PEMBAHASAN
A. DEFINISI
Sarcoptes scabiei termasuk filum Arthopoda , kelas Arachnida, ordo
Ackarina, superfamili Sarcoptes. Pada manusia disebut Sarcoptes scabiei var.
hominis. Kecuali itu terdapat S. scabiei yang lainnya pada kambing dan babi.
Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan
sensitasi terhadap sarcoptes scabiei varian homonis dan
produknya,Beberapa sinonim penyakit ini yaitu :Kudis,the
Itch,guding,Budukan,Gatal agogo.
B. EPIDEMIOLOGI
C. ETIOLOGI
Telur akan menetas setelah 3-4 hari menjadi larva yang akan
keluar ke permukaan kulit untuk kemudian masuk kulit lagi dengan
menggali terowongan biasanya sekitar folikel rambut untuk melindungi
dirinya dan mendapat makanan. Setelah beberapa hari, menjadi bentuk
dewasa melalui bentuk nimfa. Waktu yang diperlukan dari telur hingga
bentuk dewasa sekitar 10-14 hari. Tungau jantan mempunyai masa
hidup yang lebih pendek dari pada tungau betina, dan mempunyai peran
yang kecil pada patogenesis penyakit. Biasanya hanya hidup
dipermukaan kulit dan akan mati setelah membuahi tungau betina.
1. Anamnesis
Menurut Rahariyani (2007), beberapa hal yang perlu ditanyakan dalam
anamnesis antara lain:
1. Biodata
Perlu dikaji secara lengkap untuk umur, penyakit scabies bisa menyerang semua
kelompok umur, baik anak-anak maupun dewasa bisa terkena penyakit ini,
tempat, paling sering di lingkungan yang kebersihannya kurang dan padat
penduduknya seperti asrama dan penjara.
2. Keluhan Utama
Biasanya penderita datang dengan keluhan gatal dan ada lesi pada kulit.
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Biasanya penderita mengeluh gatal terutama malam hari dan timbul lesi
berbentuk pustule pada sela-sela jari tangan, telapak tangan, ketiak, areola
mammae, bokong, atau perut bagian bawah. Untuk menghilangkan gatal,
biasanya penderita menggaruk lesi tersebut sehingga ditemukan adanya lesi
tambahan akibat garukan.
4. Riwayat penyakit dahulu
Tidak ada penyakit lain yang dapat menimbulkan scabies kecuali kontak
langsung atau tidak langsung dengan penderita.
5. Riwayat penyakit keluarga
Pada penyakit skabies, biasanya ditemukan anggota keluarga lain, tetangga atau
juga teman yang menderita, atau mempunyai keluhan dan gejala yang sama.
6. Psikososial
Penderita skabies biasanya merasa malu, jijik, dan cemas dengan adanya lesi
yang berbentuk pustul. Mereka biasanya menyembunyikan daerah-daerah yang
terkena lesi pada saat interaksi sosial.
7. Pola kehidupan sehari-hari
Penyakit skabies terjadi karena hygiene pribadi yang buruk atau kurang
(kebiasaan mandi, cuci tangan dan ganti baju yang tidak baik). Pada saat
anamnesis, perlu ditanya secara jelas tentang pola kebersihan diri penderita
maupun keluarga. Dengan adanya rasa gatal dimalam hari, tidur penderita
sering kali terganggu. Lesi dan bau yang ridak sedap, yang tercium dari sela-
sela jari atau telapak tangan akan menimbulkan gangguan aktivitas dan interaksi
sosial.
2. Pemeriksaan Fisik
Menurut Harahap (2000), dari pemeriksaan fisik didapatkan kelainan berupa:
1. Terowongan berupa garis hitam, lurus, berkelok, atau terputus-putus, berbentuk
benang.
2. Papula, urtikaria, ekskoriasi dalam perubahan eksematous ialah lesi-lesi
sekunder yang disebabkan sensitisasi terhadap parasit, serta ditemukan
eksantem.
3. Terlihat infeksi bakteri sekunder dengan impegtinasi dan furunkulosis.
Lokasi biasanya pada tempat dengan stratum korneum yang tipis seperti: sela-
sela jari tangan, pergelangan tangan bagian volar, siku bagian luar, lipat ketiak
bagian depan, areola mammae (wanita), umbilikus, bokong, genitalia eksterna
(pria) dan perutbagian bawah. Pada bayi dapat menyerang telapak tngan dan
kaki bahkan diseluruh permukaan kulit, sedangkan pada remaja dan dewasa
dapat timbul pada kulit kepala dan wajah (Siregar, 2005).
Sifat-sifat lesi berupa papula dan vesikel milier sampai lentikuler disertai
ekskoriasi. Bila terjadi infeksi sekunder tampak pustule lentiuler. Lesi yang
khas adalah terowongan (kanalikulus) milier, tampak berasal dari salah satu
papula atau vesikel, panjang kira-kira 1 cm, berwarna putih abu-abu. Ujung
kanalikuli adalah tempat persembunyian dan bertelur Sarcoptes
scabiei (Siregar, 2005).
3. Pemeriksaan Penunjang
G. PENGOBATAN
Menurut Handoko (2008), obat-obat anti skabies yang tersedia dalam
bentuk topikal antara lain:
1. Belerang endap (sulfur presipitatum), dengan kadar 4-20% dalam bentuk
salep atau krim.
Dapat dipakai pada bayi berumur kurang dari 2 tahun.
Sulfur adalah antiskabietik tertua yang telah lama digunakan, sejak 25 M.
Cara pemakaiannya: sangat sederhana, yakni mengoleskan salep setelah
mandi ke seluruh kulit tubuh selama 24 jam selama tiga hari berturut-turut.
Keuntungannya: harganya yang murah dan mungkin merupakan satu-satunya
pilihan di negara yang membutuhkan terapi massal.Bila kontak dengan jaringan
hidup, preparat ini akan membentuk hydrogen sulfide dan pentathionic
acid (CH2S5O6) yang bersifat germicid dan fungicid. Secara umum sulfur
bersifat aman bila digunakan oleh anak-anak, wanita hamil dan menyusui serta
efektif dalam konsentrasi 2,5% pada bayi.
Kerugian/Efek samping: pemakaian obat ini adalah bau tidak enak, mewarnai
pakaian dan kadang-kadang menimbulkan iritasi.
2. Emulsi benzil-benzoat (20-25%)
Benzil benzoat adalah ester asam benzoat dan alkohol benzil yang
merupakan bahan sintesis balsam peru.
Cara Kerja: Benzil benzoat bersifat neurotoksik pada tungau skabies.
Cara Pemakaian: Digunakan sebagai 25% emulsi dengan periode kontak 24 jam
dan pada usia dewasa muda atau anak-anak, dosis dapat dikurangi menjadi
12,5%. Benzil benzoate sangat efektif bila digunakan dengan baik dan teratur
dan secara kosmetik bisa diterima.
Efek samping dari benzil benzoate dapat menyebabkan dermatitis iritan pada
wajah dan skrotum, karena itu penderita harus diingatkan untuk tidak
menggunakan secara berlebihan. Penggunaan berulang dapat menyebabkan
dermatitis alergi. Terapi ini dikontraindikasikan pada wanita hamil dan
menyusui, bayi, dan anak-anak kurang dari 2 tahun. Tapi benzil benzoate lebih
efektif dalam pengelolaan resistant crusted scabies.
4. Krotamiton 10%
Krotamion (crotonyl-N-etil-o-toluidin) digunakan sebagai krim 10% atau
lotion. Tingkat keberhasilan bervariasi antara 50% dan 70%.
Cara pemakaian: Hasil terbaik telah diperoleh bila diaplikasikan dua kali sehari
selama lima hari berturut-turut setelah mandi dan mengganti pakaian dari leher
ke bawah selama 2 malam kemudian dicuci setelah aplikasi kedua.
Efek samping yang ditimbulkan berupa iritasi bila digunakan jangka
panjang.Beberapa ahli beranggapan bahwa Krotamiton krim ini tidak memiliki
efektivitas yang tinggi terhadap skabies. Krotamiton 10% dalam krim atau
losion, tidak mempunyai efek sistemik dan aman digunakan pada wanita hamil,
bayi dan anak kecil.
Cara kerja: Merupakan sintesa dari pyrethroid dan bekerja dengan cara
mengganggu polarisasi dinding sel saraf parasit yaitu melalui ikatan dengan
natrium. Hal ini memperlambat repolarisasi dinding sel dan akhirnya terjadi
paralise parasit. Obat ini merupakan pilihan pertama dalam pengobatan scabies
karena efek toksisitasnya terhadap mamalia sangat rendah dan kecenderungan
keracunan akibat kesalahan dalam penggunaannya sangat kecil. Hal ini
disebabkan karena hanya sedikit yang terabsorpsi di kulit dan cepat
dimetabolisme yang kemudian dikeluarkan kembali melalui keringat dan
sebum, dan juga melalui urin. Belum pernah dilaporkan resistensi setelah
penggunaan obat ini.
Cara pemakaian: Permethrin tersedia dalam bentuk krim 5%, yang diaplikasikan
selama 8-12 jam dan setelah itu dicuci bersih. Apabila belum sembuh bisa
dilanjutkan dengan pemberian kedua setelah 1 minggu. Permethrin jarang
diberikan pada bayi-bayi yang berumur kurang dari 2 bulan, wanita hamil dan
ibu menyusui. Wanita hamil dapat diberikan dengan aplikasi yang tidak lama
sekitar 2 jam.
Efek samping: jarang ditemukan, berupa rasa terbakar, perih dan gatal, namun
mungkin hal tersebut dikarenakan kulit yang sebelumnya memang sensitive
dan terekskoriasi.
H. UPAYA PENCEGAHAN
Untuk melakukan pencegahan terhadap penularan scabies, orang-orang
yang kontak langsung atau dekat dengan penderita harus diterapi dengan topikal
skabisid. Terapi pencegahan ini harus diberikan untuk mencegah penyebaran
scabies karena seseorang mungkin saja telah mengandung tungau scabies yang
masih dalam periode inkubasi asimptomatik. Selain itu untuk mencegah
terjadinya reinfeksi melalui seprei, bantal, handuk dan pakaian yang digunakan
dalam 5 hari terakhir, harus dicuci bersih dan dikeringkan dengan udara panas
karena tungau scabies dapat hidup hingga 3 hari diluar kulit, karpet dan kain
pelapis lainnya sehingga harus dibersihkan (Orkin, 2005)
I. DIAGNOSIS BANDING
Diagnosis banding skabies adalah (Siregar, R.S,1996):
a) Prurigo
Diagnosis banding berupa prurigo hampir menimbulkan gejala yang
sama dengan skabies. Namun biasanya pada prurigo ditemukan papel-
papel yang gatal, predileksi pada bagian ekstensor ekstremitas. Hal ini
berbeda dengan predileksi dari skabies yang cenderung mengenai
bagian tubuh yang memiliki stratum korneum kulit yang tipis, seperti
sela-sela jari tangan, pergelangan tangan, ketiak, dll.
Gambar kerion
b) Gigitan serangga
Diagnosis banding gigitan serangga biasanya gejalanya jelas timbul
sesudah ada gigitan. Efloresensinya urtikaria papuler yang hampir sama
dengan skabies.
c) Folikulitis
Perbedaannya dengan skabies adalah bahwa pada folikulitis
biasanya disertai nyeri berupa pustule miliar dikelilingi daerah yang
eritema.
DAFTAR PUSTAKA