Anda di halaman 1dari 29

I.

KONSEP DASAR ILMU

A. MENURUT FRANCIS BACON


Ilmu adalah satu-satunya pengetahuan yang valid dan hanya fakta-fakta
yang dapat menjadi objek pengetahuan.

B. ILMU SECARA ETIMOLOGI


Berarti memahami, mengerti, atau mengetahui.
Dalam hal penyerapannya, ilmu pengetahuan dapat berarti memahami
pengetahuan, dan ilmu sosial dapat berarti mengetahui masalah sosial,
dan sebagainya.
C. SYARAT – SYARAT ILMU
1. Objective
Adalah Ilmu harus memiliki obyek studi terdiri dari satu kelas properti
dasarnya masalah yang sama, tampak dari luar serta bentuk dalam.
Objek mungkin ada, atau mungkin ada karena masih harus diuji
keberadaannya.
Dalam meninjau objek, yang dicari adalah kebenaran, korespondensi
antara pengetahuan dengan objek, yang disebut kebenaran obyektif, subjektif
tidak didasarkan pada subjek penelitian atau subjek dukungan penelitian.
2. Metodis
Adalah upaya-upaya yang dilakukan untuk meminimalisasi
kemungkinan terjadinya penyimpangan dalam mencari kebenaran.
Akibatnya, harus ada cara tertentu untuk menjamin kepastian
kebenaran.
Metodis berasal dari bahasa Yunani, yaitu “metodos” yang berarti :
Cara atau Jalan.
Secara umum, metodis merupakan metode tertentu yang digunakan
dan umumnya merujuk pada metode ilmiah.
3. Sistematis
Dalam mencoba untuk mengidentifikasi dan menjelaskan suatu objek,
ilmu harus terurai dan dirumuskan dalam hubungan teratur dan logis,
sehingga membentuk suatu sistem yang secara keseluruhan, komprehensif,
terintegrasi, dan mampu menjelaskan urutan penyebab dan efek terhadap
objek.
Pengetahuan sistematis diatur dalam serangkaian sebab dan akibat adalah
kebutuhan ilmu ketiga.
4. Universal
Kebenaran yang ingin dicapai adalah kebenaran universal yang umum
(non-spesifik).
Contoh :
180°-an sudut semua segitiga.
Oleh karena itu universal kebutuhan ilmu keempat.
Kemudian ilmu-aware konten sosial untuk sang jenderal (universal) yang
berisi berbeda dari ilmu-ilmu alam mengingat objek adalah tindakan manusia.
Oleh karena itu, untuk mencapai tingkat universalitas dalam ilmu-ilmu
sosial, harus tersedia konteks dan tertentu pula.
D. ESENSI KONSEP ILMU
1. Pengertian Ilmu
• Pengetahuan yang telah diuji kebenarannya.
• Membahas tentang hal-hal yang dapat diamati (Observable).
2. Ciri – ciri Ilmu
• Mempunyai Objek Tertentu.
• Menggunakan Metode Tertentu.
• Bersifat Sistematis.
• Berguna (Nilai Aksiologis)
• Bersifat Universal.
II. KONSEP PENDIDIKAN

A. PENDIDIKAN
1. Usaha sadar secara terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat serta tuntutan
perkembangan zaman.
2. Pendidikan adalah “PEDAGOGIK”
Ilmu menuntun anak.
Dalam pandangan orang romawi, pendidikan adalah : “Educare”,
yaitu mengeluarkan dan menuntun, suatu tindakan merealisasikan
potensi anak yang dilahirkan ke dunia.

• Pendidikan adalah “ERZICHUNG”


Menurut Bangsa Jerman, setara dengan “Educare”.
Membangkitkan kekuatan terpendam atau mengaktifkan kekuatan /
potensi yang dimiliki setiap anak yang satu dengan lainnya memiliki
perbedaan-perbedaan.
4. Langeveld
Pendidikan adalah setiap usaha, pengaruh, perlindungan, bantuan
yang diberikan kepada anak yang diarahkan pada pendewasaan anak
sehingga cakap dan mampu melaksanakan tugas hidupnya.

5. John Dewey
Pendidikan adalah proses pembentukan kecakapan-kecakapan
essensial baik secara intelektual maupun emosional.

6. John Rousseau
Pendidikan adalah proses memberi pembekalan yang tidak ada pada
masa kanak-kanak, akan tetapi sangat dibutuhkan pada masa dewasa.
7. Driyakara
Pendidikan adalah upaya pemanusiaan manusia muda atau pengangkatan
manusia muda ke taraf insani.

8. Ki Hajar Dewantara
Pendidikan adalah tuntutan di dalam tumbuh kembangnya anak-anak,
yaitu menuntun segala kekuatan yang ada pada anak-anak berupa
potensi agar mereka seagai manusia dan sebagai anggota masyarakat
dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-
tingginya.
9. Menurut UU No. 20 Tahun 2003
Dalam UU Sisdiknas :
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara efektif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,
bangsa, dan negara.
10. Kajian pendidikan sebagai “PEDAGOGI” dan “PEDAGOGIK”
Pedagogi = pendidikan
Pedagogik + ilmu pendidikan : menyelidiki, merenungkan gejala-gejala
perbuatan mendidik.
Berasal dari kata “Pedagogian” (Yunani) : berarti pergaulan dengan anak-
anak.
Berasal dari kata :
“Paedos” = anak dan
“Agoge” = yang membimbing, memimpin.
B. PENDIDIKAN MERUPAKAN SUATU INTERAKSI PEDAGOGIK
1. Interaksi yang memberikan pengaruh.
2. Pengaruh itu dilaksanakan oleh orang dewasa (dalam berbagai bentuk,
sekolah, pelajaran agama, buku, pelajaran) kepada orang yang belum
dewasa.
3. Adanya kesabaran orang dewasa akan kemampuan dan tindakannya
sendiri terhadap anak yang dianggap belum mampu dan belum dewasa.
C. PENDIDIK HENDAKNYA ORANG YANG DEWASA
1. Karena mendidik adalah mendewasakan anak didik.
2. Kedewasaan berarti Kedewasaan Jasmani dan Rohani orang dewasa itu.
3. Kedewasaan berarti Stabilitas dan Kestabililan.
D. PENDEKATAN PENDIDIKAN
1. Pendekatan PEDAGOGISME
Titik tolak dari teori ini adalah bahwa anak yang akan dibesarkan menjadi
manusia dewasa.
Pandangan ini memiliki bahwa anak telah mempunyai kemampuan-
kemampuan yang dilahirkan dan tinggal dikembangkan saja.
2. Pendekatan FILOSOFIS
Anak manusia pada hakekatnya sendiri dan berbeda dengan hakikat orang
dewasa.
Oleh karenanya proses pendewasaan anak betitik tolak dari anak sebagai
manusia yang mempunyai tingkat dan orang dewasa memiliki peran
sebagai orang yang memfasilitasi apa yang sudah dimiliki anak.

3. Pendekatan PHSYCOLOGIS
Bahwa manusia memiliki jiwa yang khas dan satu sama lain berbeda.

4. Pendekatan SOSIOLOGIS
Titik tolak pandangan ini adalah prioritas kepada kebutuhan masyarakat
dan bukan kepada kebutuhan individu.
5. Pendekatan HOLISTIC INTEGRATIF
• Pendidikan merupakan proses berkesinambungan.
• Proses pendidikan berarti menumbuh-kembangkan eksistensi
manusia.
• Esksistensi manusia yang memasyarakat.
• Proses pendidikan dalam masyarakat yang membudaya.
• Proses bermasyarakat dan membudaya mempunyai dimensi waktu
dan ruang.
E. CIRI / UNSUR PENDIDIKAN
1. Pendidikan mengandung tujuan yang ingin dicapai, yaitu individu-
individu yang kemampuan-kemampuan dirinya berkembang sehingga
bermanfaat bagi hidupnya, masyarakat, dan negara.
2. Untuk mencapai tujuan, pendidikan perlu melakukan usaha-usaha yang
sengaja dan berencana dalam memilih isi / materi, strategi kegiatan, dan
teknik penilaian yang sesuai.
3. Kegiatan tersebut dapat diberikan dalam lingkungan keluarga, sekolah,
masyarakat, pendidikan formal, dan pendidikan non formal.
F. FAKTOR - FAKTOR PENDIDIKAN
1. Faktor Tujuan.
2. Faktor Pendidik.
3. Faktor Peserta Didik.
4. Faktor Isi / Materi Pendidikan.
5. Faktor Metode Pendidikan.
6. Faktor Situasi Lingkungan.
G. TUJUAN PENDIDIKAN NASIONAL
Membangun Kualitas Manusia yang Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
dan selalu dapat meningkatkan kebudayaan dengan-NYA sebagai warga
negara yang berjiwa Pancasila, mempunyai semangat dan kesadaran
yang tinggi, berbudi pekerti yang luhur, berkepribadian yang kuat,
cerdas, terampil, dapat mengembangkan dan menyuburkan sikap
demokrasi, dapat memelihara hubungan yang baik antara sesama
manusia dan dengan lingkungannya, sehat jasmani, mengembangkan
daya estetik, berkesanggupan untuk membangun diri dan masyarakatnya.
H. FUNGSI PENDIDIKAN NASIONAL
1. Pengembangan Pribadi.
2. Pengembangan Warga Negara.
3. Pengembangan Kependudukan.
4. Pengembangan Bangsa.
I. TUJUAN INSTITUSIONAL PENDIDIKAN
1. Perumusan secara umum pada perilaku dan kemampuan yang harus
dimiliki lulusan suatu lembaga pendidikan :
• Mampu berpikir secara kreatif dan kritis.
• Mampu untuk mengembangkan pola pengambilan keputusan dalam
bidang keahliannya berdasarkan kesadaran bahwa keputusan – keputusan
tersebut selalu menyangkut segi – segi kebudayaan serta nilai – nilai
hidup bermasyarakat.
2. Perumusan tujuan institusional dilandaskan pada :
• Tujuan Pendidikan Nasional.
• Kekhususan masing – masing Lembaga.
• Tingkat Usia Siswa.
• Pemberian Pengalaman Belajar Berdasarkan Kekhususan Lembaga.
J. TUJUAN KURIKULER
1. Tujuan Kurikuler ditentukan oleh Tujuan Institusional Lembaga
Pendidikan.
2. Tujuan ini untuk menentukan macam – macam pengetahuan,
kemampuan, dan keterampilan.

K. TUJUAN INSTRUKSIONAL
1. Rumusan secara terperinci apa saja yang harus dikuasai oleh siswa
sebagai hasil dari kegiatan pengalaman belajarnya.
2. Terdiri dari Tujuan Instruksional Umum dan Instruksional Khusus.
L. ESENSI PENDIDIKAN
1. Suatu proses pertumbuhan yang sesuai dengan lingkungan.
2. Suatu pengarahan dan bimbingan yang diberikan kepada anak dalam
pertumbuhannya.
3. Suatu usaha sadar untuk menciptakan suatu keadaan atau situasi tertentu
yang dikehendaki oleh masyarakat.
4. Suatu pembentukan kepribadian dan kemampuan anak dalam menuju
kedewasaan.
5. Aktifitas yang dilakukan secara sengaja dan terencana oleh manusia
dewasa yang bertujuan untuk membantu manusia lain agar menjadi
manusia yang mandiri fisik dan mental (Manusia Rohaniah).
6. Manusia Rohaniah adalah Manusia yang Mandiri, Bertanggung-jawab,
Adaptif, dan Berguna bagi orang lain.
III. KONSEP ILMU PENDIDIKAN

A. KONSEP ILMU PENDIDIKAN


Ilmu yang mempelajari hal / peristiwa yang timbul dalam praktek pendidikan
(dengan bantuan ilmu – ilmu lain yang mendukung).
Hasil penelitian empirik dan analisis visional atas situasi pendidikan.
B. SIFAT ILMU PENDIDIKAN
1. Terbuka.
Memerlukan bantuan ilmu – ilmu lain yang mendukung (Psikologi,
Antropologi, Sosial, Budaya, Filsafat, Ekonomi, Politik, dll).
2. Teoritis.
Mengkaji bidang keilmuan secara luas, dalam, dan spesifik.
3. Praktis / Terapan.
4. Normatif.
Memiliki ciri dasar / aturan dasar yang baku.
5. Deskriptif
Menggambarkan adanya peristiwa / proses belajar untuk memperoleh
hasil belajar.
C. SITUASI PENDIDIKAN
Terdapat dalam situasi kehidupan manusia yang diarahkan ke masa depan
yang dipengaruhi oleh kekuatan sosial, ekonomi, politik, dan kultural.

D. PERISTIWA PENDIDIKAN
Muncul karena perubahan yang terjadi dalam situasi pergaulan, adanya
keharusan menanamkan nilai dan norma yang hidup dalam diri anak
didik.

Penanaman nilai atau norma hidup pertama kali melalui contoh orang dewasa
diikuti oleh pengetahuan, pengertian, dan kemampuan membedakan
antara yang baik dan buruk.
Teknologi Pendidikan

Ilmu Pendidikan Praktis

Ilmu Pendidikan Komparatif

Ilmu Pendidikan Historis

Andragogik

Pedagogik

Filsafat Ilmu Pendidikan


FILSAFAT
PSIKOLOGI

SEJARAH
PENDIDIKAN
SOSIOLOGI

ANTRO-
POLOGI
SOSPOL

Anda mungkin juga menyukai