Anda di halaman 1dari 35

Pemeriksaan CTG

(Cardiotocography)

Eva Monica
32715290

Cardiotocography
Cardiotocography
(CTG)
(CTG)

adalah
seperangkat alat elektronik yang dapat
dipergunakan
dalam
memantau
kesejahteraan janin melalui penilaian
denyut jantung janin (DJJ), kontraksi
uterus, dan gerak janin dalam waktu
bersamaan

Pemeriksaan CTG
Sebaiknya dilakukan 2 jam setelah
makan.
Waktu pemeriksaan selama 20
menit,
Selama pemeriksaan posisi ibu
berbaring nyaman dan tak
menyakitkan ibu atau bayinya
Bila ditemukan kelainan maka
pemantauan dilanjutkan dan dapat
segera diberikan pertolongan yang

LANJN
Pemeriksaan CTG penting dilakukan pada
setiap ibu hamil untuk pemantauan kondisi
janin terutama dalam keadaan:
Kehamilan dengan komplikasi (darah
tinggi, kencing manis, tiroid, penyakit
infeksi kronis, dll)
Kehamilan dengan berat badan janin
rendah (Intra Uterine Growth Retriction)
Oligohidramnion (air ketuban sedikit
sekali)
Polihidramnion (air ketuban berlebih )

Syarat Pemeriksaan
CTG
Usia kehamilan 28 minggu
Ada persetujuan tindak medik dari
pasien (secara lisan)
Punktum maksimum denyut jantung
janin (DJJ) diketahui
Prosedur pemasangan alat dan
pengisian data pada komputer (pada
CTG terkomputerisasi) sesuai buku
petunjuk dari pabrik

Indikasi Pemeriksaan
CTG

Pertumbuhan janin terhambat (PJT)


Gerakan janin berkurang,
kehamilan post-term ( 42 minggu),
preeklampsia/hipertensi kronik,
Diabetes mellitus prakehamilan,
DM yang memerlukan terapi insulin,
ketuban pecah dalam kehamilan
preterm, dll

Persiapan
pemeriksaan KTG
Persiapan
pasien
1. Identitas
2. Nomor rekam
medik
3. Indikasi
pemeriksaan
4. Diagnosis ibu dan
janin
5. Penjelasan
prosedur
6. Pengosongan
kandung kemih
7. Pasien tidak
dalam keadaan

Persiapan
peralatan
1. Mesin KTG
2. Peralatan
tokometer
3. Peralatan
kardiometer
4. Kertas KTG, jelli,
tissue
5. Formulir laporan
6. Uji ulang bel

Persiapan
pemeriks
a
1. Menjeaskan
prosedur
pemeriksaan
2. Mengukur TD
pasien sebelum
pemeriksaan
3. menilai kontraksi
atau his secara
berkala
4. menanyakan
gerak janin
kepada pasien

Frekuens
i dasar
DJJ
Kontraks
i uterus

Disfung
si SSp

Bradikar
dia

Batasan
batasan
dalam KTG

Deselerasi
(dini,
variabel,
lambat,)

Takhikardi
a
Variabilita
s

Akseleras
i

Kontraksi uterus
Kontraksi uterus adalah jumlah kontraksi dalam 10
menit, rata-rata dipantau dalam 30 menit. Pada
saat yang sama juga dilakukan penilaian terhadap
lama kontraksi, intensitas (amplitudo), bentuk, dan
relaksasi diantara dua kontraksi
Kontraksi uterus normal : 5 kontraksi / kurang
dalam 10 menit, rata-rata dipantau selama 30
menit pemeriksaan
Takhisistol : terdapat lebih dari 5 kontraksi dalam

Takhikardia
Frekuensi dasar DJJ yang lebih dari 160
dpm, Takhikardia dapat terjadi pada
keadaan hipoksia janin, akan tetapi
gambaran tersebut biasanya tidak
berdiri sendiri. Bila takhikardia diserta
dengan variabilitas DJJ yang normal,
biasanya janin masih dalam keadaan
baik

Gambar Takhikardia Janin

Frekuensi dasar DJJ


Frekuensi dasar DJJ adalah frekuensi
rata-rata DJJ yang terlihat selama
periode 10 menit, tanpa disertai
periode variabilitas DJJ yang berlebihan
(lebih dari 25 dpm), tidak terdapat
perubahan periodik atau episodik DJJ,
dan tidak terdapat perubahan
frekuensi dasar yang lebih dari 25
denyut per menit (dpm

Bradikardia
bradikardia adalah frekuensi dasar DJJ
<110 dpm, Bradikardia dapat terjadi
sebagai respons awal keadaan
hipoksia akut. Pada hipoksia ringan
frekuensi DJJ berkisar antara 100-120
dpm dan variabilitas DJJ masih normal

Gambar Bradikardia janin

Variabilitas DJJ
Variabilitas DJJ adalah gambaran osilasi ireguler
yang terlihat pada rekaman DJJ. Berdasarkan
besarnya amplitudo tersebut, variabilitas DJJ dapat
dikategorikan sebagai berikut:
Variabilitas normal: amplitudo berkisar antara 5
25 dpm.
Variabilitas berkurang: amplitudo 2 5 dpm.
Variabilitas menghilang: amplitudo kurang dari 2
dpm.
Variabilitas berlebih(saltatory): amplitudo lebih
dari 25 dpm

Gambar Variabilitas jangka panjang (long-term


variability)

Akselerasi
Akselerasi adalah peningkatan DJJ
15 dpm dari frekuensi dasar DJJ.
Adanya akselerasi DJJ dapat dipakai
sebagai tanda bahwa janin tidak
sedang dalam kondisi depresi atau
asidosis

Gambaran CTG
normal

Deselerasi

Penurunan DJJ 15 dpm dari


frekuensi dasar DJJ
Terbagi atas:
1. Deselerasi Dini
2. Deselerasi variabel
3. Deselerasi lambat

Disfungsi SSp
Hilangnya variabilitas DJJ
Gambaran disfungsi SSp dapat dilihat dalam
pola DJJ sebagai berikut:
1. Datar (flat)
2. Tumpul (blunted)
3. Frekuensi dasar tidak stabil (unstable
baseline)
4. Overshoot
5.Pola sinusoidal (sinusoidal patterns)
6. Check mark patterns

Pola DJJ datar (flat) tanpa perubahan


periodik

Keadaan ini dapat disebabkan oleh obat-obatan, atau


janin yang mengalami hipoksia

Pola frekuensi dasar DJJ tidak stabil


(wandering)

Pola DJJ tumpul


Janin meninggal saat dalam pemantauan.
Plasenta menunjukkan gambaran
khorioamnionitis akut.

Pola DJJ overshoot

kembalinya DJJ ke frekuensi dasar sangat lambat dan


adanya pola DJJ yang datar. Pada gambar bagian
bawah diperoleh dari janin anensefalus. Tampak pola
DJJ datar, deselerasi variabel tumpul, dan overshoot.
Janin meninggal saat persalinan.

Pola DJJ sinusoidal


Sering ditemukan pada: hipoksia janin berat,
anemia kronik, pengaruh obat-oabatan

Gambar 21. Pola DJJ check mark.

Kategori interpretasi DJJ

Kategori I: NORMAL (tidak memerlukan


tatalaksana khusus.)
Frekuensi dasar DJJ : 110-160 dpm
Variabilitas DJJ : moderat (5-25 dpm)
Tidak ada deselerasi lambat dan variabel
Tidak ada deselerasi dini
tidak ada akselerasi.

LANJN
Kategori II : pola DJJ ekuivokal
Frekuensi dasar dan variabilitas:
Frekuensi dasar DJJ : bradikardia (<110 dpm)
yang tidak disertai hilangnya variabilitas.
Takhikardia (DJJ >160 dpm)
Variabilitas minimal (1-5 dpm)
Tidak ada variabilitas, tanpa disertai
deselerasi berulang
Variabilitas >25 dpm (marked variability)

Kategori III : pola DJJ abnormal


Deselerasi lambat berulang
Deselerasi variabel berulang
Bradikardia
Pola sinusoid

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai