Anda di halaman 1dari 2

 Zakat Fitrah

Zakat Fitrah ialah zakat diri yang diwajibkan atas diri setiap individu lelaki dan
perempuan muslim yang berkemampuan dengan syarat-syarat yang ditetapkan. Kata
Fitrah yang ada merujuk pada keadaan manusia saat baru diciptakan sehingga dengan
mengeluarkan zakat ini manusia dengan izin Allah akan kembali fitrah.
 Zakat perdagangan
Zakat Perdagangan atau Zakat Perniagaan (dalam hukum islam dinamakan
dengan zakat tijarah) adalah zakat yang dikeluarkan atas kepemilikan harta yang
diperuntukkan untuk jual-beli. Zakat ini dikenakan kepada perniagaan yang diusahakan
baik secara perorangan maupun perserikatan (CV, PT, Koperasi dan sebagainya). Hadits
yang mendasari kewajiban menunaikan zakat ini adalah : "Rasulullah SAW
memerintahkan kami agar mengeluarkan zakat dari semua yang kami persiapkan untuk
berdagang." ( HR. Abu Dawud ).
 Zakat profesi
Yang dimaksud dengan zakat profesi adalah zakat dari penghasilan atau
pendapatan yang di dapat dari keahlian tertentu, seperti dokter, arsitek, guru, penjahit,
da'I, mubaligh, pengrajin tangan, pegawai negri dan swasta. Penghasilan seperti ini di
dalam literatur  fiqh sering disebut dengan al- mal al mustafad ( harta yang didapat ).
Sebagian kalangan yang berpendapat bahwa zakat profesi itu tidak terdapat dalam
ajaran Islam, mengatakan bahwa zakat profesi tidak ada pada zaman Rasulullah, yang ada
adalah zakat mal ( zakat harta ). Kalau kita renungkan, sebenarnya zakat profesi dengan
zakat mal itu hakikatnya sama, hanya beda dalam penyebutan. Karena siapa saja yang
mempunyai harta dan memenuhi syarat-syaratnya, seperti lebih dari nishab dan
berlangsung satu tahun, maka akan terkena kewajiban zakat. Baik harta itu didapat dari
hadiah, hasil suatu pekerjaan ataupun dari sumber-sumber lain yang halal.    
Sebagian kalangan yang mengingkari adanya zakat profesi disebabkan mereka
tidak setuju dengan cara penghitungannya yang mengqiyaskan zakat profesi dengan zakat
pertanian. Padahal para ulama yang mewajibkan zakat profesi berbeda pendapat di dalam
cara penghitungannya, tidak semuanya mengqiyaskan dengan zakat pertanian. Kalau
mereka tidak setuju dengan satu cara, mestinya bisa memilih cara lain yaitu dengan
mengqiyaskan dengan zakat emas, dan tidak perlu menolak mentah-mentah zakat profesi.
 Zakat emas dan perak
Yang dimaksud perhiasan di sini, adalah perhiasan emas dan perak, karena tidak
ada kewajiban zakat pada perhiasan selain emas dan perak.
Adapun penggunaan perhiasan emas dan perak tidak lepas dari dua keadaan :
Keadaan Pertama : Perhiasan emas dan perak disimpan atau diperjual belikan, maka
wajib dikeluarkan zakat untuknya.
Imam Nawawi  dalam al-Majmu’ : 6/ 36 berkata :“ Berkata ulama-ulama kami : jika
seseorang mempunyai perhiasan (emas dan perak) yang tujuannya tidak untuk dipakai,
baik itu yang haram, makruh, maupun mubah, tetapi untuk disimpan dan dimiliki, maka
hukumnya menurut madzhab  yang benar adalah wajib dikeluarkan zakatnya, dan  ini
adalah pendapat mayoritas ulama. “ 
Ibnu Qudamah di dalam  al Mughni : 2/ 608 berkata : ” Jika seorang perempuan
memakai perhiasan, kemudian setelah itu berniat untuk diperjuabelikan, maka  terkena
kewajiban zakat setelah satu tahun, dimulai pada saat dia berniat. “  
Keadaan Kedua : Perhiasan tersebut dipakai sehari-hari, seperti cincin, kalung dan
gelang yang dipakai untuk menghiasai tubuh perempuan.
 Zakat tabungan
Sebagian orang mengeluarkan zakat tabungan atau mata uang setiap bulannya.
Padahal zakat mata uang itu berbeda dengan zakat tanaman. Tanaman ketika panen
berarti perkembangannya telah sempurna, sehingga pengeluaran zakatnya setelah selesai
panen. Beda halnya dengan zakat penghasilan atau mata uang, harta tersebut masih
mengalami pasang-surung atau fluktuatif, sehingga diambil patokan haul atau masa satu
tahun sebagai waktu standar untuk pengeluaran. Oleh karenanya, tidak tepat
sebenarnya jika mesti dikeluarkan setiap bulan, ditambah lagi kita mesti
mengeluarkan untuk pengeluaran pokok lainnya. Padahal Islam menetapkan zakat di
luar kebutuhan pokok. Syari’at Islam sama sekali tidak membuat susah tatkala
membebani suatu kewajiban.
 Zakat hadiah
Kalau kita buka literatur kitab-kitab fiqih yang muktamad, sebenarnya para ulama
sama sekali tidak pernah bicara tentang kewajiban zakat atas hadiah yang kita terima.
Rasulullah SAW sendiri seringkali mendapat hadiah dari orang, tetapi tak sekali pun
beliau SAW mengajarkan bahwa hadiah itu harus dizakati.

Sedangkan untuk mengqiyaskan hadiah dengan harta rikaz, maka kita perlu lebih berhati-
hati dan jangan terlalu mudah melakukan qiyas. Kita wajib mencari kesamaan alias
benang merah, yaitu kesamaan illat antara keduanya.
 Zakat Rikaz
Rikaz adalah harta milik pihak lain yang ditemukan, baik secara sengaja atau pun
secara tidak sengaja, baik dengan biaya modal atau hanya karena tidak sengaja
tersandung dan tiba-tiba menemukannya.
Tetapi yang menjadi prinsip utama adalah bahwa harta itu bukan harta pemberian orang
yang diserahkan kepada yang menerimanya. Prinsipnya dalam harta rikaz, tidak ada
serah-terima harta dari satu pihak ke pihak lain. Yang ada, seseorang menemukan harta
yang sudah tidak lagi menjadi milik suatu pihak.

Anda mungkin juga menyukai