas dan
bingun akan masa depan yang ia inginkan. Selain itu, kegagalan bisa saja
menimbulkan keraguan tentang kemampuan diri sendiri.
6. Tahap menjalin kedekatan di usia dewasa muda 19 - 40 tahun
Pada tahap psikososial ini, manusia berfokus pada pengembangan hubungan
dekat dan penuh kasih dengan orang lain. Anda akan memulai mengenal
pacaran, pernikahan, membangun keluarga, dan persahabatan. Ketika
10

hubungan cinta dengan orang lain berhasil, anda dapat mengalami cinta dan
menikmati keintiman ( hubungan yang sangat dekat ). Sementara yang gagal
akan merasa terisolasi.

7. Tahap dewasa usia 40 – 65 tahun


Ditahap dewasa, anda akan berfokus pada kontribusi kepada masyarakat dan
generasi berikutnya, termasuk membesarkan anak. Anda yang berhasil akan
merasa berguna karena bisa berkontribusi pada masa depan masyarakat.
Sementara jika gagal anda akan merasa tidak berkontribusi apa-apa untuk
dunia. Akhirnya, anda menjadi stagnan dan merasa tidak produktif.
8. Tahap kematangan di usia 65 tahun hingga meninggal dunia
Pada tahap ini, anda akan merefleksikan apa yang telah dilakukan saat
menjalin masa muda. Jika puas dengan pencapaian anda, maka anda akan
merasa cukup. Akan tetapi, saat tidak puas, anda akan merasa menyesal dan
putus asa. Hasil akhir dari tahap psikolososial ini adalah kebikjaksanaan

Teori psikososial dari Erik Erikson mengandung pertentangan hasil positif


dan negatif, namun membentuk hasil akhir berupa bagaimana sesorang mencapai
keseimbangan dalam hidupnya

E. Teori Perkembangan Belajar Sosial

Menurut Irham dan Wiyani, teori perkembangan belajar sosial yaitu proses
belajar seseorang akan lebih banyak melalui proses pengamatan terhadap situasi
dan kondisi lingkungannya. Jadi teori belajar sosial adalah teori belajar yang
mengedepankan perubahan perilaku melalui proses pengamatan. Teori ini
menganggap bahwa harus ada pemodelan yang nantinya bisa dijadikan
pengamatan oleh individu yang sedang belajar. Itulah mengapa teori sosial sama
dengan teori pemodelan.

 Prinsip Teori Belajar Sosial Bandura

Menurut Bandura, belajar harus memuat prinsip-prinsip berikut.

1. Determinis resiprokal

Maksud determinis resiprokal adalah konsep keterkaitan secara bolak-


balik antara lingkungan dan perilaku. Menurut Bandura, perilaku seseorang
bisa dibentuk oleh lingkungan. Senada dengan hal itu, lingkungan juga bisa
dibentuk oleh perilaku manusia di sekitarnya.

2. Tanpa penguatan (reinforcement)


11

Bandura menekankan bahwa penguatan bukan satu-satunya pembentuk


tingkah laku seseorang. Seseorang bisa belajar hanya dari melihat dan meniru
hal yang dilihat. 

3. Kognisi dan regulasi diri

Menurut Bandura, manusia bisa menjadi pengamat atas perilakunya


sendiri, memberi penguatan, dan hukuman atas kesalahan sendiri. Tidak hanya
itu, beliau juga menganggap bahwa manusia bisa mengatur lingkungan,
membentuk dukungan kognitif, dan bertanggungjawab atas perilakunya
sendiri.

Pada dasarnya, teori yang digagas Bandura memiliki konsep yang tidak terlalu
rumit, yaitu seseorang hanya mengamati lalu meniru atau mengulang kembali hal
yang ia amati. Pengamatan itupun tidak harus dalam bentuk melihat aktivitas
fisik, melainkan bisa berupa kegiatan mendengarkan. 

Untuk mengimplementasikan ini, Bandura pernah membuat eksperimen


menggunakan boneka yang diberi nama Bobo. Pada eksperimen tersebut, anak-
anak diminta mengamati perilaku kasar dan agresif orang dewasa terhadap boneka
tersebut. Nah, saat anak-anak tersebut diminta untuk bermain bersama Bobo,
mereka meniru tindakan agresif orang dewasa yang dilihatnya. Itulah contoh yang
menunjukkan bahwa teori ini  mudah untuk diimplementasikan dalam kehidupan
sehari-hari.

F. Teori Perkembangan Perseptual Vygotsky

Vygotski menyatakan bahwa bahasa adalah berbasis sosial, sementara Piaget


menekankan percakapan anak-anak yang bersifat egosentris dan berorientasi
nonsosial. Filosofi Vygotski yang sangat terkenal adalah manusia dan lingkungan.
Menurutnya “manusia tidak seperti hewan yang hanya bereaksi terhadap
lingkungan, manusia memiliki kapasitas untuk mengubah lingkungan sesuai
keperluan mereka”. Dari pemikirannya mempengaruhi terciptanya teori
konstruktivisme sosial yang memiliki fokus pada pembangunan kognitif anak
melalui interaksi sosial.

Vygotski mengajukan teori bahwa perolehan pengetahuan dan perkembangan


kognitif seseorang sejalan dengan teori sosiogenesis. Artinya, pengetahuan dan
perkembangan kognitif individu berasal dari sumber-sumber sosial diluar dirinya.
Hal ini tidak berarti bahwa individu bersikap pasif dalam perkembangan
kognitifnya, tetapi Vygotski juga menekankan mengenai pentingnya peran aktif
seseorang dalam mengkonstruksi pengetahuannya.

Sebenarnya teori Vygotski lebih tepat disebut sebagai pendekatan


sosiokonstruktivisme. Artinya, perkembangan kognitif seseorang ditentukan oleh
individu sendiri secara aktif, juga oleh lingkungan sosial yang secara aktif pula.
Vygotski percaya bahwa beragam perwujudan dari kenyataan diterapkan dalam
12

beragam tujuan dengan konteks yang berbeda-beda. Pengetahuan tidak dapat


dipisahkan dari aktivitas yang mana pengetahuan itu dikonstruksikan. Tempat
terciptanya sebuah makna dan asal komunitas budaya yang mana pengetahuan
didiseminasikan dan diterapkan. Melalui aktivitas intraksi sosial maka tercipta
makna.

Sementara itu, 3 ide utama dari pemikiran Vygotski sebagai berikut :

 Intelektual berkembang pada saat individu menghadapi ide-ide


baru dan sulit mengaitkan ide-ide tersebut dengan apa yang mereka
ketahui.
 Intraksi dengan orang lain memperkaya perkembangan intelektual.
 Guru bertindak sebagai fasilitator dan mediator pembelajaran
siswa.

Dalam pandangan Vygotski, belajar merupakan sebuah proses yang


melibatkan dua elemen penting. Pertama, belajar yang menjadi proses biologi
sebagai proses dasar. Kedua, proses secara psikologisial sebagai proses yang lebih
tinggi dan essensinya berkaitan dengan lingkungan sosial budaya. Misalnya
“Perkembangan Teori Vygotski dan Implikasi dalam Pembelajaran Matematika di
Miss Rajadesa Ciamis“ Karya Fitri Fitriani dan Maemonah. Ada beberapa asumsi
yang diutarakan oleh Vygotski ini yang menjadi inti pandangan darinya sebagai
berikut :

 Keahlian kognitif dapat dipahami apabila diteliti dan ditafsirkan


secara berkaitan dengan asal usulnya dan perubahan dari bentuk
awal ke bentuk selanjutnya.
 Kemampuan dalam memperoleh pengetahuan baru dengan kata,
bahasa, yang berfungsi sebagai alat berfikir untuk membantu
mentransformasi aktivitas mental.
 Kemampuan kognitif berasal dari hubungan timbal balik sosial dan
dipengaruhi oleh kultur.

Selain itu pandangan lain dari Oakley juga berpendapat bahwa Teori
Vygotski ini juga berfokus pada empat konsep yaitu budaya (culture), bahasa
(language), zona perkembangan proksimal (zone of proximal development atau
ZPD), dan scaffolding. Implikasi teori Vygotski dalam pembelajaran menurut
Oakley yaitu sebagai berikut:

a. Proses pembelajaran yang diberikan oleh guru harus sesuai dengan tingkat
perkembangan potensial siswa. Siswa seharusnya diberikan tugas yang dapat
membantu mereka untuk mencapai tingkat perkembangan potensialnya.
13

b. Vygotski mempromosikan penggunaan pembelajaran kolaboratif dan


kooperatif, dimana siswa dapt saling berinteraksi dan saling memunculkan
strategi-strategi pemecahan masalah yang efektif dalam masing-masing ZPD
mereka.
BAB III
PEMBAHASAN
Pada bab ini, kita akan membahas implikasi dan relevansi dari teori-teori
perkembangan yang telah diuraikan sebelumnya.

A. Implikasi Teori Perkembangan Kognitif Piaget

Teori Piaget menekankan pentingnya interaksi dengan lingkungan dalam


perkembangan kognitif. Pemahaman ini memiliki implikasi penting dalam
pendidikan anak, di mana guru harus memahami tahap perkembangan kognitif
anak untuk memberikan pengajaran yang sesuai dengan kemampuan mereka.
Misalnya, dalam pendekatan pengajaran matematika, guru dapat menggunakan
metode konkret operasional untuk membantu anak memahami konsep-konsep
matematika dengan lebih baik.

B. Implikasi Teori Psikonalistik Freud

Teori Freud menyoroti pentingnya pengalaman masa kanak-kanak dalam


membentuk kepribadian dan hubungan di masa dewasa. Pengertian ini dapat
membantu para orang tua dan pendidik memahami betapa pentingnya
memberikan perhatian yang konsisten dan sensitif pada anak-anak selama tahap-
tahap perkembangan awal. Selain itu, pemahaman ini juga relevan dalam bidang
psikoterapi, di mana terapis dapat membantu klien menggali pengalaman masa
kanak-kanak yang mungkin mempengaruhi pola perilaku dan hubungan mereka.

C. Implikasi Teori Psikososial Erikson

Teori Erikson menawarkan pandangan yang komprehensif tentang


perkembangan sepanjang rentang hidup. Implikasinya mencakup pemahaman
bahwa perkembangan sosial dan emosional terjadi melalui tahap-tahap yang
saling terkait. Hal ini dapat membantu individu memahami tantangan yang
mungkin muncul dalam berbagai tahap kehidupan dan bagaimana
menghadapinya.

D. Implikasi Teori Perkembangan Belajar Sosial

Teori ini menunjukkan betapa pentingnya pengaruh lingkungan sosial dalam


pembentukan perilaku. Dalam konteks pendidikan, implikasinya adalah bahwa
interaksi dan pengamatan sosial dapat memiliki dampak besar terhadap cara anak
belajar dan mengembangkan keterampilan sosial. Pendidik dapat memanfaatkan
prinsip belajar sosial untuk menciptakan lingkungan yang mendukung
perkembangan akademis dan sosial anak.

14
15

E. Implikasi Teori Perkembangan Perseptual Vygotski

Teori Vygotski menekankan kolaborasi sosial dan peran interaksi dalam


perkembangan kognitif. Implikasinya adalah bahwa dalam pendidikan, aktivitas
kelompok dan diskusi dapat meningkatkan pemahaman dan pembelajaran siswa.
Pendidik dapat merancang situasi pembelajaran yang mendorong interaksi dan
bantuan antar siswa, sehingga menciptakan lingkungan di mana mereka dapat
belajar dari satu sama lain.

Melalui pembahasan ini, kita dapat melihat bagaimana setiap teori


perkembangan memberikan wawasan dan pandangan yang unik tentang
bagaimana manusia tumbuh dan berkembang. Implikasi dari masing-masing teori
ini memberikan arahan praktis dalam pendidikan, pengasuhan, dan pengembangan
pribadi.
16
BAB IV
KESIMPULAN
Kesimpulan dari materi ini adalah bahwa teori-teori perkembangan yang
diuraikan meliputi berbagai aspek perkembangan manusia dari perspektif
psikologis dan sosial. Teori-teori ini memberikan wawasan tentang bagaimana
individu mengalami perubahan dalam pikiran, perilaku, dan hubungan mereka
sepanjang masa hidup. Setiap teori memiliki pendekatan yang unik dan
memberikan kontribusi berharga untuk pemahaman kita tentang perkembangan
manusia.

Dalam teori perkembangan kognitif Piaget, pentingnya interaksi dengan


lingkungan dalam pembentukan pemahaman anak tentang dunia dijelaskan.
Implikasi teori ini termasuk dalam pendidikan di mana guru harus memahami
tahap perkembangan kognitif anak untuk memberikan pengajaran yang sesuai
dengan kemampuan mereka.

Teori psikonalistik Freud menyoroti peran pengalaman masa kanak-kanak


dalam membentuk kepribadian dan hubungan di masa dewasa. Implikasinya
terutama relevan dalam membantu orang tua, pendidik, dan terapis memahami
dampak pengalaman masa kanak-kanak terhadap perilaku dan hubungan individu.

Teori psikososial Erikson memberikan pandangan yang holistik tentang


perkembangan sepanjang rentang hidup. Implikasi dari teori ini mencakup
pemahaman tentang tantangan perkembangan yang dihadapi individu dalam
berbagai tahap kehidupan dan bagaimana mereka mengembangkan identitas dan
hubungan dengan orang lain.

Sementara itu, teori perkembangan belajar sosial Bandura menekankan


pentingnya proses pengamatan dan pemodelan dalam pembelajaran. Implikasinya
dalam pendidikan adalah mengakui peran penting model yang menjadi contoh
bagi siswa dan memberikan lingkungan yang mendukung interaksi dan
kolaborasi.

Terakhir, teori perkembangan perseptual Vygotsky menekankan pentingnya


interaksi sosial dan lingkungan dalam perkembangan kognitif. Implikasi teori ini
termasuk dalam pendidikan adalah memfasilitasi interaksi sosial dalam
pembelajaran sehingga siswa dapat membangun pemahaman melalui diskusi dan
kolaborasi.

Secara keseluruhan, teori-teori perkembangan ini memberikan pandangan


yang kaya dan beragam tentang bagaimana manusia berkembang dari segi
kognitif, emosional, sosial, dan moral sepanjang masa hidup mereka.

17
DAFTAR PUSTAKA
Cherry, K. (2021). How the Bobo Doll Experiment Illustrated Bandura's Social
Learning Theory. Verywell Mind. https://www.verywellmind.com/bobo-doll-
experiment-2794994
Feldman, R. S. (2016). Development Across the Lifespan. Pearson.
Kartono, K. (2003). Psikologi Anak. PT RajaGrafindo Persada.
McLeod, S. A. (2018). Piaget’s Theory of Cognitive Development. Simply
Psychology. https://www.simplypsychology.org/piaget.html
McLeod, S. A. (2020). Erik Erikson's Stages of Psychosocial Development.
Simply Psychology. https://www.simplypsychology.org/Erik-Erikson.html
Oakley, G. (2004). Life-span Developmental Psychology. Boston College.
https://www.bc.edu/content/dam/files/schools/cas_sites/psych/pdf/Oakley
%20Lifespan.pdf

18

Anda mungkin juga menyukai